Anda di halaman 1dari 16

TUGAS KLIPPING IPS

KERAJAAN MAJAPAHIT

Nama: Raihan Fayis


Kelas : 7.G

SMP NEGERI 6 MAKASSAR


TAHUN AJARAN 2018/2019
A.Kata Pengantar

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan


sehingga dapat menyelesaikan makalah/klippling ini. Tanpa
pertolongan-Nya mungkin saya tidak akan sanggup
menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi
Muhammad SAW.
Makalah/klipping ini disusun agar pembaca dapat memperluas
ilmu tentang “Kerajaan Majapahit”, yang kami sajikan
berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber.
Makalah/klipping ini di susun oleh penyusun dengan berbagai
rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang
datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah/klipping ini memuat tentang “Kerajaan Majapahit”.
Walaupun makalah ini kurang sempurna dan memerlukan
perbaikan tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi
pembaca.

Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih


luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan
dan kekurangan. Penyusun membutuhkan kritik dan saran dari
pembaca yang membangun, Terima kasih.
 

Makassar, 19 Mei 2019

                                                                   
Penyusun

                                                                   
(Raihan Fayis)

ii
B.Daftar Isi
Halaman
SAMPUL DEPAN ........................................................................................... i
A. Kata Pengantar................................................................................. ii
B. Daftar Isi........................................................................................... iii
C. Peta Kerajaan Majapahit.................................................................. 1
D. Isi...................................................................................................... 2
Majapahit......................................................................................... 2
E. Sejarah Majapahit............................................................................ 3
F. Kejayaan Majapahit......................................................................... 4
G. Jatuhnya Majapahit.......................................................................... 5
H. Kebudayaan...................................................................................... 7
I. Ekonomi........................................................................................... 9
J. Struktur Pemerintahan.................................................................... 10
K. Pembagian Wilayah.......................................................................... 11
L. Sumber............................................................................................. 13

iii
C. PETA KERAJAAN MAJAPAHIT
Letak Kerajaan Majapahit
Dari penelusuran beberapa sumber sejarah, seperti nukilan kitab Negarakertagama,
berita dari China, dan peninggalan prasasti dan Candi, para ahli sejarah dan arkeolog
berpendapat bahwa pada masa kejayaannya, kerajaan ini pernah menguasai seluruh
wilayah nusantara (kecuali Papua) dan semenanjung Asia yang meliputi Tumasik
(Singapura), Champa (Thailand), Filiphina Selatan, hingga Indocina. Peta wilayah
kekuasaan kerajaan Majapahit dapat Anda lihat pada gambar berikut ini!

Layaknya sebuah negara, kerajaan Majapahit yang begitu besar itu tentu
memiliki sebuah ibukota sebagai pusat pemerintahannya. Kendati demikian,
para ahli masih bersilang pendapat tentang dimana sebetulnya letak pusat
kerajaan maritim ini di masa silam. Akan tetapi, dari penelusuran sumber
sejarah yang ada, diketahui bahwa ibu kota kerajaan Majapahit pernah
berpindah sebanyak 3 kali selama masa pemerintahannya.

1
D.ISI
MAJAPAHIT

Majapahit adalah sebuah kerajaan di Indonesia yang pernah berdiri dari


sekitar tahun 1293 hingga 1500 M. Kerajaan ini mencapai puncak
kejayaannya dan mejadi Kemaharajaan raya yang menguasai wilayah
yang luas pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang berkuasa dari
tahun 1350hingga 1389.
Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang
menguasai Nusantara dan dianggap sebagai salah satu dari negara
terbesar dalam sejarah Indonesia.[2] Kekuasaannya terbentang
di Jawa, Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan, hingga Indonesia
timur, meskipun wilayah kekuasaannya masih diperdebatkan.[3]

Hanya terdapat sedikit bukti fisik sisa-sisa Majapahit, dan


sejarahnya tidak jelas. Sumber utama yang digunakan oleh para
sejarawan adalah Pararaton ('Kitab Raja-raja') dalam bahasa
Kawi dan Nagarakretagama dalam bahasa Jawa Kuno.
Pararaton terutama menceritakan Ken Arok (pendiri Kerajaan
Singhasari) namun juga memuat beberapa bagian pendek
mengenai terbentuknya Majapahit. Sementara itu, Nagara
kertagama merupakan puisi Jawa Kuno yang ditulis pada masa
keemasan Majapahit di bawah pemerintahan Hayam Wuruk.
Setelah masa itu, hal yang terjadi tidaklah jelas. Selain itu, terdapat
beberapa prasasti dalam bahasa Jawa Kuno maupun catatan
sejarah dari Tiongkok dan negara-negara lain.
Keakuratan semua naskah berbahasa Jawa tersebut
dipertentangkan. Tidak dapat disangkal bahwa sumber-sumber itu
memuat unsur non-historis dan mitos. Beberapa sarjana seperti
C.C. Berg menganggap semua naskah tersebut bukan catatan masa
lalu, tetapi memiliki arti supernatural dalam hal dapat mengetahui
masa depan. Namun demikian, banyak pula sarjana yang
beranggapan bahwa garis besar sumber-sumber tersebut dapat
diterima karena sejalan dengan catatan sejarah dari Tiongkok,
khususnya daftar penguasa dan keadaan kerajaan yang tampak
cukup pasti.

