Anda di halaman 1dari 5

Nama : Ilham Wally

NIM : 1810301058

Kelas : 3 A3

LO FL 2.2 :

1. Faktor apa yang mempengaruhi Ali lebih baik dari pada Rina ?
2. Mekanisme pembentukan energi Anaerob ?
3. Mekanisme Fatigue dan jenis-jenis kelelahan

Jawab :

1. Faktor yang mempengaruhi :


- Daya tahan Kardiovaskuler

Daya tahan kardiovaskuler pada usia anak-anak, antara laki-laki dan perempuan tidak jauh
berbeda, namun setelah masa pubertas terdapat perbedaan. Rata-rata remaja putra
memiliki kebugaran aerobik antara 15-25% lebih besar dari remaja putri dan ini tergantung
pada tingkat aktivitas mereka, akan tetapi pada atlet remaja putri yang sering berlatih,
hanya berbeda 10% dibawah atlet putra dalam usia yang sama dalam hal VO2 maks (Harris,
1999). Menurut Harris (1999), satu gram hemoglobin dapat bersatu dengan 1,34 ml oksigen.
Pada pria dalam keadaan istirahat terdapat sekitar 15 16 gr hemoglobin pada setiap 100 m.
Selain itu ukuran jantung pada wanita rata-rata lebih kecil dibanding ukuran jantung pada
pria. Keadaan tersebut menyebabkan pria memiliki kapasitas aerobik yang lebih besar
dibanding wanita. (Harris, 1999).l darah dan pada wanita rata-rata 13,5 gr pada setiap 100
ml darah. Selain itu ukuran jantung pada wanita rata-rata lebih kecil dibanding ukuran
jantung pada pria. Keadaan tersebut menyebabkan pria memiliki kapasitas aerobik yang
lebih besar dibanding wanita. (Harris, 1999).

- Hormonal

Sebelum masa puber, perbedaan performansi antara anak laki-laki dan perempuan
disebabkan oleh pengalaman bukan oleh faktor fisik ataupun potensi performansinya.
Bahkan wanita rnempunyai keuntungan yang lebih baik karena mereka lebih cepat dewasa.
Setelah masa puber, keuntungan ada di pihak pria karena hormon dan perbedaan
pertumbuhan yang menyebabkan rata-rata pria lebih besar dan lebih kuat dari rata-rata
wanita. Hal ini bisa digunakan sebagai dasar untuk membagibagi olahraga.

Sumber : http://digilib.unila.ac.id/7709/5/3.%20BAB%20II%20TINJAUAN
%20PUSTAKAprint.pdf

2. Mekanisme Pembentukan energi Anaerob

Energi yang akan digunakan oleh tubuh untuk melakukan aktivitas yang membutuhkan
energi secara cepat ini akan diperoleh melalui hidrolisis phosphocreatine (PCr) serta
melalui glikolisis glukosa secara anaerobik. Proses metabolisme energi secara anaerobik ini
dapat berjalan tanpa kehadiran oksigen (O2).

1. Proses Metabolisme Secara Anaerobik Sistem PCr

Creatine (Cr) merupakan jenis asam amino yang tersimpam di dalam otot sebagai sumber
energi. Di dalam otot, bentuk creatine yang sudah ter-fosforilasi yaitu phosphocreatine (PCr)
akan mempunyai peranan penting dalam proses metabolisme energi secara anaerobik di
dalam otot untuk menghasilkan ATP. Dengan bantuan enzim creatine kinase,
phosphocreatine (PCr) yang tersimpan di dalam otot akan dipecah menjadi Pi (inorganik
fosfat) dan creatine dimana proses ini juga akan disertai dengan pelepasan energi sebesar
43 kJ (10.3 kkal) untuk tiap 1 mol PCr. Inorganik fosfat (Pi) yang dihasilkan melalui proses
pemecahan PCr ini melalui proses fosforilasi dapat mengikat kepada molekul ADP
(adenosine diphospate) untuk kemudian kembali membentuk molekul ATP (adenosine
triphospate). Melalui proses hidrolisis PCr, energi dalam jumlah besar (2.3 mmol ATP/kg
berat basah otot per detiknya) dapat dihasilkan secara instant untuk memenuhi kebutuhan
energi pada saat berolahraga dengan intensitas tinggi yang bertenaga. Namun karena
terbatasnya simpanan PCr yang terdapat di dalam jaringan otot yaitu hanya sekitar 14-24
mmol ATP/ kg berat basah maka energi yang dihasilkan melalui proses hidrolisis ini hanya
dapat bertahan untuk mendukung aktivitas anaerobik selama 5-10 detik.
- ATP ADP + Pi + Energi

ATP yang tersedia dapat digunakan untuk aktivitas fisik selama

1-2 detik.

- CP + ADP C + ATP.

ATP yang terbentuk dapat digunakan untuk aktivitas fisik selama

6-8 detik.

