Anda di halaman 1dari 36

CIDERA VERTEBRA MEDULA SPINALIS

Untuk memenuhi mata kuliah kep. Trauma

D
I
S
U
S
U
N

O L E H:

Anatasya M dalimunthe 1711006


Paisah Anni 1711138
Annisa Pratiwi 17110
Dearmaita saragih 1711031
Desi Anggiana Sinambela 17111
Purna Yudha Sasmita 17111

PSIK IV A

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS


KEPERAWATAN DAN FISIOTERAPI INSTITUT
KESEHATANMEDISTRA LUBUK PAKAM

T.A 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah
memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
keperawatan Trauma, yaitu makalah yang berjudul “FUNGSI, PERAN DAN
TANGGUNG JAWAB MANAGEMENT KEPERAWATAN“ tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas keperawatan manajemen. Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu
dosen yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akankami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Lubuk Pakam, 21 Februari 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... i

DAFTAR ISI .............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 2

1.3 Tujuan .......................................................................................... 2

BAB II ISI .................................................................................................. 3

2.1 Defenisi ........................................................................................ 3

2.2 Etiologi ........................................................................................ 3

2.3 Patofisiologi ................................................................................. 4

2.4 Tanda dan Gejala ......................................................................... 5

2.5 Penatalaksanaan ........................................................................... 5

2.6 Pemeriksaan Diagnostik............................................................... 6

2.7 Komplikasi ................................................................................... 8

BAB III KASUS ........................................................................................ 11

3.1 Pengkajian ................................................................................... 11

3.2 Diagnosa ...................................................................................... 18

3.3 Intervensi ..................................................................................... 18

3.4 Implementasi ............................................................................... 19

iii
3.5 Evaluasi ....................................................................................... 21

BAB IV PENUTUP ................................................................................... 22

4.1 Kesimpulan .................................................................................. 22

4.2 Saran ............................................................................................ 22

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 23

iv
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Trauma spinal atau cedera pada tulang belakang adalah cedera yang
mengenai servikalis, vertebralis dan lumbalis akibat dari suatu trauma
yang mengenai tulang belakang. Trauma pada tulang belakang dapat
mengenai jaringan lunak pada tulang belakang yaitu ligamen dan
diskus, tulang belakang sendiri dan susmsum tulang belakang atau
spinal kord (Arif Muttaqin, 2008). Cedera medulla sinalis kebanyakan
(80%) terjadi pada usia sekitar 15-30 tahun. Kebanyakan dialami oleh
laki-laki daripada perempuan dengan perbandingan 8:1, sebagian besar
penyebabnya karena kecelakaan lalulintas dan kecelakaan kerja.
Sedangkan penyebab lainya adalah karena jatuh dari ketinggian, cidera
olah raga, RA (Reumatoid Artritis) atau osteoporosis bahkan akibat
penganiayaan.

Dari data yang diperoleh di Amerika serikat tingkat insiden ini


mencapai 40 kasus per 1 juta penduduk setiap tahunnya, di
perkirakan 12.000 kasus baru pertahun. Sekarang diperkirakan
terdapat 183.000-230.000 pasien dengan cidera medulla spinalis yang
masih bertahan hidup di Amerka Serikat. Sedangkan dari RSUD
Dr.Soetomo Surabaya Jawa Timur ditemukan 111 kasus pertahun utuk
kejadian cidera medulla spinalis. Pasien dengan cedera medulla spinalis
memerlukan penyesuaian terhadap  berbagai aspek, antara lain
masalah mobilitas yang terbatas, psikologis, urologis, pernafasan,
kulit, disfungsi seksual, dan ketidakmampuan untuk bekerja.

