Anda di halaman 1dari 37

Dekonstruksi

Arsitektur
o/ Alvin Hadiwono

Mata Kuliah
Sejarah Arsitektur
Kontemporer
Secara umum -- Dekonstruksi adalah sebuah cara pandang dunia dengan
membongkar segala nilai Modern dan menyusunnya kembali dengan cara
yang baru dan sangat bebas.

Istilah “dekonstruksi” / deconstruction berasal dari filsuf Perancis : Jaques


Derrida.

Filsafat Dekonstruksi yang kedengarannya berada di awang-awang bagi


kebanyakan arsitek, menjadi sesuatu yang tertampil fisik dan praktis
ketika arsitek Philip Johnson dan Mark Wigley memamerkan 7 karya
arsitek dengan judul The Deconstructivist Architecture di Museum of
Modern Arts, di New York pada tahun 1989.

Ketujuh arsitek itu adalah Frank Gehry, Daniel Libeskind, Bernard


Tschumi, Peter Eisenman, Zaha Hadid, Rem Koolhaas dan Coop
Himmelblau.

Namun hanya dua dari ke tujuh arsitek itu yang mengikuti strategi
Dekonstruksi Derrida dan pernah bekerja sama dengan Derrida dalam
membangun bangunannya, yaitu Peter Eisenmen dan Bernard Tschumi.
Secara umum beberapa prinsip penting dalam Dekonstruksi
Arsitektur:

● Tidak ada yang absolut dalam arsitektur.


● Tidak ada satu cara atau gaya yang terbaik, atau landasan hakiki
dimana seluruh arsitektur harus berkembang. Gaya klasik,
tradisional, Modern dan lainnya mempunyai posisi dan
kesempatan yang sama untuk berkembang.
● Mengarah pada keragaman pandangan dan tata nilai.
● Pengutamaan indera penglihatan dalam arsitektur harus diakhiri.
Potensi indera lain harus dimanfaatkan pula secara seimbang.
● Arsitektur terkandung dalam ide, gambar, model dan fisik
bangunan dan semuanya dapat menjadi produk akhir dari
arsitektur.
● Tidak ada tokoh atau figur yang perlu didewakan atau disanjung.
1. Dekonstruksi Peter Eisenmen

Peter Eisenman mengikuti prinsip


Derrida dalam mendesain.
Ruang-ruang hasil ciptaannya
merupakan hasil dari permainan
jejak, tanda dan kehadiran,
sehingga banyak menimbulkan *House VI

ruang-ruang yang overlap, ruang


melayang, struktur-struktur yang
berdiri sendiri dan lain-lain. Hal ini
terlihat pada karyanya seperti
House I sampai dengan House X. *House III for Robert Miller,
Lakeville, 1971 ~ Peter Eisenmen
Secara garis besar dari beberapa prinsip
desain dekonstruksi Peter Eisenmen dapat
diurai sebagai berikut:

a. Penolakan terhadap antroposentrisme dalam


desain
b. Penerapan proses “scaling”, melalui
pengembangan tiga konsep “distabilisasi”:
discontinuity, recursibility dan self-similarities.
c. Penolakan terhadap “center” sebagai bagian
paling penting dan memiliki hirarki lebih tinggi.
d. Penolakan terhadap kekakuan oposisi
dialektis
dan ketegori hirarkis tradisional seperti “form
follows function”, “ornament added to
structure”, digantikan oleh “existing between”,
“almost this or almost that, but not quite
either”
e. Pemahaman arsitektur secara tekstual dalam
kaitan dengan “otherness”, “trace” dan
“absence”
2. Dekonstruksi Bernard Tschumi

Bernard Tschumi mengemukakan sebuah konsep yang


disebut sebagai The Manhattan Transcript, yang mana
mengemukakan tentang transgresi dan regresi. Teori ini
mendalami gerak manusia yang dipetakan serta dihubungkan
ke dalam titik, garis dan bidang yang konteks terhadap ruang.
Salah satu penerapannya dapat dilihat pada proyek Parc La-
Villette.

*Salah satu studi Bernard Tschumi tentang


*Parc La-Villette
gerak, bentuk dan ruang
by Bernard Tschumi
Di sisi lain, Bernard Tschumi juga sering melakukan dekonstruksi program
dan konfigurasi ruang. Untuk konsep ini, secara garis besar dapat dibagi
menjadi 3 bagian:

a. Cross Programming
Menggunakan konfigurasi spatial tertentu untuk program yang sama sekali
berbeda; misal bengunan gereja digunakan untuk tempat bowling.
Menempatkan suatu konfigurasi spasial pada lokasi yang tidak berkaitan;
misalnya: museum diletakkan dalam bangunan struktur parkir, atau beauty
parlour dalam sebuah gudang.

b. Transprogramming
Mengkombinasikan dua program yang bersifat dan konfigurasi spasialnya
berbeda; misalnya planetarium dikombinasikan dengan roller-coaster,
perpustakaan dengan track balap mobil.

c. Disprogramming
Mengkomposisikan dua program sedemikian rupa sehingga konfigurasi
ruang program pertama mengkontaminasi program dan konfigurasi ruang
kedua; misalnya supermarket dikombinasikan dengan perkantoran.
3. Dekonstruksi Frank O. Gehry

Frank Gehry memiliki karakter dekonstruksi yang


berbeda dengan yang lain, karena cenderung melihat
karya arsitekur lebih didominasi sebagai karya seni
dibanding fungsinya.

àPermainan bentuk yang sedemikian dinamis dan


ekstrem dengan material yang solid masih
mendominasi permukaan bangunan.

àKomposisikan ruang dan bidang tidak nampak


prinsip-prinsip order dari arsitektur klasik yang *Restoran Ikan di Kobe (Jepang)
digunakan seperti : unity, harmoni dan balance.

àSecara keseluruhan bangunan memberi citra


sebagai suatu kompisisi yang meliuk, terpuntir,
bergerak dan terkesan belum selesai.

àDekonstruksi versi Frank O. Gehry adalah


dekonstruksi kulit (bentuk) bangunan. Dicapai
dengan metode eksperimental trial and error.
*Vitra Design Museum
by Frank O. Gehry
*Guggeinheim Museum in Bilbao (Spain)
by Frank O. Gehry
*Guggeinheim Museum in Bilbao (Spain) by Frank O. Gehry
* Frank Gehry’s Center for Brain Health
* Frank Gehry’s Center for Brain Health
*Marques de Riscal – a Luxury Hotel
Location: Rioja Alavesa region, Spain
*The Frederick R. Weisman Art Museum,
University of Minnesota, Minneapolis,
designed by Frank O. Gehry, 1990–93
4. Dekonstruksi Daniel Libeskind

Libeskind lebih condong ke arah


dekonstruksi elemen-elemen
bidang dan berbentuk patah-patah
dan zig-zag.

Salah satu konsep terpenting yang


tertuang dalam tulisan-nya
Between The Line, sepertinya
Daniel Libeskind ingin
membongkar konsep-konsep
Modern melalui definisi tentang
garis lurus. Bagi Libeskind garis
lurus dan garis bengkok adalah
garis. Jadi keduanya tidak ada
perbedaan dan layak untuk hadir
ke dunia tanpa membedakan,
terutama dalam karya arsitektur.
*Studi massa dan bangunan
Contemporary Jewish Museum ,
San Francisco by Daniel
Libeskind
Bangunan Contemporary Jewish
Museum San Francisco by Daniel
Libeskind
*Royal Ontario Museum / Michael Lee-Chin Crystal (Exterior) – Toronto,
Kanada -
by Daniel Libeskind
*Royal Ontario Museum / Michael Lee-Chin Crystal (Exterior)– Toronto, Kanada
-
by Daniel Libeskind
*Royal Ontario Museum / Michael Lee-Chin Crystal (Interior) – Toronto, Kanada - by
Daniel Libeskind
*Royal Ontario Museum / Michael Lee-Chin Crystal (Interior) – Toronto, Kanada
- by Daniel Libeskind
*Penampilan ekterior dari Jewish Museum di Berlin,
Jerman (Daniel Libeskind)
*Penampilan ekterior dari Jewish Museum di Berlin,
Jerman (Daniel Libeskind)
*Penampilan interior dari Jewish Museum di Berlin,
Jerman (Daniel Libeskind)
5. Dekonstruksi Zaha Hadid

à Zaha Hadid menciptakan


struktur berlapis yang berkesan
lentur pada karya-karyanya.

à Denah bersusun dengan


dimensi yang berbeda akan
menciptakan komposisi void
dan solid yang sangat kaya.

Filosodi “anti” tercermin dalam


berbagai konsep dis- dan de-
pada semua karyanya yang anti
pusat, anti as, anti simetri, anti
seimbang, anti selaras dan anti
fungsi.
*Masterplan Beko oleh Zaha Hadid. Sebuah kompleks apartemen, kantor dan
fasilitas bersantai yang terletak di Belgrade, Serbia.
*Masterplan Beko oleh Zaha Hadid. Sebuah kompleks apartemen, kantor dan
fasilitas bersantai yang terletak di Belgrade, Serbia.
6. Dekonstruksi Coop Himmelb(l)au

Coop Himmelblau adalah nama


dari kelompok arsitek yang
berjumlah 2 orang. Bersama-sama
mereka menghasilkan bangunan-
bangunan yang dapat
dikategorikan sebagai aliran
dekonstruksi. Mirip seperti Frank
O. Gehry, Coop Himmelblau
menggunakan metode trial and
error yang dikombinasikan sketsa
dan eksperimen untuk *Rooftop Remodeling Falkestrasse by
menghasilkan bangunan. Coop Himmelblau
Perbedaannya adalah, kalau Coop
Himmelblau lebih berfokus pada
dekonstruksi rangka, struktur
dan kulit dibanding ke arah
bentuk.
*Rooftop Remodeling Falkestrasse by Coop Himmelblau
*Lyon's Musée des Confluences,
Designed Coop Himmelb(l)au
*Busan Cinema Centre – South Korea~ Coop Himmelb(l)au
7. Dekonstruksi Rem Koolhaas

Rem Koolhaas mendasarkan karya-


karyanya pada konsep kombinasi tipologi.
Beberapa karya besarnya seperti
apartemen di Belanda, Berlin, dan Florida
membuktikan bahwa tipologi akan menjadi
acuan utama dalam menampilkan blok-
blok maupun fasade yang sangat diwarnai
oleh bentuk-bentuk abstrak yang terdiri
dari kotak-kotak kaca yang sangat repetitif
dan tiba-tiba dikombinasikan dengan
beraneka macam motif grafis seperti
segitiga merah, balkon-balkon kuning, dan
kotak biru. Baik dari penggunaan bahan
maupun pemilihan warnya nampak jelas
bahwa itu tidak lebih hanya merupakan
unsur komersial dari pada artistik. Di sisi
lain, Rem Coolhaas juga mengandalkan
intuitif arsitek, yaitu pengembangan
respons dan impuls kreatif.
*Dua penampilan
karya Rem Koolhaas

~~~

Anda mungkin juga menyukai