Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN MINGGUAN

GEOLOGI STRUKTUR
PROYEKSI STEREOGRAFIS

DISUSUN OLEH :

NAMA : SINGGIH PERMADI


NIM : 2009056050
PRODI : TEKNIK PERTAMBANGAN
ASISTEN : HILMAN FADLLUR RAHMAN
NIM : 1809085001

LABORATORIUM GEOLOGI DAN SURVEY


PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Geologi struktur adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari tentang bentuk
(arsitektur) batuan sebagai hasil dari proses deformasi. Adapun deformasi batuan adalah
perubahan bentuk dan ukuran pada batuan sebagai akibat dari gaya yang bekerja di
dalam bumi. Secara umum pengertian geologi struktur adalah ilmu yang mempelajari
tentang bentuk arsitektur batuan sebagai bagian dari kerak bumi serta menjelaskan
proses pembentukannya. Beberapa kalangan berpendapat bahwa geologi struktur lebih
ditekankan pada studi mengenai unsur-unsur struktur geologi, seperti perlipatan (fold),
rekahan (fracture), patahan (fault), dan sebagainya yang merupakan bagian dari satuan
tektonik (tectonic unit), sedangkan tektonik dan geotektonik dianggap sebagai suatu
studi dengan skala yang lebih besar, yang mempelajari obyek-obyek geologi seperti
cekungan sedimentasi, rangkaian pegunungan, lantai samudera, dan sebagainya.

Proyeksi stereografis merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam
menganalisis struktur geologi. Proyeksi stereografis adalah gambaran dua dimensi
atau proyeksi dari permukaan sebuah bola sebagai tempat orientasi geometri bidang
dan garis.   Proyeksi stereografis memproyeksikan garis dan bidang  kedalam bidang
proyeksi biasanya berupa permukaan setengah bola bagian bawah (lower
hemisphere).  Proyeksi stereografis dapat memecahkan masalah yang berkaitan
dengan geometri berupa besaran arah dan sudut dalam analisa geomoetri struktur
geologi karena proyeksi ini dapat menggambarkan geometri kedudukan atau
orientasi bidang dan garis dalam bidang proyeksi yang digunakan.

Proyeksi steriografi merupakan cara pendekatan deskripsi geometri yang efisien untuk
menggambarkan hubungan sudut antara garis dan bidang secara langsung.Pada proyeksi
sterio grafi , unsur struktur geologi digambarkan dan dibatasi didalam suatu permukaan
bola (sphere). Bidang proyeksi ini akan berbentuk suatu lingkaran primitif dan juga
merupakan proyeksi dari struktur bidang yang kedudukannya horizontal ( dip= 0), maka
kedudukan bidang miring pada Wulf net dan Schmidt net, 0(nol) di lingkaran primitip
dan 90 terletak pada pusat lingkaran.

Oleh karena itu, dilakukannya praktikum Proyeksi Stereografis ini untuk dapat
mengetahui jenis-jenis streonet, fungsi streonet dan dapat mengaplikasikan streonet
dalam geologi struktur.

1.2. Tujuan

Pada praktikum kali ini di dapatkan tujuan sebagai berikut :


a Mengetahui definisi dan kegunaan proyeksi stereografis
b Menganalisis kekar secara proyeksi stereografis
c Menganalisis sesar secara proyeksi stereografis
BAB II
DASAR TEORI

Geologi berasal dari bahasa Yunani yaitu geo (bumi) dan logos (ilmu). Jadi Geologi
dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang Bumi, meliputi proses-proses
yang berlangsung atau dinamika, dan pengaruhnya terhadap Bumi itu sendiri.

Secara lebih terperinci, geologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari material
penyusun kerak bumi, proses-proses yang berlangsung selama dan atau setelah
pembentukannya, serta makhluk hidup yang pernah ada atau hidup di bumi.