Menurut UU No. 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan,


Keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan kepada individu,
keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik dalam keadaan sakit
maupun sehat. Perawat mempunyai peranan yang sangat penting dalam
setiap tindakan keperawatan. Intervensi keperawatan yang tepat diperlukan
2

untuk merawat klien baik secara fisik maupun psikis. Dalam hal ini,
peran perawat sangat dibutuhkan dalam membantu klien yang mengalami
cedera medulla spinalis agar mempu memaksimalkan kemampuan yang
dimiliki dalam melaksanakan aktivitas daily living untuk memenuhi
kebutuhan dasar manusia. Oleh karena itu, kami sempat tertarik untuk
membahas asuhan keperawatan pada klien dengan cedera medulla spinalis

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai
berikut:

1. Apa pengertian trauma medula spinalis?


2. Bagaimana etiologi trauma medula spinalis?
3. Bagaimana patofisiologi trauma medula spinalis?
4. Apa saja manifestasi klinis trauma medula spinalis?
5. Bagaimana pemeriksaan diagnostik trauma medula spinalis?
6. Bagaimana komplikasi trauma medula spinalis?
7. Bagaimana penatalaksanaan medis trauma medula spinalis?
8. Bagaimana Asuhan keperawatan pada pasien trauma medula
spinalis?

1.3 Tujuan Penulisan

a. Tujuan Umum

Tujuan umum untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan


trauma medula spinalis di Rumah Sakit.

b. Tujuan Khusus

Mahasiswa dapat mengetahui dan mampu melakukan tindakan pemberian


asuhan keperawatan pada pasien dengan trauma medula spinalis.
3

BAB II

ISI

2.1 Definisi

Trauma medulla spinalis atau Spinal Cord Injury (SCI)


didefinisikan sebagai cidera atau kerusakan pada medulla spinalis
yang menyebabkan perubahan fungsional, baik secara mental
maupun permanen, pada fungsi motorik, sensorik, atau otonom. Trauma
pada medulla spinalis dapat bervariasi dari trauma ekstensi fiksasi ringan
yang terjadi akibat benturan secara mendadak sampai yang menyebabkan
transeksi lengkap dari medulla spinalis dengan quadriplegia (Fransiska B.
Batticaca 2008).

Cedera medula spinalis (CMS) atau spinal cord injury (SCI)


ditandai dengan adanya tetralegia atau paraplegia, parsial atau komplit,
dan tingkatan atau level tergantung area terjadinya lesi atau
CMS. Tetraplegia atau quadriplegia adalah kehilangan fungsi sensorik dan
motorik di segmen servikal medulla spinalis. Sedangkan paraplegia adalah
gangguan fungsi sensorik dan motorik di segmen thorakal, lumbal dan
sakrum ( Kirshblum & Benevento, 2009). Cedera Medula Spinalis adalah
cedera yang mengenai Medula Spinalis baik itu bagian servikalis,
torakalis, lumbal maupun sakral akibat dari suatu trauma yang mengenai
tulang belakang. (Arif Muttaqin,2008).

2.2 Etiologi

Menurut Arif Muttaqin (2008) penyebab dari cidera medulla spinalis


adalah :

a. Otomobil/industri

Kecelakaan yang hebat dapat menyebabkan suatu benturan dari organ


tubuh salah satu yang terjadi adalah cidera tulang belakang secara
4

langsung yang mengenai tulang belakang dan melampui batas kemampuan


tulang belakang dalam melindungi saraf-saraf yang berada didalamnya

 b. Terjatuh/olahraga

Peristiwa jatuh karena suatu kegiatan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi terjadinya cidera salah satunya karena kegiatan olahraga
yang berat contohnya adalah olahraga motor GP , lari, lompat.

c. Luka tusuk/tembak

Luka tusuk pada abdomen atau tulang belakang dapat dikatakan menjadi
faktor terjadinya cidera karena terjadi suatu perlukaan atau insisi luka
tusuk atau luka tembak.

d. Tumor

Tumor merupakan suatu bentuk peradangan, jika terjadi komplikasi pada


daerah tulang belakang spinal, Ini merupakan bentuk cidera tulang
belakang/medulla spinalis.

2.3 Patofisiologi

Menurut Arif Muttaqin 2008, kerusakan medulla spinalis berkisar


dari komosis sementara (dimana pasien sembuh sempurna)
sampai kontusio, laserasi, dan kompresi substansi medulla (baik salah satu
atau dalam kombinasi), sampai transeksi lengkap medulla (yang
membuat pasien paralisis di bawah tingkat cedera). Bila hemoragi terjadi
pada daerah medulla spinalis darah dapat merembes ke ekstradural,
subdural atau daerah subarakhnoid pada kanal spinal. Segera setelah
terjadi kontusion atau robekan akibat cedera, serabut-serabut saraf mulai
membengkak dan hancur. Sirkulasi darah ke substansi grisea
medulla spinalis menjadi terganggu. Tidak hanya hal ini saja yang terjadi
pada cedera pembuluh darah medulla spinalis, tetapi proses patogenik
dianggapmenyebabkan kerusakan yang terjadi pada cedera medulla
spinalis akut.
5

