Anda di halaman 1dari 12

1.

Panduan mengukur tingkat kesadaran menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS)

Untuk mengetahui seberapa baik tingkat kesadaran Anda, dokter atau tim medis akan melakukan
penilaian GCS. Dokter menggunakan penilaian ini untuk menilai respon mata, kemampuan bicara,
serta gerakan tubuh. Skor atau nilai GCS didapat dengan menjumlah nilai yang didapatkan dari
indikator di bawah ini.

Respon mata

 Apabila mata pasien terbuka secara spontan dengan berkedip tanpa tim medis memberikan
rangsangan, poin GCS yang didapat adalah 4.

 Apabila mata pasien terbuka ketika tim medis memberikan rangsangan verbal, alias lewat
suara atau perintah, maka skor GCS yang didapat adalah 3.

 Apabila mata mata pasien terbuka ketika tim medis memberikan rangsangan nyeri, maka
poin GCS yang didapat adalah 2.

 Apabila mata pasien tidak membuka sama sekali atau tetap tertutup rapat meski tim medis
sudah memberikan perintah dan  rangsangan nyeri, maka poin GCS yang didapat adalah 1.

Suara

 Apabila pasien mampu menjawab semua pertanyaan yang ditanyakan oleh tim medis
dengan benar, maka poin GCS yang didapat adalah 5.

 Apabila pasien menunjukkan kebingungan, tetapi mampu menjawab pertanyaan dengan


jelas, maka poin GCS yang didapat adalah 4.

 Apabila pasien mampu diajak berkomunikasi tapi hanya mengeluarkan kata-kata saja bukan
kalimat yang jelas, maka poin GCS yang didapat adalah 3.

 Apabila pasien hanya mengerang atau mengeluarkan suara rintihan tanpa kata-kata, maka
poin GCS yang didapat adalah 2.

 Apabila pasien tidak mengeluarkan suara sama sekali, meski tim medis sudah mengajak
berkomunikasi atau merangsang ujung jarinya, maka poin GCS yang didapat adalah 1.

Gerakan

 Apabila pasien mampu menuruti dua perintah berbeda dari tim medis, maka poin GCS yang
didapat adalah 6.

 Apabila pasien mampu mengangkat tangan ketika diberikan rangsangan nyeri di area
tersebut oleh tim medis, dan ia juga mampu menunjukkan titik mana yang sakit, maka poin
GCS yang didapat adalah 5.

 Apabila pasien mampu menghindar ketika tim medis memberi rangsangan nyeri, namun
tidak terarah ke titik nyeri maka poin GCS yang didapat adalah 4.

 Apabila pasien hanya melipat siku lengan saat diberi rangsangan nyeri, maka poin GCS yang
didapat adalah 3.

 Apabila pasien hanya dapat membuka siku lengan saat diberikan rangsangan nyeri oleh tim
medis, maka poin GCS yang didapatkan adalah 2.
 Apabila pasien tidak ada respon gerakan tubuh sama sekali meski tim medis sudah
memberikan rangsangan atau perintah, maka poin GCS yang didapat adalah 1.

Pasien bisa dikatakan memiliki tingkat kesadaran tinggi apabila skornya mencapai 15. Sementara
seseorang dikatakan memiliki tingkat kesadaran rendah, atau dikatakan koma apabila skornya hanya
berjumlah 3.

2. Gerakan Fleksi

Gerakan terjadi pada bidang sagital dengan axismedial-lateral.

Posisi pemeriksaan yang disarankan

Subjek dalam posisi terlentang atau supine,dengan knee fleksi agar lumbal menjadi flat.Posisi
shoulder 0 derajat abduksi, adduksi, danrotasi. Posisi lengan 0 derajat dari supinasi
dan pronasi sehingga telapak tangan menghadap ketubuh.

Alignment goniometer

a.Pusat fulcrum goniometer berada dekattonjolan akromion. b.Letakkan proksimal

arm

 pada garismidaxillar thorak.c.Letakkan distal

arm

 pada garis tengah bagian lateral humerus, gunakanepicondilus lateral humeri sebagaiatokan.


 
Subjek pada awal ROM feksiglenohumeral. Fulcrum goniometerberada pada tonjolan akromion.
Kedua

arm

goniometer berada sepanjanggaris tengah bagian lateral dari thorakdan garis tengah bagian lateral
darihumerus dan segaris denganepicondylus lateral humeri.Alignment goniometer pada akhir
ROMfeksi glenohumeral. angan kanan!sioterapis membantu ekstremitassubjek dan menjaga distal

arm

goniometer pada alignment yangbenar. angan kiri !sioterapismenempatkan proksimal

arm

goniometer pada garis tengah bagianlateral thorak.

Normal ROM untuk gerakan fleksi adalah 160!1"0


 

2. Gerakan Ekastensi

"erakan ekstensi terjadi pada bidang sagitaldengan a#is medial$lateral.

Posisi pemeriksaan

%osisi subjek telungkup atau prone& dengankepala menghadap berlawanan dengan sisiyang sedang
di ukur. Kepala tidak disanggahbantal. %osisi shoulder ' derajat dari abduksidan rotasi. %osisi elbow
sedikit feksi sehinggaregangan otot biceps brachii caput longumtidak menghambat gerakan. %osisi
lengan 'derajat dari supinasi dan pronasi sehinggatelapak tangan menghadap ke tubuh.

