Anda di halaman 1dari 10

Tugas pada Mata Kuliah Metodologi Penelitian

Program Studi Keperawatan Semester 6

Proposal Penelitian

Bagaimana Gambaran Pengetahuan Keluarga

Tentang Asma Bronkhial pada Anak usia sekolah 6-12 tahun

Dosen Pengampu :

Ns. Yunita Liana, M.kes

Disusun oleh

Fiska andriyani 18.14201.30.08

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA

PALEMBANG 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa bahwa Proposal Penelitian
tentang “Bagaimana Gambaran Pengetahuan Keluarga Tentang Asma Bronkhial pada
Anak usia sekolah 6-12 tahun” telah selesai dikerjakan untuk menyelesaikan tugas Mata
Kuliah “ Metodologi Penelitian “ Dalam proses pembuatan Proposal ini kami sebagai
penyusun mengalami berbagai hambatan dan gangguan ,akan tetapi dengan kesabaran serta
dukungan dari media yang memadai, Proposal ini dapat terselesaikan dengan baik. Tak
ketinggalan pula kami sebagai penyusun Proposal mengucapkan banyak terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu sehingga Proposal ini dapat selesai tepat pada waktunya.

Semua pihak dan rekan-rekan yang membantu dalam pengumpulan bahan,


penyusunan dan pembuatan Proposal Penelitian tentang “Bagaimana Gambaran
Pengetahuan Keluarga Tentang Asma Bronkhial pada Anak usia sekolah 6-12 tahun”.
Tentunya sebagai manusia yang tak sempurna, kami selaku penyusun tak lepas dari
kesalahan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sebagai bahan
evaluasi atas Proposal yang kami buat. Harapan nya agar kami menjadi lebih baik lagi
dikemudian hari.

Palembang,16 Maret2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .……………………………………………..2

DAFTAR ISI ………………………………………………3

BAB 1 ………………………………………………4

PENDAHULUAN ………………………………………………4

1.1 Latar belakang ………………………………………………4


1.2 Rumusan masalah ………………………………………………8
1.3 Pertanyaan penelitian ……………………………………………...8
1.4 Tujuan penelitian ………………………………………………8
1.5 Tujuan umum ………………………………………………9
a. Praktis ………………………………………………9
b. Teoritis ………………………………………………9
1.6 Ruang limgkup penelitian ………………………………………………10
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asma adalah penyakit inflamasi saluran nafas yang dapat menyerang semua
kelompok umur. Asma ditandai dengan serangan berulang sesak napas dan mengi, yang
bervariasi setiap individunya dalam tingkat keparahan dan frekuensi. Asma dapat
mempengaruhi kualitas hidup serta beban sosial ekonomi. Asma mempunyai tingkat
fatalitas yang rendah namun kasusnya cukup banyak di negara dengan pendapatan
menengah kebawah.Kontrol gejala asma yang baik merupakan tujuan pengobatan bagi
pasien asma. Pengobatan medikamentosa dan selfmanagement dibutuhkan untuk
mencapai kontrol asma. Pengobatan medikamentosa dan selfmanagement yang baik akan
tercapai jika pasien asma memiliki pengetahuan mengenai asma. Katerine, Irvan
Medison,2013.

Asma adalah penyakit inflamasi kronik pada saluran pernafasan dan asma masih
menjadi masalah kesehatan masyarakat di hampir semua negara di dunia, diderita oleh
anak-anak sampai dewasa dengan derajat penyakit ringan sampai berat, bahkan jika tidak
terkontrol dapat berakibat fatal1. pada tahun 2005, diperkirakan 100-150 juta penduduk
dunia menderita asma. Jumlah tersebut diperkirakan akan terus bertambah hingga
mencapai 180.000 orang setiap tahun. Haq, RK., 2010.

