Anda di halaman 1dari 127

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT

DENGAN PELAKSANAAN KESELAMATAN PASIEN


(PATIENT SAFETY) DI RUANG RAWAT INAP
BEDAH RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN
TAHUN 2018

SKRIPSI

Oleh

WIDYA FERONICA HIA


NIM: 141000409

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT
DENGAN PELAKSANAAN KESELAMATAN PASIEN
(PATIENT SAFETY) DI RUANG RAWAT INAP
BEDAH RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN
TAHUN 2018

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

WIDYA FERONICA HIA


NIM: 141000409

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul ‘Hubungan

Pengetahuan dan Sikap Perawat dengan Pelaksanaan Keselamatan Pasien (Patient

Safety) di Ruang Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2018’

beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan

penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika

keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis

diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini,

saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila

kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya

saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Oktober 2018

Widya Feronica Hia

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Telah diuji dan dipertahankan

Pada Tanggal : 08 Oktober 2018

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : dr. Fauzi, S.K.M.

Anggota : 1. dr. Rusmalawaty, M.Kes.

2. Puteri Citra Cinta Asyura Nasution, S.K.M, M.P.H.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRAK

Pengetahuan dan sikap merupakan hasil dari tahu melalui penginderaan terhadap
suatu objek tertentu dan interaksi sosial sehingga terbentuknya tindakan seseorang.
Patient safety merupakan suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien
lebih aman. Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan
sikap perawat dengan pelaksanaan keselamatan pasien (Patient Safety) di Ruang
Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Pirngadi Medan. Metode penelitian adalah penelitian
kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Pemilihan sampel dengan total
sampling sebanyak 29 responden. Data yang diperoleh dianalisis dengan program
komputerisasi dengan menggunakan uji chi-square (x2), pada tingkat kemaknaaan
95% (á 0,05). Analisis statistik menunjukan hasil bahwa ada hubungan pengetahuan
perawat dengan pelaksanaan keselamatan pasien (patient safety) di Ruang Rawat Inap
Bedah RSUD Dr. Pirngadi Medan, p = 0,004 (á<0,05). Ada hubungan sikap perawat
dengan pelaksanaan keselamatan pasien (Patient Safety) di Ruang Rawat Inap Bedah
RSUD Dr. Pirngadi Medan, p=0,038 (á<0,05). Saran bagi rumah sakit dapat lebih
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang berkaitan dengan keselamatan
pasien (Patient Safety) sesuai dengan panduan nasional keselamatan pasien rumah
sakit.

Kata kunci: Pengetahuan, Sikap, Pelaksanaan Keselamatan Pasien

iii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRACT

Knowledge and attitude are result from know based on sensory perception to certain
object an social interaction until person action formed. Patient safety is a system
where the hospital makes patient care safer. This study aims to find out relationship
between knowledge and nurses attitude with patient safety at Surgical Inpatient Room
of RSUD Dr. Pirngadi Medan. This research method was cross sectional study with
total sampling, and amount of respondent are 29. Obtained data was processing
SPSS and analyzing by using chi-square (x2) test for probability of 95% (á 0.05).
Statistic analyses showed that there are relationship between knowledge and nurses
attitude with patient safety at Surgical Inpatient Room of RSUD Dr. Pirngadi Medan,
p=0.004 (á<0.05). There are relationship between nurses attitude with patient safety
at Surgical Inpatient Room of RSUD Dr. Pirngadi Medan, p=0.038 (á<0.05). Device
for hospital is increasing quality of nursing care which is related to patient safety
according to hospital national escort.

Keywords: Knowledge, Attitude, Patient Safety

iv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang

berjudul HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT DENGAN

PELAKSANAAN KESELAMATAN PASIEN (PATIENT SAFETY) DI RUANG

RAWAT INAP BEDAH RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2018. Skripsi

ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana

Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bimbingan

dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Pada kesempatan

ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes, selaku Ketua Departemen Administrasi dan

Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

4. dr. Fauzi, SKM, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan waktu,

bimbingan, saran, masukan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5. dr. Rusmalawaty, M.Kes, selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan

masukan dan koreksi bermanfaat untuk perbaikan skripsi ini.

6. Puteri Citra Cinta Asyura Nasution, SKM, MPH, selaku Dosen Penguji II

yang telah memberikan masukan dan koreksi bermanfaat untuk perbaikan

skripsi ini.

7. Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, MPH, selaku Dosen Pembimbing Akademik

yang telah membimbing penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis menjalani pendidikan

khususnya Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.

9. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan, Kepala Perawat

RSUD Dr. Pirngadi Medan, Kepala Ruangan Kenanga 1 dan Melati 3, serta

seluruh Pegawai dan Staf di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan

yang telah memberikan izin memperoleh data-data yang mendukung penulis

dalam menyelesaikan penelitian ini.

10. Kedua orang tua saya tercinta Ayahanda Hosea Hia (alm) dan Ibunda Tiarli

Nainggolan yang telah memberikan dukungan moril maupun materil dan doa

dalam cintanya di setiap langkah penulis. Juga kepada kakak saya Novinda

Hia, SS dan adik adik saya Hedy Hellen Hia, Imanuel Hia, dan Mercy Abigail

vi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Hia yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam penyelesaian

skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyajian skripsi

ini. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan

kesempurnaan skripsi ini. Kiranya Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan rahmat

dan kasih-Nya kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat terutama dalam

kemajuan ilmu pengetahuan.

Medan, Agustus 2018

Penulis

Widya Feronica Hia

vii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
ABSTRAK iii
ABSTRACT iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
RIWAYAT HIDUP xiv

PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 9
Tujuan Penelitian 9
Tujuan Umum 9
Tujuan Khusus 9
Manfaat Penelitian 9

TINJAUAN PUSTAKA 11
Keselamatan Pasien 11
Pengertian 11
Tujuan Keselamatan Pasien 11
Standar Keselamatan Pasien 11
Sasaran Keselamatan Pasien 19
Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien 24
Sembilan Solusi Keselamatan Pasien 25
Perilaku 29
Pengetahuan Perawat tentang Patient Safety 30
Sikap Perawat tentang Patient Safety 32
Tingkatan Sikap 33
Praktek Atau Tindakan Sikap 33
Praktik Keperawatan 35
Rumah Sakit 37
Definisi Rumah Sakit 37
Tugas dan Fungsi Rumah Sakit 38
Asas dan Tujuan Rumah Sakit 39
Pelayanan Perawatan Rawat Inap 40
viii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kerangka Konsep 42
Hipotesis Penelitian 43

METODE PENELITIAN 44
Jenis Penelitian 44
Lokasi dan Waktu Penelitian 44
Lokasi Penelitian 44
Waktu Penelitian 44
Populasi dan Sampel 44
Populasi Penelitian 44
Sampel Penelitian 44
Metode Pengumpulan Data 45
Data Primer 45
Data Sekunder 45
Variabel dan Definisi Operasional 45
Variabel Dependen dan Independen 45
Definisi Operasional 45
Metode Pengukuran Data 47
Aspek Pengukuran Variabel Pengetahuan 47
Aspek Pengukuran Variabel Sikap 47
Aspek Pengukuran Variabel Pelaksanaan Keselamatan Pasien 48
Metode Analisis Data 49
Analisis Univariat 49
Analisis Bivariat 49

HASIL PENELITIAN 50
Gambaran Umum RSUD Dr. Pirngadi Medan 50
Analisis Univariat 51
Karakteristik Responden 51
Pengetahuan Perawat 53
Sikap Perawat 56
Keselamatan Pasien 61
Analisis Bivariat 65
Hubungan Pengetahuan dengan Pelaksanaan Keselamatan Pasien 65
Hubungan Sikap dengan Pelaksanaan Keselamatan Pasien 66

PEMBAHASAN 67
Analisis Univariat tentang Karakteristik Responden 67
Hubungan Pengetahuan dengan Pelaksanaan Keselamatan Pasien 68
Hubungan Sikap dengan Pelaksanaan Keselamatan Pasien 72

KESIMPULAN DAN SARAN 74


ix

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kesimpulan 74
Saran 74

DAFTAR PUSTAKA 75
DAFTAR LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1 Aspek Pengukuran Variabel Sikap 48

2 Distribusi Karakteristik Perawat Berdasarkan Umur,


52
Pendidikan, Jenis Kelamin, dan Lama Kerja

3 Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Perawat tentang


Keselamatan Pasien di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 55
2018

4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Perawat 56

5 Distribusi Responden Menurut Sikap Perawat tentang


Keselamatan Pasien di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 58
2018

6 Distribusi Frekuensi Sikap Perawat 60

7 Distribusi Responden Menurut Pelaksanaan Keselamatan


63
Pasien di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2018

8 Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Keselamatan Pasien 64

9 Hasil Uji Statistik Hubungan Pengetahuan dengan


Keselamatan Pasien 65

10 Hasil Uji Statistik Hubungan Sikap dengan Keselamatan 66


Pasien

xi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

1 Kerangka Konsep 42

xii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian 79

2 Hasil Olah Data 88

3 Surat Izin Penelitian 106

4 Surat Izin Penelitian (Kenanga 1) 107

5 Surat Izin Penelitian (Melati 3) 108

6 Surat Selesai Penelitian 109

7 Dokumentasi 110

xiii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Widya Feronica Hia berumur 22 tahun, dilahirkan di

Aekkanopan, Labuhanbatu Utara pada tanggal 21 Agustus 1996. Penulis beragama

Kristen Protestan, anak kedua dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Hosea Hia

(alm) dan Ibu Tiarli Nainggolan.

Pendidikan formal dimulai di TK Yayasan Perguruan Sultan Hassanuddin

Aekkanopan dari tahun 2001 sampai tahun 2002. Pendidikan sekolah dasar di SDN

112280 Aekkanopan tahun 2002 - 2008, sekolah menengah pertama di SMPN 1

Kualuh Hulu Aekkanopan tahun 2009 - 2011, sekolah menengah atas di SMAN 1

Kualuh Hulu tahun 2011 – 2014, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di

Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Mayarakat Universitas

Sumatera Utara tahun 2014 sampai tahun 2018.

Medan, Oktober 2018

Widya Feronica Hia

xiv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pendahuluan

Latar Belakang

Keselamatan pasien merupakan suatu sistem dimana rumah sakit membuat

asuhan pasien lebih aman. Sistem ini meliputi: assesmen risiko, identifikasi dan

pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis

insiden, kemampuan belajar dari insiden dan menindak lanjuti insiden serta

implementasi solusi untuk mengurangi dan meminimalkan timbulnya risiko

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia [Depkes RI], 2008).

Keselamatan pasien telah menjadi prioritas untuk layanan kesehatan di

seluruh dunia. Keselamatan pasien di rumah sakit dibutuhkan dalam semua unit

pelayanan kesehatan di rumah sakit yang diharapkan dapat meminimalisir

kesalahan medis (medical error) baik dalam penanganan pada pasien di unit

gawat darurat, rawat inap maupun poliklinik (Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh

Indonesia [PERSI], 2008).

Perhatian terhadap keselamatan pasien menjadi begitu penting dalam

pemberian pelayanan kesehatan di rumah sakit, hal ini tercermin dengan diaturnya

keselamatan pasien dalam beberapa pasal pada ketentuan Undang-Undang No. 44

Tahun 2009 tentang rumah sakit yang diantaranya dalam Pasal 3 huruf (b) yang

menyatakan bahwa pengaturan penyelenggaraan rumah sakit bertujuan untuk

memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan

rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2

Selain itu juga terdapat dalam pasal 13 ayat (3) dari UU No.44 tahun 2009

yang menyatakan bahwa setiap tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit

harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan rumah sakit,

standar prosedur operasional yang berlaku, etika profesi, menghormati hak pasien

dan mengutamakan keselamatan pasien, dalam hal ini khususnya perawat dan

dalam Pasal 43 ayat (1) menyatakan bahwa rumah sakit wajib menerapkan sasaran

keselamatan pasien (UU No. 44 tahun 2009).

Pelayanan kesehatan dengan mengutamakan keselamatan pasien perlu

dilakukan diseluruh bagian rumah sakit, termasuk salah satunya di ruang rawat

inap bedah. Pelayanan bedah merupakan pelayanan di rumah sakit yang sering

menimbulkan cidera medis dankomplikasi. Patient Safety menjadi prioritas utama

dalam layanan kesehatan dan merupakan langkah kritis pertama untuk

memperbaiki kualitas pelayanan serta berkaitan dengan mutu dan citra rumah

sakit (Depkes RI, 2008).

Pada tahun 2000 Institute of Medicine (IOM) di Amerika Serikat

menerbitkan laporan “TO ERR IS HUMAN”, Building a Safer Health System,

mengemukakan penelitian di rumah sakit di Utah dan Colorado serta New York.

Di Utah dan Colorado ditemukan KTD (Adverse Event) sebesar 2,9%, dimana

6,6% diantaranya meninggal. Sedangkan di New York KTD adalah sebesar 3,7%

dengan angka kematian 13,6%. Angka kematian akibat KTD pada pasien rawat

inap di seluruh Amerika yang berjumlah 33,6 juta per tahun berkisar 44.000 –

98.000 per tahun (Kohn, dkk, 2000). Publikasi WHO pada tahun 2004,

mengumpulkan angka-angka penelitian rumah sakit di berbagai negara : Amerika,

Inggris, Denmark, dan Australia, ditemukan KTD dengan rentang 3,2 – 16,6%.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

Dengan data-data tersebut, berbagai negara segera melakukan penelitian dan

mengembangkan Sistem Keselamatan Pasien (Depkes RI, 2008).

Di Indonesia data tentang Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dan

Kejadian Nyaris Cedera (KNC) masih sulit didapatkan (Komite Keselamatan

Pasien Rumah Sakit [KKPRS], 2008). Laporan insiden keselamatan pasien

berdasarkan provinsi pada tahun 2007, ditemukan provinsi DKI Jakarta

menempati urutan tertinggi yaitu 37,9% di antara delapan provinsi lainnya, yaitu

Jawa Tengah 15,9 %, D.I. Yogyakarta 18,8%, Jawa Timur 11,7%, Sumatera

Selatan 6,9%, Jawa Barat 2,8%, Bali 1,4%, Aceh 10,7% dan Sulawesi Selatan

0,7% (KKP-RS, 2008). Menurut Utarini (2012), keselamatan pasien telah menjadi

perhatian serius. Dari penelitiannya terhadap pasien rawat inap di 15 rumah sakit

dengan 4500 rekam medik menunjukkan angka KTD yang sangat bervariasi, yaitu

8,0% hingga 98,2% untuk diagnostic error dan 4,1% hingga 91,6% untuk

medication error.

Ballard (2003) melaporkan bahwa bentuk KTD meliputi : 28% merupakan

reaksi dari pengobatan atau obat-obat yang diberikan 42% adalah kejadian yang

mengancam kehidupan tetapi dapat dicegah, 20% pelayanan di poliklinik, 10-30%

kesalahan di laboratorium. Dengan data-data tersebut, berbagai negara segera

melakukan penelitian dan mengembangkan Sistem Keselamatan Pasien.

Menurut Lumenta (2008), pelaporan insiden keselamatan pasien di

Indonesia berdasarkan Provinsi menemukan bahwa dari 145 insiden yang

dilaporkan sebanyak 55 kasus (37,9%) terjadi di wilayah DKI Jakarta. Sedangkan

berdasarkan jenisnya dari 145 insiden yang dilaporkan tersebut didapatkan KNC

sebanyak 69 kasus (47,6%), KTD sebanyak 67 kasus (46,2%), dan lain-lain

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

sebanyak 9 kasus (6,2%). Walaupun data ini ada secara umum di Indonesia,

catatan kejadian yang berhubungan dengan keselamatan pasien di rumah sakit

belum dikembangkan secara menyeluruh oleh sebuah rumah sakit sehingga

perhitungan kejadian yang berhubungan dengan keselamatan pasien masih

sangat terbatas.

Dalam Permenkes RI No.11 Tahun 2017 Bab III pasal 5 ayat 5 disebutkan

bahwa setiap rumah sakit wajib menerapkan Sasaran Keselamatan Pasien. Sasaran

Keselamatan Pasien meliputi tercapainya hal-hal sebagai berikut : 1) Ketepatan

identifikasi pasien, 2) Peningkatan komunikasi yang efektif, 3) Peningkatan

keamanan obat yang perlu diwaspadai (high alert), 4) Pengurangan risiko infeksi

terkait pelayanan kesehatan, 5) Pengurangan risiko pasien jatuh, dan 6) Kepastian

tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi.

Kesalahan karena keliru dalam mengidentifikasi pasien dapat terjadi di

hampir semua aspek/tahapan diagnosis dan pengobatan. Kesalahan identifikasi

pasien bisa terjadi pada pasien dalam keadaan terbius, mengalami disorientasi,

tidak sadar, bertukar tempat tidur/kamar/lokasi rumah sakit, adanya kelainan

sensori, atau akibat situasi lain. Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat,

lengkap, jelas, dan yang dipahami oleh pasien akan mengurangi kesalahan dan

menghasilkan peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi dapat berbentuk

elektronik, lisan, atau tertulis.Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan

kebanyakan terjadi pada saat perintah diberikan secara lisan atau melalui telepon

(Permenkes RI No.11 Tahun 2017).

Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan standarnya adalah

rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko infeksi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

yang terkait pelayanan kesehatan. Pusat dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi-

infeksi lain adalah cuci tangan (hand hygiene) yang tepat. Pengurangan risiko

pasien jatuh standarnya adalah rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan

untuk mengurangi risiko pasien dari cedera karena jatuh. Jumlah kasus jatuh

cukup bermakna sebagai penyebab cedera bagi pasien rawat inap. Dalam konteks

populasi/masyarakat yang dilayani, pelayanan yang disediakan dan fasilitasnya.

Rumah sakit perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh dan mengambil tindakan

untuk mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh (Permenkes RI No.11 Tahun

2017).

Pemberi pelayanan keperawatan khususnya perawat berkontribusi

terhadap terjadinya kesalahan yang mengancam keselamatan pasien. Perawat

merupakan tenaga kesehatan dengan jumlah terbanyak di rumah sakit, pelayanan

terlama (24 jam secara terus-menerus) dan tersering berinteraksi pada pasien

dengan berbagai prosedur. Setiap kesalahan dalam prosedur yang dijalani beresiko

terjadinya kejadian yang tidak diharapkan. Kesalahan faktor manusia dapat terjadi

karena masalah komunikasi, tekanan pekerjaan, kesibukan dan kelelahan

(Cahyono, 2012).