Suatu rantai sekunder kejadian-kejadian yang menimbulkan


iskemia, hipoksia, edema, dan lesi-lesi hemoragi, yang pada gilirannya
mengakibatkan mielin dan akson. Reaksi sekunder ini, diyakini
menjadi penyebab prinsip degenerasi medulla spinalis pada tingkat
cedera, sekarang dianggap reversibel 4 sampai 6 jam setelah cedera. Untuk
itu jika kerusakan medulla tidak dapat diperbaiki, maka beberapa
metode mengawali pengobatan dengan menggunakan kortikosteroid dan
obat-obat antiinflamasi lainnya yang dibutuhkan untuk mencegah
kerusakan sebagian dari perkembangannya, masuk kedalam kerusakan
total dan menetap.

2.4 Tanda dan Gejala

Menurut Diane C. Baughman (2000) tanda dan gejala Medula Spinalis


Meliputi :

a. Nyeri akut pada belakang leher, yang menyebar sepanjang saraf


yang Terkena
b. Paraplegia
c. Tingkat neurologic
d. Paralisis sensorik motorik total
e. Kehilangan kontrol kandung kemih (refensi urine, distensi kandung
kemih)
f. Penurunan keringat dan tonus vasomotor
g. Penurunan fungsi pernafasan
h. Gagal nafas
i. Pernafasan dangkal

2.5 Penatalaksanaan

Menurut Francisca B. Batticaca,(2008) penatalaksanaan Medula Spinalis


Meliputi:

a. Terapi dilakukan untuk mempertahankan fungsi neurologis yang


masih ada, memaksimalkan pemulihan neurologis, tindakan atas
6

cidera lain, yang menyertai, mencegah, serta mengobati


komplikasi dan kerusakan neural lebih lanjut. Reabduksi atas
subluksasi (dislokasi sebagian pada sendi di salah satu tulang-ed).
Untuk mendekompresi koral spiral dan tindakan imobilisasi tulang
belakang untuk melidungi koral spiral.
b. Operasi lebih awal sebagai indikasi dekompresi neural, fiksasi
internal, atau debrideben luka terbuka. Fikasi internal elekif
dilakukan pada klien dengan ketidakstabilan tulang belakang,
cidera ligaemn tanpa tanpa fraktur, deformitas tulang belakang
progresif, cidera yang tak dapat direbduksi, dan fraktur non- union.
c. Terapi steroid, nomidipin, atau dopamine untuk perbaiki aliran
darah koral spiral. Dosis tertinggi metil prednisolon/bolus adalah
3mg/kgBB diikuti 5,4 mg/kgBB/jam untuk 23 jam berikutnya. Bila
diberikan dalam 8 jam sejak cedera akan memperbaiki
pemulihan neurologis.

d. Gangliosida mungkin juga akan memperbaiki pemulihan setelah


cedera koral spiral.
e. Penilaian keadaan neurologis setiap jam, termasuk pengamatan
fungsi sensorik, motorik, dan penting untuk melacak deficit yang
progresif atau asenden.
f. Mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat, fungsi ventilasi,
dan melacak keadaan dekompensasi.
g. Pengelolaan cedera stabil tanpa deficit neurologis seperti angulasi
ataubaji dari bahan luas tulang belakang, fraktr psoses transverses,
spinosus, dan lainnya, tindakannya simptomatis (istirahat baring
hingga nyeri berkurang), imobilisasi dengan fisioterapi untuk
pemulihan kekuatan otot secara bertahap.
h. Cedera tak stabil disertai deficit neurologis. Bila terjadi pergeseran,
fraktur memerlukan reabduksi dan posisi yang sudah baik harus
dipertahankan.
7

