Pendahuluan
Gaya arsitektur mengalami pergerakan yang sangat dinamis dari masa ke masa.
Mulai dari era Arsitektur klasik sampai era gaya internasional semuanya memiliki latar
belakang kemunculan yang berbeda. Salah satu era yang menurut saya menarik adalah
International style. Karena pada era ini terlihat sekali gebrakan dari para arsitek masa
itu untuk lebih mengedepankan fungsionalitas dalam merancang bangunan dengan
berusaha membuat bentuk yang sesederhana mungkin. Beberapa arsitek yang memiliki
peranan besar di era international style adalah Frank Llyold Wright, Walter Gropius,
Mies van de Rohe, dan juga Le Corbusier. Yang akan saya bahas lebih detail pada
tulisan ini adalah Le Corbusier, spesifiknya mengenai manifesto yang ia cetuskan pada
tahun 1926.
Le Corbusier merupakan salah satu arsitek berkebangsaan Swiss-Prancis yang
terkenal dengan aliran International Style. Perannya pada era internasional memang
luar biasa dan bahkan turut memengaruhi gaya arsitektur di beberapa belahan dunia. Ini
terbukti dengan salah satu menifestonya yakni “Five Points of New Architecture” atau
lima poin arsitektur baru. Manifestonya ini bahkan turut menjadi fondasi dari Gerakan
international style. Dalam buku Modern Architecture since 1900 yang ditulis oleh
William J. Curtis (1982) disebutkan bahwa kemunculan “Five points of new
architecture” ini merupakan perpanjangan
prinsip dari Sistem Dom-ino rancangannya
pada tahun 1914. Penemuan sistem Dom-
ino ini dibantu oleh Max Dubois dan
bahkan menjadi instrument urbanisme Le
Corbusier. Akan tetapi, ada Sumber lain
yang mengatakan hal yang sedikit berbeda.
Menurut buku programs and manifestoes
on 20th-century architecture writer yang
ditulis oleh Ulrich Conrads (1970), “five Gambar 1 Struktur Dom-ino Le Corbusier 1914
points of new architecture” ini masih satu ([https://www.researchgate.net/figure/Dom-
masa dengan desain rumah Le Corbusier di ino-House-by-Le-Corbusier-1914-
Weissenhof estate tahun 1927. Sumber 1915_fig2_283075463], [2013])
lain juga mengatakan hal yang sama.
Dikutip dari website worldheritage – lecorbusier, “five points of new architecture”
dirumuskan pertama kalinya, sehubungan dengan desain rumah rancangannya di
Weissenhof Estate. Jika saya melihat pada buku Towards a New Architecture yang
ditulis oleh Le Corbusier pada 1923, menurut yang saya pahami ia lebih menekankan
pada panduan atau arahan dalam merancang. Salah satu yang paling fundamental
menurut saya adalah “three reminders to architects” yang terdiri dari mass (massa
bangunan), Surface (permukaan), dan plan (denah). Namun, semuanya ini pasti saling
berhubungan. Dengan adanya buku Towards a New Architecture dengan “Three
Reminders to Architects” nya tentu menjadi salah satu fondasi lain bagi Le Corbusier
untuk mencetuskan “five points of new architecture”. Karena tiga pengingat yang
dikemukakannya ini merupakan inti penting dari rancangan arsitektur yang bisa saya
bilang turut menyempurnakan sistem Dom-ino yang ia temukan di tahun 1914.
Sehingga menurut saya, semua itu menjadi awal terbentuknya Manifesto Le Corbusier.
Topik Seputar “Five Points of new Architecture” ini menarik untuk dibahas. Karena ini
merupakan salah satu manifesto yang banyak berpengaruh pada gaya internasional
meskipun manifesto ini dicetuskan hanya oleh satu tokoh.
Pembahasan
Five points of new architecture terdiri dari lima poin penting yang menjadi
fondasi terbentuknya gaya arsitektur baru. Menurut buku Raumplan Versus plan Libre:
Adolf Loos and Le Corbusier tahun 1987, “Five points of a new architecture” ini terdiri
atas the column, the roof garden, the free of ground plan, the ribbon window, dan the
free of façade. Yang pertama ada the column atau pilotis. Menurut buku yang sama,
maksud dari pilotis adalah mengangkat bangunan, rumah, atau ruangan menjauh dari
permukaan tanah sehingga memberikan jalan bagi cahaya dan udara untuk berikulasi
dengan bebas. Pilotis ini berupa tiang-tiang vertikal yang disusun berulang pada façade.
