Anda di halaman 1dari 8

Vol: 2 No.

2 September 2013 ISSN: 2302-2949

Pengolahan Citra Digital untuk Menghitung Luas Daerah Bekas


Penambangan Timah

Rika Favoria Gusa


Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Bangka Belitung
email: rika_favoria@yahoo.com

Abstract – Image processing technology gives extraordinary advance in various fields included satellite image
utilization. Through some processing phases, it can be acquired information about digital image features such as
area or size of the object. In Province of Bangka Belitung Archipelago, there are many tin mining regions. In
this research, digital image processing of certain region in Bangka Belitung is carried out to obtain the area of
tin ex-mining. The research started with survey to get coordinate and dimension (length and width) of the tin ex-
mining. The coordinate used to obtain satellite image of the tin ex-mining. Furthermore, satellite image (RGB
image) converted to grayscale image. The grayscale image enhanced through contrast stretching process, and
then it converted to binary image. Morphology operations, that are erosion and dilation, applied to the binary
image so that the total pixels of the image object (tin ex-mining) can be counted. The real dimension (length and
width) of the tin ex-mining used to get the scale for calculating the image object area (tin ex-mining) in m2.

Abstrak - Kehadiran teknologi pengolahan citra memberikan kemajuan yang luar biasa pada berbagai bidang
termasuk pemanfaatan citra satelit. Melalui berbagai tahapan pengolahan, dapat diperoleh informasi yang
diinginkan tentang fitur tertentu dari sebuah citra digital antara lain luas atau ukuran objek. Di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung, banyak terdapat daerah penambangan timah. Dalam penelitian ini, dilakukan
pengolahan citra digital dari suatu wilayah tertentu di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang memiliki
daerah bekas penambangan timah untuk dapat diketahui luasnya. Penelitian dimulai dengan survei lapangan
untuk memperoleh data berupa koordinat serta ukuran (panjang dan lebar) daerah bekas penambangan timah.
Koordinat tersebut digunakan untuk memperoleh citra satelit dari daerah bekas penambangan timah.
Selanjutnya, citra satelit berupa citra warna (RGB) diubah menjadi citra grayscale. Citra grayscale kemudian
diperbaiki melalui proses perenggangan kontras, lalu diubah menjadi citra biner. Operasi morfologi yaitu erosi
dan dilasi diterapkan pada citra biner tersebut sehingga dapat dihitung jumlah piksel objek (daerah bekas
penambangan timah) di dalam citra. Ukuran sebenarnya (panjang dan lebar) daerah bekas penambangan timah
digunakan untuk mengetahui nilai skala yang diperlukan guna menghitung luas objek citra (daerah bekas
penambangan timah) dalam satuan m2.

Keywords: digital image processing, area, tin ex-mining

menghitung jumlah piksel citra guna mengetahui


I. PENDAHULUAN
luas daerah kerusakan akibat Tsunami.
Penelitian lain juga mengidentifikasi luas
Pengolahan citra pada masa sekarang wilayah yang terkena dampak bencana Tsunami di
memiliki spektrum aplikasi yang sangat luas dalam
daerah Aceh[2]. Metode yang digunakan yaitu Seed
berbagai bidang kehidupan antara lain di bidang
Region Growing. Metode ini merepresentasikan
biomedis, astronomi, arkeologi, biometrika, arsip
region-region citra yang berbeda dan
citra dan dokumen, industri serta penginderaan jauh
“menumbuhkannya” sampai memenuhi seluruh citra
yang menggunakan teknologi citra satelit. sehingga dapat diketahui luas daerah kerusakan
Pemanfaatan citra satelit telah banyak akibat Tsunami.
dilakukan terutama untuk mengidentifikasi
Luas daerah bekas penambangan timah yang
perubahan bentuk, luas ataupun kondisi lainnya dari
banyak terdapat di wilayah Provinsi Kepulauan
suatu wilayah. Pengolahan citra satelit salah satunya
Bangka Belitung juga dapat diidentifikasi dan
dilakukan untuk menganalisis dan mengidentifikasi dianalisis melalui pengolahan citra satelit. Banyak di
luas kerusakan wilayah di daerah Aceh akibat antara daerah bekas penambangan timah tersebut
bencana Tsunami[1]. Proses pengolahan citra dimulai
ditinggalkan begitu saja paska penambangan tanpa
dari akuisisi data citra, pengambangan, deteksi tepi,
ada usaha reklamasi ataupun pemanfaatan kembali.
segmentasi citra, hingga citra siap dianalisis untuk
Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dilakukan

Jurnal Nasional Teknik Elektro 27


Vol: 2 No.2 September 2013 ISSN: 2302-2949

pengolahan citra digital berupa citra satelit dari suatu 2. Citra grayscale
wilayah tertentu di pulau Bangka yang memiliki Citra grayscale merupakan citra digital
daerah bekas penambangan timah agar dapat yang hanya memiliki satu nilai kanal pada
dihitung luasannya. Hal ini perlu dilakukan untuk setiap pikselnya, dengan kata lain nilai bagian
mengetahui berapa luas daerah bekas penambangan
red = green = blue. Nilai tersebut digunakan
timah yang harus diolah kembali ataupun
direklamasi sehingga kerusakan lingkungan akibat untuk menunjukkan tingkat intensitas. Warna
penelantaran bekas penambangan timah dapat yang dimiliki citra grayscale adalah warna
dikurangi. keabuan dengan berbagai tingkatan dari hitam
hingga putih. Citra grayscale dapat diperoleh
II. LANDASAN TEORI dari citra RGB. Nilai intensitas citra grayscale
(keabuan) dihitung dari nilai intensitas citra
A. Citra digital RGB dengan menggunakan persamaan (1).
Secara umum, pengolahan citra digital
menunjuk pada pemrosesan gambar 2 dimensi Nilai keabuan = 0,2989*R+0,5870*G+ 0,1140*B (1)
dengan menggunakan komputer. Tujuan utama 3. Citra biner
pengolahan citra adalah agar citra mudah Citra biner adalah citra digital yang
diinterpretasi oleh manusia maupun mesin. hanya memiliki dua kemungkinan nilai piksel
Dengan pengolahan citra, sebuah citra yaitu hitam (0) dan putih (1). Citra biner juga
ditransformasi menjadi citra lain. disebut sebagai citra bw (black and white) atau
Citra digital dapat didefinisikan sebagai citra monokrom. Citra biner sering muncul
fungsi f(x,y) berukuran M baris dan N kolom, sebagai hasil dari proses pengambangan
dengan x dan y adalah koordinat spasial dan (thresholding).
amplitudo f di titik koordinat (x,y) merupakan Secara umum, proses pengambangan
intensitas atau tingkat keabuan citra pada titik citra grayscale untuk menghasilkan citra biner
tersebut[3]. Nilai f(x,y) merupakan hasil kali dari adalah sebagai berikut:
jumlah cahaya yang mengenai objek
1 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑓(𝑥, 𝑦) ≥ 𝑇
(illumination) dan derajat kemampuan objek 𝑔(𝑥, 𝑦) = { (2)
tersebut memantulkan cahaya (reflection). 0 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑓(𝑥. 𝑦) < 𝑇
Nilai suatu irisan antara baris dan kolom
matriks (pada posisi x,y) disebut dengan picture dengan g(x,y) adalah citra biner dari citra
element, image element atau piksel. Sebuah grayscale f(x,y) dan T menyatakan nilai
piksel mewakili tidak hanya satu titik dalam ambang. Kualitas citra biner yang dihasilkan
sebuah citra melainkan sebuah bagian berupa sangat tergantung pada nilai T yang
kotak yang merupakan bagian terkecil citra. digunakan[4].
Suatu piksel memiliki nilai dalam rentang Salah satu metode yang dapat
tertentu dari nilai minimum sampai nilai digunakan untuk menentukan nilai ambang (T)
maksimum. Jangkauan yang digunakan adalah metode Otsu[3]. Metode Otsu
berbeda-beda tergantung dari jenis warnanya. menghitung nilai ambang T secara otomatis
Namun secara umum, jangkauannya adalah 0 – berdasarkan citra masukan. Pendekatan yang
255. digunakan oleh metode Otsu adalah dengan
Berdasarkan nilai pikselnya, citra digital melakukan analisis diskriminan yaitu
dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis citra, menentukan suatu variabel yang dapat
yaitu: membedakan antara dua atau lebih kelompok
1. Citra warna yang muncul secara alami. Analisis diskriminan
Citra warna sering disebut juga citra akan memaksimumkan variabel tersebut agar
RGB atau citra true color karena dapat dapat memisahkan objek dengan latar belakang.
merepresentasikan warna objek menyerupai Misalkan nilai ambang yang akan dicari
warna aslinya dengan mengkombinasikan dinyatakan dengan k. Nilai k berkisar antara 1
ketiga warna dasar yaitu red (R), green (G) dan sampai dengan L, dengan L = 255. Probabilitas
blue (B). Tiap piksel memiliki tiga nilai kanal untuk piksel i dinyatakan dengan:
yang mewakili tiap komponen warna dasar 𝑛𝑖
𝑝𝑖 = (3)
citra. 𝑁