2
E. Sejarah Majapahit
Arca Harihara, dewa gabungan Siwa dan Wisnu sebagai
penggambaran Kertarajasa. Berlokasi semula di Candi Simping, Blitar, kini
menjadi koleksi Museum Nasional Republik Indonesia.
Ketika itu, Jayakatwang, adipati Kediri, sudah membunuh Kertanagara. Atas
saran Aria Wiraraja, Jayakatwang memberikan pengampunan kepada Raden
Wijaya, menantu Kertanegara, yang datang menyerahkan diri. Raden
Wijayakemudian diberi hutan Tarik. Ia membuka hutan itu dan membangun
desa baru. Desa itu dinamai Majapahit, yang namanya diambil dari buah maja,
dan rasa "pahit" dari buah tersebut. Ketika pasukan Mongol tiba, Wijaya
bersekutu dengan pasukan Mongol untuk bertempur melawan Jayakatwang.
Raden Wijaya berbalik menyerang sekutu Mongolnya sehingga memaksa
mereka menarik pulang kembali pasukannya secara kalang-kabut karena
mereka berada di teritori asing. Saat itu juga merupakan kesempatan terakhir
mereka untuk menangkap angin muson agar dapat pulang, atau mereka harus
terpaksa menunggu enam bulan lagi di pulau yang asing.
Tanggal pasti yang digunakan sebagai tanggal kelahiran kerajaan Majapahit
adalah hari penobatan Raden Wijaya sebagai raja, yaitu tanggal 15 bulan
Kartika tahun 1215 saka yang bertepatan dengan tanggal 10 November 1293.
Ia dinobatkan dengan nama resmi Kertarajasa Jayawardhana. Kerajaan ini
menghadapi masalah. Beberapa orang tepercaya Kertarajasa,
termasuk Ranggalawe, Sora, dan Nambi memberontak melawannya,
meskipun pemberontakan tersebut tidak berhasil. Slamet Muljana menduga
bahwa mahapatih Halayudha lah yang melakukan konspirasi untuk
menjatuhkan semua orang tepercaya raja, agar ia dapat mencapai posisi
tertinggi dalam pemerintahan. Namun setelah kematian pemberontak

3
terakhir (Kuti), Halayudha ditangkap dan dipenjara, dan lalu dihukum mati.
[12] Wijaya meninggal dunia pada tahun 1309.
Anak dan penerus Wijaya, Jayanegara, Pararaton menyebutnya Kala Gemet,
yang berarti "penjahat lemah". Kira-kira pada suatu waktu dalam kurun
pemerintahan Jayanegara, seorang pendeta Italia, Odorico da
Pordenone mengunjungi keraton Majapahit di Jawa. Pada tahun 1328,
Jayanegara dibunuh oleh tabibnya, Tanca. Ibu tirinya yaitu Gayatri Rajapatni
seharusnya menggantikannya, akan tetapi Rajapatni memilih mengundurkan diri
dari istana dan menjadi bhiksuni. Rajapatni menunjuk anak
perempuannya Tribhuwana Wijayatunggadewi untuk menjadi ratu Majapahit. Pada
tahun 1336, Tribhuwana menunjuk Gajah Mada sebagai Mahapatih, pada saat
pelantikannya Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa yang menunjukkan
rencananya untuk melebarkan kekuasaan Majapahit dan membangun sebuah
kemaharajaan. Selama kekuasaan Tribhuwana, kerajaan Majapahit berkembang
menjadi lebih besar dan terkenal di kepulauan Nusantara. Tribhuwana berkuasa di
Majapahit sampai kematian ibunya pada tahun 1350. Ia diteruskan oleh
putranya, Hayam Wuruk.

F.Kejayaan Majapahit
Bidadari Majapahit yang anggun, ukiran emasapsara (bidadari surgawi) gaya khas
Majapahit menggambarkan dengan sempurna zaman kerajaan Majapahit sebagai
"zaman keemasan" di kepulauan nusantara.

Terakota wajah yang dipercaya sebagai potret Gajah Mada.


Hayam Wuruk, juga disebut Rajasanagara, memerintah Majapahit dari
tahun 1350 hingga 1389. Pada masanya Majapahit mencapai puncak kejayaannya
dengan bantuan mahapatihnya, Gajah Mada. Di bawah perintah Gajah Mada (1313-
1364),
Majapahit menguasai lebih banyakwilayah.