Asma adalah penyakit gangguan inflamasi kronis saluran pernapasan yang ditandai
adanya episode wheezing, kesulitan bernafas, dada yang sesak, dan batuk.Pasien dengan
asma akan mengalami kelemahan pada otot-otot pernapasan. Hal ini disebabkan oleh
sering terjadi dypsnoe dan adanya pembatasan aktivitas. Melatih otot-otot pernapasan
dapat meningkatkan fungsi otot respirasi, mengurangi beratnya gangguan pernapasan,
meningkatkan toleransi terhadap aktivitas, dan menurunkan gejala dypsnea (Weiner, etal.,
2003).
Asma Bronchiale yaitu kelainan yang ditandai oleh hipersekresibroncus secara terus
menerus dan empisema, dimana hilangnya jaringan penunjang paru-paru menyebabkan
penyempitan berat saluran pernafasan yang terutama dirasakan menyolok ketika
mengeluarkan nafas
(Soemarno, 2005).
Pada asma, terjadi 3 (tiga) jenis proses yang bersamaan, yaitu peradangan (inflamasi)
pada saluran nafas, penyempitan saluran nafas (bronkokonstriksi), pengeluaran cairan
mukus/lendir pekat secara berlebihan akibat dari tiga proses pada asma tersebut, maka
pasien asma dapat mengalami kesukaran bernafas atau sesak yang disertai batuk dan
mengi. Bentuk serangan akut asma mulai dari batuk yang terus-menerus, kesulitan
menarik nafas atau mengeluarkan nafas sehingga perasaan dada seperti tertekan, serta
nafas yang berbunyi (Judarwanto, 2011).

Penyakit asma ini, secara global merupakan penyakit penyebab 5 besar kematian di
dunia. Menurut data World HelathOrganization (WHO) individu dunia yang mengalami
penyakit Asma pada tahun 2010 ada sebanyak 300 juta (17,4%). Diprediksi jumlah ini
akan meningkat hingga 400 juta pada tahun 2025. Prevalensi asma bronkial di Indonesia
pada tahun 2009 adalah 468 orang, pada tahun 2010 adalah 1933 orang sedangkan pada
tahun 2011 meningkat menjadi 2005 orang dan pada tahun 2007 jumlah penderita asma
telah mencapai 5000 orang.1,10. Yulia Irvani Dewi. 2011.

Asma merupakan kelainan berupa inflamasi kronik saluran napas yang dapat
menyebabkan hiperreaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang dapat
menimbulkan gejala seperti mengi, batuk, sesak napas dan dada terasa berat terutama
pada malam dan atau dini hari yang umumnya bersifat reversibel baik dengan atau tanpa
pengobatan (Depkes RI, 2009). Penyakit asma telah menjadi masalah kesehatan global
yang diderita oleh seluruh kelompok usia (GINA, 2015).

Asma merupakan suatu penyakit kronis saluran napas yang ditandai dengan adanya
inflamasi, peningkatan reaktivitas terhadap berbagai stimulus, serta
sumbatan saluran napas yang bisa kembali spontan dengan atau tanpa pengobatan yang
sesuai. Mafruhah, Okti Ratna., Bagus Syaputra. Chyntia Paradiftha S. 2016.

Asma merupakan penyakit pada jalan napas yang mengalami penyempitan di saluran
napas sehingga menimbulkan reaksi yang berlebihan. Penatalaksanaan keperawatan yang
dilakukan pada pasien asma untuk meningkatkan saturasi oksigen dengan menggunakan
teknik relaksasi napas dalam dan untuk menurunkan resprationrate menggunakan posisi
semi fowler. Asma merupakan masalah kesehatan global yang diderita oleh seluruh
kelompok usia yang menyebabkan kematian (GINA, 2015).

