Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

STIMULUS KOGNITIF PERMAINAN “SIMON BILANG”

“DI RUMAH BERDAYA DENPASAR”

NAMA KELOMPOK I :

1. NAOMI NONA INA (C1118001)


2. NI MADE MELANIA SUBAKTI (C1118002)
3. KOMANG YUDIARI (C1118004)
4. NI KOMANG AYU TRI WULANDARI (C1118005)
5. NI KADEK MIRA UTARI (C1118006)
6. SAGUNG ISTRI INTAN LESTARI (C1118007)
7. NI PUTU PRISTHA DEWI YUDIUTAMI (C1118008)
8. PUTU MIKA WAHYUNI (C1118011)
9. NI PUTU KARISMA DEVI (C1118012)
10. PUTU YULIANI (C1118013)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA USADA BALI
2021
I. Latar Belakang
Berbagai gejala yang sering terjadi pada pasien skizofrenia terutama
adalah perilaku kekerasan sehingga masyarakat menganggap bahwa orang
yang mengalami skizofrenia identik dengan perilaku kekerasan. Masyarakat
juga menganggap bahwa pasien skizofrenia berbahaya sehingga tidak mau
mendekati pasien skizofrenia yang pernah melakukan tindakan perilaku
kekerasan. Perilaku kekerasan merupakan salah satu gejala yang biasa terjadi
sehingga keluarga baru membawa pasien untuk berobat ke rumah sakit .
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa jumlah pasien
gangguan jiwa cukup tinggi hingga mencapai 450 juta orang diseluruh dunia
pada tahun 2013. Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013 menunjukkan Indonesia
memiliki prevalensi gangguan jiwa berat sebesar 1,7 per mil meningkat
dibandingkan hasil Riskesdas 2012 sebesar 1, 4 per mil. Beberapa daerah
dengan gangguan jiwa berat terbanyak ada di Daerah Istimewa Yogyakarta,
Aceh, Sulawesi Selatan, Jawa Tengah dan Bali menempati urutan ke tiga
dengan prevalensi sebesar 2,3 per mil.Skizofrenia merupakan masalah utama
gangguan jiwa di dunia, sebagian besar pasien yang masuk rumah sakit jiwa
mengalami skizofrenia (85% dengan skizofrenia ) yang memerlukan rawat
inap dan jalan cukup lama. Berbagai tanda dan gejala yang muncul pada
pasien skizofrenia seperti perilaku disorganisasi bicara kacau dan perilaku
katatonik seperti keadaan gaduh gelisah, delusi, halusinasi, kekacauan
kognitif, dijadikan dasar profesi keperawatan dalam menegakkan diagnosis
keperawatan.
Klien yang dirawat di rumah sakit jiwa atau ruang jiwa umumnya dengan
keluhan tidak dapat diatur dirumah, misalnya amuk, diam saja, tidak mandi,
keluyuran, mengganggu orang lain dan sebagainya. Setelah berada dan
dirawat di rumah sakit, hal yang sama sering terjadi banyak klien diam,
menyendiri tanpa ada kegiatan. Hari-hari perawatan dilalui dengan makan,
minum obat dan tidur.
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu tindakan keperawatan
untuk klien gangguan jiwa. Terapi ini adalah terapi yang pelaksanaannya
merupakan tanggung jawab penuh dari seorang perawat. Oleh karena itu
seorang perawat khususnya perawat jiwa haruslah mampu melakukan terapi
aktivitas kelompok secara tepat dan benar.
Untuk mencapai hal tersebut di atas perlu di buat suatu pedoman
pelaksanaan terapi aktivitas kelompok seperti terapi aktivitas kelompok
penyaluran energi.
II. Landasan Teori
Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu sama
dengan yang lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama
(Stuart,2016). Anggota kelompok mungkin datang dari berbagai latar
belakang yang harus ditangani sesuai keadaanya, ketidaksamaan, kesukaan
dan menarik. Semua kondisi ini akan mempengaruhi dinamika kelompok,
ketika kondisi ini akan memberikan umpan balik yang berarti dalam berbagai
interaksi yang terjadi dalam kelompok.
Terapi aktivitas kelompok stimulus kognitif atau persepsi adalah terapi
yang bertujuan untuk membantu klien yang mengalami kemunduran orientasi,
menstimulasi persepsi dalam upaya memotivasi proses berfikir dan afektif
serta mengurangi prilaku maladaptif (Sutejo,2011).
Penyaluran energi merupakan teknik untuk menyalurkan energi
secara kontruktif dimana memungkinkan penembangan pola  –  pola
penyaluran energi seperti katarsis, peluapan marah dan rasa batin
secara konstruktif dengan tanpa menimbulkan kerugian pada diri
sendiri maupun lingkungan. Tujuan : menyalurkan Energi, destruktif
ke konstruktif, mengekspresikan perasaan, meningkatkan hubungan
interpersonal.
III. Tujuan
a. Tujuan umum
1. Klien dapat menyalurkan energinya secara kosntruktif dan
memberikan stimulasi pada klien agar mampu
mengekspresikan perasaannya melalui gerakan badan (olah
raga,membersihkan ruangan,erapikan pakaian dan lain – lain).
2. Setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok (TAK) penyaluran
energi dengan topik senam , diharapkan pasien dapat menjalin
kerjasama dengan pasien lain dan mampu mengontrol emosi.
b. Tujuan khusus
1. Klien mampu melatih gerak tubuh
2. Klien mampu melatih konsentrasi dan meminimalkan
penggunaan energi serta emosional untuk aktivitas.
3. Klien mampu mengeluarkan energinya untuk melakukan
kegiatan positif
4. Klien mampu fokus mengikuti intruksi dari perawat dan
fasilitator
5. Klien mampu menyelaraskan dan menyeimbangkan dengan
melakukan kegiatan positif.
IV. Setting
a. Atur posisi pasien dalam barisan
b. Hidupkan music
c. Motivasi klien untuk berjoget selama music dihidupkan
d. Setelah music mati leader akan mengintruksikan klien untuk menyentuh bagian
tubuh yang ditunjuk oleh leader
e. Jika ada klien yang salah akan diminta untuk maju kedepan untuk diberikan
hukuman
f. Hukuman yang diberikan diantaranya menyanyi dan menari
V. Klien
Berdasarkan pengamatan kajian status klien yang sudah mampu
mengontrol dirinya dari emosinya sehingga pada saat TAK klien dapat bekerja
sama, mampu mengontrol emosi dan tidak mengganggu anggota kelompok
yang lain.
VI. Kriteria Hasil
a. Evaluasi proses
1. Klien terlihat senang
2. Klien tampak rileks
3. Klien mengikuti TAK sampai selesai
4. Leader berperan dengan baik
5. coleader aktif mengingatkan leader jika ada yang lupa
6. fasilitator berperan aktif membantu klien melakukan
kegiatan
7. observer menyampaikan hasil penilaiannya kepada masing-
masing klien

b. Evaluasi hasil

1) evaluasi di lakukan pada proses TAK berlangsung.


Khususnya terhadap kerja. Aspek yang di evaluasi adalah
kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK
2) evaluasi hasil untuk TAK penyaluran energi dengan
pasien gangguan perilku kekerasan, kemampuan klien yang
di harapkan adalah klien mampu menyelaraskan dan
menyeimbangkan emosi dengan melakukan kegiatan positif.
VII. Antisipasi Masalah
a. Klien yang tidak aktif saat aktifitas kelompok penanganannya
adalah dengan memberikan motivasi oleh fasilitator.
b. Bila klien meninggalkan permainan tanpa ijin, panggil nama klien,
tanyakan alasan klien meninggalkan permainan, berikan motivasi
agar klien kembali mengikuti permainan.
c. Klien lain yang ingin mengikuti permainan, beri penjelasan
pada klien tersebut bahwa permainan ini ditujukan pada klien yang
dipilih, katakan pada klien lain tersebut bahwa akan ada waktu
khusus untuk mereka
VIII. Pengorganisasian
1. Pelaksanaan
a. Hari/Tanggal           : Kamis, 18 Februari 2021
b. Waktu                     : 10.00 WITA
c. Alokasi waktu         : 30 menit
d. Tempat                    : Di halaman rumah berdaya
e. Jumlah klien            : 6 orang
2. Tim Terapi
a. Leader : Komang Yudiari
Uraian tugas  :
1) Membuka acara TAK
2) Menjelaskan maksud dan tujuan pelaksanaan TAK
3) Memotivasi anggota/klien untuk mengungkapkan pikiran
dan perasaannya.
4) Mengatasi masalah yang mungkin timbul dalam kelompok.
5) Menjelaskan permainan
b. Co-leader :  Ni Made Melania Subakti
Uraian tugas  :
1) Menyampaikan informasi fasilitator kepada leader.
2) Mengingatkan leader bila terdapat permainan yang
menyimpang.
3) Mengingatkan leader tentang lama waktu pelaksanaan
kegiatan.
4) Bersama leader ikut Menjelaskan maksud dan tujuan
pelaksanaan TAK
c. Observer :  Ni Kadek Mira Utami
Uraian tugas  :
1) Mengamati lamanya proses kegiatan sebagai acuan untuk
mengevaluasi.
2) Mengamati jalannya kegiatan, kekurangan dan kelebihan
sesuai dengan tujuan
3) Mencatat perilaku verbal/non verbal pasien selama
berlangsungnya kegiatan dan laporkan pada leader.
Fasilitator :  Naomi Nona Ina
Ni Komang Ayu Tri Wulandari
Sagung Istri Intan Lestari
Ni Putu Pristha Dewi Yudiutami
Putu Mika Wahyuni
Ni Putu Karisma Devi
Putu Yuliani
Uraian tugas           :
1) Dapat mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi dari
dalam/luar kelompok
2) Memotivasi pasien yang kurang/tidak aktif dalam kegiatan
senam.
3) Berperan sebagai role play bagi klien selama kegiatan.
4) Memfasilitasi jalannya kegiatan
IX. Proses Pelaksanaan
A. Setting Tempat :

L Co L

P F F P

F P P F

P F F P

P P

O F

Keterangan :
L : Leader L

CO L : CO Leader COL
L
O : Observer O
F : Fasilitator F
P : Pasien
P
B. Alat :
a. Tape Recorder
b. Handphone
C. Metode :
Demonstrasi kelompok
D. Langkah Kegiatan :
1. Persiapan
a. Mengumpulkan semua klien yang terjadwal ikut permainan
b. Membuat kontrak dengan klien.
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
1. Salam dari leader pada klien.
2. Perkenalkan nama dan panggilan leader.
3. Menanyakan beberapa nama dan panggilan klien yang ikut
serta dalam permainan.
b. Evaluasi / validasi
1.Menanyakan perasaan klien.
2.Menanyakan masalah yang dirasakan.
c. Kontrak
1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu permainan untuk melatih
tingkat konsentrasi klien
2. Menjelaskan aturan main berikut:
- Setiap klien harus mengikuti permainan dari awal
sampai dengan akhir.
- Bila ingin keluar dari kelompok atau ke kamar kecil,
harus seizin leader ( pemimpin TAK ).
- Lama kegiatan 30 menit.
3. Fase Kerja
a. Atur posisi pasien dalam barisan
b. Hidupkan music
c. Motivasi klien untuk berjoget selama music dihidupkan
d. Setelah music mati leader akan mengintruksikan klien untuk
menyentuh bagian tubuh yang ditunjuk oleh leader
e. Jika ada klien yang salah akan diminta untuk maju kedepan untuk
diberikan hukuman
f. Hukuman yang diberikan diantaranya menyanyi dan menari
4. Fase Terminasi
a. Evaluasi
1) Leader menanyakan perasaan klien setelah mengikuti
permainan.
2) Leader memberikan umpan balik positif pada klien.
b. Tindak lanjut
1) Menganjurkan klien melakukan permainan untuk melatih
konsentrasi
2) Menganjurkan klien melatih diri sendiri secara mandiri
3) Memasukkan pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang:
1) Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu terapi
yoga.
2) Menyepakati tempat dan waktu TAK berikutnya.
5. Evaluasi dan Dokumentasi.
1) Evaluasi
a. Evaluasi proses
1. Respon klien senang.
2. Klien tampak rileks dan segar.
3. Klien mengikuti kegiatan permainan sampai akhir.
4. Leader berperan dengan baik.
5. Co berperan aktif dalam mengingatkan leader.
6. F aktif dalam melakukan kegiatannya.
7. O menyampaikan hasil penilaian kepada klien.
b. Evaluasi hasil
1. 75 % klien mampu mengikuti senam dari awal sampai
akhir.
2. Menyebutkan perasaannya setelah mengikuti sena
KEMAMPUAN MEMBERI RESPON PENYALURAN ENERGI

No Aspek yang Nama klien


dinilai P1 P2 P3 P4 P5 P6
1 Mengikuti
dari awal
sampai
akhir.
2 Memberi
respon dengan
ikut kegiatan
senam.
3 Memberi
pendapat
tentang
kegiatan senam
yang
dilakukan.
4 Menjelaskan
perasaan
setelah ikut
senam.
JUMLAH

Petunjuk :
Dibawah judul nama klien, tulis nama panggilan klien TAK
1. Untuk tiap klien, semua aspek dinilai dengan memberi tanda cek list (
 jika ditemukan kemampuan pada klien, tanda (  )
jika tidak ditemukan.
2. Jumlah kemampuan yang ditemukan, jika 3 atau 4 klien mampu, dan
jika 0,1 atau 2 klien belum mampu.

DAFTAR PUSTAKA
Azizah, L. M. (2011). Keperawatan Jiwa Aplikasi praktik klinik. Yogyakarta:
Graha Ilmu. Kelliat B A. (2004). Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Magdalena Ria. (2015). Proposal Terapi Kelompok Penyaluran Energi.
Politeknik
Kesehtan Kemenkes Malang (p. 6). Malang: Scribd.
Ekawati Gusti Ayu. 2013. Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Perubahan
Gejala Perilaku Kekerasan Pada Klien Skizoprenia di ruang Kunti RSJ Provinsi
Bali. Skripsi Program Diploma IV Keperawatan Poltekes Denpasar.
Yosep, I. 2016. Keperawatan jiwa.Bandung: PT Refika Aditama.
DepKes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta :Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Videbeck. 2015. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Direja. 2015. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa, Yogyakarta: Nuha
Medika.
Keliat. B.A. 2015. Peran serta Keluarga dalam Perawatan Klien Gangguan
Jiwa. Jakarta. EGC.

Anda mungkin juga menyukai