Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR ILMU TANAH

PENETAPAN BAHAN ORGANIK TANAH

Dosen pengampu :

Dr. Ir. Anis Sholihah, MP

Disusun oleh :

Nama : Muhammad Lutfi Hakim

NPM : 21901032009

Kelas : Agribisnis 3A

Kelompok : 3 (Tiga)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ISLAM MALANG

2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................................. i


DAFTAR TABEL .......................................................................................................... ii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. iii
BAB I .............................................................................................................................1
PENDAHULUAN ..........................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG ...........................................................................................1
1.2 TUJUAN ...............................................................................................................2
BAB II ............................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................................3
2.1 Bahan Organik Tanah ............................................................................................3
2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Bahan Organik ...............................................3
2.3 Hubungan dari Tekstur Tanah dengan Pertumbuhan Tanaman ..............................4
BAB III ...........................................................................................................................6
METODOLOGI ..............................................................................................................6
3.1 WAKTU DAN TEMPAT ......................................................................................6
3.2 ALAT DAN BAHAN ............................................................................................6
3.3 LANGKAH KERJA ..............................................................................................7
BAB IV ..........................................................................................................................8
HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................................8
4.1 HASIL ..................................................................................................................8
4.2 PEMBAHASAN ...................................................................................................8
BAB V.......................................................................................................................... 11
KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................................... 11
5.1 KESIMPULAN ................................................................................................... 11
5.2 SARAN ............................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 12
LAMPIRAN ................................................................................................................. 13

i
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Data Pengamatan Praktikum .................................................................. 8

Tabel 2. Klasifikasi C-organik ............................................................................. 8

Tabel 3. Klasfikasi bahan organik ........................................................................ 8

ii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.Data Perhitungan……………………………………………………………………………………….13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Tanah sebagai media pertumbuhan tanaman berada dalam kondisi yang


optimum jika komposisinya terdiri dari : 25% udara, 25% air, 45% mineral dan 5%
bahan organik. Proses penting yang berkaitan dengan pembentukan tanah adalah
penimbunan bahan organik yang cenderung mencapai suatu tingkat keseimbangan
dalam tanah. Tingkat penimbunan bahan organik dalam tanah tergantung pada sifat
lingkungan pembentukan tanah yang mencakup dua proses, yaitu penambahan
residu atau sisa-sisa tanaman dan binatang, dan perombakan bahan tersebut oleh
jasad mikro tanah.
Pada proses perombakan bahan sisa tumbuhan dihancurkan menjadi bentuk
melarut atau menguap yang dapat hilang dari tanah. Apabila jumlah penambahan
dan kehilangan bahan organik tanah berada pada tingkat seimbang.
Hampir seluruh kehidupan dalam tanah tergantung pada bahan organik tanah
untuk keperluan energi dan unsur hara. Sudah sejak lama orang mengetahui peranan
bahan organik tanah dalam produksi bahan makanan. Namun demikian, kira-kira
100 tahun yang lalu tanah yang seluruhnya terdiri dari bahan organik tergolong
tidak subur.
Bahan organik tanah merupakan fraksi bukan mineral yang ditemukan sebagai
bahan penyusun tanah. Bahan organik merupakan timbunan jaringan tanaman,
hewan, atau jasad renik yang telah mati dan sebagaian telah mengalami
perombakan. Bahan organik selain menyediakan unsur hara juga turut
mempengaruhi sifat kimia dan fisik tanah sehingga dapat dijadikan sebagai media
tumbuh suatu tanaman. Kandungan bahan organik sangat mempengaruhi
pertumbuhan suatu tanaman.

1
1.2 TUJUAN

Tujuan dari diadakannya praktikum ini adalah :


 Untuk mengetahui bahan organik tanah
 Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi bahan organik tanah
 Untuk mengetahui pengaruh bahan organik tanah terhadap pertanian.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bahan Organik Tanah

Bahan organik tanah adalah kumpulan beragam senyawa-senyawa organik


kompleks yang sedang atau telah mengalami proses dekomposisi, baik berupa
humus hasil humifikasi maupun senyawa-senyawa anorganik hasil
mineralisasi.(Hanafiah, 2014).
Bahan organik tanah terbentuk dari jasad hidup tanah yang terdiri atas flora dan
fauna, perakaran tanaman yang hidup dan yang mati, yang terdekomposisi dan
mengalami modifikasi serta hasil sintesis baru yang berasal dari tanaman dan
hewan. Humus merupakan bahan organik tanah yang sudah mengalami perubahan
bentuk dan bercampur dengan mineral tanah (Sutanto,2005).
Kadar C-organik tanah cukup bervariasi, tanah mineral biasanya mengandung
C-organik antara 1 hingga 9%, sedangkan tanah gambut dan lapisan organik tanah
hutan dapat mengandung 40 sampai 50% C-organik dan biasanya < 1% di tanah
gurun pasir (Mukhlis,2007).
Budidaya organik nyata meningkatkan kandungan karbon tanah. Karbon
merupakan komponen paling besar dalam bahan organik sehingga pemberian bahan
organik akan meningkatkan kandungan karbon tanah. Tingginya karbon tanah ini
akan mempengaruhi sifat tanah menjadi lebih baik, baik secara fisik, kimia dan
biologi. Karbon merupakan sumber makanan mikroorganisme tanah, sehingga
keberadaan unsur ini dalam tanah akan memacu kegiatan mikroorganisme sehingga
meningkatkan proses dekomposisi tanah dan juga reaksi-reaksi yang memerlukan
bantuan mikroorganisme, misalnya pelarutan P, fiksasi N dan sebagainya (Utami
dan Handayani, 2003)
Bahan organik merupakan perekat butiran lepas dan sumber utama nitrogen,
fosfor dan belerang. Bahan organik cenderung mampu meningkatkan jumlah air
yang dapat ditahan didalam tanah dan jumlah air yang tersedia pada tanaman.
Akhirnya bahan organik merupakan sumber energi bagi jasad mikro. Tanpa bahan
organik semua kegiatan biokimia akan terhenti.

2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Bahan Organik

3
Faktor-faktor yang mempengaruhi bahan organik dalam tanah adalah
kedalaman tanah, iklim (curah hujan , suhu), drainase, tekstur tanah dan vegetasi.
Kadar bahan organik terbanyak ditemukan pada lapisan atas setebal 20 cm,
sehingga lapisan tanah makin ke bawah makin kurang bahan organik yang di
kandungnya.
Pengaruh bahan organik terhadap tanah dan kemudian terhadap tanaman
tergantung pada laju proses dekomposisinya. Secara umum faktor-faktor yang
mempengaruhi laju dekomposisi ini meliputi faktor bahan organik dan faktor tanah.
Faktor bahan organik meliputi komposisi kimiawi, nisbah C/N, kadar lignin dan
ukuran bahan, sedangkan faktor tanah meliputi temperatur, kelembaban, tekstur,
struktur dan suplai oksigen, serta reaksi tanah, ketersediaan hara terutama N P, K
dan S (Hanafiah, 2014).
Bahan organik yang terkandung di dalam tanah lebih tinggi yang
mengakibatkan tanah pada lapisan ini cenderung lebih gelap, terutama pada lapisan
I, karena merupakan lapisan paling atas. Faktor yang mempengaruhi bahan organik
tanah adalah kedalaman lapisan dimana menentukan kadar bahan organik dan N.
Kadar bahan organik terbanyak ditemukan di lapisan atas, setebal 20 cm (15-20)
%, makin ke bawah makin berkurang, contohnya pada setiap lapiasan tanah
inseptisol, makin ke bawah (Lapisan II) warnanya lebih muda daripada lapisan I,
dan II. Faktor iklim yang berpengaruh adalah suhu dan curah hujan. Makin ke
daerah dingin kadar bahan organik dan N makin tinggi. Drainase buruk dimana air
berlebih, oksidasi terhambat karena aerasi buruk menyebabkan kadar bahan organik
dan N tinggi dari pada tanah berdrainase baik.

2.3 Hubungan dari Tekstur Tanah dengan Pertumbuhan Tanaman

Keberadaan bahan organik dalam tanah terhadap tanaman dapat memacu


pertumbuhan tumbuhan karena mengandung auksin dan hormon pertumbuhan,
meningkatkan retensi air yang dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman, menyuplai
energi bagi organisme tanah, dan meningkatkan organisme saprofit dan menekan
organisme parasit bagi tanaman (Madjid, 2010).
Tanah yang baik merupakan tanah yang mengandung hara. Unsur yang
terpenting dalam tanah agar dapat mendukung kesuburan tanah salah satunya

4
adalah kandungan c-organik. Dimana kandungan c-organik merupakan unsur yang
dapat menentukan tingkat kesuburan tanah. Bahan organik tanah adalah semua jenis
senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan
organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan
bahan organik yang stabil atau humus (Hardjowigeno,2003).
Bahan organik tanah menjadi salah satu indikator kesehatan tanah karena
memiliki beberapa peranan kunci di tanah. Disamping itu bahan organik tanah
memiliki fungsi – fungsi yang saling berkaitan, sebagai contoh bahan organik tanah
menyediakan nutrisi untuk aktivitas mikroba yang juga dapat meningkatkan
dekomposisi bahan organik, meningkatkan stabilitas agregat tanah, dan
meningkatkan daya pulih tanah (Sutanto, 2002).
Menurut Hardjowigeno (2003), pengaruh bahan organik terhadap sifat-sifat
tanah dan akibatnya juga terhadap pertumbuhan tanaman adalah:
1. Sebagai granulator, yaitu memperbaiki struktur tanah
2. Sumber unsur hara N, P, S, unsur mikro dan lain-lain
3. Menambah kemampuan tanah untuk menahan air
4. Menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara
5. Sumber energi mikroorganisme

5
BAB III
METODOLOGI
3.1 WAKTU DAN TEMPAT

Praktikum ini dilaksanakan pada :


Hari/tanggal : Kamis, 21 Januari 2021
Tempat : Laboratorium Terapan Fakultas Pertanian Universitas
Islam Malang
Waktu : 12:30 – 14:00 WIB

3.2 ALAT DAN BAHAN

3.2.1 Alat
1. Gelas Ukur 20 ml
2. Ayakan
3. Enlenmeyer 250 ml atau 500 ml
4. Timbangan Analitik
5. Pipet volume 10 ml
6. Stopwatch
7. Stirrer
8. Plastik alumunium foil
9. Buret dan statif
10. Sarung Tangan
11. Masker
12. Jas Lab
3.2.2 Bahan
1. Tanah kering yang telah dihaluskan
2. Aquades 200 ml
3. H3PO4 (Asam Fosfat) 85 % 10 ml
4. H2SO4 (Asam Sulfat) pekat 96 % 20 ml
5. K2Cr2O7 (Kalium dikromat) dilarutkan dengan aquades
hingga 10 ml
6. Indikator difinilamine 30 tetes
7. Larutan Fe2SO4 (Besi Sulfat)

6
3.3 LANGKAH KERJA

a) Untuk membuat blanko


1. Memasukkan K2Cr2O7 (Kalium dikromat) kedalam erlenmeyer 250
ml menggunakan gelas ukur sebanyak 10 ml.
2. Menambahkan 20 ml H2SO4 (Asam Sulfat) pekat dan mengaduknya
kemudian mendiamkannya selama 15 menit.
3. Menambahkan H3PO4 (Asam Fosfat) sebanyak 10 ml. Penambahan
H2SO4 (Asam Sulfat) dan H3PO4 (Asam Fosfat) dilakukan didalam
ruang asam. Setelah itu membawa keluar dengan menutupi lubang
erlenmeyer menggunakan plastik alumunium foil.
4. Menambahkan aquades sebanyak 200 ml diluar ruang asam.
5. Menambahkan 30 tetes indikator fenilamine .
b) Untuk membuat Contoh
1. Menimbang 0,5 gram contoh tanah yang telah dihaluskan ke dalam
tabung erlenmeyer 250 ml
2. Menuangkan K2Cr2O7 (Kalium dikromat) kedalam erlenmeyer
menggunakan gelas ukur sebanyak 10 ml kemudian
menggoyangkannya dengan hati-hati sehingga tidak terjadi butir-
butir tanah yang menempel didinding erlenmeyer.
3. Menambahkan 20 ml H2SO4 (Asam Sulfat) pekat dan mengaduknya
kemudian mendiamkannya selama 15 menit.
4. Menambahkan H3PO4 (Asam Fosfat) sebanyak 10 ml. Penambahan
H2SO4 (Asam Sulfat) dan H3PO4 (Asam Fosfat) dilakukan didalam
ruang asam. Setelah itu membawa keluar dengan menutupi lubang
erlenmeyer menggunakan plastik alumunium foil.
5. Menambahkan aquades sebanyak 200 ml diluar ruang asam.
6. Menambahkan 30 tetes indikator fenilamine .
7. Kemudian mentitrasi Fe2SO4 (Besi Sulfat) bersamaan dengan
menstirer larutan hingga larutan berwarna hijau terang.

7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL

Volume
% C (%) % BO (%)
Sampel
Blanko
( tanah)
10,40 ml 8,40 ml 1,15% 1,98%

Tabel 1. Data Pengamatan Praktikum

4.2 PEMBAHASAN

Berdasarkan kegiatan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil


bahwa nilai % C-organik sebesar 1,15% dan % BO sebesar 1,98%. Dari data
tersebut dan berdasarkan tabel klasifikasi kelas bahan organik dan C-organik tanah
berikut.

Kisaran Kandungan C-Organik Klasifikasi


< 1,00 Sangat Rendah
1,00 – 2,00 Rendah
2,01 – 3,00 Sedang
3,01 – 5,00 Tinggi
>5,00 Sangat Tinggi
Tabel 2. Klasifikasi C-organik

Kisaran Kandungan Bahan


Klasifikasi
Organik
< 1,00 Sangat Rendah
1,00 – 2,00 Rendah
2,01 – 3,00 Sedang
3,01 – 5,00 Tinggi
>5,00 Sangat Tinggi
Tabel 3. Klasifikasi bahan organik

8
Fungsi penggunaan K2Cr2O7 (Kalium dikromat) pada praktikum ini adalah
untuk proses mengoksidasi bahan organik sedangkan penggunaan H 3PO4 (Asam
Fosfat) untuk menghilangkan gangguan yang mungkin timbul karena adanya ion
ferro. H2SO4 (Asam Sulfat) pekat untuk mengikat karbon-karbon dalam tanah.
Penggunaan Larutan Fe2SO4 (Besi Sulfat) untuk titrasi hingga warna hijau muda.
Pada proses pencampuran larutan Fe2SO4 (Besi Sulfat) yang di lakukan dalam
praktikum ini untuk mendapatkan hasil warna hijau muda ini dibutuhkan 7,5 tetes
untuk mendapatkan warna yang sesuai dengan apa yang kita harapakan dalam
praktikum ini.
Apabila dilihat dari data yang didapatkan dan tabel klasifikasi bahan organik
dan C-organik maka dapat diambil bahwa kandungan C-organik sebesar 1,15%
termasuk dalam klasifikasi rendah. Sedangkan untuk bahan organik sebesar 1,98%
termasuk dalam klasifikasi rendah. Kandungan bahan organik yang rendah pada
tanah mengindikasikan bahwa tanah tersebut kurang subur dan bila diinginkan
untuk digunakan produksi pertanian harus dilakukan pengolahan lahan dengan
menambah bahan organik. Bahan organik juga mempengaruhi sifat fisik, kimia dan
biologi tanah.

Menambah kandungan bahan organik didalam tanah dapat dilakukan dengan


memberikan pupuk organik atau pupuk kandang ke tanah. Adanya penambahan
pupuk organik atau kandang dimaksudkan bahwa menambah kandungan bahan
organik tanah dan menjadi mangsa bagi mikroorganisme. Kandungan bahan
organik didalam tanah sagat berpengaruh dalam hal produktifitas tanah. Tanah yang
memiliki bahan organik yang cukup sangat mendukung terhadap produktifitas
kegiatan usahatani. Namun, kegiatan usahatani yang dilakukan secara berlanjut dan
berlebihan akan mengurangi bahan organik dalam tanah.

Faktor-faktor yang memengaruhi bahan organik dalam tanah diantaranya:


1) Kedalaman tanah. Semakin dalam tanah, kandungan bahan organik semakin
sedikit. Karena kadar bahan organik terbanyak ditemukan hingga
kedalaman 20 cm.

9
2) Laju proses dekomposisi. Laju proses dekomposisi dapat dipengaruhi
komposisi kimiawi nisbah C/N temeperatur, kelembaban, tekstur, struktur,
suplai oksigen, serta reaksi tanah.
3) Drainase tanah. Air yang berlebih dalam permukaan tanah menyebabkan
aerasi tanah buruk.
4) Vegetasi hutan akan berbeda dengan padang rumput, gurun, sabana dll..
Bahan organik merupakan indikator kondisi tanah. Tanah dengan banyak
organik yang tinggi merupakan tempat tinggal yang baik untuk organisme tanah
yang dapat membantu menyuburkan tanah. Tanah yang mempunyai bahan organik
tinggi biasanya berwarna lebih gelap karena banyak mengandung humus. Jika
terdapat tanah dengan kandungan bahan organiknya rendah, maka pemberian
pupuk organik dapat membantu menambah kandungan bahan organik pada tanah
tersebut.

10
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN

Dari hasil praktikum dasar ilmu tanah kali ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Presentase kandungan C-Organik pada tanah yang digunakan untuk


praktikum 5,70 % masuk dalam kelas sangat tinggi. Sedangkan pesentase
bahan organik sebesar 9.86 % masuk dalam kelas sangat tinggi.
2. Untuk menghasilkan warna hijau dalam praktikum ini dibutuhkan 7,5 tetes
sehingga dapat menghasilkan warna yang sesuai dengan yang diharapkan
dalam praktikum tersebut.
3. Kandungan bahan organik tanah dipengaruhi oleh tipe vegetasi tanah, iklim,
drainase, tekstur tanah, dan kedalaman tanah.
4. Bahan organik yang telah mengalami proses dekomposisi, akan
menghasilkan produk yang terakumulasi di dalam tanah, sehingga bahan
organik yang ada akan meningkat. Kandungan bahan organik pada tanah
ultisol lebih banyak daripada pada tanah oxisol.
5. Bahan organik merupakan hasil dari perombakan organisme hidup yang
susunannya terdiri dari campuran antara polisakarida, lignin, protein, dan
bahan organik yang berasal dari batuan dan mineral.
6. Dan jika kandungan C-Organik tinggi maka Bahan organik tanah juga akan
tinggi, karena kandungan organik yang terdapat tanah meningkat.

5.2 SARAN

Setelah praktikum ini, seharusnya kita dapat lebih mengetahui tanah yang
sesuai untuk pertanian adalah tanah dengan kandungan organik yang masih tinggi.
Kandungan bahan organik yang tinggi biasanya terdapat di lapisan atas dan
kedalamannya pun terbatas sekitar 20 cm. Jika lebih dari itu, kandungan bahan
organik sudah menurun.

11
DAFTAR PUSTAKA

Doeswono,1983. Ilmu-Ilmu Terjemahan. Bhtara Karya Aksara : Jakarta. 246


halaman.
Mukhlis, 2007. Analisis Tanah dan Tanaman. USU press, Medan. 155 Halalaman.
Hakim, Nurjati. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Lampung: Universitas Lampung.
448 halaman.
Hanafiah, K., A. 2014. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada : Jakarta
359 halaman
Hardjowigeno, Sarwono 2003 Klasifikasi tanah dan pedogenesis. Akademika
Pressindo Makassar. 288 halaman.
Madjid. 2010. Sifat dan Ciri Tanah. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Bogor. 67 halaman
Sutanto, R. 2002. Pertanian Organik. Penerbit Kanisius: Yogyakarta. 218 halaman.
Sutanto, Rachman. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan.
Yogyakarta: Kanisius. 208 halaman
Utami, S.N. dan Handayani, S. 2003. Sifat Kimia Entisol pada Sistem Pertanian
Organik.Ilmu Pertanian Vol. 10 No. 22003: 63-69

12
LAMPIRAN

Perhitungan

𝑉 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑉 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
% C-Organik = 𝑥3
𝑉 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 𝑥 0,5

10,4−8,40
= 𝑥3
10,4 𝑥 0,5

= 1,15 %

BO (%) = % C x 1,729

= 1,15 % x 1,729

= 1,98%

13

Anda mungkin juga menyukai