Jurnal Nasional Teknik Elektro 28


Vol: 2 No.2 September 2013 ISSN: 2302-2949

dengan ni menyatakan jumlah piksel dengan pada koordinat (i,j), c dan d berturut-turut
tingkat keabuan i dan N menyatakan banyaknya menyatakan nilai minimum dan maksimum dari
piksel pada citra. piksel pada citra masukan dan L menyatakan
Nilai momen kumulatif ke nol, momen nilai grayscale maksimum. Bila nilai piksel
kumulatif ke satu dan nilai rata-rata berturut- lebih kecil dari 0 maka akan dijadikan 0 dan
turut dapat dinyatakan sebagai berikut. bila lebih besar dari (L-1) maka akan dijadikan
(L-1).
𝜔(𝑘) = ∑𝑘𝑖=1 𝑝𝑖 (4)
𝜇(𝑘) = ∑𝑘𝑖=1 𝑖. 𝑝𝑖 (5) C. Operasi morfologi
𝜇𝑇 = ∑𝐿𝑖=1 𝑖. 𝑝𝑖 (6) Kata morfologi secara sederhana dapat
Nilai ambang k dapat ditentukan dengan diartikan sebagai bentuk dan struktur suatu
memaksimumkan persamaan (7). objek. Operasi morfologi menggunakan dua
𝜎𝐵2 (𝑘 ∗) = 𝑚𝑎𝑥1≤𝑘<𝐿 (𝜎𝐵2 (𝑘)) (7) input himpunan yaitu suatu citra (pada
umumnya citra biner) dan suatu kernel. Khusus
dengan dalam morfologi, istilah kernel biasa disebut
[𝜇𝑇 𝜔(𝑘)− 𝜇(𝑘)]2
𝜎𝐵2 (𝑘) = 𝜔(𝑘)[1− 𝜔(𝑘)]
(8) elemen pembentuk struktur (structuring
element / SE). SE merupakan suatu matriks dan
Nilai k yang dipilih adalah nilai k yang pada umumnya berukuran kecil.
memaksimumkan persamaan (8). Ada dua operasi dasar morfologi yaitu:
a. Dilasi
B. Perbaikan citra Bila suatu objek (citra input) dinyatakan
Perbaikan citra bertujuan meningkatkan dengan A, SE dinyatakan dengan B serta Bx
kualitas tampilan citra untuk pandangan menyatakan translasi B sedemikian sehingga
manusia atau untuk mengkonversi suatu citra pusat B terletak pada x, maka operasi dilasi A
agar memiliki format yang lebih baik sehingga dengan B dapat dinyatakan sebagai berikut.
citra tersebut lebih mudah diolah dengan
𝐷(𝐴, 𝐵) = 𝐴 ⨁𝐵{𝑥: 𝐵𝑥 ∩ 𝐴 𝜙} (10)
komputer[3]. Perbaikan terhadap suatu citra
dapat dilakukan antara lain dengan metode dengan 𝜙 menyatakan himpunan kosong.
perenggangan kontras (contrast stretching). Proses dilasi dilakukan dengan
Kontras suatu citra adalah distribusi membandingkan setiap piksel citra input
piksel terang dan gelap. Citra grayscale dengan dengan nilai pusat SE dengan cara melapiskan
kontras rendah akan terlihat terlalu gelap, (superimpose) SE dengan citra sehingga pusat
terlalu terang atau terlalu abu-abu. Pada SE tepat dengan posisi piksel citra yang
histogram citra dengan kontras rendah, semua diproses. Jika paling sedikit ada 1 piksel pada
piksel akan terkelompok secara rapat pada suatu SE sama dengan nilai piksel objek (foreground)
sisi tertentu dan menggunakan sebagian kecil citra, maka piksel input diset nilainya dengan
dari semua kemungkinan nilai piksel. Citra nilai piksel foreground dan bila semua piksel
dengan kontras yang baik menampilkan yang berhubungan adalah background maka
rentangan nilai piksel yang lebar. Histogramnya piksel input diberi nilai piksel background.
relatif menunjukkan distribusi nilai piksel yang Proses serupa dilanjutkan dengan
seragam, tidak memiliki nilai puncak utama menggerakkan (translasi) SE piksel demi piksel
atau tidak memiliki lembah. pada citra input.
Perenggangan kontras adalah teknik yang Semakin besar ukuran SE maka semakin
sangat berguna untuk memperbaiki kontras citra besar perubahan yang terjadi. Efek dilasi
terutama citra yang memiliki kontras rendah. terhadap citra biner adalah memperbesar batas
Pada perenggangan kontras, setiap piksel pada dari objek yang ada sehingga objek terlihat
citra masukan ditransformasi dengan semakin besar dan lubang-lubang yang terdapat
menggunakan fungsi berikut. di tengah objek akan tampak mengecil.
b. Erosi
𝑢(𝑖, 𝑗) − 𝑐
𝑜(𝑖, 𝑗) = (−1) (9) Operasi erosi dapat dinyatakan sebagai
𝑑−𝑐 berikut.
dengan o(i,j)dan u(i,j) berturut-turut merupakan
𝐸(𝐴, 𝐵) = 𝐴𝛩𝐵 = {𝑥: 𝐵𝑥 ⊂ 𝑋} (11)
piksel sesudah dan sebelum ditransformasi

Jurnal Nasional Teknik Elektro 29


Vol: 2 No.2 September 2013 ISSN: 2302-2949

Sama seperti dilasi, proses erosi pengolahan citra dapat dilakukan dengan
dilakukan dengan membandingkan setiap piksel lebih mudah.
citra input dengan nilai pusat SE dengan cara d. Citra satelit yang telah berupa citra
melapiskan SE dengan citra sehingga pusat SE grayscale diperbaiki kontrasnya sehingga
tepat dengan posisi piksel citra yang diproses. objek-objek yang ada di dalam citra
Jika semua piksel pada SE tepat sama dengan tersebut terlihat lebih jelas.
semua nilai piksel objek (foreground) citra e. Citra grayscale kemudian diubah
maka piksel input diset nilainya dengan piksel menjadi citra biner untuk memisahkan
foreground. Jika tidak, maka piksel input diberi objek dengan latar belakangnya. Hal ini
nilai piksel background. Proses serupa juga dilakukan untuk persiapan operasi
dilanjutkan dengan menggerakkan SE piksel morfologi citra pada tahap selanjutnya.
demi piksel pada citra input. Proses erosi akan f. Operasi morfologi yang pertama
menghasilkan objek yang menyempit dilakukan pada citra biner adalah erosi.
(mengecil). Lubang pada objek juga akan Ini dilakukan untuk menghilangkan
membesar seiring menyempitnya batas objek objek-objek kecil yang tidak akan
tersebut. diproses lebih lanjut. Kemudian, dipilih
objek yang akan dihitung luasnya
D. Analisis Objek sehingga pada citra biner hanya ada
Analisis objek didasarkan pada ciri khas objek yang diinginkan (daerah bekas
(feature) geometri pada objek tersebut. Luas penambangan timah). Selanjutnya,
atau ukuran merupakan salah satu fitur dari dilakukan proses dilasi untuk
objek di dalam citra dan dapat dihitung mengembalikan bagian objek citra daerah
menggunakan persamaan (12). bekas penambangan timah yang hilang
akibat proses erosi.
𝐿𝑢𝑎𝑠 = ∑𝑛𝑖=1 ∑𝑚
𝑗=1 𝑓(𝑖, 𝑗) (12)
g. Penghitungan jumlah piksel objek
dengan m : jumlah baris piksel citra dengan mudah dapat dilakukan pada citra
n : jumlah kolom piksel citra biner hasil proses dilasi. Piksel-piksel
(i,j) : koordinat spasial piksel yang masuk dalam penghitungan adalah
f(i,j) = 1 jika (i,j) adalah piksel objek piksel-piksel yang memiliki nilai
dalam citra biner intensitas 1 yang merupakan bagian dari
objek (daerah bekas penambangan
timah).
III. METODE PENELITIAN h. Untuk mengetahui luas objek citra
(daerah bekas penambangan timah)
a. Penelitian dimulai dengan survei
dalam satuan m2, jumlah piksel yang
lapangan untuk mengambil data berupa
telah dihitung dikalikan dengan suatu
koordinat, ukuran (panjang dan lebar)
skala yang telah diketahui. Skala tersebut
serta gambar/foto daerah bekas
diperoleh dari pembandingan antara
penambangan timah. Lokasi yang dipilih
ukuran (panjang dan lebar) sebenarnya
ialah beberapa daerah bekas
dari daerah bekas penambangan timah
penambangan timah di Pemali,
terhadap luasan tertentu di dalam citra
Kabupaten Bangka.
sehingga dapat diketahui 1 piksel citra
b. Setelah koordinat lokasi (daerah bekas
sama dengan berapa m2 dalam ukuran
penambangan timah) diperoleh,
sebenarnya.
dilakukan pembacaan citra satelit dari
lokasi/daerah tersebut.
c. Citra satelit yang diperoleh yang masih IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
berupa citra warna (RGB) diubah
menjadi citra grayscale. Hal ini A. Hasil Survei Lapangan
dimaksudkan agar tiap piksel citra RGB Penelitian ini dimulai dengan survei
yang mempunyai tiga nilai kanal dapat lapangan ke beberapa lokasi (daerah bekas
disederhanakan menjadi hanya satu kanal penambangan timah) yang ada di Pemali,
saja pada citra grayscale sehingga proses Kabupaten Bangka. Hal ini dilakukan untuk

Jurnal Nasional Teknik Elektro 30


Vol: 2 No.2 September 2013 ISSN: 2302-2949

memperoleh data berupa koordinat, ukuran Lokasi 3


(panjang dan lebar) serta gambar/foto daerah Koordinat Ukuran
bekas penambangan timah yang berguna untuk
01 54'04.7" S 106o03'04.1" E
o
panjang
proses pengolahan selanjutnya. Data koordinat
01o53'58.2" S 106o02'55.2" E 305,25
dan ukuran daerah bekas penambangan timah
m
yang akan diolah citranya disajikan pada Tabel
01o54'00.7" S 106o02'54.2" E lebar
1 sedangkan gambar/fotonya dapat dilihat
01o53'56.9" S 106o03'01.6" E 254,11
dalam Lampiran.
m
B. Tahapan Pengolahan Citra

1. Setelah memperoleh koordinat lokasi,


dilakukan pembacaan citra satelit yang
menampilkan lokasi (daerah bekas
penambangan timah) yang telah disurvei
sebelumnya. Citra ini merupakan citra
warna (RGB). (a) (b)
2. Citra daerah bekas penambangan timah
yang masih berupa citra warna diubah
menjadi citra grayscale dengan
menggunakan fungsi rgb2gray yang
terdapat di dalam program Matlab untuk
memudahkan proses pengolahan citra
selanjutnya. Fungsi ini menghitung nilai
keabuan tiap piksel citra grayscale dari (c)
nilai intensitas komponen warna dasar Gambar 1 Citra grayscale daerah bekas
(red, green dan blue) piksel pada citra penambangan timah (a) Lokasi 1; (b) Lokasi 2;
RGB, sesuai dengan persamaan (1). (c) Lokasi 3
Gambar 1 merupakan citra grayscale dari
daerah bekas penambangan timah yang 3. Untuk memperbaiki kualitas citra,
telah disurvei. dilakukan perenggangan kontras agar
objek-objek yang terdapat di dalam citra
terlihat lebih jelas. Perenggangan kontras
Tabel 1 Data koordinat dan ukuran beberapa citra dilakukan dengan menggunakan
daerah bekas penambangan timah di Pemali fungsi imadjust setelah sebelumnya
Kabupaten Bangka
dihitung terlebih dahulu nilai intensitas
piksel citra yang paling rendah
Lokasi 1 (minimum) dan paling tinggi
Koordinat Ukuran (maksimum).
01 53'51.9" S 106o03'09.3" E
o
panjang 4. Citra hasil perenggangan kontras
o
01 53'50.2" S o
106 03'11.2" E 132,5 m selanjutnya diubah menjadi citra biner
dengan menggunakan fungsi im2bw.
01o53'52.4" S 106o03'12.5" E lebar Fungsi ini mengubah nilai keabuan tiap
01o53'50.0" S 106o03'08.9" E 75,9 m piksel citra hasil perenggangan kontras
menjadi bernilai 0 atau 1 tergantung dari
Lokasi 2 nilai ambang (threshold) yang dihitung
Koordinat Ukuran dengan menggunakan metode Otsu. Jika
01o53'50.8" S 106o03'06.1" S panjang
nilai keabuan piksel sama dengan atau
lebih besar dari nilai ambang, maka
01o53'50.6" S 106o02'59.8" E 245,5 m
piksel tersebut akan bernilai 1 (berwarna
01o53'49.0" S 106o03'04.8" E lebar putih). Sebaliknya, jika nilai keabuan
o
01 53"57.0"S o
106 03'03.2" E 191,7 m piksel lebih kecil dari nilai ambang, maka
piksel tersebut akan bernilai 0 (hitam).

Jurnal Nasional Teknik Elektro 31


Vol: 2 No.2 September 2013 ISSN: 2302-2949

Pada citra biner yang dihasilkan, daerah


bekas penambangan timah dan beberapa
bagian citra yang lain menjadi berwarna
putih. Gambar 2 menyajikan citra biner
yang dihasilkan.

(a) (b)

(a) (b)

(c)
Gambar 3 Citra hasil proses erosi
(a) Lokasi 1; (b) Lokasi 2; (c) Lokasi 3

Selanjutnya, dilakukan proses dilasi pada


(c) citra-citra tersebut menggunakan fungsi
Gambar 2 Citra biner daerah bekas imdilate dan SE yang sama dengan
penambangan timah (a) Lokasi 1; (b) Lokasi proses erosi. Hal ini dimaksudkan agar
2; (c) Lokasi 3 bagian objek yang hilang akibat proses
erosi dapat dikembalikan karena bagian
5. Dalam proses pengolahan citra daerah objek (piksel-piksel) tersebut termasuk
bekas penambangan timah, dilakukan piksel-piksel yang akan dihitung untuk
operasi morfologi yaitu erosi dan dilasi. mengetahui luas objek. Citra hasil proses
Proses erosi diterapkan pada citra biner dilasi disajikan dalam Gambar 4.
daerah bekas penambangan timah dengan 6. Penghitungan jumlah piksel objek
menggunakan fungsi imerode untuk dilakukan pada citra hasil proses dilasi
mengurangi/menghilangkan objek-objek dalam Gambar 4 dengan menggunakan
yang tidak diperlukan dalam proses fungsi bwarea. Fungsi ini menghitung
pengolahan citra selanjutnya. Elemen jumlah piksel yang bernilai 1 (berwarna
pembentuk struktur (structuring putih) [5]. Tabel 2 menyajikan jumlah
element/SE) yang digunakan ialah piksel objek untuk masing-masing citra
matriks bujur sangkar dengan seluruh lokasi.
elemen bernilai 1. Ukuran SE berbeda- 7. Untuk menghitung luas objek citra
beda untuk tiap citra biner tergantung (daerah bekas penambangan timah)
dari berapa banyak/besar objek yang dalam satuan m2, diperlukan skala yang
ingin dihilangkan. Citra hasil proses erosi mewakili ukuran sebenarnya dari daerah
ditampilkan dalam Gambar 3. tersebut. Pada survei lapangan yang
Setelah diperoleh citra hasil proses erosi, dilakukan di awal penelitian, telah
dipilih objek yang akan dihitung luasnya diperoleh ukuran panjang dan lebar
yaitu daerah bekas penambangan timah. daerah bekas penambangan timah dalam
Pemilihan dilakukan dengan menunjuk satuan meter seperti dapat dilihat pada
titik (piksel) yang merupakan bagian dari Tabel 1.Ukuran panjang dan lebar objek
objek dengan menggunakan mouse citra juga dapat dihitung dengan memilih
pointer. Dengan cara ini, dapat diperoleh titik-titik objek yang memiliki koordinat
koordinat (x,y) piksel yang ditunjuk tertentu yaitu xmin (titik objek paling
sehingga objek yang memiliki piksel kiri), xmax (titik objek paling kanan),
tersebut akan terpilih. ymin (titik objek paling atas) dan ymax
(titik objek paling bawah). Titik-titik
tersebut dipilih dengan menggunakan

Jurnal Nasional Teknik Elektro 32


Vol: 2 No.2 September 2013 ISSN: 2302-2949

fungsi ginput dan mouse pointer. Selisih V. KESIMPULAN


nilai xmin dan xmax menyatakan panjang
objek citra sedangkan selisih nilai ymin Dari penelitian yang telah dilakukan,
dan ymax menyatakan lebar objek citra. dapat disimpulkan bahwa:
1. Tahapan proses pengolahan citra digital
yang dimulai dari pembacaan citra satelit
daerah bekas penambangan timah,
dilanjutkan dengan pengubahan citra
satelit berupa citra warna (RGB) menjadi
citra grayscale, perbaikan citra grayscale
(a) (b) dengan perenggangan kontras,
pengubahan citra grayscale yang telah
diperbaiki menjadi citra biner serta
penerapan operasi morfologi yaitu erosi
dan dilasi pada citra biner dapat
digunakan untuk menghitung jumlah
piksel objek citra (daerah bekas
penambangan timah).
(c) 2. Ukuran sebenarnya (panjang dan lebar)
Gambar 4 Citra hasil proses dilasi daerah bekas penambangan timah
(a) Lokasi 1; (b) Lokasi 2; (c) Lokasi 3 diperlukan untuk mengetahui nilai skala
yang digunakan untuk dapat menghitung
Tabel 2 Jumlah piksel objek citra (daerah bekas luas objek citra (daerah bekas
penambangan timah) penambangan timah) dalam satuan m2.
Nama Citra Jumlah Piksel 3. Lingkungan di sekitar daerah bekas
Objek penambangan timah cukup berpengaruh
Lokasi 1 4.001 pada proses pengolahan citra. Semakin
Lokasi 2 28.215 kecil selisih nilai intensitas objek (daerah
Lokasi 3 14.947 bekas penambangan timah) dengan
lingkungan sekitarnya, dengan kata lain,
Skala dapat dihitung dengan warna objek mirip dengan warna
membandingkan ukuran (panjang dan latar/objek lain, maka akan semakin sulit
lebar) sebenarnya dari daerah bekas untuk memilih objek (daerah bekas
penambangan timah dan ukuran (panjang penambangan timah) tersebut untuk
dan lebar) objek daerah bekas dihitung luasnya.
penambangan timah di dalam citra. Setelah
nilai skala diperoleh, maka luas objek
dalam satuan m2 dapat diketahui. Hasil
penghitungan luas objek citra (daerah
bekas penambangan timah) dirangkum
dalam Tabel 3.
Tabel 3 Hasil penghitungan luas objek citra (daerah bekas penambangan timah)

Nama Ukuran Ukuran Skala Jumlah Luas


Citra Sebenarnya di Dalam Citra piksel
Lokasi 1 Panjang = 132,5 m Panjang = 126 piksel 1 piksel = 4001 3.548,2 m2
Lebar = 75,9 m Lebar = 90 piksel 0,887 m2
Lokasi 2 Panjang = 245,5 m Panjang = 255 piksel 1 piksel = 28.215 27.537,8
Lebar = 191,7 m Lebar = 189 piksel 0,976 m2 m2
Lokasi 3 Panjang = 305,25 Panjang = 203 piksel 1 piksel = 14.947 39.940 m2
m 2,672 m2
Lebar = 254,11 m Lebar = 143 piksel

Jurnal Nasional Teknik Elektro 33


Vol: 2 No.2 September 2013 ISSN: 2302-2949

[4] Gonzalez, R. C., Woods, R. E., 2008,


DAFTAR PUSTAKA
Digital Image Processing, 3rd ed.,
[1] Pambudi, L., Hidayatno, A., Isnanto, R. Pearson Prentice Hall, New Jersey.
R., 2006, Identifikasi Luas Bencana [5] Wijaya, M. C., Prijono, A., 2007,
Tsunami dengan Menggunakan Pengolahan Citra Digital Menggunakan
Segmentasi Citra, Teknik Elektro Matlab, Penerbit Informatika, Bandung.
Universitas Diponegoro, Semarang.
[2] Solehatin, Melita, Y., 2012, Identifikasi Biodata Penulis
Luas Bencana Tsunami Dengan
Menggunakan Segmentasi Citra Pada Dosen pada Program Studi Teknik Elektro FT
Metode Seed Region Growing, Jurnal Universitas Bangka Belitung, menyelesaikan
JIKOM Sekolah Tinggi Informatika pendidikan Strata 1 (satu) di Program Studi
Komputer (STIKOM) PGRI Fisika Teknik UGM, dan Strata 2 (dua) di
Banyuwangi, vol. 2 no. 1 hal. 25-31. Program Studi Teknik Elektro UGM. Bidang
keahlian yang digeluti adalah Pengolahan
[3] Putra, D., 2009, Pengolahan Citra Citra Digital dan Computer Vision.
Digital, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Jurnal Nasional Teknik Elektro 34

Anda mungkin juga menyukai