Peran pertanian untuk negara yang sebagian besar penduduknya adalah petani
amatlah besar. Terutama untuk negara-negara agraris yang memilki kekayaan
alam yang berlimpah,tanah yang subur, air yang berlimpah dan lain-lain. Pada
nyatanya pertanian indonesia hanya memberikan kontibusinya sebesar 14%
terhadap perekonomian Indonesia.
Indonesia merupakan Negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan
penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan
dengan banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada
sector pertanian atau dari produk nasional yang berasal dari pertanian. Oleh
karena itu di Indonesia, pertanian merupakan leading sector. Hal itu dikarenakan
pertanian merupakan suatu bagian integral dari perekonomian.
Persoalan pertanian adalah persoalan yang sangat penting untuk dicarikan
solusinya. Hasil produksi berubah-ubah sesuai dengan input. Perubahan ini
tergantung pada perubahan input yang meliputi manajemen, tenaga kerja, tanah
dan modal yang akan berpengaruh langsung pada hasil akhir yang diinginkan.
Artinya bila ingin mendapatkan hasil yang berkualitas maka input yang digunakan
pun haruslah mendukung hal itu, baik penggunaan teknologi, management,
system maupun model pertanian itu sendiri. Namun ternyata ada beberapa
masalah yang membuat pertanian agak sulit menghasilkan hasil yang maksimal.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
Indonesia Makassar.
Kami mengakui bahwa laporan ini disusun dalam bentuk yang sederhana,
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi yang membaca terutama bagi
penulis sendiri. Tidak lupa kami kami ucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada asisten yang sudah membantu kami menyelesaikan laporan desain elemen
mesin II dan memberikan Ilmu-ilmu yang bermanfaat bagi kami semua, dan
Penulis
Daftar Isi
ABSTRAK.................................................................................................................1
Kata Pengantar...........................................................................................................2
Daftar Gambar............................................................................................................4
Daftar Tabel................................................................................................................5
BAB I.........................................................................................................................6
Pendahuluan...............................................................................................................6
1.1 Latar Belakang..................................................................................................6
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................7
1.3 Tujuan................................................................................................................7
1.4 Manfaat..............................................................................................................7
1.5 Batasan Masalah................................................................................................7
1.6 Sistematika Penulisan........................................................................................8
BAB II......................................................................................................................10
Dasar Teori...............................................................................................................10
2.1 Teori – Teori....................................................................................................10
2.2 Rumus rumus..................................................................................................16
BAB III.....................................................................................................................31
Metodologi...............................................................................................................31
3.1 Diagram Alir...................................................................................................31
3.1.1Diagram Alir Proses Perancangan............................................................31
START.....................................................................................................................31
3.1.2Diagram Alir Perhitungan.........................................................................32
3.2 Pembahasan Diagram Alir..............................................................................35
3.2.1Pembahasan Diagram Alir Proses Perencanaan.......................................35
3.2.2Pembahasan Diagram Perhitungan...........................................................37
3.3 Spesifikasi Mesin Perontok Padi.....................................................................37
BAB IV.....................................................................................................................39
Pembahasan..............................................................................................................39
4.1 Diagram Benda Bebas.....................................................................................39
4.2 Perhitungan.....................................................................................................39
BAB V Penutup........................................................................................................42
5.1 Kesimpulan......................................................................................................42
5.2 Saran................................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................43
LAMPIRAN.............................................................................................................44
Daftar Gambar
Salah satu upaya untuk meningkatkan daya saing para petani dalam
sektor penjualan dan pengolahan beras selain memperbaiki mutu hasil
pertanian mereka juga harus mampu menangani hasil pertanian menjadi
komoditas yang memiliki harga jual tinggi. Dengan kata lain mereka harus
menguasai teknologi penanganan pasca panen. Salah satu teknologi tersebut
ialah menjadikan hasil beras yang memiliki nilai jual tinggi.