Geologi struktur adalah bagian dari geologi yang mempelajari bangun/rupa (arsitektur)
batuan dari kerak bumi, yang meliputi : - geometri : bentuk, ukuran, kedudukan, sifat
simetri, dan - komponen atau unsur yang membentuknya pada berbagai ukuran (skala)
dari skala batuan, singkapan hingga regional, yang merupakan hasil dari proses
pembentukannya (kejadian) atau karena perubahan akibat deformasi. Didalam geologi
struktur terutama mempelajari bentuk batuan akibat deformasi serta proses yang
menyebabkannya. (Khairil Rusman, 2016)

2.1 Kekar

Kekar merupakan retakan – retakan pada batuan yang belum mengalami pergeseran,
biasanya terbentuk karena adanya gaya tektonik sepert tension, stress dan lainnya.
Kekar terdapat pada semua jenis batuan. Klasifikasi kekar di bagi menjadi 2, yaitu
genetis dan geometris. (Polo, 1993)

2.1.1 Klasifikasi Genetis

Klasifikasi kekar secara genetis terbagi menjadi 3, yaitu : (a) Kekar Gerus (b) Kekar
Tarik (c) Kekar Kolom (Asikin, 1978)
2.1.2 Klasifikasi Geometris

Berdasarkan kedudukan terhadap lapisan batuan, yaitu: (a) Strike joint : jurus kekar dan
jurus perlapisan saling sejajar. (b) Dip joint : jurus kekar sejajar dengan arah kemiringan
lapisan batuan. (c) Diagonal/oblique joint : jurus kekar dan jurus perlapisan batuan
saling memotong. (d) Bedding joint : bidang kekar dan bidang lapisan saling sejajar.

Berdasarkan pola kekar, yaitu : (a) Kekar sistematik. (b) Kekar tidak sistematik. Serta
berdasarkan ukurannya, yaitu : (a) Master joint (b) Major joint (c) Kekar minor (d)
Kekar mikro. (Asikin, 1978)

2.2 Sesar

Sesar merupakan kekar yang telah mengalami pergeseran melalui bidangnya.


Pergeseran terjadi karena adanya gaya tektonik yang bekerja di dalam bumi. Sesar
terdapat pada semua jenis batuan dengan panjang bervariasi dari beberapa milimeter
sampai ratusan kilometer. (Asikin, 1978)

2.2.1 Klasifikasi Sesar

Sesar dapat diklasifikasikan berdasarkan : (a) Orientasi pola tegasan utama. (b) Gerak
relatifnya (Sense of displacement) dan unsur geometrinya. (c) Rake dari net slip. (d)
Separation dan slip. (e) Dip of fault dan pitch of net slip. (f) Tipe gerakannya.

2.2.2 Sistem Sesar

Secara umum ada 3 (tiga) kelompok sesar utama, yaitu sesar naik, sesar normal dan
sesar mendatar. Sebenarnya ada satu jenis sesar lainnya, yaitu sesar miring (Oblique
fault), yang merupakan kombinasi dari beberapa jenis sesar. Terbentuknya struktur sesar
di suatu daerah umumnya tidak tunggal, artinya suatu sesar yang terbentuk akibat
tektonik (waktu dan tempatnya sama) disuatu daerah selalu terjadi lebih dari satu jalur
sesar dengan ukuran yang bervariasi. Kelompok struktur sesar demikian dinamakan
sistem sesar. (Asikin, 1978)

2.3 Lipatan

Lipatan merupakan struktur pada batuan yang tampak seperti bergelombang. Lipatan


dapat dijumpai pada semua jenis batuan, namun yang paling sering dijumpai adalah
pada batuan sedimen berlapis. Bentuk gelombang yang cembung ke atas dinamakan
antiform, sementara yang cembung ke bawah dinamakan synform. (Dahlan, 2015)

2.4 Analisis Kekar

Penganalisisan data kekar sangat penting dilakukan dalam hubungannya dengan


menentukan sumbu lipatan dan gaya gaya yang bekerja pada batuan daerah tersebut.
Dalam menganalisis kekar dapat dikerjakan dengan menggunakan tiga metode,yaitu: (a)
Histogram (b) Diagram kipas (c) Stereografis (Dahlan, 2015)

Dalam analisis kekar dengan histogram dan diagram kipas yang dianalisis hanyalah
jurus dan kekar dengan mengabaikan besar dan analisis arah kemiringan , sehingga
analsis ini akan mendekati kebenaran apabila kekar-kekar yang dianalisis mempunyai
dip yang cukup besar atau mendekati 90º .Gaya yang bekerja dianggap lateral, karena
arah kemiringan kekar diabaikan, maka dalam perhitungan kekar yang mempunyai arah
N180 ºE dihitung sama dengan N65 ºW . Jadi semua pengukuran dihitung ke dalam
interval N 0 ºE- N 90 ºE Dan N 0 ºW – N 90 ºW.

