Anda di halaman 1dari 27

YAYASAN EKA HARAP

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


Jl. Beliang No. 110 Telp/Faks. (0536) 3227707 Palangka Raya

MATERI : PERKULIAHAN KOMINKASI DALAM KEPERAWATAN


1. Identitas Mata Kuliah:.
Nama mata kuliah : Komunikasi Dalam Keperawatan
Kode Mata Kuliah : Kep 201
Bobot SKS : 3 SKS
Waktu Pertemuan : 1 x 50 menit
Pertemuan : V (Lima )
Hari/ tanggal :
Pengajar : Sarah H Rintuh,MPd

2. Capaian pembelajaran
Mahasiswa mampu menganalisis dan menerapkan konsep komunikasi efektif
dalam membina hubungan interpersonal
3. Materi Pembelajaran / pokok bahasan
Komunikasi terapeutik keperawatan :
a. Karakteristik komunikasi terapeutik
b. Tahapan hubungan terapeutik
c. Teknik komunikasi terapeutik
d. Prinsip dasar komunikasi terapeutik
e. Cara mencapai kondisi komunikasi terapeutik
f. Penyimpangan komunikasi

MATERI : PERTEMUAN V ( LIMA )

• Definisi komunikasi terapeutik


Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara perawat –
klien yg bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien. Hubungan terapeutik sebagai
pengalaman belajar baik bagi klien maupun perawat yg diidentifikasikan dalam empat
tindakan yang harus diambil perawat – klien yaitu:
- Tindakan diawali perawat
- Respon reaksi dari klien
- Interaksi dimana perawat dan klien mengkaji kebutuhan klien dan tujuan.
- Transaksi dimana hubungan timbal balik pada akhirnya dibangun untuk mencapai
tujuan hubungan
• Komunikasi terapeutik didefinisikan sebagai komunikasi yg direncanakan secara
sadar dimana kegiatan dan tujuan dipusatkan untuk kesembuhan
(Uripni,dkk,2003).keberadaan komunikasi terapeutik memiliki peranan yg penting
dalam membantu seorang klien dalam memecahkan masalah yg dihadapinya.
Terapeutik merupakan kata sifat yg dihubungkan dengan seni dari penyembuhan
sehingga terapeutik juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yg memfasilitasi
proses penyembuhan (Damaiyanti, 2008).
• Tujuan komunikasi terapeutik
1. Membantu klien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran
serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yg ada bila klien
percaya pada hal-hal yg diperlukan
2. Mengurangi keraguan,membantu dalam hal mengambil tindakan yg efektif dan
mempertahankan kekuatan egonya
3. Mempengaruhi orang lain,lingkungan fisik dan dirinya sendiri dalam hal
peningkatan derajat kesehatan
4. Mempererat hubungan atau interaksi antara klien dengan terapis (tenaga
kesehatan ) secara profesional dan proporsional dalam rangka membantu
penyelesaian masalah klien.

A. Karakteristik komunikasi terapeutik


Terdapat tiga hal yg mendasar dan memberi ciri-ciri dari komunikasi terapeutik yaitu
keikhlasan, empati dan kehangatan.(Taufik, 2007).
1. Keikhlasan
Dalam upaya memberikan bantuan kepada klien,seorang perawat harus dapat
menyadari tentang nilai,sikap dan perasaan yg dimiliki terhadap klien.Apa yg
perawat pikirkan serta rasakan tentang individu dan dengan siapa dia berinteraksi
selalu dikomunikasikan pada individu.,baik secara verbal maupun non verbal.
Ikhlas menurut Dani K (2002) merupakan ketulusan hati atau dengan hati yg bersih
dan jujur. Jadi ikhlas secara harfiah diartikan sebagai melakukan pekerjaan tanpa
ada motif tertentu.Apa yg dilakukan perawat kepada klien hanya satu tujuan yaitu
memberikan pelayanan yg terbaik dalam rangka mempercepat kesembuhan.
Ketulusan dan perhatian yg tinggi dengan sendirinya akan mengurangi
kecemasan klien dan perawat tidak boleh terpengaruh dengan emosi klien yg
reaksional.tsb. Rasa optimis dari klien yg tinggi itulah yg membantu proes
penyembuhan. Penyakitnya..hal ini disebab kan karena dengan optimis yg btinggi
merupakan koping mekanisme yg positif.
Koping yg positif akan meningkatkan modulasi respon imun sehingga mem
percepat kesembuhan.
2. Empati (empathy).
Kondisi emosi klien dan keluarga yg cenderung labil akibat berada dirumah
sakit atau dalam kondisi sakitnya memerlukan dukungan emosional dari petugas
kesehtan. Perawat harus mempelajari teori berduka dan kehilangan untuk mampu
berempati kpd klien dan keluarga. Perawat harus mengerti bahwa saat orang
menghadapi masalah,reaksi pertama adalah menolak(denial) dan marah
(aner)..Berempati merupakan sikap menerima dan memahami emosi klien tanpa
terlibat kedalam emosinya. Menurut Dani K (2006) empati merupakan keadaan
mental yg membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya dalam keadaan
perasaan atau pikiran yg sama dengan orang atau kelompok. Sedangkan menurut
Nurjanah (2001) , empati merupakan kemampuan menempatkan diri kita pada
posisi orang lain serta memahami bagaimana perasaan orang lain dan apa yg
menyebabkan reaksi mereka tanpa emosi kita terlarut dalam emosi orang lain. Jadi
empati merupakan sikap seseorang utk memahami dan mengerti perasaan orang
lain tanpa ikut larut dalam emosi orang tsb.
Contoh empati
“ Saya mengerti perasaan bapak / ibu akibat orang yg dicintai,semoga bapak/ibu
tabah dalam menghadapi cobaan ini “.
Contoh simpati
“ Kami turut berbelangsungkawa atas kematian keluarga bapak/ ibu semoga
arwahnya diterima di sisiNya”.
3. Kehangatan ( warmth )
Merupakan kesan verbal dan non verbal yg ditunjukkan oleh seseorang dalam
memberikan dukungan sosial pada orang yg sedang mengalami berduka dan
kehilangan untuk mempertahankjan serta menguatkan egonya..Kehangatan
diperlukan dalam menyampaikan empati. Oleh karena itu saat kita menghadapi
orang yg sedang mengalami berduka dan kehilangan ,yg diperlukan adalah
membangun kesan dan pesan diri sendiri dengan tidak menyakiti seseorang yg
sedang berduka atau kehilangan,jadi kehangatan merupakan sarana utk bisa
berkomunikasi dengan orang yg sedang mengalami berduka atau kehilangan.
Pesan verbal dapat ditampilkan adalah dengan menunjukkan suara yg
lembut dan irama yg teratur.Kesan nonverbal ditampilkan adalah :
a. Kondisi muka
- Dahi : tampak tileks,tidak ada kerutan
- Mata : kontak mata nyaman,gerak mata natural
- Mulut : tampak rileks,tidak cemberut,tidak menggigit bibir,tersenyum,rahang
tampak rileks
- Ekspresi : tampak rileks,tidak ada ketakutan, kekhawatiran, menunjukkan
ketertarikan dan perhatian
b. Sikap tubuh
- Tubuh : berhadapan,bahu pararel dengan lawan bicara
- Kepala : duduk atau berdiri dengan tinggi yg sama,menganggukkan kepala
bila perlu
- bahu ; mudah digerakkan,tidak tegang
- Lengan : mudah digerakkan,memegang kursi atau tembok
- tangan tidak memegang atau saling menggenggam,tidak mengetuk- ngetuk
pena / bermain dengan objek