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu melalui penginderaan terhadap

suatu objek tertentu dan interaksi sosial sehingga terbentuknya tindakan

seseorang. Pengetahuan perawat tentang patient safety sangat penting untuk

mendorong pelaksanaan program patient safety. Perawat harus mengetahui

pengertian patient safety, unsur-unsur yang ada dalam patient safety, tujuan

patient safety, upaya patient safety serta perlindungan diri selama kerja. Program

patient safety merupakan suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

pasien lebih aman. Di dalam sistem tersebut meliputi penilaian risiko seperti

risiko jatuh atau infeksi silang, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan

dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden atau kejadian tidak

diharapkan, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta

implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko (Depkes RI, 2008).

Perawat harus menunjukkan sikap yang positif dalam mendukung program

patient safety sehingga melaksanakan praktik keperawatan secara aman. Sikap

mendukung pencegahan penularan penyakit. Mencuci tangan adalah salah satu

komponen precaution standard yang efektif dalam mencegah transmisi infeksi.

Selain itu penggunaan alat pelindung diri seperti sarung tangan dan masker untuk

mencegah risiko kontak dengan phatogen (World Health Organization [WHO],

2007).

Menurut penelitian yang dilakukan Bawelle, dkk (2013) di ruang rawat

inap RSUD Liun Kendage Tahuna yang berjudul hubungan pengetahuan dan

sikap perawat dengan pelaksanaan keselamatan pasien (patient safety), ditemui

ada hubungan pengetahuan perawat dengan pelaksanaan keselamatan pasien

(patient safety) di ruang rawat inap RSUD Liun Kendage Tahuna dimana 95%

perawat pelaksana mempunyai pengetahuan baik tentang pelaksanaan

keselamatan pasien, dan ada hubungan sikap perawat dengan pelaksanaan

keselamatan pasien (patient safety) di ruang rawat inap RSUD Liun Kendage

Tahuna, dimana 95% perawat pelaksana mempunyai sikap yang baik dalam

melaksanakan keselamatan pasien.

Pada penelitian oleh Ginting (2014), tentang hubungan pengetahuan dan

kemampuan perawat dengan penerapan standar JCI tentang keselamatan pasien,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

dari hasil penelitian menunjukkan pengetahuan perawat di IGD RSUP H. Adam

Malik ada pada kategori kurang sebesar 50,8%. Menurut penelitian yang

dilakukan oleh Zuidah (2006) di rumah sakit umum Haji Medan yang berjudul

hubungan pengetahuan, sikap dan tindakan pemasangan kateter untuk mencegah

nosokomial ISK, ditemui ada hubungan pengetahuan, sikap dan tindakan

pemasangan kateter untuk mencegah nosokomial ISK, dari 30% responden

dengan pengetahuan baik, 75% diantaranya melakukan tindakan dengan baik dan

25% buruk.

RSUD Dr. Pirngadi Medan adalah rumah sakit Pemerintah Kota Medan

yang berdiri dari tahun 1928 sampai sekarang. RSUD Dr. Pirngadi Medan

memiliki dua ruangan rawat inap bedah yaitu ruangan Kenanga 1 (khusus untuk

pasien wanita dan anak-anak) dan Melati 3 (khusus untuk pasien pria). RSUD Dr.

Pirngadi merupakan rumah sakit rujukan yang sudah menerapkan sistem

keselamatan pasien sejak tahun 2015 tapi masih belum berjalan secara maksimal.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti di RSUD Dr.

Pirngadi Medan, pada tanggal 9 Maret 2018 pada sasaran keselamatan pasien

berupa komunikasi yang efektif adalah perawat belum melaksanakan komunikasi

efektif secara maksimal dikarenakan pada saat melakukan timbang terima perawat

hanya membaca laporan rawatan yang ada di buku rawatan pasien, tanpa adanya

Standar Operasional Prosedur (SOP) pada saat melakukan timbang terima pasien

hal ini dapat beresiko terhadap kesalahan identifikasi , dan pemberian obat. Pada

saat perawat merawat luka , ada perawat yang tidak menggunakan APD (Alat

Pelindung Diri), misalnya tidak menggunakan masker.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

Berdasarkan data laporan tahunan dari Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr.

Pirngadi Kota Medan Tahun 2017, kepatuhan petugas kesehatan dalam

melakukan kebersihan tangan dengan metode 6 (enam) langkah dan 5 (lima)

moment belum mencapai target 100%. Kepatuhan petugas kesehatan dalam

melakukan kebersihan tangan dengan metode 6 (enam) langkah dan 5 (lima)

moment masih sebesar 78% yang dapat menyebabkan risiko bagi pasien pasca

bedah terkena infeksi di ruang rawat inap bedah.

Berdasarkan hasil wawancara dengan staf tim komite mutu dan

keselamatan pasien pada bulan Maret 2018, RSUD Dr. Pirngadi Medan

mengatakan bahwa insiden keselamatan pasien biasanya terjadi karena pasien

merasa cemas dan perawat lupa untuk memasang pagar tempat tidur sehingga

mengakibatkan pasien jatuh dari tempat tidur dan masih terdapat kejadian infeksi

nosokomial. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan pada bulan

Maret 2018, masih belum semua perawat pernah mengikuti sosialisasi dan

pelatihan tentang keselamatan pasien dan tidak dilaksanakan secara berkelanjutan,

hal tersebut yang menyebabkan kurangnya pengetahuan perawat terhadap

program pelaksanaan sistem keselamatan pasien di rumah sakit.

Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan harus memiliki

pengetahuan yang benar, dan sikap untuk menangani kompleksitas perawatan

kesehatan. Tanpa pengetahuan dan sikap yang memadai, tenaga kesehatan

termasuk perawat tidak bisa menerapkan dan mempertahankan budaya

keselamatan pasien (Myers, 2012).

Berdasarkan uraian tersebut, maka dalam penelitian ini pengembangan

praktik keperawatan diukur dari aspek pengetahuan, dan sikap perawat terhadap

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

pelaksanaan sasaran keselamatan pasien di ruang rawat inap bedah RSUD

Dr.Pirngadi Medan.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang timbul

adalah apakah ada hubungan pengetahuan dan sikap perawat dengan pelaksanaan

keselamatan pasien (Patient Safety) di ruang rawat inap bedah RSUD Dr.

Pirngadi Medan.

Tujuan Penelitian

Tujuan umum

Untuk menganalisis hubungan pengetahuan dan sikap perawat dengan

pelaksanaan keselamatan pasien (Patient Safety) di ruang rawat inap bedah

RSUD Dr. Pirngadi Medan.

Tujuan khusus

1. Menganalisis hubungan pengetahuan perawat terhadap pelaksanaan

keselamatan pasien di Ruang Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Pirngadi Medan

2. Menganalisis hubungan sikap perawat terhadap pelaksanaan keselamatan

pasien di Ruang Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Pirngadi Medan

Manfaat Penelitian

1. Bagi manajemen rumah sakit, sebagai bahan masukan dan pertimbangan

kepada pihak rumah sakit untuk mengembangkan program peningkatan

keselamatan pasien dan sebagai masukan untuk perawat dalam upaya

peningkatan mutu pelayanan rumah sakit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

2. Bagi peneliti, menambah wawasan dalam aplikasi keilmuan di bidang

manajemen administrasi rumah sakit.

3. Bagi penelitian selanjutnya, secara ilmiah hasil penelitian ini diharapkan

dapat menjadi referensi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

Tinjauan Pustaka

Keselamatan Pasien

Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem

dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi

assessmen risiko, identifikasi, dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan

risiko pasien, pelaporan, dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan

tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.

Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan

oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan

yang seharusnya dilakukan (Depkes RI, 2008).

Tujuan keselamatan pasien. Adapun tujuan dari keselamatan pasien

menurut Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit Depkes RI 2008

adalah :

1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit

2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat

3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit

4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi

pengulangan kejadian tidak diharapkan

Standar keselamatan pasien. Mengingat masalah keselamatan pasien

merupakan masalah yang perlu ditangani segera di rumah sakit di Indonesia maka

diperlukan standar keselamatan pasien rumah sakit yang merupakan acuan bagi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

rumah sakit di Indonesia untuk melaksanakan kegiatannya. Standar keselamatan

pasien rumah sakit yang disusun ini mengacu pada “Hospital Patient Safety

Standards” yang dikeluarkan oleh Joint Commision on Accreditation of Health

Organizations, Illinois, USA, tahun 2002, yang disesuaikan dengan situasi dan

kondisi perumahsakitan di Indonesia.

Standar keselamatan pasien menurut Panduan Nasional Keselamatan

Pasien Rumah Sakit Depkes RI 2008, terdiri dari tujuh standar yaitu :

1. Hak pasien

2. Mendidik pasien dan keluarga

3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan

4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi

dan program peningkatan keselamatan pasien

5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien

6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien

7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

Adapun tujuh standar keselamatan pasien tersebut di atas adalah sebagai

berikut :

1. Hak pasien

Hak adalah tuntutan seseorang terhadap sesuatu yang merupakan

kebutuhan pribadinya sesuai dengan keadilan, moralitas, dan legalitas (Priyoto

dan Widyastuti, 2014). Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk

mendapatkan informasi tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk

kemungkinan terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan.

Adapun kriteria dalam hak pasien menurut buku Panduan Nasional

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

Keselamatan Pasien Rumah Sakit Depkes RI 2008 adalah :

a. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan

b. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan

c. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan secara

jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana dan hasil

pelayanan, pengobatan, atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan

terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan.

2. Mendidik pasien dan keluarga

Pendidikan pasien dan keluarga adalah pengetahuan yang diperlukan oleh

pasien dan keluarga selama proses asuhan maupun pengetahuan yang dibutuhkan

setelah pasien dipulangkan ke pelayanan kesehatan lain atau ke rumah.

Pendidikan pasien dapat mencakup informasi sumber-sumber di komunitas untuk

tambahan pelayanan dan tindak lanjut pelayanan apabila diperlukan, serta

bagaimana akses ke pelayanan emergensi bila dibutuhkan (Priyoto dan

Widyastuti, 2014). Rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang

kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.

Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan

keterlibatan pasien yang merupakan partner dalam proses pelayanan. Karena itu,

di rumah sakit harus ada sistem dan mekanisme mendidik pasien dan keluarganya

tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Menurut

buku Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit Depkes RI, 2008

pendidikan tersebut diharapkan pasien dan keluarga dapat:

a. Memberikan informasi yang benar, jelas,lengkap, dan jujur.

b. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

c. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti .

d. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.

e. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit

f. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa

g. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati

3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan

Kesinambungan pelayanan harus diberikan pada pasien. Pertolongan yang

diberikan kepada orang yang sedang sakit dan orang yang membutuhkan

pertolongan kalau itu memang dibutuhkan oleh orang tersebut berkesinambungan.

Dengan perkataan lain pertolongan yang kita berikan itu harus bersifat terus-

menerus. Misalnya seorang penderita setelah meninggalkan rumah sakit atau

rumah perawatan (pelayanan kesehatan intramural) kalau memang dibutuhkan

atau dirasakan perlu maka kepada penderita diberikan pertolongan fisik dan atau

kejiwaan oleh seorang perawat lingkungan,dokter pribadi, para pekerja sosial dan

lain sebagainya (Priyoto dan Widyastuti, 2014).

Standarnya adalah rumah sakit menjamin kesinambungan pelayanan dan

menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan.

Adapun kriteria dalam keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan

menurut buku Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit Depkes RI,

2008 adalah :

a. Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien

masuk, pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan,

rujukan dan saat pasien keluar dari rumah sakit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

b. Terdapat koordinasi pelayanan yan disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan

kelayakan sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada seluruh

tahap pelayanan transisi antar unit pelayanan dapat berjalan dengan baik dan

lancar.

c. Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi

untuk memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan

sosial, konsultasi dan rujukan, pelayanan kesehatan primer dan tindak lanjut

lainnya.

d. Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga

dapat tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif.

4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi

dan program peningkatan keselamatan pasien.

Rumah sakit harus mendisain proses baru atau memperbaiki proses yang

ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data,

menganalisis secara intensif Kejadian Tidak Diharapkan, dan melakukan

perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.

Adapun kriteria dalam penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja

untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien menurut

buku Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit Depkes RI, 2008

adalah :

a. Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design) yang baik,

mengacu pada visi, misi, dan tujuan rumah sakit, kebutuhan pasien, petugas

pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat, dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan “Tujuh

Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit”

b. Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja yang antara

lain terkait dengan : pelaporan insiden, akreditasi, manajemen risiko, utilisasi,

mutu pelayanan, keuangan.

c. Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan semua

Kejadian Tidak Diharapkan, dan secara proaktif melakukan evaluasi suatu

proses kasus risiko tinggi.

d. Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil

analisis untuk menentukan perubahan sistem yang diperlukan, agar kinerja

dan keselamatan pasien terjamin.

5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien

Standarnya adalah pimpinan mendorong dan menjamin implementasi

program keselamatan pasien secara terintegrasi dalam organisasi melalui

penerapan “Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.

Adapun kriteria peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan

pasien menurut buku Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit Depkes

RI, 2008 adalah :

a. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien

b. Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program

meminimalkan insiden, yang mencakup jenis-jenis kejadian yang

memerlukan perhatian, mulai dari “Kejadian Nyaris Cedera” (Near Miss)

sampai dengan “Kejadian Tidak Diharapkan” (Adverse Event).

c. Tersedianya mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

dari rumah sakit terintegrasi dan berpartisipasi dalam program keselamatan

pasien.

d. Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada

pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan

penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis.

e. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan

insiden termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang Analisis

Akar Masalah “Kejadian Nyaris Cedera” (Near miss) dan “Kejadian Sentinel”

pada saat program keselamatan pasien mulai dilaksanakan.

f. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden, misalnya

menangani “Kejadian Sentinel” (Sentinel Event) atau kegiatan proaktif untuk

memperkecil resiko, termasuk mekanisme mendukung staf dalam kaitan

dengan “Kejadian Sentinel” (Sentinel Event).

g. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan

antar pengelola pelayanan di dalam rumah sakit dengan pendekatan antar

disiplin.

h. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan

perbaikan kinerja rumah sakit dan perbaikan keselamatan pasien, termasuk

evaluasi berkala terhadap kecukupan sumber daya tersebut.

i. Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan

kriteria objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja rumah sakit

dan keselamatan pasien, termasuk rencana tindak lanjut dan implementasinya.

6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien

Mendidik staf tentang keselamatan pasien merupakan aspek yang sangat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

penting dalam kelangsungan rumah sakit dalam memberikan pelayanan yang

berkualitas terhadap para pasien. Jikalau sebuah rumah sakit kurang

memperhatikan satu aspek ini maka besar kemungkinan akan terjadi kurang

maksimalnya pelayanan pasien oleh para staf rumah sakit (Priyoto dan

Widyastuti, 2014).

Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk

setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien secara

jelas. Rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang

berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta

mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien.

Adapun kriteria dalam mendidik staf tentang keselamatan pasien menurut

buku Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit Depkes RI, 2008

adalah :

a. Setiap rumah sakit harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan

orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan pasien sesuai dengan

tugasnya masing-masing.

b. Setiap rumah sakit harus mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam

setiap kegiatan in-service training dan memberi pedoman yang jelas tentang

pelaporan insiden.

c. Setiap rumah sakit harus menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama

kelompok (teamwork) guna mendukung pendekatan interdisiplin dan

kolaboratif dalam rangka melayani pasien.

7. Komunikasi merupakan kunci bagi staff untuk mencapai keselamatan pasien

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

Komunikasi merupakan proses yang khusus dan berarti dalam hubungan

antar manusia. Pada profesi keperawatan, komunikasi menjadi lebih bermakna

karena merupakan metode utama dalam mengimplementasikan proses

keperawatan. Selain itu, seorang perawat memerlukan kemampuan khusus dan

kepedulian sosial yang tinggi dalam berkomunikasi dengan orang lain khususnya

dengan pasien. Perawat yang mempunyai keterampilan berkomunikasi yang baik

akan mudah menjalin hubungan saling percaya dengan klien. Selain itu perawat

juga dapat memberikan kepuasan tersendiri dalam pelayanan keperawatan kepada

klien. Klien akan merasa puas dan rasa percaya klien terhadap perawat semakin

tinggi, sehingga hubungan perawat dengan klien menjadi efektif, membuat

perawat bisa memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien dengan tepat, dan

akan membuat keselamatan diri pasien akan terjaga (Priyoto dan Widyastuti,

2014).

Rumah sakit harus merencanakan dan mendesain proses manajemen

informasi keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan

eksternal. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.

Adapun kriteria komunikasi yang merupakan kunci bagi staf untuk

mencapai keselamatan pasien menurut buku Panduan Nasional Keselamatan

Pasien Rumah Sakit Depkes RI, 2008 adalah :

a. Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses

manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait

dengan keselamatan pasien.

b. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk

merevisi manajemen informasi yang ada.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

Sasaran keselamatan pasien. Sasaran keselamatan pasien adalah

mendorong perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien. Sasaran menyoroti

bagian-bagian yang bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan menjelaskan

bukti serta solusi dari konsensus berbasis bukti dan keahlian atas permasalahan

ini. Diakui bahwa desain sistem yang baik secara instrinsik adalah untuk

memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu tinggi, sedapat

mungkin sasaran secara umum difokuskan pada solusi-solusi yang menyeluruh.

Adapun enam sasaran keselamatan pasien menurut Permenkes RI No. 11 tahun

2017 adalah :

1. Ketepatan identifikasi pasien

Standarnya adalah rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk

memperbaiki/meningkatkan ketelitian identifikasi pasien. Kesalahan karena keliru

dalam mengidentifikasi pasien dapat terjadi di hampir semua aspek/tahapan

diagnosis dan pengobatan. Kesalahan identifikasi pasien bisa terjadi pada pasien

dalam keadaan terbius, mengalami disorientasi, tidak sadar, bertukar tempat

tidur/kamar/lokasi rumah sakit, adanya kelainan sensori, atau akibat sirtuasi lain.