2.6 Penmeriksaan Diagnostik

  Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada pasien fraktur


lumbal menurut Mahadewa dan Maliawan, (2009) adalah :

a. Foto Polos
Pemeriksaan foto
yang terpenting adalah
AP Lateral dan Oblique
view. Posisi lateral dalam
keadaan fleksi dan
ekstensi mungkin berguna
untuk melihat instabilitas
ligament. Penilaian foto
polos, dimulai dengan
melihat kesegarisan pada
AP dan lateral, dengan
identifikasi tepi korpus
vertebrae, garis
spinolamina, artikulasi
sendi facet, jarak
interspinosus. Posisi
oblique berguna untuk
menilai fraktur
interartikularis, dan
subluksasi facet.

b. CT Scan
CT scan baik untuk
melihat fraktur yang
kompleks, dan terutama
yang mengenai elemen
posterior dari medulla
8

spinalis. Fraktur dengan


garis fraktur sesuai bidang
horizontal, seperti Chane
fraktur, dan fraktur
kompresif kurang baik
dilihat dengan CT scan
aksial. Rekonstruksi
tridimensi dapat digunakan
untuk melihat pendesakan
kanal oleh fragmen tulang,
dan melihat fraktur elemen
posterior.

c. MRI
MRI memberikan
visualisasi yang lebih baik
terhadap kelainan medulla
spinalis dan struktur
ligament. Identifikasi
ligament yang robek
seringkali lebih mudah
dibandingkan yang utuh.
Kelemahan pemakaian MRI
adalah terhadap penderita
yang menggunakan fiksasi
metal, dimaka akan
memberikan artefact yang
mengganggu penilaian
fisik. Kombinasi antara foto
polos, CT Scan dan MRI,
memungkinkan kita bias
melihat kelainan pada
tulang dan struktur jaringan
9

lunak (ligament, diskus dan


medulla spinalis).

d. Elektromiografi dan Pemeriksaan Hantaran Saraf


Kedua prosedur ini
biasannya dikerjakan
bersama-sama satu sampai
dua minggu setelah
terjadinya trauma.
Elektromiografi dapat
menunjukan adanya
denerfasi pada ekstremitass
bawah. Pemeriksaan pada
otot paraspinal dapat
membedakan lesi pada
medulla spinalis atau cauda
equine, dengan lesi pada
pleksus lumbal atau sacral.

Sedangkan menurut Arif Mutaqim, (2005) pemeriksaan radiologi yang


dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

e. Pemeriksaan Rontgen
Pada pemeriksaan
Rontgen, manipulasi
penderita harus dilakukan
secara hati-hati. Pada
fraktur C-2, pemeriksaan
posisi AP dilakukan secara
khusus dengan membuka
mulut.
10

f. Pemeriksaan CT-scan terutama untuk melihat fragmentasi dan


pergeseran fraktur dalam kanal spinal Pemeriksaan CT-scan dengan
mielografi.
g. Pemeriksaan MRI terutama untuk melihat jaringan lunak, yaitu
diskusi intervertebralis dan ligamentum flavum serta lesi dalam
sumsum medulla spinalis.

2.7 Komplikasi

a. Neurogenik shock  
Syok Neurogenik
adalah kondisi medis
yang ditandai dengan
ketidakcukupan aliran darah
ke tubuh yang disebabkan
karena gangguan sistem
saraf yang mengendalikan
konstriksi dari pembuluh-
pembuluh darah. Gangguan
ini menyebabkan
kehilangan sinyal saraf tiba-
tiba, yang menyebabkan
terjadinya relaksasi dan
pelebaran pembuluh-
pembuluh darah

b. Hipoksia.
Hipoksia merupakan
kondisi di mana
berkurangnya suplai
11

oksigen ke jaringan di
bawah level normal yang
tentunya tidak dapat
memenuhi kebutuhan
tubuh.

c. Hipoventilasi
Hipoventilasi adalah
kurangnya ventilasi
dibandingkan dengan
kebutuhan metabolik,
sehingga terjadi
peningkatan PCO2 dan
asidosis respiratorik

d. Instabilitas spinal
Instabilitas spinal
adalah hilangnya
kemampuan jaringan lunak
pada spinal (contoh:
ligamen, otot dan diskus)
untuk mempertahankan
kontrolintersegmental saat
terjadinya beban atau stress
fisiologis.