Menurut Kakawin Nagarakretagama pupuh XIII-XV, daerah kekuasaan


Majapahit meliputi Sumatra, semenanjung Malaya, Kalimantan, Sulawesi,
kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, Papua, dan sebagian kepulauan Filipina . Sumber
ini menunjukkan batas terluas sekaligus puncak kejayaan Kemaharajaan Majapahit.

Namun demikian, batasan alam dan ekonomi menunjukkan bahwa daerah-daerah

4
kekuasaan tersebut tampaknya tidaklah berada di bawah kekuasaan terpusat
Majapahit, tetapi terhubungkan satu sama lain oleh perdagangan yang mungkin
berupa monopoli oleh raja. Majapahit juga memiliki hubungan
dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma bagian selatan, dan Vietnam, dan bahkan
mengirim duta-dutanya ke Tiongkok.

Selain melancarkan serangan dan ekspedisi militer, Majapahit juga menempuh jalan
diplomasi dan menjalin persekutuan. Kemungkinan karena didorong alasan politik,
Hayam Wuruk berhasrat mempersunting Citraresmi(Pitaloka), putri Kerajaan
Sunda sebagai permaisurinya. Pihak Sunda menganggap lamaran ini sebagai perjanjian
persekutuan. Pada 1357 rombongan raja Sunda beserta keluarga dan pengawalnya
bertolak ke Majapahit mengantarkan sang putri untuk dinikahkan dengan Hayam
Wuruk. Akan tetapi Gajah Mada melihat hal ini sebagai peluang untuk memaksa
kerajaan Sunda takluk di bawah Majapahit. Pertarungan antara keluarga kerajaan
Sunda dengan tentara Majapahit di lapangan Bubat tidak terelakkan. Meski dengan
gagah berani memberikan perlawanan, keluarga kerajaan Sunda kewalahan dan
akhirnya dikalahkan. Hampir seluruh rombongan keluarga kerajaan Sunda dapat
dibinasakan secara kejam. Tradisi menyebutkan bahwa sang putri yang kecewa,
dengan hati remuk redam melakukan "bela pati", bunuh diri untuk membela
kehormatan negaranya. Kisah Pasunda Bubat menjadi tema utama dalam
naskah Kidung Sunda yang disusun pada zaman kemudian di Bali. Kisah ini disinggung
dalam Pararaton tetapi sama sekali tidak disebutkan dalam Nagarakretagama.
Kakawin Nagarakretagama yang disusun pada tahun 1365 menyebutkan
budaya keraton yang adiluhung, anggun, dan canggih, dengan cita rasa seni dan sastra
yang halus dan tinggi, serta sistem ritual keagamaan yang rumit. Sang pujangga
menggambarkan Majapahit sebagai pusat mandala raksasa yang membentang
dari Sumatera ke Papua, mencakup Semenanjung Malaya dan Maluku. Tradisi lokal di
berbagai daerah di Nusantara masih mencatat kisah legenda mengenai kekuasaan
Majapahit. Administrasi pemerintahan langsung oleh kerajaan Majapahit hanya
mencakup wilayah Jawa Timur dan Bali, di luar daerah itu hanya semacam
pemerintahan otonomi luas, pembayaran upeti berkala, dan pengakuan kedaulatan
Majapahit atas mereka. Akan tetapi segala pemberontakan atau tantangan bagi
ketuanan Majapahit atas daerah itu dapat mengundang reaksi keras.

Pada tahun 1377, beberapa tahun setelah kematian Gajah Mada, Majapahit
melancarkan serangan laut untuk menumpas pemberontakan di Palembang.

Meskipun penguasa Majapahit memperluas kekuasaannya pada berbagai pulau dan


kadang-kadang menyerang kerajaan tetangga, perhatian utama Majapahit nampaknya
adalah mendapatkan porsi terbesar dan mengendalikan perdagangan di kepulauan
Nusantara. Pada saat inilah pedagang muslim dan penyebar agama Islam mulai
memasuki kawasan ini.
G.Jatuhnya Majapahit
Sesudah mencapai puncaknya pada abad ke-14, kekuasaan Majapahit berangsur-
angsur melemah. Setelah wafatnya Hayam Wuruk pada tahun 1389, Majapahit
memasuki masa kemunduran akibat konflik perebutan takhta. Pewaris Hayam Wuruk
adalah putri mahkota Kusumawardhani, yang menikahi sepupunya sendiri,
pangeran Wikramawardhana. Hayam Wuruk juga memiliki seorang putra dari

5
selirnya Wirabhumi yang juga menuntut haknya atas takhta.[5] Perang saudara yang
disebut Perang Paregregdiperkirakan terjadi pada tahun 1405-1406, antara Wirabhumi
melawan Wikramawardhana. Perang ini akhirnya dimenangi Wikramawardhana,
semetara Wirabhumi ditangkap dan kemudian dipancung. Tampaknya perang saudara
ini melemahkan kendali Majapahit atas daerah-daerah taklukannya di seberang.
Pada kurun pemerintahan Wikramawardhana, serangkaian ekspedisi laut Dinasti
Ming yang dipimpin oleh laksamana Cheng Ho, seorang jenderal muslim China, tiba di
Jawa beberapa kali antara kurun waktu 1405 sampai 1433. Sejak tahun 1430 ekspedisi
Cheng Ho ini telah menciptakan komunitas muslim China dan Arab di beberapa kota
pelabuhan pantai utara Jawa, seperti di Semarang, Demak, Tuban, dan Ampel; maka
Islam pun mulai memiliki pijakan di pantai utara Jawa.

