Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN ASMA

Disusun Oleh:

Nama : Ghina firyaal l

NPM : 18.14201.30.41

Dosen Pembimbing:

Ns. Kardewi , S.Kep, M.Kes

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES BINA HUSADA PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2020-2021


A. Definisi

Asmaadalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang dikarakteristikan oleh
periodebronkospasme(kontraksispasmeyanglamapadajalannafas).(Polaski:1996).Asma
adalahgangguanpadajalannafasbronkialyangdikarakteristikandenganbronkospasmeyang reversibel.
(JoyceM.Black:1996).Asmaadalahpenyakitjalannafasobstruktifintermiten,
reversibeldimanatrakeadanbronkhiberesponsecarahiperaktifterhadapstimulasitertentu.
(SmelzerSuzanne:2001).Dariketigapendapattersebutdapatdiketahuibahwaasmaadalah suatu
penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat reversibel, ditandai dengan adanya
periode bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan yang
menyebabkan penyempitan jalannafas.

B. Etiologi

Suatu hal yang yang menonjol pada penderita Asma adalahfenomenahiperaktivitas bronkus. Bronkus
penderita asma sangat pekaterhadaprangsangan imunologi maupun non imunologi. Adapun
rangsanganataufaktorpencetus yang sering menimbulkan Asma adalah:

1. Faktor ekstrinsik (alergik) : reaksi alergik yang disebabkan olehalergen atau

alergen yang dikenal seperti debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang.

2. Faktor intrinsik(non-alergik) : tidak berhubungan dengan alergen,seperti common

cold, infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi, danpolutan lingkungan dapat

mencetuskan serangan.

3. Asma gabungan

Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristikdari bentukalergik dan non-
alergik (Smeltzer & Bare, 2002).Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi danpresipitasi
timbulnyaserangan Asma Bronkhial yaitu :

• Faktor predisposisi

Genetik

Faktor yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belumdiketahuibagaimana cara


penurunannya yang jelas. Penderitadengan penyakit alergi biasanyamempunyai keluarga dekat
jugamenderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergiini,penderita sangat mudah terkena
penyakit Asma Bronkhial jikaterpapar denganfaktor pencetus. Selain itu hipersensitivitas
saluranpernapasannya juga bisaditurunkan.

• Faktor presipitasi

1) Alergen

Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

a) Inhalan : yang masuk melalui saluran pernapasan

Contoh : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur,bakteri dan


polusi.

b) Ingestan : yang masuk melalui mulut

Contoh : makanan dan obat-obatan

c) Kontaktan : yang masuk melalui kontak dengan kulit

Contoh : perhiasan, logam dan jam tangan

2) Perubahan cuaca

Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin seringmempengaruhi Asma.Atmosfir yang
mendadak dinginmerupakan faktor pemicu terjadinya seranganAsma. Kadang-kadang serangan
berhubungan dengan musim, sepertimusimhujan, musim kemarau.

3) Stres

Stres atau gangguan emosi dapat menjadi pencetusserangan asma, selain itujuga bisa memperberat
serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asmayang timbulharus segera diobati penderita
asma yang mengalami stresataugangguan emosi perlu diberi nasehat untuk
menyelesaikanmasalahpribadinya. Karena jika stresnya belum diatasimakagejala belum bisa diobati.

4) Olah raga atau aktifitas jasmani

Kegiatan jasmani berat, misalnya berlari atau naik sepeda dapat memicuserangan asma. Bahkan
tertawa dan menangis yang berlebihan dapatmerupakan pencetus. Pasien dengan faal paru di
bawah optimal amat rentanterhadap kegiatan jasmani.
C. Anatomi Fisiologi

Sistem Pernafasan meliputi saluran sebagai berikut:

Rongga Hidung →Faring → Laring →Trakhea→ Bronkus→ Bronkiolus→ Alveolus

(paru-paru)

Organ Pernafasan :

1. Hidung

Hidung merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang dandipisahkan oleh sekat
hidung. Didalamnya terdapat bulu-bulu yang bergunauntuk menyaring udara, debu, dan kotoran
yang masuk ke dalamlubang hidung.

2. Faring

Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan danjalan makanan,
terdapat dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher.

3. Laring

Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan bertindak sebagaipembentukan
suara. Terletak dibagian depan faring. Pangkal tenggorokan inidapat ditutup oleh epiglottis yang
terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsimenutupi laring pada waktu kita menelan makanan.

