Anda di halaman 1dari 2

Nama : Paula Niken Gita Adinda Putri

NIM : 20808141001
Kelas : A20
Matkul : MKU Pancasila
1. Implementasi nilai dasar, nilai instrumental dan nilai praksis dalam kehidupan bernegara
Nilai dasar dalam berkehidupan bernegara yaitu Pancasila. Selanjutnya Nilai dasar tersebut
dijabarkan menjadi nilai instrumental yaitu Undang-Undang Dasar 1945 yang berisi norma-
norma pengaturan penyelenggaraan negara. Nilai instrumental tersebut kemudian dijabarkan lagi
ke dalam nilai praksis, berupa undang-undang. Misalnya Sila keempat Pancasila yang berbunyi
“Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”
sebagai nilai dasar dijabarkan dalam nilai instrumental yaitu pasal 28E ayat (3) yang menyatakan
“Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat”,
kemudian dijabarkan lagi ke dalam Undang Undang Nomor 9 Tahun 1998 Tentang Kemerdekaan
Menyampaikan Berpendapat di muka Umum.

2. Perbedaan fungsi Pancasila sebagai identitas bangsa dan kepribadian bangsa


Fungsi Pancasila sebagai kepribadian bangsa berarti kelanjutan dari kristalisasi cerminan nilai-
nilai yang tertuang pada keseharian yang terwujud/tertuang dalam perilaku dan sikap. Misalnya
perilaku gotong royongsudah melekat dlam kehidupan masyarakat sebelum ada Pancasila.
Perilaku gotong royong tersebut kemudian dikristalisasi kedalam Pancasila menjadi sila ketiga
Pancasila yang berbunyi “Persatuan Indonesia”. Sedangkan Pancasila sebagai identitas bangsa
berarti Pancasila merupakan konsekuensi dari proses inkulturasi dan akulturasi dari seluruh
budaya yang ada di Indonesia. Budaya itu sendiri merupakan proses cipta,rasa, dan karsa yang
perlu dikelola dan dikembangkan secara terus-menerus. Contohnya masyarakat Indonesia
terkenal memiliki budaya ramah terhadap orang lain oleh masyarakat luar negeri. Hal tersebut
menjadi salah satu ciri khas bangsa Indonesia dimata orang asing.

3. Hubungan Das Sein dan Das Sollen dalam prespektif nilai


Das Sein merupakan realisasi Pancasila dalam kenyataan faktualnya, sedangkan Das Sollen
pengamalan Pancasila yang seharusnya dilakukan/diharapkan. Suatu nilai dibuat untuk mencapai
Das Sollen atau sesuai dengan yang diharapkan. Apabila Das Sein/ kenyataan semakin jauh dari
Das Sollen maka nilai tersebut menjadi semakin buruk. Dan sebaliknya, apabila Das Sein
semakin dekat maka nilai tersebut menjadi baik. Misalnya, Tujuan dibuat UU tentang lalu lintas
yaitu untuk menciptakan ketertiban dalam berlalu lintas (Das Sollen), Namun pada kenyataannya
masih banyak masyarakat yang melanggar Undang-Undang tersebut (Das Sein) sehingga banyak
terjadi kecelakaan dalam berlalu lintas (akibat Das Sein jauh dari Das Sollen)

4. Peran Pancasila sebagai kebenaran pragmantis dalam merespon industri 4.0


Dalam industri 4.0 Perubahan-perubahan yang dihadapi dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara berlangsung cepat, dan untuk menghadapi tuntutan perkembangan ilmu
pengetahuan yang sangat pesat, disertai pola kehidupan mengglobal menuntut semua pihak untuk
mengantisipasinya, termasuk generasi muda, keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan turut
berkembang. Saat ini ketrampilan dalam memecahkan masalah dan keterampilan sosial sangat
dibutuhkan untuk menghadapi industri 4.0. Keterampilan memecahkan masalah dan keterampilan
sosial erat kaitannya dengan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila. Peran Pancasila sebagai
kebenaran pragmatis memiliki peran yaitu dalam memecahkan masalah harus membawa
Nama : Paula Niken Gita Adinda Putri
NIM : 20808141001
Kelas : A20
Matkul : MKU Pancasila
kemanfaatan bagi sebagian besar umat manusia. Contoh Pancasila sebagai kebenaran pragmantis
dalam menghadapi industri 4.0 misalnya dibuatnya gadget/komputer untuk mempermudah dan
mempercepat
5. Pancasila sebagai hierarkis piramidal
Pancasila sebagai hierarkis piramidal berarti Sila sila dalam pancasila saling menjiwai dan
dijiwai. Hal ini berarti bahwa antara sila yang satu dengan yang lain, saling memberi kualitas,
memberi bobot isi. Misalnya Ketuhanan Maha Esa adalah Ketuhanan yang Maha Esa yang
berkemanusiaan yang adil dan beradab, berpersatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan berkeadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Demikian juga untuk sila kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab,
yang berketuhanan yang maha esa, berpersatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan berkeadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia, dan ini berlaku seterusnya untuk sila-sila yang lain. Contoh kasus/fenomena riil
di Indonesia yaitu fenomena yang terjadi di Wamena, Papua pada bulan oktober 2019. Tragedi ini
diduga disebabkan oleh isu sara yang terjadi di Wamena. Fomena ini terjadi karena sila kelima
Pancasila yang berbunyi “Keadilan sosial bagi seluruh Indonesia” belum dirasakan oleh seluruh
lapisan masyarakat Indonesia sehingga memunculkan isu sara seperti yang terjadi di Wamena.
Untuk itu, jalan terbaik yang bisa diambil untuk mencegah agar permasalahan seperti yang terjadi
di Wamena tidak terulang yaitu dengan menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada seluruh
masyarakat Indonesia. "Ketuhanan yang Maha Esa" sebagai sila pertama merupakan landasan
utama Bangsa Indonesia dalam berbangsa dan bernegara. Sila pertama Pancasila sebagai causa
prima yang berarti Tuhan merupakan penyebab pertama dan utama dalam kehidupan. Sila
pertama Pancasila ini menjiwai sila kedua dan sila-sila berikutnya. Tanpa adanya sila pertama,
sila kedua yaitu “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab” tidak akan terlaksana. Sebab, jika
manusia memahami dan mengerti serta menjalankan perintah dan larangan agama, maka
kecintaannya kepada sesama manusia akan lahir. Sila kedua Pancasila menjiwai sila ketiga yaitu
“Persatuan Indonesia”. Dengan adanya rasa cinta sesama manusia tanpa melihat perbedaan suku,
ras, agama dan golongan adalah elemen terkuat bagi persatuan bangsa. Selanjutnya yaitu sila
keempat Pancasila yang berbunyi “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan, sila ini ditempatkan setelah persatuan karena sila ini merupakan
cara untuk menentukan kebijakan. Sila keempat ini dijiwai oleh sila pertama, kedua dan ketiga,
serta menjiwai sila kelima Pancasila. Selanjutnya yaitu sila kelima Pancasila yang berbunyi
“Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” yang merupakan tujuan dan cita-cita bangsa
Indonesia. Sila kelima ini dijiwai oleh sila-sila diatasnya.

Anda mungkin juga menyukai