Karena merupakan kebutuhan primer atau makanan pokok Indonesia.
Seiring dengan kemajuan teknologi tepat guna banyak ditemukan alat-alat
teknologi yang diciptakan untuk mengolah hasil pertanian.Hal ini
dimaksudkan untuk membantu para petani dalam mengolah hasil pertanian
agar lebih efektif dan erfisien, lebih mudah, cepat, murah dan harga jual jauh
lebih tinggi.Dalam kehidupan di era modern ini, suatu alat-alat permesinan
merupakan alat yang penting dan vital untuk menunjang peralatan-peralatan
yang berbasis keteknikan. Dikarenakan sabuk v merupakan komponen mesin
yang sangat vital dan berpengaruh besar terhadap kinerja suatu mesin
pertanian, maka dalam hal perencanaan suatu sabuk v pada mesin pertanian
haruslah tepat, ini dimaksudkan untuk mendapatkan Kinerja sabuk v yang
efektif, maksimal, ekonomis dan sesuai dengan standar yang sudah
ditetapkan. Sabuk v sangat dibutuhkan untuk mendukung kinerja suatu alat
permesinan oleh karena itu ide-ide pengembangan serta inovasi
penggunaannya harus selalu ada, setidaknya kalaupun itu sulit seorang
engineer harus dapat merancang dan membuat sabuk v supaya dapat bekerja
dengan efektif dan maksimal.
a.Bagaimanakah menentukan jenis dan tipe sabuk v yang cocok untuk mesin
perontok padi ?
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
2.2 merupakan tegangan yang terjadi pada sabuk dan puli, dan gambar
tersebut mewakili penjelasan rumus perhitungannya.
Gambar 2.3 Tegangan pada sabuk dan pulley
( Sularso, 2000)
2.1.4 Transmisi Puli
Sebuah mesin sering menggunakan sepasang puli untuk mereduksi
kecepatan dari motor listrik, dengan berkurangnya kecepatan motor listrik
maka tenaga dari mesinpun ikut bertambah. Puli dapat digunakan untuk
mentransmisikan daya dari poros satu ke poros yang lain melalui sistem
transmisi penggerak berupa flat belt, V- belt atau circular belt. Cara kerja
puli sering digunakan untuk mengubah arah gaya yang diberikan, mengirim
gerak dan mengubah arah rotasi. Gambar 2.3 Puli
N1 x D1 = N2 x D2 (2.13)
Keterangan:
N1 = Putaran puli penggerak (rpm)
N2 = Putaran puli yang di gerakkan (rpm)
D1 = Diameter puli yang menggerakkan. (mm)
Sekarang lihatlah gambar 2.9. Diana putaran puli penggerak dan yang
digerakkan berturut-turut adalah 𝑛1 (rpm) dan 𝑛2(rpm), dan diameter nominal
asing-masing adalah 𝑑𝑝(mm) dan 𝐷𝑝(mm), serta perbandingan putaran u
dinyatakan dengan 𝑛2/𝑛1 atau 𝑑𝑝/𝐷𝑝. Karena sabuk v biasanya dipakai untuk
menurunkan putaran, maka perbandingan yang umum dipakai ialah
perbandingan reduksi i(i > 1), Diana
(2.1)
(
2
.
2
)
Jarak sumbu poros dan panjang
keliling sabuk berturut-turut adalah C
(mm) dan L (mm).
Maka
Oleh karena
Ma
ka
(2.3)
(2.4)
Dimana
(2.5)
Sudut lilit atau sudut kontak 𝜃 dari sabuk pada alur puli penggerak harus
diusahakan sebesar mungkin untuk memperbesar panjang kontak antara sabuk
dan puli. Gaya gesekan berkurang dengan mengecilnya 𝜃 sehingga menimbulkan
slip antara sabuk dan puli. Jika jarak poros adalah pendek sedangkan
perbandingan reduksinya besar, maka sudut kontak pada puli kecil (puli
penggerak) akan menjadi kecil. Dalam hal ini dapat dipakai sebuah puli
penegang seperti dalam gambar 2.10 untuk memperbesar sudut kontak tersebut.
Sumber : (Sularso K. S., Transmisi SabukV, 1978)
Jika tarikan pada sisi tarik dan sisi kendor berturut-turut adalah 𝐹1 dan 𝐹2
(kg), maka besarnya gaya tarik efektif 𝐹𝑒(kg) untuk menggerakkan puli yang
digerakan adalah
(2.6)
𝐹𝑒adalah gaya tangensial efektif yang bekerja sepanjang lingkaran jarak bagi
alur puli.
Jika koefisien gesek nyata antara sabuk dan puli adalah 𝜇′,maka
(2.7)
(2.8)
(2.9)
Dimana 𝐶1sampai 𝐶5 adalah konstanta-konstanta.
Tabel 2.7 Kapasitas Daya Yang Ditransmisikan Untuk Satu Sabuk Tunggal,
𝑷𝒐(kW).
Sabuk v sempit akan menjadi lurus pada kedua sisinya bila dipasang pada
alur puli (gambar 2.11). dengan demikian akan terjadi kontak yang merata
dengan puli sehingga keausan pada sisinya dapat dihindari. Ada tiga macam
proporsi penampang uruk sabuk v sempit seperti dalam gambar 2.12
(2.10)
Tabel 2.8 Kapasitas Daya Yang Ditransmisikan Untuk Sabuk V Sempit Tunggal,
𝑷𝒐(kW).
Persamaan – persamaan diatas Han sesuai untuk sudut kontak 𝜃 = 180°.
Untuk perbandingan reduksi yang besar dan sudut kontak lebih kecil dari
180° menurut perhitungan dengan rumus (2.11), kapasitas daya yang
diperoleh harus dikalikan dengan faktor koreksi yang bersangkutan 𝐾𝜃seperti
dipeerlihatkan dalam tabel 2.9. besarnya sudut kontak diberikan oleh
(2.11)
(2.12)
Harga N yang relatif besar akan menyebabkan getaran pada sak yang
mengakibatkan penurunan efisiensinya. Dalam hal demikian perencanaan
harus diperbaiki dengan menggunakan sabuk yang lebih besar penampangnya.
Dalam hal transmisi dengan lebih dari satu sabuk perlu diperhatikan bahwa
panjang, mutu, dll., dari asing-masing sabuk dapat berbeda, sehingga
perpanjangan yang berbeda antara satu dengan lain sabuk akan
mengakibatkan tegangan yang berbeda-beda pula. Untuk dapat memelihara
tegangan yang cukup dan sesuai pada sabuk, jarak poros puli harus dapat
disetel ke dalam maupun keluar (gambar 2.13). daerah penyetelan untuk
masing – masing penampang sabuk diberikan dalam tabel 2.10. tegangan
sabuk dapat diukur dengan timbangan Diana sabuk ditarik pada titik tengah
antara kedua
Puli seperti dalam gambar 2.14. jika beban untuk melenturkan sabuk
sebesar 1,6 (mm) setiap 100 (mm) jarak bentangan terletak antara harga
maksimum dan minimum yang diberikan dalam tabel 2.11, maka besarnya
tegangan sabuk dianggap sesuai.
Pada umumnya puli dibuat dari besi cor kelabu FC20 atau FC30. Untuk
puli kecul dipakai konstruksi plat karena lebih murah.
(2.13)
(2.14)
Jika 𝑑𝑏 dan 𝐷𝑏 berturut-turut adalah diameter bos atau naf puli kecil dan puli
besar,
𝑑𝑠1 dan 𝑑𝑠2 berturut-turut adalah diameter poros penggerak dan yang di
gerakkan, Maka
(2.15)
Jika naf tidak dapat dibuat cukup besar untuk memenuhi persamaan
tersebut, ambillah bahan poros yang lebih kuat untuk mengecilkan
diameternya, atau ambil cara lain untuk memasang poros pada naf. Sumber :
(Sularso K. S., Transmisi Sabuk V, 1978).
BAB IV
Metodologi
4.1 Diagram
Alir
4.1.1 Diagram Alir Proses Perancangan
START
Perumusan Masalah
Pengumpulan data :
Spesifikasi Mesin Pertanian
Mengukur komponen mesin
perontok padi
Proses Perancangan
Perhitungan
Kriteria
Perancangan
Kesimpulan
Sketsa gambar
Dokumentasi
SELESAI
4.2 Pembahasan Diagram Alir
4.1.2 Pembahasan Diagram Alir Proses Perencanaan
1. Mulai
2. Perumusan Masalah
3. Pengumpulan Data
4. Perhitungan
5. Proses Perancangan
6. Kriteria Perancangan.
8. Kesimpulan
Pada proses ini, penulis menyimpulkan dari hasil perancangan
yang didapat. Kesimpulan nya berupa poin-poin yang dapat
menyimpulkan secara keseluruhan.
9. Sketsa gambar
Merupakan hasil sketsa gambar rem yang dibuat setelah melakukan
pembongkaran dan pengukuran pada sabuk v dan puli.
10. Dokumentasi
Merupakan kumpulan foto-foto ketika sedang melakukan proses
membongkar,mengukur dan merancang yang dilakukan oleh penulis.
11. Selesai
Merupakan akhir dari proses perencangan.
2. Input data
Merupakan proses memasukan data yang diperlukan untuk
melakukan proses perhitungan pada perancangan sabuk v dan puli.
3. Proses perhitungan
Merupakan suatu proses yang dilakukan untuk meghitung
parameter perancangan sabuk v dan puli.
4. Output data
Merupakan hasil yang didapatkan dari proses perhitungan.
Sehingga akan menunjang dalam proses perancangan.
5. Selesai
Merupakan akhir dari proses dan sudah didapatkan hasil dari
perancangan tersebut.
3.2 Perhitungan
1. Daya yang akan di transmisikan P=
8,4 HP x 0,735 = 6,1 KW
2. Faktor koreksi
𝑓𝑐 = 1.1
3. Daya Rencana
𝑃𝑑 = 𝑓𝑐.P
Dimana :
𝑓𝑐 = Faktor Koreksi
P = Daya
4. Momen Rencana
T1 = 9,74 x 105 x (Pd /N1)
𝑇1 = 9,74 x 105 x (6,79/1800) = 3674,1 kg.mm
Dimana :
Pd = Daya Rencana
N1 = Putaran Poros Penggerak
N2 = Putaran Poros Digerakkan
5. Bahan Poros
Sf2 = Faktor Keamanan Untuk Kosentrasi Tegangan Alur Pasak Dan Kekerasan
(2,0)
Diameter poros yang dipakai dalam perencanaan pada poros motor yaitu
26,56 mm
38,3 mm
Dimana ;
Perhitungan Pasak
I. Dimensi Pasak
D1 (dp) = 27 mm
D2 (dp) = 38 mm
Maka diperoleh :
SF diambil = 4,0
σy
σ bol = SF
520 Mpa 520
= 4 4
= 130 MPa
σ bol
τ bol =
√3
130 MPa
=
√3
= 75 MPa
2 x Mp
P=
dp
2 x 36480738
= 27
= 3648 N
P
L= t x σ
bol
2
3648 N
Lmin = 7 x 130
2
= 8,017 mm
P
τ = b xl
3648 N
= 8 x 8,017 =
= 56,879 Mpa
9. Diameter lingkaran
𝑑𝑝 = 95 (mm),
𝐷𝑝 = dp x i = 95 x 4 = 380 (mm)
𝑑𝑘 = dp + 2 x K
= 95 + 2 x 4,5 = 104 (mm)
𝐷𝑘 = Dp + 2 x K
Diameter naf
5/3 x 𝑑𝑠1 + 10
3,14 𝑥 95 𝑥 1800
=
60 𝑥 1000
= 8,94 m/s
Dimana :
50 50
= C1+ C1 ( 200 ) + C C ( 200
2+ 2 )
50 50
= 3,42 +3,42 ( 200 ) + 0,53 0,53 ( 200
+ )
= 4,93 Kw
Dimana :
π 1
L = 2c + (dp + Dp) + ( Dp-dp)2
2 4c
3,14 1
= 2 x 600 + (95 + 380) + ( 380-95)2
2 4 x 600
= 1979,5 mm
Dimana :
dp = Diameter Puli = 95 mm
C=B
√ B ( 2 )−8 (Dp−dp)(2)
8
= 2470,5
√ 2470,5 ( 2 )−8(380−95)(2)
8
= 602,5 mm
Dimana ;
Nomor nominal sabuk = 1981 mm
Dp = Jarak Puli = 380 mm
dp = Diameter Puli = 95 mm
B = jarak Sumbu Poros = 2470,5 mm
Jenis bantalan yang direncanakan adalah bantalan bola radial alur dalam
LH = 120 . 9 . 4
LH = 4320 Jam
L = 60 . n . LH
L = 60 . 1800 . 4320
L = 4665 . 104
Dimana,
Wp = γ . Vp . g
= 5.390 N
Dan,
Wf = γ . Vf . g
Dimana,
Volume flens (Vf) ={π/4 (C2 -D2) . 2L} + {π/4 (G2 -C2) . 2F} + {π/4 (A2
Untuk ds = 27 mm, dari Tabel 2.1 (Sularso, 1997) diperoleh data-data berikut:
A = 112 mm G = 100 mm C = 45 mm
D = 20 mm H = 31,5 mm F = 18 mm
L = 40 mm d = 10 mm n =4
Volume flens (Vf) ={3,14/4 (452 – 202) . 2 . 40} + {3,14/4 (100 2 - 452) . 2 .
= 452923 mm3
Sehingga,
Wf = γ . Vf . g
= 35,5 N
Fr = Wp + Wf
= 5.390 + 35.5
= 40.890 N
P = X . Fr
P = 0,56 . 40.890
= 22,898 N
Kapasitas nominal dinamis (C)
1
L
C =P.
106 ( ) k
, dimana k =3 untuk bantalan bola.
1
4665 . 10 4
= 22,898 .
106 ( ) 3
= 82.429 N
Jari-jari (r) = 1 mm
Lh = 500 . fh3
Dimana,
fh = fn . C / P
Dan,
1
3,33
fn = ( ) n
3
1
3,33
= ( 1800 ) 3
= 1,227
Sehingga,
= 4,524
Maka,
Lh = 500 . fh3
= 500 . 45243
= 463,531 Jam
Dikonversi ke tahun :
Lh
¿
365 ×24
( h )
Dengan :
Sehingga :
463,531
¿
365 ×24
( 9 )
= 1 Tahun
Penutup
5.1 Kesimpulan
Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
kriteria pemilihan sabuk pada mesin pertanian dengan kecepatan mesin 1800
rpm dengan daya 8,4 hp untuk di transmisikan menjadi 600 rpm untuk
memutar puli sebagai berikut:
5.2 Saran
Saran penulis mengenai Desain Elemen Mesin 2 ini adalah agar
pengerjaan desain ini lebih sistematis dan terarah, sehingga mahasiswa bisa
lebih mengerti dengan proses-proses yang ada .
Stolk dan Kros, Elemen Mesin, Edisi ke-21, Erlangga, Jakarta (1994).
Sularso, K. S. (1997). Dasar perencanaan dan pemilihan elemen mesin. Cet:
9. Jakarta: Pradnya Paramita.
Adiwibowo.R,(n.d).at6:46 pm.Cara kerja remtromol,
LAMPIRAN