4. Trakea

Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring yang dibentukoleh 16-20 cincin
tulang rawan. Panjang trakea 9-11 cm.

5. Bronkus

Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea. Bronkuskanan lebih pendek dan
lebih besar daripada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin,mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih
panjang dan lebih ramping, terdiri dari9-12 cincin dan mempunyai 2 cabang. Bronkus bercabang-
cabang lagi menjadi lebih kecil disebut bronkiolus. Pada bronkiolus tidak terdapat cincin lagi
danpada ujung bronkiolus terdapat gelembung paru atau alveoli.

6. Paru-paru

Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang berfungsi untuk pertukaran gas O2dan CO2. Paru-paru
dibagi dua yaitu paru-paru kanan yang terdiri dari 3 lobusdan paru-paru kiri yang terdiri dari 2 lobus.
Letak paru-paru dirongga dadamenghadap ke tengah rongga dada (kavum mediastinum). Paru-paru
dibungkusoleh selaput yang disebut pleura.

D. Klasifikasi

Pembagian asma pada anak :

a. Asma episodic yang jarang

Biasanya terdapat pada anak umur 3-8 tahun. Serangan umumnya dicetuskanoleh infeksi virus
saluran nafas bagian atas. Banyaknya serangan 3-4 kali dalamsatu tahun. Lamanyaserangan paling
lama beberapa hari saja dan jarangmerupakan serangan yang berat. Gejala yang timbul lebih
menonjol pada malamhari. Mengidapat berlangsung 3-4 hari. Sedangkan batuk dapat berlangsung
10-14hari. Manifestasi alergi lainnya misalnya eksim jarang didapatkan pada golonganini.

b. Asma episodic sering

Biasanya serangan pertama terjadi pada usia sebelum 3 tahun, berhubungandengan infeksi saluran
nafas akut. Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi serangantanpa infeksi yang jelas. Nbanyaknya
serangan 3-4 kali dalam satu tahun dan tiapkali serangan beberapa hari sampai beberap minggu.
Frekuensi serangan palingsering pada umur 8-13 tahun.

c. Asma kronik atau persisten

Lima puluh persen anak terdapat mengi yang lama pada 2 tahun pertama dan50 % sisanya serangan
episodic. Pada umur 5-6 tahun akan lebih jelas terjadinyaobstruksi saluran nafas yang persisten.
Pada malam hari sering terganggu olehbatuk dan mengi. Obstruksi jalan nafas mencapai puncaknya
pada umur 8-14tahun.Di samping tiga golongan besar di atas terdapat bentuk asma lain:

1.Asma episodic berat dan berulang

Dapat terjadi pada semua umur, biasanya berhubungan dengan infeksi virus

saluran nafas. Tidak terdapat obstruksi saluran nafas yang persisten.

2. Asma persisten pada bayi

-Mengi yang persisten dengan takipneu

-Dapat terjadi pada umur 3-12 bulan

-Mengi biasanya terdengar jelas kalau anak sedang aktif dan tidak terdengar

kalau sedang tidur.

-Beberapa anak bahkan menjadi gemuk “fat happy whezzer”

-Gambaran rontgen paru biasanya normal.

-Gejala obstruksi saluran nafas lebih banyak disebabkan oleh edema

mukosa dan hipersekresi daripada spasme ototnya.

3. Asma hipersekresi

-Biasanya terdapat pada anak kecil dan permulaan anak sekolah.

-Gambaran utama serangan: batuk, suara nafas berderak (krek-krek, krokkrok), dan mengi

-Didapatkan ronki basah dan kering

4. Asma karena beban fisik (exercise induced astma)

5. Asma dengan alergen atau sensitivitas spesifik

6. Batuk malam

-Terdapat pada semua golongan asma

-Banyak terjadi karena inflamasi mukosa, edema dan produksi mucus


banyak.

-Pada umur 2-6 tahun, gejala utama batuk malam keras dan kering,

biasanya terjadi jam 1-4 pagi.

7.Asma yang memburuk pada pagi hari (early morning dipping)

E. Patofisiologi

Perubahan jaringan pada asma tanpa komplikasi terbatas pada bronkus danterdiri dari spasme otot
polos, edema mukosa, dan infiltrasi sel-sel Radang yangmenetap dan hipersekresi mucus yang
kental. Keadaan ini pada orang-orang yangrentan terkena asma mudah ditimbulkan oleh berbagai
rangsangan, yangmenandakan suatu keadaan hiveraktivitas bronkus yang khas.Orang yang
menderita asma memilki ketidakmampuan mendasar dalam mencapaiangka aliran uadara normal
selama pernapasan (terutama pada ekspirasi).Ketidakmampuan ini tercermin dengan rendahnya
usaha ekspirasi paksa pada detikpertama, dan berdasrkan parameter yang berhubungan aliran.Asma
ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkus yangmenyebabkan sukar bernafas.

Penyebab yang umum adalah hipersensitivitasbronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara.


Reaksi yang timbul pada asmatipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang
alergimempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody IgE abnormaldalam jumlah
besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi denganantigen spesifikasinya. Pada
asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yangterdapat pada interstisial paru yang
berhubungan erat dengan brokhiolus danbronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka
antibody IgE orang tersebutmeningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada
sel mast danmenyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin,zat
anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktorkemotaktik eosinofilik dan
bradikinin. Histamine yang dihasilkan menyebabkankontraksi otot polos bronkiolus.

Apabila respon histaminnya berlebihan, maka dapattimbul spasme asmatik. Karena histamine juga
merangsang pembentukan mucus danmeningkatkan permeabilitas kapiler, maka juga akan terjadi
kongesti danpembengkakan ruang intestinum paru, sehingga menyebabkan tahanan saluran
napasmenjadi sangat meningkat. Selain itu olahraga juga dapat berlaku sebagai suatuiritan, karena
terjadi aliran udara keluar masuk paru dalam jumlah beasr dan cepat.Udara ini belum mendapat
perlembaban (humidifikasi), penghangatan, ataupembersihan dari partikel-partikel debu secara
adekuat sehingga dapat mencetuskanasma.

Pada asma, diameter bronkhiolus menjadi semakin berkurang selama ekspirasi daripada selama
inspirasi. Hal ini dikarenakan bahwa peningkatan tekanan dalamintrapulmoner selama usaha
ekspirasi tak hanya menekan udara dalam alveolustetapi juga menekan sisi luar bronkiolus. Oleh
karena itu pendeita asma biasanyadapat menarik nafas cukup memadai tetapi mengalami kesulitan
besar dalamekspirasi. Ini menyebabkan dispnea, atau ”kelaparan udara”. Kapsitas sisa
fungsionalparu dan volume paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma karenakesulitan
mengeluarkan udara dari paru-paru. Setelah suatu jangka waktu yangpanjang, sangkar dada menjadi
membesar secara permanent, sehingga menyebabkansuatu ”barrel chest” (dada seperti tong).

F. Gejala klinis

Gejala utama asma meliputi sulit bernapas (terkadang bisa membuat penderita megap-megap),
batuk-batuk, dada yang terasa sesak, dan mengi (suara yang dihasilkan ketika udara mengalir melalui
saluran napas yang menyempit). Apabila gejala ini kumat, sering kali penderita asma menjadi sulit
tidur.

Tingkat keparahan gejala asma bervariasi, mulai dari yang ringan hingga parah. Memburuknya gejala
biasanya terjadi pada malam hari atau dini hari. Sering kali hal ini membuat penderita asma menjadi
sulit tidur dan kebutuhan akan inhaler semakin sering. Selain itu, memburuknya gejala juga bisa
dipicu oleh reaksi alergi atau aktivitas fisik.

Gejala asma yang memburuk secara signifikan disebut serangan asma. Serangan asma biasanya
terjadi dalam kurun waktu 6-24 jam, atau bahkan beberapa hari. Meskipun begitu, ada beberapa
penderita yang gejala asmanya memburuk dengan sangat cepat kurang dari waktu tersebut.Selain
sulit bernapas, sesak dada, dan mengi yang memburuk secara signifikan, tanda-tanda lain serangan
asma parah dapat meliputi:

• Inhaler pereda yang tidak ampuh lagi dalam mengatasi gejala.

• Gejala batuk, mengi dan sesak di dada semakin parah dan sering.

• Sulit bicara, makan, atau tidur akibat sulit bernapas.

• Bibir dan jari-jari yang terlihat biru.

• Denyut jantung yang meningkat.

• Merasa pusing, lelah, atau mengantuk.

• Adanya penurunan arus puncak ekspirasi.

G. Pathway

H. Pemeriksaan penunjang

1. Spirometri

Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yangpaling cepat dan sederhana
diagnosis asma adalah melihat responpengobatan dengan bronkodilator.Pemeriksaan spirometer
dilakukansebelum dan sesudah pamberian bronkodilator aerosol (inhaler ataunebulizer).

2. Uji Provokasi bronkus

Menurut Heru Sundaru dalam bukunya H.Slamet Sogiono, dkk (2001:24-25)Dilakukan jika spirometri
normal, maka dilakukan ujiprovokasi bronkus dengan allergen, dan hanya dilakukan pada pasienyang
alergi terhadap allergen yang di uji.

3. Foto dada ( scanning paru)


Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwaredistribusi udara selama serangan
asma tidak menyeluruh pada paru-paru.

4. Pemeriksaan kadar Ig E total dan Ig E spesifik dalam sputum

Pemeriksaan Ig E dalam serum juga dapat membantu menegakkandiagnosis asma, tetapiketetapan


diagnosisnya kurang karena lebihdari 30 % menderita alergi.

5. ABGs

Menunjukan proses penyakit kronik, sering kali PO2 menurun danPCO2 normal atau meningkat
(bronchitis kronis dan emfisema).Sering kali menurun pada asma dengan pH normal atau
asidosis,alkalosis respiratori ringan sekunder terhadap hiperventilasi(emfisema sedang atau asma).

6. Darah komplit

Dapat menggambarkan adanya peningkatan eosinofil pada asma.

7. Uji kulit

Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yangdapat menimbulkan reaksi yang
positif pada asma.

8. Elektrokardiografi

Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapatdibagi menjadi 3 bagian, yaitu :

a. Perubahan aksis jantung,.

b. Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni

terdapatnya RBB (Right bundle branch block).

c. Tanda-tanda hopoksemia

9. Analisa gas darah

I. Penatalaksanaan

Penderita asma dengan serangan ringan tidak perlu dirawat inap.Rawat inap diperlukan bila
serangan berat, dengan tindakan awal tidakteratasi dan ada tanda-tanda
komplikasi.Penanggulangan asma pada anakmeliputi:

a. Mencegah serangan dengan menghindari faktor pencetus

b. Mencegah serta mengatasi proses inflamasi dengan obat antiinflamasi

c. Penanggulangan edema mukosa saluran napas dengan obatantiinflamasi inhalasi secara


oral/parenteral

d. Penanggulangan sumbatan lendir dengan banyak minum, mukolitikserta lendir encer dan mudah
dikeluarkan.

e. Menciptakan kondisi jasmani yang baik meliputi kebugaran danketahanan fisik dengan latihan
jasmani atau senam pernapasan.
Tindakan penanggulangan :

a. Serangan akut dengan oksigen nasal/ masker

b. Terapi cairan parenteral

c. Terapi pengobatan :

Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2 yaitu :

1)Pengobatan non farmakologik

-Memberikan penyuluhan

-Menghindari faktor pencetus

-Pemberian cairand. Fisioterapie. Beri O₂bila perlu

2) Pengobatan farmakologik

-Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas.

Terbagi dalam 2 golongan:

a) Simpatomimetik/andrenergik (adrenalin dan efedrin)Na

ma obat: Orsiprenalin (Alupent), fenoterol (berotec),

terbutalin (bricasma).

b) Santin (teofilin)Nama obat: Aminofilin (Amicam supp),Aminofilin (Euphilin


Retard),Teofilin(Amilex)Penderita dengan penyakit lambungsebaiknya berhati-hati bila minum obat
ini.

-Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan tetapimerupakan obat pencegahserangan asma.


Kromalinbiasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yanglaindan efeknya baru terlihat setelah
pemakaian 1 bulan.

-Ketolifen, mempunyai efek pencegahan terhadap asmaseperti kromalin. Biasanyadiberikandosis 2


kali 1 mg/hari.Keuntungan obat ini adalah dapat diberikan secara oral.

J. Komplikasi

Berbagai komplikasi menurut Arief Mansjoer (2000: 477) yang mungkintimbul adalah:

Pneumo thoraks

1. Pneumothoraks

Adalah keadaan adanya udara di dalam ronggapleura yang dicurigai bila terdapat benturan atau
tusukan dada.Keadaan ini dapat menyebabkan kolaps paru yang lebih lanjut lagidapat menyebabkan
kegagalan nafas.Kerja pernapasan meningkat,kebutuhan O2 meningkat. Orang asma tidak sanggup
memenuhikebutuhan O2 yang sangat tinggi yang dibutuhkan untuk bernapas melawan spasme
bronkhiolus, pembengkakan bronkhiolus, dan m ukusyang kental.

2. Status Asmatikus
Status asmatikus adalah suatu serangan asma yang sangat berat,berlangsung dalam beberapa jam
smapai beberapa hari yang tidakmemberikan perbaikan pada pengobatan yang lazim dan
dapatmengakibatkan kematian.

Factor penyebab :

-Infeksi saluran nafas

-Pencetus serangan ( allergen, obat- obatan, infeksi)

-Kontraksi otot polos

-Edema mukosa

-Hipersekresi

3. Emfisema kronik

Adanya pengisian udara berlebih dengan obstruksi terjadi akibatdari obstruksi sebagian yang
mengenai suatu bronkus atau bronkiolus dimana pengeluaran udara dari dalam alveolus menjadi
lebih sukardari pada pemasukannya.

4. Ateleltaksis

Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibatpenyumbatan saluran udara (
bronkus maupun bronkiolus ) atau akibatpernafasan yang sangat dangkal.

5. Aspergilosis

Aspergilosis merupakan penyakit pernafasan yang disebabkan olehjamur dan tersifat oleh adanya
gangguan pernafasan yang berat.Penyakit ini juga dapat menimbulkan lesi padaberbagai organ
lainnya,misalnya pada otak dan mata. Istilah Aspergilosis dipakai untuk

menunjukkan adanya infeksi Aspergillus sp.Aspergilosis

Bronkopulmoner Alergika (ABPA) adalah suatu reaksi alergi terhadapjamur yang disebut aspergillus,
yang menyebabkan peradangan pada

saluran pernafasan dan kantong udara.

6. Gagal nafas

7. Bronkhitis

Bronkhitis adalah kondisi di mana lapisan bagian dalam di paru-paruyang kecil mengalami
bengkak dan terjadi peningkatan produksidahak. Akibatnya penderita merasa perlu batuk berulang-
ulang dalamupaya mengeluarkan lendir yang berlebihan.

K. Pencegahan

Secara skematis mekanisme terjadinya asma digambarkan sebagai

berikut:

Hubungan dengan asal-usul tersebut, upaya pencegahan asma dapat dibedakanmenjadi 3 yaitu :

1. Pencegahan primer
Pencegahan primer ditujukan untuk mencegah sensitisasi pada bayidengan risiko asma (orangtua
asma), dengan cara :

a. Penghindaran asap rokok dan polutan lain selama kehamilan dan masa

perkembangan bayi/anak

b. Diet hipoalergenik ibu hamil, asalkan / dengan syarat diet tersebut

tidak mengganggu asupan janin

c. Pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan

d. Diet hipoalergenik ibu menyusui

2. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder ditujukan untuk mencegah inflamasi pada anak yangtelah tersentisisasi
dengan cara menghindari pajanan asap rokok, sertaallergen dalam ruangan terutama tungau debu
rumah.

3. Pencegahan tersier

Pencegahan tersier ditujukan untuk mencegah manifestasi asma padaanak yang telahmenunjukkan
manifestasi penyakit alergi. Sebuahpenelitian multi senter yang dikenal dengan nama ETAC Study
(earlytreatmentofatopicchildren) mendapatkan bahwa pemberian Setirizinselama 18 bulan pada
anak atopi dengan dermatitis atopi dan IgE spesifikterhadap serbuk rumput (Pollen) dan tungau
debu rumah menurunkankejadian asma sebanyak 50%. Perlu ditekankan bahwa pemberian
setirizinpada penelitian ini bukan sebagai pengendali asma (controller).

L. Cara penularan

Pada umumnya penularan penyakit asma lebih disebabkan olehfaktor debu. Kota-kota besar dapat
memicu penduduknya untuk terkenapenyakit asma 50% lebih besar dibandingkan penduduk yang
tinggal dipedesaan atau kampung-kampung. Karena debu dari pembuangna gasemisi karbpn dapat
membuat orang yang menghirupnya menjadi sesakdan sangat sulit bernafas. Selain iti asap rokok
juga dapat memicutimbulnya penyaktiasma.Sebetulnya asma bukan penyakit yangmenular,
melainkan biasanya ditularkan secara genetik da erat kaitanyadengan faktor alergi.Namun, seringkali
penyakit asma mempunyai komplikasi beruparadang atau infeksi saluran pernafasan infeksi saluran
pernafasan inilahyang dapat menular ke orang disekitar melalui udara.Fenomena penyakitasma saat
ini jauh meningkat, diperkirakan ada 300 juta kasus penyakitasma terjadi di dunia. Penyebabnya
bukan karena penyakti ini menular,tetapi meningkatnya faktor allergens, sesuatu yang memicu
alergi,dilingkungan kita seperti polusi udara dan lain-lain yang dapat memicutimbulnya serangan
asma.

M. ASUHAN KEPERAWATAN ASMA BRONKHIAL

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1) Pengkajian

a. Pola pemeliharaan kesehatan


GejalaAsmadapatmembatasimanusiauntukberperilakuhidupnormalsehinggapasiendenganAsma
harusmengubahgayahidupnya sesuai kondisi yang memungkinkan tidak terjadiseranganAsma

b. pola nutrisi dan metabolik

Perlu dikaji tentang statusnutrisi pasien meliputi, jumlah,frekuensi, dan kesulitan-kesulitan


dalammemenuhikebutuhnnya.Serta pada pasiensesak,potensialsekaliterjadinya kekurangan

Dalammemenuhikebutuhannutrisi,halinikarenadispneasaatmakan, lajumetabolisme
sertaansietasyangdialami pasien.

c. Polaeliminasi

Perlu dikaji tentang kebiasaan BAB dan BAK mencakupwarna,bentuk,konsistensi,frekuensi,jumlah


serta kesulitan dalam polaeliminasi.

d. Pola aktifitas dan latihan

Perlu dikaji tentang aktifitas keseharian pasien,seperti


olahraga,bekerja,danaktifitaslainnya.Aktifitasfisik dapat terjadifaktor pencetusterjadinyaAsma.

e. Polaistirahat dan tidur

Perludikajitentangbagaimantidurdanistirahatpasienmeliputi berapa lamapasientidurdanistirahat.


Serta berapa besar akibat kelelahanyangdialamipasien.Adanyawheezingdansesakdapat
mempengaruhipolatidurdan istirahat pasien.

f. Polapersepsisensoridankognitif

Kelainanpada pola persepsidankognitifakanmempengaruhi konsep diripasien dan


akhirnyamempengaruhi jumlah stresor
yangdialamipasiensehinggkemungkinanterjadiseranganAsmayangberulangpunakan semakin tinggi.

g. Polahubungan dengan oranglain

GejalaAsmasangatmembatasipasienuntukmenjalankan kehidupannyasecara normal. Pasien perlu


menyesuaikankondisinyaberhubungandenganoranglain.

h. Pola reproduksidan seksual

Reproduksiseksualmerupakankebutuhandasarmanusia,bila kebutuhan initidak terpenuhi akan


terjadi masalah dalamkehidupanpasien.Masalahiniakanmenjadistresoryang
akanmeningkatkankemungkinan terjadinyaseranganAsma.

i. Polapersepsidiri dan konsep diri

Perlu dikaji tentang pasien terhadap penyakitnya.Persepsi


yangsalahdapatmenghambatresponkooperatifpadadiripasien. Caramemandang
diriyangsalahjugaakanmenjadistresordalamkehidupan pasien.

j. Polamekanismedankoping

StresdanketeganganemosionalmerupakanfaktorinstrinsikpencetusseranganAsmamakaperlu
dikajipenyebabterjadinyastress.Frekuensidanpengaruhterhadapkehidupanpasiensertacarapenanggul
angan terhadap stresor.

k. Polanilai kepercayaan dan spiritual


KedekatanpasienpadasesuatuyangdiyakinididuniadipercayaiDapatmeningkatkankekuatanjiwapasien.
KeyakinanpasienterhadapTuhanYangMaha Esa serta pendekatandiri pada-
Nyamerupakanmetodepenanggulanganstresyangkonstruktif.

2) Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan spirometri

Pemeriksaan spirometridilakukan sebelum dansesudahpemberian bronkodilator


aerosol(inhalerataunebulizer)golongan adrenergik.Peningkatan FEV1atau FVC sebanyak

>20% menunjukkan diagnosis Asma.

b. Pemeriksaan tes kulit

Untuk menunjukkan adanya antibodi IgE yang spesifik dalamtubuh.

c. Pemeriksaan radiologi

Pemeriksaanradiologidilakukanbila ada kecurigaanterhadapproses patologikdiparu atau


komplikasiAsma, sepertipneumothorak, pneumomediastinum, atelektasis, dan lain-lain.

d. Pemeriksaan analisagasdarah

Pemeriksaananalisagasdarahhanyadilakukanpadapenderita dengan serangan Asmaberat.

e. Pemeriksaan sputum

Untuk melihat adanyaeosinofil, kristal CharcotLeyden, spiralChurschmann, pemeriksaan sputum


penting untuk menilaiadanyamiselium Aspergilus fumigatus.

f. Pemeriksaan eosinofil

Pada penderita Asma,jumlaheosinofiltotaldalamdarahseringmeningkat. Jumlah eosinofil total dalam


darah membantuuntuk membedakan AsmadariBronchitis kronik.

B. Diagnosa keperawatan

• Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan perfusi-ventilasi

• Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan bronkokonstriksi, peningkatan


produksi lender, batuk tidak efektif dan infeksi bronkopulmonal

• Pola pernafasan tidak efektif berhubungan dengan nafas pendek, lender, bronkokonstriksi
dan iritan jalan nafas

• Defisit perawatan diri berhubungan dengan keletihan sekunder akibat peningkatan upaya
pernafasan dan insufisiensi pernafasan dan oksigenasi

• Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan hipoksemia, dan pola pernafasan tidak
efektif

C. INTERVENSI

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI

1 Gangguan pertukuran gas yang b/d ketidaksamaan perfusi-ventilasi NOC :


Respiratory status : Gas exchange

Respiratory status : ventilation

Kriteria hasil :

• Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigen yang adekuat

• Memelihara kebersihan paru-paru dan bebas dari tanda distress pernaafasan

• Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan
dyspneu(mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah tidak ada pursed lips)

• Tanda tanda vital dalam rentang normal

NIC :

Airway Management

• Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu

• Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

• Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan

• Pasang mayo bila perlu

• Lakukan fisioterapi dada jika perlu keluarkan secret dengan dengan batuk atau suction

• Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan

• Lakukan suction pda mayo

• Berikan pelembab udara

Monitoring

• Monitori rata-rata kedalam irama dan usaha respirasi

• Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal

• Monitor suara nafas seoerti dengkur

• Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne, stokes, biot

• Auskultasi suara nafas, catat area penuruna/ tidak adanya ventilasi dan suara tambahan

2 Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d bronkokonstriksi peningkatan produksi lender, dan
infeksi brokpulmonal NOC :

• Respiratory status : ventilation

• Respiratory status : airway patency

• Aspiration control

Kriteria hasil :
• Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan
dyspneu(mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)

• Menunjukkan jalan nafs yang paten (klien tidak merasa tercekik,irama nafas frekuensi
pernafasan dalam rentang normal,, tidak ada suara nafas abnormal)

• Mampu mengidentifikasikan dan mengcegah factor yang dapat menghambat jalan nafas
NIC :

Airway Management

• Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu

• Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

• Identifikasi pasien perlu pemasangan alat jalan nafas buatan

• Berikan pelembab udara kassa basah NaCl lembab

• Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan

• Monitor respirasi dan status O2

3 Pola pernafasan tidak efektif b/d nafas pendek, lender, bronkokostriksi dan iritan jalan nafas

Definisi : Pertukaran udara inspirasi dan atau ekspirasi tidak adekuat

Batasan karakteristik :

• Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi

• Penurunan pertukaran udara per menit

• Menggubakan otot pernafasan tambahan

• Nasal flaring

• Dyspnea

• Othopnea

• Perubahan penyimpangan dada

• Nafas pendek

• Assumption of 3-point position

• Pernafasan pursed-lip

• Tahap ekspirasi berlangsung sangat lama

• Peningkatan diameter anterior-posterior

• Pernafasan rata-rata/minimal

- Bayi <25 atau > 60

- Usia 1-4:<20 atau >30

- Usia 5-14:<14 atau >25


- Usia >14:<11 atau >24

• Kedalaman pernafasan

• Dewasa volume tidalnya 500ml saat istirahat

• Bayi volume tidalnya 6-8ml/kg

• Timing rasio

• Penurunan kapasitas vital

Faktor yang berhubungan :

- Hiperventilasi

- Deformitas tulang

- Kelainan bentuk dinding dada

- Penurunan energy/kelelahan

- Nyeri

- Kecemasan

- Imaturitas neurologis NOC :

Respiratory status : ventilation

Respiratory status : airway patency

Vital sign status

Kriteria hasil :

• Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan
sypneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)

• Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentan normal, tidak ada suara nafas abnormal)

• Tanda tanda vital dalam rentang normal ( tekanan darah, nadi,pernafasan)

NIC :

Airway management

• Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu

• Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

• Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan

• Pasang mayo bila perlu

• Lakukan fisioterapi dada bila perlu

• Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan

• Atur intake untuk cairan


Terapi oksigen

• Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea

• Pertahankan jalan nafas yang paten

• Atur peralatan oksigenasi

• Monitor aliran oksigen

• Pertahankan posisi pasien

Vital sign monitoring

• Monitor TD, nadi, suhu, dan RR

• Catat adanya fluktuasi tekanan darah

• Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri

• Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan

• Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas

• Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

4 Defisit perawatan diri b/d keletihan sekunderakibat peningkatan upaya pernafasan dan
insufisiensi pernafasan dan oksigenasi

Definisi : Gangguan kemampuan untuk melakukan ADLv pada diri

Batasan karakteristik :

Ketidakmampuan untuk mandi, ketidakmampuan untuk berpakaian, ketidakmampuan untuk makan,


ketidakmampuan untuk toileting

Faktor yang berhubungan : kelemahan, kerusakan kognitif atau perceptual, kerusakan


neuromuskukar/ otot-otot saraf NOC :

Self care : Activity of Daily Living (ADLs)

Kriteria hasil:

• Klien terbebas dari bau badan

• Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk melakukan ADLs

• Dapat melakukan ADLs dengan bantuan NIC :

Self care assistane : ADLs

• Monitor kemampuan klien untuk perawatan klien untuk perawatan diri yang mandiri

• Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias,
toileting dan makan

• Sediakan bantuan sampai bantuan sampai klien mampu secara utuh untik melakukan self-
care
• Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal sesuai kemampuan yang
dimiliki

• Berikan aktivitas rutin sehari-hari sesuai kemampuan

• Pertimbangakan usia klien jika mendorong pelaksanaan aktivitas sehari-hari

5 Intoleransi aktivitas b/d keletihan, hipoksemia, dan pola pernafasan tidak efektif

Definisi : ketidakcukupan energy secara fisiologis mampu psikologis untuk meneruskan atau
menyelesaikan aktivitas yang diminta atau aktivitas sehari hari

Batasan karakteristik :

- Melaporkan secara verbal adanya kelelahan atau kelemahan

- Respon abnormal dari tekanan darah atau nadi terhadap aktivitas

- Perubahan EKG yang menunjukkan aritmia atau iskemia

- Adanya dyspneu atau ketidaknyaman saat beraktivitas

Faktor faktor yang berhubungan :

• Tirah baring atau imobilisasi

• Kelemahan menyeluruh

• Ketidakseimbangan antara suplei oksigen dengan kebutuhan

• Gaya hidup yang dipertahankan NOC :

Energy conservation

Self Care ADLs

Kriteria hasil :

• Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR

• Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs ) secara mandiri

L NIC :

Energy Management

• Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas


• Dorong anak mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan

• Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan

• Monitor nutrisi dan sumber energi tangadekuat

• Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan

• Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas

Activity therapy

• Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medic dalam rencanakan program terapi yang
tepat

• Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan bantu untuk memilih
aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan social

• Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai

• Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang

• Meonitor respon fisik, emosi, social dan spiritual

DAFTAR PUSTAKA

Almazini, P. 2012. BronchialThermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma

Berat. Jakrta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.

GINA (Global InitiativeforAsthma) 2006.; PocketGuideforAsthma

ManagementandPrevension In Children. www. Dimuat dalam

www.Ginaasthma.org

Kelompok V. Asuhan keperawatan Asma Bronkhial Pada Klien Ny. P di Ruanmg

Nilam (Penyakit Dalam) Rumah Sakit dr. H. M Anshari Sahaleh Banjarmasin

Program Studi D3. Keperawatan 2009.

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media

Aesculapius

Price, Silvia A & Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi Edisi 6. Jakarta: EGC

Purnomo. 2008. Faktor Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian

Asma Bronkial Pada Anak. Semarang: Universitas Diponegoro


Ruhyanudin, F. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan

Sistem Kardio Vaskuler. Malang : Hak Terbit UMM Press

Saheb, A. 2011. Penyakit Asma. Bandung: CV medika

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.

Jakarta: Prima Medika

Sundaru H. 2006 Apa yang Diketahui Tentang Asma, JakartaDepartemen Ilmu

Penyakit Dalam, FKUI/RSCM

Anda mungkin juga menyukai