e. Orthostatic Hipotensi
Hipotensi ortostatik
adalah penurunan tekanan
darah yang terjadi tiba-tiba
saat berubah posisi dari
telentang ke posisi duduk
atau tegak. Hal ini lebih
sering pada pasien yang
12

mengambil obat
antihipertensi. Gejala
seperti lemah tiba-tiba,
pusing, terasa pingsan dan
pingsan dapat terjadi.

f. Ileus Paralitik
Ileus paralitik adalah
keadaan abdomen akut
berupa kembung distensi
usus karena usus tidak dapat
bergerak (mengalami
dismolititas).

g. Infeksi saluran kemih


Infeksi Saluran
Kemih adalah infeksi
bakteri yang mengenai
bagian dari saluran kemih.
Ketika mengenai saluran
kemih bawah dinamai
sistitis (infeksi kandung
kemih) sederhana, dan
ketika mengenai saluran
kemih atas dinamai
pielonefritis (infeksi
ginjal).

h. Kontraktur
Kontraktur adalah
hilangnya atau kurang
penuhnya lingkup gerak
sendi secara pasif
maupun aktif karena
13

keterbatasan sendi,
fibrosis jaringan
penyokong, otot dan kulit.

i. Dekubitus
Dekubitus adalah
kerusakan/kematian kulit
sampai jaringan dibawah
kulit, bahkan menembus
otot sampai mengenai
tulang akibat adanya
penekanan pada suatu area
secara terus menerus
sehingga mengakibatkan
gangguan sirkulasi darah
setempat. Dekubitus atau
luka tekan adalah kerusakan
jaringan yang terlokalisir
yang disebabkan karena
adanya kompresi jaringan
yang lunak diatas tulang
yang menonjol (bony
prominence) dan adanya
tekanan dari luar dalam
jangka waktu yang lama.

j. Inkontinensia blader
Inkontinensia urine
merupakan eliminasi urine
dari kandung kemih yang
tidak terkendali atau
terjadi di luar keinginan.
(Brunner&Suddarth, 2002).
14

k. Konstipasi (Fransisca B. Batticaca 2008)


Konstipasi adalah
kondisi tidak bisa buang air
besar secara teratur atau
tidak bisa sama sekali. Jika
mengalaminya, Anda
biasanya akan mengalami
gejala-gejala tertentu.
Misalnya tinja Anda
menjadi keras dan padat
dengan ukuran sangat besar
atau sangat kecil.

BAB III

KASUS

3.1 Pengkajian

3.1.1 Pengumpulan data

A. Identitas klien
15

Nama : Tn. S

Umur : 38 Tahun

Jenis kelamin : Laki-Laki

Status : Menikah

Agama : Islam

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : Buruh pabrik

Diagnosa Medis : Medulla Spinalis

Alamat : Jl. Kayu no 21, Kota Cirebon

B. Identitas penanggung jawab

 Nama : Tn. D

Umur : 23 Tahun

Pekerjaan : Buruh pabrik

Hubungan dengan klien : Anak

Alamat : Jl. Kayu no 21, Kota Cirebon

3.1.2 Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan terdahulu


Klien mengatakan
bahwa klien baru pertama
kali dirawat di rumah sakit,
klien mengatakan tidak
pernah mengalami penyakit
16

kronis maupun yang sedang


dialami sebelumnya. Klien
baru mengetahui
penyakitnya setelah dirawat
di RSU UMC.

b. Riwayat penyakit sekarang


Klien mengatakan
sudah mengalami nyeri
lebih dari 1 minggu setelah
terjatuh dari motor,
tetapi klien menganggap
nyeri yang dirasakan
bukanlah masalah yang
serius. Pada hari
minggu 14-01-2018 klien
mengalami nyeri hebat,
keluarga klien panik dengan
kondisi klien, klien
langsung dibawa oleh
keluarga ke RSU UMC
melalui IGD untuk
mendapatkan perawatan
yang lebih baik.

c. Keluhan Utama : Nyeri pada tulang belakang


Klien mengatakan
nyeri pada tulang belakang.
Nyeri klien berkurang saat
klien minum obat nyeri dan
nyeri bertambah apabila
klien melakukan aktivitas,
nyeri di rasakan seperti di
17

tusuk-tusuk, nyeri yang


dirasakan klien sangat
mengganggu aktifitas dan
istirahat, nyeri pada bagian
tulang belakang, nyeri yang
di rasakan menjalar ke leher
belakang, skala 6 (0-10),
nyeri dirasakan terus
menerus.

d. Keluhan saat dikaji


Pada saat dikaji klien
mengatakan nyeri pada
tulang belakang, pusing,
lemas, sulit beraktivitas.

e. Riwayat penyakit keturunan


Klien mengatakan
bahwa di dalam
keluarganya tidak ada yang
memiliki riwayat penyakit
yang sama seperti klien,
klien tidak memiliki
riwayat keturunan seperti
diabetes militus dan
hipertensi.

f. Riwayat penyakit menular


Menurut keluarga dan klien bahwa dikeluarganya tidak memiliki
riwayat penyakit menular seperti TBC, HIV dan penyakit menular
lainnya.

g. Data biologis
N POLA Sebelum Sakit Setelah Sakit
18

O
1 Nutrisi:
a. Makan
 Frekuensi 3x sehari 3x sehari
 Porsi 1 porsi ½ porsi

 Menu Makanan Nasi dan lauk pauk Nasi dan lauk pauk

 Pantangan Tidak ada Tidak ada

b. Minum
8x sehari 6x sehari
 Frekuensi
2000 cc 1500 cc
 Jumlah
Air putih Air putih
 Jenis Minuman
Tidak ada Tidak ada
 Pantangan

2 Eliminasi:
a. BAB
 Frekuensi 1x sehari 1x sehari
 Konsistensi Lembek Lembek

 Warna Kuning Kuning

 Bau Khas Khas


Tidak Ada Tidak Ada
 Masalah

b. BAK
6x sehari 6x sehari
 Frekuensi
1500 cc 1200 cc
 Jumlah
Khas Khas
 Bau
Kuning jernih Kuning jernih
 Warna
Tidak ada Tidak ada
 Masalah
3 Istirahat dan tidur
a. Siang
 Frekuensi 1x sehari 1x sehari
 Durasi 2 jam 2 jam
Nyenyak Tidak nyenyak
19

 Kualitas Tidak ada Tidak ada


 Masalah

b. Malam 1x semalam 1x semalam

 Frekuensi 8 jam 4 jam

 Durasi Nyenyak Tidak Nyenyak


Tidak Ada Sulit Tidur
 Kualitas
 Masalah

4 Personal Hygiene
Mandi 2x sehari 1x sehari
Sikat gigi 2x sehari 1x sehari
Cuci rambut 1x sehari 1x sehari
Gunting kuku 1x seminggu Belum pernah
Berpakaian Baik Dibantu
Masalah Tidak ada masalah Tidak ada masalah
5 Aktivitas Mandiri Dibantu
Masalah Tidak ada masalah Gangguan
Mobilitas Fisik

3.1.3 Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum
Keadaan umum
sedang, klien terpasang
infus, tidak terpasang
oksigen, klien meringis
kesakitan, BB : 55 Kg,
tinggi badan 155 Cm.

b. Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran Composmentis, GSC : Eye: 4, Motorik: 6,
Verbal: 5, total 15.
20

c. Tanda-tanda Vital
 Tekanan darah : 120/80 MmHg
 Nadi : 88 x/ menit
 Respirasi : 22 x/ menit
 Suhu tubuh : 37 oC

d. Kulit
Warna kulit sama
dengan daerah sekitar, tidak
ada lesi, tidak ada petteng
edema, tekstur kulit lunak,
turgor kulit normal kembali
dalam keadaan semula.

e. Kepala
Rambut berawarna
hitma legam, distribusi dan
penyebaran merata, kualitas
tidak mudah dicabut, tidak
terdapat alopesia, tidak
terdapat seborhea, tidak
ada lesi, tidak terdapat
edema, bentuk simetris,
fontanel normal dan tidak
ada nyeri tekan saat
dipalpasi.

f. Mata
Alis mata tumbuh di
atas rot, simetris, distribusi
dan penyebaran merata,
kualitas tidak mudah
21

ronrok, tidak ada nyeri


tekan, reflek kedip secara
sepontan, enam lapang
pandang normal, fisus mata
normal, sclera mata
berwarna putih jernih,
konjungtiva ananemis dan
tidak ada tanda-tanda
penurunan fungsi
penglihatan.