Wikramawardhana memerintah hingga tahun 1426, dan diteruskan oleh putrinya,


Ratu Suhita, yang memerintah pada tahun 1426 sampai 1447. Ia adalah putri kedua
Wikramawardhana dari seorang selir yang juga putri kedua Wirabhumi. Pada 1447,
Suhita mangkat dan pemerintahan dilanjutkan oleh Kertawijaya, adik laki-lakinya. Ia
memerintah hingga tahun 1451. Setelah Kertawijaya wafat, Bhre Pamotan menjadi
raja dengan gelar Rajasawardhana dan memerintah di Kahuripan. Ia wafat pada tahun
1453 AD. Terjadi jeda waktu tiga tahun tanpa raja akibat krisis pewarisan
takhta. Girisawardhana, putra Kertawijaya, naik takhta pada 1456. Ia kemudian wafat
pada 1466 dan digantikan oleh Singhawikramawardhana. Pada 1468 pangeran
Kertabhumi memberontak terhadap Singhawikramawardhana dan mengangkat dirinya
sebagai raja Majapahit.

Ketika Majapahit didirikan, pedagang Muslim dan para penyebar agama sudah mulai


memasuki Nusantara. Pada akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15, pengaruh
Majapahit di seluruh Nusantara mulai berkurang. Pada saat bersamaan, sebuah
kerajaan perdagangan baru yang berdasarkan Islam, yaitu Kesultanan Malaka, mulai
muncul di bagian barat Nusantara. Di bagian barat kemaharajaan yang mulai runtuh
ini, Majapahit tak kuasa lagi membendung kebangkitan Kesultanan Malaka yang pada
pertengahan abad ke-15 mulai menguasai Selat Malaka dan melebarkan kekuasaannya
ke Sumatera. Sementara itu beberapa jajahan dan daerah taklukan Majapahit di
daerah lainnya di Nusantara, satu per satu mulai melepaskan diri dari kekuasaan
Majapahit.

Sebuah tampilan model kapal Majapahit di Museum Negara Malaysia, Kuala


Lumpur, Malaysia.
Singhawikramawardhana memindahkan ibu kota kerajaan lebih jauh ke pedalaman
di Daha (bekas ibu kota Kerajaan Kediri) dan terus memerintah disana hingga
digantikan oleh putranya Ranawijaya pada tahun 1474. Pada 1478 Ranawijaya
mengalahkan Kertabhumi dan mempersatukan kembali Majapahit menjadi satu
kerajaan. Ranawijaya memerintah pada kurun waktu 1474 hingga 1519 dengan gelar

6
Girindrawardhana. Meskipun demikian kekuatan Majapahit telah melemah akibat
konflik dinasti ini dan mulai bangkitnya kekuatan kerajaan-kerajaan Islam di pantai
utara Jawa.
Waktu berakhirnya Kemaharajaan Majapahit berkisar pada kurun waktu tahun 1478
(tahun 1400 saka, berakhirnya abad dianggap sebagai waktu lazim pergantian dinasti
dan berakhirnya suatu pemerintahan) hingga tahun 1527.

Dalam tradisi Jawa ada sebuah kronogram atau candrasengkala yang berbunyi sirna


ilang kretaning bumi. Sengkala ini konon adalah tahun berakhirnya Majapahit dan
harus dibaca sebagai 0041, yaitu tahun 1400 Saka, atau 1478 Masehi. Arti sengkala ini
adalah “sirna hilanglah kemakmuran bumi”. Namun demikian yang sebenarnya
digambarkan oleh candrasengkala tersebut adalah gugurnya Bhre Kertabumi, raja ke-
11 Majapahit, oleh Girindrawardhana.