Maksud dari sasaran ini adalah untuk melakukan dua kali pengecekan, yaitu :

pertama, untuk identifikasi pasien sebagai individu yang akan menerima

pelayanan atau pengobatan ; dan kedua, untuk kesesuaian pelayanan atau

pengobatan terhadap individu tersebut.

Kebijakan dan/atau prosedur yang secara kolaboratif dikembangkan untuk

memperbaiki proses identifikasi, khususnya pada proses untuk mengidentifikasi

pasien ketika pemberian obat, darah, atau produk darah; pengambilan darah dan

spesimen lain untuk pemeriksaan klinis; atau pemberian pengobatan atau tindakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

lain. Kebijakan dan/atau prosedur memerlukan sedikitnya dua cara untuk

mengidentifikasi seorang pasien, seperti nama pasien, nomor rekam medis,

tanggal lahir, gelang identitas pasien dengan bar-code, dan lain-lain. Nomor

kamar pasien atau lokasi tidak bisa digunakan untuk identifikasi. Kebijakan

dan/atau prosedur juga menjelaskan penggunaan dua identitas berbeda di lokasi

yang berbeda di rumah sakit, seperti di pelayanan rawat jalan, unit gawat darurat,

atau ruang operasi termasuk identifikasi pada pasien koma tanpa identitas. Suatu

proses kolaboratif digunakan untuk mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur

agar dapat memastikan semua kemungkinan situasi untuk dapat diidentifikasi.

2. Peningkatan komunikasi yang efektif

Standarnya adalah rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk

meningkatkan efektivitas komunikasi antar para pemberi layanan. Komunikasi

efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami oleh pasien

akan mengurangi kesalahan dan menghasilkan peningkatan keselamatan pasien.

Komunikasi dapat berbentuk elektronik, lisan, atau tertulis. Komunikasi yang

mudah terjadi kesalahan kebanyakan terjadi pada saat perintah diberikan secara

lisan atau melalui telepon. Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan yang lain

adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis, seperti melaporkan

hasil laboratorium klinik cito melalui telepon ke unit pelayanan.

Rumah sakit secara kolabratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau

prosedur untuk perintah lisan dan telepon termasuk mencatat (memasukkan ke

komputer) perintah yang lengkap atau hasil pemeriksaan oleh penerima perintah

kemudian penerima perintah membacakan kembali (read back) perintah atau hasil

pemeriksaan dan mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah dituliskan dan dibaca

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

ulang adalah akurat. Kebijakan dan/atau prosedur pengidentifikasian juga

menjelaskan bahwa diperbolehkan tidak melakukan pembacaan kembali (read

back) bila tidak memungkinkan seperti di kamar operasi dan situasi gawat darurat

di IGD atau ICU.

3. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

Standarnya adalah rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk

mengurangi risiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan. Pencegahan dan

pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar dalam tatanan pelayanan

kesehatan, dan peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi yang berhubungan

dengan pelayanan kesehatan merupakan keprihatinan besar bagi pasien maupun

para profesional pelayanan kesehatan. Infeksi biasanya dijumpai dalam semua

bentuk pelayanan kesehatan termasuk infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran

darah dan pneumonia. Pusat dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain

adalah cuci tangan (hand hygiene) yang tepat. Pedoman hand hygiene bisa dibaca

kepustakaan WHO, dan berbagai organisasi nasional dan internasional. Rumah

sakit mempunyai proses kolaboratif untuk mengembangkan kebijakan dan/atau

prosedur yang menyesuaikan atau mengadopsi pedoman hand hygiene yang

diterima secara umum dan untuk implementasi petunjuk itu di rumah sakit.

4. Pengurangan risiko pasien jatuh

Standarnya adalah rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk

mengurangi risiko pasien dari cedera karena jatuh. Jumlah kasus jatuh cukup

bermakna sebagai penyebab cedera bagi pasien rawat inap. Dalam konteks

populasi/masyarakat yang dilayani, pelayanan yang disediakan dan fasilitasnya.

Rumah sakit perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh dan mengambil tindakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

untuk mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh. Evaluasi bisa termasuk riwayat

jatuh,obat dan telaah terhadap konsumsi alkohol, gaya jalan dan keseimbangan,

serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien. Program tersebut harus

diterapkan rumah sakit.

5. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (High-Alert)

Standarnya adalah rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk

memperbaiki keamanan obat-obat yang perlu diwaspadai (high-alert). Bila obat-

obatan menjadi bagian dari rencana pengobatan pasien, manajemen harus

berperan secara kritis untuk memastikan keselamatan pasien. Obat-obatan yang

perlu diwaspadai adalah obat yang sering menyebabkan terjadi

kesalahan/kesalahan serius, obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang

tidak diinginkan seperti obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip.

Obat-obatan yang sering disebutkan dalam isu keselamatan pasien adalah

pemberian elektrolit konsentrat secara tidak sengaja. Kesalahan ini bisa terjadi

bila perawat tidak mendapatkan orientasi dengan baik di unit pelayanan pasien,

atau bila perawat kontrak tidak diorientasikan terlebih dahulu sebelum ditugaskan,

atau pada keadaan gawat darurat.

Cara yang paling efektif untuk mengurangi atau mengeliminasi kejadian

tersebut adalah dengan meningkatkan proses pengelolaan obat-obat yang perlu

diwaspadai termasuk memindahkan elektrolit konsentrat dari unit pelayanan

pasien ke farmasi. Rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan suatu

kebijakan dan/atau prosedur untuk membuat daftar obat-obat yang perlu

diwaspadai berdasarkan data yang ada di rumah sakit. Kebijakan dan/atau

prosedur juga mengidentifikasi area mana saja yang membutuhkan elektrolit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

konsentrat, seperti di IGD atau kamar operasi, serta pemberian label secara benar

pada elektrolit dan bagaimana penyimpanannya di area tersebut, sehingga

membatasi akses untuk mencegah pemberian yang tidak sengaja/kurang hati-hati.

6. Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi

Standarnya adalah rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk

memastikan tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien. Salah lokasi, salah

prosedur, pasien salah pada operasi, adalah sesuatu yang mengkhawatirkan dan

tidak jarang terjadi di rumah sakit. Kesalahan ini adalah akibat dari komunikasi

yang tidak efektif atau yang tidak adekuat antara anggota tim bedah, kurang/tidak

melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi (site marking), dan tidak ada

prosedur untuk verifikasi lokasi operasi. Di samping itu, asesmen pasien yang

tidak adekuat, penelaahan ulang catatan medis tidak adekuat, budaya yang tidak

mendukung komunikasi terbuka antar angota tim bedah, permasalahan yang

berhubungan dengan tulisan tangan yang tidak terbaca dan pemakaian singkatan

adalah faktor-faktor kontribusi yang sering terjadi. Rumah sakit perlu untuk secara

kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur yang efektif di

dalam mengeliminasi masalah yang mengkhawatirkan ini.

Tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit. Adapun tujuh

langkah menuju keselamatan pasien di rumah sakit menurut Permenkes RI No. 11

Tahun 2017 adalah :

1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien

Menciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

Rumah sakit harus menjabarkan apa yang harus dilakukan staf segera setelah

terjadi insiden, bagaimana langkah-langkah pengumpulan fakta harus dilakukan

dan dukungan apa yang harus diberikan kepada staf, pasien, dan keluarga.

2. Memimpin dan mendukung staf

Membangun komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang keselamatan

pasien di rumah sakit.

3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko

Mengembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko, serta lakukan

identifikasi dan asesmen hal yang potensial bermasalah.

4. Mengembangkan sistem pelaporan

Memastikan staf dapat melaporkan kejadian/insiden, serta rumah sakit

mengatur pelaporan kepada Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit.

5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien

Mengembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien

dengan memastikan pasien dan keluarga mendapat informasi yang benar dan jelas

bilamana terjadi insiden.

6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien

Mendorong staf untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar

bagaimana dan mengapa kejadian itu timbul.

7. Mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien

Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian/masalah untuk

melakukan perubahan pada sistem pelayanan.

Sembilan solusi keselamatan pasien. Komite Keselamatan Pasien

Rumah Sakit (KKPRS) mendorong seluruh RS-RS se-Indonesia untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

menerapkan sembilan solusi keselamataan rumah sakit baik secara langsung

maupun bertahap.

Adapun sembilan solusi keselamatan pasien tersebut adalah :

1. Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip (Look-Alike, Sound-Alike

Medication Names).

Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip (NORUM), yang membingungkan

staf pelaksana adalah salah satu penyebab yang paling sering dalam

kesalahan obat (medication error) dan ini merupakan suatu keprihatinan di

seluruh dunia. Dengan puluhan ribu obat yang ada saat ini di pasar, maka sangat

signifikan potensi terjadinya kesalahan akibat bingung terhadap nama merek atau

generik serta kemasan. Solusi NORUM ditekankan pada penggunaan protokol

untuk pengurangan risiko dan memastikan terbacanya resep, lebel, atau

penggunaan perintah yang dicetak lebih dulu, maupun pembuatan resep secara

elektrolit (KKPRS, 2015).

2. Pastikan Identifikasi Pasien.

Kegagalan yang meluas dan terus menerus untuk mengidentifikasi pasien

secara benar sering mengarah kepada kesalahan pengobatan, tranfusi maupun

pemeriksaan; pelaksanaan prosedur yang keliru orang; penyerahan bayi kepada

yang bukan keluarganya, dan sebagainya. Rekomendasi ditekankan pada metode

untuk verifikasi terhadap identitas pasien, termasuk keterlibatan pasien dalam

proses ini; standarisasi dalam metode identifikasi di semua rumah sakit dalam

suatu sistem layanan kesehatan; dan partisipasi pasien dalam konfirmasi ini; serta

penggunaan protokol untuk membedakan identifikasi pasien dengan nama yang

sama (KKPRS, 2015).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

3. Komunikasi secara benar saat serah terima/pengoperan pasien.

Kesenjangan dalam komunikasi saat serah terima/pengoperan pasien

antara unit-unit pelayanan, dan didalam serta antar tim pelayanan, bisa

mengakibatkan terputusnya kesinambungan layanan, pengobatan yang tidak tepat,

dan potensial dapat mengakibatkan cedera terhadap pasien. Rekomendasi

ditujukan untuk memperbaiki pola serah terima pasien termasuk penggunaan

protokol untuk mengkomunikasikan informasi yang bersifat kritis; memberikan

kesempatan bagi para praktisi untuk bertanya dan menyampaikan pertanyaan-

pertanyaan pada saat serah terima (KKPRS, 2015).

4. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar.

Penyimpangan pada hal ini seharusnya sepenuhnya dapat dicegah. Kasus-

kasus dengan pelaksanaan prosedur yang keliru atau pembedahan sisi tubuh yang

salah sebagian besar adalah akibat dan miskomunikasi dan tidak adanya informasi

atau informasinya tidak benar. Faktor yang paling banyak kontribusinya terhadap

kesalahan-kesalahan macam ini adalah tidak ada atau kurangnya proses pra-bedah

yang distandardisasi. Rekomendasinya adalah untuk mencegah jenis-jenis

kekeliruan yang tergantung pada pelaksanaan proses verifikasi prapembedahan;

pemberian tanda pada sisi yang akan dibedah oleh petugas yang akan

melaksanakan prosedur; dan adanya tim yang terlibat dalam prosedur, sesaat

sebelum memulai prosedur untuk mengkonfirmasikan identitas pasien, prosedur

dan sisi yang akan dibedah (KKPRS, 2015).

5. Kendalikan cairan elektrolit pekat (concentrated)

Sementara semua obat-obatan, biologis, vaksin dan media kontras

memiliki profil risiko, cairan elektrolit pekat yang digunakan untuk injeksi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

khususnya adalah berbahaya. Rekomendasinya adalah membuat standarisasi dari

dosis, unit ukuran dan istilah; dan pencegahan atas campur aduk/bingung tentang

cairan elektrolit pekat yang spesifik (KKPRS, 2015).

6. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan.

Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat transisi/pengalihan.

Rekonsiliasi (penuntasan perbedaan) medikasi adalah suatu proses yang didesain

untuk mencegah salah obat (medications error) pada titik-titik transisi pasien.

Rekomendasinya adalah menciptakaan suatu daftar yanng paling lengkap dan

akurat dan seluruh medikasi yng sedang diterima pasien juga disebut

sebagai“home medication list”, sebagai perbandingan dengan daftar saat

administrasi, penyerahan dan/ atau perintah pemulangan bilamana menuliskan

perintah medikasi; dan komunikasikan daftar tersebut kepada petugas layanan

yang berikut dimana pasien akan ditransfer atau dilepaskan (KKPRS, 2015).

7. Hindari salah kateter dan salah sambung selang (tube).

Selang, kateter, dan spuit (syringe) yang digunakan harus didesain

sedemikian rupa agar mencegah kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak

Diharapkan) yang bisa menyebabkan cedera atas pasien melalui penyambungan

slang dan spuit yang salah, serta memberikan medikasi atau cairan melalui jalur

yang keliru. Rekomendasinya adalah menganjurkan perlunya perhatian atas

medikasi secara detail/rinci bila sedang mengerjakan pemberian medikasi serta

pemberian makan (misalnya slang yang benar, dan bilamana menyambung alat-

alat kepada pasien (misalnya menggunakan sambungan dan slang yang benar)

(KKPRS, 2015).

8. Gunakan alat injeksi sekali pakai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

Salah satu keprihatinan global terbesar adalah penyebaran HIV, HBV, dan

HCV yang diakibatkan oleh pakai ulang (reuce) dari jarum suntik.

Rekomendasinya adalah perlunya melarang pakai ulang jarum difasilitas layaanan

kesehatan; pelatihan periodik para petugas di lembaga-lembaga layanan kesehatan

khususnya tentang prinsip-prinsip pengendalian infeksi, edukasi terhadap pasien

dan keluarga mereka mengenai penularan infeksi melalui darah; dan praktek

jarum suntik sekali pakai yang aman (KKPRS, 2015).

9. Tingkatkan kebersihan tangan (hand hygiene) untuk pencegahan infeksi

nosokomial

Diperkirakan bahwa pada setiap saat lebih dari 1,4 juta orang di seluruh

dunia menderita infeksi yang diperoleh di rumah-rumah sakit. Kebersihan tangan

yang efektif adalah ukuran preventif yang primer untuk menghindarkan masalah

ini. Rekomendasinya adalah mendorong implementasi penggunaan cairan, seperti

alkohol, hand-rubs, dsb. Yang disediakan pada titik-titik pelayanan tersedianya

sumber air pada semua kran, pendididkan staf mengenai teknik kebersihan tangan

yang benar mengingatkan penggunaan tangan bersih ditempat kerja dan

pengukuran kepatuhan penerapan kebersihan tangan melalui pemantauan/

observasi dan tehnik-tehnik yang lain (KKPRS, 2015).

Perilaku

Perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi

manusia dengan lingkungannya yang terbentuk dalam wujud pengetahuan, sikap

dan tindakan. Dengan kata lain perilaku manusia merupakan respon atau reaksi

seseorang terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dalam dirinya. Respon

ini bersifat pasif dan aktif (tindakan: berfikir, berpendapat, bersikap) sesuai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

batasan, perilaku kesehatan dapat dirumuskan segala bentuk pengalaman dan

interaksi individu dengan lingkungannya (Sarwono, 1996).

Perilaku dibagi 3 (tiga) domain yang terdiri dari : domain kognitif, domain

afektif dan domain psikomotor. Ketiga domain ini diukur dalam pengetahuan,

sikap dan tindakan. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (Notoadmodjo, 2010).

Menurut Notoadmodjo (2010), unsur-unsur dalam pengetahuan pada diri

manusia terdiri dari :

1. Pengertian dan pemahaman tentang apa yang dilakukan.

2. Keyakinan dan kepercayaan tentang manfaat kebenaran dari apa yang

dilakukannya.

3. Sarana yang diperlukan untuk melakukannya.

4. Dorongan atau motivasi untuk berbuat yang dilandasi oleh kebutuhan yang

dirasakannya.

Gibson, dkk (1996) mengatakan variabel yang mempengaruhi perilaku

kerja terdiri dari 3 variabel yaitu : variabel individu (terdiri dari kemampuan,

keterampilan, latar belakang dan demografis), variabel psikologis (motivasi,

persepsi, sikap kepribadian, belajar), variabel organisasi (sumber daya,

kepemimpinan, struktur dan design kerja).

Pengetahuan Perawat tentang Patient Safety

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan

sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi

terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra

pendengaran (telinga), dan indra penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang

terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda.

Notoatmodjo (2010), berpendapat pengetahuan yang tercakup dalam

domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yakni :

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada

sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekadar tahu terhadap objek tersebut, tidak

sekadar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat mengintepretasikan

secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.

3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang

dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui

tersebut pada situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis merupakan kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau

memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang

terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa

pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila

orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan,

membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau

meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen

pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan

untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini sengan

sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-

norma yang berlaku di masyarakat.

Pengetahuan perawat tentang patient safety sangat penting untuk

mendorong pelaksanaan program patient safety. Perawat harus mengetahui

pengertian patient safety, unsur-unsur yang ada dalam patient safety, tujuan

patient safety, upaya patient safety serta perlindungan diri selama kerja. Program

patient safety merupakan suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan

pasien lebih aman. Di dalam sistem tersebut meliputi penilaian risiko seperti

risiko jatuh atau infeksi silang, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan

dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden atau kejadian tidak

diharapkan, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta

implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko (Depkes RI, 2008).

Sikap Perawat tentang Patient Safety

Sikap merupakan materi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi

adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.

Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial, mengatakan bahwa sikap itu

merupakan kesiapan atau ketersediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan

pelaaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau

aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.

Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau

tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiaapan untuk bereaksi terhadap

objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

Tingkatan sikap. Menurut Notoatdmojo (2010), sikap terdiri dari

berbagai tingkatan yakni :

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau memperhatikan stimulus

yang diberikan (objek)

2. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apakah ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan

tugas yang diberikan.

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan masalah.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala resiko adalah sikap yang paling tinggi.

Praktek atau tindakan sikap. Suatu sikap belum otomatis terwujud

dalam suatu tindakan (overtbehavior) untuk mewujudkan sikap menjadi suatu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang

memungkinkan antara lain fasilitas dan faktor dukungan (support) dari pihak lain.