A%i#n!ent #onio!eter

a.%usat (ulcrum goniometer berada dekat tonjolan akromion.b.)etakkan proksimal

arm

pada garis mida#illar thorakc.)etakkan distal

arm

pada garis tengah bagian lateral humerus&gunakan epicondilus lateral humeri sebagai patokan.
 

Subjek pada awal ROM ekstensiglenohumeral. Fulcrum goniometerberada pada tonjolan akromion.
Kedua

arm

goniometer berada sepanjanggaris tengah bagian lateral dari thorakdan garis tengah bagian lateral
darihumerus dan segaris denganepicondylus lateral humeri.Alignment goniometer pada akhir
ROMekstensi glenohumeral. angan kiri!sioterapis memegang distal

arm

goniometer pada alignment yangbenar. angan kanan !sioterapismenempatkan proksimal

arm

goniometer pada garis tengah bagianlateral thorak.

Normal ROM untuk gerak ekstensi adalah 60

3. Antropometri adalah ilmu yang mempelajari pengukuran dimensi tubuh manusia (ukuran,


berat, volume, dan lain-lain) dan karakteristik khusus dari tubuh seperti ruang gerak.

1. Berat Badan Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering
digunakan. Berat badan menggambarkan jumlah protein, lemak, air, dan mineral pada tulang. Berat
badan seseorang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : umur, jenis kelamin, aktifitas
fisik, dan keturunan (Supariasa, 2001). Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang
memberikan gambaran masa tubuh (otot dan lemak). Karena tubuh sangat sensitif terhadap
perubahan keadaan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu
makan dan menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Maka BB merupakan ukuran
antropometri yang sangat labil (Reksodikusumo, dkk, 1989). Dalam keadaan normal dimana keadaan
kesehatan baik dan keseimbangan antara intake dan keutuhan gizi terjamin, berat badan mengikuti
perkembangan umur. Sebaiknya dalam keadaan abnormal terdapat dua kemungkinan
perkembangan BB, yaitu dapat berkembang lebih cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. 2.
Tinggi Badan (TB) Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan gizi yang telah lalu
dan keadaan sekarang jika umur tidak diketahui dengan tepat. Disamping itu tinggi badan
merupakan ukuran kedua yang penting,karena menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan,
faktor umur bisa dikesampingkan. Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan
keadaan pertumbuhan skeletal. Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dengan
pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan, tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif
terhadap masalah defisiensi gizi dalam waktu pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi
badan baru akan tampak pada saat yang cukup lama. Tinggi badan merupakan ukuran tubuh yang
menggambarkan pertumbuhan rangka. Dalam penilaian status gizi tinggi badan dinyatakan sebagai
indeks sama halnya dengan berat badan (Supariasa, 2001) 3. IMT (Indeks Masa Tubuh)
Menggunakan Berat Badan dan Tinggi badan Kategori IMT (kg/m2) Kurus Kekurangan berat badan
tingkat berat < 17,00 Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,00 – 18,49 Normal 18,50 – 24,99
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,00 – 26,99 Kelebihan berat badan tingkat berat >
27,00 4. Lingkar Lengan Atas (LiLA) Nilai normal adalah 23,5 cm LiLA WUS dengan resiko KEK di
Indonesia < 23,5 cm 5. PENGUKURAN LINGKAR PERUT Pengukuran lingkar perut dilakukan untuk
mengetahui ada tidaknya obesitas abdominal/sentral. Jenis obesitas ini sangat berpengaruh
terhadap kejadian penyakit kardiovaskular dan diabetes melitus, yang akhir-akhir ini juga erat
hubungannya dengan kejadian sindroma metabolik. Nilai normal pengukuran lingkar perut di
Indonesia. Baik Obesitas sentral Laki-laki 90 > 90 Perempuan 80 > 80.

4. 1 RM =  A Kg  X 100% /B %

       Keterangan :
       A Kg =  perkiraan berat beban awal yang diberikan.
       B %   =  jumlah pengulangan dalam %.
Penentuan jenis dan dosis latihan berdasarkan Diagram Holten tergantung dari tujuan yang ingin
dicapai seperti dapat dilihat dalam tabel 2.1 , berikut ini :
Tabel 2.1. Jenis Metode Latihan

Metode Intensitas Repetisi  Seri Istirahat Tujuan


Dari 1 RM (kali) (detik)
Mobilisasi 10 – 30 % 5 – 15  1- 4 60 Memperbaiki
mobilitas lokal
Koordinasi 10 – 35 % 10 – 20 2–6 30 – 60 Mempelajari kembali
pergerakan
Endurance 30 – 65 % > 20 1–3 0 – 30 Meningkatkan
kekuatan aerobik
lokal
Velocity 70 – 80 % 11 – 22 3–4 90 – 150 Melatih kecepatan
massa otot
Hipertrofi 75 – 85 % 6 – 12 3–5 2–5 Meningkatkan  massa
otot
Kekuatan 90-100 % 1–4 3–6 3–6 Meningkatkan
absolut kekuatan absolut

sumber: http://physioarticle.blogspot.com/2011/12/terapi-latihan-review.html 

Anda mungkin juga menyukai