DISUSUN OLEH :
NORVITA ASNI
P2002045
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke berada dalam peringkat kedua, dibawah penyakit jantung iskemik sebagai
penyebab kematian dan merupakan faktor utama penyebab kecacatan serius (Ramadany, dkk.
2013), dan 15-30% adalah stroke hemoragik khususnya perdarahan intraserebral
(Satyanegara, 2014). Kelainan fungsi otak yang timbul mendadak disebabkan terjadinya
gangguan perdarahan otak yang dapat menyebabkan berbagai defisit neurologik diantaranya
adalah defisit motorik berupa hemiparesis (Fatkhurrohman, 2011). Kondisi ini dapat
menyebabkan terjadinya penurunan kekuatan otot, gangguan keseimbangan dan koordinasi
gerak, yang mengakibatkan kesulitan saat berjalan, sehingga penderita mengalami kesulitan
dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Irdawati, 2008 dalam Apriliyani, 2016). Berdasarkan
diagnosis penurunan kekuatan otot merupakan salah satu dari faktor yang brhubungan yang
mendukung masalah keperawatan hambatan mobilisasi fisik pada pasien stroke hemoragik.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Trinita et al (2014) menjelaskan tentang
pasien stroke yang mengalami penurunan fungsi kognitif dengan karakteristik usia diatas 75
tahun dan jenis pendidikan kurang dari 12 tahun. Penelitian lain menyebutkan karakteristik
pasien stroke iskemik yaitu usia terbanyak 60 tahun keatas, jenis kelamin terbanyak adalah
perempuan, tingkat pendidikan terbanyak adalah dibawah SLTP/sederajat, lokasi iskemik
terbanyak adalah hemisfer kiri, luas iskemik rata-rata 4,71 mm dan sebagian responden
mempunyai penyakit penyerta (Apriliyanti, 2013).
B. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui manajemen Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan Neurologis.
2. Mengetahui peran perawat dalam menjalankan intervensi pada pasien dengan gangguan
Neurologis
C. Manfaat Penulisan
1. Mahasiswa dapat mengetahui, mengerti, maupun melaksanakan asuhan keperawatan pada
pasien dengan “Gangguan Neurologis”.
2. Mahasiswa dapat mengetahui,mengerti, maupun melaksanakan pengkajian keperawatan
dan membuat asuhan keperawatan pada pasien dengan “Gangguan Neurologis”.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a) Lobus frontalis adalah bagian dari serebrum yang terletak di depan sulkus sentralis.
Bagian posterior dari lobus frontal merupakan area motorik (girus prasentral) yang
berfungsi mengendalikan gerakan volunter. Area motorik ini disusun secara
somatotopis. Area yang terletak anterior dari girus prasentral dihubungan dengan
kepribadian, perilaku sosial, emosi, kognitif dan bahasa ekspresif, serta mengandung
area lapang pandang frontal serta pusat kortikal untuk berkemih. Kerusakan lobus
frontal dapat menyebabkan :
1) Perubahan kepribadian dan perilaku, misalnya apatis atau disinhibisi
2) Kehilangan respons emosional atau emosi menjadi labil
3) Gangguan kognitif, misalnya memori, perhatian dan konsentrasi
4) Disfasia (hemisfer yang dominan)
5) Deviasi mata konjungasi ke arah sisi lesi
6) Inkontinensia urin
7) Refleks primitif, seperti refleks genggam
8) Kejang fokal motorik (area motorik)
Letak : Lobus frontal adalah rumah bagi pemikiran kognitif kita, dan itu adalah proses
yang menentukan dan membentuk kepribadian seorang individu. Pada manusia, lobus
frontal mencapai kematangan ketika individu adalah sekitar usia 25. Ini berarti bahwa
pada saat kita berusia 25 tahun, kita telah mencapai tingkat kematangan kognitif.
Fungsi : lobus frontal meliputi penalaran, perencanaan, pengorganisasian pikiran,
perilaku, dorongan seksual, emosi, pemecahan masalah, menilai, bagian
pengorganisasian berbicara, dan keterampilan motorik (gerakan).
Pengaliran darah ke dalam otak dilaksanakan melalui dua pembuluh nadi (arteri)
karotis dan dua pembuluh nadi vertebralis. Arteri karotis mengalirkan sekitar 70% dari
keseluruhan jumlah darah otak sementara arteri vertebralis memberikan 30% sisanya.
Arteri karotis bercabang menjadi arteri serebri anterior serta arteri serebri media yang
memperdarahi bagian depan hemisfer serebri, kecuali pusat penglihatan pada bagian
belakang otak dan bagian otak dibalik lobus temporalis. Kedua bagian otak yang terakhir
ini memperoleh darah melalui arteri serebri posterior yang berasal dari arteri vertebralis.
Pembuluh-pembuluh darah utama dalam leher merupakan bagian yang amat penting
mengingat penyempitan arteri sebagai akibat kelainan yang dinamakan “ateriosklerosis”
(pengerasan pembuluh nadi) sering terjadi pada bagian tersebut. Pembuluh nadi karotis
bercabang dalam leher untuk membentuk arteri karotis interna yang memperdarahi otak
dan arteri karotis eksterna yang memperdarahi daerah muka serta leher kita. Bagian
pangkal arteri karotis interna merupakan tempat yang sering mengalami penyempitan.
Penyempitan ini mempengaruhi aliran darah dan dapat mengakibatkan pembentukan
bekuan darah. Bila bekuan darah ini terlepas dan terbawa ke dalam arteri karotis interna
serta kemudian menyumbat pembuluh arteri yang lebih kecil dalam otak, serangan stroke
dapat terjadi. Untungnya, arteriosklerosis dalam pembuluh nadi karotis sudah dapat
disembuh dengan hasil yang sangat cukup baik lewat pembedahan.
Didalam kepala, empat pembuluh nadi bergabung dalam suatu sistem seperti
lingkaran yang dinamakan lingkaran (sirkulus) wilis. Sistem ini memungkinkan
pembagian darah didalam kepala untuk mengimbangi setiap gerakan leher kalau aliran
darah dalam salah satu pembuluh nadi leher mengalami kegagalan. Sistem lingkaran
tersebut juga sangat membantu kalau ada penyakit yang menyumbat salah satu dari
keempat pembuluh nadi. Darah yang berasal dari tiga pembuluh nadi leher lainnya dapat
terus memperdarahi seluruh bagian otak lewat lingkaran penghubung ini. Penyumbatan
pada salah satu arteri karotis atau arteri vertebralis kadang-kadang terjadi pada penderita
tanpa timbul serangan stroke.
Namun demikian, hubungan antar pembuluh nadi diluar lingkaran wilisi sangat
buruk. Satu bagian otak cenderung diperdarahi oleh satu pembuluh nadi saja sehingga
bila pembuluh nadi ini tersumbat dan aliran darahnya terhenti, bagian otak tersebut akan
mengalami kerusakan.
Otak terdiri dari rangka tulang bagian luar dan tiga lapisan jaringan ikat yang disebut
meninges. Lapisan meningeal terdiri dari pia meter,lapisan araknoid dan durameter.
3. Klasifikasi Stroke
Stroke hemoragik sekitar 15% sampai 20% dari semua stroke, dapat terjadi apabila lesi
vaskular intraserebrum mengalami ruptur sehingga terjadi perdarahan ke dalam ruang
subarakhnoid atau langsung ke dalam jaringan otak. Stroke hemoragik adalah stroke yang
disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Stroke hemoragik biasanya terjadi akibat
kecelakaan yang mengalami benturan yang keras dikepala dan mengakibatkan pecahnya
pembuluh darah diotak. Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita
hipertensi. Stroke hemoragik lebih berbahaya daripada stroke iskemik karena akibat yang
ditimbulkan dapat terjadi secara akut atau mendadak. Stroke hemoragik bisa terjadi karena
tekanan darah yang terlalu tinggi.
Hemarogik intraserebral : pendarahan yang terjadi didalam jaringan yang menutupi
otak. Gejala klinis dari SHI beragam, nyeri berat, sakit kepala berat, lemah, muntah, dan
adanya pada rongga subrakhnoid pada pemeriksaan fungsi lumbal. Penyebab paling utama
SHI pada lansia yaitu hipertensi, robeknya pembuluh darah, rusaknya bentuk pembuluh
darah, tumor, gangguan pembentukan darah dan lainnya. Perdarahan (hematoma) yang luas
akan menekan otak menyebabkan pembengkakan dan pada akhirnya mengahancurkan
jaringan otak.
Hemrogik subaraknoid : pendarahan yang terjadi pada ruang subaraknoid (ruang
sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak). Darah yang sampai
pada ventrikel (rongga kecil) dapat menggumpal dan mengakibatkan hidrosefalus akut. Pada
penderita PSA mengeluh nyeri kepala hebat, nyeri punggung, mual, muntah, dan rasa takut.
Dampaknya apabila perdarahan pembuluh darah ini menyebabkan cairan yang mengelilingi
otak akan mengalir mengelilingi otak dan mengakibatkan pembuluh darah sekitarnya kejang
dan menyumbat pasokan darah ke otak.
2. Etiologi
Jenis kelamin Pria lebih berisiko terkena stroke daripada wanita, tetapi penelitian
menyimpulkan bahwa justru lebih banyak wanita yang meninggal
karena stroke. Risiko stroke pria 1,25 lebih tinggi daripada wanita,
tetapi serangan stroke pada pria terjadi di usia lebih muda sehingga
tingkat kelangsungan hidup juga lebih tinggi. Dengan perkataan lain,
walau lebih jarang terkena stroke, pada umumnya wanita terserang
pada usia lebih tua, sehingga kemungkinan meninggal lebih besar.
Usia Semakin bertambah tua usia, semakin tinggi risikonya. Setelah berusia
55 tahun, risikonya berlipat ganda setiap kurun waktu sepuluh tahun.
Dua pertiga dari semua serangan stroke terjadi pada orang yang
berusia di atas 65 tahun. Tetapi, itu tidak berarti bahwa stroke hanya
terjadi pada orang lanjut usia karena stroke dapat menyerang semua
kelompok umur.
Genetik Faktor genetik yang sangat berperan antara lain adalah tekanan darah
tinggi, penyakit jantung, diabetes dan cacat pada bentuk pembuluh
darah. Gaya hidup dan pola suatu keluarga juga dapat mendukung
risiko stroke. Cacat pada bentuk pembuluh darah (cadasil) mungkin
merupakan faktor genetik yang paling berpengaruh dibandingkan
faktor risiko stroke yang lain.
Ras & etnis Orang asia memiliki kecenderungan terkena stroke lebih besar dari
orang eropa, hal ini ada kaitannya dengan lingkungan hidup, pola
makan dan sosial ekonomi. Makanan asia lebih banyak mengandung
minyak dari pada makanan orang eropa. Menurut data kesehatan di
amerika serikat, penduduk yang berasal dari keturunan afrika-amerika
beresiko terkena serangan stroke 2 kali lebih besar dari penduduk
keturunan eropa. Keadaan ini makin meningkatkan hamper 4 kali lipat
pada umur sekitar 50 tahun, namun pada usia sekitar 65 tahun
penduduk amerika yang terkena stroke sama dengan keturunan afrika-
amerika (Wardhana, 2011).
3. Etiologi
6. Komplikasi
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Stroke berada dalam peringkat kedua, dibawah penyakit jantung iskemik sebagai
penyebab kematian dan merupakan faktor utama penyebab kecacatan serius (Ramadany,
dkk. 2013), dan 15-30% adalah stroke hemoragik khususnya perdarahan intraserebral
(Satyanegara, 2014). Kelainan fungsi otak yang timbul mendadak disebabkan terjadinya
gangguan perdarahan otak yang dapat menyebabkan berbagai defisit neurologik diantaranya
adalah defisit motorik berupa hemiparesis (Fatkhurrohman, 2011). Kondisi ini dapat
menyebabkan terjadinya penurunan kekuatan otot, gangguan keseimbangan dan koordinasi
gerak, yang mengakibatkan kesulitan saat berjalan, sehingga penderita mengalami kesulitan
dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Irdawati, 2008 dalam Apriliyani, 2016). Berdasarkan
diagnosis penurunan kekuatan otot merupakan salah satu dari faktor yang brhubungan yang
mendukung masalah keperawatan hambatan mobilisasi fisik pada pasien stroke hemoragik.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah. 2014. Kebutuhan Dasar Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : Trans Info
Media
Andarmoyo, (2012). Keperawatan Keluarga Konsep Teori, Proses dan Praktik Keperawatan.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Arum, S.P. 2015. Stroke kenali, cegah dan obati. Yogyakarta: EGC
Atoilah, Elang Mohamad dan Engkus Kusnadi. 2013. Askep pada Klien dengan Gangguan
Kebutuhan Dasar Manusia. Garut : In Media.
Ernawati. 2012. Buku Ajar Konsep dan Aplikasi Keperawatan dalam Pemenuhan Kebutuhan
Dasar Manusia. Jakarta : TIM.
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan, Edisi 1. Jakarta:
DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Saputra, Lyndon. 2013. Catatan Ringkas : Kebutuhan Dasar Manusia. Tanggerang Selatan :
Binarupa aksara publisher.
Tarwoto & Wartonah. 2011. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Tarwoto. 2013. Keperawatan Medikal Bedah, gangguan sistem persarafan. Jakarta: CV.Sagung
Seto.