Untuk analisis statistik , data yang diperkenankan umumnya 50 data , tetapi 30 data
masih diperkenankan . Dalam analisis ini kekar gerus dan kekar tarik dipisahkan, karena
gaya yang bekerja untuk kedua jenis kekar tersebut berbeda. (Dahlan, 2015)
2.5 Hubungan Analisis Kekar Terhadap Sesar Dan Lipatan

Berdasarkan definisi dari struktur geologi kekar, sesar, dan lipatan telah menunjukkan
bahwa adanya keterkaitan satu dengan yang lain. Misalnya sesar, sesar ialah kekar yang
mengalami pergeseran pada bidangnya, dan biasanya sesar terbentuk pada daerah
lipatan (sinklin maupun antiklin). (Polo, 1993)

Hubungan dari ketiga struktur geologi ini dapat dijelaskan melalui three stages of
deformation yang merupakan sifat deformasi suatu benda terhadap gaya berdasarkan
tingkat elastisitas benda tersebut. Ketiga tingkatan tersebut adalah :

2.5.1 Elastic

Benda dikatakan elastic jika suatu benda dikenai gaya, maka akan mengalami


deformasi, tetapi jika gaya dilepas (hilang), maka benda tersebut akan kembali lagi pada
bentuk dan ukuran semula. batas dimana suatu benda masih dapat kembali seperti
semula jika gaya dilepas, disebut elastic limit. Maka jika besar gaya yang bekerja
melebihi elastic limit, benda tersebut tidak akan kembali pada bentuk semula, jika gaya
hilang. (Polo, 1993)

2.5.2 Plastic

Benda dikatakan plastic jika gaya yang bekerja mencapai elastic limit. Benda yang


terkena gaya hanya sebagian yang dapat kembali pada bentuk semula, jika gaya
dihilangkan.

2.5.3 Brittle and Ductile

Benda dikatakan brittle, jika benda sudah pecah sebelum gaya yang bekerja mencapai
titik plastis. Benda dikatakan ductile, jika benda pecah/hancur setelah gaya melewati
titik elastic. (Polo, 1993)
Berdasarkan penjelasan mengenai tingkat deformasi tersebut dapat diketahui bahwa
kekar merupakan awal atau pemicu adanya sesar dan lipatan. Hal ini dikarenakan kekar
menjadi zona lemah suatu batuan yang apabila mendapat gaya yang lebih besar akan
memicu terjadinya struktur geologi sesar dan lipatan. Sedangkan sesar naik umumnya
terbentuk pada daerah lipatan berupa sinklin dan sesar turun terbentuk pada daerah
lipatan yang berupa antiklin. Hal ini dikarenakan ketika gaya tekan pada daerah lipatan
hilang, maka batuan yang terlipat akan kembali berusaha kebentuk semula, tetapi karena
adanya kekar maka terbentuklah sesar karena pergerakan yang terjadi pada bidang
kekar. (Khairil Rusman, 2016)

Dari penjelasan barusan, dapat disimpulkan bahwa analisis terhadap kekar pada suatu
tubuh batuan, selain bertujuan untuk menentukan arah gaya yang mempengaruhinya,
juga untuk mengetahui ada tidaknya kekar dan lipatan, bahkan dari analisis kekar kita
dapat mengetahui apakah suatu lipatan itu berupa sinklin atau antiklin. Selain itu kita
juga dapat mengetahui suatu sesar merupakan sesar naik, turun atau geser dari hasil
analisi kekar. (Khairil Rusman, 2016)

Untuk menentukan suatu sesar, kita dapat melakukannya dengan analisis kekar untuk
mendapatkan nilai Ө1, Ө2, Ө3. Jika kedudukan Ө1, Ө2 relatif horizontal, sedangkan Ө3
relatif vertikal sehingga menghasilkan hanging wall bergerak naik terhadap foot
wall maka sesar tersebut merupakan sesar naik. Jika kedudukan Ө2, Ө3 relatif
horisontal, sedangkan Ө1 vertikal sehingga menyebabkan hanging wall bergerak turun
terhadap foot wall maka sesar tersebut merupakan sesar turun. Jika kedudukan Ө1, Ө3
relatif horisontal, sedangkan Ө2 vertikal, sehingga menyebabkan blok bergeser ke
kanan atau kiri maka sesar tersebut merupakan sesar geser. (Khairil Rusman, 2016)

