Anda di halaman 1dari 3

PERBEDAAN SERUM CREATININE (SCr) DENGAN

GROMERULAR FILTRATION RATE (GFR)

Disusun oleh : Risa Dameria Surbakti

Gangguan ginjal dapat diketahui dengan menggunakan berbagai


pemeriksaan fungsi ginjal, yaitu Serum Creatinine (SCr), estimated Gromerular
Filtration Rate (eGFR), dan Creatinie Clearence/Bersihan Kreatinin (CrCl). GFR dan
CrCl memiliki tujuan serupa meskipun terdapat perbedaan terutama ketika ada
penurunan fungsi ginjal (akibat peningkatan kompensasi sekresi tubular). Untuk
keperluan dokumentasi GFR dan CrCl dianggap dapat dipilih salah satu. Sedangkan
SCr, meskipun sebagai ukuran absolut telah digunakan secara luas dalam praktik
klinis, tetapi merupakan indikator fungsi ginjal yang tidak dapat diandalkan.

eGFR atau taksiran Laju Filtrasi Glomerular (LFG) adalah laju rata-rata
penyaringan darah yang terjadi di glomerulus yaitu sekitar 25% dari total curah
jantung per menit,± 1,300 ml. eGFR digunakan sebagai salah satu indikator menilai
fungsi ginjal. Biasanya digunakan untuk menghitung CrCl yang selanjutnya
dimasukkan ke dalam suatu rumus/formula. Menggunakan eGFR untuk menetapkan
tingkat risiko dan strategi pencegahan inplement dianggap sebagai pendekatan terbaik
untuk mengurangi kejadian CIN.

Penilaian klinis eGFR biasanya didasarkan pada plasma atau SCr. Hasil
pemeriksaan SCr mencerminkan produksi otot kreatinin dan ekskresi ginjal. Oleh
karena itu tidak tepat untuk mengklasifikasikan resiko atau mendasarkan keputusan
terapeutik pada nilai absolut SCr sebagai ukuran fungsi ginjal tanpa memperhitungkan
massa otot. Sedangkan pemeriksaan eGFR (yang diperkirakan dari SCr) mampu
menghitung nilai kreatinin juga prediksi massa otot, status gizi, usia, etnis/ras (Afrika,
Asia atau Hispanik) dan jenis kelamin pasien yang mempengaruhi hasil fungsi ginjal.
Akan tetapi perhitungan eGFR mungkin kurang dapat diandalkan pada individu
dengan komposisi tubuh yang sangat abnormal, termasuk obesitas ekstrim, cachexia,
amputasi dan kelumpuhan.
SCr dan eGFR yang dapat dipakai sebagai rujukan adalah yang dilakukan
dalam waktu 6 bulan pada pasien rawat jalan yang stabil dengan satu atau lebih faktor
resiko tetapi tanpa gangguan ginjal yang signifikan. Sedangkan untuk pasien rawat
inap dan pasien dengan penyakit ginjal yang tidak stabil atau akut, hasil yang
diizinkan adalah yang diperiksa dalam periode 1 minggu. Berikut tautan online untuk
menghitung eGFR https://www.kidney.org/professionals/kdoqi/gfr_calculator.

Setelah disuntikkan, media kontras akan dikeluarkan dari tubuh oleh ginjal.
Jika fungsi ginjal di bawah normal maka dapat mengakibatkan 2 hal yaitu:
1. Media kontras memerlukan waktu pengeluaran yang lebih lambat dari tubuh.
2. Jika fungsi ginjal sangat buruk (eGFR <30),
A. Kontras MRI
Proses pengeluaran media kontras yang lambat dari dalam tubuh (prolonged
exposure) dapat menyebabkan perubahan komposisi kimia media kontras.MRI
yang disuntikkan dan dapat menimbulkan risiko kecil terjadinya NSF.
B. Kontras MSCT
Fungsi ginjal akan terpapar media kontras lebih lama karena volume media
kontras yang diberikan lebih banyak dari media kontras MRI (1 : 10-30)

Modality Nilai eGFR Resiko


eGFR ≥ 45 Tidak ada peningkatan risiko kerusakan ginjal
MSCT
30 ≤ eGFR < 45 Terdapat risiko kecil terjadinya kerusakan ginjal
MRI eGFR ≥ 30 Aman diberikan media kontras yang sesuai BB

Proses pengeluaran media kontras yang lambat dari dalam tubuh (prolonged
exposure) dapat meningkatkan resiko kerusakan ginjal. Pada pasien dengan fungsi
ginjal normal, resikonya sangat rendah hanya sekitar 1%. Kalaupun terjadi
gangguan ginjal akibat pemberian media kontras, biasanya bersifat sementara dan
akan sembuh tanpa perawatan. Sedangkan pada pasien dengan eGFR <30, maka
risiko tersebut bisa meningkat.

Media kontras dapat dengan mudah dikeluarkan dari tubuh dengan cara
hemodialisis, namun belum ada bukti bahwa proses hemodialisis ini mengurangi
resiko CIN. Pengurangan CIN dengan dialisis juga tidak masuk akal secara biologis
karena media kontras akan mencapai ginjal dalam satu atau dua siklus jantung
sehingga pengeluaran media kontras tidak mungkin bisa menghentikan proses
cedera ginjal yang pasti sudah mulai terjadi. Terdapat beberapa penelitian yang
menunjukkan pengurangan resiko CIN dengan metode hemofiltrasi, akan tetapi
hasil ini belum direproduksi oleh penelitian lain dan meta-analisis. Berikut
beberapa contoh penelitian :

Marenzi G, Marana I, Lauri G, Assanelli E, Grazi M, Campodonico J et al. The


prevention of radiocontrast-agent-induced nephropathy by hemofiltration. N
Engl J Med 2003; 349(14):1333-1340.

Reinecke H, Fobker M, Wellmann J, Becke B, Fleiter J, Heitmeyer C et al. A


randomized controlled trial comparing hydration therapy to additional
hemodialysis or N-acetylcysteine for the prevention of contrast
medium-induced nephropathy: the Dialysis-versus-Diuresis (DVD) Trial. Clin
Res Cardiol 2007; 96(3):130-139

Solusi yang direkomendasikan pada pasien dengan fungsi ginjal kurang baik,
dapat dilakukan penyuntikkan cairan tambahan ke pembuluh darah pasien sebelum
dan sesudah injeksi bahan kontras. Hidrasi ini efektif untuk mencegah kerusakan
ginjal. Sedangkan pada pasien hemodialisis, pemberian media kontras dapat
dilakukan pada waktu yang tidak jauh dari jadwal dialisisnya (hari yang sama atau
beberapa jam setelah proses pemberian media kontras).

Anda mungkin juga menyukai