2. Glikolisis (Sistem Glikolitik)

Glikolisis merupakan salah satu bentuk metabolisme energi yang dapat berjalan secara
anaerobik tanpa kehadiran oksigen. Proses metabolisme energi ini mengunakan simpanan
glukosa yang sebagian besar akan diperoleh dari glikogen otot atau juga dari glukosa yang
terdapat di dalam aliran darah untuk menghasilkan ATP. Inti dari proses glikolisis yang
terjadi di dalam sitoplasma sel ini adalah mengubah molekul glukosa menjadi asam piruvat
dimana proses ini juga akan disertai dengan membentukan ATP. Jumlah ATP yang dapat
dihasilkan oleh proses glikolisis ini akan berbeda bergantung berdasarkan asal molekul
glukosa. Jika molekul glukosa berasal dari dalam darah maka 2 buah ATP akan dihasilkan
namun jika molekul glukosa berasal dari glikogen otot maka sebanyak 3 buah ATP akan
dapat dihasilkan. Mokelul asam piruvat yang terbentuk dari proses glikolisis ini dapat
mengalami proses metabolisme lanjut baik secara aerobik maupun secara anaerobik
bergantung terhadap ketersediaan oksigen di dalam tubuh. Pada saat berolahraga dengan
intensitas rendah dimana ketersediaan oksigen di dalam tubuh cukup besar, molekul asam
piruvat yang terbentuk ini dapat diubah menjadi CO dan H O di dalam mitokondria sel. 2 2
Dan jika ketersediaan oksigen terbatas di dalam tubuh atau saat pembentukan asam piruvat
terjadi secara cepat seperti saat melakukan sprint, maka asam piruvat tersebut akan
terkonversi menjadi asam laktat.

Glikogen/glukosa + ADP + Pi ATP + Asam laktat

ATP terbentuk dapat digunakan untuk aktivitas fisik selama 45 -

120 detik.

Sumber : http://staffnew.uny.ac.id/upload/132318122/pendidikan/metabolisme+energi.pdf
3. Mekanisme Fatigue

Kelelahan otot dapat diakibatkan oleh beberapa faktor, diantaranya: waktu istirahat otot
yang kurang, kontraksi yang terus-menerus; meningkat; atau berlangsung dalam waktu
lama, asam laktat yang meningkat, sumber energi berkurang, dan kerja enzim yang
berkurang. Apabila waktu istirahat otot terlalu sedikit padahal kerja otot (kontrasi)
berlangsung dalam waktu yang cukup lama, maka otot dapat kehabisan energi (ATP).
Otot tidak memiliki waktu yang cukup untuk memproduksi ATP yang baru, jika terus
berlangsung hal demikian, maka produksi ATP akan dialihkan dengan cara anaerob.
Produksi dengan cara anaerob akan membuat penimbunan asam laktat semakin banyak.
Asam laktat yang merupakan hasil sampingan peristiwa dari pemecahan glikogen dapat
menyebabkan “pegal linu” dalam otot ataupun dapat menyebabkan “kecapaian” otot.
Kecapaian atau kelelahan otot biasanya ditandai dengan tubuh yang menjadi lemas dan
juga lelah. Asam laktat dapat diubah lagi menjadi glukosa dengan bantuan enzim-enzim
yang ada di hati. Akan tetapi hanya sekitar 70% asam laktat yang dapat diubah kembali
menjadi glukosa oleh enzim-enzim dalam hati. Cara lain untuk mengurangi penimbunan
asam laktat adalah dengan menambah pasokan oksigen ke dalam darah. Kebutuhan
oksigen yang tinggi akan mengakibatkan seseorang bernapas dengan terengah-engah.

Jenis-jenis Kelelahan

Menurut Grandjean (2000) kelelahan digolongkan atas:

1. Kelelahan otot dengan tanda-tanda: berkurangnya kemampuan untuk menjadi


pendek ukurannya, bertambahnya waktu kontraksi dan relaksasi dan memanjangnya
waktu laten, yaitu waktu di antara perangsangan dan saat mulai kontraksi.

2. Kelelahan umum: kelelahan dengan turunnya efisiensi dan ketahanan dalam bekerja
meliputi segenap kelelahan tanpa memandang apapun penyebabnya, seperti
kelelahan yang sumber utamanya adalah mata, kelelahan fisik umum, kelelahan
mental, kelelahan saraf, kelelahan oleh lingkungan yang monoton, kelelahan oleh
lingkungan kronis terus-menerus sebagai pengaruh aneka faktor secara menetap dan
kelelahan oleh karena cycardian yakni menunda periode waktu tidur (kekurangan
waktu tidur).

Sumber:
https://www.academia.edu/24574365/Kelelahan_Otot_sebagai_Akibat_Mekanisme_Kerja_
Otot

Anda mungkin juga menyukai