Lalu poin yang kedua adalah the roof garden. Menurut buku yang sama, the roof garden
berarti bahwa sebuah kota dapat memeperoleh Kembali seluruh area yang
dibangunnya. Menurut yang saya pahami, adanya roof garden ini membuat area
perkotaan yang sebelumnya dibangun bisa mendapatkan kembali area yang telah
dibangun tersebut. Karena adanya roof garden ini akan secara tidak langsung
merelokasi area hijau yang telah terpakai untuk membangun ke area atap. Sehingga
menciptakan kesan bahwa lingkungan perkotaan memperoleh kembali lahan yang
sebelumnya dipakai dengan adanya roof garden.
Poin ketiga adalah the free of ground plan. Setelah saya membaca beberapa
literatur, yang saya pahami dari poin ketiga ini adalah dengan adanya kolom/pilotis,
sebagai penahan beban utama, membuat dinding penahan beban (Load bearing walls)
tidak lagi diperlukan. Dinding pada interior juga bisa dibuat sebebas mungkin karena
dinding ini tidak lagi dijadikan sebagai penahan beban. Ini membuat interior bisa
dirancang sebebas mungkin dan secara tidak langsung membuat tatanan ruang menjadi
unik, minim batasan, dan tidak seperti bangunan kebanyakan. Poin keempat adalah the
free of façade. Dalam buku programs and manifestoes on 20th-century architecture
writer dijelaskan bahwa dengan adanya kolom/pilar sebagai penahan beban, serta lantai
yang dibuat melebihi batas pilar (seperti balkon atau kantilever), akan membuat dinding
façade terpisah dari kolom konstruksi sehingga membuatnya tidak lagi berperan
sebagai penahan beban dan bebas dari struktur konstruksi. Poin terakhir dari “five
points of a new architecture” adalah the ribbon window (strip horizontal window).
Sesuai dengan namanya, poin terakhir dari manifesto Le Corbusier adalah penggunaan
kaca strip memanjang (horizontal). Menurut buku Raumplan Versus plan Libre: Adolf
Loos and Le Corbusier, penggunaaan jendela strip horizontal ini membuat setiap
ruangan mendapatkan penerangan yang sama. Untuk mencari tahu lebih detail seputar
implementasi “five points of a new architecture” dalam bangunan international style di
era itu, saya akan menjelaskannya dalam tiga contoh bangunan terkenal pada era
tersebut.
Gambar 7 Interior Villa Savoye
Gambar 5 Pilotis pada Villa Savoye ([https://ww ([https://happyusbook.com/villa-savoye-le-
w.modlar.com/photos/9978/villa-savoye/], corbusier], [2015])
[2020])
Bangunan pertama adalah Villa
Savoye. Yang mana merupakan bangunan rancangan Le Corbusier sendiri yang selesai
dibangun pada 1929 dan berlokasi di Poissy, Paris. Jika saya mengamati keseluruhan
bangunan Villa Savoye ini, saya bisa mengatakan bahwa bangunan ini memuat kelima
poin dari manifesto Le Corbusier sendiri. Yang pertama yakni Pilotis, bisa kita lihat
sendiri bahwa villa savoye ini menggunakan pilotis untuk mengangkat ruang dan
bangunan di atas permukaan tanah. Penggunaan pilotis ini juga dilakukan secara
berulang pada area dasarnya. Lalu poin
manifesto yang kedua adalah the roof
garden. Villa Savoye memiliki roof
garden walaupun ukurannya tidak begitu
besar. Pada bagian atapnya, ditanami
dengan beberapa tanaman yang secara
tidak langsung merelokasi lahan hijau yang
dibangun ke bagian atap bangunannya.
Lalu poin ketiga, the free of ground plan.
Bisa kita lihat pada interior dari Villa
Savoye ini menggunakan pilar-pilar Gambar 6 Roof Garden Villa Savoye
sehingga tidak lagi membutuhkan dinding ([https://archeyes.com/the-villa-savoye-le-
penahan beban. Dengan tidak adanya corbusier/], [2020])
dinding penahan beban, maka denah dan
penataan pada interior bisa didesain sebebas mungkin sehingga menghilangkan
batasan-batasan dalam ruang. Poin yang keempat adalah the free of façade. Menurut
saya ini sedikit berhubungan dengan poin ketiga. Melihat interior Villa Savoye yang
menggunakan pilar, dengan lantai yang melampaui posisi pilar (menyerupai balkon),
maka dinding façade akan terpisah dari struktur penompang beban. Ini membuat façade
terbebas dari beban konstruksi. Poin terakhir adalah the ribbon window. Untuk poin
manifesto terakhir ini juga sangat terpampang jelas pada Villa Savoye. Setiap sisi
bangunan seluruhnya menggunakan jendela strip horizontal. Sampai disini, kita bisa
melihat bahwa Le Corbusier konsisten menerapkan manifesto “five points of a new
architecture” dalam rancangannya sendiri. Melihat implementasi manifestonya yang
sangat baik, tidak mengherankan jika karyanya ini terpampang dalam Modern
Architcture : international exhibition di New York pada 1932 silam.
Bangunan kedua yang saya bahas
adalah Weissenhof Estate. Dikutip dari
website Weissenhoffmuseum.de,
Weissenhof Estate dibuat pada tahun
1927 dalam konteks pameran yang
diselenggarakan oleh Deutscher
Werkbund dan dibiayai oleh kota
Stuttgart. Pameran ini menyajikan 33
bangunan yang dipersembahkan oleh
tujuh belas arsitek internasional. Dari 33
bangunan, saya akan fokus hanya ke
bangunan nomor 14-15. Yakni bangunan
karya Le Corbusier yang kini dijadikan
museum Bernama Weissenhof Museum
Im Haus Le Corbusier dan pada 2016
Gambar 8 Pilotis pada Weissenhof Im Haus dinobatkan sebagai situs warisan dunia
([https://www.archdaily.com/490048/ad- UNESCO. Implementasi “Five points of
classics-weissenhof-siedlung-houses-14-and- a new architecture” dalam bangunan ini
15-le-corbusier-and-pierre-jeanneret], [2014]) kalau menurut pandangan saya juga
sangat terlihat. Poin pertama yakni
penggunaan pilotis. Bangunan
Weissenhof Im Haus ini terlihat jelas
terdapat pilotis pada bagian façadenya.
Bukan hanya pada façade, pada rooftop
juga terdapat pilotis hanya saja dengan
ukuran yang lebih kecil. Berlanjut ke poin
kedua, yakni rooftop garden. Pada
Weissenhof Im Haus ini juga terdapat
taman di atapnya. Penataan tamannya
kalau menurut pandangan saya mirip
dengan Villa Savoye, hanya saja dengan ukuran ruang yang lebih kecil. Tanaman yang
ada juga berupa semak-semak saja bukan berupa tanaman tinggi. Poin ketiga dari “five
Gambar 9 Roof Garden pada Weissonhif Im points f a new architecture” adalah the
Haus free of ground plan. Dengan adanya
([https://architecturalvisits.com/en/weissenho penggunaan pilotis atau pilar membuat
f-le-corbusier/], [2013])
dinding penahan beban menjadi tidak
diperlukan. Sehingga penataan ruang dan
denahnya akan lebih bebas menyesuaikan dengan fungsi internalnya. Poin keempat
adalah the free of façade. Sama halnya dengan Villa Savoye sebelumnya. Karena
adanya penggunaan pilar atau pilotis dengan posisi lantai yang melebihi batas pilotis,
membuat dinding façade bebas dan terlepas dari beban struktur. Poin terakhir adalah
the ribbon window. Untuk poin terakhir ini, juga dengan jelas terpampang dalam Im
Haus Le Corbusier. Pada façade bangunan terlihat adanya penggunaan jendela strip
horizontal. Bukan hanya pada façade, melainkan pada sisi kiri dan kanannya juga
terdapat jendela horizontal, walaupun tidak panjang seperti pada façadenya. Dari sini
bisa saya katakan bahwa Im Haus ini juga telah mengimplementasikan “five points of
a new architecture” dengan baik. Meskipun Weissenhof Estate ini merupakan pameran
yang melibatkan tujuh belas arsitek internasional sekaligus dengan 33 karya dalam satu
lingkup Kawasan yang sama, kekonsistenan Le Corbusier dalam
mengimplementasikan manifestonya bisa membuat karyanya menjadi ciri khas menarik
dan tetap bisa dikenali diantara bangunan-bangunan sekelilingnya.
Bangunan terakhir yang akan
saya bahas terkait dengan
implementasi “five points of a new
architecture” adalah Lovell House
Gambar 13 Jendela pada Lovell House Gambar 14 Jendela pada Villa Savoye
([https://www.toptrendy.sk/lifestyle/1600- ([https://www.archdaily.com/84524/ad-
domy-na-strmom-svahu-su-tvrdym-orieskom- classics-villa-savoye-le-corbusier], [2010])
pre-kazdeho-architekta], [2020])
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Curtis, W.J.R. (1983). Modern Architecture Since 1900: Le Corbusier's Quest for
Ideal Form. Oxford: Phaidon
Loos, A., Corbusier, L. Risselada, M. (Ed.). (2008). Raumplan Versus plan Libre:
Adolf Loos and Le Corbusier (pp 74-83). Rotterdam: 010 Publishers
Weissenhof Museum Im Haus Le Corbusier. Diakses pada Oktober 20, 2021, dari
https://weissenhofmuseum.de/en/museum/#willkommen