Menurut prasasti Jiyu dan Petak, Ranawijaya mengaku bahwa ia telah mengalahkan
Kertabhumi [21] dan memindahkan ibu kota ke Daha (Kediri). Peristiwa ini memicu
perang antara Daha dengan Kesultanan Demak, karena penguasa Demak adalah
keturunan Kertabhumi. Peperangan ini dimenangi Demak pada tahun 1527. Sejumlah
besar abdi istana, seniman, pendeta, dan anggota keluarga kerajaan mengungsi ke
pulau Bali. Pengungsian ini kemungkinan besar untuk menghindari pembalasan dan
hukuman dari Demak akibat selama ini mereka mendukung Ranawijaya melawan
Kertabhumi.
Dengan jatuhnya Daha yang dihancurkan oleh Demak pada tahun 1527, kekuatan
kerajaan Islam pada awal abad ke-16 akhirnya mengalahkan sisa kerajaan Majapahit.
Demak dibawah pemerintahan Raden (kemudian menjadi Sultan) Patah (Fatah), diakui
sebagai penerus kerajaan Majapahit. Menurut Babad Tanah Jawi dan tradisi Demak,
legitimasi Raden Patah karena ia adalah putra raja Majapahit Brawijaya V dengan
seorang putri China.

Catatan sejarah dari Tiongkok, Portugis (Tome Pires), dan Italia (Pigafetta)
mengindikasikan bahwa telah terjadi perpindahan kekuasaan Majapahit dari tangan
penguasa Hindu ke tangan Adipati Unus, penguasa dari Kesultanan Demak, antara
tahun 1518 dan 1521 M.

Demak memastikan posisinya sebagai kekuatan regional dan menjadi kerajaan Islam
pertama yang berdiri di tanah Jawa. Saat itu setelah keruntuhan Majapahit, sisa
kerajaan Hindu yang masih bertahan di Jawa hanya tinggal kerajaan Blambangan di
ujung timur, serta Kerajaan Sundayang beribukota di Pajajaran di bagian barat.
Perlahan-lahan Islam mulai menyebar seiring mundurnya masyarakat Hindu ke
pegunungan dan ke Bali. Beberapa kantung masyarakat Hindu Tengger hingga kini
masih bertahan di pegunungan Tengger, kawasan Bromo dan Semeru.
H.Kebudayaan

7
Gapura Bajang Ratu, gerbang masuk salah satu kompleks bangunan penting di ibu kota
Majapahit. Bangunan ini masih tegak berdiri di Trowulan.
"Dari semua bangunan, tidak ada tiang yang luput dari ukiran halus dan warna indah"
[Dalam lingkungan dikelilingi tembok] "terdapat pendopo anggun beratap ijuk, indah
bagai pemandangan dalam lukisan... Kelopak bunga katangga gugur tertiup angin dan
bertaburan di atas atap. Atap itu bagaikan rambut gadis yang berhiaskan bunga,
menyenangkan hati siapa saja yang memandangnya".
— Gambaran ibu kota Majapahit kutipan dari Nagarakertagama.
Nagarakretagama menyebutkan budaya keraton yang adiluhung dan anggun, dengan
cita rasa seni dan sastra yang halus, serta sistem ritual keagamaan yang rumit.
Peristiwa utama dalam kalender tata negara digelar tiap hari pertama bulan Caitra
(Maret-April) ketika semua utusan dari semua wilayah taklukan Majapahit datang ke
istana untuk membayar upeti atau pajak. Kawasan Majapahit secara sederhana terbagi
dalam tiga jenis: keraton termasuk kawasan ibu kota dan sekitarnya; wilayah-wilayah
di Jawa Timur dan Bali yang secara langsung dikepalai oleh pejabat yang ditunjuk
langsung oleh raja; serta wilayah-wilayah taklukan di kepulauan Nusantara yang
menikmati otonomi luas.
Ibu kota Majapahit di Trowulan merupakan kota besar dan terkenal dengan perayaan
besar keagamaan yang diselenggarakan setiap tahun. Agama Buddha, Siwa,
dan Waisnawa (pemuja Wisnu) dipeluk oleh penduduk Majapahit, dan raja dianggap
sekaligus titisan Buddha, Siwa, maupun Wisnu. Nagarakertagama sama sekali tidak
menyinggung tentang Islam, akan tetapi sangat mungkin terdapat beberapa pegawai
atau abdi istana muslim saat itu.

Walaupun batu bata telah digunakan dalam candi pada masa sebelumnya, arsitek


Majapahit lah yang paling ahli menggunakannya. Candi-candi Majapahit berkualitas
baik secara geometris dengan memanfaatkan getah tumbuhan merambat dan gula
merah sebagai perekat batu bata. Contoh candi Majapahit yang masih dapat ditemui
sekarang adalah Candi Tikus dan Gapura Bajang Ratu di Trowulan, Mojokerto.

".... Raja [Jawa] memiliki bawahan tujuh raja bermahkota. [Dan] pulaunya
berpenduduk banyak, merupakan pulau terbaik kedua yang pernah ada.... Raja pulau
ini memiliki istana yang luar biasa mengagumkan. Karena sangat besar, tangga dan
bagian dalam ruangannya berlapis emas dan perak, bahkan atapnya pun bersepuh
emas. Kini Khan Agung dari China beberapa kali berperang melawan raja ini; akan
tetapi selalu gagal dan raja ini selalu berhasil mengalahkannya."
— Gambaran Majapahit menurut Mattiussi (Pendeta Odorico da Pordenone).
Catatan yang berasal dari sumber Italia mengenai Jawa pada era Majapahit didapatkan
dari catatan perjalanan Mattiussi, seorang pendeta Ordo Fransiskan dalam bukunya:
"Perjalanan Pendeta Odorico da Pordenone". Ia mengunjungi beberapa tempat di
Nusantara: Sumatera, Jawa, dan Banjarmasin di Kalimantan. Ia dikirim Paus untuk
menjalankan misi Katolik di Asia Tengah. Pada 1318 ia berangkat dari Padua,

8
menyeberangi Laut Hitam dan menembus Persia, terus hingga mencapai Kolkata,
Madras, dan Srilanka. Lalu menuju kepulauan Nikobar hingga mencapai Sumatera, lalu
mengunjungi Jawa dan Banjarmasin. Ia kembali ke Italia melalui jalan darat lewat
Vietnam, China, terus mengikuti Jalur Sutra menuju Eropa pada 1330.

Di buku ini ia menyebut kunjungannya di Jawa tanpa menjelaskan lebih rinci nama
tempat yang ia kunjungi. Disebutkan raja Jawa menguasai tujuh raja bawahan.
Disebutkan juga di pulau ini terdapat banyak cengkeh, kemukus, pala, dan berbagai
rempah-rempah lainnya. Ia menyebutkan istana raja Jawa sangat mewah dan
mengagumkan, penuh bersepuh emas dan perak. Ia juga menyebutkan
raja Mongol beberapa kali berusaha menyerang Jawa, tetapi selalu gagal dan berhasil
diusir kembali. Kerajaan Jawa yang disebutkan disini tak lain adalah Majapahit yang
dikunjungi pada suatu waktu dalam kurun 1318-1330 pada masa
pemerintahan Jayanegara.
I. Ekonomi

Celengan zaman Majapahit, abad 14-15 Masehi Trowulan, Jawa Timur.


(Koleksi Museum Gajah, Jakarta)
Majapahit merupakan negara agraris dan sekaligus negara perdagangan. Pajak dan
denda dibayarkan dalam uang tunai. Ekonomi Jawa telah sebagian mengenal mata
uang sejak abad ke-8 pada masa kerajaan Medang yang menggunakan butiran dan
keping uang emas dan perak. Sekitar tahun 1300, pada masa pemerintahan raja
pertama Majapahit, sebuah perubahan moneter penting terjadi: keping uang dalam
negeri diganti dengan uang "kepeng" yaitu keping uang tembaga impor dari China.
PADA NOVEMBER 2008 SEKITAR 10.388 KEPING KOIN CHINA KUNO SEBERAT SEKITAR 40
KILOGRAM DIGALI DARI HALAMAN BELAKANG SEORANG PENDUDUK DI SIDOARJO. BADAN
PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA (BP3) JAWA TIMUR MEMASTIKAN BAHWA KOIN
TERSEBUT BERASAL DARI ERA MAJAPAHIT. ALASAN PENGGUNAAN UANG LOGAM ATAU KOIN
ASING INI TIDAK DISEBUTKAN DALAM CATATAN SEJARAH, AKAN TETAPI KEBANYAKAN AHLI
MENDUGA BAHWA DENGAN SEMAKIN KOMPLEKSNYA EKONOMI JAWA, MAKA DIPERLUKAN
UANG PECAHAN KECIL ATAU UANG RECEH DALAM SISTEM  MATA UANG MAJAPAHIT AGAR
DAPAT DIGUNAKAN DALAM AKTIVITAS EKONOMI SEHARI-HARI DI PASAR MAJAPAHIT. PERAN INI
TIDAK COCOK DAN TIDAK DAPAT DIPENUHI OLEH UANG EMAS DAN PERAK YANG MAHAL.

BEBERAPA GAMBARAN MENGENAI SKALA EKONOMI DALAM NEGERI JAWA SAAT ITU
DIKUMPULKAN DARI BERBAGAI DATA DAN PRASASTI. PRASASTI CANGGU YANG BERANGKA
TAHUN 1358 MENYEBUTKAN SEBANYAK 78 TITIK PERLINTASAN BERUPA TEMPAT PERAHU

9
PENYEBERANGAN DI DALAM NEGERI (MANDALA JAWA). PRASASTI DARI MASA MAJAPAHIT
MENYEBUTKAN BERBAGAI MACAM PEKERJAAN DAN SPESIALISASI KARIER, MULAI DARI
PENGRAJIN EMAS DAN PERAK, HINGGA PENJUAL MINUMAN, DAN JAGAL ATAU TUKANG DAGING.
MESKIPUN BANYAK DI ANTARA PEKERJAAN-PEKERJAAN INI SUDAH ADA SEJAK ZAMAN
SEBELUMNYA, NAMUN PROPORSI POPULASI YANG MENCARI PENDAPATAN DAN BERMATA
PENCARIAN DI LUAR PERTANIAN SEMAKIN MENINGKAT PADA ERA MAJAPAHIT.

MENURUT CATATAN WANG TA-YUAN, PEDAGANG TIONGKOK, KOMODITAS EKSPORJAWA PADA


SAAT ITU IALAH LADA, GARAM, KAIN, DAN BURUNG KAKAK TUA, SEDANGKAN KOMODITAS
IMPORNYA ADALAH MUTIARA, EMAS, PERAK, SUTRA, BARANG KERAMIK, DAN BARANG
DARI BESI. MATA UANGNYA DIBUAT DARI CAMPURAN PERAK, TIMAH PUTIH, TIMAH HITAM,
DAN TEMBAGA. SELAIN ITU, CATATAN ODORICO DA PORDENONE, BIARAWAN KATOLIK
ROMA DARI ITALIA YANG MENGUNJUNGI JAWA PADA TAHUN 1321, MENYEBUTKAN BAHWA
ISTANA RAJA JAWA PENUH DENGAN PERHIASAN EMAS, PERAK, DAN PERMATA.
KEMAKMURAN MAJAPAHIT DIDUGA KARENA DUA FAKTOR. FAKTOR PERTAMA; LEMBAH
SUNGAI BRANTAS DAN BENGAWAN SOLO DI DATARAN RENDAH JAWA TIMUR UTARA SANGAT
COCOK UNTUK PERTANIAN PADI. PADA MASA JAYANYA MAJAPAHIT MEMBANGUN BERBAGAI
INFRASTRUKTUR IRIGASI, SEBAGIAN DENGAN DUKUNGAN PEMERINTAH. FAKTOR KEDUA;
PELABUHAN-PELABUHAN MAJAPAHIT DI PANTAI UTARA JAWA MUNGKIN SEKALI BERPERAN
PENTING SEBAGAI PELABUHAN PANGKALAN UNTUK MENDAPATKAN KOMODITAS REMPAH-
REMPAH MALUKU. PAJAK YANG DIKENAKAN PADA KOMODITAS REMPAH-REMPAH YANG
MELEWATI JAWA MERUPAKAN SUMBER PEMASUKAN PENTING BAGI MAJAPAHIT

NAGARAKRETAGAMA MENYEBUTKAN BAHWA KEMASHURAN PENGUASA WILWATIKTA TELAH


MENARIK BANYAK PEDAGANG ASING, DI ANTARANYA PEDAGANG DARI INDIA, KHMER, SIAM,
DAN CHINA. PAJAK KHUSUS DIKENAKAN PADA ORANG ASING TERUTAMA YANG MENETAP SEMI-
PERMANEN DI JAWA DAN MELAKUKAN PEKERJAAN SELAIN PERDAGANGAN INTER nasional.
Majapahit memiliki pejabat sendiri untuk mengurusi pedagang
dari India dan Tiongkok yang menetap di ibu kota kerajaan maupun berbagai
tempat lain di wilayah Majapahit di Jawa.
J. Struktur pemerintahan

10
Arca dewi Parwatisebagai perwujudan anumerta Tribhuwanottunggadewi, ratu
Majapahit ibunda Hayam Wuruk.
Majapahit memiliki struktur pemerintahan dan susunan birokrasi yang teratur
pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, dan tampaknya struktur dan birokrasi
tersebut tidak banyak berubah selama perkembangan sejarahnya. Raja
dianggap sebagai penjelmaan dewa di dunia dan ia memegang
otoritas politik tertinggi.

K.Aparat birokrasi
Raja dibantu oleh sejumlah pejabat birokrasi dalam melaksanakan
pemerintahan, dengan para putra dan kerabat dekat raja memiliki kedudukan
tinggi. Perintah raja biasanya diturunkan kepada pejabat-pejabat di bawahnya,
antara lain yaitu:
Rakryan Mahamantri Katrini, biasanya dijabat putra-putra raja
Rakryan Mantri ri Pakira-kiran, dewan menteri yang melaksanakan
pemerintahan
Dharmmadhyaksa, para pejabat hukum keagamaan
Dharmma-upapatti, para pejabat keagamaan
Dalam Rakryan Mantri ri Pakira-kiran terdapat seorang pejabat yang terpenting
yaitu Rakryan Mapatih atau Patih Hamangkubhumi. Pejabat ini dapat dikatakan
sebagai perdana menteri yang bersama-sama raja dapat ikut melaksanakan
kebijaksanaan pemerintahan. Selain itu, terdapat pula semacam dewan
pertimbangan kerajaan yang anggotanya para sanak saudara raja, yang
disebut Bhattara Saptaprabhu.

L. Pembagian wilayah
DALAM PEMBENTUKANNYA, KERAJAAN MAJAPAHIT MERUPAKAN KELANJUTAN SINGHASARI.
TERDIRI ATAS BEBERAPA KAWASAN TERTENTU DI BAGIAN TIMUR DAN BAGIAN TENGAH JAWA.
DAERAH INI DIPERINTAH OLEH UPARAJA YANG DISEBUT PADUKA BHATTARA YANG
BERGELAR BHRE. GELAR INI ADALAH GELAR TERTINGGI BANGSAWAN KERAJAAN. BIASANYA
POSISI INI HANYALAH UNTUK KERABAT DEKAT RAJA. TUGAS MEREKA ADALAH UNTUK
MENGELOLA KERAJAAN MEREKA, MEMUNGUT PAJAK, DAN MENGIRIMKAN UPETI KE PUSAT, DAN
MENGELOLA PERTAHANAN DI PERBATASAN DAERAH YANG MEREKA PIMPIN.

Selama masa pemerintahan Hayam Wuruk (1350 s.d. 1389) ada 12 wilayah di


Majapahit, yang dikelola oleh kerabat dekat raja. Hierarki dalam pengklasifikasian
wilayah di kerajaan Majapahit dikenal sebagai berikut:
Bhumi: kerajaan, diperintah oleh Raja
Nagara: diperintah oleh rajya (gubernur), atau natha (tuan), atau bhre (pangeran atau
bangsawan)
Watek: dikelola oleh wiyasa,
Kuwu: dikelola oleh lurah,
Wanua: dikelola oleh thani,
Kabuyutan: dusun kecil atau tempat sakra L.

11
HUBUNGAN
NO PROVINSI GELAR PENGUASA
DENGAN RAJA
KAHURIPAN (ATAU JANGGALA, BHRE
1 TRIBHUWANATUNGGADEWI IBU SURI
SEKARANG SURABAYA) KAHURIPAN
BIBI SEKALIGUS
2 DAHA (BEKAS IBUKOTA DARI KEDIRI) BHRE DAHA RAJADEWI MAHARAJASA
IBU MERTUA
TUMAPEL (BEKAS IBUKOTA BHRE
3 KERTAWARDHANA AYAH
DARI SINGHASARI) TUMAPEL
PAMAN
BHRE
4 WENGKER (SEKARANG PONOROGO) WIJAYARAJASA SEKALIGUS
WENGKER
AYAH MERTUA
SUAMI DARI
BHRE
5 MATAHUN (SEKARANG BOJONEGORO) RAJASAWARDHANA PUTRI LASEM,
MATAHUN
SEPUPU RAJA
BHRE
6 WIRABHUMI (BLAMBANGAN) BHRE WIRABHUMI1 ANAK
WIRABHUMI
BHRE SAUDARA
7 PAGUHAN SINGHAWARDHANA
PAGUHAN LAKI-LAKI IPAR
BHRE ANAK
8 KABALAN KUSUMAWARDHANI2
KABALAN PEREMPUAN
BHRE KEPONAKAN
9 PAWANUAN SURAWARDHANI
PAWANUAN PEREMPUAN

10 LASEM (KOTA PESISIR DI JAWA TENGAH) BHRE LASEM RAJASADUHITA INDUDEWI SEPUPU

SAUDARA
11 PAJANG (SEKARANG SURAKARTA) BHRE PAJANG RAJASADUHITA ISWARI
PEREMPUAN
BHRE KEPONAKAN
12 MATARAM (SEKARANG YOGYAKARTA) WIKRAMAWARDHANA2
MATARAM LAKU-LAKI
CATATAN:
1 BHRE WIRABHUMI SEBENARNYA ADALAH GELAR: PANGERAN WIRABHUMI (BLAMBANGAN), NAMA
ASLINYA TIDAK DIKETAHUI DAN SERING DISEBUT SEBAGAI BHRE WIRABHUMI DARI PARARATON. DIA
MENIKAH DENGAN NAGAWARDHANI, KEPONAKAN PEREMPUAN RAJA.
2 KUSUMAWARDHANI (PUTRI RAJA) MENIKAH DENGAN WIKRAMAWARDHANA (KEPONAKAN LAKI-LAKI
RAJA), PASANGAN INI LALU MENJADI PEWARIS TAHTA.

M. Sumber

1 Historiografi
2 Sejarah
2.1 Berdirinya Majapahit
2.2 Kejayaan Majapahit

12
2.3 Jatuhnya Majapahit
3 Kebudayaan
4 Ekonomi
5 Struktur pemerintahan
5.1 Aparat birokrasi
5.2 Pembagian wilayah
6 Raja-raja Majapahit
7 Warisan sejarah
7.1 Legitimasi politik
7.2 Arsitektur
7.3 Persenjataan
8 Kesenian modern
8.1 Puisi lama
9 Referensi
10 Lihat pula

11 Pranala luar

13

Anda mungkin juga menyukai