Praktek ini mempunyai beberapa tingkatan :

1. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang

akan diambil adalah merupakan praktek tingkatan pertama.

2. Respon terpimpin (guided respons)

Dapat melakukan sesuatu sesuai urutan yang benar dan sesuai dengan

adalah contoh indikator praktek tingkat dua.

3. Mekanisme (mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara

otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai

praktek tingkat ketiga.

4. Adaptasi (adaptation)

Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang

dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya sendiri kebenaran

tindakannya tersebut. Perawat harus menunjukkan sikap yang positif dalam

mendukung program patient safety sehingga melaksanakan praktik keperawatan

secara aman. Sikap mendukung pencegahan penularan penyakit dengan mencuci

tangan adalah salah satu komponen precaution standard yang efektif dalam

mencegah transmisi infeksi. Selain itu penggunaan alat pelindung diri seperti

sarung tangan dan masker untuk mencegah risiko kontak dengan phatogen (WHO,

2007).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

Praktik Keperawatan

Praktik keperawatan adalah tindakan mandiri perawat profesional melalui

kerjasama berbentuk kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehatan lain dalam

memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan lingkungan wewenang dan

tanggung jawabnya. Untuk memenuhi tuntutan dan mengikuti perkembangan

yang terjadi , maka perawat perlu memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap

profesional termasuk keterampilan teknikal dan interpersonal (Nursalam, 2012).

Tindakan keperawatan menurut (Suarli dan Bahtiar, 2010) adalah

pelaksanaan rencana tindakan yang telah ditentukan, dengan maksud agar

kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal. Tindakan keperawatan dapat

dilaksanakan sebagian oleh pasien itu sendiri, oleh perawat secara mandiri, atau

mungkin dilakukan secara bekerja sama dengan anggota tim kesehatan lain,

misalnya ahli gizi dan fisioterapi, yang akan dilakukan sangat bergantung pada

jenis tindakan, pada kemampuan/keterampilan dan keinginan pasien, serta tenaga

perawat itu sendiri. Dengan demikian, tampak bahwa pelaksanaan keperawatan

bukan semata-mata tugas perawat, tetapi melibatkan banyak pihak. Namun

demikian, yang memiliki tanggung jawab secara keseluruhan adalah tenaga

perawat.

Tahap keperawatan terdiri atas langkah persiapan dan langkah pelaksanaan

pemberian asuhan keperawatan.

1. Langkah persiapan

Pada langkah persiapan, tenaga perawat hendaknya :

a. Memahami rencana keperawatan yang telah ditentukan

b. Menyiapkan tenaga dan alat yang diperlukan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

c. Menyiapkan lingkungan terapeutik, sesuai dengan jenis tindakan yang akan

dilakukan.

2. Langkah pelaksanaan

Pada langkah pelaksanaan, tenaga perawat harus mengutamakan

keselamatan, keamanan, dan kenyamanan pasien. Oleh sebab itu, tenaga perawat

harus:

a. Menunjukkan sikap yang meyakinkan

b. Peka terhadap respon pasien dan efek samping dari tindakan keperawatan

yang dilakukan

c. Melakukan sistematika kerja dengan tepat

d. Mempertimbangkan hukum dan etika

e. Bertanggung jawab dan tanggung gugat

f. Mencatat semua tindakan keperawatan yang telah dilakukan

Pada waktu perawat memberikan asuhan keperawatan, proses

pengumpulan dan analisis data berjalan terus-menerus guna perubahan dan

penyesuaian tindakan keperawatan. Beberapa faktor dapat memengaruhi

pelaksanaan keperawatan, antara lain fasilitas dan alat yang ada, pengorganisasian

pekerjaan perawat, serta lingkungan fisik dimana asuhan keperawatan dilakukan.

Praktik keperawatan menurut Persatuan Perawat Nasional Indonesia

(2001) adalah tindakan pemberian asuhan keperawatan profesional baik secara

mandiri maupun kolaborasi yang disesuaikan dengan lingkup wewenang dan

tanggung jawabnya berdasarkan ilmu keperawatan. Praktik keperawatan memiliki

ciri-ciri sebagai berikut :

1. Otonomi dalam pekerjaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

2. Bertanggung jawab dan bertanggung gugat

3. Pengambilan keputusan yang mandiri

4. Kolaborasi dengan disiplin lain

5. Pemberian pembelaan (advocacy) dan

6. Memfasilitasi kepentingan pasien.

Rumah Sakit

Definisi rumah sakit. Menurut Undang-Undang No. 44 Tahun 2009

Tentang Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif serta

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat bagi yang

membutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan

kecacatan lebih lanjut.

Rumah sakit merupakan suatu tempat dan juga sebuah fasilitas, sebuah

institusi, sebuah organisasi yang menyediakan pelayanan pasien rawat inap,

ditambah dengan penjelasan lain. Rumah sakit juga merupakan suatu tempat

bekerja tenaga kesehatan yang berhubungan langsung dengan pasien dalam upaya

pelayanan kesehatan. Untuk itu rumah sakit dapat dipandang bertanggung gugat

atas kesalahan dan atau kelalaian tenaga kesehatan yang bekerja di dalamnya

(Aditama, 2003).

Menurut UndangUndang Kesehatan No 36 tahun 2009 yang dimaksud

upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang

dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara

dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan

oleh pemerintah dan/atau masyarakat.

Tugas dan fungsi rumah sakit. Tugas Rumah Sakit rumusan yuridisnya

dapat dilihat pada ketentuan pasal 1 butir 1 Undang – Undang Rumah Sakit.

Ketentuan ini disamping mengandung pengertian tentang rumah sakit, memuat

pula rumusan tentang tugas rumah sakit serta ruang lingkup pelayanannya. Seperti

disebutkan pada pasal ini, bahwa: “Rumah Sakit adalah institusi pelayanan

kesehatan yang tugas pokoknya adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna yang meyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan

dan gawat darurat”.

Pasal 4 Undang Undang No 44 tahun 2009 Tentang Rumah Sakit

menjelaskan Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna. Untuk menjalankan tugas sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 4, Rumah Sakit mempunyai fungsi:

1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengan standar pelayanan rumah sakit.

2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.

3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan, dan

4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

Pengaturan tugas dan fungsi rumah sakit yang terkait dengan banyaknya

persyaratan yang harus dipenui dalam pendirian rumah sakit merupakan salah

satu bentuk pengawasan preventif terhadap rumah sakit. Di samping itu

penetapan sanksi yang sangat berat merupakan bentuk pengawasan represifnya.

Pengaturan tersebut sebenaranya dilatarbelakangi oleh aspek pelayanan kesehatan

sebagai suatu hal yang menyangkut hajat hidup sangat penting bagi masyarakat.

Pengaturan tentang peran dan fungsi Rumah Sakit sebelumnya meliputi hal-hal

berikut ini:

1. Menyediakan dan menyelenggarakan :

a. Pelayanan medik

b. Pelayanan penunjang medik

c. Pelayanan perawat

d. Pelayanan rehabilitas

e. Pencegahan dan peningkatan kesehatan

2. Sebagai tempat pendidikan dan atau latihan tenaga medik atau tenaga

paramedik

3. Sebagai tempat penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi bidang

kesehatan.

Asas dan tujuan rumah sakit. Dalam pasal 2 Undang Undang No 44

tahun 2009 disebutkan “Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan

didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan,

persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan

pasien, serta mempunyai fungsi sosial”.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

Tujuan penyelenggaraan rumah sakit tidak lepas dari ketentuan bahwa

masyarakat berhak atas kesehatan sebagaimana dirumuskan dalam berbagai

ketentuan undang-undang, salah satunya dalam Undang-Undang No. 36 tahun

2009 tentang kesehatan. Sementara itu pemerintah memiliki tanggung jawab

untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tinginya, diantaranya dengan

menyediakan fasilitas kesehatan sesuai kebutuhan, dan salah satu fasilitas

pelayanan kesehatan adalah rumah sakit.

Adapun tujuan penyelenggaraan rumah sakit adalah seperti dirumuskan

dalam pasal 3 Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, dimana

disebutkan bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan

kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi

pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.

Sedangkan dalam pasal 3 Undang Undang No. 44 tahun 2009

penyelenggaraan rumah sakit bertujuan:

1. Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

2. Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat,

lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit.

3. Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit, dan

4. Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya

manusia rumah sakit, dan rumah sakit.

Pelayanan perawatan rawat inap

Pelayanan keperawatan rawat inap merupakan kegiatan dilakukan di ruang

rawat inap dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

penyembuhan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan dengan penekanan pada

upaya pelayanan kesehatan utama sesuai dengan wewenang, tanggung jawab, dan

kode etik profesi keperawatan (Nursalam, 2012).

Sistem pelayanan perawat rawat inap terdiri dari ( Consorsium Health

Science, 1989) :

1. Masukan : yaitu perawat, pasien dan fasilitas perawatan

2. Proses : yaitu intervensi keperawatan, interaksi tenaga perawat-pasien

meliputi : keramahan, sopan santun, kepeduliaan, penampilan dan sebagainya.

Kemudian fasilitas keperawatan meliputi efisiensi, kenyamanan dan

keamanan.

3. Keluaran : yaitu berupa kualitas pelayanan keperawatan meliputikebutuhan

yang terpenuhi, aman nyaman, pasien puas, sesuai kaidah bio-psiko-sosio-

spiritual.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

Kerangka Konsep

Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian maka dapat digambarkan

kerangka konsep sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Praktik keperawatan:

1) Pengetahuan
a. Ketepatan Identifikasi Pasien
b. Peningkatan Komunikasi yang
Efektif
Variabel Depend
c. Peningkatan keamanan obat yang
perlu diwaspadai (high alert) Pelaksanaan Sasaran
d. Pengurangan Risiko Infeksi Terkait Keselamatan Pasien di
Pelayanan Kesehatan Ruang Rawat Inap Bedah
e. Pengurangan Risiko Pasien Jatuh
f. Kepastian tepat-lokasi, tepat-
prosedur, tepat-pasien-operasi

2) Sikap
a. Ketepatan Identifikasi Pasien
b. Peningkatan Komunikasi yang
Efektif
c. Peningkatan keamanan obat yang
perlu diwaspadai (high alert)
d. Pengurangan Risiko Infeksi Terkait
Pelayanan Kesehatan
e. Pengurangan Risiko Pasien Jatuh
f. Kepastian tepat-lokasi, tepat-
prosedur, tepat-pasien-operasi

Gambar 1. Kerangka konsep penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah:

Ada hubungan pengetahuan dan sikap perawat dengan pelaksanaan keselamatan

pasien terhadap pelaksanaan keselamatan pasien di RSUD Dr. Pirngadi Medan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

Metode penelitian

Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan

rancangan cross sectional, merupakan penelitian dimana pengukuran atau

pengamatan dilakukan pada saat bersamaan pada data variabel independen dan

dependen (sekali waktu).

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Lokasi penelitian dilakukan di ruang Rawat Inap

Bedah RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan yaitu di ruang Melati III dan Kenanga I

dengan pertimbangan bahwa pelayanan di ruang rawat inap bedah sangat rentan

dengan terjadinya kasus yang terkait dengan keselamatan pasien.

Waktu penelitian. Penelitian ini dimulai dengan melakukan survey awal

sampai seminar hasil penelitian berlangsung padabulan Maret 2018 sampai

Agustus 2018.

Populasi dan Sampel

Populasi penelitian. Populasi adalah seluruh perawat yang bertugas di

ruang rawat inap bedah (Kenanga 1 dan Melati 3) RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan

yang berjumlah 29 orang.

Sampel penelitian. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan

total sampling, yaitu semua populasi dijadikan sampel (Usman, 2008).

Maka semua sampel merupakan total jumlah perawat yang berjumlah 29 orang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


45

Metode Pengumpulan Data

Data primer. Data primer yang digunakan merupakan data yang

diperoleh melalui wawancara dari kuesioner, yaitu pengetahuan, sikap, dan

pelaksanaan keselamatan pasien.

Data sekunder. Data sekunder merupakan data umum tentang RSUD Dr.

Pirngadi Medan, data tentang perawat kesehatan, serta data lainnya yang relevan

dengan tujuan penelitian.

Variabel dan Definisi Operasional

Variabel dependen dan independen. Adapun variabel dependen dan

variabel independen dalam penelitian ini adalah variabel dependen yaitu

pelaksanaan keselamatan pasiendan variabel independen yaitu pengetahuan dan

sikap.

Definisi operasional. Adapun definisi operasional dalam penelitian ini

adalah :

1. Sasaran Keselamatan Pasien adalah upaya yang dilakukan RSUD Dr.

Pirngadi Medan untuk mendorong peningkatan spesifik dalam

keselamatan pasien yang meliputi :

a. Ketepatan identifikasi pasien adalah proses yang dilakukan perawat di

ruang rawat inap bedah RSUD Dr. Pirngadi Medan dalam mengkonfirmasi

nama dan tanggal lahir pasien dan dicocokkan dengan data yang ada di

gelang identifikasi atau rekam medis pasien.

b. Peningkatan komunikasi yang efektif adalah tata cara pemberian informasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


46

antar profesi dalam rangka pemberian pelayanan kepada pasien rumah

sakit yang dilakukan perawat ruang rawat inap bedah RSUD Dr. Pirngadi

Medan

c. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan adalah upaya

mencegah terjadinya infeksi nosokomial selama pasien dirawat di rumah

sakit melalui cuci tangan sesuai prosedur yang ditetapkan rumah sakit

yang dilakukan perawat ruang rawat inap bedah RSUD Dr. Pirngadi

Medan

d. Pengurangan risiko pasien jatuh adalah pedoman penatalaksanaan pasien

untuk menghindari pasien jatuh selama di rawat di rumah sakit yang

dilakukan perawat ruang rawat inap bedah RSUD Dr. Pirngadi Medan.

e. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai adalah peningkatan

keamanan dengan melakukan identifikasi, pelabelan khusus terhadap obat-

obat yang perlu diwaspadai, serta penyimpanan dalam area khusus yang

dilakukan perawat ruang rawat inap bedah RSUD Dr. Pirngadi Medan.

f. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi adalah

pemberian tanda pada lokasi yang akan di operasi untuk menghindari

kesalahan lokasi tindakan operasi serta melakukan verifikasi sebelum, saat

serta setelah dilakukan operasi didampingi oleh perawat ruang rawat inap

bedah RSUD Dr. Pirngadi Medan.

2. Pengetahuan perawat adalah segala sesuatu yang diketahui serta dipahami

perawat ruang rawat inap bedah RSUD Dr. Pirngadi Medan yang berkaitan

dengan pelaksanaan sasaran keselamatan pasien di rumah sakit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47

3. Sikap adalah perilaku yang terjadi dalam diri perawat dan diekspresikan

dalam tindakan untuk menanggapi suatu kondisi atau keadaan tertentu dalam

penatalaksanaan sasaran keselamatan pasien.

Metode Pengukuran

Sebagai alat pengukur data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

kuisioner dengan wawancara kepada perawat yang bertugas di dua ruang rawat

inap bedah RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan

Aspek pengukuran variabel pengetahuan. Untuk mengetahui

pengetahuan perawat diukur melalui 20 pertanyaan , apabila responden menjawab

benar maka diberi nilai 2 sedangkan responden yang menjawab salah akan diberi

nilai 1. Semakin tinggi skor maka semakin baik pengetahuan perawat dalam

pelaksanaan sasaran keselamatan pasien. Nilai maksimal dari keseluruhan skor

yaitu 20 x 2 = 40.

Berdasarkan jumlah skor yang diperoleh, maka nilai variabel independen

yakni pengetahuan perawat dengan pelaksanaan keselamatan pasien dapat

dikategorikan sebagai berikut (Arikunto, 2010):

1. Pengetahuan kurang , jika responden menjawab benar ≤10 pertanyaan atau

jumlah nilai responden ≤50% dari total skor (20- 30).

2. Pengetahuan baik , jika responden menjawab benar >11 pertanyaan atau

jumlah nilai responden >50% dari total skor (31- 40).

Aspek pengukuran sikap. Aspek pengukuran variabel sikap

dikategorikan menjadi tiga tingkatan dari skala likert, yaitu sangat setuju, setuju,

dan tidak setuju, dapat dilihat pada tabel berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48

Tabel 1
Aspek Pengukuran Variabel Sikap
Bobot Nilai 1 Bobot Nilai 1
Variabel Sikap Variabel = 1 Variabel = 17
Indikator indikator
Tidak Setuju (TS) 1 17
Setuju (S) 2 34
Sangat Setuju (SS) 3 51

Untuk mengetahui sikap responden dinilai berdasarkan jumlah nilai yang

diperoleh dari jawaban kuesioner mengenai sikap responden melalui 17

pertanyaan. Sehingga didapatkan jumlah nilai maksimal yang dapat diperoleh dari

penilaian sikap responden ialah sebanyak 3x17 = 51.

Berdasarkan jawaban tersebut, sikap responden kemudian dikategorikan

dalam tiga kategori, yaitu sebagai berikut (Arikunto, 2010):

1. Sikap buruk, jika skor yang diperoleh responden <56% atau 1-17

2. Sikap sedang, jika skor yang diperoleh 56-75% atau 18- 34

3. Sikap baik, jika skor yang diperoleh >76% atau 35-51

Aspek pengukuran variabel keselamatan pasien. Untuk mengetahui

pelaksanaan keselamatan pasien diukur melalui 15 pertanyaan , apabila

responden menjawab selalu maka diberi nilai 4, jika menjawab sering maka diberi

nilai 3, jika menjawab kadang-kadang maka diberi nilai 2, sedangkan jika

menjawab tidak pernah maka diberi nilai 1. Semakin tinggi skor maka semakin

baik pelaksanaan keselamatan pasien di ruang rawat inap bedah RSUD Dr.

Pirngadi. Nilai maksimal dari keseluruhan skor yaitu 15 x 4 = 60.

Berdasarkan jumlah skor yang diperoleh, maka nilai variabel dependen

yakni pelaksanaan keselamatan pasien dapat dikategorikan sebagai berikut

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

(Arikunto, 2010) :

1. Pelaksanaan keselamatan pasien kurang , jika jumlah nilai responden ≤50%

dari total skor (15- 37).

2. Pelaksanaan keselamatan pasien baik , jika jumlah nilai responden >50% dari

total skor (38- 60).

Metode Analisis Data

Analisis univariat. Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan

gambaran tentang distribusi frekuensi responden. Analisa ini digunakan untuk

memperoleh gambaran pada masing-masing variabel dependen yang meliputi

pelaksanaan keselamatan pasien dan variabel independen adalah pengetahuan dan

sikap.

Analisis bivariat. Untuk mengukur hubungan antara praktik keperawatan

dengan keselamatan pasien di ruang rawat inap bedah RSUD Dr. Pirngadi Kota

Medan, dilakukan dengan metode statistik Chi-Square Test (x2).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


50

Hasil penelitian

Gambaran Umum RSUD Dr. Pirngadi Medan

Rumah Sakit Dr.Pirngadi Medan didirikan tanggal 11 Agustus 1928 oleh

Pemerintah Kolonial Belanda dengan nama “GEMENTA ZIEKEN HUIS”.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan No. 30 Tahun 2002 tanggal 6

September 2002 tentang Perubahan Kelembagaan RSU Dr. Pirngadi menjadi

Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan, maka RSUD Dr.

Pirngadi Medan melakukan perbaikan di segala bidang seperti restruksi

Organisasi, Personil, dan Manajemen dimana sebagai Direktur diangkat Dr. H.

Sjahrial R. Anas, MHA dan diikuti pembenahan Sarana, Prasarana dan Pengadaan

Peralatan-peralatan canggih sebagai pendukung pelayanan.

Selanjutnya Bapak Walikota Medan melakukan pembangunan Rumah

Sakit Umum Dr. Pirngadi 8 (delapan) tingkat dilengkapi dengan peralatan

canggih, yang peletakan batu pertama nya telah dilaksanakan 4 Maret 2004 dan

mulai dioperasikan tanggal 16 April 2005. Pada tanggal 10 April 2007 Badan

Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan resmi menjadi Rumah Sakit

Pendidikan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor:

433/Menkes/SK/IV/2007. Adapun Motto RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan adalah

Aegroti Salus Lex Suprema yang artinya Kepentingan Penderita Adalah yang

Utama. Adapun Visi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan adalah menjadi Rumah

Sakit Pusat Rujukan dan Unggulan di Sumatera Bagian Utara Tahun 2015. Untuk

mencapai visi tersebut diupayakan melalui misi :

a. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, profesional, dan terjangkau

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


51

oleh seluruh lapisan masyarakat.

b. Meningkatkan pendidikan, penelitian dan pengembangan ilmu kedokteran

serta tenaga kesehatan lain.

c. Mengembangkan manajemen RS yang profesional.

RSUD Dr. Pirngadi Medan beralamat di Jl. Prof.H. Yamin No.47. RSUD

Dr. Pirngadi Medan adalah Rumah Sakit Negeri kelas B. Rumah Sakit ini mampu

memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis terbatas. Rumah

sakit ini juga menampung pelayanan rujukan dari Rumah Sakit Kabupaten. Untuk

fasilitas rawat inap, RSUD Dr. Pirngadi menyediakan tempat tidur sebanyak 496

tempat tidur dengan 58 diantaranya adalah tempat tidur kelas VIP. Sedangkan jika

dilihat dari segi tenaga kesehatannya, RSUD Dr.Pirngadi Medan memiliki jumlah

dokter sebanyak 289 dokter dengan 210 diantaranya adalah dokter spesialis, 56

dokter umum dan 23 dokter gigi.

Sedangkan untuk tenaga dukung lainnya yaitu pegawai khusus

kefarmasian berjumlah 54 orang, dan pegawai non kesehatan sebanyak 823 orang.

Dari segi jumlah pasien, setiap tahun RSUD Dr. Pirngadi Medan melayani

343.066 pasien dengan rincian 26.060 orang/tahun merupakan pasien rawat inap,

294.198 orang/tahun merupakan pasien rawat jalan dan 22.808 orang/tahun

merupakan pasien Instalasi Gawat Darurat (IGD).

Analisis Univariat

Karakteristik responden

Karakteristik responden berdasarkan umur, pendidikan, jenis kelamin dan

lama kerja dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2 berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


52

Tabel 2
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Pendidikan, Jenis
Kelamin, dan Lama Kerja di Ruang Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Pirngadi
Medan Tahun 2018
Karakteristik Jumlah %

Umur
20-39 tahun 16 55,2
40-60 tahun 13 4,8
Pendidikan
D3 21 72,4
S1 8 27,6
Jenis Kelamin
Wanita 27 93,1
Pria 2 6,9
Lama Kerja
1-5 tahun 3 10,3
>5 tahun 26 89,7

Hasil penelitian pada Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa 16 orang

(55,2%) berada pada umur 20-39 tahun dan sebanyak 13 orang (44,8%) berada

pada umur 40-60 tahun. Sehingga dapat dikatakan responden dalam penelitian ini

lebih banyak berumur 20 – 39 tahun.

Berdasarkan pendidikan responden sebanyak 21 orang (72,4%)

berpendidikan D3 dan sebanyak 8 orang (27,6%) pendidikan S1 Sehingga dapat

dikatakan responden dalam penelitian ini lebih banyak berpendidikan D3.

Berdasarkan jenis kelamin responden wanita sebanyak 27 orang (93,1) dan

responden pria sebanyak 2 orang (6,9%). Sehingga dapat dikatakan responden

dalam penelitian ini lebih banyak berjenis kelamin wanita.

Berdasarkan lama kerja sebanyak 3 orang (10,3%) lama kerja 1-5 tahun

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


53

dan sebanyak 26 orang (89,7%) lama kerja >5 tahun. Sehingga dapat dikatakan

responden dalam penelitian ini lebih banyak yang bekerja >5 tahun.

Pengetahuan perawat. Pada Tabel 3 berdasarkan hasil penelitian melalui

kuisioner pengetahuan responden tentang keselamatan pasien menunjukkan

masing-masing sebanyak 29 orang (100,0%) benar dalam menjawab pengertian

keselamatan pasien dan tidak ada yang menjawab salah. Sebanyak 14 orang

(48,3%) menjawab benar dan sebanyak 15 orang (51,7%) menjawab salah pada

pertanyaan tujuan keselamatan pasien. Sebanyak 24 orang (82,8%) menjawab

benar dan menjawab salah sebanyak 5 orang (17,2%) dalam maksud ketepatan

identifikasi pasien. Sebanyak 9 orang (31,0%) menjawab benar dan sebanyak 20

orang (69,0%) menjawab salah dalam keadaan yang termasuk kesalahan

identifikasi pasien. Dan sebanyak 24 orang (82,8%) menjawab benar dan

sebanyak 5 orang (17,2%) menjawab salah tentang cara melakukan penandaan

identifikasi pasien.

Sebanyak 28 orang (96,6%) menjawab benar dan sebanyak 1 orang (3,4%)

menjawab salah tentang tujuan komunikasi efektif. Sebanyak 29 orang (100,0%)

menjawab benar dan tidak ada yang menjawab salah tentang cara berkomunikasi

dalam prosedur untuk perintah lisan. Sebanyak 27 orang (93,1%) menjawab benar

dan sebanyak 2 orang (6,9%) menjawab salah tentang cara komunikasi efektif

antar petugas kesehatan. Sebanyak 24 orang (82,8%) menjawab benar dan

sebanyak 5 orang (17,2%) menjawab salah tentang obat yang perlu diwaspadai.

Sebanyak 12 orang (41,4%) menjawab benar dan sebanyak 17 orang ( 58,6%)

menjawab salah tentang prinsip pemberian obat pada pasien. Sebanyak 26 orang

(89,7%) menjawab benar dan sebanyak 3 orang (10,3%) menjawab salah tentang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


54

upaya yang dilakukan untuk meningkatkan keamanan terhadap obat yang perlu

diwaspadai.

Sebanyak 29 orang (100 %) menjawab benar dan tidak ada yang

menjawab salah tentang upaya mencegah resiko infeksi pada pasien. Sebanyak 28

orang (96,6 %) menjawab benar dan sebanyak 1 orang (3,4 %) menjawab salah

tentang 5 momen cuci tangan. Sebanyak 29 orang (100.0%) menjawab benar dan

tidak ada yang menjawab salah kapan dilakukannya cuci tangan (hand hygiene).

Sebanyak 5 orang (17,2 %) menjawab benar dan sebanyak 24 orang (82,8%)

menjawab salah tentang hal yang perlu dikaji dalam pengurangan resiko jatuh.

Sebanyak 25 orang (86,2%) menjawab benar dan 4 orang (13,8%) menjawab

salah dalam pertanyaan kapan dilakukannya pengkajian resiko jatuh. Sebanyak 29

orang (100,0%) menjawab benar dan tidak ada yang menjawab salah tentang

penanganan terhadap pasien beresiko jatuh. Sebanyak 5 orang (17,2%) menjawab

benar dan 24 orang (82,8%) menjawab salah tentang orang yang memberi tanda

lokasi pada pasien operasi.

Sebanyak 24 orang (82,8%) menjawab benar dan 5 orang (17,2%)

menjawab salah tentang maksud dari proses verifikasi preoperative. Dan masing

masing sebanyak 29 orang (100,0%) menjawab benar dan tidak ada yang

menjawab salah tentang apa yang digunakan pada saat serah terima perawat

sebelum operasi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


55

Tabel 3
Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Perawat tentang Keselamatan
Pasiendi RSUD DR. Pirngadi Medan Tahun 2018
Jawaban
Total
Pengetahuan Benar Salah
n % n % n %
Yang dimaksud dengan keselamatan
29 100,0 0 0,0 29 100,0
pasien
Tujuan keselamatan pasien 14 48,3 15 51,7 29 100,0
Maksud dari ketepatan identifikasi
24 82,8 5 17,2 29 100,0
pasien
Keadaan yang termasuk kesalahan
9 31,0 20 69,0 29 100,0
identifikasi
Cara melakukan penandaan identitas
24 82,8 5 17,2 29 100,0
pasien
Tujuan komunikasi efektif 28 96,6 1 3,4 29 100,0
Cara berkomunikasi dalam prosedur
29 100,0 0 0,0 29 100,0
untuk perintah lisan di rumah sakit
Cara komunikasi efektif antar petugas
27 93,1 2 6,9 29 100,0
kesehatan
Obat yang perlu diwaspadai 24 82,8 5 17,2 29 100,0

Prinsip pemberian obat pada pasien 12 41,4 17 58,6 29 100,0


Upaya yang dilakukan untuk
meningkatkan keamanan obat yang 26 89,7 3 10,3 29 100,0
perlu diwaspadai
Upaya mencegah resiko infeksi pada
29 100,0 0 0,0 29 100,0
pasien
Yang termasuk dalam 5 momen cuci
28 96,6 1 3,4 29 100,0
tangan adalah
Kapan dilakukannya cuci tangan (hand
29 100,0 0 0,0 29 100,0
hygiene)
Apa yang perlu dikaji dari pasien dalam
5 17,2 24 82,8 29 100,0
pengurangan resiko jatuh
Kapan dilakukannya pengkajian resiko
25 86,2 4 13,8 29 100,0
jatuh
Penanganan terhadap pasien yang
29 100,0 0 0,0 29 100,0
beresiko jatuh
Yang memberi tanda lokasi yang akan
5 17,2 24 82,8 29 100,0
dioperasi pada pasien
Maksud dari proses verifikasi
24 82,8 5 17,2 29 100,0
preoperative
Dalam memastikan lokasi pembedahan,
apa yang digunakan pada saat serah 29 100,0 0 0,0 29 100,0
terima perawat sebelum operasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


56

Distribusi frekuensi berdasarkan pengetahuan perawat di dua ruang rawat

inap bedah Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan Tahun 2018 sebagian

besar pengetahuan baik yaitu 25 orang (86,2%) dan sebanyak 4 orang (13,8%)

pengetahuan kurang seperti pada Tabel 4 berikut :

Tabel 4
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Perawat
Pengetahuan Perawat N %
Kurang 4 13,8
Baik 25 86,2
Jumlah 29 100

Sikap perawat. Pada tabel 5 menunjukkan hasil penelitian berdasarkan

sikap perawat tentang keselamatan pasien ditemukan sebanyak 25 orang (86,2%)

menjawab sangat setuju dan sebanyak 4 orang (13,8%) menjawab setuju tentang

identifikasi pasien menggunakan nama, nomor rekam medis, tanggal lahir, dan

gelang. Sebanyak 25 orang (86,2%) menjawab sangat setuju dan sebanyak 4 orang

(13,8 %) menjawab setuju menanyakan identitas pasien sebelum pemberian obat,

darah, atau produk darah. Sebanyak 25 orang (86,2%) menjawab sangat setuju

dan sebanyak 4 orang (13,8 %) menjawab setuju menanyakan identitas pasien

sebelum pemberian pengobatan dan tindakan.

Sebanyak 19 orang (65,5%) menjawab sangat setuju, sebanyak 8 orang

(27,6%) menjawab setuju dan sebanyak 2 orang (6,9%) menjawab tidak setuju

instruksi lisan dituliskan secara lengkap oleh perawat. Sebanyak 17 orang (58,6%)

menjawab sangat setuju, sebanyak 10 orang (34,5 %) menjawab setuju, dan 2

orang (6,9%) menjawab tidak setuju instruksi melalui telepon dituliskan secara

lengkap oleh perawat. Sebanyak 18 orang (62,1%) menjawab sangat

setuju,sebanyak 11 orang (37,9%) menjawab setuju, dan tidak ada yang menjawab

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


57

tidak setuju tentang menulis dan membaca ulang (read back) informasi/instruksi

yang diterima. Sebanyak 17 orang (58,6%) menjawab sangat setuju, sebanyak 11

orang (37,9%) menjawab setuju dan sebanyak 1 orang (3,4%) menjawab tidak

setuju mengkonfirmasi perintah atau hasil pemeriksaan kepada perawat yang

memberi perintah.

Sebanyak 17 orang (58,6%) menjawab sangat setuju, sebanyak 12 orang

(41,4%) menjawab setuju dan tidak ada yang menjawab tidak setuju

mengidentifikasi dan memberi label khusus obat-obat yang perlu diwaspadai.

Sebanyak 25 orang (86,2%) menjawab sangat setuju, sebanyak 4 orang (13,8%)

menjawab setuju, dan tidak ada yang menjawab tidak setuju obat-obat yang perlu

diwaspadai disimpan pada area yang dibatasi ketat. Sebanyak 26 orang (89,7%)

menjawab sangat setuju, sebanyak 3 orang (10,3%) menjawab setuju, dan tidak

ada yang menjawab tidak setuju dengan melakukan kepatuhan cuci tangan

sebelum dan sesudah melakukan tindakan pada pasien dapat menurunkan resiko

infeksi. Sebanyak 26 orang (89,7%) menjawab sangat setuju, sebanyak 3 orang

(10,3%) menjawab setuju, dan tidak ada yang menjawab tidak setuju dengan

melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah membuang wadah sputum , secret,

ataupun darah dapat menurunkan resiko infeksi. Sebanyak 26 orang (89,7%)

menjawab sangat setuju, sebanyak 3 orang (10,3%) menjawab setuju, dan tidak

ada yang menjawab tidak setuju dengan melakukan cuci tangan sebelum dan

sesudah menangani peralatan pada pasien dapat menurunkan resiko infeksi.

Sebanyak 26 orang (89,7%) menjawab sangat setuju, sebanyak 3 orang

(10,3%) menjawab setuju, dan tidak ada yang menjawab tidak setuju melakukan

pengkajian awal tentang resiko pasien jatuh kepada setiap pasien yang beresiko

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


58

jatuh. Sebanyak 26 orang (89,7%) menjawab sangat setuju, sebanyak 3 orang

(10,3%) menjawab setuju, dan tidak ada yang menjawab tidak setuju melakukan

scoring kepada pasien beresiko jatuh berdasarkan kriteria resiko pasien jatuh.

Sebanyak 26 orang (89,7%) menjawab sangat setuju, sebanyak 3 orang (10,3%)

menjawab setuju, dan tidak ada yang menjawab tidak setuju melakukan tindakan

pencegahan pasien jatuh sesuai scoring yang sudah ditentukan. Sebanyak 26

orang (89,7%) menjawab sangat setuju, sebanyak 3 orang (10,3%) menjawab

setuju, dan tidak ada yang menjawab tidak setuju perawat memastikan ulang

identitas pasien dengan benar sebelum pasien dioperasi. Sebanyak 26 orang

(89,7%) menjawab sangat setuju, sebanyak 3 orang (10,3%) menjawab setuju, dan

tidak ada yang menjawab tidak setuju perawat memastikan lokasi operasi dengan

benar sebelum pasien dioperasi.

Tabel 5
Distribusi Responden Menurut Sikap Perawat tentang Keselamatan Pasien di
RSUD Dr.Pirngadi Medan Tahun 2018
Sikap Jawaban Total
SS S TS
n % n % n % n %
Identifikasi pasien 25 86,2 4 13,8 0 0,0 29 100,0
menggunakan
nama,nomor rekam
medis, tanggal lahir dan
gelang
Menanyakan identitas 25 86,2 4 13,8 0 0,0 29 100,0
pasien sebelum
pemberian obat, darah,
ataut produk darah
Menanyakan identitas 25 86,2 4 13,8 0 0,0 29 100,0
pasien sebelum
memberikan
pengobatan atau
tindakan
(bersambung)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


59

Tabel 5
Distribusi Responden Menurut Sikap Perawat tentang Keselamatan Pasien di
RSUD Dr.Pirngadi Medan Tahun 2018
Jawaban Total
Sikap SS S TS
n % n % n % n %
Instruksi lisan 19 65,5 8 27,6 2 6,9 29 100,0
dituliskan secara
lengkap
Instruksi melalui 17 58,6 10 34,5 2 6,9 29 100,0
telepon dituliskan
secara lengkap
Menulis dan membaca 18 62,1 11 37,9 0 0,0 29 100,0
ulang (read back)
informasi/instruksi yang
diterima
Mengkonfirmasi 17 58,6 11 37,9 1 3,4 29 100,0
perintah atau hasil
pemeriksaan kepada
perawat yang memberi
perintah
Mengidentifikasi dan 17 58,6 12 41,4 0 0,0 29 100,0
member label khusus
obat-obat yang perlu
diwaspadai
Obat-obat yang 25 86,2 4 13,8 0 0,0 29 100,0
diwaspadai disimpan
pada area yang dibatasi
ketat
Dengan melakukan 26 89,7 3 10,3 0 0,0 29 100,0
kepatuhan cuci tangan
sebelum dan sesudah
melakukan tindakan
pada pasien dapat
menurunkan resiko
infeksi
Dengan melakukan 26 89,7 3 10,3 0 0,0 29 100,0
cuci tangan sebelum
dan sesudah membuang
wadah sputum, secret
atau darah dapat
menurunkan resiko
infeksi

(bersambung)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


60

Tabel 5
Distribusi Responden Menurut Sikap Perawat tentang Keselamatan Pasien di
RSUD Dr.Pirngadi Medan Tahun 2018
Sikap Jawaban Total
SS S TS
n % n % n % n %
Setiap pasien yang
beresiko jatuh 26 89,7 3 10,3 0 0,0 29 100,0
dilakukan pengkajian
awal tentang resiko
pasien jatuh
Pasien yang beresiko 26 89,7 3 10,3 0 0,0 29 100,0
jatuh dilakukan scoring
berdasarkan kriteria
resiko pasien jatuh
Melakukan tindakan 26 89,7 3 10,3 0 0,0 29 100,0
pencegahan pasien
jatuh sesuai scoring
yang sudah ditentukan
Sebelum pasien 26 89,7 3 10,3 0 0,0 29 100,0
dioperasi, perawat
memastikan ulang
identitas pasien dengan
benar
Sebelum pasien 26 89,7 3 10,3 0 0,0 29 100,0
dioperasi, perawat
memastikan lokasi
operasi dengan benar

Distribusi frekuensi berdasarkan sikap perawat di dua ruang inap bedah

RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2018 sebagian besar memiliki sikap baik yaitu

26 orang (89,7%) dan sebanyak 3 orang (10,3%) memiliki sikap sedang seperti

pada Tabel 6 berikut :

Tabel 6
Distribusi Frekuensi Sikap Perawat
Sikap Perawat n %
Sedang 3 10,3
Baik 26 89,7
Jumlah 29 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


61

Keselamatan pasien. Pada Tabel 7 menunjukkan hasil penelitian

berdasarkan pelaksanaan keselamatan pasien bahwa melakukan pemasangan

gelang kepada pasien mayoritas responden menjawab selalu sebanyak 23 orang

(79,3%) dan minoritas responden menjawab sering sebanyak 6 orang (20,7%) dan

tidak ada responden yang menjawab tidak pernah. Menanyakan identitas pasien

sebelum pemberian obat, darah atau produk darah responden menjawab selalu 23

orang (79,3%) dan sebanyak 6 orang (20,7%) menjawab sering. Menanyakan

identitas pasien sebelum pemberian pengobatan dan tindakan responden

menjawab selalu 23 orang (79,3%) dan sebanyak 6 orang (20,7%) menjawab

sering

Perintah lisan dituliskan secara lengkap oleh perawat mayoritas menjawab

selalu sebanyak 22 orang (75,9%), menjawab sering sebanyak 1 orang (3,4%), dan

menjawab kadang-kadang sebanyak 6 orang (20,7%). Perintah yang melalui

telepon dituliskan secara lengkap oleh perawat mayoritas menjawab selalu

sebanyak 15 orang (51,7%), sebanyak 1 orang (3,4%) menjawab sering dan 13

orang (44,8%) menjawab kadang-kadang. Perintah lisan dan yang melalui telepon

dibacakan kembali secara lengkap oleh perawat mayoritas menjawab selalu

sebanyak 15 orang (51,7%), sebanyak 1 orang (3,4%) menjawab sering dan 13

orang (44,8%) menjawab kadang-kadang. Perintah atau hasil pemeriksaan

dikonfirmasi oleh perawat yang memberi perintah mayoritas menjawab selalu

sebanyak 15 orang (51,7%), sebanyak 1 orang (3,4%) menjawab sering dan 13

orang (44,8%) menjawab kadang-kadang.

Perawat megidentifikasi dan memberikan label khusus untuk obat obat

yang perlu diwaspadai mayoritas menjawab selalu sebanyak 23 orang (79,3%),

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


62

dan sebanyak 6 orang (20,7%) menjawab tidak pernah. Perawat menyimpan obat

obat yang perlu diwaspadai di area yang dibatasi ketat mayoritas menjawab selalu

sebanyak 18 orang (62,1%), sebanyak 5 orang (17,2%) menjawab sering, dan

sebanyak 6 orang (20,7%) menjawab tidak pernah. Perawat menerapkan program

hand hygiene yang efektif sebelum dan sesudah melakukan tindakan pada pasien

mayoritas menjawab selalu sebanyak 21 orang (72,4%), sebanyak 4 orang

(13,8%) menjawab sering dan sebanyak 4 orang (13,8%) menjawab kadang-

kadang.

Perawat menerapkan proses asesmen awal resiko pasien jatuh dan

melakukan assesmen ulang terhadap pasien bila terjadi perubahan kondisi

mayoritas menjawab selalu sebanyak 22 orang (75,9%), sebanyak 6 orang

(20,7%) menjawab sering , dan sebanyak 1 orang (3,4%) menjawab kadang-

kadang. Perawat menerapkan langkah langkah mengurangi resiko jatuh bagi

pasien yang beresiko mayoritas menjawab selalu sebanyak 18 orang (62,1%),

sebanyak 10 orang (34,5%) menjawab sering , dan sebanyak 1 orang (3,4%)

menjawab tidak pernah. Pasien menggunakan gelang identifikasi resiko jatuh

setelah diasesmen perawat mayoritas menjawab selalu sebanyak 22 orang

(75,9%), dan sebanyak 7 orang (24,1%) menjawab sering. Memastikan ulang

identitas pasien dengan benar sebelum pasien dioperasi mayoritas menjawab

selalu sebanyak 22 orang (75,9%), dan sebanyak 7 orang (24,1%) menjawab

sering. Memastikan lokasi operasi dengan benar sebelum pasien dioperasi

mayoritas menjawab selalu sebanyak 22 orang (75,9%), dan sebanyak 7 orang

(24,1%) menjawab sering.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


63

Tabel 7
Distribusi Responden Menurut Pelaksanaan Keselamatan Pasien di RSUD Dr.
Pirngadi Medan Tahun 2018
Jawaban Total
Selalu Sering Kdg2 Tidak
Pertanyaan
Pernah
n % n % n % n % n %
Melakukan 23 79,3 6 20,7 0 0,0 0 0,0 29 100,0
pemasangan gelang
kepada pasien
Menanyakan 23 79,3 6 20,7 0 0,0 0 0,0 29 100,0
identitas pasien
sebelum pemberian
obat, darah, atau
produk darah
Menanyakan 23 79,3 6 20,7 0 0,0 0 0,0 29 100,0
identitas pasien
sebelum pemberian
pengobatan
Perintah lisan 22 75,9 1 3,4 6 20,7 0 0,0 29 100,0
dituliskan scra lgkp
Perintah yang 15 51,7 1 3,4 13 44,8 0 0,0 29 100,0
melalui telepon
dituliskan secara
lengkap
Perintah lisan dan 15 51,7 1 3,4 13 44,8 0 0,0 29 100,0
melalui telepon
dibacakan kembali
Perintah atau hasil 15 51,7 1 3,4 13 44,8 0 0,0 29 100,0
pemeriksaan
dikonfirmasi oleh
perawat yang
memberi perintah
Mengidenifikasi 23 79,3 0 0,0 0 0,0 6 20,7 29 100,0
dan memberikan
label khusus untuk
obat obat yang
perlu diwaspadai
Menyimpan obat 18 62,1 5 17,2 0 0,0 6 20,7 29 100,0
yang perlu
diwaspadai di area
dibatasi ketat
Menerapkan hand 21 72,4 4 13,8 4 13,8 0 0,0 29 100,0
hygiene yang
efektif

(bersambung)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


64

Tabel 7
Distribusi Responden Menurut Pelaksanaan Keselamatan Pasien di RSUD
Dr. Pirngadi Medan Tahun 2018
Pertanyaan Jawaban Total
Selalu Sering Kdg2 Tidak
Pernah
n % n % n % n % n %
Menerapkan proses 22 75,9 6 20,7 1 3,4 0 0,0 29 100,0
assesmen awal
resiko pasien jatuh
Menerapkan 18 62,1 10 34,5 0 0,0 1 3,4 29 100,0
langkah-langkah
untuk mengurangi
resiko jatuh bagi
pasien yang
dianggap beresiko
jatuh
Menggunakan 22 75,9 7 24,1 0 0,0 0 0,0 29 100,0
gelang identifikasi
risiko jatuh setelah
diasesmen
Memastikan ulang 22 75,9 7 24,1 0 0,0 0 0,0 29 100,0
identitas pasien
dengan benar
sebelum pasien
dioperasi
Memastikan lokasi 22 75,9 7 24,1 0 0,0 0 0,0 29 100,0
operasi dengan
benar sebelum
pasien dioperasi

Distribusi frekuensi berdasarkan pelaksanaan keselamatan pasien di ruang

rawat inap bedah RSUD Dr.Pirngadi Medan Tahun 2018 sebagian besar

keselamatan pasien baik yaitu 23 orang (79,3%) dan sebanyak 6 orang (20,7%)

keselamatan pasien tidak baik seperti pada Tabel 8 berikut :

Tabel 8
Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Keselamatan Pasien
Pelaksanaan Keselamatan n %
Pasien
Kurang 6 20,7
Baik 23 79,3
Jumlah 29 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


65

Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan variabel

independen (pengetahuan dan sikap) dan variabel dependen pelaksanaan

keselamatan pasien. Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan yang signifikan

antara variabel independen terhadap variabel dependen dengan nilai p < 0,05 dan

nilai contingency coefficient (r) berkisar antara 0-1 (Blaikie, 2003) :

0 : Tidak ada korelasi antar variabel

0,01 –0,09 : Korelasi dapat diabaikan

0,10 – 0,29 : Korelasi lemah

0,30 – 0,59 : Korelasi cukup

0,60 – 0,74 : Korelasi kuat

0,75 – 0,99 :Korelasi sangat kuat

Hubungan pengetahuan dengan keselamatan pasien

Tabel 9
Hasil Uji Statistik Hubungan Pengetahuan dengan Pelaksanaan Keselamatan
Pasien di Ruang rawat inap bedah RSUD Dr.Pirngadi Medan Tahun 2018
Keselamatan Pasien
Pengetahuan Jumlah P r
Tidak baik Baik
n % n % n %
Kurang 3 75 1 25 4 100 0,004 0,473
Baik 3 12 22 88 25 100

Berdasarkan hasil analisis hubungan pengetahuan dengan keselamatan

pasien didapat hasil bahwa pengetahuan kurang sebanyak 4 orang dimana

pelaksanaan keselamatan pasien tidak baik sebanyak 3 orang (75%) dan

pelaksanaan keselamatan pasien baik sebanyak 1 orang (25%). Pengetahuan baik

ada 25 orang yaitu pelaksanaan keselamatan pasien tidak baik sebanyak 3 orang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


66

(12%) dan pelaksanaan keselamatan pasien baik sebanyak 22 orang (88 %). Hasil

uji korelasi statistik pada tabel 2x2 menunjukkan ada hubungan signifikan antara

pengetahuan dengan pelaksanaan keselamatan pasien (p= 0,004) dengan korelasi

cukup (r= 0,473).

Hubungan sikap dengan keselamatan pasien

Tabel 10
Tabulasi Silang Hubungan Sikap dengan Keselamatan Pasien di Ruang rawat
inap bedah RSUD Dr.Pirngadi Medan Tahun 2018
Keselamatan Pasien
Sikap Tidak baik Baik Jumlah
P r
n % n % n %
Sedang 2 66,7 1 33,3 3 100
0,038 0,360
Baik 4 15,4 22 84,6 26 100

Berdasarkan hasil analisis hubungan sikap dengan keselamatan pasien

didapat hasil bahwa sikap sedang sebanyak 3 orang dimana keselamatan pasien

tidak baik sebanyak 2 orang (66,7%) dan baik sebanyak 1 orang (33,3%). Sikap

baik ada 26 orang yaitu keselamatan pasien tidak baik sebanyak 4 orang (15,4 %)

dan baik sebanyak 22 orang (84,6 %). Hasil uji korelasi statistik pada tabel 2x2

menunjukkan ada hubungan signifikan antara pengetahuan dengan pelaksanaan

keselamatan pasien (p= 0,038) dengan korelasi cukup (r= 0,360).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


67

Pembahasan

Analisis tentang Karakteristik Responden

Berdasarkan umur responden, paling banyak berada pada kelompok umur

20-39 tahun yaitu sebanyak 16 orang (55,2%) dan sebanyak 13 orang (44,8%)

berada pada umur 40-60 tahun. Hasil penelitian ini sesuai dengan keadaan

sebenarnya, yaitu 60% perawat pelaksana berusia pada rentang produktif karena

berkisar 20 – 40 tahun (Shawky, 2010).

Hasil penelitian ini, paling banyak berjenis kelamin wanita sebanyak 27

orang (93,1) dan responden pria sebanyak 2 orang (6,9%). Berdasarkan survei

secara keseluruhan perawat di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan didominasi oleh

perawat perempuan yang tersebar di seluruh ruangan rawat inap. Hasil penelitian

ini memiliki kesamaan dengan teori yang dikemukakan bahwa jenis kelamin

perawat didominasi oleh perempuan, karena dalam sejarahnya keperawatan

muncul sebagai peran care taking (pemberi perawatan) secara tradisional di dalam

keluarga dan masyarakat (Rolinson dan Kish, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian ini, tingkat pendidikan dari responden paling

banyak memiliki pendidikan D3 yaitu sebanyak 21 orang (72,4%) dan sebanyak 8

orang (27,6%) pendidikan S1. Perawat dengan pendidikan DIII ini tersebar di

seluruh ruangan di Rumah Sakit sedangkan perawat dengan lulusan S1 dan S1 Ns

masih berjumlah sedikit. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya

yang menyatakan lebih dari 60% perawat masih berpendidikan DIII di Indonesia

(Soeroso,2003).

Berdasarkan hasil penelitian ini lama kerja dari responden dengan lama

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


68

kerja 1-5 tahun (10,3%) sebanyak 3 orang dan sebanyak 26 orang (89,7%) lama

kerja >5 tahun. Menurut Sunaryo (2004), bahwa tingkat kematangan dalam

berpikir dan berperilaku dipengaruhi oleh pengalaman kehidupan sehari-hari. Hal

ini menunjukkan bahwa semakin lama masa kerja akan semakin tinggi tingkat

kematangan seseorang dalam berpikir sehingga lebih meningkatkan pengetahuan

yang dimiliki.

Hubungan Pengetahuan dengan Pelaksanaan Keselamatan Pasien di Rumah

Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan Tahun 2018

Berdasarkan hasil analisis hubungan pengetahuan dengan pelaksanaan

keselamatan pasien didapat hasil bahwa pengetahuan kurang sebanyak 4 orang

dimana keselamatan pasien tidak baik sebanyak 3 orang (75%) dan baik sebanyak

1 orang (25%). Pengetahuan baik ada 25 orang yaitu keselamatan pasien tidak

baik sebanyak 3 orang (12%) dan baik sebanyak 22 orang (88 %). Hasil uji

statistik dengan uji Chi Square menunjukkan ada hubungan signifikan antara

pengetahuan dengan keselamatan pasien (p= 0,004) dengan korelasi cukup (r=

0,473).

Pengetahuan perawat tentang sasaran keselamatan pasien jika ditelaah dari

jawaban masing-masing aspek dari 6 sasaran keselamatan pasien dapat dijelaskan

bahwa sasaran tentang pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

merupakan hal yang paling dipahami oleh perawat. Pemahaman yang baik tentang

hal ini karena program cuci tangan pada perawat yang dilakukan di RSUD Dr.

Pirngadi Medan sudah cukup disosialisasikan dengan baik.

Hasil penelitian lain yang juga tentang hubungan pengetahuan perawat

tentang keselamatan pasien oleh Novayanti (2015) yang menunjukkan ada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


69

hubungan yang signifikan antara variabel pengetahuan perawat dengan

keselamatan pasien dengan hasil penelitian (p= 0,023). Dalam penelitian

sebelumnya juga oleh Bawelle,dkk (2013), terdapat hubungan antara pengetahuan

perawat dengan pelaksanaan keselamatan pasien (patient safety) di ruang rawat

inap RSUD Liun Kendage Tahuna dengan (p=0,014). Dalam penelitian Ginting

(2014) juga tentang hubungan pengetahuan perawat dengan penerapan standar JCI

tentang keselamatan pasien (patient safety) menunjukkan ada hubungan yang

signifikan antara variabel pengetahuan perawat dengan penerapan standar JCI

tentang keselamatan pasien dengan hasil penelitian (p = 0,001).

Patient Safety (keselamatan pasien) adalah suatu prosedur atau proses

dalam suatu rumah sakit yang memberikan pelayanan pasien yang lebih aman.

Dimana dipengaruhi oleh pengetahuan dan penerapan dari perawat pelaksana

yang mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien. Prosedur patient safety

ini sangat menjamin peningkatan mutu dari rumah sakit. Karena suatu rumah sakit

dapat dikatakan baik jika pelayanan untuk keselamatan pasien juga sudah baik

(Lestari,dkk, 2012).

Hughes (2008) menyatakan bahwa langkah awal memperbaiki pelayanan

yang berkualitas adalah keselamatan, sedang kunci dari pelayanan bermutu dan

aman adalah membangun budaya keselamatan pasien. Menurut Mitchell dalam

Hughes (2008), perawat merupakan kunci dalam pengembangan mutu melalui

keselamatan pasien. Dalam upaya membangun keselamatan pasien memerlukan

komitmen yang di pengaruhi oleh pengetahuan perawat. Perawat yang memiliki

pengetahuan yang baik akan keselamatan pasien pastinya memiliki sikap yang

baik dalam meningkatkan mutu dalam pelayanan kesehatan, dimana didukung

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


70

oleh pendapat Majid (2011) yang mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan

pangkal dari sikap, sedangkan sikap akan mengarah pada tindakan seseorang.

