Disusun untuk tugas Mata Kuliah Jaminan Mutu dan Kendali Mutu Radiologi
Disusun Oleh :
Kelompok 3
D3 2A TEKNIK RADIOLOGI
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
a. Penataan Organisasi
Penataan organisasi menjadi organisasi yang efisien, efektif
dengan struktur dan uraian tugas yang tidak tumpang tindih,
dan jalinan hubungan kerja yang jelas dengan berpegang pada
prinsip Organization Through The Function.
b. Regulasi dan Peraturan Perundangan
Pengkajian secara komprehensif terhadap berbagai peraturan
perundangan yang telah ada dan diikuti dengan regulasi yang
mendukung pelaksanaan kebijakan tersebut di atas.
c. Pemantapan Jaringan
Pengembangan dan pemantapan jejaring dengan pusat
unggulan pelayanan dan sistem rujukannya akan sangat
meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelayanan kesehatan,
sehingga dengan demikian akan meningkatkan mutu
pelayanan.
d. Standarisasi
Standarisasi merupakan kegiatan penting yang harus
dilaksanakan, meliputi standar tenaga baik kuantitatif maupun
kualitatif, sarana dan fasilitas, kemampuan, metode, pencatatan
dan pelaporan dan lain-lain. Luaran yang diharapkan juga harus
distandarisasi.
Berbagai upaya yang menjadi prioritas utama saat ini yang perlu
segera dilaksanakan antara lain :
2.2.4 Kalibrasi
Kalibrasi yang diatur dalam PP 63/2000, yaitu, Kalibrasi
alat ukur radiasi (AUR) dan kalibrasi keluaran radioterapi.
Kalibrasi AUR secara langsung menentukan keselamatan pekerja
radiasi yang terlibat. Dengan AUR yang terkalibrasi baik, pekerja
radiasi dapat menentukan tindakan yang tepat: menentukan laju
dosis di tempat bekerja dan memperkirakan dosis yang bakal ia
terima dengan memperhatikan niai batas dosis (NBD) sesuai
dengan aturan yang ditentukan. Kalibrasi keluaran radioterapi, di
sisi lain, berhubungan langsung dengan keselamatan pasien.
Kedua jenis kalibrasi di atas memiliki fungsi yang sangat
kritis dari segi keselamatan. Sehingga, senada dengan Pasal 10,
maka Pasal 30 mengatur bahwa kalibrasi Alat Ukur Radiasi dan
kalibrasi keluaran radioterapi harus dilakukan oleh laboratorium
yang telah terakreditasi dan ditunjuk oleh BAPETEN. Saat ini
keempat BPFK yang dimiliki Kementerian Kesehatan sedang
mempersiapkan kompetensi mereka untuk dapat memberikan
pelayanan kalibrasi ini.
Sementara itu, laboratorium kalibrasi PTKMR BATAN,
satu-satunya laboratorium yang beroperasi memberi pelayan kedua
jenis kalibrasi, telah melayangkan permohonan penunjukan kepada
BAPETEN, dan masih dalam proses.
a. Level 1
Tersedia Program Jaminan Mutu (PJM) atau Manual Mutu
sebagai dokumen acuan utama, yang berisi Pernyataan
Kebijakan Mutu sebagai perwujudan dari tekad manajemen dan
karyawan untuk memandang masalah mutu sebagai hal utama
yang ingin terus ditingkatkan. Sebagaiamana disebutkan dalam
Pasal 3, Pengusaha Instalasi wajib menyusun PJKIR untuk
mendapat persetujuan BAPETEN sebelum ditindak-lanjuti.
b. Level 2
Terdiri atas prosedur manajemen dan prosedur teknis. Prosedur
kendali dokumen dan rekaman, prosedur kendali ketidak-
sesuaian (non-conformance) dan tindakan korektif, prosedur
audit dan pengkajian, serta prosedur pengendalian kualifikasi
SDM adalah contoh-contoh prosedur manajemen yang harus
disediakan. Sedangkan prosedur operasi dan prosedur
kedaruratan adalah bagian dari prosedur teknis.
c. Level 3
Terdapat petunjuk teknis atau petunjuk pelaksanaan yang
diturunkan dari setiap prosedur yang dibuat, termasuk blanko
checklist pemeriksaan perlengkapan secara rutin (tahunan,
bulanan, mingguan dan harian). Himpunan data dan dokumen
acuan, lembar resep dan form permintaan adalah dokumentasi
yang dibutuhkan selama masa pelaksanaan dan rekamannya
harus dikendalikan. Kegiatan kendali kualitas yang diuraikan
secara rinci pada Keputusan Kepala BAPETEN ini
membutuhkan banyak form checklist yang harus
didokumentasikan secara rutin. Dari aspek klinis, dokumentasi
harus memasukkan pula hasil diskusi kasus klinis (clinical
cases conference) yang diselenggarakan setiap pagi, rencana
dan pelaksanaan tindak lanjut klinis dan kajian statistik
terutama mengenai efektivitas pengobatan.
PENUTUP
3.3 Kesimpulan
3.4 Saran
DAFTAR PUSTAKA