B. Tahapan hubungan terapeutik


1.Tahap Pra Interaksi
Tahap ini juga tahap apersepsi dimana perawat menggali lebih dahulu
kemampuan yg dimiliki sebelum kontak/ berhubungan dengan klien teermasuk
kondisi kecemasan yg menyelimuti diri perawat sehingga terdapat dua unsur yg
perelu dipersiapkan dan dipelajari pada tahap prainteraksi yaitu unsur diri sendiri
dan unsur dari klien.
Hal-hal yg perlu dipelajari dari diri sendiri sbb:
1). Pengetahuan yg dimiliki yg berkaitan dengan penyakit dan masalah klien
Pengetahuan yg dimiliki perawat akan kondisi klien dipakai sebagai bekal dalam
bereinteraksi sehingga ketrika perawat belum menguasai penyakit dan keluhan
klien,maka perawat perlu belajar atau diskusi dengan teman,atasan maupun dengan
yg lain sehingga perawat hadir secara fisik perawat sdh siap untuk berinteraksi.
Penguasaan materi yg akan didiskusikan mutlak sangat diperlukan dalam berdiskusi
dengan klien
2). Kecemasan dan kekalutan diri
kecemasan yg dialami seseorang dapat mempengaruhi interaksinya dengan orang
lain(Elis,Gates dan Kenworthy dalam Suryani,2006).Konsentrasi menjadi
pecah,tidak fokus pada pembicaraan yg aktual serta tdk mampu mengendalikan
diri.Untuk itu perawat sebelum berinteraksi dengan klien harus mengekplorasi
perasaan,harapan dan kecemasan. Kecemasan yg dialami oleh perawat
mengakibatkan perawat tidak mampu mendengarkan keluhan yg diutarakan klien
dengan baik.Kekalutan pada diri sendiri seperti masalah pribadi akan mengganggu
konsentrasi dalam melaksanakan tindakan keperawatan yg sedang dijalankan
Perawat harus mampu membedakan masalah pribadi dan menjalankan
profesinya,ketika berada dalam lingkungan pelayanan keperawatan tentunya
masalah pribadi dikesampingkan sehingga pada saat menjalankan profesinya
mampu berkonsentrasi dengan baik.disamping itu perawat perlu mendefinisikan
harapan yg ditentukan sesuai dengan keadaan klien. Harapan perawat terhadap
klien disesuaikan dengan harapan klien itu sendiri dengan demikian harapan yg
akan ditentukan sesuai dengan tujuan tindakan keperawatan yg memenuhi kriteria
nursing outcome clasification.
3). Analisis kekuatan diri
dalam diri seseorang terdapat kelebihan dan kekurangan. Sebelum kontak dengan
klien, perawat perlu menganalisis kelemahannya dan menggunakan kekuatannya
untuk berinteraksi dengan klien. Analisis kelemahan dalam rangka mencari solusi
yg terbaik saat sebelum berinteraksi dengan klien. Kesadaran untuk mengakui
kelemahan menumbuhkan minat untuk mencari alternatif koping dalam mengatasi
permasalahan sendiri. Analisis kekuatan diri dalam konteks berkomunikasi dengan
orang lain terutama pada aspek kekuatan mental. Pada diri dengan mudah
terpengaruh ataupun mudah emosional akan mempengaruhi proses komunikasi.
4). Waktu pertemuan baik saat pertemuan maupun lama pertemuan
Sebelum bertemu dengan klien ,perawat perlu menentukan kapan waktu yg tepat
untuk melakukan pertemuan atau berkomunikasi dengan klien .perawat harus
mampu menentukan waktu tepat saat pertemuan ,perawat harus tahu kebiasaan dan
jadwal istirahat klien..Saat klien sedang santai saat itulah perawat mengajak klien
diskusi atau memulai pertemuan tertentu dimulai dengan menentukan dulu
kapan pertemuan dimulai (kontrak pertemuan).Lama pertemuan juga perlu
dipertimbangkan agar klien tidak jenuh dalam diskusi,biasanya lama diskusi 20 –
30 menit kecuali dengan tindakan keperawatan.
Hal-hal yg perlu dipelajari dari klien
1). Perilaku klien dalam menghadapi penyakitnya
Perilaku yg destruktif pada klien saat menghadapi penyakitnya akan
menyulitkan perawat dalam berkomunikasi dengan klien. Sikap yg cenderung
defensif dan menarik diri, menjadikan klien menutup diri sehingga perawat
kekurangan informasi dan kesulitan dalam rangka menjalankan tindakan
keperawatan karena klien tidak kooferatif.Perilaku destruktif maupun menarik
dipicu adanya kekecewaan akan penyakit yg diderita. Klien menjadi putus asa
dan kehilangan gairah hidup.peningkatan rasa percaya diri dan rasa optimis akan
penyakit yg diderita mutlak diperlukan dalam mendukung proses
penyembuhan,oleh karena ituy teknik komunikasi yg dipakai adalah teknik
komunikasi presenting reality yaitu menghadirkan kondisi realita yg telah
dilakukan klien. Contoh : “Saya lihat anda tampak gelisah,apa yg membuat anda
tidak tenang”.
Harapan dari teknik komunikasi presenting reality adalah mencoba menghadirkan
atau menunjukkan pada klien tindakan yg telah dilakukan dengan harapan
perilaku klien yg destruktif tsb, klien menjadi sadar akan perilakunya dan
berubah menjadi perilaku asertif dan kooperatif. .Sedangkan pada klien yg sudah
asertif dan kooperatif, perawat hanya mempertahan hubungan itu menjadi
hubungan yg saling ketergantungan dan saling menguntungkan untuk mencapai
derajat kesehatan yg optimal.
2). Adat istiadat.
Kebiasaan yg dibawa klien ke rumah sakit saat menjalani perawatan terkadang
membawa pengaruh dalam hubungan perawat – klien. Kebiasaan tsb seharusnya
diakomodasikan tanpa mengurangi prinsip-prinsip pelayanan keperawatan.
Demikian juga dengan bahasa keseharian yg sering kali terjadi kesalahan
persepsi sehingga mengganggu dalam proses komunikasi.
3). Tingkat pengetahuan
Penguasaan penyakit ini terutama penguasaan dalam hal tindakan keperawatan
,komplikasi dari penyakit. Penguasaan tentang penyakit yg diderita akan
membantu dalam penerimaan diri. Dengan adanya penerimaan diri klien menjadi
lebih kooperatif dan asertif serta berperilaku yg konstruktif dalam pelaksanaan
tindakan keperawatan. Faktor penentu untuk mendapatkan perubahan perilaku
seseorang tidak hanya jalur pengetahuan tetapi membutuhkan kehadiran, gejala
penyakit yg diderita..Hal ini akan mempermudah perawat dalam memberikan
penyuluhan dan bahkan tanpa penyuluhan seseorang akan berubah perilaku dari
perilaku destruktif menjadi konstruktif.
2. Tahap Perkenalan
Pada tahap perkenalan perawat memulai kegiatan yg pertama kali dimana
perawat bertemu dengan klien. Kegiatan yg dilakukan adalah memperkenalkan
diri kepada klien dan keluarga bahwa saat ini yg menjadi perawat adalah dirinya.
Dalam hal ini berarti perawat sudah siap memberikan pelayanan keperawatan pada
klien. Dengan memperkenalkan dirinya perawat telah bersikap terbuka pada klien
dan ini diharapkan akan mendorong klien untuk membuka diri (Suryani,2006).
Pentingnya memperkenalkan diri adalah menghindari kecurigaan klien dan
keluarga terhadap petugas yg merawat, memecahkan kebuntuan huybungan yg
terapeutik serta membangun hubungan saling poercaya. Hubungan saling percaya
merupakan kunci keberhasilan suatu hubungan terapeutik ( Stuart.G.W,1998).
Tahap perkenalan ini tidak hanya perawat yang mengetahui nama klien atau klien
tahu nama perawat akan tetapi bagaimana klien menerima perawat tanpa syarat dan
memercaya sepenuhnya kepada perawat akan upaya penyembuhan penyakit atau
mengurangi keluhan yg dirasakan. Pada tahap perkenalan ini tidak ada pembatasan
diri antara perawat – klien dalam konteks komunikasi terapeutik.Perawat menjadi
rujukan pertama untuk mengutarakan keluhan yg dirasakan sehingga klien mau
membuka diri dan dari keterbukaan tsb akan memudahkan perawat dalam
memberikan pelayanan keperawatan.
Tugas perawat pada tahap perkenalan
1). Membina hubungan rasa saling percaya dengan menunjukkan penerimaan dan
komunikasi terbuka.
Penting bagi perawat untuk mempertahankan hubungan saling percaya agar
klien dan perawat ada keterbukaan dan tidak saling menutup-nutupi.Hubungan
yg dibina tidak bersifat statis tergantung dari situasi ,kondisi dan domisili..Oleh
karena itu untuk mempertahankan dan memelihara hubungan saling percaya
perawat harus terbuka,jujur,ikhlas,menerima klien apa adanya,menepati janji
dan menghargai klien.
2). Memodifikasi lingkungan yg kondosif dengan peka terhadap respon klien dan
menunjukkan penerimaan,serta membantu klien mengekpresikan perasaan dan
pikirannya.
Perawat dituntut mampu membuat suasana tidak terlalu formal sehingga
suasana terkesan tegang dan tidak bersifat menginterograsi. Lingkungan yg
kondusif membantu klien bisa berpikir jernih dan mengutarakan keluhan yg
diderita secara terbuka,lengkap,sistematis dan objektif.
3. Tahap orientasi
Pada tahap orientasi ini perawat menggali keluhan-keluhan yg dirasakan oleh
klien dan validasi dengan tanda dan gejala yg lain untuk memperkuat perumusan
diagnosa keperawatan. Tujuan pada tahap ini untuk memvalidasi keakuratan data dan
rencana yg telah dibuat dengan keadaan klien saat ini,serta mengevaluasi tindakan yg
lain (Stuart,GW.1998).
Perawat harus menyimak dengan benar dan teliti apa yg telah diungkapkan klien
dengan memperhatikan data melalui studi dokumentasi yg telah ada. Perawat harus
mengetahui masalah keperawatan yg terdapat pada diri klien yg diperoleh dari tanda
dan gejala dan keluhan yg dirasakan melalui studi dokumentasi,observasi,wawancara
maupun pemeriksaan fisik.Data tsb akan disusun rencana tindakan keperawatan serta
implementasi yg akan dikerjakan pada tahap kerja.Perawat dituntut memiliki keahlian
yg tinggi dalam menstimulasi klien maupun keluarga agar mampu mengungkapkan
keluhan yg dirasakan secara lengkap,dan sistematis serta objektif. Keahlian perawat
ini terkait dengan teknik komunikasi.perawat juga dituntut kepekaan dan tingkat
analisis yg tinggi terhadap perubahan dan respons verbal dan nonverbal .teknik
komunikasi yg sering digunakan adalah validasi,konfrontasi, dan presenting
reality. .perawat harus mampu membuat kesimpulan dari proses interaksi untuk
memasuki tahap kerja.
Tugas Perawat pada tahap orientasi
1). Membuat kontrak dengan klien
Isi dari kontrak yg akan dirumuskan terdiri atas topik,tempat dan waktu.
Kontrak ini menggambarkan adanya konsistensi dari perawat dalam menjalankan
pelayanan keperawatan. Dalam merumuskan sebuah kontrak harus ada kesepakatan
bersama antara perawat dan klien, karena kontrak yg akan diputuskan harus
mendapat persetujuan dari kedua belah pihak sehingga dalam ruang lingkup
interaksi telah terjadi kesepakatan bersama. , perihal topik yg akan didiskusikan
termasuk juga tempat yg akan dijadikan tempat diskusi,waktu pelaksanaan dan
lama pelaksanaan. Jadi jika klien lupa tinggal mengingatkan kesepakatan yg telah
dibuat.Dengan kontrak perawat bisa menjadikan sebagai alat untuk mengingatkan
akan kesepakatan yg telah dibuat terkait interaksi yg sedang berlangsung..Interaksi
difokuskan pada masalah yg utama agar komunikasi tidak banyak menyimpang
dari kontek stual ,tidak berlarut-larut serta dilangsungkan ditempat
presentatif.kontrak akan menjamin kelangsungan interaksi.
2). Ekplorasi pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah keperawatan klien.
Penting sekali menggali pikiran dan perasaan klien saat ditempat pelayanan
kesehatan terutama menggali tingkat kecemasan akibat masalah yg mengganggu
dalam pikiran seiring adanya penyakit yg diderita. Dengan adanya kecemasan pada
diri klien merupakan awal dan tidak tercapainya keinginan perawat untuk
mendapatkan data yg faktual.,demikian juga dengan upaya mengidentifikasi
masalah keperawatan klien.Hal ini merupakan tugas yg terberat bagi perawat
dalam rangka memberikan jaminan pelayanan keperawatan.kegagalan perawat
pada tugas ini akan menimbulkan kegagalan pada seluruh interaksi.
Pada identifikasi masalah keperawatan,perawat dituntut menguasai bidang
keilmuan ,teknik komunikasi,strategi komunikasi dan mampu memotivasi klien
agar mau menceritakan semua keluhan yg dirasakan.Disini perawat dituntut
kesabarannya dan keluwesan.Biasanya perawat menggunakan pertanyaan terbuka.
Contohnya :
- “ Ada apa dirumah sehingga bapak datang kerumah sakit ?”.
- “ Apa yg dirasakan ibu sehingga datang ke tempat pelayanan kesehatan >”
3). Menetapkan tujuan yang akan dicapai
Adanya tujuan yg akan dicapai memberikan semangat bagi klien untuk selalu
kooperatif dan berkomitmen dalam berinteraksi. Maka dari itu dalam menentukan
tujuan yg akan dicapai harus spesifik,realitis, bisa dicapai,dapat diukur dengan
jelas,sederhana dan ada waktunya. Dengan adanya tujuan yg akan dicapai
memberikan kejelasan arah dalam berinteraksi,komunikasi menjadi lebih
fleksibel,kredibel,akuntabel dan variasi.
4. Tahap kerja
Tahap kerja merupakan tahap untuk mengimplementasikan rencana
keperawatan yg telah dibuat pada tahap orientasi. Perawat menolong klien untuk
mengatasi cemas,meningkatkan kemandirian dan tanggung jawab terhadap diri serta
mengembangkan mekanisme koping konstruktif ( Nurjanah,2001)..Kecemasan yg
menimpa klien sebagian besar dari tindakan keperawatan yg dilakukan pada fase
kerja.
Mengingat pentingnya tindakan keperawatan dalam rangka proses kesembuhan klien,
maka hal tsb tidak bisa dihindari namun disikapi dan diterima sebagai hal yg terbaik
untuk klien. Bagaimana juga bila tindakan keperawatan yg dilakukan perawat tidak
mendapat persetujuan klien,maka tindakan keperawatan tsb tidak dapat dilakukan,
harus ada persamaan persepsi, ide dan pikiran antara klien dan perawat dalam
melaksanakan tindakan keperawatan untuk mencapai tujuan akhir dari pelayanan
keperawatan yaitu mempercepat proses penyembuhan,sehingga diperlukan adanya
kemandirian sikap dari klien dalam mengambikl keputusan. Proses kesembuhan
bukan merupakan tanggung jawab pribadi perawat,namun klien juga mempunyai
tanggung jawab.
Menurut Murray,B dan judith,P dalam Suryani (2006) pada tahap kerja ini perawat
diharapkan mampu menyimpulkan percakapannya dengan klien. Teknik
menyimpulkan ini merupakan usaha untuk memadukan dan menegaskan hal –hal yg
penting dalam percakapan dan membantu perawat – klien memiliki pikiran dan ide yg
sama terhadap proses kesembuhan penyakit sendiri. Akan tetapi klien tidak pernah
menyadari tentang hal tsb sehingga seakan-akan proses kesembuhan merupakan
tanggung jawab petugas kesehatan
Pada tahap kerja ini, perawat bertugas meningkatkan kemandirian tanggung jawab
terhadap proses penyembuhan penyakitnya dengan mencarikan alternatif koping yg
positif sehingga didapatkan suatu perubahan perilaku, Perawat mengekplorasi stresor
yg tepat dalam mendorong perkembangan wawasan diri yg dihubungkan dengan
persepsi, pikiran, perasaan dan tindakan klien (Nurjanah,I,2001).Tidak semua
intervensi yg telah dibuat akan dilaksanakan semua pada tahap implementasi,tetapi
berorientasi pada tujuan yg ingin dicapai,terutama tujuan khusus. Kegagalan pada
tahap kerja akan berdampak pada kegagalan tujuan yg ingin dicapai..tahap kerja
merupakan tahap terpenting dalam mencapai tujuan dan perlu ditutuntut keahlian
profesional untuk mengurangi sikap defensif dan isolasi sosial daRI KLIEN.
Kepercayaan diri dan keluwesan berkomunikasi dari perawat sangat berpengaruh
dalam menjalankan keahlian profesional,Apabila perawat ragu sebaiknya tidak
menjalankan perasat,karena dalam menjalankan keahlian profesional juga
memerlukan suasana psikologis yg menunjang.
5. Tahap terminasi
Tahap ini merupakan tahap dimana perawat mengakhiri pertemuan dalam
menjalankan tindakan keperawatan serta mengakhiri interaksinya dengan klien.
Dengan dilakukan terminasi, klien menerima kondisi perpisahan tanpa menjadiregresi
( putus asa) serta menghindari kecemasan. Terminasi dilakukan agar klien menyadari
bahwa ada pertemuan ada perpisahan,dimana hubungan yg dibangun hanya sebatas
hubungan perawat = klien.Perawat harus mampu menghadirkan realitas
perpisahan.Perawat harus dapat menghindari dari perbuatan melanggar batas,dimana
hubungan yg dibangun secara profesional berubah menjadi hubungan pribadi.
Kegiatan yg dilakukan Perawat adalah mengevaluasi seputar hasil kegiatan yg telah
dilakukan sebagai dasar untuk tindak lanjut yad . Untuk itu kegiatan pada tahap
terminasi merupakan kegiatan yg tepat untuk mengubah perasaan dan memori serta
untuk mengevaluasi kemajuan klien dan tujuan yg telah dicapai. ( Nurjanah,I,2001).
Dalam hubungan perawat – klien terdapat dua terminasi yaitu terminasi
sementara dan terminasi akhir.
• Terminasi Sementara dilakukan bila perawat mengakhiri tindakan
• akhir dilakukan bila klien akan meninggalkan rumah sakit karena sudah sembuh atau
keperawatan, masa tugas berakhir atau operan dengan teman sejawat dalam rangka
dalam rangka untuk peralihan tugas.
• Terminasi pindah ke rumah sakit lain dengan memberikan discharge planning yaitu
memberikan pesan-pesan pokok yg perlu dilakukan oleh klien untuk ditindak lanjuti
di rumah atau ditempat yg lain,
Kegiatan yg dilakukan pada tahap terminasi
1). Evaluasi Subjektif
Merupakan kegiatan yg dilakukan dengan mengevaluasi suasana hati setelah
terjadi interaksi dengan klien. Kegiatan ini penting dilakukan agar perawat tahu
kondisi psikologis klien dalam rangka menghindari klien dari sikap defensif
maupun menarik diri.Evaluasi subjektif mencakupi evaluasi tentang perasaan –
perasaan yg menyelimuti hati klien saat terjadi proses interaksi perawat-klien,
selain itu juga agar perawat mengevaluasi dirinya sendiri untuk dipakai acuan
dalam proses interaksi selanjutnya.
Contoh : : “ Bagaimana perasaan ibu setelah pertemuan ini ?”.
2).Evaluasi Objektif
Merupakan kegiatan yg dilakukan untuk mengevaluasi respons objektif terhadap
hasil yg diharapkan dari keluhan yg dirasakan apakah ada kemajuan atau
sebaliknya. Untuk mengevaluasi ini perawat cukup berpedoman pada nursing
outcome clasification dari tujuan yg ingin dicapai agar tidak terjadi bias dan
tepat sasaran. Evaluasi objektif ini dilakukan untuk mengukur pencapaian hasil
tindakan keperawatan yg telah dilakukan untuk menentukan keberhasilan
tindakan keperawatan dan menentukan langkah selanjutnya. Contoh :”
bagaimana nyeri yg dirasakan ibu kemarin,apakah ada perubahan ? “
3). Tindak lanjut
Merupakan kegiatan yg dilakukan dengan menyampaikan pesan kepada klien
mengenai lanjutan dari kegiatan yg telah dilakukan .Pesan yg disampaikan itu
relevan,singkat,padat dan jelas agar tidak terjadi miscommunication. Oleh
karena pentingnya proses tindak lanjut, bila perlu pesan yg disampaikan
diulangi lagi sampai klien mengerti. Hal ini dilakukan karena pesan yg
disampaikan merupakan kelanjutan kegiatan yg dilakukan yg kurang mendapat
pengawasan dari perawat dan perawat memercayakan kegiatan lanjutan itu
kepada klien maupun keluarga.
• Pada terminasi sementara,tindak lanjut biasanya tidak tertulis yg cukup
dipesankan melalui lisan. Sedangkan untuk terminasi akhir harus secara tertulis
yg terkonsep dalam discharge planning. Contoh terminasi sementara :” Bu
,infusnya sudah terpasang,tolong bu lokasi tusukan infus jangan dipegang-pegang
agar tidak terjadi infeksi .Tangan yg terdapat lokasi tusukan infus tolong jangan
digerak-gerakkan agar infus lancar .Bu bila infusnya tidak menetes atau tidak
lancar atau bila lokasi terasa nyeri dan bengkak,ibu lapor ke perawat untuk
ditindak lanjuti.”
Sedangkan ,terminasi akhir yg perlu dipesankan adalah seluruh kegiatan yg akan
dilakukan klienpulang atau pindah ke rumah sakit lain.Walaupun terminasi akhir
ini diberikan secara tertulis,alangkah baiknya perlu dibacakan dulu agar klien dan
keluarga memahami.
Biasanya terminasi akhir berisi :
a. Tindakan keperawatan lanjutan
b. Obat-obatan yg perlu dilanjutkan atau dihentikan
c. Jadwal kontrol selanjutnya
d. Kegiatan yg boleh dan tidak boleh dilanjutkan
e. Kegiatan rehabilitasi yg dianjurkan
f. Menentukan kontrak yg akan datang,kontrak yg meliputi kontrak
waktu,tempat serta tujuan interaksi (Suryani,2006).
C. Teknik komunikasi terapeutik
Tiap klien tidak sama oleh karena itu diperlukan penerapan teknik
berkomunikasi yg berbeda-beda pula. Berikut adalah teknik komunikasi referensi
dari Shives (1994),Stuart & Sundeen (1950) dan Wilson & Kneisl (1920).
1). Mendengarkan dengan penuh perhatian,
Kesan pertama ketika perawat mau mendengarkan keluhan klien dengan
seksama adalah perawat akan memperhatikan klien. Dengan demikian
kepercayaan klien terhadap kapasitas dan kemampuan perawat terjaga.
Keluhan yg disampaikan secara lengkap dan terinci serta sistematis
memudahkan perawat mengelompokkan data sebagai sarama untuk
menentukan diagnosa keperawatan.
Mendengar keluhan klien dengan penuh perhatian akan menciptakan
kondisi keterlibatan emosional yg maksimal dalam situasi hubungan
interpersonal antara perawat klien.
Menurut Nurjanah ,I (2001),dengan mendengarkan akan menciptakan situasi
interpersonal dalam keterlibatan maksimal yg dianggap aman dan membuat
klien merasa bebas.Pencapaian hasil untuk mendapatkan kondisi riil dari
klien akan lebih maksimal dan memudahkan perawat dalam menentukan
intervensi yg tepat. Untuk itu diperlukan konsentrasi yg maksimal dan
terlibat secara aktif galam memersepsikan pesan orang lain dengan
menggunakan semua indra. Seluruh gerak gerik yg ditampilkan dan seluruh
ucapan ug diutarakan menjadi rujukan dalam memersepsikan isi pesan
tsb.klien yg didengarkan dalam pembicaraan merasa sangat dihargai apabila
perawat menganggap apa yg dikatakan oleh klien merupakan hal yg sangat
penting, sehingga memunculkan kesan “ Anda bernilai untuk saya dan saya
tertarik pada Anda “.
Beberapa sikap untuk menunjukkan cara mendengarkan penuh
perhatian
(1). Berusaha mendengarkan klien menyampaikan non verbal bahwa perawat
perhatian terhadap kebutuhan dan masalah klien.
(2). Mendengarkan dengan penuh perehatian merupakan upaya untuk
mengerti seluruh pesan verbal dan nonverbal yg sedang
dikomunikasikan.
(3). Ketrampilan mendengarkan dengan penuh perhatian adalah memandang
klien ketika sedang bicara
(4). Mempertahankan kontak mata yang memancarkan keinginan untuk
mendengarkan
(5). Sikap tubuh yg menunjukkan perhatian dengan tidak menyilangkan kaki
atau tangan
(6). Hindarkan pergerakkan yg tidak perlu
(7). Anggukkan kepala jika klien membicarakan hal penting atau
memerlukan umpan balik.
(8). Condongkan tubuh kearah lawan bicara,bila perlu duduk atau minimal
sejajar dengan klien
(9). Meninggalkan emosi dan perasaan kita dengan cara menyisihkan
perhatian, ketakutan atau masalah ygsedang kita hadapi
(10). Mendengarkan dan memperhatikan intonasi kata yg diucapkan dan
menggambarkan sesuatu yg berlebihan
(11). Memperhatikan dan mendengarkan apa-apa tidak terucap oleh klien yg
menggambarkan sesuatu yg sulit dan menyakitkan klien
2). Menunjukkan penerimaan
Menerima tidak berarti menyetujui. Menerima pastimenyetujui,sedangkan
menyetujui belum tentu menerima. Perilaku apa yg ditampilkan oleh klien dan
keluhan apa saja yg disampaikan klien merupakan masukan yg berharga bagi
perawat,walaupun kadang apa yg diucapkan tidak sesuai dengan penyakit yg
diderita atau tanda dan gejala masalah yg dihadapi klien. Perawat tidak perlu
menampakkan penolakkan maupun keraguan terhadap apa yg disampaikan klien
yg membuat klien merasa tidak bebas mengutarakannya, semua ide dan
perasaan yg disam paikan oleh klien ditampung semua oleh perawat.Selanjutnya
data tsb diverifikasi dan divalidasi apabila terdapat informasi kurang mengena
dan tidak sesuai sehingga didapat kesimpulan dalam menegakkan diagnosa
keperawatan. Unsur yg harus dihindari dalam menunjukkan penerimaan adalah
mengubah pikiran klien
Menurut Nurjanah (2001), penerimaan adalah mendukung dan menerima
informasi dengan tingkah laku yg menunjukkan ketertarikan dan tidak menilai.
Dengan sikap tsb perawat mampu menempatkan diri pada situasi klien, perawat
mengerti perasaan yg dihadapi klien dengan cara menunjukkan sikap empati
terhadap klien. Menerima berarti bersedia untuk mendengarkan orang lain
tampa menunjukkan keraguan atau ketidak setujuan. Perawat sebaiknya
menghindarkan ekspresi wajah dan gerakan tubuh yg menunjukkan tidak setuju
seperti mengerutkan kening atau menggelengkan kepala
Sikap Perawat yg menunjukkan penerimaan :
(1). Mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan
(2). Memberikan umpan balik verbal yg menampilkan pengertian
(3). Memastikan bahwa isyarat nonverbal cocok dengan komunikasi verbal.
(4). Menghindarkan untuk berdebat,mengekspresikan keraguan atau mencoba
untuk mengubah pikiran klien. Perawat dapat menganggukkan kepalanya
atau berkata “ya’,”saya mengikuti apa yg anda ucapkan.;
3). Menanyakan pertanyaan yang berkaitan dengan pertanyaan terbuka
Tujuan perawat bertanya dengan pertanyaan terbuka adalah untuk
mendapatkan informasi yg spesifik mengenai kondisi riil dari klien dengan
menggali penyebab klien mencari pertolongan atau penyebab klien datang
ketempat pelayanan kesehatan. Diharapkan klien maupun keluarga mempunyai
inisiatif membuka diri dengan menyeleksi topik yg akan dibicarakan secara
berurutan dan sistematis penyebab klien dan keluarga datang ketempat pelayanan
kesehata
Dalam pertanyaan terbuka,kesan klien dijadikan sebagai subjek dan bukan
sebagai objek artinya yg mendominasi interaksi justru dari klien dan bukan
sebaliknya.
4). Mengulang ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri
Dengan mengulang kembali ucapan klien,harapan perawat adalah memberikan
perhatian terhadap apa yg telah diucapkan,
Stuart & Sundeen (1995) mendefinisikan pengulangan adalah pengulangan pikiran
utama yg diekspresikan klien. Pengulangan pikiran utama yg dimaksud bisa
dimaknai sebagai pengulangan apa yg diucapkan dan Tujuan pengulangan pikiran
utama adalah memberikan dan memperjelas pada pokok bahasan atau isi pesan yg
telah disampaikan penguatan oleh klien sebagai umpan balik sehingga klien
mengetahui bahwa pesannya dimengerti dan diperhatikan serta mengharapkan
komunikasi berlanjut.
5). Klarifikasi
Apabila terjadi kesalah pahaman ,perawat perlu menghentikan pembicaraan untuk
mengklarifikasi dengan menyamakan pengertian,maksud dan ruang lingkup
pembicaraan karena informasi sangat penting dalam memberikan pelayanan
keperawatan.
Suryani (2006) berpendapat bahwa klarifikasi adalah menjelaskan kembali ide atau
pikiran klien yg tidak jelasd atau meminta klien untuk menjelaskan arti dari
ungkapannya. Jadi klarifikasi dapat diartikan sebagai upaya untuk mendapatkan
persamaasn persepsi antara klien dan perawat tentang perasaan yg dihadapi dalam
rangka memperjelas masalah untuk memfokuskan perhatian.
Menurut Nurjanah (2001),klarifikasi dilakukan apabila pesan yg disampaikan oleh
klien belum jelas bagi perawat dan perawat mencoba memahami situasi yg
digambarkan klien. Agar pesan dapat sampai dengan benar,perawat perlu
memberikan contoh yg konkret dan mudah dimengerti oleh klien dengan
memperhatikan pokok pembicaraan. Demonstrasi terhadap apa yg telah dijelaskan
merupakan bentuk klarifikasi terhadap apa yg telah diucapkan.
6). Memfokuskan
Metode ini dilakukan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan sehingga lebih
spesifik dan dimengerti. Materi yg disampaikan atau didiskusikan mengerucut pada
salah satu masalah saja yg penting adalah konsisten dan kontinu atau
berkesinambungan serta tidak menyimpang dari topik pembicaraan dan tujuan
komunikasi. Memfokuskan (focusing) dalam rangka mempersempit pembicaraan
yg tertuju pada topik pembicaraan saja. Menurut Cangara (2004) prinsif continuity
dan consistency dalam proses interaksi mengandung arti bahwa pesan yg
disampaikan bersifat konsisten dan berkesinambungan dan tidak menyimpang dari
topik dan tujuan komunikasi yg telah ditetapkan. Teknik memfokuskan ini
merupakan prinsip utama apabila kita ingin mendapatkan pembicaraan yg serius
dengan tingkat pemaknaan yg kuat.

7). Menyampaikan hasil observasi


Perawat perlu memberikan umpan balik kepada klien dengan menyatakan hasil
pengamatannya sehingga dapat diketahui apakah pesan diterima dengan benar.
Kesan yg disampaikan perawat kepada klien merupakan hasil pengamatan yg
mencerminkan kesan yg tidak biasa pada diri klien..Penyampaian hasil observasi
kepada klien apabila terdapat konflik antara verbal dan non verbal klien,serta saat
tingkah laku verbal dan nonverbal nyata dan tidak biasa ada pada pada
klien..Penyampaian hasil pengamatan kpd klien diharapkan dapat mengubah
perilaku yg merusak pada diri klien.
Dalam menyampaikan hasil observasi tidak serta merta menyampaikan hasil yg
didapat saat melakukan observasi.Menyampaikan hasil observasi diharapkan agar
klien menyadari atas perilaku yg merusak maupun perilaku yg tidak produktif
sehingga menyampaikan hasil observasi tidak bertujuan menilai tetapi semata-mata
mengharapkan agar perilaku yg diperbuat itu disadari sebagai perilaku yg tidak
menguntungkan dalam proses penyembuhan penyakit dengan memperhatikan
perasaan dan konsep dirinya
8). Menawarkan informasi
Memberikan tambahan informasi merupakan pendidikan kesehatan bagi
klien,selain itu tindakan ini akan menambah rasa percaya klien terhadap perawat,
karena perawat terkesan menguasai masalah yg dihadapi klien. Untuk ituperawat
harus mampu menguasai ilmu pengetahuan yg memadai tentang masalah yg
dihadapi klien sebagai bekal memberikan pelayanan keperawatan. Apabila ada
informasi yg ditutupi oleh dokter,perawat perlu mengklarifikasi alasannya.perawat
tidak boleh memberikan nasihat kpd klien ketika memberikan informasi, tetapi
memfasilitasi klien untuk membuat keputusan
9). Diam
Diam yg dilakukan Peraway terhadap klien adalah bertujuan untuk menunggu
respons klien untuk mengungkapkann perasaannya,Teknik komunikasi yg
dilakukan perawat dengan tidak bicara apapun (diam) merupakan teknik
komunikasi yg memberikan kesempatan kepada klien untuk mengrganisasir dan
menyusun pikiran atau ide sebelum diungkapkan kepada perawat. Hal ini
memungkinkan klien mengekspresikan ide dan pikirannya dengan detail dan
sistematis.
Penggunaan metode diam memerlukan ketrampilan dan ketepatan waktu,jika tidak
maka akan menimbulkan perasaan tidak enak.
Menurut Boyd & Nihart dalam Nurjanah,I (2001), diam digunakan pada saat klien
perlu mengekspresikan ide tetapi tidak tahu bagaimana
melakukannya/menyampaikan hal tsb.Diam memungkinkan klien untuk
berkomunikasi terhadap dirinya sendiri,mengorganisir pikirannya dan memproses
informasi. Diam terutama berguna pada saat klien harus meng ambil keputusan,
berguna untuk memelihara ketenangan dan diharap kan diam tidak bisa dilakukan
dalam waktu yg lama karena mengakibatkan klien jadi khawatir. Diam berbeda
dengan mendiamkan, perilaku mendiamkan tidak dibenarkan dalam konteks
komunikasi terapwutik.
Dalam konteks komunikasi, diam yg dilakukan seseorang mengandung banyak arti
dan persepsi. Menurut Nurjanah,I (2001), diam diartikan dan dipersepsikan antara
lain :
(a). Seseorang telah mengerti
(b). Marah dan frustrasi tetapi menolak untuk mengungkapkan
(c). Kesediaan orang lain untuk menanti
(d). Bosan
(e). Mendengarkan penuh perhatian
(f). Seseorang tidak dapat berpikir atau tidak mampu menangkap pembicaraan.
10). Meringkas
Meringkas adalah pengulangan ide utama yg telah dikomunikasikan secara
singkat dalam rangka meningkatkan pemahaman.
Meringkas berarti mengidentifikasi poin-poin penting sema pembicaraan atau
diskusi sehingga didalamnya sekaligus terjadi proses klarifikasi atas ide dalam
pikirannya. Dapat juga diartikan sebagai proses bastraksisasi dimana terdapat
kesimpulan atas pembicaraan atau diskusi yg telah dilakukan sehingga ada
kesamaan ide dalam pikiran.Metode ini bermanfaat untuk membantutopik yg telah
dibahas sebelum meneruskan pada pembicaraan selanjutnya. Meringkas
pembicaraan membantu perawat mengulang aspek penting dalam interaksinya
sehingga dapat melanjutkan pembicaraan dengan topik yg berkaitan.
11). Memberikan penguatan
Penguatan(reinforcement) positif atas hal-hal yg mampu dilakukan klien dengan
baik dan benar merupakan bentuk pemberian penghargaan.Pemberian penguatan
positif bertujuan untuk meningkatkan motivasi kepada klien untuk berbuat yg lebih
baik lagi.
jadi bisa dikatakan bahwa penguatan positif merupakan motif atau bentuk
dorongan kepada klien dengan cara membanggakan diri klien agar mampu
memacu semangat dalam penerimaan diri untuk berbuat dan berperilaku yg lebih
baik lagi.
Memberi salam kepada klien dengan menyebut namanya ,menunjukkan kesadaran
tentang perubah yg terjadi pada diri klien, menghargai klien sebagai manusia
seutuhnya yg mempunyai hak dan tanggung jawab atas dirinya sendiri sebagai
individu merupakan bentuk dari pemberian penguatan positif yg mampu
menggugah semangat klien.Penghargaan dalam pelayanan keperawatan tidak
berbentuk materi, tetrapi berbentuk dorongan psikologis untuk memacu lebih baik
lagi.
12). Menawarkan diri
Klien mungkin belum siap untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang
lain atau klien tidak mampu untuk membuat dirinya dimengerti. Menawarkan diri
merupakan kegiatan untuk memberikan respons agar seseorang menyadari
perilakunya yg merugikan baik dirinya sendiri maupun orang lain tanpa adanya
rasa bermusuhan. Sering kali perawat menawarkan kehadirannya,rasa
tertarik,teknik komunikasi ini harus dilakukan tanpa pamrih. Contoh :” saya ingin
anda merasa tenang dan nyaman.”
13). Memberikan kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan
Berikan kesempatan pada klien untuk berinisiatif dalam memilih topik
pembicaraan.Biarkan klien yg merasa ragu=ragu dan tidak pasti tentang
peranannya dalam interaksi ini. Perawat dapat menstimulasinya untuk mengambil
inisiatif dan merasakan bahwa ia diharaopkan untuk membuka pembicaraan
Contoh:
- “Adakah sesuatu yg ingin anda bicarakan?”.
- “ Apakah yg sedang Saudara pikirkan ?”.
- “ Darimana anda ingin mulai pembicaraan in?”.
14). Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan
Teknik ini menganjurkan klien untuk mengarahkan hampir seluruh pembicaraan yg
mengindikasikan bahwa klien sedang mengikuti apa yg sedang dibicarakan dan
tertarik dengan apa yg akan dibicarakan selanjutnya. Perawat lebih berusaha untuk
menafsirkan daripada mengarahkan diskusi /pembicaraan.
Contoh : - “.... Teruskan....! “
= “.... Dan kemudian.....?”
- “ Ceritakan pada saya tentang itu....”.
15). Menempatkan kejadian secara teratur akan menolong perawat dan klien
untuk melihatnya dalam suatu perspektif
Kelanjutan dari suatu kejadian secara teratur akan menolong perawat dan klien
untuk melihatnya dalam suatu perspektif.Kelanjutan dari suatu kejadian secara
teratur akan menolong perawat dan klien untuk melihat kejadian berikutnya
sebagai akibat kejadian yg pertama.Perawat akan dapat menentukan pola
kesukaran interpersonal dan memberikan data tentang pengalaman yg memuaskan
dan berarti bagi klien dalam memenuhi kebutuhannya,
Contoh;
- “ Apakah yg terjadi sebelum dan sesudahnya ?”
= “ Kapan kejadian tersebut terjadi ?”
16). Menganjurkan klien untuk menguraikan persepsinya
Apa bila perawat ingin mengerti klien,maka ia harus melihat segala sesuatunya dari
perspektif klien.Klien harus merasa bebas untuk menguraikan persepsinya kepada
perawat. Ketika menceritakan pengalamannya,perawat harus waspada akan
timbulnya gejala ansietas.
Contoh ;
- “Cerita kepada saya bagaimana perasaan Sdr ketika akan dioperasi”.
- “ Apa yg sedang terjadi “.

17). Refleksi
Refleksi menganjurkan klien untuk mengemukakan dan menerima ide serta
perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri. Apabila klien bertanya apa yg
harus ia pikirkan,kerjakan atau rasakan, maka perawat dapat menjawab :”
Bagaimana menurutmu ?”.atau “Bagaimana perasaanmu?”.
Dengan mengembalikan pikiran dan perasaannya itu kepada dirinya sendiri, klien
akan berusaha untuk menilai apa yg sedang ia pikirkan,justru dia sendiri yg menilai
bukan orang lain.
Menurut Stuart & Sundeen (1995), teknik refleksi digunakan untuk
mengembalikan ide,perasaan dan pertanyaan klien.Sedangkan menurut Schultz &
Videbeck (1998), refleksi merupakan tindakan mengembalikan pikiran dan
perasaan klien.
Teknik refleksi ini dilakukan perawat bukan untuk menilai pikiran dan perasaan
klien, akan tetapi perawat mengembalikan lagi pikiran dan perasaan yg merupakan
bagian yg telah ada sebagai upaya untuk mengevaluasi diri untuk menimbang-
nimbang keputusan yg akan diambil

Kesimpulan
• Kemampuan menerapkan teknik komunikasi terapeutik memerlukan latihan dan
kepekaan serta ketajaman perasaan, karena komunikasi terjadi tidak dalam kempuan
tetapi dalam dimensi nilai, waktu dan ruang yg turut mempengaruhi keberhasilan
komunikasi yg terlihat melalui dampak terapeutik bagi klien dan juga kepuasan bagi
perawat.
• Komunikasi juga akan memberikan dampak terapeutik bila dalam penggunaannya
diperhjatikan sikap dan teknik komunikasi terapeutik.hal lain yg diperhatikan adalah
dimensi hubungan,dimensi ini merupakan faktor penunjang yg sangat berpengaruh
dalam mengembangkan kemampuan berhubungan terapeutik.

D. Prinsip dasar komunikasi terapeutik


1). Komunikasi berorientasi pada proses percepatan kesembuhan
Setiap pesan komunikasi mempunyai tujuan tertentu atau makna tertentu dimana
dari makna yg berarti tsb perawat dapat memprediksikan bagaimana cara
berkomunikasi. Saat perawat berkomunikasi dengan klien,maka semua pervakapan
berorientasai bagaimana percakapan itu bisa mendukung perawat untuk
mendapatkan masukkan yg berharga dalam menentukan sikap dan tindakan..
Klien yg merasa diajak mendiskusikan masalah kesehatan yg dihadapinya akan
merasa terayomidan merasa mendapat perhatian yg penuh dari perawat sehingga
bisa menurunkan kecemasan akibat penyakit yg diderita
Komunikasi yg terjadi antara perawat – klien merupakan komunikasi yg
mengarahkan pada penemuan masalah keperawatan melalui pengkajian sampai
pada evaluasi dan hasil tindakan yg dilakukan oleh perawat
Oleh karena itu perawat harus menghindarlan diri dari kebuntuan komunikasi
terapeutik antara lain resistens,transferens, kontratransferens dan pelanggaran
batas.
2). Komunikasi terstruktur dan terencana
Setiap tindakan komunikasi yg dilakukan oleh seseorang bisa terjadi mulai dari
tingkat kesengajaan yg rendah artinya tindakan komunikasi yg tidak
direncanakan( apa saja yg akan dikatakan atau apa saja yg akan dikalukan secara
rinci dan detail) sampai pada tindakan komunikasi yg betul- betul disengaja ( pihak
komunikan mengharapkan respons dan berharap tujuannya tercapai ). Perawat
sudah merencanakan cara yg akan dilakukan,mempersiapkan materi,untuk itu
dibutuhkan strategi pelaksanaan yg baik. Strategi ini menuntun dan memberi
petunjuk serta mengarahkan apa yg akan kita komunikasikan.
3). Komunikasi terjadi dalam konteks topik,ruang dan waktu
Saat berkomunikasi perawat harus memilih topik yg dibutuhkan klien sesuai
dengan keluhan yg dirasakan atau masalah klien. Menghadapi klien satu dengan
yg lainnya tentunya tidak sama ,baik topik maupun cara berhubungan atau
berkomunikasi sehingga perawat harus memperhatikan dari sisi dimensi isi dan
hubungan. Perawat harus memprediksikan dan menentukan isi pesan apa ygakan
disampaikan ,isi pesan harus dapat memberikan efek terapeutik bagi klien.Pesan yg
dikirimkan oleh komunikan baik verbal maupun nonverbal juga harus disesuaikan
dengan tempat dimana proses komunikasi itu berlangsung,kepada siapa pesan itu
dikirim dan kapan komunikasi itu berlangsung.Perawat harus membuat kontrak
pertemuan,terutama kapan dan dimana dilaksanakan sesuai waktu dan materi yg
telAh disepakati.Hal ini akan meningkatkan kepercayaan klien terhadap perawat
dan meningkatkan hubungan saling percaya.
4). Komunikasi memperhatikan kerangka pengalaman klien
Tingkat resisten atas pengetahuan yg diterima peserta komunikasi memberikan
gambaran seberapa jauh pesan yg disampaikan diterima dan dipahami oleh peserta
komunikasi .
Harapan kerangka pengalaman kedua belah pihak memiliki kemiripan yaitu agar
tujuan penyampaian pesan terlaksana dengan baik.
Oleh karena itu seseorang dalam menyampaikan pesan memperhatikan : latar
belakang budaya, bahasa, agama,tingkat pendidikan, kemampuan kognitif,
termasuk didalamnya kondisi psikologis dari lawan bicara.
Dalam proses komunikasi perawat harus melihat kondisi emosional dari klien /
perawat sehingga dalam perawat mampu menempatkan diri dalam
berinteraksi.Menempatkan diri pada emosi klien tsb dalam proses komunikasi
disebut sebagai empati..perawat harus tanggap dan merespon dengan pertanyaan
terbuka. Jika kita tersenyum maka kita dapat memprediksi bahwa pihak penerima
akan membalas dengan tersenyum.Prediksi seperti ini akan membuat seseorang
menjadi tenang dalam melakukan proses komunikasi.
5). Komunikasi memerlukan keterlibatan maksimal dari klien dan keluarga,
Dalam diri setiap orang mengandung sisi internal yg dipengaruhi oleh latar
belakang budaya,nilai,adat,pengalaman dan pendidikan
Bagaimana seseorang berkomunikasi dipengaruhi oleh beberapa hal internal
tsb,sisi internal seperti lingkungan keluarga dan lingkungan dimana ia
bersosialisasi mempengaruhi bagaimana ia melakukan tindakan komunikasi.
Dalam proses komunikasi antara perawat dan klien/keluarga akan terjadi proses
transformasi,ada diskusi yg saling mengisi dan menerima untuk itu perawat harus
memperhatikan latar belakang yg dipunyai klien/keluarga.
Dalam diskusi tsb harus ada keputusan yg disepakati baik menolak atau menerima
yg dituangkan dengan pembuatan informed consent. Perawat harus mengarahkan
pesan tsb pada kondisi pesan bersifat Coercion yaitu pesan bersifat instruksi yg
mengikat,namun tetap memperhatikan kapasitas dan kemampuan dari klien dan
keluarga
6). Keluhan utama sebagai pijakan pertama dalam komunikasi
Keakuratan perawat untuk menentukan sikap dan tindakan pada klien tergantung
pada pernyataan klien atas keluhan yg disampaikan. Keluhan yg sangat dirasakan
(keluhan utama) merupakan kata-kata yg pertama terucap dari klien,dengan
harapan keluhan itu yg didahulukan untuk diselesaikan.Perawat dengan tanggap
melakukan penelusuran atas keluhan yg disampaikan dengan mengaitkan data
tambahan melalui rujukjan-rujukan yg telah dipelajari sebelum menentukan sikap
dan tindakan tsb. Keluhan utama tsb merupakan kata kunci dalam menggali
masalah keperawatan. Bagaimana pentingnya keluhan utama dalam menentukan
diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan kriteria evaluasi yg dilaksanakan.
Bersama-sama untuk memperoleh gambaran yg signifikan dalam proses
keperawatan.

E. Cara mencapai kondisi komunikasi terapeutik


Ada beberapa cara untuk mencapai kondisi komunikasi terapeutik.Kondisi
komunikasi terapeutik akan tercapai apabila perawat menggunakan sarana dengan
memanfaatkan dimensi respons dan dimensi tindakan
1. Dimensi Tindakan
Dimensi ini termasuk konfrontasi,kesegaran,pengungkapan diri
perawat,katarsis dan bermain peran. Dimensi ini diimplementasikan dalam konteks
kehangatan, penerimaan dan pengertian yg dibentuk oleh dimensi responsif.
1). Konfrontasi
Merupakan pengekspresian perawat terhadap perilaku klien yang merusak agar klien
sadar akan perilakunya guna memperluas kesadaran diri klien. Perawat perlu menanyakan
kembali mengapa ada perilaku yang merusak/ destruktif pada diri klien agar klien menyadari
bahwa perilaku yg baru dilakukan tadi merugikan diri sendiri,orang lain,maupun lingkungan
Menurut Smith dalam Nurjanah ,I(2001), konfrontasi dilakukan apabila terdapat :
a). Tingkah laku tidak produktif
b). Tingkah lakunya merusak
c). Ketika mereka melanggar hak kita / hal orang lain.
Tujuan konfrontasi yang dilakukan adalah agar orang lain sadar adanya ketidak sesuaian
pada dirinya dalam hal perasaan, yingkah laku, dan kepercayaan ( Smith,1992). Ketidak
jelasan dari tindakan klien karena tindakannya yg tidak wajar membuat perawat perlu
mengonfronyasi tindakan tsb agar perawayt mengertyi mengapa klien melakukan tindakan
atau punya perasaan serta keyakinan seperti itu.
Cara- cara untuk mengonfrontasi adalah sebagai berikut :
a. Membuat sesuatu yang lebih jelas.
Saat klien mengekspresikan sebuah kekesalannya terkadang sulit untuk
dimengerti,karena apa yang diperbuat klien,tidak biasa ia perbuat. Agar ia
menyadari bahwa yg diperbuat itu merupakan sesuatu yg kurang tepat dan tidak
sesuai dengan harapan,maka keadaan yg kurang baik itu diperjelaskan lagi.
Kejelasan situasi akan membuat hubungan menjadi bermakna dan lebih terbuka.
Contoh : “ Saya melihat wajah ibu tampak murung dan kelihatan gelisah, apa yang
membuat ibu tidak nyaman ?.”
b. Mengekspresikan opini dengan kata- kata yg lebih jelas.
Suasana yg kurang nyaman pada diri klien terkadang tidak disadari oleh klien
sendiri.Kegaduhan saat keluarga klien atau kotoran yg berserakan disekitar klien
akibat adanya pengunjung yg kurang menaati kebersihan,membuat suasana kurang
nyaman. Untuk itu perawat dalam melihat keadaan seperti ini perlu tindakan
segera mengingatkan keluarga klien dengan mengatakan sesuatu yg idealis tanpa
memarahi. Agar keluarga klien menyadari kesalahannya,maka perawat perlu
mengatakan sesuatu yg benar menurut yg ia yakini tanpa menyalahkan pihak lain.

Contoh:
“ Keluarga ibu yang sakit tidak akan bisa istirahat apabila bapak/ ibu ramai atau
gaduh “.
“ Penyakit keluarga bapak / ibu tak akan kunjung sembuh apabila disekitarnya
banyak sampah, karena hal tsb membuat terjadinya infeksi silang atau
perpindahan kuman dari penyakit lain.
c.Minta untuk bertindak dan berperilaku yg asertif
Adanya suasana yg kurang nyaman dengan adanya suasana gaduh dan kebersihan
lantai yg kurang tsb, perawat bisa dengan meminta pada keluarga untuk bertindak
yg positif dan bijaksana,karena apa yg diminta oleh perawat sebenarnya untuk
kepentingan klien.
Contoh :
“ Saya lebih senang suasana di ruangan ini menjadi lebih tenang dengan demikian
klien bisa istirahat klien bisa tercukupi “.
“ Di rumah sakit selalu memerlukan lantai yg bersih dengan demikian tidak ada
perpindahan infeksi “.
a. Memberikan harapan,kepercayaan dan dukungan
Kata – kata yg bisa membangkitkan semangat klien akan memotivasi klien
untuk berbuat lebih baik lagi. Untuk itu perawat seharusnya jangan segan
memberikan penguatan positif atas hal-halk yg mampu dikerjakan klien maupun
keluarga dengan benar.
Contoh : “ saya hari ini senang melihat ibu sudah bisa latihan duduk “.
2). Kesegeraan
Kesegaran merupakan kepedulian perawat akan masalah yg menimpa klien.
Dimensi kesegaran poada komunikasi terapeutik berarti kesediaan perawat
bertindak secepat mungkin dan saat itu juga untuk mengatasi segala sesuatu yg
kemungkinan merugikan klien. Kegiatan ini untuk memenuhi kebutuhan klien
dengan segera tanpa menunda selagi tidak ada yg lebih darurat.
Sensitivitas ini terjadi jika interaksi perawat – klien difoluskan dan digunakan
untuk mempelajari fungsi klien dalam hubungan interpersonal lainnya.Sensitivitas
perawat terhadap apa yang dipermasalahkan klien menjadikan pelayanan
keperawatan menjadi lebih efektif.
Kesegeraan berarti perawat peka terhadap perasaan dan permasalahan klien.
Stimulasi dini akan mengurangi kecemasan dan ketidak percayaan klien terhadap
perawat serta klien menjadi kooperatif. Hal ini terjadikarena kesegeraan
mempunyai konotasi sebagai sensitivitas perawat pada perasaan klien dan
kesediaan untuk mengatasi perasaan dari pada mengacuhkannya. Salah satu
penyebab kebuntuan dalam komunikasi antara perawat dan klien adalah tidak
adanya sensitivitas pada diri perawat akan permasalah dan perasaan klien. Hal
inilah yg menyebabkan klien merasa cemas,tidak percaya dengan perawat dan
menarik diri yg kemudian akan menyulitkan perawat.
3). Membuka diri.
Keterbukaan perawat tidak diartikan bahwa perawat ajan
menceritakanmasalah pribadinya. Keterbukaan perawat disini berarti bahwa apa yg
diungkapkan perawat membuat klien menjadi lebih yahu tentang pikiran,perasaan
dan pengalaman pribadi kita. Membuka diri dilakukan untuk keuntungan
klien,untuk menunjukkan seberapa banyak perawat mengerti klien karena adanya
persamaan pikiran, perasaan dan pengalaman ( Nurjanah,I, 2001). Perawat
membuka diri dengan mengungkap pengalaman pribadinya mengenai keluhan yg
dirasakan klien dan prognosisnya dengan harapan untuk mengurangi
kecemasannya dan mempercepat kesembuhannya.
Perawat membuka diri dengan harapan :
a). Untuk menjadi model dan mendidik
b). Untuk mendukung gabungan dari intervensi terapeutik
c). Unytuk memvalidasi realitas
d). Untuk mendukung otonpmi klien
( Stuart & Sundeen,1995).
Keterbukaan perawat diharapkan membuat perilaku klien menjadi lebih asertif dan
terkontrol,oleh karena itu untuk menjadikan klien lebih asertif,perawat harus lebih
terbuka tentang dampak yg akan terjadi bila klien tidak menaati standar aturan
pelaksanaan pelayanan keperawatan yg berlaku.
Contoh :
“ Bu ... lokasi infus ini kalau dipegang- pegang akan mudah infeksi dan saya
khawatir kalau infeksi menjalar keseluruh tubuh, serta infus bila tidak jalan ibu
masih kekurangan cairan dan saya harus memindahkan jarum infus kelokasi lain yg
membuat ibu harus ditusuk lagi kedua kalinya “.
4). Katarsis emosional
Klien didorong untuk membicarakan hal- hal yg sangat mengganggunya untuk
mendapatkan efek terapeutik (Stuart & Sundeen,1995). Klien akan bersedia
membicarakan keluhannya apabila sudah terbentuk hubungan saling percaya,
terutama masalah yg menyangkut pribadi. Ungkapan dari klien merupakan hal yg
berharga untuk perawat baik untuk melaksanakan tugas keperawatan maupun
untuk mengembang ilmu keperawatan itu sendiri. Dalam hal ini perawat harus
dapat mengkaji kesiapan klien untuk mendiskusikan masalahnya. Jika klien
mengalami kesulitan untuk mengekpresikan perasaannya, perawat dapat membantu
dengan mengekspresikan perasaannya jika berada pada situasi klien. Untuk itu
teknik komunikasi yg tepat dilakukan dengan menggunakan pertanyaan terbuka
(brod opening) sehingga klien mampu mengekspresikan keluhannya secara
sistematis;
5). Bermain peran.
Kegiatan bermain peran pada tantanan pelayanan keperawatan adalah dimana
semua kegiatan yg memerlukan pemahaman klien,perawat mendemontrasikan
terlebih dulu lalu meminta klien untuk mencoba. Saat bermain peran diharapkan
ada komitmen untuk mendengarkan dan menjalankan semua kegiatan yg telah
didemontrasikan sehingga ada rasa keterlibatan emosional dan ketergantungan
untuk mencoba melakukan sendiri. Membangkitkan situasi tertentu untuk
meningkatkan penghayatan klien kedalam hubungan antar manusia dan
memperdalam kemampuannya untuk melihat situasi dari sudut pandang lain dan
juga memperkenankan klien untuk mencoba situasi baru dalam lingkungan yg
aman.

2. Dimensi Respon.
1). Kesejatian / keikhlasan
Saat memberikan pelayanan keperawatan seharusnya menghilangkan perasaan
–perasaan tertentu (tanpa pamrih) yg ada hanya bagaimana memberikan pelayanan
yg baik dan murni berdasarkan apa yg dilihat,persepsi dan intuisi untuk
mempercepat kesembuhan. Perawat harus mampu meninggalkan sikap berpura-
pura serta mengekspresikan perasaan yg sebenarnya dan spontan. Bekerja dengan
ikhlas merupakan kegiatan yg dilandasi sikap jujur,tulus dan berperan aktif dalam
hubungan dengan klien. Dalam memandang klien,perawat perlu memandang dan
menerima klien apa adanya,klien yg membutuhkan pertolongan tanpa melihat siapa
dia. Kesejatian dipengaruhi oleh kepercayaan diri, dengan kepercayaan diri orang
mampu menunjukkan kesejatiannya walaupun dalam kondisi tidak nyaman.
Tingkat profesionalitas dalam menjalankan profesinya sangat diuji dalam ranah
kesejatian / keikhlasan ini karena perawat harus mampu menjaga image profesi
perawat dari pada perasaan pribadi. .Kesejatisn /keikhlasan ditunjukkan dengan
adanya kesamaan antara verbal dan nonverbal (kongruen ).
2). Respek /hormat.
Sikap peduli ditunjukkan dengan selalu memperhatikan keluhan klien yang
dipahami sebagai hal yg unik tetapi menarik ,dengan prinsip perawat memang
bekerja untuk mempercepatkan kesembuhan klien dengan selalu siap sedia untuk
melayani klien. Apapun sikap yg ditampilkan klien,perawat selalu tersenyum dan
bersemangat, menampakkan kesiapan dan selalu bergerak kearah klien serta tidak
pernah mengeluh dengan selalu melakukan pendekatan dalam rangka
menyelesaikan masalah klien. Perilaku yg ditampilkan klien diterima tanpa ada
perasaan keraguan dan meyakini perilaku klien tanpa manipulasi. Pemberian
pelayanan yg tak terbagi membuat klien merasa terlayani dan meningkatkan rasa
optimis akan kesembuhan penyakitnya.
Pengertian sikap respek menurut Susan Smith dalam Nurjanah,I (2001)
adalah :
a). Kesediaan bekerja untuk klien
b). Menunjukkan siap sedia
c). Ketertarikan pada masalah klien
d). Memahami keunikan
e). Melakukan pendekatan penyelesaian masalah.
3). Konkret
Pembahasan yang dilakukan perawat akan masalah klien harus menggunakan
terminologi yg spesifik dengan mendorong klien untuk mengutarakan keluhan yg
dirasakan secara akuntabel sehingga ,menghilangkan keraguan dan ketidakjelasan.
Konkret berarti perkataan yg jelas,akurat. tidak membingungkan,dan mudah
dimengerti. Dengan demikian fungsi dari dimensi konkret ini adalah dapat
mempertahankan respons perawat terhadap perasaan klien, penjelasan akurat
tentang masalah akan mendorong klien memikirkan masalah yg spesifik. Teknik
komunikasi memfokuskan ,konfrontasi dan validasi menjadikan klien
membicarakan yg konkret / nyata dan mendorong klien untuk memikirkan masalah
yg spesifik. Pembahasan secara konkret berarti pembahasan mengenai keluhan /
masalah utama yg dirasakan tanpa mendapat gangguan dari aspek lain.
Contoh :” Apa yg dirasakan ibu saat ini “. Pertanyaan ini sederhana tetapi
mengarahkan pada masalah yg fokus, dengan demikian klien akan menjelaskan
secara terinci mengenai keluhan utama yg dirasakan saat ini hingga pada titik akhir
kesimpulan yg mengarah pada situasi yg spesifik. Keterlibatan klien lebih
menonjol dengan perawat sebagai pendengar yg baik dan bertugas menyimpulkan
masalah klien.konkret menginginkan jawaban yg sebenarnya,dengan berespons
secara konkret,perawat dapat mendorong klien untuk lebih fokus pada masalah yg
dihadapi. Hal ini terjadi karena respons yg konkret dari perawat menumbuhkan
rasa percaya klien sehingga mampu mengungkapkan perasaannya (Suryani,2006).
4). Empati
Mengerti perasaan klien saat menghadapi masalah tanpa larut di dalamnya
merupakan bentuk empati dari perawat kepada klien.Perawat sebatas mengerti
perasaan klien tanpa menunjukkan respons emosional yg berlebihan ketika melihat
klien dalam masalah pribadinya.Perawat memandang permasalahan dari kacamata
klien. Saat memandang perasaan klien,perawat tidak menghakimi perasaan klien
dan hanya mengikuti perkembangan perasaan emosional daei klien saja.
Smith (1992), berpendapat bahwa empati merupakan kemampuan menempatkan
diri kita pada posisi orang lain serta memahami bagaimana perasaan orang lain dan
apa yg menyebabkan reaksi mereka tanpa emosi kita terlarut dalam emosi orang
lain. Dengan kata lain empati bisa diartikan sebagai bentuk dukungan emosional
perawat saat keluarga menghadapi masalah dengan mendorong tercapainya
penerimaan diri (acceptance).
Kegiatan perawat untuk melakukan empati kepada klien dapat berbentuk :
a). Melihat klien dan keluarga sesuai dengan paradigmanya
b). Memahami perasaan dan reaksi emosional klien maupun keluarga
c). Menunjukkan keikhlasan untuk membantu
d). Memberikan dukungan sosial melalui kesan verbal dan nonverbal dalam
menguatkan dan mempertahankan pertahanan egonya.
e). Mendorong klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaannya dengan
kata-kata sendiri
f). Berkosentrasi memperhatikan kesan verbal dan nonverbal untuk mengerti
perasaan dan alasan reaksi klien
g). Menyingkirkan perasaan khawatir untuk membeberkan pikiran yang
mengganggu,
Menunjukkan respons empati kepada klien saat perawat dalam masalah
pribadimya, kemungkinan sulit dilakukan apabila perawat tidak mampu
menyingkirkan perasaan yg mengganggu nya sehingga diperlukan kiat- kiat untuk
menunjukkan respons empati, antara lain :
a). Mengosongkan pikiran yg mengganggunya termasuk sentimen pribsadi
b). Mau mendengarkan dengan penuh perhatian
c). Menghormati klien mengungkapkan perasaannya
d). Bicara dengan nada suara yg lembut
e). Memperhatikan aspek lingkungan sekitar
f). Menempatkan respons klien berupa reaksi dan bukan aksi.
Dengan respons empati,klien dan keluarga merasa dihargai dan diperhatikan untuk
mencapai kondisi emosi yg stabil.

F. Penyimpangan Komunikasi ( Deviation Communication ).


Komunikasi merupakan cara yang sangat efektif mengubah perilaku
klien.Sedemikian pentingnya bahwa komuniukasi yg baik mampu menurunkan
tingkat kecemasan klien dan mampu menutupi kelemahan perawat. Pengetahuan
dan keahlian yg kurang memadai pada diri perawat mampu ditutupi dengan
keahlian komunikasi yg baik.Hal ini merupakan modal yg sangat berharga dalam
pelayanan keperawatan.Yang dirasakan dan dilihat klien adalah bagaimana kita
menyampaikan pesan itu kpd klien,karena dari hal itulah klien akan
mengasumsikan bahwa kita mempunyai kognitif dan keahlian yg memadai. Satu
hal penting yg harus diperhatikan saat perawat melakukan komunikasi dengan
klien yaitu terputusnya maksud pesan yg disampaikan. Pesan yg dirancang
sedemikian rupa dengan harapan mampu mengubah perilaku klien,namun pada
kenyataannya belum sesuai dengan harapan. Kendala yg merupakan bentuk
penyimpangan proses komunikasi yg bisa terjadi pada diri perawat maupun
klien.Penyimpangan komunikasi akan menghambat tujuan dari komunikasi.
Penyimpangan komunikasi bisa terjadi pada diri klien dan diri perawat.
1). Penyimpangan komunikasdi pada diri klien
Penyimpangan komunikasi yg dilakukan klien merupakan bentuk upaya untuk
menutupi diri dan sikap menghindar untuk tetap tidak menyadari atau mengakui
bahwa dalam dirinya ada perasaan yg mengganggu dan mengusik yg berakibat
meningkatnya kecemasan pada dirinya. Penyimpangan tsb merupakan resisten dari
diri klien kepada perawat. Menurut Stuart,G,W (1998), resisten merupakan upaya
klien untuk tetap tidak menyadari atau mengakui penyebab kecemasan dalam
dirinya dalam rangka melawan atau menyangkal perasaan. Perilaku tsb membuat
perawat gagal dalam mendapatkan masukan yg berharga maupun data yg valid
dalam membuat intervensi keperawatan ,juga klien tidak mendapatkan pelayanan
keperawatan yg baik karena tidak didukung dengan data masalah keperawatan yg
valid. Dengan demikian penyimpangan komunikasi tsb pada akhirnya sangat
merugikan klien karena menjadikan hari rawat menjadi lebih panjang.
Penyimpangan komunikasi dalam bentuk resisten yg dilakukan oleh klien
diakibatkan klien belum siap untuk mengutarakan masalahnya dan mencoba
menekan ke alam tidak sadar. Hal ini dilakukan sebagai bentuk dari protes akan
ketidaksiapan perawat karena klien belum percaya kepada perawat sehingga tidak
ada keinginan untuk mengungkaplan masalahnya yg sebenarnya. Sebagai bentuk
dari protes klien kepada perawat,maka penyimpangan komunikasi yg dilakukan
klien antara lain:
a). Menonjolkan gejala yg dialami,seolah-olah penyakitnya bertambah parah.
b). Pesimis terhadap kesembuhan
c). Kemunduran dari integritas pribadi
d). Menampakkan perilaku yg tidak wajar
e). Komunikasi menjadi lebih dangkal
f). Selalu berperilaku destruktif
g). Bertahan dengan menolak untuk berubah
h). Selalu mengkritik petugas / perawat.

Penyimpangan komunikasi yg lain pada diri klien adalah menghubungkan kejadian


atau pengalaman masa lalu kedalam bentuk isi pikiran sehingga menimbulkan
mindset dalam berpikir. Klien mencoba untuk mentranskripsikan atau mengcopi
cetak ulang atas perbuatan yg telah dialami dengan mengasumsikan bahwa pelaku
yg memberikan pengalaman tsb ada kemiripan dengan perawat saat ini yg
dianggap bahwa perawat saat ini juga mempunyai kecendrungan yg sama dalam
berbuat dan bertindak.Respons tersebut disebut transferens yg berarti merupakan
respons tidak sadar berupa perasaan atau perilaku terhadap perawat yg sebetulnya
berawal dari berhubungan dengan orang-orang tertentu yg bermakna baginya pada
waktu dia masih kecil.
Respos transferens terjadi sebagai akibat dari kumpulan reaksi yg timbul sebagai
upaya mengurangi kecemasan dan ketidakpuasan klien klien terhadap perawat
karena intensitas pertemuan yg berlebihan (Stuart,G,W,(1998). Hal ini
dimungkinkan karena dengan pertemuan yg berlebihan dan tidak ada unsur
terapeutik,menjadikan klien merasa curiga dan tidak percaya dengan perawat
sehingga timbul pikiran-pikiran negatif melalui teknik asosiasi dengan
menghubungkan kejadian pada masa lalu. Resiko yg dapat terjadi adalah sbb:
a). Pengalaman baik
Bila klien menghubungkan pengalaman yg diterima baik, maka klien selalu
menggantungkan diri pada perawat atau bersikap dependen.
b). Pengalaman kurang baik
Bila klien menghubungkan pengalaman yg tidak menyenangkan, maka sikap
klien menjadi destruktif yg selalu membenci perawat.
Menghadapi klien dengan tingkat resisten yg tinggi ataupun timbulnya respons
transferens, maka perelu kesabaran dan kesadaran yg tinggi pada diri perawat.
Perawat menggunakan teknik komunikasi klarifikasi, konfrontasi atau presenting
reality dengan menunggu sampai klien melakukan perbuatan destruktif dan
selanjutnya dikonfrontasi dengan kondisi yg realitis. Untuk itu perawat tidak
tergesa-gesa untuk menanggapi perilaku destruktif dari klien tersebut.
2). Penyimpangan pada diri Perawat.
Penyimpangan komunikasi yang terjadi pada diri perawat sbb:
a). Kontertransferens
Perawat kadang tidak menyadari bahwa apa yg telah dilakukan itu
nantinya akan merugikan kedua belah pihak.Perawat biasanya terpancing
oleh sikap klien yg berlebihan,baik sikap terlalu baik maupun sikap yg
terlalu buruk sehingga perawat merespons dengan emosi yg terlalu
berlebihan juga. Perawat hanya terfokus pada dirinya sendiri tanpa
melibatkan emosi klien sehingga berperilaku menjadi berlebihan. Perawat
tidak mampu menggunakan respon empati yg memadai. Hal ini berdampak
terhadap interaksi perawat – klien, hubungan yg terjadi sudah melewati
batas hubungan perawat – klien dalam konteks hubungan yg profesional
dan cenderung melanggar kode etik keperawatan. Ketika perhatian kepada
klien terlalu berlebihan karena klien juga sangat perhatian pada diri perawat
tsb ,maka dampak yg terjadi pada diri klien menjadi besar kepala karena dia
merasa terlindungi oleh salah satu perawat. . Ketika perawat terstimulasi
dengan perilakuyg sangat tidak baik,menjadi perawat tdk memperhatikan
klien sehingga perhatian yg diberikan kepada klien sangat kurang sehingga
klien merasa diabaikan oleh perawat, Respons emosional yg berlebihan itu
disebut Kontertransferens.
Menurut Stuart,G,w (1998),, kontertransferens merupakan bentuk respons
emosional berupa hambatan terapeutik yg berasal dari diri perawat yg
dibangkitkan atau dipancing oleh sikap klien.
Perilaku yang dapat muncul pada klien menurut Suryani (2006). Antara lain
(a). Love dan caring yg berlebihan
(b). Benci dan marah berlebihan
(c). Cemas dan rasa bersalah yg timbul berulang-ulang
(d). Tidak mampu berempati terhadap klien
(e). Perasaan tertekan selama atau setelah proses
(f). Tidak bijaksana dalam membuat kontrak dengan klien,terlambat,terlalu
lams dll
(g). Mendukung ketergantungan klien
(h). Berdebat dengan klien atau memaksa klien sebelum klien siap
(i). Menolong klien untuk hal –hal yg tidak berhubungan dengan sasaran
asuhan keperawatan
(l). Menghadapi klien dengan hubungan pribadi atau sosial
(m). Melamunkan klien.

Untuk menghindari terjadinya kontertransferens Suryani (2006)


berpendapat bahwa terdapat lima cara untuk mengidentifikasi terjadinya
kontertransferens :
(1). Perawat harus mempunyai standar yg sama terhadap dirinyas sendiri
atas apa yg diharapkan kepada klien
(2). Perawat harus dapat menguji diri sendiri melalui latihan menjalin
hubungan terutama saat klien menentang atau mengkritik
(3). Perawat harus mampu menemukan sumber permasalahannya
(4). Ketika kontertransferens terjadi, perawat harus dapat melatih diri untuk
mengontrolnya
(5). Jika perawat yg membutuhkan pertolongan dalam mengatasi
kontertranferens, pengawasan secara individu maupun kelompok dapat
lebih membantu.

Untuk itu dalam memberikan asuhan keperawatan perawat hendaknya


yg.bersikap proporsional dan profesional untuk menghindari diri dari
respons kontertransferens Apa yg dilakukan perawat merupakan bentuk
pelayanan yg profesional dengan tidak memandang siapa kliennya

b). Pelanggaran batas


Batasan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada
klien adalah batasan yg didasarkan atas pemenuhan kebutuihan dasar yg
belum terpenuhi akibat penyakitnya. Pelanggaran batas yg dilakukan
perawat adalah apabila perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
menyimpang dari pemenuhan kebutuhan dasar manusia dan klien diajak
berkomunikasi mengenai hal diluar proses keperawatan,dimana hal ini tidak
ada hubungannya dengan keluhan yg dirasakan klien saat ini. Namun ada
rencana lain pada diri perawat saat melakukan komunikasi diluar konteks
pelayanan keperawatan. Misalnya klien diajak berbicara tentang harga
minyak yg bertepatan kliennya adalah seorang agen minyak.Tindakan yang
dilakukan perawat tsb tidak melanggar batas ,apabila pembicaraan itu untuk
mengalihkan perhatian karena kecemasan nya atau untuk menghindari
respons nyeri yg berat. Dengan demikian dikatakan pelanggaran batas
adalah apabila isi pembicaraan antara perawat = klien tsb tidak mendukung
dalam proses penyembuhan. Oleh sebab itu pelanggaran batas bisa terjadi
kalau perawat melampaui batas hubungan yg terapeutik dan membina
hubungan sosial ekonomi atau hubungan personal dengan klien (Stuart G,W
(1998). Untuik mencegah terjadinya pelanggaran batas dengan klien perlu
kiranya perawat menentukan topik pembicaraan yg di seting dengan kondisi
tertentu termasuk didalamnya kapan pertemuan itu berlangsung,jumlah
waktu pertemuan serta tempat pertemuan. Perawat juga menyiapkan kata-
kata apa saja nanti yg akan diucapkan melalui strategi komunikasi yg
efektif.
c). Pemberian hadiah
Pemberian hadiah yg mengganggu dalam hubungan perawat - klien
adalah pemberian hadiah dalam bentuk barang tertentu, atau hadiah nyata
yg mempunyai tendensi tertentu yaitu mengharapkan perlakuan perawat
pada diri klien akan melebihi dari konsep pelayanan keperawatan yg
semestinya. Dengan pemberian hadiah tsb harapan klien dapat
memanipulasi perawat dengan cara mengatur hubungan dan mengatur
batasan- batasan dalam hubungan (Stuart ,GW (1998). Mengatur hubungan
dimaksud adalah bagaimana emosi perawat bisa masuk kedalam emosi
klien dengan harapan justru perawatnya yg nanti bisa dikendalikan oleh
klien.Sedangkan mengatur batasan-batasan yg dimaksud adalah bagaimana
ada upaya dari klien untuk tidak mau menaati peraturan yg ada diruangan
yg seakan-akan sudah diperbolehkan oleh perawat. Resiko yg terburuk
adalah proses pelayanan keperawatan tidak lagi mengacu pada konsep yg
ada karena perawatnya mampu dikendalikan.Akibat yg terburuk adalah
penyakit yg diderita klien akan semakin parah karena perawat selalu
mengikuti kemauan klien.

TUGAS : Dikumpulkan dengan PJMK /Dosen Penjab Tingkat pada tgl 21 Mei
2020
1. Buatlah ringkasan materi pertemuan ke v ini
2. Buatlah tiap 3 buah soal dari tiap-tiap pokok bahasan (5 pokok bahasan tsb
diatas) dengan soal Pilihanan ganda dengan 5 alternatif jawaban serta kunci
jawabannya.

Anda mungkin juga menyukai