2.6 Proyeksi Stereografis

Proyeksi stereografi merupakan proyeksi yang didasarkan pada perpotongan suatu


bidang/garis dalam suatu bidang proyeksi yang berupa bidang permukaan (horisontal)
yang melalui pusat sebuah bola. Bidang proyeksi ini berbentuk suatu lingkaran yang
kemudian disebut sebagai lingkaran primitif. Lingkaran pimitif merupakan proyeksi
struktur bidang yang kedudukannya horisontal (dip = 0), maka penentuan bidang-
bidang yang berkedudukan miring, pada Wulff Net dan scmhid Net, 0 dimulai dari
lingkaran primitif dan 90 terletak pada pusat lingkaran. Untuk struktur bidang miring
yang dip-nya 0 – 90 proyeksinya akan berbentuk busur dari suatu lingkaran yang jari-
jarinya selalu lebih besar dari jari-jari lingkaran primitifnya, oleh karena itu busur
lingkaran ini disebut lingkaran besar atau stereogram dari bidang yang bersangkutan.
Untuk struktur bidang yang kedudukannya vertikal maka proyeksinya akan berupa garis
lurus yang melalui pusat lingkaran primitif. Selain lingkaran primitif dan lingkaran
besar, pada stereonet juga terdapat lingkaran kecil. Lingkaran kecil ini merupakan
perpotongan antara bidang permukaan bola (bidang proyeksi dengan bidang yang tidak
melalui pusat bola). (Sukartono, 2013)

Bila arah utara-selatan merupakan tempat kedudukan pusat lingkaran kecil dengan jari-
jari yang berbeda dan lingkaran kecil bagian bawah bola diproyeksikan ke titik zenith,
maka akan menghasilkan garis-garis lengkung (busur) lingkaran kecil. Lingkaran-
lingkaran kecil ini pada titik-titik perpotongannya dengan lingkaran primitif berfungsi
untuk memplot arah jurus suatu bidang atau “bearing” suatu garis, menentukan besar
sudut pitch/rake suatu struktur garis pada bidang tertentu. (Sukartono, 2013)

2.7 Kegunaan Proyeksi Stereografi dalam Struktur Geologi

Para peneliti di struktur geologi prihatin dengan orientasi dari Bidang datar dan baris
untuk sejumlah alasan. foliasi dari batu adalah struktur planar yang sering berisi struktur
linier yang disebut Lineasi . Demikian pula, sebuah kesalahan Bidang datar adalah
struktur planar yang mungkin berisi struktur linier seperti slickensides . Orientasi ini
garis dan Bidang datar pada berbagai skala dapat diplot dengan menggunakan metode-
metode Visualisasi garis dan Bidang datar bagian atas. Seperti dalam kristalografi,
Bidang datar biasanya diplot oleh tiang mereka. (Sukartono, 2013)

Tidak seperti kristalografi, belahan bumi selatan digunakan sebagai ganti dari utara
(karena struktur geologi di bawah permukaan terletak pertanyaan bumi). Dalam konteks
ini proyeksi stereografik sering disebut sebagai menurunkan proyeksi belahan bumi-
sama-sudut. Yang sama-area yang lebih rendah-proyeksi belahan bumi ditentukan oleh
azimut sama-daerah proyeksi Lambert juga digunakan, terutama ketika plot harus
dikenakan analisis statistik selanjutnya seperti kepadatan contouring. (Dahlan, 2015)

2.8 Macam – Macam Jenis Proyeksi Stereografis

Proyeksi stereografis terdiri dari beberapa macam, antara lain: (1) Equal Angle
Projection (2) Equal Area Projection (3) Orthogonal Projection (4) Polar Projection.
Masing-masing dari proyeksi stereografis ini memiliki ciri dan hasil proyeksi yang
berbeda-beda, namun dalam analisa geometri struktur geologi, tak jarang dibutuhkan
kombinasi dari keempatnya untuk menghasilkan analisa geometri yang akurat dan lebih
praktis. (Sukartono, 2013)

2.8.1 Equal Angle Projection

Proyeksi ini pada dasarnya memproyeksikan setiap titik pada permukaan bola ke bidang
proyeksi pada suatu tutuk zenith yang terletak pada sumbu vertikal melalui pusat bola
bagian puncak. Bidang-bidang dengan sudut yang sama akan digambarkan semakin
rapat ke arah pusat. Hasil penggambaran pada bidang proyeksi disebut sebagai
stereogram. Hasil dari equal angle projection adalah Wulff Net. (Sukartono, 2013)

Gambar 2.1 Proyeksi Equal Angle, Wulff Net


2.8.2 Equal Area Projection

Proyeksi ini lebih umum digunakan dalam analisis data statistik karena kerapatan hasil
ploting menunjukkan keadaan yang sebenarnya. Proyeksi equal area merupakan
proyeksi yang akan menghasilkan jarak titik pada bidang proyeksi yang sama dan
sebanding dengan sebenarnya. Hasil dari equal area projection adalah suatu stereogram
yang disebut dengan Schmidt Net.

Gambar 2.2 Proyeksi Equal Area, Schmidt Net

2.8.3 Orthogonal Projection

Proyeksi ini merupakan kebalikan dari equal angle projection karena pada proyeksi
ortogonal, titik-titik pada permukaan bola akan diproyeksikan tegak lurus pada bidang
proyeksi dan lingkaran hasil proyeksi akan semakin renggang ke arah pusat. Stereogram
dari proyeksi ortogonal disebut sebagai Orthographic Net (Sukartono, 2013)

Gambar 2.3 Proyeksi Orthogonal, Orthographic Net


2.8.4 Polar Projection

Pada proyeksi ini, baik unsur garis maupun bidang tergambar sebagi suatu titik.
Stereogram dari proyeksi kutub ini adalah Polar Net atau Billings Net. Polar Net ini
diperoleh dari equal area projection, sehingga apabila ingin mendapatkan proyeksi
bidang dari suatu titikpada Polar Net, harus menggunakan Schmidts Net.

Gambar 2.4 Proyeksi Kutub, Polar Net

2.9 Manfaat/Kegunaan Proyeksi Stereografis

Dalam kristalografi, Bidang datar biasanya diplot oleh tiang mereka. Tidak seperti
kristalografi, belahan bumi selatan digunakan sebagai ganti dari utara (karena struktur
geologi di bawah permukaan terletak pertanyaan. Dalam konteks ini proyeksi
stereografik sering disebut sebagai menurunkan proyeksi belahan bumi-sama-sudut.
Yang sama-area yang lebih rendah-proyeksi belahan bumi ditentukan oleh azimut sama-
daerah proyeksi Lambert juga digunakan, terutama ketika plot harus dikenakan analisis
statistik selanjutnya seperti kepadatan contouring . (Asikin, 1978)

Proyeksi stereografi dapat membantu kita didalam menganalisis struktur- struktur


geologi dan permasalahan- permasalahan yang berhubungan dengan geometri struktur
geologi. Misalnya untuk menginterpretasikan arah tegasan yang bekerja pada suatu area
dengan menggunakan perhitungan arah kekar yang dominan secara statistik,
menginterpretasikan plunge dari sebuah lipatan, menginterpretasikan jenis sesar dari
data kekar ataupun arah garis gores (slicken line) yang terdapat pada singkapan batuan
yang ada dilapangan. (Asikin, 1978)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum Analisis kekar dan sesar
secara stereografis adalah sebagi berikut:

3.1.1. Alat

a Alat tulis
b Penggaris
c Jangka
d Busur 360
e Paku picik

3.1.2. Bahan

a Schmidt Net
b Kalsbeek Net
c Kalkir

3.2 . Prosedur Percobaan

Pada Praktikum kali ini, ada dua prosedur percobaan yaitu Analisis Kekar secara
Proyeksi Stereografis dan analisis Sesar secara Proyeksi Stereografis

3.2.1 Analisis Kekar secara Proyeksi Stereografis

a Disiapkan Pada data kekar yang terdiri strike dan dip yang akan di plot pada
diagram Schmidt net
b Digabungkan kertas kalkir bersama diagram schmidt net dengan paku picik agar
kertas kalkir tersebut bisa di putar
c Diplot data strike dan dip di kertas kalkir tersebut dengan cara membuat
lingkaran berukuran sama dengan lingkaran pada Schmidt net lalu berikan arah
N,E,S, dan W. Lalu input data strike tersebut dan diberi titik di lingkaran, lalu
tanda titik pada strke tersebut di putar kearah N. Setelah itu input data dip
tersebut dengan cara dihitung dari pusat diagram Schmidt net dengan nilai
dipnya kearah W dan beri tanda titik. lalu kembalikan lagi posisi kertas kalkir
tersebut. Lakukan cara tersebut pada seluruh data strike dan dip
d Diganti diagram Schmidt net dengan diagram kalsbeek net. Lalu satukan dengan
data strike dan dip yang sebelumnya sudah di input.
e Ditambahkan kertas kalkir baru untuk pengambaran garis kontur. Cara
pembuatan garis konturnya yaitu dengan memperhatikan posisi titik pada
diargram kalsbeek net. Dengan membentuk pola segienam, hitunglah titik yang
terdapat pada pola tersebut lalu tulis angka tersebut pada kertas kalkir yang
kosong. Lakukan seterusnya pada titik yang lain.
f Dihubungkan angka yang sama sehingga membentuk kontur
g Diganti lagi diagram kalsbeek net dengan diagram Schmidt net dan gabungkan
dengan garis kontur tersebut dan dimasukan lagi kertas kalkir baru dengan dan
dibuat lingkaran
h Diputar nilai titik tertinggi pada garis kontur tersebut kearah east lalu di
tambahkan 90 kearah west lalu beri tanda titik.
i Dibuat garis mengikuti pola diagram Schmidt net sepanjang N dan S. lakukan
pada garis kontur yang lain di lakukan hal yang sama, sehingga akan membentuk
perpotongan antara garis shear dan garis gesh yang kemudian titik perpotongan
tersebut merupakan nilai ϭ2ϭ2’
j Diputar titik perpotongan tersebut kearah east lalu ditambah 90. Kemudian
posisi tersebut di beri garis mengikuti pola Schmidt net sepanjang N dan S. garis
tersebut merupakan garis bantu. Garis perpotongan antara garis bantu dengan
garis gesh merupakan nilai ϭ1’
k Diputarkan titik tersebut kearah west, lalu ditambah 30 didapat nilai ϭ1. Lalu di
tambah 30 merupakan nilai ϭ3’. Titik tersebut di putar ke west lalu di tambah
30 didapat nilai ϭ3.
l Dikembalikan lagi posisi kalkir pada posisi normal, dan tentukan masing nilai
dari ϭ2ϭ2’ ϭ1’ ϭ1 ϭ3’ dan ϭ3.

3.2.2 Analisis Sesar secara Proyeksi Stereografis

a. Digabung diagram Schmidt net dengan kertas kalkir yang berisikan data garis
kontur sebelumnya dan dimasukan lagi kertas kalkir baru dengan dan dibuat
lingkaran
b. Diputar nilai titik tertinggi pada garis kontur tersebut kearah east lalu di
tambahkan 90 kearah west lalu beri tanda titik.
c. Dibuat garis mengikuti pola diagram Schmidt net sepanjang N dan S. kemudian
hubungkan dengan garis lurus sepanjang N dan S lakukan pada garis kontur
yang lain di lakukan hal yang sama, sehingga akan membentuk perpotongan
antara garis shear dan garis gesh yang kemudian titik perpotongan tersebut
merupakan nilai ϭ2
d. Diarahkan sembarang perpotongan garis lurus dari dari gesh dan garis shear
namun sisi kiri dan sisi kanan tersebut mempunyai sudut yang sama.
e. Dibuat garis putus putus di pertengahannya. Perpotongan garis putus putus
dengan garis bantu tersebut diberi titik dengan nilai ϭ3
f. Diarahkan titik ϭ3 ke arah west lalu hitung 90 ke selatan, maka titik tersebut
merupakan nilai ϭ1
g. Diinput data breksiasi kemudian di tarik garis lurus sepanjang N dan S.
kemudian pada titik ϭ2 tadi dibuat garis lagi menyambung garis breksiasi
tersebut.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan analisis kekar

Tabel 4.1.1 Tabel Data Pengukuran Kekar


Lokasi pengambilan data kekar
Strike/Dip Strike/Dip Strike/Dip Strike/Dip Strike/Dip
N30°E 75° N48°E 60° N65°E 86° N93°E 60° N104°E 83°
N35°E 83° N50°E 78° N65°E 83° N95°E 39° N106°E 55°
N35°E 65° N50°E 75° N70°E 69° N97°E 78° N110°E 78°
N35°E 39° N51°E 72° N70°E 72° N98°E 69° N110°E 62°
N35°E 69° N54°E 75° N71°E 55° N100°E 69° N110°E 75°
N40°E 55° N56°E 86° N77°E 80° N100°E 80° N110°E 86°
N40°E 78° N59°E 62° N84°E 65° N100°E 75° N110°E 60°
N43°E 39° N61°E 69° N85°E 60° N100°E 69° N110°E 62°
N43°E 39° N64°E 69° N85°E 80° N100°E 69° N140°E 75°
N43°E 65° N65°E 83° N91°E 72° N102°E 62° N140°E 55°

Gambar 4.1.1 penginputan data strike dan dip menggunakan Schmidt net
Gambar 4.1.2 Pembuatan garis kontur menggunakan klasbeek net

Gambar 4.1.3 analisis kekar dengan metode proyeksi stereografis


Pada hasil tersebut menghasilkan dua garis yaitu garis shear dengan garis gesh serta
garis bantu. Kemudian dari hasil analisis tersebut didapat masing masing nilai ϭ2ϭ2’ ϭ1’
ϭ1 ϭ3’ dan ϭ3. Nilai dari ϭ2ϭ2’ adalah N 110E / 68. Lalu nilai ϭ1’adalah N 44 E / 3.
Lalu nilai ϭ1 adalah N 17 E/ 14. Lalu nilai ϭ3’ adalah N 344 E / 22 dan nilai ϭ3
adalah N 308 E / 22

4.2 Pembahasan analisis Sesar

Gambar 4.2 Analisis Sesar metode proyeksi stereografi

Pada hasil tersebut menghasilkan dua garis yaitu garis shear dengan garis gesh serta
garis bantu. Kemudian dari hasil analisis tersebut didapat masing masing nilai ϭ2 ϭ1 dan
ϭ3. Serta garis breksiasi dengan arah strike N 345E. Nilai dari ϭ2 adalah N 122E /
54. Lalu nilai ϭ1 adalah N 253 E/ 9. Dan nilai ϭ3 adalah N 335 E / 44
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Pada praktikum kali ini disimpulkan bahwa,

 Proyeksi stereografis merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam
menganalisis struktur geologi. Proyeksi stereografis adalah gambaran dua dimensi
atau proyeksi dari permukaan sebuah bola sebagai tempat orientasi geometri bidang
dan garis. Proyeksi stereografis memproyeksikan garis dan bidang  kedalam bidang
proyeksi biasanya berupa permukaan setengah bola bagian bawah (lower
hemisphere). .

 Pada analisis Kekar didapat nilai dari ϭ2ϭ2’ adalah N 110 E / 68. Lalu nilai
ϭ1’adalah N 44 E / 3. Lalu nilai ϭ1 adalah N 17 E/ 14. Lalu nilai ϭ3’ adalah N
344 E / 22 dan nilai ϭ3 adalah N 308 E / 22

 Pada analisis sesar garis breksiasi dengan arah strike N 110E. Nilai dari ϭ2 adalah
N 110E / 68. Lalu nilai ϭ1 adalah N 78 E/ 9. Dan nilai ϭ3 adalah N 335 E / 22

5.2. Saran

Disarankan data kekar dibagi menjadi 2 yaitu kekar gerus (shear joint) dan kekar tarik
(gesh joint). Kemudian harus ada data bidang sesar serta menentukan klasifikasi sesar
DAFTAR PUSTAKA

Asikin, Sekunder. 1978. Dasar-Dasar Geologi Struktur. Departemen Teknik Geologi


ITB. Bandung.
Dahlan, Balfas Muhammad. 2015. Geologi untuk Penambangan Umum. Graha Ilmu
Yogyakarta.
Polo, L., dkk. 1993. Analisis pola dan karakter kekar untuk menentukan struktur
geologi sesar dan kondisi fisik batuan. Bandung. Bulletin of Scientific
Contribution, Geology UNPAD, No. 1, Vol. 1, April 1993, p. 1-8.
Rusman, Muh. Khairil. 2016. Geologi Dasar (Basic Of Geology). Tidak di terbitkan.
Kendari.
Sukartono. 2013. Buku Panduan Praktikum Geologi Struktur. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai