D
I
S
U
S
U
N
O L E H:
PSIK IV A
T.A 2020/2021
i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah
memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
keperawatan Trauma, yaitu makalah yang berjudul “FUNGSI, PERAN DAN
TANGGUNG JAWAB MANAGEMENT KEPERAWATAN“ tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas keperawatan manajemen. Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu
dosen yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akankami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
3.5 Evaluasi ....................................................................................... 21
iv
1
BAB I
PENDAHULUAN
Trauma spinal atau cedera pada tulang belakang adalah cedera yang
mengenai servikalis, vertebralis dan lumbalis akibat dari suatu trauma
yang mengenai tulang belakang. Trauma pada tulang belakang dapat
mengenai jaringan lunak pada tulang belakang yaitu ligamen dan
diskus, tulang belakang sendiri dan susmsum tulang belakang atau
spinal kord (Arif Muttaqin, 2008). Cedera medulla sinalis kebanyakan
(80%) terjadi pada usia sekitar 15-30 tahun. Kebanyakan dialami oleh
laki-laki daripada perempuan dengan perbandingan 8:1, sebagian besar
penyebabnya karena kecelakaan lalulintas dan kecelakaan kerja.
Sedangkan penyebab lainya adalah karena jatuh dari ketinggian, cidera
olah raga, RA (Reumatoid Artritis) atau osteoporosis bahkan akibat
penganiayaan.
untuk merawat klien baik secara fisik maupun psikis. Dalam hal ini,
peran perawat sangat dibutuhkan dalam membantu klien yang mengalami
cedera medulla spinalis agar mempu memaksimalkan kemampuan yang
dimiliki dalam melaksanakan aktivitas daily living untuk memenuhi
kebutuhan dasar manusia. Oleh karena itu, kami sempat tertarik untuk
membahas asuhan keperawatan pada klien dengan cedera medulla spinalis
Dari latar belakang diatas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai
berikut:
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
BAB II
ISI
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
a. Otomobil/industri
b. Terjatuh/olahraga
Peristiwa jatuh karena suatu kegiatan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi terjadinya cidera salah satunya karena kegiatan olahraga
yang berat contohnya adalah olahraga motor GP , lari, lompat.
c. Luka tusuk/tembak
Luka tusuk pada abdomen atau tulang belakang dapat dikatakan menjadi
faktor terjadinya cidera karena terjadi suatu perlukaan atau insisi luka
tusuk atau luka tembak.
d. Tumor
2.3 Patofisiologi
2.5 Penatalaksanaan
a. Foto Polos
Pemeriksaan foto
yang terpenting adalah
AP Lateral dan Oblique
view. Posisi lateral dalam
keadaan fleksi dan
ekstensi mungkin berguna
untuk melihat instabilitas
ligament. Penilaian foto
polos, dimulai dengan
melihat kesegarisan pada
AP dan lateral, dengan
identifikasi tepi korpus
vertebrae, garis
spinolamina, artikulasi
sendi facet, jarak
interspinosus. Posisi
oblique berguna untuk
menilai fraktur
interartikularis, dan
subluksasi facet.
b. CT Scan
CT scan baik untuk
melihat fraktur yang
kompleks, dan terutama
yang mengenai elemen
posterior dari medulla
8
c. MRI
MRI memberikan
visualisasi yang lebih baik
terhadap kelainan medulla
spinalis dan struktur
ligament. Identifikasi
ligament yang robek
seringkali lebih mudah
dibandingkan yang utuh.
Kelemahan pemakaian MRI
adalah terhadap penderita
yang menggunakan fiksasi
metal, dimaka akan
memberikan artefact yang
mengganggu penilaian
fisik. Kombinasi antara foto
polos, CT Scan dan MRI,
memungkinkan kita bias
melihat kelainan pada
tulang dan struktur jaringan
9
e. Pemeriksaan Rontgen
Pada pemeriksaan
Rontgen, manipulasi
penderita harus dilakukan
secara hati-hati. Pada
fraktur C-2, pemeriksaan
posisi AP dilakukan secara
khusus dengan membuka
mulut.
10
2.7 Komplikasi
a. Neurogenik shock
Syok Neurogenik
adalah kondisi medis
yang ditandai dengan
ketidakcukupan aliran darah
ke tubuh yang disebabkan
karena gangguan sistem
saraf yang mengendalikan
konstriksi dari pembuluh-
pembuluh darah. Gangguan
ini menyebabkan
kehilangan sinyal saraf tiba-
tiba, yang menyebabkan
terjadinya relaksasi dan
pelebaran pembuluh-
pembuluh darah
b. Hipoksia.
Hipoksia merupakan
kondisi di mana
berkurangnya suplai
11
oksigen ke jaringan di
bawah level normal yang
tentunya tidak dapat
memenuhi kebutuhan
tubuh.
c. Hipoventilasi
Hipoventilasi adalah
kurangnya ventilasi
dibandingkan dengan
kebutuhan metabolik,
sehingga terjadi
peningkatan PCO2 dan
asidosis respiratorik
d. Instabilitas spinal
Instabilitas spinal
adalah hilangnya
kemampuan jaringan lunak
pada spinal (contoh:
ligamen, otot dan diskus)
untuk mempertahankan
kontrolintersegmental saat
terjadinya beban atau stress
fisiologis.
e. Orthostatic Hipotensi
Hipotensi ortostatik
adalah penurunan tekanan
darah yang terjadi tiba-tiba
saat berubah posisi dari
telentang ke posisi duduk
atau tegak. Hal ini lebih
sering pada pasien yang
12
mengambil obat
antihipertensi. Gejala
seperti lemah tiba-tiba,
pusing, terasa pingsan dan
pingsan dapat terjadi.
f. Ileus Paralitik
Ileus paralitik adalah
keadaan abdomen akut
berupa kembung distensi
usus karena usus tidak dapat
bergerak (mengalami
dismolititas).
h. Kontraktur
Kontraktur adalah
hilangnya atau kurang
penuhnya lingkup gerak
sendi secara pasif
maupun aktif karena
13
keterbatasan sendi,
fibrosis jaringan
penyokong, otot dan kulit.
i. Dekubitus
Dekubitus adalah
kerusakan/kematian kulit
sampai jaringan dibawah
kulit, bahkan menembus
otot sampai mengenai
tulang akibat adanya
penekanan pada suatu area
secara terus menerus
sehingga mengakibatkan
gangguan sirkulasi darah
setempat. Dekubitus atau
luka tekan adalah kerusakan
jaringan yang terlokalisir
yang disebabkan karena
adanya kompresi jaringan
yang lunak diatas tulang
yang menonjol (bony
prominence) dan adanya
tekanan dari luar dalam
jangka waktu yang lama.
j. Inkontinensia blader
Inkontinensia urine
merupakan eliminasi urine
dari kandung kemih yang
tidak terkendali atau
terjadi di luar keinginan.
(Brunner&Suddarth, 2002).
14
BAB III
KASUS
3.1 Pengkajian
A. Identitas klien
15
Nama : Tn. S
Umur : 38 Tahun
Status : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Nama : Tn. D
Umur : 23 Tahun
g. Data biologis
N POLA Sebelum Sakit Setelah Sakit
18
O
1 Nutrisi:
a. Makan
Frekuensi 3x sehari 3x sehari
Porsi 1 porsi ½ porsi
Menu Makanan Nasi dan lauk pauk Nasi dan lauk pauk
b. Minum
8x sehari 6x sehari
Frekuensi
2000 cc 1500 cc
Jumlah
Air putih Air putih
Jenis Minuman
Tidak ada Tidak ada
Pantangan
2 Eliminasi:
a. BAB
Frekuensi 1x sehari 1x sehari
Konsistensi Lembek Lembek
b. BAK
6x sehari 6x sehari
Frekuensi
1500 cc 1200 cc
Jumlah
Khas Khas
Bau
Kuning jernih Kuning jernih
Warna
Tidak ada Tidak ada
Masalah
3 Istirahat dan tidur
a. Siang
Frekuensi 1x sehari 1x sehari
Durasi 2 jam 2 jam
Nyenyak Tidak nyenyak
19
4 Personal Hygiene
Mandi 2x sehari 1x sehari
Sikat gigi 2x sehari 1x sehari
Cuci rambut 1x sehari 1x sehari
Gunting kuku 1x seminggu Belum pernah
Berpakaian Baik Dibantu
Masalah Tidak ada masalah Tidak ada masalah
5 Aktivitas Mandiri Dibantu
Masalah Tidak ada masalah Gangguan
Mobilitas Fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum
sedang, klien terpasang
infus, tidak terpasang
oksigen, klien meringis
kesakitan, BB : 55 Kg,
tinggi badan 155 Cm.
b. Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran Composmentis, GSC : Eye: 4, Motorik: 6,
Verbal: 5, total 15.
20
c. Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : 120/80 MmHg
Nadi : 88 x/ menit
Respirasi : 22 x/ menit
Suhu tubuh : 37 oC
d. Kulit
Warna kulit sama
dengan daerah sekitar, tidak
ada lesi, tidak ada petteng
edema, tekstur kulit lunak,
turgor kulit normal kembali
dalam keadaan semula.
e. Kepala
Rambut berawarna
hitma legam, distribusi dan
penyebaran merata, kualitas
tidak mudah dicabut, tidak
terdapat alopesia, tidak
terdapat seborhea, tidak
ada lesi, tidak terdapat
edema, bentuk simetris,
fontanel normal dan tidak
ada nyeri tekan saat
dipalpasi.
f. Mata
Alis mata tumbuh di
atas rot, simetris, distribusi
dan penyebaran merata,
kualitas tidak mudah
21
g. Hidung
Ukuran dan bentuk
simetris, warna sama
dengan daerah sekitar,
terdapat 2 lubang hidung
yang disekat dengan satu
septum, terdapat silia,
warna mukosa hidung
merah muda, tidak
terdapat sekret di dalam
hidung, tidak terdapat
nyeri saat di palpasi,
fungsi penciuman normal
saat di lakukan test.
h. Mulut
Warna bibir merah,
bentuk simetris, tidak
terdapat tanda-tanda
hipoksia, bibir lembab,
terdapat 32 susunan gigi,
22
i. Telinga
Bentuk simetris dan
sejajar dengan kantus mata,
tidak ada lesi, kulit sama
dengan daerah sekitar,
terdapat serumen, test
pendengaran baik dan
tidak terdepat nyeri tekan.
j. Leher
Warna kulit sama
dengan daerah sekitar,
kedudukan trakea normal,
tidak terjadi pembengkakan
pada limfe maupun
kelenjar tiroid dan
paratiroid, tidak tampak
peningkatan vena jugularis
maupun arteri karotis, ROM
normal dan tidak ada
nyeri tekan.
k. Thorax
Warna kulit sama
dengan daerha sekitar,
postur dada baik, bentuk
23
l. Abdomen
Bentuk simetris,
tidak ada lesi, tidak ada
edema, tidak terda[pat
distensi abdomen, tidak
terdapat pembengkakan
hepar, bising usus 10x /
menit dan tidak ada nyeri
tekan maupun lepas.
m. Ektremitas
Tidak ada lesi, tidak
ada edema, reflek trisep
maupun bisep normal, tonus
otot normal, akral hangat,
CRT kurang dari 1 detik
dan tidak ada tanda-tanda
cyanosis.
n. Genetelia
24
3.3 Intervensi
3.4 Implementasi
3.5 Evaluasi
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Cedera Medula
Spinalis adalah cedera yang
mengenai Medula Spinalis
baik itu bagian servikalis,
30
4.2 Saran
Penulis menghimbau
kepada semua pembaca
pada umumnya dan
mahasiswa S1 Keperawata
Universitas
Muhammadiyah Cirebon
pada khususnya agar selalu
menjaga Kepala dari
benturan maupun
hantaman, sebaliknya
apabila seorang terkena
trauma medula spinalis
harus secepatnya dilarikan
ke Rumah Sakit untuk
mencegah komplikasi yang
lebih parah.
31
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi
8 Vol. 3 . Jakarta : EGC.
Setiawan, Iwan & Intan Mulida. 2010. Cedera Saraf Pusat Dan Asuhan
Keperawatannya. Yogyakarta. Nuha Medika