Anda di halaman 1dari 8

13.

15 Stuktur Kristal
Memahami struktur dari kristal sangat penting dalam mengkarakterisasi suatu material
yang memiliki sifat teratur (ordered material). Banyak material baru yang dikembangkan
memakai istilah dan definisi yang sering dipakai dalam kristalografi ketika mendiskripsikan sifat
– sifatnya. Salah satu alat yang memakai konsep dasar kristalografi dalam mengkarakterisasi
suatu bahan adalah XRD (X-ray diffraction). Sehingga untuk menginterpretasi hasil analisa dari
alat tersebut memerlukan pengetahuan dasar mengenai kristalografi.
Definisi dari kristal adalah bahan yang terdiri dari unit terstruktur yang identik, tersusun
dari satu atau lebih atom yang teratur dan berulang secara periodik dalam tiga dimensi.
Keteraturan ini berlanjut sampai ratusan molekul. Bangunan terkecil dari kristal disebut basis
kemudian susunan yang periodik dideskripsikan dengan latis.

Untuk mendeskripsikan sebuah kristal akan lebih mudah jika kita fokus pada latis bukan
pada basisnya. Latis adalah susunan tiga dimensi dari titik (titik latis) yang identik dengan
sekelilingnya. Sebuah unit sel adalah bagian terkecil dari latis. Seluruh bangunan latis dapat
disusun dengan mengulang sebuah unit sel tanpa ada ruang kosong diantaranya. Sebuah unit sel
dideskripsikan dengan tiga independen unit vektor yaitu a, b dan c.

Variable pada unit sel ada enam buah yaitu panjang dari unit sel yang direpresentasikan
oleh tiga vektor (a, b, dan c) dan tiga independen sudut antara dua vektor (α, β, and γ), dimana:
α adalah sudut antara b dan c
β adalah sudut antara c dan a
γ adalah sudut antara a dan b
Ada tujuh buah unit sel yang mungkin untuk semua jenis kristal. Ketujuh unit sel disebut tujuh
kristal sistem yang terdiri dari:
1. Triclinic system
2. Monoclinic system
3. Orthorhombic system
4. Tetragonal system
5. Cubic system
6. Hexagonal system
7. Rhombohedral system
Dalam beberapa sistem kristal diatas terdapat beberapa kemungkinan jenis latis yang dapat
menghasilkan simetri yang tertinggi. Tipe latis tersebut adalah:
P = primitive
I = body-centred
F = face-centred
C = base/side centred

Maka sistem kristal beserta latisnya menyusun empat belas cara yang berbeda untuk menyusun
titik latis untuk membuat 3D latis. Keempat belas cara tersebut dikenal dengan Bravais lattices.
13.14 Padatan Amorf dan Padatan Kristal
Padatan digolongkan dalam dua golongan, padatan kristalin yang partikel penyusunnya
tersusun teratur, dan padatan amorf yang partikel penyusunnya tidak memiliki keteraturan yang
sempurna. Studi bahan kristalin mempunyai sejarah yang jauh lebih panjang karena kristal lebih
mudah dipelajari daripada bahan amorf. Perkembangan paling penting dalam studi bahan
kristalin adalah perkembangan analisis kristalografi sinar-X. Awalnya teknik ini hanya dapat
digunakan untuk struktur yang sangat sederhana seperi garam (NaCl). Namun dalam 80 tahun
terakhir analisis kristalografi telah berkembang dengan demikian cepat sehingga protein dengan
massa molekul yang sangat besar kini dapat dipelajari dengan teknik ini.
Terdapat berbagai cara untuk mengklasifikasikan padatan, yang meliputi berbagai bahan.
Namun, klasifikasi yang paling sederhana adalah membaginya menjadi dua golongan: padatan
kristalin yang partikelnya tersusun teratur dan padatan amorf yang keteraturannya kecil atau
tidak ada sama sekali.
Kristalinitas
Ketika diterapkan pada polimer, istilah kristalin memiliki pengertian yang ambigu.
Biasanya istilah kristalin digunakan dalam metode kristalografi konvensional, yaitu pada
molekul-molekul anorganik yang biasanya berupa padatan atau logam. Jika membahas masalah
kristalinitas, maka akan muncul dua macam istilah yaitu kristalin dan amorf. Suatu polimer
secara luas dapat disebut kristalin jika mempunyai sederetan keteraturan tiga dimensi yang
biasanya disebabkan oleh adanya lipatan intramolekul atau susunan rantai yang berdekatan.
Sedangkan amorf mempunyai pengertian ketidakteraturan susunan dalam struktur polimer.
Polimer sintetis dapat terdiri dari daerah kristalin dan amorf. Derajat kristalinitas dapat
dinyatakan dalam fraksi berat atau fraksi volume daerah kristalin. Hanya sedikit sekali polimer
yang seluruhnya kristalin.

Kristalinitas polimer ditandai dengan derajat kristalinitas, mulai dari nol untuk polimer
sepenuhnya amorf sampai satu untuk polimer yang sepenuhnya kristalin. Polimer dengan daerah
mikrokristalin umumnya lebih keras (bisa ditempa tanpa pecah) dan lebih tahan benturan
daripada polimer amorf.
Polimer dengan derajat kristalinitas mendekati nol atau satu akan cenderung transparan.
Sedangkan polimer dengan derajat kristalinitas menengah akan cenderung buram karena
hamburan cahaya oleh daerah kristalin atau glassy. Jadi untuk beberapa polimer, peningkatan
transparansi dapat dilakukan dengan pengurangan kristalinitas.
Konformasi Rantai
Ruang yang ditempati oleh molekul polimer umumnya dinyatakan dalam radius girasi, yang
merupakan jarak rata-rata dari pusat massa rantai sampai rantai itu sendiri. Atau dapat
dinyatakan dalam hal volume rembesan, yang merupakan volume larutan direntang oleh rantai
polimer dan timbangan dengan kubus dari jari-jari rotasi.

a. Bahan kristalin
Dalam beberapa bahan kristalin, partikel penyusunnya tersusun sehingga keteraturannya kadang
nampak dengan mata telanjang. Kristal yang umum kita lihat adalah natrium khlorida, tembaga
sulfat hidrat, dan kuarsa. Lokasi partikel penyusun padatan kristalin (ion, atom atau molekul)
biasanya dinyatakan dengan kisi, dan lokasi setiap partikel disebut titik kisi. Satuan pengulangan
terkecil kisi disebut dengan sel satuan.

Gambar 8.1 Definisi sel satuan.

Sel satuan digambarkan dengan garis tebal. Jarak antar dua titik sepanjang ketiga sumbu
didefiniskan sebagai a, b dan c. Sudut yang dibuat antar dua sumbu didefinisikan sebagai α, β
dan γ.
Sel satuan paling sederhana adalah kubus. Tiga sumbu kubus dan beberapa sel satuan lain tegak
lurus satu sam lain, namun untuk sel satuan lain sumbu-sumbu itu tidak saling tegak lurus.
Faktor yang mendefinisikan sel satuan adalah jarak antar titik dan sudut antar sumbu. Faktor-
faktor ini disebut dengan tetapan kisi (kadang disebut juga parameter kisi) (Gambar 8.1).
14 Jenis Kisi Kristal (Gambar 8.2)
Di tahun 1848, kristalografer Perancis Auguste Bravais (1811-1863) mengklasifikasikan kisi
kristal berdasarkan simetrinya, dan menemukan bahwa terdapat 14 jenis kisi kristal seperti
diindikasikan dalam (Gambar 8.2). Kisi-kisi ini disebut dengan kisi Bravais. Ke-empat belas kisi
14 diklasifikasikan menjadi tujuh sistem Kristal.
Besarnya sel satuan dapat ditentukan dengan hukum Bragg, yang diusulkan oleh fisikawan
Inggris William Lawrence Bragg (1890-1971) di tahun 1912. Untuk mendapatkan informasi
detail susunan akurat partikel dalam kristal, pengukuran intensitas puncak difraksi perlu
dilakukan.

b. Padatan amorf
Susunan partikel dalam padatan amorf sebagian teratur dan sedikit agak mirip dengan padatan
kristalin. Namun, keteraturan ini, terbatas dan tidak muncul di keseluruhan padatan. Banyak
padatan amorf di sekitar kita-gelas, karet dan polietena memiliki keteraturan sebagian (Gambar
8.3).
Fitur padatan amorf dapat dianggap intermediate antara padatan dan cairan. Baru-baru ini
perhatian telah difokuskan pada bahan buatan seperti fiber optik dan silikon amorf (Tabel 8.1).

Gambar 8.3 Padatan kristalin (a) dan amorf (b)


Terdapat perbedaan besar dalam keteraturan partikel penyusunnya. Beberapa ilmuwan bertahan
dengan pendapat bahwa padatan amorf dapat dianggap wujud keempat materi.
Tabel 8.1 Beberapa contoh padatan amorf fungsional
Amorf Penggunaan material

Gelas kuarsa Serat optik

Gelas khalkogenida Membran selenium untuk


mesin fotokopi

Silikon amorf Sel surya

Logam besi/kobal amorf (bahan magnetik)

polimer polistirene

Karbon amorf karbon hitam (adsorben)

Silika gel gel (adsorben)

Perbedaan Antara Amorf dan Kristal


Definisi

 Amorf: Amorf adalah padatan yang tidak memiliki struktur yang teratur. Itu berarti atom
atau ion disusun tanpa bentuk geometris yang pasti.
 Kristal: Kristal adalah padatan yang memiliki susunan atom, ion, atau molekul yang
sangat teratur dalam struktur tiga dimensi yang terdefinisi dengan baik.

Geometri / Struktur

 Amorf: Padatan amorf tidak memiliki struktur yang teratur; mereka tidak memiliki pola
atau susunan atom atau ion atau bentuk geometris apa pun.
 Kristal: Padatan kristal memiliki geometri yang pasti dan teratur karena susunan atom
atau ion yang teratur.
Titik lebur

 Amorf: Padatan amorf tidak memiliki titik leleh yang tajam.


 Kristal: Padatan kristal memiliki titik lebur yang tajam, di mana ia berubah menjadi
keadaan cair.

Panas dari Fusi

 Amorf: Padatan amorf tidak memiliki karakteristik panas fusi, sehingga dianggap sebagai
cairan super cooled atau pseudo-padatan.
 Kristal: Padatan kristal memiliki panas fusi yang pasti, sehingga dianggap sebagai
padatan sejati.

Anisotropi dan Isotropi

 Amorf: Padatan amorf adalah isotropik karena memiliki sifat fisik yang sama di semua
arah.
 Kristal: Padatan kristal bersifat anisotropik dan, karenanya, sifat fisiknya berbeda dalam
arah yang berbeda.

Contoh

 Padatan Amorf: Kaca, polimer organik, dll. Adalah contoh padatan amorf.
 Padatan Kristal: Berlian, kuarsa, silikon, NaCl, ZnS, semua elemen logam seperti Cu, Zn,
Fe dll. Adalah contoh padatan kristal.

Ikatan Antar partikel

 Amorf Padat: Padatan amorf memiliki jaringan ikatan kovalen.


 Padatan Kristal: Padatan kristal memiliki ikatan kovalen, ikatan ion, ikatan Van der Waal
dan ikatan logam.

Anda mungkin juga menyukai