g. Hidung
Ukuran dan bentuk
simetris, warna sama
dengan daerah sekitar,
terdapat 2 lubang hidung
yang disekat dengan satu
septum, terdapat silia,
warna mukosa hidung
merah muda, tidak
terdapat sekret di dalam
hidung, tidak terdapat
nyeri saat di palpasi,
fungsi penciuman normal
saat di lakukan test.

h. Mulut
Warna bibir merah,
bentuk simetris, tidak
terdapat tanda-tanda
hipoksia, bibir lembab,
terdapat 32 susunan gigi,
22

tidak ada karries, tidak


terdapat pembesaran tonsil,
uvula bergetar saat
bersuara, mukosa mulut
merah muda, tidak ada
stomatitis dan indra
pengecapan normal.

i. Telinga
Bentuk simetris dan
sejajar dengan kantus mata,
tidak ada lesi, kulit sama
dengan daerah sekitar,
terdapat serumen, test
pendengaran baik dan
tidak terdepat nyeri tekan.

j. Leher
Warna kulit sama
dengan daerah sekitar,
kedudukan trakea normal,
tidak terjadi pembengkakan
pada limfe maupun
kelenjar tiroid dan
paratiroid, tidak tampak
peningkatan vena jugularis
maupun arteri karotis, ROM
normal dan tidak ada
nyeri tekan.

k. Thorax
Warna kulit sama
dengan daerha sekitar,
postur dada baik, bentuk
23

simetris, tidak terdapat lesi


maupun edema, tidak
terdengar bunyi wheezing,
setidor, gurgling maupun
ronchy, otot bantu
pernafasan positif, nafas
dalam, irama jantung
reguler, tidak ada kelainan
pada jantung, tidak ada
nyeri tekan pada bagian
mamae, terdapat puting
susu yang dikelilingi areola.

l. Abdomen
Bentuk simetris,
tidak ada lesi, tidak ada
edema, tidak terda[pat
distensi abdomen, tidak
terdapat pembengkakan
hepar, bising usus 10x /
menit dan tidak ada nyeri
tekan maupun lepas.

m. Ektremitas
Tidak ada lesi, tidak
ada edema, reflek trisep
maupun bisep normal, tonus
otot normal, akral hangat,
CRT kurang dari 1 detik
dan tidak ada tanda-tanda
cyanosis.

n. Genetelia
24

Bentuk normal, tidak


ada lesi dan pulva hygiene
bagus.

N SYMPTOM ETIOLOGY PROBLEM


O
1 DS: Terjatuh
Klien mengeluh nyeri pada ↓
bagian tulang belakang Kerusakan medula
spinalis
DO: ↓
 Klien tampak meringis Hemoragi
 Skala nyeri 6 ↓
Serabut-serabut
membengkak Nyeri Akut

Trauma medula
spinalis

Spasme otot
pravertebralis

Iritasi serabut
saraf

Respon nyeri

Nyeri Akut
25

2 DS: Trauma spinalis


Klien mengatakan lemas medula
Klien mengatakan sulit ↓
beraktivitas Kerusakan lumbal
↓ Intoleransi
DO: Paraplegia Aktivitas
Klien terlihat lemas paralitis
Aktivitas klien dibantu ↓
Penurunan
pergerakan sendi

Intolerasi aktivitas

3.2 Diagnosa keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan trauma medula spinalis

b.  Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan pergerakan sendi

3.3 Intervensi

NO DIAGNOSA TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)


1 Nyeri akut Setelah dilakukan a. Kaji skala nyeri
berhubungan dengan tindakan  b.  Istirahatkan leher
trauma medula keperawatan 1x24 pada posisi fisiologis.
spinalis jam diharapkan c.  Ajarkan teknik
nyeri berkurang relaksasi napas dalam
sebanyak 2 skala pada saat nyeri
dari skala muncul.
sebelumnya, d.  Batasi jumlah
dengan kriteria  pengunjung dan
hasil: ciptakan lingkungan
a. Pasien tenang.
mengatakan nyeri e.  Kolaborasi dengan
26

berkurang tim medis untuk


b. Pasien tidak  pemberian analgetik.
gelisah

2 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan a. Kaji fungsi


berhubungan dengan intervensi motorik dan sensorik
penurunan pergerakan keperawatan,klien dengan,mengobserva
sendi akan memiliki si setiap ekstremitasn
mobilitas fisik secara terpisah
yang maksimal, terhadap kekuatan
dengan kriteria: dan gerakan
normal,respons
a. Tidak ada terhadap rangsang.
kontraktur otot.  b. Ubah posisi
 b. Tidak ada klien setiap 2 jam.
ankilosis pada c. Bantu gunakan
sendi. kursi
c. Tidak terjadi roda
 penyusutan otot d. Kolaborasi dengan
fisioterapi latihan
 berpindah(ROM)

3.4 Implementasi

N TANGGAL DX TINDAKAN DAN RESPON PARAF


O
1 15/02/2021 1 14:30 WIB

T1: mengkaji skala nyeri


R1: skala nyeri 4 (0-10)

T2: mengajarkan teknik relaksasi


27

napas dalam pada saat nyeri muncul.


R2: klien mengatakan nyeri
berkurang

T3:membatasi jumlah pengunjung


dan ciptakan lingkungan tenang.
R3: pengunjung dapat di atur

T4: berkolaborasi dengan tim medis


untuk pemberian analgetik.
R4: nyeri klien berkurang, skala
nyeri 2 (0-10)
28

2 15/02/2021 2 17:00 WIB

T1: mengkaji fungsi motorik dan


sensorik dengan,mengobservasi
setiap ekstremitasn secara terpisah
terhadap kekuatan dan gerakan
normal,respons
terhadap rangsang

R1: klien mampu menggerakan


badannya

T2: mengubah posisi klien setiap 2


jam. R2: klien berpindah-pindah

T3: membantu menggunakan kursi


roda R3: klien memakai kursi roda
sendiri

T4: berkolaborasi dengan


fisioterapi latihan berpindah(ROM)
R4: klien beraktivitas

3.5 Evaluasi

NO TANGGAL DX EVALUASI PARAF


29

1 16/02/2021 1 S: Klien mengatakan nyeri


berkurang
O:
Klien tampak tenang
Skala nyeri 2
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
2 16/02/2021 2 S: Klien mengatakan bisa
beraktivitas secara mandiri
O:
Klien tidak tampak lemas
Aktivitas klien tidak lagi
dibantu
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Cedera Medula
Spinalis adalah cedera yang
mengenai Medula Spinalis
baik itu bagian servikalis,
30

torakalis, lumbal maupun


sakral akibat dari suatu
trauma yang mengenai
tulang belakang. Akibat
trauma medula spinalis
pasien dan keluarga
mengalami perubahan fisik
maupun psikologis,
sehingga asuhan
keperawatan pada penderita
trauma medula spinalis
memiliki peranan penting
terutama dalam pencegahan
komplikasi.

4.2 Saran
Penulis menghimbau
kepada semua pembaca
pada umumnya dan
mahasiswa S1 Keperawata
Universitas
Muhammadiyah Cirebon
pada khususnya agar selalu
menjaga Kepala dari
benturan maupun
hantaman, sebaliknya
apabila seorang terkena
trauma medula spinalis
harus secepatnya dilarikan
ke Rumah Sakit untuk
mencegah komplikasi yang
lebih parah.
31

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi
8 Vol. 3 . Jakarta : EGC.

Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi 3 Jakarta :


FKUI

Muttaqin, arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Sistem Persarafan. Jakarta. Salemba Medika.

Batticaca, F. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Persarafan. Jakarta. Salemba Medika. Riyawan.com | Kumpulan Artikel
& Makalah Farmasi Keperawatan

Irapanussa, Frans. 2012. Diagnosis Dan Diagnosis Banding Cedera


Spinalis. Maluku. Diunduh
dari : http://irapanussa.blogspot.co.id/2012/06/diagnosis-dan-diagnosis-
banding- cedera.html. 
32

Setiawan, Iwan & Intan Mulida. 2010. Cedera Saraf Pusat Dan Asuhan
Keperawatannya. Yogyakarta. Nuha Medika

Snell RS. Neuroanatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Jakarta:


EGC; 2007. h. 20, 190. Setiadi (2012), Konsep & Penulisan Asuhan
Keperawatan, Yogyakarta: Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai