Anda di halaman 1dari 40

KELOMPOK 14

KURIKULUM SEJARAH TINGKAT SMA KELAS XI

Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Dasar-Dasar IPS

DOSEN PENGAMPU::

Dra. RR. Ponco Dewi K.S., M.M.

DISUSUN OLEH :

Anis Fitrianingsih 1709618002

Alfirda Riyani 1709618059

PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2020
DAFTAR ISI
Hal

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

A. PENDAHULUAN...........................................................................................3

B. PEMBAHASAN..............................................................................................7

1 Standar Lulusan Kompetensi............................................................................7

2. Standar Proses.................................................................................................13

4. Standar Isi.......................................................................................................23

5. Standar Penilaian............................................................................................27

C. PENUTUP........................................................................................................39

1. Kesimpulan.....................................................................................................39

2. Saran...............................................................................................................39

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................40

ii
A. PENDAHULUAN

Kurikulum mempunyai kedudukan yang sentral dalam seluruh proses


pendidikan. Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi
tercapainya tujuantujuan pendidikan. Menurut Mauritz Johnson kurikulum
“prescribes (or at least anticipates) the result of instruction”, kurikulum
menentukan atau setidaknya mempengaruhi hasil pengajaran. Kurikulum juga
merupakan suatu rencana pendidikan, memberikan pedoman dan pegangan
tentang jenis, lingkup, dan urutan isi, serta proses pendidikan. Selain itu,
kurikulum juga merupakan suatu bidang studi yang ditekuni oleh para ahli atau
spesialis kurikulum, yang menjadi sumber konsep-konsep atau memberikan
landasan-landasan teoritis bagi pengembangan kurikulum sebagai institusi
pendidikan . [ CITATION Jho77 \l 1033 ]

Kajian kurikulum dan materi pelajaran sejarah jika dilihat dari segi
historis maupun filosofis menurut Djoko Suryo (2005:2), sebaiknya bertolak
pada beberapa wilayah kajian yaitu:

1) Sejarah pemikiran dan filsafat keagamaan sebagai sumber eksplanasi


tentang perubahan dan kelangsungan kehidupan makhluk
2) Sejarah peradaban dan kebudayaan sebagai sumber pemahaman nilai dan
makna kelangsungan dan perubahan hidup manusia dalam berdialog
dengan lingkungan alam sekitar dan zamannya
3) Sejarah nasional dan sejarah lokal atau sejarah indonesia makro dan mikro
merupakan landasan penting bagi proses revitalisasi dan rekonstruksi
masyarakat bangsa dan negara bangsa masa kini dan masa depan
4) Sejarah sosial atau sejarah masyarakat atau sejarah dari bawah (history
from bellow) yang berpusat pada golongan tertentu, organisasi
kemasyarakatan, dan orang kecil akan melengkapi gambaran dinamika dan
proses perkembangan masyarakat indonesia secara luas dan lengkap serta
kontinu.
5) Sejarah konstitusional indonesia memberikan landasan pemahaman
tentang demokrasi dan pembentukan masyarakat madani (civil society).

3
Dalam menyusun kurikulum pendidikan sejarah atau standar isi yang
sesuai dengan perubahan zaman, maka legalitas pendidikan sejarah dalam
kurikulum pendidikan nasional harus menekankan aspek-aspek penting materi
pelajaran sejarah, di mana kurikulum harus menekankan:

a. Pentingnya pembelajaran sejarah sebagai sarana pendidikan bangsa


b. Sebagai sarana pembangunan bangsa secara mendasar
c. Menanamkan national consciousness dan indonesianhood sebagai sarana
menanamkan semangat nasionalisme
d. Perspektif sejarah the past-presentfuture sebagai sarana menanamkan
semangat nasionalisme
e. Historical consciousness pada masa revolusi kemerdekaan, membentuk
semangat nasionalisme dan solidaritas rakyat dalam mempertahankan
negara ri
f. Pengalaman sejarah bangsa sebagai pengetahuan penting dalam
penyelenggaraan pendidikan bangsa
g. Perlunya pengakuan pemerintah akan pentingnya pendidikan sejarah
sebagai sarana untuk membentuk jati diri dan integritas bangsa
h. Dan rumusan sejarah sebagai mata pelajaran yang menanamkan
pengetahuan dan nilainilai proses perubahan dan perkembangan
masyarakat indonesia dan dunia dari masa lampau hingga masa kini (djoko
suryo, 2005: 2).

Oleh karena itu, pembelajaran sejarah harus mampu mendorong siswa


berpikir kritis-analisis dalam memanfaatkan pengetahuan tentang masa lampau
untuk memahami kehidupan masa kini dan yang akan datang; mengembangkan
kemampuan intelektual dan keterampilan untuk memahami proses perubahan
dan keberlanjutan; dan berfungsi sebagai sarana untuk menanamkan kesadaran
akan adanya perubahan dalam kehidupan masyarakat melalui dimensi waktu
[CITATION Sur \l 1033 ]

Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Pendidikan Dasar dan


Menengah menggelar dan menetapkan sejarah sebagai sebuah mata pelajaran

4
yang penting dalam kurikulum 2013, khususnya bagi pendidikan tingkat
menengah atas (SMA-sederajat). Mata pelajaran Sejarah Indonesia pada
tingkat SMA merupakan sebuah mata pelajaran kelompok wajib A, yang
berarti mata pelajaran tersebut wajib diambil oleh seluruh jenis sekolah
menengah tingkat atas yang berada di lingkup Kementerian Pendidikan Dasar
dan Menengah dan Kementerian Agama. Selain menjadi mata pelajaran wajib,
terdapat pula mata pelajaran sejarah yang termasuk dalam kelompok peminatan
ilmu-ilmu sosial, bahasa dan menjadi pelajaran lintas minat.

Pembagian mata pelajaran sejarah Indonesia dan sejarah tidaklah dikenal


dalam kurikulum sebelumnya (KTSP). Pemisahan mata pelajaran tersebut
barulah dilakukan dalam Kurikulum 2013. Berdasarkan kelompoknya, Sejarah
Indonesia merupakan pelajaran yang diberikan kepada seluruh siswa, maka
seringkali disebut sebagai sejarah wajib. Sedangkan mata pelajaran sejarah,
hanya diberikan kepada para siswa yang berada pada penjurusan IPS di SMA,
atau diberikan kepada jurusan lain (IPA atau Bahasa) sebagai mata pelajaran
lintas minat. Dua mata pelajaran ini, memiliki tujuan dan kedudukan yang
berbeda satu sama lain.

Perbedaan mata pelajaran antara sejarah dan sejarah Indonesia


menimbulkan pertanyaan apakah tujuan belajar dari kedua mata pelajaran
tersebut dapat tercapai dan dilakukan dengan baik, ataukah justru hanya
terdapat perbedaan yang sangat sedikit atau bahkan tidak ada perbedaannya
satu sama lain, beberapa guru bahkan ada yang menggabungkan materi
pembahasan antara mata pelajaran sejarah Indonesia dengan mata pelajaran
sejarah, dengan alasan materi pelajaran yang sama antara dua mata pelajaran
tersebut.

Pada dasarnya kurikulum 2013 memiliki kesinambungan dengan


kurikulum KBK (2004) dan KTSP (2006), namun terdapat beberapa
penyempurnaan yaitu dengan menyeimbangkan aspek afektif dengan aspek
kognitif dan psikomotorik. Kurikulum KBK dan KTSP yang dalam
pelaksanaannya tidak ada keseimbangan antara aspek afektif, kognitif dan

5
psikomotorik menjadi faktor utama terbentuknya kurikulum 2013. Perubahan
yang paling signifikan adalah pada proses pembelajarannya. Pada kurikulum
2013, murid yang menjadi pusat pembelajaran dan lebih menyeimbangkan
aspek kognitif dengan afektif dan psikomotorik, hal ini terlihat pada penetapan
Kompetensi Inti dan standar proses dalam proses pembelajaran pada kurikulum
2013 yang terdiri dari mengamati, menanya, mengolah, menyajikan,
menyimpulkan dan mencipta.

Sesempurna apapun kurikulum sebagai pedoman pendidikannya,


perubahan kurikulum akan menjadi kurang berguna atau bahkan sia-sia jika
tidak disertai dengan peningkatan mutu guru dalam mengajar, karena
implementasi dari kurikulum 2013 diperlukan keterlibatan berbagai komponen,
salah satu komponen yang sangat penting adalah guru. Bahkan guru dikatakan
sebagai ujung tombak dan pasukan terdepan dalam upaya mencapai tujuan
pendidikan nasional.

Dalam konteks pendidikan formal, guru adalah komponen yang pertama


kali bersentuhan langsung dengan peserta didik dalam proses pendidikan
melalui berbagai aktivitas pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, posisi guru
sebagai motivator dan fasilitator dituntut untuk memiliki wawasan dan
kemampuan dalam mengelola pembelajaran, baik pada tahapan perencanaan,
pelaksanaan maupun penilaian. Guru sejarah dituntut memiliki wawasan yang
luas dan 4 kompeten dalam pembelajaran Sejarah Indonesia. Guru-guru
pengampu Sejarah Indonesia juga dituntut mampu meyakinkan peserta didik
tentang pentingnya Sejarah Indonesia sebagai instrumen pendidikan karakter
bangsa.

6
B. PEMBAHASAN

1 Standar Lulusan Kompetensi

Peraturan Mentri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013

Tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar Dan Menengah.

Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi

kemampuan lulusan yang mencangkup sikap, pengetahuan, dan

keterampilan. Tujuan standar kompetensi lulusan digunakan sebagai acuan

utama pengembangan standar isi, standar pendidikan dan tenaga

kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolahan dan

standar pembiayaan.

Standar Kompetensi Lulusan dalam kurikulum 2013 menghendaki

lulusan yang memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan sikap orang

beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab

dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan social dan alam dalam

jangkauan pergaulan dan keberadaannya. Ada tiga dimensi di dalam Standar

Kompetensi Lulusan meliputi:

a. Dimensi Sikap

Pengertian sikap yang dikemukakan menurut Syamsudin (1997: 10)


adalah tingkah laku atau gerakan-gerakan yang tampak dan ditampilkan
dalam interaksinya dengan lingkungan sosial. Dimensi sikap siswa SMA
adalah anak memiliki perilaku yang mencerminkan sikap yaitu, beriman dan
bertakwa kepada Tuhan YME, berkarakter, jujur, dan peduli,
bertanggungjawab, pembelajar sejati sepanjang hayat, dan sehat jasmani dan
rohani sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan keluarga, sekolah,
masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, dan Negara.

7
Dimensi sikap memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang
beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan dari sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

Konsep dasar Kurikulum 2013 ini, nilai-nilai esensial yang diwarisi


kepada anak sudah dijelaskan secara detail untuk setiap jenjang. Tugas guru
adalah berpikir dan dan bertindak bagaimana agar setiap anak didiknya
dapat memiliki beberapa nilai sikap tersebut. Beberapa nilai utama tersebut
adalah nilai minimal yang harus dimiliki oleh setiap anak sebelum mereka
tamat sekolah. Pengajaran nilai-nilai tersebut tidak bisa hanya dengan tanya
jawab, apalagi ceramah. Nilai harus diajarkan dengan nilai, yaitu melalui
keteladanan. Keteladanan tidak hanya teori, tetapi langsung praktik yang
ditunjukkan secara konsisten oleh guru dan warga sekolah lainnya, termasuk
orang tua, dan orang-orang yang dipanuti di masyarakat. Esensialisme
menghendaki pewarisan nilai-nilai tersebut dapat dilaksanakan secara
konsekuen dan disiplin.

Dimensi sikap pada Standar Kompetensi Lulusan mata pelajaran


Sejarah SMA kelas XI (Sebelas) Antara lain :

Dimens Standar Kompetensi


Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
i Lulusan
Sikap Memiliki Prilaku 1. Menghargai dan 1.1 Menghayati nilai-
yang mencerminkan menghayati ajaran nilai persatuan dan
sikap orang beriman, agama yang keinginan bersatu
berakhlak mulia, dianutnya. dalam perjuangan
percaya diri, dan 2. Menghargai dan pergerakan nasional
bertanggung jawab menghayati perilaku menuju kemerdekaan
dalam berinteraksi jujur, disiplin, bangsa sebagai
secara efektif dengan tanggung jawab, karunia Tuhan YME
lingkungan sosial peduli(toleransi, terhadap bangsa dan
dan alam dalam gotong royong), negara Indonesia.

8
1.2 Meneladani
perilaku kerjasama,
santun, percaya diri
tanggung jawab, cinta
dalam berinteraksi
damai para pejuang
secara efektif dengan
jangkauan pergaulan dalam mewujudkan
lingkungan sosial dan
dan keberadaannya cita-cita mendirikan
alam dalam jangkauan
Negara dan bangsa
pergaulan dan
Indonesia dan
keberadaannya
menunjukannya dalam
kehidupan sehari hari.

b. Dimensi Pengetahuan
Kompetensi pengetahuan peserta didik. Penilaian terhadap pengetahuan
peserta didik dapat dilakukan melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan.
Kegiatan penilaian terhadap pengetahuan tersebut dapat juga digunakan
sebagai pemetaan kesulitan belajar peserta didik dan perbaikan proses
pembelajaran. Menurut Anderson & Krathwohl mengatakan bahwa
penilaian pengetahuan dapat diartikan sebagai penilaian potensi intelektual
yang mencakup pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognisi. Jenjang kognitif peserta didik yang dinilai adalah: mengingat,
memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta.
Dimensi pengetahuan siswa SMA adalah memiliki pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif pada tingkat dasar berkenaan
dengan: ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya. Mampu mengaitkan
pengetahuan di atas dalam konteks diri sendiri, keluarga, sekolah,
masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, dan negara. Pengajaran
aspek pengetahuan harus mampu memastikan bahwa setiap anak yang
sedang belajar atau sudah belajar adalah pasti memiliki esensi atau inti
pengetahuan yang diajarkan. Anak harus dipahamkan dengan inti
pembelajaran, kemudian memberikan kesmepatan kepada mereka untuk
mengembangkannya sendiri. Guru menagih beragam tugas mereka yang di

9
dalamnya ada esensi yang tidak boleh hilang. Pembelajaran seperti ini
memungkinkan anak tumbuh dengan kreatifitasnya namun tanpa alpa
makna.
Seorang pendidik perlu melakukan penilaian untuk mengetahui
pencapaian kompetensi pengetahuan peserta didik. Penilaian terhadap
pengetahuan peserta didik dapat dilakukan melalui tes tulis, tes lisan, dan
penugasan. Kegiatan penilaian terhadap pengetahuan tersebut dapat juga
digunakan sebagai pemetaan kesulitan belajar peserta didik dan perbaikan
proses pembelajaran. Menurut Anderson & Krathwohl mengatakan bahwa
penilaian pengetahuan dapat diartikan sebagai penilaian potensi intelektual
yang mencakup pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognisi. Jenjang kognitif peserta didik yang dinilai adalah: mengingat,
memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta.

Dimensi Pengetauan pada Standar Kompetensi Lulusan mata pelajaran


Sejarah SMA kelas XI (Sebelas) Antara lain :

Standar Kompetensi Kompetensi


Dimensi Kompetensi Inti
Lulusan Dasar
Pengetahua Memiliki 1) Memahami 1.1 Menganalisis
n pengetahuan pengetahuan strategi
faktuan, konseptual, (faktuan, perlawanan
dan procedural konseptual, dan bangsa
dalam ilmu procedural) Indonesia
pengetahuan, berdasarkan rasa terhadap
teknologi, seni, dan ingi tahunya penjajah
budaya dengan tentang ilmu bangsa barat
wawsan pengetahuan,teknol di indonesia
kemanusian, ogi, seni, budaya sebelum dan
kebangsaan, tekait fenomena sesudah abad
kenegaraan, dan dan kejadian ke-20 .
peradaban terkait tampak mata

10
fenomena dan
kejadian yang
tampak mata.

c. Dimensi Keterampilan
Keterampilan adalah kemampuan untuk melakukan sesuatu dan berbuat
sesuatu. Maka dari itu, orang yang mampu membuat beberapa hal atau suatu
hal disebut dengan orang yang terampil. Maka dari itu, keterampilan
berkaitan dengan kemampuan gerak motorik. Jenis keterampilan yang perlu
didapat oleh siswa di sekolah untuk memenuhi standar kompetensi lulusan
adalah keterampilan konkret dan keterampilan abstak.
a) Keterampilan Konkret
Keterampilan konkret adalah keterampilan yang berkaitan dengan
tindakan gerak tubuh secara langsung. Misalnya kemampuan
memainkan alat musik, merupakan keterampilan konkret.
Keterampilan untuk membaca puisi dengan baik adalah keterampilan
konkret.
b) Keterampilan Abstrak
Keterampilan abstrak adalah keterampilan yang berkaitan dengan
tindakan abstrak yang bisa dilakukan oleh siswa. Hal ini sulit diukur.
Misalnya keterampilan untuk berpikir praktis yang tidak berbelit.
Hal ini merupakan keterampilan abstrak yang memang cara
mengukurnya sangat sulit untuk dilakukan. Berbeda dengan
keterampilan konkret yang bisa langsung dipraktikkan dan
disimulasikan.

Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja,


yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu
kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian
portofolio. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian
(rating scale) yang dilengkapi rubrik.

11
Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan
melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi.
Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan
perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam
waktu tertentu. Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan
cara menilai kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu
yang bersifat reflektif-integratif untuk mengetahui minat, perkembangan,
prestasi, dan/atau kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu.
Karya tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang mencerminkan
kepedulian peserta didik terhadap lingkungannya.
Semangat Kurikulum 2013 menginginkan tercapainya keseimbangan
kompetensi antara aspek sikap, keterampilan, dan pengetahuan untuk
menjadi manusia yang kreatif, inivatif, produktif tetapi juga berkarakter.
Maka dari itu jangan sekedar mengandalkan model pelajaran pilihan ganda
tetapi ajarkan dengan model esai. Dengan model esai tidak ada jawaban
tunggal. Peserta didik berhak membuat jawaban sesuai dengan daya
pikirnya. Kenyataan dalam dunia kerja, kreativitas lebih diandalkan
dibandingkan kemampuan akademik. Instrumen penilaian harus memenuhi
persyaratan, sebagai berikut:
a. Substansi yang merepresentasikan kompetensi yang dinilai;

b. Konstruksi yang memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk


instrument yang digunakan; dan

c. Penggunaan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai


dengan tingkat perkembangan peserta didik

Dimensi Pengetauan pada Standar Kompetensi Lulusan mata pelajaran


Sejarah SMA kelas XI (Sebelas) Antara lain :

Standar Kompetensi Kompetensi


Dimensi Kompetensi Inti
Lulusan Dasar
Keterampilan Memiliki 1. Mencoba, 1.1 Mengolahinf
kemampuan berfikir mengolah, dan ormasi tentang

12
dan bertindak yang menyaji dalam strategi
efektif dan kreatif ranah konkret perlawanan
dalam ranah abstrak menggunakan, bangsa Indonesia
dan konkret sesuai mengurai, terhadap
dengan yang merangkai,modifik penjajahan
dipelajari di sekolah asi, membuat, dan bangsa barat di
atau sumber lain ranah Indonesia
yang sama dengan abstrak(membaca, sebelum dan
yang diperoleh dari menghitung, sesudah abad ke
sekolah menggambar, – 20 dan
mengarang) sesuai menyajikan
dengan yang dalam bentuk
dipelajari di cerita sejarah
sekolah dan
sumber lain yang
sama dalam sudut
pandang/ teori

2. Standar Proses

Sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005


tentang Standar Nasional Pendidikan salah satu standar yang harus
dikembangkan adalah standar proses. Standar proses adalah standar nasional
pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan
pendidikan untuk mencapai kompetensi lulusan. Standar proses berisi
kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan
menengah di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Standar proses ini berlaku untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah
pada jalur formal, baik pada sistem paket maupun pada sistem kredit
semester. Secara garis besar standar proses pembelajaran tersebut dapat
dideskripsikan sebagai berikut:

13
1. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta
didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup
bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat,
dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
2. Dalam proses pembelajran, pendidik memberikan keteladanan.
3. Setiap tahun pendidik melakukan perencanaan, pelaksanaan, penilaian,
dan pengawasan pembelajaran, untuk terlaksananya proses
pembelajaran yang efektif dan efisien
4. Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan
pembelajaran, materi ajar,
5. Metode, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar.
6. Pelaksanaan proses pembelajaran harus memperhatikan jumlah
maksimal peserta didik perkelas dan beban beban mengajar maksimal
per pendidik, rasio maksimal buku tekspembelajaran setiap peserta
didik dan rasio maksimal jumlah peserta didik per pendidik.
7. Pelaksanaan proses pembelajaran dilakukan dengan mengembangkan
budaya membaca dan menulis.
8. Penilaian hasil pembelajaran menggunakan berbagai teknik penilaian,
dapat berupa tes tertulis, observasi, tes praktik dan penugasan
perorangan atau kelompok, sesuai dengan kompetensi dasar yang harus
dikuasai.\
9. Untuk mata pelajaran selain kelompok ilmu pengetahuan dan teknologi
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, teknik penilaian
observasi secara individual sekurang-kurangnya dilaksanakan satu kali
dalam satu semester.
10. Pengawasan proses pembelajaran meliputi pemantauan, supervisi,
evaluasi, pelaporan, dan pengambilan langkah tindak lanjut yang
diperlukan.

14
a. Kerangka Pembelajaran
Kompetensi inti I (KI-1) dikembangkan untuk menumbuh
kembangkan sikap spiritual peserta didik, sedangkan Kompetensi Inti 2
(KI-2) dikembangkan untuk menumbuh kembangkan sikap sosial.
Kompetensi Inti 1 dan 2 tersebut tidak disampaikan dalam bentuk uraian
materi melainkan sebagai dampak pengiring atau dampak penyerta
(nurturent effect) setelah peserta didik melewati proses pembelajaran
melalui Kompetensi Inti 3 (KI-3) dan Kompetensi Inti 4 (KI-4).
Kompetensi inti 3 dikembangkan untuk meningkatkan aspek
pengetahuan (kognitif), dan kompetensi inti 4 dikembangkan untuk
meningkatkan aspek keterampilan.
Sikap spiritual dan sosial dimiliki melalui kegiatan menerima,
menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan. Pengetahuan
dimiliki melalui aktivitas mengingat, memahami, menerapkan,
menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Keterampilan diperoleh
melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan
mencipta”. Sedangkan pengetahuan dan keterampilan dimiliki melalui
mengumpulkan informasi, menalar dan aktivitas lainnya hendaknya
sampai pada konteks lokal daerahnya masingmasing.
Kompetensi inti (KI-3) dapat disajikan melalui memahami,
menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian,
serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
Kompetensi inti (KI-4) dapat disajikan melalui mengolah, menalar,
dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan. Kompetensi
Dasar (KD-3) merupakan sajian teoritis untuk memahami materi pokok

15
dalam rangka memperoleh pengetahuan, dan Kompetensi Dasar (KD-4)
merupakan implementasi dari pengetahuan yang dipweroleh dari KI-3
menjadi keterampilan dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber
belajar bagi peserta didik. Dari serangkaian proses pembelajaran KD-3
dan KD-4 tersebut peserta didik akan memperoleh pengalaman, yang
pada akhirnya menumbuhkan sikap spiritual maupun sikap sosial
sebagaimana dalam rumusan Kompetensi Inti. Rambu-rambu
pengembangan indikator pencapaian kompetensi :
1) Indikator diturunkan dari KD, dan tiap KD diturunkan menjadi
beberapa indikator.

2) Keseluruhan indikator memenuhi tuntutan kompetensi yang tertuang


dalam kata kerja yang digunakan dalam KI-KD.

3) Indikator dimulai dari tingkatan berpikir mudah ke sukar, sederhana ke


kompleks, dekat ke jauh, dan dari konkret ke abstrak (bukan
sebaliknya).

4) Indikator menunjukkan pencapaian tingkat kompetensi minimal KD


dan dapat dikembangkan melebihi kompetensi minimal sesuai dengan
potensi dan kebutuhan peserta didik.

5) Indikator yang dikembangkan menggambarkan hierarki kompetensi.

Contoh pengembangan indikator Kompetensi Inti: 1. Menghayati


dan proses mengamati, menanya, mengasosiasi, mengumpulkan
informasi, dan mengomunikasikan.
Menghayati, mengamalkan perilaku jujur, disiplin,tanggung jawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan
proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.

16
Kompetensi Dasar (KD) dari KI-1 dan KI-2:
1) Menganalisis strategi perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajah
bangsa barat di indonesia sebelum dan sesudah abad ke-20 .

2) Menghayati nilai-nilai persatuan dan keinginan bersatu dalam


perjuangan pergerakan nasional menuju kemerdekaan bangsa
sebagai karunia Tuhan YME terhadap bangsa dan negara Indonesia.

3) Meneladani perilaku kerjasama, tanggung jawab, cinta damai para


pejuang dalam mewujudkan cita-cita mendirikan Negara dan bangsa
Indonesia dan menunjukannya dalam kehidupan sehari hari.

4) Mengolahinformasi tentang strategi perlawanan bangsa Indonesia


terhadap penjajahan bangsa barat di Indonesia sebelum dan sesudah
abad ke – 20 dan menyajikan dalam bentuk cerita sejarah

b. Pendekatan Pembelajaran
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(Permendikbud) Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan
Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah,
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan sejumlah pola
pikir yang dikembangkan pada kurikulum sebelumnya. Salah satu di
antaranya adalah perubahan pola pikir (mindset) guru dalam
pembelajaran dari pasif menjadi pembelajaran aktifmencari dengan
pendekatan ilmiah (scientific). Pendekatan ilmiah (scientific) dipilih
sebagai pendekatan dalam pembelajaran untuk mendorong peserta didik
secara aktif membangun pengetahuannya sendiri melalui kegiatan atau
aktivitas-aktivitas ilmiah yaitu melalui: mengamati (observing); menanya
(questioning); mengumpulkan informasi (experimenting); mengasosiasi
(associating); dan mengomunikasikan (communicating).
1. Mengamati
Kegiatan mengamati dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
pengamatan langsung di lapangan atau di luar sekolah terhadap

17
objek yang dipelajari dan pengamatan secara tidak langsung melalui
memperhatikan data, gambar, foto, tayangan film/video tentang
objek yang dipelajari, baik dengan menggunakan alat maupun tidak
menggunakan alat. Kompetensi yang dikembangkan adalah melatih
kesungguhan, ketelitian dan mencari informasi.
Secara lebih luas, alat atau instrumen yang digunakan dalam
melakukan pengamatan dapat berupa daftar cek (checklist), skala
rentang (rating scale), catatan anekdotal (anecdotal record), catatan
berkala, dan alat mekanikal (mechanical device). Daftar cek dapat
berupa suatu daftar yang berisikan nama-nama subjek, objek, atau
faktor- faktor yang akan diamati. Skala rentang, berupa alat untuk
mencatat gejala atau fenomena menurut tingkatannya. Catatan
anekdot berupa catatan yang dibuat oleh peserta didik dan guru
mengenai kelakuan-kelakuan luar biasa, yang ditampilkan oleh
subjek atau objek yang diamati.
Praktik pengamatan dalam pembelajaran hanya akan efektif jika
peserta didik dan guru melengkapi diri dengan dengan alat-alat
pencatatan dan alatalat lain, seperti: .
a. Tape recorder, untuk merekam pembicaraan
b. Kamera, untuk merekam objek atau kegiatan secara visual
c. film atau video, untuk merekam kegiatan objek atau secara
audio-visual
d. alat-alat lain sesuai dengan keperluan.

2. Menanya
Proses pengamatan selesai, maka aktivitas berikutnya atau
secara bersamaan adalah peserta didik mengajukan sejumlah
pertanyaan berdasarkan hasil pengamatannya. Jadi, aktivitas
menanya bukan aktivitas yang dilakukan oleh guru, melainkan oleh
peserta didik berdasarkan hasil pegamatan yang telah mereka
lakukan. Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan

18
kreatifitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan
untuk membentuk pikiran kritis yang perlu dibangun untuk hidup
cerdas dan belajar sepanjang hayat. Aktivitas menanya merupakan
keterampilan yang perlu dilatih. Oleh karena itu, guru harus
mendorong dan memberikan peluang kepada peserta didik untuk
berani bertanya dalam kerangka sebagai proses berpikir mereka.
Keterampilan menyusun pertayaan ini sangat penting untuk melatih
daya pikir kritis dan peka peserta didik.

3. Mengumpulkan informasi
Setelah proses menanya, aktivitas berikutnya adalah
mengumpulkan data dan informasi dari berbagai sumber. Data dan
informasi dapat diperoleh secara langsung dari lapangan (data
primer) maupun dari berbagai bahan bacaan (data sekunder). Hasil
pengumpulan data tersebut kemudian menjadi bahan bagi peserta
didik untuk melakukan penalaran antara satu data atau fakta dengan
data atau fakta lainnya untuk dikaji ada tidaknya hubungan di antara
keduanya. Mengumpulkan informasi dapat dilakukan melalui
eksperimen (percobaan), membaca sumber lain selain buku teks,
mengamati objek/kejadian, aktivitas, wawancara dengan nara
sumber. Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan
sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain,
kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan
mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari,
mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.

4. Mengasosiasi
Kegiatan mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik
terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan informasi atau
melakukan eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan
kegiatan mengumpulkan informasi menjadi bahan dasar mencari
kaitan antara keduanya. Pengolahan informasi yang dikumpulkan

19
dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai
kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari
berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai
kepada yang bertentangan. Kompetensi yang dikembangkan adalah
mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras,
kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif
serta deduktif dalam menyimpulkan.

5. Mengomunikasikan
Membangun jejaring dalam konteks pendekatan pembelajaran
scientific dapat berupa penyampaian hasil atau temuan kepada pihak
lain. Keterampilan menyajikan atau mengomunikasikan hasil temuan
atau simpulan sangat penting dilatihkan sebagai bagian penting
dalam proses pembelajaran. Dengan kemampuan tersebut, peserta
didik dapat mengomunikasikan secara jelas, sistematis, santun, dan
beretika. Menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan
hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Kompetensi
yang dikembangkan adalah sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan
berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan
jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan
benar.
c. Strategi dan Metode Pembelajaran
Implementasi pendekatan scientific seperti yang diharapkan dalam
kurikulum 2013 memerlukan strategi yang berbeda dan bervariasi.
Strategi yang dimaksud adalah diperlukan pendayagunaan sumberdaya
yang dimiliki sekolah secara optimal agar guru dan peserta didik dapat
melaksanakan kegiatan pembelajaran secara efektif dan tepat sasaran.
Beberapa strategi yang dapat ditempuh untuk mencapai hal tersebut
adalah:
1. Sumberdaya Guru Sejarah
2. Sumberdaya Peserta Didik

20
3. Kelas
4. Sekolah
5. Lingkungan Masyarakat Sekitar
6. Orang tua peserta didik

Metode pembelajaran yang diharapkan terjadi dalam proses


pembelajaran pada pendekatan saintifik adalah memberikan peluang dan
kesempatan kepada peserta didik untuk mencari tahu dan menumbuhkan
rasa ingin tahunya melalui penugasan, pemecahan masalah, menemukan,
dan mencipta. Sehingga diharapkan seluruh proses pembelajaran
mencerminkan sebuah siklus sebagaimana dalam pendekatan saintifik
yakni melalui mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba,
menalar dan menyimpulkan, serta mengomunikasikan hasilnya.

d. Membuat Rancangan Pembelajaran


Dalam pembelajaran menurut standar proses yaitu perencanaan
pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan penyusunan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP). Setiap guru di setiap satuan pendidikan
berkewajiban menyusun RPP untuk kelas di mana guru tersebut mengajar
(guru kelas) di SMA dan untuk guru matapelajaran yang diampunya
untuk guru SMA/MA. Pengembangan RPP dapat dilakukan pada setiap
awal semester atau awal tahun pelajaran, dengan maksud agar RPP telah
tersedia terlebih dahulu dalam setiap awal pelaksanaan pembelajaran.
Pengembangan RPP dapat dilakukan secara mandiri atau secara
berkelompok.
1. Pengembangan RPP
Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) paling sedikit
memuat: (i) tujuan pembelajaran, (ii) materi pembelajaran, (iii)
metode pembelajaran, (iv) sumber belajar, (v) langkah-langkah
pembelajaran, dan (vi) penilaian.
Komponen-komponen tersebut secara operasional diwujudkan
dalam bentuk format untuk mempermudah penyusunan.

21
Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah menentukan
identitas sekolah yang didalamnya berisi antara lain matapelajaran,
kelas dan semester, jumlah pertemuan, materi pembelajaran, dan
alokasi waktu. Setelah identitas sekolah ditentukan kemudian
menentukan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) yang
akan dikembangkan menjadi RPP. Perlu dipahami bahwa antara KI
dan KD perlu dianalisis dan dijabarkan kedalam indikator-indikator
pembelajaran sebagai penanda untuk mengukur pencapaian
kompetensi yang telah ditentukan untuk setiap peserta didik.
Langkah berikutnya adalah merumuskan tujuan pembelajaran
untuk setiap materi pelajaran yang merupakan rincian dari materi
pokoknya. Proses pembelajaran akan berjalan lancar ketika sudah
ddipilih dan ditentukan metode pembelajaran dan media, alat serta
sumber belajar yang relevan dengan materi pokok yang akan
belajarkan. Kemudian diteruskan dengan mementukan langkah-
langkah kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik yang
diawali dengan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,
mencari hubungan atau mengasosiasi, dan mengomunikasikan
hasilnya dalam bentuk lisan maupun tulisan.
Langkah terakhir dari keseluruhan langkah kegiatan yang harus
dilakukan adalah menentukan jenis dan bentuk penilaian disertasi
rublik dan pensekorannya. Dalam melakukan penilaian tidak saja
mengukur hasil belajar akan tetapi juga proses belajarnya agar setiap
peserta didik dapat dinilai terhadap aspek sikap, keterampilan, dan
pengetahuannya.
Kemudian yang perlu diperhatikan pula adalah jumlah soal
dirancang dengan kelipatan empat sehingga mempermudah guru
dalam memasukkan nilai sesuai dengan format rapor yang telah
ditentukan yakni kelipatan 0-4 dengan skala 0,33. Catatan: KD-1 dan
KD-2 dari KI-1 dan KI-2 tidak harus dikembangkan dalam indikator
karena keduanya dicapai melalui proses pembelajaran yang tidak

22
langsung. Indikator dikembangkan hanya untuk KD-3 dan KD-4 yang
dicapai melalui proses pembelajaran langsung.

3. Standar Isi
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
No.21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah
mulai berlaku, menggantikan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.64
Tahun 2013 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah. Standar isi tersebut terdiri dari tingkat kompetensi dan
kompetensi inti (dalam hal ini jenjang pendidikan menengah atas).
Kompetensi inti meliputi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan
keterampilan. Ruang lingkup materi yang spesifik untuk setiap mata
pelajaran dirumuskan berdasarkan Tingkat Kompetensi dan Kompetensi Inti
untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis
pendidikan tertentu. Perumusan kompetensi dasar pada setiap kompetensi
inti untuk setiap mata pelajaran (dalam hal ini mata pelajaran Sejarah)
sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan tertentu (dalam hal ini jenjang
SMA) ditetapkan oleh Pusat Kurikulum dan Perbukuan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang


Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan ditetapkan bahwa Standar Isi adalah kriteria
mengenai ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai
kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Ruang
lingkup materi dirumuskan berdasarkan kriteria muatan wajib yang
ditetapkan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, konsep
keilmuan, dan karakteristik satuan pendidikan dan program pendidikan.
Selanjutnya, tingkat kompetensi (sikap, pengetahuan, dan keterampilan)
dirumuskan berdasarkan kriteria tingkat perkembangan peserta didik,

23
kualifikasi kompetensi Indonesia, dan penguasaan kompetensi yang
berjenjang.

Standar Isi disesuaikan dengan substansi tujuan pendidikan nasional


dalam domain sikap spiritual dan sikap sosial, pengetahuan, dan
keterampilan. Oleh karena itu, Standar Isi dikembangkan untuk menentukan
kriteria ruang lingkup dan tingkat kompetensi yang sesuai dengan
kompetensi lulusan yang dirumuskan pada Standar Kompetensi Lulusan,
yakni sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Karakteristik, kesesuaian,
kecukupan, keluasan, dan kedalaman materi ditentukan sesuai dengan
karakteristik kompetensi beserta proses pemerolehan kompetensi tersebut.
Ketiga kompetensi tersebut memiliki proses pemerolehan yang berbeda.
Sikap dibentuk melalui aktivitas-aktivitas: menerima, menjalankan,
menghargai, menghayati, dan mengamalkan. Pengetahuan dimiliki melalui
aktivitas-aktivitas: mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis,
mengevaluasi, dan mencipta. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas-
aktivitas: mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta.
Karakteristik kompetensi beserta perbedaan proses pemerolehannya
mempengaruhi Standar Isi.
Tingkat Kompetensi merupakan kriteria capaian Kompetensi yang
bersifat generik yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada setiap jenjang
pendidikan dalam rangka pencapaian Standar Kompetensi Lulusan. Tingkat
Kompetensi dikembangkan berdasarkan kriteria;
(1) Tingkat perkembangan peserta didik
(2) Kualifikasi kompetensi Indonesia
(3) Penguasaan kompetensi yang berjenjang.

Selain itu Tingkat Kompetensi juga memperhatikan tingkat


kerumitan/kompleksitas kompetensi, fungsi satuan pendidikan, dan
keterpaduan antar jenjang yang relevan.

Kompetensi Isi Deskripsi

24
Sikap Spiritual Menghayati dan mengamalkan
ajaran agama yang dianutnya.

Sikap Sosial Menghayati dan mengamalkan


perilaku;

a. jujur,

b. disiplin,

c. santun,

d. peduli (gotong royong,


kerjasama, toleran, damai),

e. bertanggung jawab,

f. responsif, dan

g. pro-aktif.

Dalam berinteraksi secara efektif


sesuai dengan perkembangan anak
di lingkungan, keluarga, sekolah,
masyarakat dan lingkungan alam
sekitar, bangsa, negara, kawasan
regional, dan kawasan
internasional.

Pengetahuan Memahami, menerapkan,


menganalisis dan mengevaluasi
pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif pada

25
tingkat teknis, spesifik, detil, dan
kompleks berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang;

a. ilmu pengetahuan,

b. teknologi,

c. seni,

d. d. budaya, dan

e. humaniora.

Dengan wawasan kemanusiaan,


kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan pada
bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.

Keterampilan Menunjukkan keterampilan


menalar, mengolah, dan menyaji
secara;

a. efektif,

b. kreatif,

c. produktif,

26
d. kritis,

e. mandiri,

f. kolaboratif,

g. komunikatif, dan

h. solutif.

Dalam ranah konkret dan abstrak


terkait dengan pengembangan dari
yang dipelajarinya di sekolah, serta
mampu menggunakan metoda
sesuai dengan kaidah keilmuan

4. Standar Penilaian
Penilaian hasil belajar sebagai proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa. Hasil penilaian
digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap prestasi belajar siswa
meliputi aspek hasil belajar yang masih dianggap lemah, dan hasil belajar
yang dianggap sudah mencapai kompetensi serta penilaian secara
keseluruhan terhadap seorang siswa untuk membuat keputusan tentang
tingkat pencapaian kompetensi siswa. Bagi siswa yang belum mencapai
tingkat kompetensi dalam satu aspek atau lebih dapat dilakukan
pembelajaran remedial setelah suatu kegiatan penilaian dilakukan (UTS,
Tugas, dan sebagainya).
Penilaian meliputi aspek sikap spiritual dan sosial, pengetahuan Sejarah
yang terdiri atas pengetahuan fakta sejarah, pemahaman konsep sejarah dan
cerita sejarah, dan keterampilan sejarah, dan penilaian terhadap 5
kompetensi Pembelajaran Saintifik sebagai keterampilan proses, yang

27
dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung (penilaian proses)
maupun setelah pembelajaran dilaksanakan (penilaian hasil belajar).
Penilaian pendidikan merupakan suatu proses yang dilakukan melalui
langkah-langkah perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan
informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian hasil
belajar siswa, pengolahan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar
siswa. Penilaian dilaksanakan melalui berbagai teknik/cara, seperti penilaian
unjuk kerja (performance), penilaian tertulis (paper and pencil test) atau
lisan, penilaian proyek, penilaian produk, penilaian melalui kumpulan hasil
kerja/ karya siswa (portfolio), dan penilaian diri.
Nilai Dan Kriteria

Nilai Kriteria
Data cukup, analisis berdasarkan data, ada
A
pendapat yang dikemukakan
Data cukup, analisis berdasarkan data, tidak ada
B
pendapat yang dikemukakan
Data memadai, analisis belum menggunakan data
C
secara maksimum
D Data memadai, analisis masih belum jelas

1) Penilaian Sikap

Penilaian sikap berbentuk kebiasaan yang didasarkan pada nilai yang

dimiliki siswa. Kebiasaan tersebut terlihat dalam perilaku siswa. Bentuk

perilaku dinyatakan dalam ucapan, cara berpikir, cara bersikap, dan

bertindak. Nilai-nilai tersebut berkembang pada diri siswa dalam suatu

proses internalisasi. Proses internalisasi dimulai dari pengetahuan tentang

nilai kemudian dilanjutkan dalam proses penentuan apakah nilai tersebut

dianggap baik untuk dirinya atau tidak. Jika dianggap tidak baik bagi

28
dirinya maka nilai tersebut akan ditolak tetapi jika dianggap baik maka

terjadi proses internalisasi nilai.

Teknik dan instrumen yang dapat digunakan untuk menilai

kompetensi pada aspek sikap:

1). Observasi

Merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara

berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung

maupun tidak langsung dengan menggunakan format observasi yang

berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati. Hal ini dilakukan saat

pembelajaran maupun di luar pembelajaran. Agar penilaian sikap

melalui observasi dapat terarah dan objektif maka diperlukan

panduan. Panduan observasi adalah alat/instrumen yang

dikembangkan untuk merekam berbagai perilaku seperti ucapan,

mimik, tindakan yang dilakukan siswa baik pada waktu ketika proses

belajar-mengajar di kelas, kegiatan di sekolah, atau pun kegiatan lain

yang dilaksanakan berdasarkan program belajar suatu mata pelajaran.

Observasi dilakukan terintegrasi dengan proses pembelajaran.

Ketika masuk kelas sebelum membuka pelajaran, sambil memberi

salam guru mengamati seluruh kelas. Pengamatan itu dilangsungkan

sepanjang proses pembelajaran. Pengamatan yang dilakukan bersifat

alami sebagaimana yang sudah biasa dilakukan guru dan tidak

langsung memfokuskan pada setiap anak siswa satu persatu.

Observasi adalah bagian yang terintegrasi selama proses pembelajaran

29
berlangsung, tidak seperti observasi dalam penelitian yang

memperhatikan setiap siswa secara khusus dalam ukuran waktu

tertentu.

Panduan observasi digunakan untuk merekam hasil belajar berupa

sikap dan perilaku yang bersifat deskriptif atau terbuka, tidak

preskriptif atau tertutup sebagaimana dalam penilaian hasil belajar

pengetahuan. Observasi yang dimaksudkan di sini berbeda dari

catatan anekdot (anecdotal record). Catatan anekdot tidak terencana

dan merekam suatu peristiwa hanya apabila peristiwa itu muncul.

Observasi untuk penilaian sikap dilakukan secara terencana setiap hari

dan merekam peristiwa/perilaku muncul atau tidak muncul. Suatu

peristiwa/kejadian yang tidak muncul atau tidak dilakukan siswa tetap

dihitung sebagai suatu kejadian tetapi perekamannya seperti catatan

anekdot yaitu hanya pada perilaku siswa yang dianggap istimewa

dalam arti positif maupun negatif.

Instrumen panduan observasi membantu guru untuk merekam

perilaku yang ditunjukkan siswa dalam bentuk rekaman yang dapat

dipelajari walaupun perilaku itu sudah berlalu. Dengan demikian, guru

memiliki waktu yang cukup untuk mengkaji hasil rekaman observasi

dan mengulang kajian tersebut setiap saat diperlukan. Dengan cara

demikian maka pemaknaan terhadap perilaku tersebut menjadi lebih

baik.

30
2) Penilaian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil yang diperoleh dari kegiatan

mengingat, refleksi, deduksi, dan induksi (penelitian). Pengetahuan

diperlukan untuk mengembangkan kemampuan kognitif, keterampilan

psikomotorik, dan internalisasi nilai serta kebiasaan dalam ranah

afektif. Pengetahuan yang dihasilkan kemampuan kognitif dapat

berupa pengetahuan hafalan dan dapat pula berupa pengetahuan yang

digunakan (working knowledge). Pengetahuan berupa hafalan hanya

memerlukan kemampuan kognitif pada tingkat mengingat (recall =

remember). Pengetahuan yang dapat digunakan memerlukan

pengetahuan kognitif pada tingkat memahami (understand) dan

tingkat-tingkat di atasnya.

Pengetahuan yang digunakan (working knowledge) juga untuk

mengembangkan kemampuan kognitif pada tingkat memahami (dulu

disebut pemahaman), mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi

(menilai), dan menghasilkan suatu yang baru. Berbagai teknik

penilaian pengetahuan dapat digunakan sesuai dengan karakteristik

masing-masing KD. Teknik yang biasa digunakan adalah tes tertulis,

tes lisan, dan penugasan. Namun tidak menutup kemungkinan

digunakan teknik lain yang sesuai, misalnya portofolio dan observasi.

1). Tes Tertulis

Tes tertulis digunakan untuk mengukur pengetahuan

yang diperoleh dalam pembelajaran Sejarah Indonesia.

31
Berdasarkan jenisnya tes tertulis dapat dilakukan pilihan

ganda, isian, benarsalah, menjodohkan, dan uraian,

sedangkan berdasarkan waktu pelaksanaannya tes dilakukan

dalam situasi yang disediakan khusus, misalnya: ulangan

harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester

ataupun ulangan kenaikan kelas. Tes dapat juga dilakukan

melekat dalam proses pembelajaran, misalnya dalam bentuk

kuis, untuk mengetahui seberapa jauh siswa dapat

menguasai atau menyerap materi pelajaran. Pengembangan

instrumen tes tertulis mengikuti langkahlangkah sebagai

berikut.

(1) Menetapkan tujuan tes, yaitu untuk seleksi,

penempatan, diagnostik, formatif, atau sumatif.

(2) Menyusun kisi-kisi, yaitu spesifikasi yang digunakan

sebagai acuan menulis soal. Kisi-kisi memuat

ramburambu tentang kriteria soal yang akan ditulis,

meliputi KD yang akan diukur, materi, indikator soal,

bentuk soal, dan nomor soal. Dengan adanya kisi-kisi,

penulisan soal lebih terarah sesuai dengan tujuan tes

dan proporsi soal per KD atau materi yang hendak

diukur lebih tepat.

(3) Menulis soal berdasarkan kisi-kisi dan kaidah penulisan

soal.

32
(4) Menyusun pedoman penskoran sesuai dengan bentuk

soal yang digunakan. Pada soal pilihan ganda, isian,

menjodohkan, dan jawaban singkat disediakan kunci

jawaban karena jawaban dapat diskor dengan objektif.

Sedangkan untuk soal uraian disediakan pedoman

penskoran yang berisi alternatif jawaban dan rubrik

dengan rentang skor. (5) Melakukan analisis kualitatif

(telaah soal) sebelum soal diujikan.

33
2) Observasi terhadap Diskusi, Tanya Jawab, dan Percakapan

Penilaian terhadap pengetahuan siswa dapat dilakukan

melalui observasi terhadap diskusi, tanya jawab, dan

percakapan. Teknik ini adalah cerminan dari penilaian

otentik.

3). Penugasan

Penugasan adalah pemberian tugas kepada siswa untuk

mengukur dan/atau meningkatkan pengetahuan. Penugasan

yang digunakan untuk mengukur pengetahuan (assessment

of learning) dapat dilakukan setelah proses pembelajaran

sedangkan penugasan yang digunakan untuk meningkatkan

pengetahuan (assessment for learning) diberikan sebelum

dan/atau selama proses pembelajaran. Penugasan dapat

berupa pekerjaan rumah dan/atau proyek yang dikerjakan

secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik

tugas. Penugasan lebih ditekankan pada pemecahan masalah

dan tugas produktif lainnya.

4). Tes Lisan Tes lisan berupa pertanyaan-pertanyaan yang

diberikan guru secara lisan (oral) sehingga siswa

merespons pertanyaan tersebut secara lisan juga, sehingga

menimbulkan keberanian. Jawaban dapat berupa kata,

frase, kalimat maupun paragraf yang diucapkan.

34
3) Penilaian Keterampilan

Penilaian keterampilan adalah penilaian untuk mengukur

pencapaian kompetensi siswa terhadap kompetensi dasar pada KI-4.

Penilaian keterampilan menuntut siswa mendemonstrasikan suatu

kompetensi tertentu. Penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui

apakah pengetahuan yang sudah dikuasai siswa dapat digunakan untuk

mengenal dan menyelesaikan masalah dalam kehidupan sesungguhnya

(real life). Ketuntasan belajar untuk keterampilan dibuat dalam bentuk

angka pada skala 0 – 100. Ketuntasan belajar untuk keterampilan

ditentukan oleh satuan pendidikan. Namun secara bertahap satuan

pendidikan harus meningkatkan kriteria ketuntasan belajar dengan

mempertimbangkan potensi dan karakteristik masing-masing satuan

pendidikan sebagai bentuk peningkatan kualitas hasil belajar.

Penilaian keterampilan dalam mata pelajaran Sejarah Indonesia

dapat dilakukan dengan berbagai teknik antara lain penilaian unjuk

kerja/ kinerja/praktik, proyek, produk, dan portofolio. Teknik

penilaian lain dapat digunakan sesuai dengan karakteristik KD dari

KI-4 yang akan diukur. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek

atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik.

1). Unjuk kerja/kinerja/praktik

Penilaian kinerja dapat berbentuk penilaian berupa

melakukan suatu aktivitas keterampilan gerak (skill test).

35
Melalui penilaian kinerja siswa diminta

mendemonstrasikan kinerjanya dalam aktivitas jasmani

atau melaksanakan berbagai macam keterampilan gerak

sesuai dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar mata

pelajaran Sejarah Indonesia. Penilaian kinerja dalam mata

pelajaran Sejarah Indonesia dapat berupa penilaian

terhadap kemampuan siswa dalam menerapkan

keterampilan membuat peta, melakukan wawancara,

melakukan penelitian sederhana tentang suatu peristiwa

sejarah.

2). Penilaian Proyek

Proyek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang

meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan

pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu

tertentu. Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian

terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam

periode atau waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu

investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan,

pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data.

Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui

pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, penyelidikan

serta menginformasikan siswa pada mata pelajaran dan

indikator/ topik tertentu secara jelas. Pada penilaian

36
proyek, setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu

dipertimbangkan:

(a) kemampuan pengelolaan: kemampuan siswa

dalam memilih indikator/topik, mencari informasi

dan mengelola waktu pengumpulan data serta

penulisan laporan,

(b) relevansi: kesesuaian dengan mata pelajaran dan

indikator/topik, dengan mempertimbangkan tahap

pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam

pembelajaran

(c) keaslian: proyek yang dilakukan siswa harus

merupakan hasil karyanya, dengan

mempertimbangkan kontribusi guru berupa

petunjuk dan dukungan terhadap proyek siswa.

3). Penilaian Portofolio

Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan

dengan cara menilai siswa yang dilakukan secara

berkelanjutan dan didasarkan atas kumpulan informasi

perkembangan kemampuan siswa dalam satu periode

tertentu. Jenis-jenis portofolio dapat berupa:

a). Portofolio personal jika dipegang dan dikelola oleh

siswa. Biasanya berguna untuk menuliskan

aktivitas fisik yang disenangi, harapan, refleksi

37
diri, serta berbagi gagasan dari pengalaman yang

diperoleh, sepanjang periode pembelajaran.

b). Portofolio terekam dan tersimpan (record-keeping

portfolios), portofolio ini dapat diisi dan disimpan

oleh siswa, namun sebagian dari informasi yang

direkam juga disimpan oleh guru.

c). Portofolio tematik (thematic portfolios), portofolio

ini menggambarkan kegiatan pembelajaran pada

satu pokok bahasan (tema) yang berdurasi antara

dua hingga enam minggu.

d)Portofolio terintegrasi (integrated portfolios),

portofolio ini dapat digunakan untuk

menggambarkan “potret” siswa secara

keseluruhan, dan berbagai subyek pembelajaran.

e). Portofolio selebrasi (celebration portfolios) untuk

mencatat prestasi yang diperoleh siswa dalam

bidang akademik maupun non akademik. Misalnya

menjadi pemenang lomba karya ilmiah/lomba

seni/lomba olahraga.

f). Portofolio tahun jamak (multiyears portfolios),

yaitu portofolio yang digunakan dengan jangka

beberapa tahun dan digunakan oleh siswa dari satu

tingkatan kelas ke kelas yang lebih tinggi.

38
C. PENUTUP

1. Kesimpulan

2. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Beane, J. A. (1986). Curriculum Planning and Development. Boston: Allyn and


Bacon,nc.
Djoko, S. (2005). Paradigma Sejarah di Indonesia dan kurikulum sejarah.
Surakarta: PPS UNS.
Idi, A. (2010). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.
Jhonson, M. (1977). Intentionality in Education. New York: Center for
Curriculum Research and Service.
Kaber, A. (1988). Pengembangan Kurikulum . Jakarta: Depdikbud.
Olivia, P. (1992). Developing The Curriculum Third Edition. New York:
Harpercollins Publisher Inc.
RR Ponco Dewi, d. (2020). Dasar-dasar IPS. Yogyakarta: Samudra Biru.
Sukmadinata, N. (2009). Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.

40

Anda mungkin juga menyukai