Menurut Soekanto (2002), pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran

manusia sebagai hasil penggunaan panca indra, yang berbeda sekali dengan

kepercayaan (beliefs), takhyul (superstition), dan penerangan penerangan yang

keliru (misinformation). Pengetahuan adalah hasil mengingat suatu hal, termasuk

mengingat kembali kejadian yang sudah pernah dialami baik secara sengaja

maupun tidak disengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau

pengamatan terhadap suatu objek tertentu. Menurut Jann dan Donald dalam

bukunya Knowledge Management dalam (Aryani, 2009) disebutkan bahwa

pengetahuan diperoleh dari sekumpulan informasi yang saling terhubung secara

sistematik sehingga memiliki makna.

Pengetahuan perawat tentang patient safety sangat penting untuk

mendorong pelaksanaan program patient safety. Perawat harus mengetahui

pengertian patient safety, unsur-unsur yang ada dalam patient safety, tujuan

patient safety, upaya patient safety serta perlindungan diri selama kerja. Program

patient safety merupakan suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan

pasien lebih aman. Di dalam sistem tersebut meliputi penilaian resiko seperti

resiko jatuh atau infeksi silang, identifikasi dan pengelolaan hal yang

berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden atau kejadian

tidak diharapkan, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta

implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko (Depkes RI, 2008).

Perawat harus menyadari perannya sehingga harus berpartisipasi aktif

dalam mewujudkan keselamatan pasien rumah sakit. Perawat harus memahami

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


71

tentang apa yang dimaksud dengan keselamatan pasien rumah sakit (KPRS) serta

dalam pelaksanaan pelayanan harus mengetahui enam sasaran keselamatan

pasien, yaitu : ketepatan identifikasi pasien, peningkatan komunikasi efektif,

peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai, kepastian tepat lokasi- tepat

prosedur-tepat pasien operasi, pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan

kesehatan,

Pengurangan resiko jatuh sehingga perawat dapat melaksanakan asuhan

keperawatan kepada pasien secara aman (KKPRS, 2015).

Pengetahuan merupakan faktor penting dalam seseorang mengambil

keputusan namun tidak selamanya pengetahuan seseorang bisa menghindarkan

dirinya dari kejadian yang tidak diinginkannya, misalnya perawat yang tingkat

pengetahuannya baik tidak selamanya melaksanakan keselamatan pasien dengan

baik karena segala tindakan yang akan dilakukan beresiko untuk terjadi kesalahan.

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti, diketahui bahwa gambaran di

atas di pengaruhi oleh kepatuhan perawat tentang Standar Operasional Prosedur

(SOP) yang telah diberikan, peran kepemimpinan (kepala perawat rumah sakit)

yang terus memantau dan mengevaluasi tindakan yang dilakukan setiap perawat

pelaksana, dan komunikasi yang baik kepala ruangan dengan perawat pelaksana

juga antar perawat pelaksana di ruang rawat inap bedah.

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan ini

merupakan hal yang dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang, dari pengalaman beberapa penelitian ternyata tindakan yang tidak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


72

didasari pengetahuan yang baik, tidak akan menghasilkan hasil yang baik

(Notoadmojo, 2010).

Hubungan Sikap dengan Keselamatan Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah


Dr. Pirngadi Medan Tahun 2018
Berdasarkan hasil analisis hubungan sikap dengan keselamatan pasien

didapat hasil bahwa sikap sedang sebanyak 3 orang dimana keselamatan pasien

tidak baik sebanyak 2 orang (66,7%) dan baik sebanyak 1 orang (33,3%). Sikap

baik ada 26 orang yaitu keselamatan pasien tidak baik sebanyak 4 orang (15,4 %)

dan baik sebanyak 22 orang (84,6 %). Hasil uji statistik dengan uji Chi Square

menunjukkan ada hubungan signifikan antara sikap dengan keselamatan pasien

(p= 0,038) dengan korelasi cukup (r= 0,360).

Hasil penelitian lain yang juga tentang hubungan sikap perawat tentang

keselamatan pasien oleh Bawelle,dkk (2013) yang menunjukkan ada hubungan

yang signifikan antara variabel sikap perawat dengan keselamatan pasien dengan

hasil penelitian (p= 0,000). Sikap dikatakan sebagai fungsi dari manusia seperti

persepsi, motivasi dan berpikir yang seperti itu menunjukan hubungan-hubungan,

bahwa sampai batas batas tertentu perilakunya dapat diramalkan (Mar’at, 2006).

Sikap yang baik dapat terwujud jika didasarkan pada tanggung jawab atas segala

sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko yang merupakan sikap yang

paling tinggi. Suatu sikap belum tentu otomatis terwujud dalam suatu tindakan

(overtbehavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata

diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain

adalah fasilitas (Notoatmojo, 2010).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


73

Sarnoff dalam Sarwono (2000) mengidentifikasi sikap sebagai kesediaan

untuk bereaksi (disposition to react) secara positif (favorably) atau secara negatif

(unfavorably) terhadap objek-objek tertentu. Sikap adalah merupakan kesiapan

atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tententu.

Fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan

tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan), atau reaksi tertutup (Newcomb

dalam buku Notoatmodjo, 2010). Peneliti menyimpulkan bahwa sikap merupakan

kecenderungan bertindak atau keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan

untuk bertindak atau berbuat oleh karena adanya stimulus atau objek tertentu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap menurut Wawan dan Dewi (2011)

diantaranya adalah pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap

penting, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga

agama serta adanya faktor emosional. Sedangkan Rusmanto (2013) dalam

penelitiannya menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

diantaranya adalah jenis kelamin, umur, pendidikan, pendapatan dan pengetahuan.

Analisa univariat observasi sikap perawat didapatkan 89,7 % memiliki

sikap baik dalam pelaksanaan sasaran keselamatan pasien dan 10,3% sikap sedang

dalam pelaksanaan sasaran keselamatan pasien dari penerapan sasaran

keselamatan pasien menunjukkan belum sepenuhnya perawat melakukan sesuai

dengan standar operasional yang ada. Sementara penerapan sasaran keselamatan

pasien sangat penting dalam mewujudkan pemberian asuhan keperawatan yang

aman. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi

terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi

terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


74

Kesimpulan dan saran

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

1. Ada hubungan pengetahuan perawat terhadap pelaksanaan keselamatan

pasien di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan, dimana 25 orang (86,2%)

perawat pelaksana memiliki pengetahuan yang baik tentang pelaksanaan

keselamatan pasien dan sebanyak 4 orang (13,8%) memiliki pengetahuan

kurang. Pengetahuan perawat dalam hal peningkatan keamanan obat yang

perlu diwaspadai masih kurangmasih kurang dan pengetahuan dalam

pengkajian hal pengurangan resiko jatuh juga masih kurang.

2. Ada hubungan sikap perawat terhadap pelaksanaan keselamatan pasien di

Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan, dimana sikap baik yaitu 26 orang (89,7%)

dan sebanyak 3 orang (10,3%) memiliki sikap sedang. Sikap perawat dalam

hal peningkatan komunikasimasih kurang efektif, termasuk dalam hal

pelaporan kepada konsulen, konfirmasi perintah atau hasil pemeriksaan.

Saran

Adapun saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah :

1. Kepada pihak RSUD Dr. Pirngadi Medan dapat lebih meningkatkan mutu

pelayanan keperawatan yang berkaitan dengan keselamatan pasien (patient

safety) sesuai dengan panduan nasional keselamatan pasien rumah sakit

2 Memupuk sikap profesional kerja yang baik guna terlaksananya keselamatan

pasien

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


75

DAFTAR PUSTAKA

Aditama, T. (2003). Manajemen administrasi rumah sakit. Jakarta: UI Press.

Arikunto. (2010). Prosedur penelitian : suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka


Cipta.

Aryani. (2009). Analisis pengetahuan dan motivasi perawat yang mempengaruhi


sikap mendukung penerapan program patient safety. Tesis. Yogyakarta:
Universitas Diponegoro.

Bawelle, S,C; Sinolungan, J,S,V; Hamel, Rivelino, S. (2013). Hubungan


pengetahuan dan sikap perawat dengan pelaksanaan keselamatan pasien
(patient safety) di Ruang Rawat Inap RSUD Liun Kendage Tahuna.
Manado. Jurnal Keperawatan,1 (1), 1-7.

Ballard, K.A.,(2003). Patient safety : a shared responsibility. Online Journal of


Issues in Nursing. 8 (3), 3-10.

Blaikie, N. (2003).Analyzing quantative data. London: SAGE.

Cahyono, J.B.S. (2012).Membangun budaya keselamatan pasien dalam praktek


kedokteran. Yogyakarta : Kanisius.

CHS, Consorsium Health Science (1989). Pengembangan keperawatan sebagai


profesi di Indonesia, Makalah Seminar CHS. Jakarta: Anonim.

Departemen Kesehatan RI. (2008). Panduan nasional keselamatan pasien rumah


sakit, Depkes RI Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik: Jakarta :
Anonim.

Gibson, James, L. Jhon M, Ivancevich dan James H.Donnelly, Jr. (1996).


Organisasi: perilaku, struktur, proses (8th ed.). Jakarta : Binarupa Aksara.

Ginting, D, S..(2014). Hubungan pengetahuan dan kemampuan perawat dengan


penerapan standar joint comission international tentang keselamatan
pasien di Instalasi Gawat Darurat RSUP H. Adam Malik Medan
(Tesis).Universitas Sumatera Utara, Medan.

Hughes, R.G. (2008).Patient safety and quality an evidence based handbook of


nurses.rockville MD: agency for healthcare research and quality
publications. Diakses Agustus 15, 2018, dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK2651/

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


76

Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr. Pirngadi Medan. (2017).Kepatuhan petugas


kesehatan dalam melakukan kebersihan tangan dengan metode 6 (enam)
langkah dan 5 (lima) moment, Medan: Anonim

KKPRS.(2008).Panduan nasional keselamatan pasien rumah sakit. Depkes


RI.Jakarta: Anonim

KKPRS.(2015). Sembilan solusi keselamatan pasien, Diakses Maret 20, 2018,


dari http://www.inapatientsafety.persi.co.id.

Kohn, L.T, Corrigan, J.M, & Donaldson.M.S. (2000).To err is human : building a
safer health system. Committee on quality of health care in America,
Institute of Medicine: Editors. Washington D.C: National Academy Press.
Diakses Mei 20, 2018, dari http://www.nap.edu/catalog/9728.html

Lestari, Ferdika dan Wardi.(2012). Kitab undang-undang tentang kesehatan dan


kedokteran. Yogyakarta: Penerbit Buku Biru.
Lumenta, N.A. (2008). State of the art patient safety. Disampaikan pada workshop
Keselamatan pasien dan manajemen resiko klinis di RSAB Harapan Kita
pada tanggal 1-3 April 2008. Diakses Maret 20, 2018, dari
https://media.neliti.com/media/publications/105324

Majid, A. (2011).Keperawatan perioperatif (1st ed.). Yogyakarta: Goysen


Publishing.
Mar’at, Samsunuwiyati. (2006). Psikologi perkembangan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Myers, S.A. (2012). Patient safety and hospital accreditation: a model for
ensuring success. New York: Springer Publishing Company.

Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Novayanti, Deby.(2015). Pengaruh karakteristik, pengetahuan, dan keterampilan


perawat terhadap pelaksanaan keselamatan pasien rawat inap di RSUP H.
Adam Malik Medan (Tesis). Universitas Sumatera Utara, Medan.

Nursalam.(2012).Manajemen keperawatan.Jakarta: Salemba Medika..

Permenkes RI No.11. (2017). Keselamatan pasien rumah sakit. Jakarta: Anonim.

Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI). (2008).Panduan nasional


keselamatan pasien, Jakarta: Anonim.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia, (2001).Standar praktik keperawatan


profesional, Jakarta: Anonim.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


77

Priyoto dan Tri Widyastuti.(2014).Kebutuhan dasar keselamatan pasien.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Rollinson, D & Kish (2010). Care concept in advanced nursing. St. Louis.Mosby:
A Harcourt Health Science Company.

Rusmanto (2013).Faktor- faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku


masyarakat dalam kepatuhan minum obat anti filarial di RW 2 Kelurahan
Pondok Aren (Skripsi). UINSH, Jakarta.

Sarwono. (1996). Perilaku organisasi (1st ed.). Jakarta: Prehalindo.

Sarwono, S.W (2000). Teori-teori psikologi sosial. Jakarta: Raja Grafindo


Persada.
Soekanto.(2002). Sosiologi untuk pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Soeroso, S.(2003). Manajemen sumber daya manusia di rumah sakit suatu
pendekatan sistem. Jakarta: EGC.

Suarli, S dan Yanyan Bahtiar.(2010).Manajemen keperawatan.Jakarta: Penerbit


Erlangga.

Sunaryo (2004).Psikologi industri dan organisasi. Jakarta: EGC.

Shawky, S (2010). Could employment based targeting approach save Egypt ini
moving toward a social health insurance models. EMHJ (East
Mediteranian Health Journal).WHO for Mediterranian Country. Diakses
Agustus 15, 2018, dari http://www.emro.who.int/Publications/EMHJ.
/Publications/EMHJ .

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun (2009).Tentang kesehatan,


Jakarta: Anonim.

Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun (2009).Tentang rumah


sakit, Jakarta: Anonim.
Usman, H.(2008).Pengantar statistika. Jakarta: Bumi Aksara.

Utarini, A. (2012).Keselamatan pasien dan mutu pelayanan kesehatan. Jurnal


Manajemen Pelayanan Kesehatan. 15(4), 3-7.

Wawan dan Dewi (2011). Teori dan pengukuran pengetahuan, sikap, perilaku
manusia.Yogyakarta: Nuha Medika.

WHO.(2007).Collaborating centre for patient safety solutions.Diakses Maret 21,


2018, dari http://www.who.int.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


78

Zuidah.(2006). Hubungan pengetahuan dan sikap perawat tentang universal


precaution dengan pemasangan kateter dalam mencegah infeksi saluran
kemih di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2006 (Tesis).Universitas
Sumatera Utara, Medan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


79

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT DENGAN
PELAKSANAAN KESELAMATAN PASIEN (PATIENT SAFETY) DI
RUANG RAWAT INAP BEDAH RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN
TAHUN 2018

Petunjuk
1. Baca dan pahami baik-baik setiap pertanyaan.
2. Pilih salah satu jawaban yang paling sesuai dengan kondisi anda dengan
memberikan tanda (x) pada lembar kuesioner pilihan.

I. Identitas Responden
1. Nomor :
2. Nama :
3. Umur :
4. Jenis Kelamin :
5. Pendidikan :
D3 Keperawatan
S1 Keperawatan
S2 Keperawatan
6. Lama Kerja :

II. Kuesioner Pengetahuan tentang Sasaran Keselamatan Pasien


Berikanlah tanda (x) pada pilihan yang anda anggap benar
1. Yang dimaksud dengan keselamatan pasien (patient safety) Rumah
Sakitadalah :
a. Suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman,
meliputi: assessmen risiko,identifikasi, dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan, dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
b. Suatu sistem di RS dimana untuk mengatasi cedera pada pasien
c. Suatu proses tindakan yang diambil dalam penanganan pasien di ruang
rawat inap

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


80

d. Suatu proses pengamanan pasien terhadap resiko jatuh dari tempat tidur

2. Apa tujuan dari Keselamatan Pasien (Patient Safety)?


a. Menurunkan angka cedera di rumah sakit
b. Mendidik pasien dan keluarganya
c. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatnya
akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat, menurunnya
kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit dan terlaksananya
program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian tidak diharapkan
d. Menciptakan keadaan aman pada pasien

3. Maksud dari ketepatan identifikasi pasien dalam keselamatan pasien adalah ?


a. Sebagai tanda pasien yang akan menerima pengobatan
b. Untuk menganalisa untuk menyesuaikan jenis pengobatan
c. Tindakan untuk menghindari resiko salah pasien
d. Untuk menganalisa pasien sebagai individu yang akan menerimapelayanan
pengobatan dan untuk kesesuaian pengobatan

4. Kesalahan identifikasi pasien dapat terjadi pada keadaan?


a. Pasien dalam keadaan tidak sadar terbius atau tersedasi
b. Pasien tidak sadar tapi memakai gelang identitas yang benar
c. Pasien sadar dan memakai gelang identitas yang benar
d. Pasien yang baru pertama kali berobat

5. Bagaimana cara melakukan penandaan identitas pasien?


a. Gelang identitas : nama, alamat
b. Gelang identitas : nama, tanggal lahir
c. Gelang identitas : nama, nomor registrasi, tanggal lahir.
d. Gelang identitas : nomer registrasi saja

6. Apakah tujuan dilakukannya komunikasi yang efektif pada pelayanan


keperawatan?
a. Untuk mempercepat penyembuhan
b. Untuk mendapatkan informasi
c. Untuk mengurangi kesalahan dan menghasilkan peningkatan keselamatan
pasien
d. Mengurangi resiko infeksi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


81

7. Yang termasuk cara berkomunikasi dalam prosedur untuk perintah lisan di


rumah sakit antara lain :
a. Mencatat perintah secara lengkap kemudian di read back
b. Hanya mencatat yang di pahami
c. Di limpahkan pada teman dinas
d. Tidak mencatatat perintah dan tidak di read back
8. Bagaimana cara komunikasi efektif antar petugas kesehatan ?
a. Perawat yang menerima perintah mendengarkan dan langsung
menjalankan perintah
b. Perawat penerima perintah mencatat dan menjalankan perintah
c. Melimpahkan perintah kepada petugas yang lebih berkompeten agar resiko
terjadi kekeliruan bisa di minimalisir
d. Perawat penerima perintah mencatat dan mengkonfirmasi ulang apakah
sudah akurat sebelum memberikan tindakan / pengobatan

9. Apa yang termasuk obat yang perlu diwaspadai ?


a. Obat-oabat yang terlihat mirip dan kedengaran mirip
b. Obat yang membuat alergi salah satu pasien
c. Obat-obat yang pemberiannya pada malam hari
d. Obat yang dibawa pasien dari rumah

10. Ada berapakah prinsip pemberian obat pada pasien?


a. 5
b. 6
c. 8
d. 10

11. Apa upaya yang dilakukan untuk meningkatkan keamanan terhadap obat yang
perlu diwaspadai ?
a. Membuang obat obat yang perlu diwaspadai
b. Semua obat yang perlu di waspadai di RS di simpan di kamar pasien
c. Pemberian label khusus pada obat-obatan yang perlu di waspadai
d. Selalu melakukan pengecekan terhadap obat obat yang perlu diwaspadai

12. Untuk mencegah resiko infeksi pada pasien terkait pelayanan pasienyaitu ?
a. Melakukan hand hygiene ( cuci tangan )
b. Pemberian antibiotik untuk mencegah infeksi
c. Memilih pasien berdasarkan jenis panyakit tampa melihat prioritas
d. Memakai APD agar tidak tertular penyakit

13. Di bawah ini yang termasuk dalam 5 momen cuci tangan adalah ?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


82

a. Sebelum dan setelah identifikasi pasien


b. Sebelum dan setelah kontak dengan pasien
c. Sebelum dan setelah mendokumentasikan identitas pasien
d. Sebelum dan setelah menulis status pasien

14. Kapan di lakukan cuci tangan (hand hygiene) ?


a. Sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
b. Sebelum dan sesudah melakukan tindakan aseptik
c. Sebelum dan sesudah terkena cairan tubuh pasien
d. A, b ,c benar

15. Apa saja yang perlu di kaji dari pasien seputar pengurangan resiko jatuh ?
a. Umur dan jenis kelamin
b. Riwayat penyakit dan pengobatan
c. Riwayat jatuh, konsumsi alkohol dan obat, gaya berjalan dan
keseimbangan, alat bantu berjalan
d. Pasien sadar atau tidak

16. Kapan dilakukan pengkajian resiko jatuh ?


a. Saat pasien sudah berada di kamar rawat inap
b. Saat pengkajian awal pertama kali di lakukan di UGD
c. Saat pasien mengalami jatuh dari tempat tidur
d. Sebelum pasien dipindah tempat

17. Bagaimana penanganan terhadap pasien bila di tentukan pasien


tersebuttermasuk dalam pasien resiko jatuh?
a. Pasien dipindahkan ke kamar lain
b. Pasien di beri tanda berupa gelang resiko jatuh
c. Pasien diberi ruang khusus
d. Dimasukkan di ruang isolasi

18. Siapa yang memberi tanda lokasi yang akan di operasi pada pasien ?
a. Perawat UGD yang menangani pertama kali
b. Dokter jaga UGD saat pasien tiba
c. Operator dan Perawat di ruangan rawat inap
d. Petugas radiologi

19. Maksud dari proses verifikasi preoperatif adalah ?


a. Melakukan informed consent
b. Meminta persetujuan keluarga pasien
c. Melakukan laporan ke keluarga pasien

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


83

d. Memastikan lokasi, prosedur dan pasien yang benar

20. Dalam memastikan lokasi pembedahan, apa yang di gunakan pada saatserah
terima perawat sebelum operasi ?
a. Lembaran cheklist dan status pasien
b. Hanya informed consent
c. Hanya advis dokter
d. Obat-obatan
III. Kuesioner Sikap tentang sasaran keselamatan pasien
Berikan tanda (√) pada pilihan anda di kolom yang tersedia

No Pernyataan SS S TS

Ketepatan identifikasi pasien

Memberikan Identifikasi pasien menggunakan nama, nomor rekam


1
medis, tanggal lahir , dan gelang.

Sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah


2
perawat menanyakan identitas pasien

Sebelum pemberian pengobatan dan


3 tindakan/prosedur, perawat menanyakan identitas
pasien

Peningkatan komunikasi yang efektif

Instruksi lisan dituliskan secara lengkap oleh perawat


4
untuk meningkatkan komunikasi yang efektif

Instruksi melalui telepon dituliskan secara lengkap


oleh perawat untuk meningkatkan komunikasi yang
5
efektif

Menulis dan membaca ulang (read back)


6
informasi/instruksi yang diterima
7 Mengkonfirmasi perintah atau hasil pemeriksaan kepada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


84

perawat yang memberi perintah atau hasil pemeriksaan


tersebut.

Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high alert)

Mengidentifikasi dan memberi label khusus obat-obat


8
yang perlu diwaspadai.

Obat-obat yang perlu diwaspadai yang disimpan pada


9 unit pelayanan disimpan pada area yang dibatasi ketat
(restricted).

Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

Dengan melakukan kepatuhan cuci tangan sebelum dan


10 sesudah melakukan tindakan pada pasien dapat
menurunkan resiko infeksi.

Dengan melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah


11 membuang wadah sputum, secret ataupun darah dapat
menurunkan resiko infeksi
Dengan melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah
menangani peralatan pada pasien seperti infuse set,
12
kateter, kantung drain urin, tindakan operatif kecil dan
peralatan pernafasan dapat menurunkan resiko infeksi
Pengurangan risiko pasien jatuh
Setiap pasien yang beresiko jatuh dilakukan pengkajian
13 awal tentang risiko pasien jatuh

Pasien yang beresiko jatuh dilakukan scoring


14 berdasarkan kriteria resiko pasien jatuh.

Melakukan tindakan pencegahan pasien jatuh sesuai


15 scoring yang sudah ditentukan

Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi


Sebelum pasien dioperasi, perawat memastikan ulang
16
identitas pasien dengan benar.
Sebelum pasien dioperasi, perawat memastikan lokasi
17
operasi dengan benar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


85

IV. Pelaksanaan Patient Safety


No Selalu Sering Kadang- Tidak
Pertanyaan
kadang pernah
1. Apakah perawat melaksanakan
Ketepatan identifikasi pasien?

1. Melakukan pemasangan gelang


kepada pasien

2. Sebelum pemberian obat, darah,


atau produk darah perawat
menanyakan identitas pasien

3. Sebelum pemberian pengobatan


dan tindakan/prosedur, perawat
menanyakan identitas pasien

2 Apakah perawat melaksanakan


peningkatan komunikasi yang
efektif?

1.Perintah lisan dituliskan secara


lengkap oleh perawat

2. Perintah yang melalui telepon


dituliskan secara lengkap oleh
perawat

3. Perintah lisan dan melalui telepon


atau hasil pemeriksaan secara
lengkap dibacakan kembali oleh
perawat

4. Perintah atau hasil pemeriksaan


dikonfirmasi oleh perawat yang
memberi perintah atau hasil
pemeriksaan tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


86

3 Apakah perawat melaksanakan


peningkatan keamanan obat yang
perlu diwaspadai (high alert)?

1. Perawat mengidentifikasi dan


memberikan label khusus untuk obat-
obat yang perlu diwaspadai

2. Perawat menyimpan obat-obat


yang perlu diwaspadai di area yang
dibatasi ketat (restricted).

4 Apakah perawat melaksanakan


pengurangan risiko infeksi terkait
pelayanan kesehatan?

1. Perawat menerapkan program hand


hygiene yang efektif sebelum dan
sesudah melakukan tindakan pada
pasien

5 Perawat melaksanakan pengurangan


risiko pasien jatuh?

1. Perawat menerapkan proses


asesmen awal risiko pasien jatuh dan
melakukan asesmen ulang terhadap
pasien bila diindikasikan terjadi
perubahan kondisi atau pengobatan

2.Perawat menerapkan langkah-


langkah untuk mengurangi risiko
jatuh bagi mereka yang pada hasil
asesmen dianggap berisiko

3.Pasien menggunakan gelang


identifikasi risiko jatuh setelah
diasesmen oleh perawat dan
membutuhkannya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


87

6 Apakah perawat melaksanakan


kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur,
tepat- pasien operasi?

1. Sebelum pasien dioperasi, perawat


memastikan ulang identitas pasien
dengan benar.

2. Sebelum pasien dioperasi, perawat


memastikan lokasi operasi dengan
benar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


88

Lampiran 2. Hasil Olah Data

Analisis Univariat

Frequency Table

umur responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 20-39 tahun 16 55.2 55.2 55.2
40-60 tahun 13 44.8 44.8 100.0
Total 29 100.0 100.0

jenis kelamin responden


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid wanita 27 93.1 93.1 93.1
pria 2 6.9 6.9 100.0
Total 29 100.0 100.0

pendidikan terakhir responden


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid D3 Keperawatan 21 72.4 72.4 72.4
S1 Keperawatan 8 27.6 27.6 100.0
Total 29 100.0 100.0

lama kerja responden


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1-5 tahun 3 10.3 10.3 10.3
>5 tahun 26 89.7 89.7 100.0
Total 29 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


89

pengertian
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Benar 29 100.0 100.0 100.0

tujuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 15 51.7 51.7 51.7
Benar 14 48.3 48.3 100.0
Total 29 100.0 100.0

ident1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 5 17.2 17.2 17.2
Benar 24 82.8 82.8 100.0
Total 29 100.0 100.0

ident2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 20 69.0 69.0 69.0
Benar 9 31.0 31.0 100.0
Total 29 100.0 100.0

Ident3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 5 17.2 17.2 17.2
Benar 24 82.8 82.8 100.0
Total 29 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


90

kom1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 1 3.4 3.4 3.4
Benar 28 96.6 96.6 100.0
Total 29 100.0 100.0

kom2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Benar 29 100.0 100.0 100.0

kom3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 2 6.9 6.9 6.9
Benar 27 93.1 93.1 100.0
Total 29 100.0 100.0

obat1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 5 17.2 17.2 17.2
Benar 24 82.8 82.8 100.0
Total 29 100.0 100.0

obat2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 17 58.6 58.6 58.6
Benar 12 41.4 41.4 100.0
Total 29 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


91

obat3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 3 10.3 10.3 10.3
Benar 26 89.7 89.7 100.0
Total 29 100.0 100.0

infeksi1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Benar 29 100.0 100.0 100.0

infeksi2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 1 3.4 3.4 3.4
Benar 28 96.6 96.6 100.0
Total 29 100.0 100.0

infeksi3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Benar 29 100.0 100.0 100.0

jatuh1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 24 82.8 82.8 82.8
Benar 5 17.2 17.2 100.0
Total 29 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


92

jatuh2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 4 13.8 13.8 13.8
Benar 25 86.2 86.2 100.0
Total 29 100.0 100.0

jatuh3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Benar 29 100.0 100.0 100.0

tepatprosedur1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 24 82.8 82.8 82.8
Benar 5 17.2 17.2 100.0
Total 29 100.0 100.0

tepatprosedur2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 5 17.2 17.2 17.2
Benar 24 82.8 82.8 100.0
Total 29 100.0 100.0

tepatprosedur3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Benar 29 100.0 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


93

pengetahuan perawat terhadap keselamatan pasien


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 4 13.8 13.8 13.8
baik 25 86.2 86.2 100.0
Total 29 100.0 100.0

sikap1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Setuju 4 13.8 13.8 13.8
Sangat Setuju 25 86.2 86.2 100.0
Total 29 100.0 100.0

sikap2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Setuju 4 13.8 13.8 13.8
Sangat Setuju 25 86.2 86.2 100.0
Total 29 100.0 100.0

sikap3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Setuju 4 13.8 13.8 13.8
Sangat Setuju 25 86.2 86.2 100.0
Total 29 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


94

sikap4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Setuju 2 6.9 6.9 6.9
Setuju 8 27.6 27.6 34.5
Sangat Setuju 19 65.5 65.5 100.0
Total 29 100.0 100.0

sikap5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Setuju 2 6.9 6.9 6.9
Setuju 10 34.5 34.5 41.4
Sangat Setuju 17 58.6 58.6 100.0
Total 29 100.0 100.0

sikap6
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Setuju 11 37.9 37.9 37.9
Sangat Setuju 18 62.1 62.1 100.0
Total 29 100.0 100.0

sikap7
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Setuju 1 3.4 3.4 3.4
Setuju 11 37.9 37.9 41.4
Sangat Setuju 17 58.6 58.6 100.0
Total 29 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


95

sikap8
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Setuju 12 41.4 41.4 41.4
Sangat Setuju 17 58.6 58.6 100.0
Total 29 100.0 100.0

sikap9
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Setuju 4 13.8 13.8 13.8
Sangat Setuju 25 86.2 86.2 100.0
Total 29 100.0 100.0

sikap10
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Setuju 3 10.3 10.3 10.3
Sangat Setuju 26 89.7 89.7 100.0
Total 29 100.0 100.0

sikap11
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Setuju 3 10.3 10.3 10.3
Sangat Setuju 26 89.7 89.7 100.0
Total 29 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


96

sikap12
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Setuju 3 10.3 10.3 10.3
Sangat Setuju 26 89.7 89.7 100.0
Total 29 100.0 100.0

sikap13
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Setuju 3 10.3 10.3 10.3
Sangat Setuju 26 89.7 89.7 100.0
Total 29 100.0 100.0

sikap14
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Setuju 3 10.3 10.3 10.3
Sangat Setuju 26 89.7 89.7 100.0
Total 29 100.0 100.0

sikap15
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Setuju 3 10.3 10.3 10.3
Sangat Setuju 26 89.7 89.7 100.0
Total 29 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


97

sikap16
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Setuju 3 10.3 10.3 10.3
Sangat Setuju 26 89.7 89.7 100.0
Total 29 100.0 100.0

sikap17
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Setuju 3 10.3 10.3 10.3
Sangat Setuju 26 89.7 89.7 100.0
Total 29 100.0 100.0

sikap perawat terhadap keselamatan pasien


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sedang 3 10.3 10.3 10.3
baik 26 89.7 89.7 100.0
Total 29 100.0 100.0

pelaksanaan1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sering 6 20.7 20.7 20.7
Selalu 23 79.3 79.3 100.0
Total 29 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


98

pelaksanaan2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sering 6 20.7 20.7 20.7
Selalu 23 79.3 79.3 100.0
Total 29 100.0 100.0

pelaksanaan3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sering 6 20.7 20.7 20.7
Selalu 23 79.3 79.3 100.0
Total 29 100.0 100.0

pelaksanaan4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kadang-kadang 6 20.7 20.7 20.7
Sering 1 3.4 3.4 24.1
Selalu 22 75.9 75.9 100.0
Total 29 100.0 100.0

pelaksanaan5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kadang-kadang 13 44.8 44.8 44.8
Sering 1 3.4 3.4 48.3
Selalu 15 51.7 51.7 100.0
Total 29 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


99

pelaksanaan6
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kadang-kadang 13 44.8 44.8 44.8
Sering 1 3.4 3.4 48.3
Selalu 15 51.7 51.7 100.0
Total 29 100.0 100.0

pelaksanaan7
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kadang-kadang 13 44.8 44.8 44.8
Sering 1 3.4 3.4 48.3
Selalu 15 51.7 51.7 100.0
Total 29 100.0 100.0

pelaksanaan8
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 6 20.7 20.7 20.7
Selalu 23 79.3 79.3 100.0
Total 29 100.0 100.0

pelaksanaan9
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 6 20.7 20.7 20.7
Sering 5 17.2 17.2 37.9
Selalu 18 62.1 62.1 100.0
Total 29 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


100

pelaksanaan10
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kadang-kadang 4 13.8 13.8 13.8
Sering 4 13.8 13.8 27.6
Selalu 21 72.4 72.4 100.0
Total 29 100.0 100.0

pelaksanaan11
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kadang-kadang 1 3.4 3.4 3.4
Sering 6 20.7 20.7 24.1
Selalu 22 75.9 75.9 100.0
Total 29 100.0 100.0

pelaksanaan12
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 1 3.4 3.4 3.4
Sering 10 34.5 34.5 37.9
Selalu 18 62.1 62.1 100.0
Total 29 100.0 100.0

pelaksanaan13
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sering 7 24.1 24.1 24.1
Selalu 22 75.9 75.9 100.0
Total 29 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


101

pelaksanaan14
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sering 7 24.1 24.1 24.1
Selalu 22 75.9 75.9 100.0
Total 29 100.0 100.0

pelaksanaan15
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sering 7 24.1 24.1 24.1
Selalu 22 75.9 75.9 100.0
Total 29 100.0 100.0

pelaksanaan keselamatan pasien


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 6 20.7 20.7 20.7
baik 23 79.3 79.3 100.0
Total 29 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


102

Crosstabs

pengetahuan perawat terhadap keselamatan pasien * pelaksanaan keselamatan pasien


Crosstabulation

pelaksanaan keselamatan
pasien

kurang baik Total

pengetahuan perawat kurang Count 3 1 4


terhadap keselamatan
pasien Expected Count .8 3.2 4.0

% within pengetahuan
perawat terhadap 75.0% 25.0% 100.0%
keselamatan pasien

baik Count 3 22 25

Expected Count 5.2 19.8 25.0

% within pengetahuan
perawat terhadap 12.0% 88.0% 100.0%
keselamatan pasien

Total Count
6 23 29

Expected Count 6.0 23.0 29.0

% within pengetahuan
perawat terhadap 20.7% 79.3% 100.0%
keselamatan pasien

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


103

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 8.341 1 .004
b
Continuity Correction 4.943 1 .026

Likelihood Ratio 6.724 1 .010

Fisher's Exact Test .020 .020

Linear-by-Linear
8.053 1 .005
Association
b
N of Valid Cases 29

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,83.

b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Contingency Coefficient .473 .004

N of Valid Cases 29

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


104

sikap perawat terhadap keselamatan pasien * pelaksanaan keselamatan pasien Crosstabulation

pelaksanaan keselamatan
pasien

kurang baik Total

sikap perawat terhadap sedang Count


2 1 3
keselamatan pasien
Expected Count .6 2.4 3.0

% within sikap perawat


terhadap keselamatan 66.7% 33.3% 100.0%
pasien

baik Count 4 22 26

Expected Count 5.4 20.6 26.0

% within sikap perawat


terhadap keselamatan 15.4% 84.6% 100.0%
pasien

Total Count 6 23 29

Expected Count 6.0 23.0 29.0

% within sikap perawat


terhadap keselamatan 20.7% 79.3% 100.0%
pasien

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


105

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 4.311 1 .038
b
Continuity Correction 1.752 1 .186

Likelihood Ratio 3.425 1 .064

Fisher's Exact Test .100 .100

Linear-by-Linear Association 4.162 1 .041


b
N of Valid Cases 29

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,62.

b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Contingency Coefficient .360 .038

N of Valid Cases 29

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


106

Lampiran 3. Surat Permohonan Izin Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


107

Lampiran 4. Surat Izin Penelitian (Ruang Kenanga 1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


108

Lampiran 5. Surat Izin Penelitian (Ruang Melati 3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


109

Lampiran 6. Surat Selesai Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


110

Lampiran 7. Dokumentasi

Keterangan : Wawancara kuesioner dengan perawat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai