Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

HAKIKAT BELAJAR DAN TEORI BELAJAR

DOSEN PENGAMPU : NISHBAH FADHELINA

Disusun Oleh : KELOMPOK 1

Ika Marcelina (200410025)

Miftahul Jannah (200410029)

Nindia Abdiani (200410062)

Nabila Tunnisa (200410107)

Aprili Dayana (200410109)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SAMUDRA

TAHUN AJARAN 2021


KATA PENGANTAR

Assalamu`alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberi kelimpahan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Dan tak lupa pula shalawat beriring salam selalu tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW yang mana beliau telah membawa kita dari alam jahiliyah ke
alam yang banyak ilmu pengetahuan yang sama-sama kita rasakan pada saat ini, semoga kita menjadi
salah satu yang beruntung mendapatkan syafaat beliau di akhirat kelak.

Makalah yang berjudul “Arti Penting dan Kajian Perkembangan Peserta Didik ” dibuat bertujuan
untuk memenuhi mata kuliah PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK. Dalam penulisan dan penyusunan
makalah ini kami menyadari masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca yang bersifat membangun.

Terimakasih saya sampaikan kepada Ibu Nishbah Fadhelina selaku dosen mata kuliah
Belajar Dan Pembelajaran yang telah membimbing dan memberikan kuliah demi lancarnya tugas
makalah ini

Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat menjadikan wawasan kita
bertambah luas yang dibarengi dengan ilmu pengetahuan. Mohon maaf apabila terjadi kesalahan pada
penyusunannya.

Langsa, Maret 2021

Penyusun

DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

1.1 . Latar Belakang …………………………………………………....................................... 1

1.2 . Rumusan Masalah………………………………………………………….......................... 1

1.3 . Tujuan…………………………………………………….................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 2

2.1 . Hakikat Belajar dan Pembelajaran…………………………………………............... 2


2.2 . Teori-Teori Belajar………………………………………………………............................ 4
BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 12

3.1 . Kesimpulan………………………………………………………………............................. 12

3.2 . Saran………………………………………………………………………................................ 12

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pendidikan menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS adalah


usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam
pembentukan pribadi dan perilaku individu. Nana Syaodih Sukmadinata (2005) menyebutkan
bahwa sebagian terbesar perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar.

Proses belajar pada hakekatnya juga merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat.
Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak dapat disaksikan.
Manusia hanya mungkin dapat menyaksikan dari adanya gejala-gejala perubahan perilaku yang
tampak. Oleh karena itu, George R. Knight (1982: 82) menganjurkan lebih banyak kebebasan
untuk berekspresi bagi peserta didik dan lingkungan yang lebih terbuka sehingga peserta didik
dapat mengerahkan energinya dengan cara yang efektif.

1.2.Rumusan Masalah

Adapun masalah yang ingin diajukan penulis pada makalah ini yaitu sebagai berikut:

1. Apakah yang dimaksud dengan hakikat belajar dan pembelajaran?

2. Apa sajakah teori-teori belajar dan pembelajaran?

1.3.Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan memahami hakikat dari belajar dan pembelajaran.

2. Untuk mengetahui dan memahami Teori-teori belajar dan pembelajaran.

BAB II

PEMBAHASAN

1
2.1. Hakikat Belajar dan Pembelajaran

A. Hakekat Belajar

Belajar adalah suatu proses yang berlangsung di dalam diri seseorang yang mengubah
tingkah lakunya, baik tingkah laku dalam berpikir, bersikap, dan berbuat (W. Gulö, 2002: 23).

Pada dasarnya belajar merupakan tahapan perubahan prilaku siswa yang relatif positif
dan mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif (syah,
2003), dengan kata lain belajar merupakan kegiatan berproses yang terdiri dari beberapa tahap.
Tahapan dalam belajar tergantung pada fase-fase belajar, dan salah satu tahapannya adalah yang
dikemukakan oleh witting yaitu :

Tahap acquisition, yaitu tahapan perolehan informasi;

Tahap storage, yaitu tahapan penyimpanan informasi;

Tahap retrieval, yaitu tahapan pendekatan kembali informasi (Syah, 2003).

