NIM : 315190009
Rangkuman Bab 2
Menggoyang Ketimpangan
Di daerah 2 musim, suhu dingin dan panasnya tidak berpotensi mematikan. Suhu terendahnya
saja hanya mencapai 10 derajat celcius. Sehingga, potensi matahari yang dibutuhkan hanya
terang dan bayangannya saja. Namun, terang ini dibutuhkan untuk menerangi kolong, halaman,
dan teras, bukan untuk bagian dalam bangunan. Proporsi siang dan malam relative seimbang.
Perlu diketahui bahwa masyarakat 2 musim cenderung beraktivitas di luar ruangan. Sehingga,
hal yang paling diperlukan yakni kesejukan angin. Diperlukan banyak bukaan, ventilasi, dan
ruang udara dari arsitekturnya. Elemen-elemen bangunan yang diperlukan mencakup atap,
geladak, dan kerei. Hal ini menandakan bahwa arsitektur di daerah 2 musim dapat dianalogikan
seperti topi atau payung yang hanya berfungsi sebagai naungan. Bila hari panas, manusia tidak
terpapar terik matahari, dan bila hujan, manusia tidak terkena rintikan air hujan. Selain itu,
arsitektur berfungsi sebagai pelindung dari serangga, seperti nyamuk, lalat, dll.
Sedangkan di daerah 4 musim, suhu dingin dan panasnya berpotensi mematikan. Suhu
terendahnya bisa mencapai -60 derajat celcius. Sedangkan di daerah panas, seperti gurun pasir,
kelembabannya bernilai nol, sehingga tubuh dengan cepat mengalami penguapan. Hal ini dapat
mengakibatkan dehidrasi. Potensi matahari dibutuhkan untuk menerangi dan menghangatkan
ruangan. Elemen-elemen bangunan yang diperlukan yakni pondasi, lantai, dinding, dan atap.
Bangunan 4 musim memang dibuat dengan mengkesampingkan unsur tetangga, hingga berkesan
terisolir dan tertutup rapat. Hal ini menjadikan arsitektur sebagai hal yang begitu esensialnya
bagi penghuni. Sehingga, arsitektur di daerah 4 musim dapat dianalogikan seperti pakaian kedua
yang melindungi tubuh dari keganasan suhu. Hal ini memunculkan suatu paradigma bahwa
“rumahku adalah keabadian yang seindah-indahnya, sekuat-kuatnya, sefungsional-
fungsionalnya.”
Iklim dan arsitektur adalah bagian dari sains bangunan dan sains arsitektur. Sains bangunan
adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dan lingkungannya. Bangunan dan
shelter dalam hal ini berlaku sebagai perubah (modifier) lingkungan luar (outdoor environment)
menjadi lingkungan dalam (indoor environment) yang mempunyai atau memenuhi syarat
habitasi dan penghunian bagi manusia.