Anda di halaman 1dari 12

Makalah Individu

TEORI-TEORI KEBENARAN
Mata Kuliah : Filsafat Ilmu
Dosen : Sabarudin Ahmad, S.Sy., M.H.

Disusun oleh

Sabarudin Ahmad (123456)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA


FAKULTAS SYARIAH JURUSAN SYARIAH
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Bismillāḥirraḥmānirrahīm

Alhamdulillah segala puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt.

Karena dengan Rahmat dan Ridha-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang

berjudul “Teori-Teori Kebenaran’’. Tidak lupa Shalawat serta salam, kami

sampaikan kepada baginda Besar Nabi Muhammmad Saw., beserta keluarga, sahabat

dan para pengikut beliau hingga akhir zaman.

Kami selaku penulis dalam pembuatan makalah ini, menyadari betul bahwa

masih banyak kesalahan dan kekurangan didalamnya. Oleh karena itu, kami

memohon dengan ikhlas kepada pembaca makalah ini untuk berkenan memberikan

kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan makalah yang lebih baik.

Akhir kata, kami ucapkan banyak-banyak terima kasih kepada semua pihak

terutama kepada dosen pengampu mata kuliah Filsafat Ilmu yakni, bapak Dr. Drs.

Sabian Utsman, M.Si., dan Dr. Syarifuddin, M.Ag., serta kepada segenap teman-

teman Magister Hukum Kelurga yang turut serta memberikan dukungan dan

semangat kepada kami. Dan kami harapkan semoga makalah yang kami buat ini bisa

bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Palangka Raya, September 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i

DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................ 1
D. Metode Penulisan ........................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Kebenaran .......................................................................... 3


B. Teori Kebenaran dalam Perspektif Filasafat Ilmu ....................................... 4

BAB III PENUTUP

Kesimpulan ............................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia pada dasarnya meiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Rasa ingin

tahu ini merupakan bentuk pencarian kebenaran. Karena rasa ingin tahu yang

tinggi inilah yang menjadikan manusia dapat terus berkembang sampai sekarang,

dan akan terus berkembang ke depannya.

Kebenaran dalam filsafat ilmu merupakan hal yang sentral. Karena ilmu

pengetahuan secara umum bertujuan untuk mencapai kebenaran. Oleh karena itu,

dalam makalah yang sederhana ini membahas secara padat tentang teori-teori

kebenaran.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, yakni:

1. Bagaimana pengertian teori kebenaran?

2. Bagaimana teori kebenaran dalam perspektif filsafat ilmu?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini, yakni untuk:

1. Mengetahui dan memahami pengertian teori kebenaran.

2. Mengetahui dan memahami teori-teori kebenaran dalam perspektif filsafat

ilmu.

1
D. Metode Penulisan

Adapun metode penulisan dalam makalah ini adalah deskriptif analitis.

Dilakukan melalui penelusuran kepustakaan. Sehingga memerlukan berbagai

literatur untuk memberikan penjelasan yang lengkap.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Kebenaran

Teori merupakan rumusan yang dirangkai oleh ahli dalam bidang tertentu

yang dapat dijadikan sebagai landasan. Menurut para ahli dalam buku Restorative

Justice, teori menunjukkan suatu bangunan berpikir yang tersusun secara

sistematis, rasional, empiris, dan simbolis.1

Kata benar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti ―sesuai

sebagaimana adanya (seharusnya); betul; tidak salah, tidak berat sebelah; adil,

lurus (hati), dapat dipercaya (cocok dengan keadaan sesungguhnya), dan sah.‖2

Dalam bahasa Inggris disebut dengan kata correct (benar, tepat, betul)3, right

(kanan, hak, keadilan, dan kebenaran)4, true (benar; betul; sejati; sebenarnya; setia;

sah)5. Valid (sah; syah; absah; sahih; benar)6, really (benar-benar; sungguh-

sungguh).7 Demikian pengertian teori kebenaran. Pembahasan makalah ini

menguraikan secara padat tentang teori-teori kebenaran dalam Filsafat Ilmu.

1
Sabian Utsman, Restorative Justice; Hukum Masyarakat Nelayan Saka dalam Sistem Hukum
Nasional (Hukum Penguasaan, Pemilikan, dan Konflik Saka), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013),
22.
2
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2005), 130.
3
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama. 2006), 148.
4
Ibid., 486.
5
Ibid., 605.
6
Ibid., 626.
7
Ibid., 468.

3
B. Teori-Teori Kebenaran dalam Perspektif Filsafat Ilmu

Filsafat ilmu sangat terkait dengan masalah kebenaran. Kebenaran selalu

menjadi perbincangan. Karena setiap orang memiliki pemikiran yang berbeda-

beda. Menurut Soetriono dan Rita Hanafie, bahwa kebenaran adalah persesuaian

antara tahu dan objeknya. Karena obyek tahu itu banyak aspeknya dan sukar untuk

mencakup seluruhnya maka sukar juga untuk mencapai keseluruhan kebenaran.8

Filsafat Ilmu mengkaji tentang hakikat ilmu (pengetahuan). Dewasa ini ilmu

pengetahuan telah mengalami perkembangan yang signifikan. Terkait hal ini,

Amsal Bakhtiar mengatakan:

Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang


benar. Apa yang disebut benar bagi seseorang belum tentu benar bagi orang
lain. Karena itu, kegiatan berpikir adalah usaha untuk menghasilkan
pengetahuan yang benar itu atau kriteria kebenaran. Pada setiap jenis
pengetahuan tidak sama kriteria kebenarannya karena sifat dan watak
pengetahuan itu berbeda. Pengetahuan tentang alam metafisika tentunya
tidak sama dengan pengetahuan tentang alam fisik. Alam fisik pun memiliki
perbedaan ukuran kebenaran bagi setiap jenis dan bidang pengetahuan.9

Berdasarkan pendapat tersebut diketahui bahwa untuk mengukur kebenaran

ilmu pengetahuan cukup luas. Karena masing-masing ilmu pengetahuan memiliki

ukuran atau kriteria kebenarannya masing-masing. Sebagai ukuran kebenaran,

dalam filsafat ilmu terdapat tiga teori kebenaran sebagai berikut:

1. Teori Korespondensi (The Correspondence Theory of Truth)

8
Soetriono dan SRDm Rita Hanafie, Filsafat ilmu dan Metodologi Penelitian, (Yogyakarta:
Andi Offset, 2007), 6.
9
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006), 111.

4
Teori korespondensi adalah suatu teori yang berisi bahwa pernyataan

adalah benar jika materi yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi

dengan objeknya.10 Artinya, suatu kebenaran itu memiliki kesesuaian antara

subjek dengan objek, antara pernyataan dengan kenyataan, antara teori dengan

fakta.

Teori korespondensi ini merupakan teori kebenaran yang tertua.

Umumnya dianut oleh paham realisme. Tokoh-tokohnya diantaranya Plato,

Aristoteles, Moore, Ramsey. Dan selanjutnya dikembangkan oleh Bertrand

Russell (1872-1970).11

2. Teori Koherensi (The Coherence Theory of Truth)

Teori koherensi adalah suatu teori yang berisi bahwa suatu proposisi itu

benar apabila mempunyai hubungan dengan ide-ide dari proposisi yang telah

ada yang benar.12 Artinya suatu kebenaran itu berhubungan dengan kebenaran-

kebenaran lainnya. Teori ini juga disebut dengan teori konsisten. Maksudnya,

kebenaran itu konsisten dengan kebenarannya. Soetriono mengatakan:

Semakin terdapat saling hubungan diantara ide-ide yang makin meluas


maka akan menunjukkan kesahihan kebenaran yang semakin jelas pula.
Dalam dunia pengadilan misalnya, semakin kuat saling hubungan antara
seluruh kesaksian, maka semakin kuat pula adanya kebenaran itu.13

10
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu; Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Penebar
Swadaya, 2002, h. 57. Lihat juga Stefanus Supriyanto, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Prestasi pustaka
Publisher, 2013), 91-92.
11
Ibid.,113.
12
Sudarsono, Ilmu Filsafat; Suatu Pengantar, (Jakarta: Rineke Cipta, 2001), 146.
13
Soetriono, Filsafat, 16.

5
Penulis berpendapat jika teori korespondensi dan teori koherensi

digunakan keduanya maka suatu kebenaran akan menjadi jelas. Selain

kebenaran itu faktual, kebenarannya juga sesuai dengan kebenaran-kebenaran

lainnya. Penganut teori ini merupakan para pemikir rasionalis. Di antaranya

Spinoza, Hegel, dan Bradley (1846-1924).14

3. Teori Pragmatisme (The Pragmatic Theory of Truth)

Teori pragmatisme memandang bahwa suatu proposisi memiliki nilai

kebenaran apabila memiliki konsekuensi-konsekuensi yang bermanfaat.15

Artinya sesuatu itu benar apabila sesuatu tersebut bermanfaat. Sebagai contoh

William James dalam Louis O. Kattsoff mengatakan bahwa proposisi ―Tuhan

ada‖ adalah benar bagi seseorang yang hidupnya mengalami perubahan karena

percaya adanya Tuhan. Ini berarti bahwa proposisi-proposisi yang membantu

kita mengadakan penyesuaian-penyesuaian yang memuaskan terhadap

pengalaman-pengalaman kita, adalah benar.16

Menurut hemat penulis, dengan teori ini akan dapat menimbulkan

pengabaian kebenaran yang tidak memiliki konsekuensi yang bermanfaat.

Karena hanya mengambil suatu kebenaran yang bermanfaat. Sementara boleh

jadi konsekuensi yang tidak memiliki manfaat juga merupakan suatu

kebenaran.
14
Surajiyo, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010),
105.
15
Sudarsono, Ilmu Filsafat, 146. Lihat juga Inu Kencana Syafiie, Pengantar Filsafat,
(Bandung: Refika Aditama, 2010), 33.
16
Louis O. Kattsoff, Pengantar Filsafat, Terj. Soejono Soemargono, (Yogyakarta: Tiara
Wacana Yogya, 2004), 182.

6
Teori ini dicetuskan oleh Charles S. Pierce (1839-1914). Kemudian

dikembangkan oleh kebanyakan ahli filsafat dari Amerika. Diantaranya

William James (1842-1910), John Dewey (1859-1952), George Herbert Mead

dan C. I. Lewis.17

Demikian beberapa teori tentang kebenaran dalam perspektif filsafat ilmu.

Penulis akan menutupnya dengan mendeskripsikan kebenaran ilmiah.

Sebagaimana penulis kutip dalam buku filsafat Ilmu:

Kebenaran ilmiah muncul dari hasil penelitian ilmiah. artinya suatu


kebenaran tidak mungkin muncul tanpa adanya prosedur baku yang harus
dilaluinya. Prosedur baku yang harus dlalui itu adalah tahap-tahap untuk
memperoleh pengetahuan ilmiah –yang pada hakikatnya berupa teori—
melalui metedologi ilmiah yang telah baku sesuai dengan sifat dasar ilmu.
...kebenaran dalam ilmu adalah kebenaran yang sifatnya objektif... harus
didukung oleh fakta-fakta yang berupa kenyataan dalam keadaan
objektifitasnya. Kebenaran benar-benar lepas dari keinginan subjek. ...Ilmu-
ilmu kelaman umunya menuntut kebenaran korespondensi, karena fakta-
fakta objektif amat dituntut dalam pembuktian terhadap setiap proposisi atau
pernyataan (statement). Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu kemanusiaan,
ilmu sosial, ilmu logika dan matematik. Ilmu-ilmu tersebut menuntut
konsistensi dan koherensi diantara proposisi-proposisi, sehingga bagi ilmu-
ilmu itu mengikuti teori kebenran koherensi.18

Penulis sependapat dengan pernyataan di atas. Sebagai akademisi, tentunya

kebenaran-kebenaran yang akan diperoleh haruslah berupa kebenaran ilmiah. yang

mana kebenaran-kebenaran tersebut diperoleh melalui prosedur ilmiah yang akan

menghasilkan kebenaran yang dapat dipertanggung-jawabkan.

17
Jujun S. Suriasumantri, Ilmu dalam Perspektif, (Jakarta: Gramedia, 1985), 57.
18
Tim Dosen Filsafat Ilmu fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada, Filsafat Ilmu,
(Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2007), 144.

7
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

1. Teori kebenaran adalah bangunan berpikir yang tersusun secara sistematis,

rasional, empiris, dan simbolis tentang kebenaran.

2. Teori-teori kebenaran dalam perspektif filsafat ilmu di antaranya ada tiga:

pertama, teori kebenaran korespondensi, adalah pernyataan adalah benar jika

materi yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi dengan objeknya.

Kedua, teori kebenaran koherensi, adalah suatu proposisi itu benar apabila

mempunyai hubungan dengan ide-ide dari proposisi yang telah ada yang benar.

Ketiga, teori kebenaran pragmatisme, adalah suatu proposisi memiliki nilai

kebenaran apabila memiliki konsekuensi-konsekuensi yang bermanfaat.

8
DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar, Amsal, Filsafat Ilmu, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai


Pustaka, 2005.

Echols, John M. dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: Gramedia


Pustaka Utama. 2006.

Kattsoff, Louis O., Pengantar Filsafat, alih bahasa: Soejono Soemargono,


Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2004.

Soetriono dan SRDm Rita Hanafie, Filsafat ilmu dan Metodologi Penelitian,
Yogyakarta: Andi Offset, 2007.

Sudarsono, Ilmu Filsafat; Suatu Pengantar, Jakarta: Rineke Cipta, 2001.

Supriyanto, Stefanus, Filsafat Ilmu, jakarta: Prestasi pustaka Publisher, 2013.

Surajiyo, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara,


2010.

Suriasumantri, Jujun S., Filsafat Ilmu; Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Penebar
Swadaya, 2002.

Suriasumantri, Jujun S., Ilmu dalam Perspektif, Jakarta: Gramedia, 1985.

Syafiie, Inu Kencana, Pengantar Filsafat, Bandung: Refika Aditama, 2010.

Tim Dosen Filsafat Ilmu fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada, Filsafat Ilmu,
Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2007.

Utsman, Sabian, Restorative Justice; Hukum Masyarakat Nelayan Saka dalam Sistem
Hukum Nasional (Hukum Penguasaan, Pemilikan, dan Konflik Saka),
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013.

Anda mungkin juga menyukai