Definisi yang lain menyebutkan bahwa belajar adalah sebuah proses yang dilakukan oleh
individu untuk memperoleh sebuah perubahan tingkah laku yang menetap, baik yang dapat
diamati maupun yang tidak dapat diamati secara langsung, yang terjadi sebagai suatu hasil
latihan atau pengalaman dalam interaksinya dengan lingkungan (Roziqin, 2007: 62).

Dari definisi para ahli di atas, dapat disimpulkan adanya salah sartu ciri belajar, yaitu:

1. Belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku (change behavior)

2. Perubahan perilaku relative permanent. Ini berarti, bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi
karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah-ubah.

3. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses belajar sedang
berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial.

4. Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan semata, tetapi
termasuk memperoleh pula perubahan dalam sikap dan keterampilannya. seorang guru
menguasai “Teori-Teori Belajar”.

B. Hakekat Pembelajaran

Proses pembelajaran adalah sarana dan cara bagaimana suatu generasi belajar, atau
dengan kata lain bagaimana sarana belajar itu secara efektif digunakan. Hal ini tentu berbeda

2
dengan proses belajar yang diartikan sebagai cara bagaimana para pembelajar itu memiliki dan
mengakses isi pelajaran itu sendiri (Tilaar, 2002: 128).

Berangkat dari pengertian tersebut, maka dapat dipahami bahwa pembelajaran


membutuhkan hubungan dialogis yang sungguh-sungguh antara guru dan peserta didik, dimana
penekanannya adalah pada proses pembelajaran oleh peserta didik (student of learning), dan
bukan pengajaran oleh guru (teacher of teaching) (Suryosubroto, 1997: 34). Konsep seperti ini
membawa konsekuensi kepada fokus pembelajaran yang lebih ditekankan pada keaktifan peserta
didik sehingga proses yang terjadi dapat menjelaskan sejauh mana tujuan-tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hakikat pembelajaran adalah proses interaksi
antara peserta didik dengan lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih
baik. Dan tugas guru adalah mengkoordinasikan lingkungan agar menunjang terjadinya
perubahan perilaku bagi peserta didik. Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai usaha sadar
pendidik untuk membantu peserta didik agar mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan
minatnya.

Fungsi-fungsi pembelajaran yaitu sebagai berikut:

1. Pembelajaran sebagai sistem

Pembelajaran sebagai sistem terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisir antara lain
tujuan pembelajaran , materi pembelajaran , strategi dan metode pembelajaran, media
pembelajaran/alat peraga , pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut
pembelajaran (remedial dan pengayaan).

2. Pembelajaran sebagai proses

Pembelajaran sebagai proses merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam
rangka membuat siswa belaja, meliputi:

a. Persiapan, merencanakan program pengajaran tahunan, semester, dan penyusunan persiapan


mengajar (lesson plan) dan penyiapan perangkat kelengkapannya antara lain alat peraga, dan
alat evaluasi, buku atau media cetak lainnya.

b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mengacu pada persiapan pembelajaran yang


telah dibuatnya. Banyak dipengaruhi oleh pendekatan atau strategi dan metode-metode
pembelajaran yang telah dipilih dan dirancang penerapannya, serta filosofi kerja dan komitmen
guru , persepsi, dan sikapnya terhadap siswa;

3
c. Menindaklanjuti pembelajaran yang telah dikelolanya. Kegiatan pasca pembelajaran ini dapat
berbentuk enrichment (pengayaan), dapat pula berupa pemberian layanan remedial teaching bagi
siswa yang berkesulitan belajar.

C. Tujuan Belajar dan Pembelajaran

Beberapa ahli mengemukakan pendapat mereka mengenai tujuan belajar. Sukandi, 1983
berpendapat bahwa tujuan belajar adalah mengadakan perubahan tingkah laku dan perbuatan.
Perbuatan itu dapat dinyatakan sebagai suatu kecakapan keterampilan, kebiasaan, sikap,
pengertian, sebagai pengetahuan atau penerima dan penghargaan

Menurut Surakhmat, 1986 tujuan belajar adalah mengumpulkan pengetahuan, penanaman


konsep dan pengetahuan, dan pembentukan sikap dan perbuatan.

Demikian pula bahwa tujuan belajar itu dimaknai sebagai pernyataan mengenai
keterampilan atau konsep yang diharapkan dapat dikuasai oleh peserta didik pada akhir priode
pembelajaran (Slavin, 1994).

Dari pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Tujuan Belajar adalah
merubah tingkah laku dan perbuatan yang ditandai dengan kecakapan, keterampilan, kemampuan
dan sikap sehingga tercapainya hasil belajar yang diharapkan.

Sedangkan tujuan pembelajaran adalah tujuan yang menggambarkan pengetahuan,


kemampuan, keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki siswa sebagai akibat dari hasil
pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur.

2.2. Teori-teori Belajar

Pitchard (2009) menyatakan bahwa teori pembelajaran adalah sebuah proses perubahan
perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau percobaan. Teori ini memperoleh sebuah ilmu atau
pengetahuan yang diperoleh dari proses belajar. Tujuannya bervariasi, bisa jadi untuk menambah
ilmu, pengetahuan, hingga keterampilan, melalui proses belajar berdasarkan instruksi-instruksi
tertentu. Hasil akhir dari proses pembelajaran adalah perilaku yang berubah, terbentuk, atau
terkontrol.

Di dunia psikologi pendidikan, terdapat beberapa macam teori pembelajaran. Pada


awalnya, satu teori dan teori lainnya dianggap berbeda dan memiliki karakteristiknya masing-
masing. Namun demikian, dalam praktiknya, berbagai macam teori tersebut akan melengkapi
satu sama lain. Tidak ada satu teori sempurna yang dapat selalu memastikan proses belajar
mengajar menjadi baik.

Adapun teori-teori belajar adalah sebagai berikut:

4
1. Teori Belajar Behavioristik

Teori behavioristik adalah sebuah teori tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh
terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal
sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak
sebagai hasil belajar.

Menurut teori behavior, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari
adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang telah dianggap belajar sesuatu jika ia
dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya. Menurut teori ini yang terpenting adalah
masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau otput yang berupa respon.

Teori behavioristik dengan model dan hubungan stimulus-responnya, mendudukkan


orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan
menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat
bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.

Berikut tokoh-tokoh teori behavioristik:

a. Edward L. Thordike

Menurut teori ini, belajar adalah pembentukan atau penguatan hubungan antara stimulus
dan respon. Thorndike menekankan bahwa belajar terdiri atas pembentukan ikatan atau
hubungan-hubungan antara stimulus-respons yang terbentuk melalui pengulangan.

Teori ini dimunculkan sebagai hasil eksperimen yang dilakukan oleh Thorndike. Beliau
melakukan percobaan pada seekor kucing muda. Kucing itu dibiarkan kelaparan dalam kurungan
yang pintunya berjeruji. Kurungan kucing itu diberi beberapa tombol. Apabila salah satu
tombolnya terpijit, pintu itu akan terbuka dengan sendirinya. Sementara itu, di luar kurungan
disediakan makanan yang diletakkan dalam sebuah piring. Kucing mulai beraksi. Ia bergerak
kesana kemari dan mencoba untuk keluar dari kurungan. Tidak beberapa lama tanpa disengaja
kucing tersebut menyentuh tombol pembuka pintu. Dengan girang, ia keluar dari kurungan dan
menuju tempat makanan tersebut.

Thorndike mencoba beberapa kali hal yang sama pada kucing tersebut. Pada awal
percobaan kucing tersebut masih mondar-mandir hingga menyentuh tombol. Namun setelah
sekian lama percobaan kucing tersebut tidak mondar-mandir lagi, ia langsung menyentuh tombol
pembuka pintu. Dengan demikian thorndike menyimpulkan bahwa proses belajar melalui dua
bentuk, yaitu:

1) Trial And Error , mengandung arti bahwa dengan terlatihnya proses belajar dari kesalahan,
dan mencoba terus sampai berhasil.

5
2) Law Of Effect, mengandung arti bahwa segala tingkah laku yang mengakibatkan suatu
keadaan yang memuaskan akan terus diingat dan dipelajari dengan sebaik-baiknya.

b. Ivan Petrovitch Pavlov

Teori pavlov lebih dikenal dengan pembiasaan klasik (classical conditioning). Teori ini
dimunculkan sebagai hasil eksperimen yang dilakukan oleh Ivan Pavlov, seorang ilmuwan rusia.
Teori classical conditioning adalah sebuah prosedur penciptaan refleks baru dengan cara
mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut. Dalam eksperimennya, Pavlov
menggunakan anjing dengan tujuan mengkaji bagaimana pembelajaran berlaku pada suatu
organisme.

Teori ini dilatarbelakangi oleh percobaan Pavlov dengan keluarnya air liur. Air liur akan
keluar apabila anjing melihat atau mencium bau makanan. Dalam percobaanya Pavlov
membunyikan bel sebelum memperlihatkan makanan pada anjing. Setelah diulang berkali- kali
ternyata air liur tetap keluar bila bel berbunyi meskipun makananya tidak ada. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa perilaku individu dapat dikondisikan. Belajar merupakan suatu upaya
untuk mengondisikan pembentukan suatu perilaku atau respons terhadap sesuatu. Kebiasaan
makan atau mandi pada jam tertentu, kebiasaan berpakaian, masuk kantor, kebiasaan belajar,
bekerja dll. Terbentuk karena pengkondisian.

c. Burrhus Frederic Skinner

Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep


para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebih
komprehensif.

Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi
dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah
sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya. Menurutnya respon yang diterima
seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling
berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan memengaruhi respon yang dihasilkan. Respon
yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi inilah yang nantinya
memengaruhi munculnya perilaku.

Oleh karena itu dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus memahami
hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin
dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut. Skinner
juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat
untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah. Sebab setiap alat yang
digunakan perlu penjelasan lagi, demikian seterusnya.
6
2. Teori Belajar Kognitif

Psikologi kognitif lebih menekankan pendidikan sebagai proses internal mental manusia
termasuk bagaimana orang berfikir, merasakan, mengingat, dan belajar. Tingkah laku manusia
yang tampak tidak dapat diukur dan diterangkan tanpa melibatkan proses mentalnya, seperti
motivasi, keyakinan, dan sebagainya.

Psikolagi kognitif menyebutkan bahwa belajar adalah peristiwa mental, bukan peristiwa
perilaku fisik meskipun hal-hal yang bersifat behavioral kadang-kadang tampak kesat mata
dalam setiap peristiwa belajar manusia. Seseorang yang sedang belajar membaca dan menulis,
tentu menggunakan perangkat jasmaniah yaitu mulut dan tangan untuk mengucapkan kata dan
menggoreskan pena. Akan tetapi, menggerakkan mulut dan menggoreskan penayang dilakukan
bukan sekedar respons atau stimulus yang ada, melainkan yang terpenting karena dorongan
mental yang diatur oleh otaknya.

Kehadiran aliran psikologi kognitif, tampaknya menjadi pengikis aliran behaviorisme


yang selalu menekankan pada aspek perilaku lahir. Teori-teori yang dikemukakan oleh aliran
behaviorisme kurang memuaskan para psikolog modern dewasa ini.

Berikut tokoh-tokoh teori kognitif:

a. Teori Gestalt

Teori ini dikenal juga dengan sebutan field theory atau insight full learning. Menurut
teori gestalt, manusia bukan sekedar makhluk reaksi yang berbuat atau bereaksi jika ada
perangsang yang memengaruhinya. Akan tetapi, manusia adalah individu yang merupakan
bulatan fisik dan psikis.

Manusia menurut gestalt, adalah makhluk bebas. Ia bebas memilih cara untuk bereaksi
dan menentukan stimuli yang diterima atau stimuli yang ditolaknya. Dengan demikian, belajar
menurut psikolagi gestalt bukan sekedar proses asosiasi antara stimulus dan respons yang lama
makin kuat tetapi karena adanya latihan-latihan atau ulangan-ulangan. Akan tetapi belajar terjadi
jika ada pengertian (insight). Pengertian atau insight ini muncul setelah beberapa saat seseorang
mencoba memahami suatu masalah yang muncul kepadanya.

Persepsi dan insight siswa sangat penting dalam teori gestalt. Salah satu sumbangan yang
paling penting dari teori gestalt adalah ide bahwa tugas-tugas sekolah harus cocok dengan
pengalaman dan pemahaman siswa, kegagalan sering terjadi karena:

(1) tugas terlalu sulit bagi siswa untuk mencapai insight,

(2) keterangan-keterangan dari guru tidak terlalu jelas.

7
b. Teori Jean Piaget

Menurut Jean Piaget (1975) salah seorang penganut aliran kognitif yang kuat, bahwa
proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yaitu:

(1) Proses asimilasi adalah proses penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke struktur
kognitif yang sudah ada dalam benak siswa.

(2) Akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Equilibrasi
adalah penyesuain berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.

Implikasi Teori Kognitif Piaget dalam pembelajaran, yaitu perkembangan kognitif


sebagian besar bergantung kepada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi
dengan lingkungannya, yaitu bagaimana anak secara aktif mengkontruksi pengetahuannya.
Pengetahuan sendiri datang dari tindakan.

Menurut teori Piaget pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting


bagi terjadinya perubahan perkembangan. Sementara itu bahwa interaksi sosial dengan teman
sebaya, khususnya berargumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas pemikiran yang pada
akhirnya memuat pemikiran itu menjadi lebih logis.

c. Teori Burner

Menurut pandangan Brunner (1964) bahwa teori belajar itu bersifat deskriptif, sedangkan
teori pembelajaran itu bersifat preskriptif. Misalnya, teori penjumlahan, sedangkan teori
pembelajaran menguraikan bagaimana cara mengajarkan penjumlahan.

3. Teori Humanistik

Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia
itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingya isi dari proses belajar, dalam
kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam
bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam
bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang bisa kita amati
dalam dunia keseharian.. Teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk “memanusiakan
manusia” (mencapai aktualisasi diri dan sebagainya) dapat tercapai.

Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat
laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha
memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang
pengamatnya.

8
Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya,
yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia
yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Teori
Belajar Humanistik adalah suatu teori dalam pembelajaran yang mengedepankan bagaimana
memanusiakan manusia serta peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya.

Berikut tokoh-tokoh teori humanistik:

a. Carl Rogers

Rogers kurang menaruh perhatian kepada mekanisme proses belajar. Belajar dipandang
sebagai fungsi keseluruhan pribadi. Mereka berpendapat bahwa belajar yang sebenarnya tidak
dapat berlangsung bila tidak ada keterlibatan intelektual maupun emosional peserta didik. Oleh
karena itu, menurut teori belajar humanisme bahwa motifasi belajar harus bersumber pada diri
peserta didik.

Roger membedakan dua ciri belajar, yaitu:

(1) belajar yang bermakna dan

(2) belajar yang tidak bermakna.

Belajar yang bermakna terjadi jika dalam proses pembelajaran melibatkan aspek pikiran
dan perasaan peserta didik, dan belajar yang tidak bermakna terjadi jika dalam proses
pembelajaran melibatkan aspek pikiran akan tetapi tidak melibatkan aspek perasaan peserta
didik. Menurut Roger, peranan guru dalam kegiatan belajar siswa menurut pandangan teori
humanisme adalah sebagai fasilitator yang berperan aktif dalam :

(1) membantu menciptakan suasana kelas yang kondusif agar siswa bersikap positif terhadap
belajar,

(2) membantu siswa untuk memperjelas tujuan belajarnya dan memberikan kebebasan kepada
siswa untuk belajar,

(3) membantu siswa untuk memanfaatkan dorongan dan cita-cita mereka sebagai kekuatan
pendorong belajar,

(4) menyediakan berbagai sumber belajar kepada siswa,

(5) menerima pertanyaan dan pendapat, serta perasaan dari berbagai siswa sebagaimana adanya.

b. Arthur Combs

Combs memberikan lukisan persepsi diri dalam dunia seseorang seperti dua lingkaran
(besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu.. Lingkaran kecil (1) adalah gambaran dari
9
persepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu
dari persepsi diri makin berkurang pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang
mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.

4. Teori Belajar Konstruktivisme

Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan dapat diartikan
Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa
pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui
konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-
fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi
pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari
idea dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat langsung dalam
mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih pahamdan mampu mengapliklasikannya dalam
semua situasi. Selian itu siswa terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih
lama semua konsep.

Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut dapat ditarik sebuah inferensi bahwa menurut teori
konstruktivisme belajar adalah proses mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengabstraksi
pengalaman sebagai hasil interaksi antara siswa dengan realitas baik realitas pribadi, alam,
maupun realitas sosial.

Argumentasi para konstruktivis memperlihatkan bahwa sebenarnya teori belajar


konstrukvisme telah banyak mendapat pengaruh dari psikologi kognitif, sehingga dalam batas
tertentu aliran ini dapat disebut juga neokognitif.

substansi konstrukvisme terletak pada pengakuan akan hekekat manusia sebagai homo
creator yang dapat mengkonstruksi realitasnya sendiri. Adapun prinsip-prinsip teori belajar
konstruktivistik adalah sebagai berikut :

a. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.

b. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan keaktifan
murid sendiri untuk menalar.

c. Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep
ilmiah.

d. Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan lancar.

e. Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa serta menilai pendapat siswa.
10
f. Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan.

h. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan,

 Pada hakikatnya belajar merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang


berlangsung sejak lahir hingga akhir hayat, dalam belajar terjadi adanya perubahan
tingkah laku yang bersifat relatif permanen, hasil belajar ditunjukan dengan tingkah
laku,dalam belajar ada aspek yang berperan yaitu motivasi, emosional, sikap,dan yang
lainnya. Unsur utama dalam belajar adalah individu sebagai peserta belajar, kebutuhan
sebagai sumber pendorong, situasi belajar, yang memberikan kemungkinan terjadinya
kegiatan belajar.

 Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan
lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dan tugas guru
adalah mengkoordinasikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku
bagi peserta didik.

 Teori belajar merupakan landasan terjadinya suatu proses belajar yang menuntun
terbentuknya kondisi untuk belajar. Oleh karena itu dengan adanya teori-teori belajar
maka akan memberikan kemudahan bagi guru dalam menjalankan model-model
pembelajaran yang akan dilaksanakan dan akan membantu peserta didik dalam belajar.

Macam-macam teori belajar dalam masa perkembangan psikologi pendidikan, yaitu:

1. Teori Belajar Behaviorisme

2. Teori Belajar Kognitif

3. Teori Belajar Kostruktivisme

4. Teori Belajar Humanistik

11
B. Saran

Dengan memahami berbagai teori belajar, prinsip-prinsip pembelajaran dan pengajaran,


pendidikan yang berkembang di bangsa kita niscaya akan menghasilkan peserta didik yang
berkualitas yang mampu membentuk manusia Indonesia seutuhnya.

DAFTAR PUSTAKA

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta

Suryosubroto. 2009. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta

Gintings Abdorrakhman. 2010. Belajar Dan Pembelajaran. Bandung: Humaniora

Fathurohman dan Sulistyorini. 2012. Belajar Dan Pembelajaran. Yogyakarta: Teras

Akhiruddin dkk. 2020. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Samudra Biru

http://ningningocha.wordpress.com/2011/06/10/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-belajar-

dan-pembelajaran/

http://edukasi.kompasiana.com/2011/09/30/apa-hubungan-belajar-dan-pembelajaran/

https://tambahpinter.com/teori-pembelajaran/

Nahar, Novi Irwan. 2016. Penerapan Teori Belajar Behavioristik dalam Proses Pembelajaran.
Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial. Vol. 1. Tersedia Online: https://Jurnal.Um-
Tapsel.Ac.Id/Indeks.Php/Nusantara/Article/viewFile/94/94/Pdf

12
13

Anda mungkin juga menyukai