Asma dapat terjadi pada semua golongan usia, sekitar setengah dari kasus terjadi pada
anak-anak dan sepertiga lainnya terjadi sebelum usia 40 tahun dengan beban global untuk
penyakit ini semakin meningkat. Gambaran klinis asma adalah serangan episodik batuk,
mengi, dan sesak napas diserati rasa berat di dada. Asma merupakan sepuluh besar
penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia. Asma dapat berakibat fatal, lebih sering
lagi asma sangat mengganggu, mempengaruhi kehadiran sekolah, pilihan pekerjaan,
aktivitas fisik dan banyak aspek kehidupan lainnya (Sundaru, 2009).
Asma adalah penyakit inflamasi kronis pada saluran nafas yang ditandai serangan
berulang berupa sesak nafas dan mengi, keadaan tersebut bervariasi dalam tingkat
keparahan dan frekuensi dari orang ke orang. Gejala dapat terjadi beberapa kali dalam
satu hari atau seminggu pada individu yang terkena, dan bagi sebagian orang menjadi
lebih buruk pada malam hari atau selama aktifitas fisik (WHO, 2013).

Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, yang bersifat reversibel di
mana trakhea dan bronkiberespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Asma
merupakan suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik saluran napas yang
menyebabkan hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan.Litbangkes. 2010.

Asma merupakan gangguan inflamasi kronis saluran napas yang melibatkan banyak
sel dan elemennya. Inflamasi kronis menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan napas
yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat,
dan batuk-batuk terutama malam atau pada dini hari. Episodik tersebut berhubungan
dengan obstruksi jalan nafas yang luas, bervariasi, dan sering kali bersifat reversibel
dengan atau tanpa pengobatan (Ukhalimaetal, 2016).

Pada awalnya, asma hanya disebabkan adanya kepekaan yang berlebihan


(hipersensitivitas) dari serabut-serabut nervusfagus, sehingga merangsang bahan-bahan
iritan di dalam bronkus dan menimbulkan batuk serta sekresi lender melalui satu reflex.
Begitu hipersensitifnya serabutserabutfagus ini, sehingga langsung menimbulkan reflex
konstriksi bronkus. Adanya lendir sangat lengket yang akan disekresi. Bahkan, pada
kasus-kasus berat, lendir ini dapat menghambat saluran nafas secara total, sehinggat
berakibat munculnya status asmatikus, kegagalan pernafasan, dan akhirnya kehilangan
nyawa (Sholeh, 2012).

Laporan ogranisasi kesehatan dunia (WHO) dalam World Health Report, sebanyak
300 juta orang menderita asma dan 225 ribu penderita meninggal di seluruh dunia. Angka
kematian yang disebabkan oleh penyakit asma di seluruh dunia diperkirakan akan
meningkat 20 % untuk sepuluh tahun mendatang, jika tidak terkontrol dengan baik. Yang
perlu di khawatirkan pada penyakit asma ini adalah meningkatnya penderita asma pada
anak usia 6-12 tahun atau yang masih duduk di SD. (WHO, 2006)
Global Initiative for Asthma (GINA) memperkirakan bahwa hampir 300 juta orang di
seluruh dunia menderita asma pravelensi asma tertinggi di seluruh Dunia ditemukan di
Britania Rayadan bekas koloninya. Rata-rata lebih dari 1 dan 15 penduduk di Britania
Raya menderita asma. Asma merupakan salah satu penyebab utama pasien anak dirawat
rumah sakit dengan lebih dari 75.000 kunjungan ke gawat darurat pertahunnya. Data
tersebut menunjukan bahwa diperkirakan 1 dari 4 orang memiliki asma berat atau asma
sedang yang akan membaik bila terapi adekuat. (Clark,Margaret Varnell, 2013).

Penyakit asma banyak ditemukan pada anak-anak, terutama tinggal di daerah


perkotaan dan industri. Kejadian asma hampir meningkat di seluruh dunia, baik negara
maju maupun negara berkembang termasuk indonesia. Kira-kira sembilan juta anak
amerika serikat dibawah umur 18 tahun mederita asma dan empat juta mengalami
sekurang-kurangnya sekali serangan asma setiap tahun. Penelitian ini menunjukan bahwa
50% telah diagnosis, dengan beberapa statistik yang menyatakan bahwa jutaan anak
penderita asma telah mengalami salah diagnosis dan dinyatakan mengalami bronkitis
berulang atau ataupnemunia (Rachelefsky, 2006).

Asma biasanya dikenal dengan suatu penyakit yang ditandai dengan adanya wheezing
(Mengi) intermiten yang timbul sebagai respon akibat paparan terhadap suatu zat iritan
atau alergen. Sayangnya banyak penderita sama yang juga beranggapan seperti ini. Pola
pikir ini mengakibatkan penatalaksanaan asma hanya berfokus pada gejala asma yang
muncul dan tidak ditunjukan pada penyebab yang mendasari terjadinya kondisi tersebut.
(Clark,Margaret Varnell,2013). Bedasarkan Heru Sundaru (Departemen Ilmu Penyakit
dalam FKUI) Prevalensi asma di Bandung meningkat jadi 5,2 % pada tahun 2008.
Sementara menunjukkan prevalensi asma pada anak sekolah dasar usia 6-12 tahun adalah
3,7 - 6,4 % .
Bedasarkan data diatas tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti “Gambaran
pengetahuan keluarga tentang asma bronkhial pada anak usia sekolah 6-12 tahun di RSU
Kota Bandung”. Karena hal ini sangat mempengaruhi tingkat perkembangan anak
diantaranya :
1. Anak memiliki tingkat kerentanan penyakit yang cukup tinggi
2. Asma dapat menghambat pertumbuhan anak
3. Asma dapat mempengaruhi prestasi belajar anak di sekolah.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti dapat merumuskan suatu masalah yaitu
“Bagaimana Gambaran Pengetahuan Keluarga Tentang Asma Bronkhial pada Anak usia
sekolah 6-12 tahun di RSU Kota Bandung.”

1.3 Pertanyaan Penelitian


1.Bagaimanakah pengetahuan penderita asma dalam upaya mencegah kekambuhan
penyakit asma?
2.Bagaimana dukungan keluarga dalam upaya mendukung pasien asma?

1.4 Tujuan Penelitian


a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui “Gambaran Pengetahuan Keluarga Tentang Asma Bronkhial pada
Anak usia sekolah 6-12 tahun di PUSKESMS .
b. Tujuan khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran pengetahuan
keluarga tentang:
a. Pengertian asma
b. Penyebab asma
c. Tanda dan gejala asma
d. pencegahan kekambuhan asma
1.5. Manfaat Penelitian
a. Teoritis
Secara teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau masukan
bagi perkembangan ilmu pendidikan dan menambah kajian ilmu kesehatan khususnya
ilmu keperawatan klinik dalam meningkatkan mutu pelaksanaan praktik keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan yang kompeheresif.
b. Praktis
Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak
yang menjalankan praktik keperawatan khususnya profesi keperawatan dala menjalankan
tugas profesi :
a. Ilmu Metodologi
Data yang diperoleh dari penelitian digunakan untuk memperjelas suatu masalah atau
informasi yang tidak diketahui dan selanjutnya diketahui, dab data yang diperoleh dari
penelitian digunakan untuk meminimalkan atau menghilangkan masalah.
b. Bagi keluarga pasien
Diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi keluarga pasien yang mempunyai anak
yang menderita asma sehingga keluarga pasien mengerti tentanga asma
c. Bagi Pelayanan Kesehatan
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat yang ada di Rumah Sakit dalam
upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan khususnya dengan pasien yang
menderita asma.
d. Bagi institusi pendidikan
dapat memberikan tambahan informasi, pengetahuan dan bahan referensi untuk
perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya mengenai asma. Penulisan ini dapat
digunakan sebagai bahan acuan untuk institusi pendidikan S1 keperawatan dalam upaya
meningkatkan mutu pendidikan dimasa yang akan datang.
1.6. Ruang Lingkup
a. Ruang Lingkup Waktu
Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan April sampai bulan november 2016.
b. Ruang Lingkup Tempat
Lokasi yang digunakan untuk penelitian ini di PUSKESMAS.
c. Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi yang digunakan dalam penelitian ini termasuk dalam
pendidikan keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai