1/Jan-Feb/2017
154
Lex Privatum Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017
155
Lex Privatum Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017
156
Lex Privatum Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017
Pada prinsipnya ada tiga macam putusnya Performance juga tetap berlaku. Yaitu dalam
perjanjian leasing, yaitu karena Konsensus, hal-hal sebagai berikut :
Wanprestasi, dan karena Force Majeur. Namun 1) Sistem pasif
oleh karena sesuai judul bahasan Skripsi ini, Jika misalnya pihak lain selain yang tidak
maka penulis hanya akan membahas tentang melaksanakan perjanjian itu misalnya
putusnya perjanjian leasing karena mendiamkan saja wanprestasi tersebut,
wanprestasi. Wanpretasi atau breach of seolah-olah seperti tidak terjadi
contract merupakan salah satu sebab sehingga wanprestasi, maka akibat yuridisnya
berjalannya kontrak menjadi terhenti. Dalam sama saja seandainya berlaku doktrin
hal ini yang dimaksud dengan wanprestasi Substantial Performance tersebut.
adalah salah satu pihak atau lebih tidak Artinya, pihak yang dirugikan di akhir
melaksanakan prestasinya sesuai dengan masa kontrak masih dapat menuntut
kontrak. ganti kerugian “demi hukum”. Artinya
KUH Perdata vide Pasal 1239 menentukan tanpa perlu menyebutkan hal ini secara
bahwa dalam suatu pihak melakukan eksplisit dalam kontrak.
wanprestasi, maka pihak lainnya dapat 2) Sistem waiver
menuntut diberikan ganti rugi berupa biaya, Terkadang, untuk menghindari keragu-
rugi dan bunga. Alternatif lain selain dari raguan di mana pelanggaran kontrak
tuntutan hanya ganti rugi oleh pihak yang tersebut sudah dimaafkan oleh pihak
dirugikan, maka dapat juga dituntut lain, sehingga pihak lain tersebut tidak
pelaksanaan perjanjian itu sendiri dengan atau dapat minta kerugian di akhir masa
tanpa ganti rugi. kontrak, sering juga disebutkan secara
Khusus terhadap kontrak leasing, maka eksplisit dalam kontrak leasing bahwa
berbagai kemungkinan wanprestasi dapat jika salah satu pihak mendiamkan saja
terjadi dengan konsekuensi yuridis yang terhadap adanya pelanggaran kontrak,
berbeda-beda pula. Kemungkinan- tidak berarti bahwa pihak lain setuju atas
kemungkinan wanprestasi tersebut antara lain peraturan kontrak tersebut, sehingga
dapat disebutkan sebagai berikut : tidak berarti pula yang bersangkutan
1. Wanprestasi yang didiamkan tidak perlu membayar ganti rugi di akhir
Hukum kita tidak mengenal yang masa kontrak. Dalam praktek, klausula
namanya doktrin Substantial Performance. seperti ini sering disebut dengan waiver
Doktrin Substantial Performance clause.
mengajarkan bahwa yang dianggap tidak 3) Sistem item
melaksanakan wanpretasi oleh salah satu Kemungkinan lain, yaitu dengan
pihak sehingga pihak lainnya dapat memperinci item-item yang apabila
memutuskan kontrak adalah jika prestasi dilanggar oleh salah satu pihak, maka
yang tidak dilaksanakan tersebut cukup pihak yang lain dapat memutuskan
substantial dalam kontrak yang kontrak leasing, dengan kewajiban
bersangkutan. Jika prestasi yang gagal pergantian kerugian atas pihak yang
dilaksanakan tersebut tidak substantial, telah menyebabkan kerugian. Ini berarti,
yakni jika misalnya hanya prestasi kecil saja, item-item tersebut merupakan semacam
maka menurut doktrin Substantial substantial performance bagi para pihak.
Performance, kontrak belum bisa diputuskan Konsekuensi selanjutnya dari sistem item
oleh pihak lain. Sungguhpun bagi pihak yang seperti ini adalah bahwa karena para
dirugikan tidak tertutup kemungkinan untuk pihak dari semula menginginkan bahwa
meminta ganti rugi jika cukup alasan untuk salah satu pihak baru dapat memutus
itu. kontrak jika pihak lain tidak melakukan
Sungguhpun dalam sistem hukum kita, prestasi-prestasi seperti yang tersebut
doktrin Substantial Performance tidak dalam item-item yang telah terperinci
dikenal, tetapi dalam praktek lewat berbagai tersebut, maka ini berarti pihak lain
cara, konsekuensi dari doktrin Substantial tersebut tidak dapat memutus kontrak
leasing jika misalnya salah satu pihak
157
Lex Privatum Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017
tidak melakukan prestasinya tetapi - Apakah dengan demikian lalu menjadi tidak
prestasi tersebut tidak termasuk yang ada bedanya antara “batalnya” kontrak
disebutkan dalam item-item tersebut. dengan “putusnya” kontrak. Padahal masing-
masing membawa konsekuensi yuridis yang
2. Wanprestasi pemutus kontrak leasing berbeda.
Bisa saja karena alasan-alasan tertentu, - Ternyata dalam praktek, tidak mudah untuk
salah satu pihak memutuskan kontrak melibatkan pengadilan dalam hal pemutusan
leasing yang bersangkutan. Alasan suatu kontrak. Dan juga dengan berbagai
pemutusan kontrak adalah karena pihak lain konsekuensinya.
telah melakukan wanprestasi terhadap satu
atau lebih klausula dalam kontrak leasing. Secara yuridis, konsekuensi dari
Tidak peduli apakah prestasi yang tidak cacat/rusaknya barang leasing sangat
dipenuhi tersebut substansial atau tidak. bergantung kepada situasi cacatnya/rusaknya
Kecuali ditentukan lain dalam kontrak yang barang tersebut. Untuk itu ada beberapa
bersangkutan, seperti telah diuraikan di kemungkinan yuridis yaitu sebagai berikut :
muka. Dalam suatu kontrak leasing, banyak 1) Cacat tersembunyi
item, yang apabila dilanggar terutama oleh Siapakah yang mesti bertanggung
lessee, maka kontrak dianggap putus. Yang jawab seandainya kemudian diketahui
paling penting di antaranya tentu apabila bahwa sebenarnya barang leasing tersebut
lessee tidak membayar uang cicilan pada mengandung cacat yang tersembunyi, dan
saat jatuh tempo. Tetapi ada yang bagaimanakah konsekuensi hukumnya.
mengganjal dalam praktek, karena adanya Menurut hukum tentang jual beli, maka di
ketentuan dalam Pasal 1266 KUH Perdata, antara kewajiban dari pihak penjual adalah
yang menyatakan sebagai berikut: menanggung bahwa barang obyek jual beli
Syarat batal dianggap selalu dicantumkan tersebut bebas dari cacat yang tersembunyi
dalam persetujuan yang timbal balik, (vide Pasal 1491 KUH Perdata). Jelaslah
andaikata salah satu pihak tidak memenuhi bahwa yang bertanggung jawab terhadap
kewajibannya. cacatnya barang yang tersembunyi adalah
Dalam hal demikian, persetujuan tidak batal pihak penjual. Tetapi, dalam kasus leasing
demi hukum, tetapi pembatalan harus masalahnya berbeda dengan jual beli. Sebab
dimintakan ke pengadilan. dalam transaksi leasing pihak lessor
Permintaan ini juga harus dilakukan, bukanlah penjual barang, melainkan pihak
meskipun syarat batal mengenai tidak yang menyediakan dana. Sedangkan pihak
dipenuhinya kewajiban dinyatakan di dalam yang menjual barang adalah supplier. Maka
perjanjian. pantaslah karenanya pihak supplier yang
Jika syarat batal tidak dinyatakan dalam harus bertanggung jawab secara hukum.
perjanjian, maka hakim dengan melihat Penyelesaian seperti ini tentunya dalam hal
keadaan, atas permintaan tergugat, leluasa pihak supplier ikut menjadi para pihak dalam
memberikan jangka waktu untuk memenuhi perjanjian leasing, dan ikut menandatangani
kewajiban, tetapi jangka waktu itu tidak kontrak leasingnya. Yang menjadi soal
boleh lebih dari satu bulan. bagaimana jika dalam kontrak leasing, pihak
supplier tidak ikut menjadi para pihak. Untuk
Ada beberapa konsekuensi yuridis dari itu hukum mengkonstruksikan dua macam
eksistensi Pasal 1266 KUH Perdata tersebut, kemungkinan, yang kedua-duanya diikuti
yaitu sebagai berikut : dalam praktek yaitu pertama pihak lessor
- Apakah Pasal 1266 tersebut merupakan yang mengorder barang leasing dari supplier
hukum memaksa ? Dalam praktek, Pasal untuk lessee. Maka dalam hal ini lessee
1266 tersebut tidak dianggap hukum hanya punyai hubungan kontrak dengan
memaksa, sehingga seringkali di-waive lessor, karena itu dia dapat menggugat
dengan teas dalam perjanjian yang lessor terhadap kerugiannya, sementara
bersangkutan. lessor dapat menggugat kembali pihak
supplier. Dan kedua model lainnya adalah
158
Lex Privatum Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017
159
Lex Privatum Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017
dengan tegas ditentukan lain dalam kontrak, kepada seorang lain, mewajibkan orang yang
maka jika terjadi kerusakan yang demikian, karena salahnya menerbitkan kerugian itu,
“demi hukum” ketentuan tentang force mengganti kerugian tersebut. Seperti telah
majeur haruslah diterapkan. Terlepas dijelaskan di atas, bahwa akibat dari adanya
apakah force majeur yang demikian dicakupi wanprestasi dari pihak lessee, maka pihak lessor
oleh asuransi atau tidak. berhak untuk mengambil kembali objek lease
yang berada di dalam kekuasaan lessee. Jika
pengambilan barang-barang tersebut tidak
B. Penyelesaian sengketa dalam perjanjian dihambat oleh lessee, maka tidak ada sesuatu
leasing masalah yang akan timbul. Akan tetapi
Para pihak yang melakukan kesepakatan persoalan akan timbul bilamana lessee secara
perjanjian, yang dalam hal ini apabila pihak tanpa hak mencegah atau menghambat
lessee melakukan salah satu dari bentuk-bentuk pengembalian kembali barang milik lessor
wanprestasi, maka dalam pelaksanaan tersebut.
hukumnya Undang-Undang menghendaki si Menghindari kesulitan demikian, maka ada
kreditur (pihak lessor) untuk memberikan baiknya jika dalam perjanjian leasing
pernyataan lalai kepada pihak debitur (lessee). dicantumkan suatu klausula yang menyatakan
Ini dapat dibaca dalam Pasal 1238 KUH Perdata bahwa dalam hal terjadinya wanprestasi oleh
yang berbunyi sebagai berikut : Si berutang pihak lessee, maka lessee memberikan
adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah persetujuan/izin yang tidak dicabut kembali
atau sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan (irrevocable) kepada pihak lessor untuk
lalai, atau demi perikatannya sendiri, ialah jika memasuki pekarangan atau tempat di mana
ini menetapkan, bahwa si berutang akan harus barang yang dileased itu berada, dan
dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang mengambil kembali barang-barang yang
ditentukan. menjadi objek leased itu, dengan atau tanpa
Terjadinya wanprestasi oleh pihak lessee bantuan pihak kepolisian. Pengambilan kembali
yang berutang itu pada pokoknya harus atas objek lease itulah yang dinamakan sebagai
dinyatakan dulu secara formal, yaitu dengan pemutusan atau pembatalan perjanjian leasing
memperingatkan yang berhutang atau lessee sepihak oleh pihak lessor. Seperti diketahui
bahwa kreditur atau pihak lessor menghendaki bahwa perjanjian leasing itu tidak dapat
pembayaran seketika atau jangka waktu diputuskan secara sepihak, akan tetapi dengan
pendek yang ditentukan. Singkatnya hutang itu adanya peristiwa wanprestasi yang dibebankan
harus ditagih dan yang lalai harus ditegur kepada lessee menimbulkan hak bagi lessor
dengan suatu peringatan atau “sommatie.” untuk memutuskan perjanjian leasing yang
Sesuai juga dengan Pasal 1238 KUH Perdata bersangkutan.
tersebut, kewajiban untuk memberikan Pasal 1266 KUH Perdata ditentukan bahwa
pernyataan lalai atau peringatan itu dapat walaupun syarat batal telah dicantumkan
ditiadakan dengan jalan menentukan dalam dalam suatu persetujuan yang bertimbal balik,
perjanjian, bahwa suatu wanprestasi yang dan salah satu pihak tidak memenuhi
dilakukan oleh pihak lessee cukup dibuktikan kewajibannya, namun pemutusan suatu
dengan lewatnya waktu pembayaran angsuran persetujuan timbal balik secara sepihak harus
uang sewa, atau sejak saat dilakukannya dilakukan dengan putusan hakim. Akan tetapi
tindakan-tindakan yang dilarang oleh perjanjian karena ketentuan Pasal 1266 KUH Perdata itu
tersebut, tanpa lagi diperlukan suatu hanya bersifat mengatur, maka ia dapat
pernyataan atau teguran tertulis dari pihak dikesampingkan oleh para pihak. Oleh karena
lessor. Dan juga perlu diketahui bahwa Pasal itu dalam suatu perjanjian leasing, sebaiknya
1238 KUH Perdata tersebut bersifat mengatur dicantumkan suatu klausula yang
(regelent recht) dan tidak merupakan obligatoir mengesampingkan berlakunya Pasal 1266 KUH
(bersifat memaksa). Perdata tersebut. Dalam hubungan ini perlu
Selanjutnya bisa dilihat Pasal 1365 KUH dijelaskan lagi bahwa dalam praktek
Perdata yang berbunyi, bahwa tiap perbuatan pencantuman klausula yang sedemikian itu
melanggar hukum, yang membawa kerugian belum tentu akan efektif, oleh karena pihak
160
Lex Privatum Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017
hakim dapat saja memeriksa perkara itu dan mengenai dilarangnya kewajiban-kewajiban
menolak eksepsi berdasarkan klausula itu. ataupun larangan-larangan bagi pihak lessee
Walaupun demikian pencantuman klausula seperti yang tercantum dalam perjanjian.
tersebut akan berguna juga, oleh karena ia Dalam hal ini ada beberapa cara yang
setidak-tidaknya akan memberikan efek dapat dipakai untuk menyelesaikan sengketa-
psikologis pada pihak lessee untuk menerima sengketa yang timbul dari kedua belah pihak,
suatu penyelesaian di luar pengadilan. yaitu dengan cara damai, lewat pengadilan
Apabila terjadi pembatalan secara sepihak negeri maupun arbitrase:
dari pihak lessor akibat kejadian kelalaian, 1). Damai.
bagaimanakah pelaksanaan hukumnya ? Arti kata damai di sini ialah bahwa antara
Menurut prakteknya, maka pihak lessor berhak pihak lessor dengan pihak lessee
untuk menagih semua cicilan dan biaya-biaya mengadakan suatu perdamaian sendiri di
yang belum lunas terbayar dan menerima luar sidang. Pelaksanaan perdamaian
pengembalian barangnya. Seperti diketahui tersebut tergantung dari kedua belah pihak,
bahwa dalam suatu perjanjian leasing, sehingga terjadilah persetujuan antara
sebenarnya tidak dibenarkan untuk kedua belah pihak agar sengketa tersebut
memutuskan perjanjian secara sepihak, tetapi tidak dlanjutkan lagi. Tetapi, perlu dijelaskan
dikarenakan peristiwa wanprestasi yang lagi bahwa perdamaian yang dilakukan
dibebankan kepada lesseelah yang kedua belah pihak di luar sidang tersebut,
menimbulkan hak bagi lessor untuk dalam prakteknya hanya berkekuatan
memutuskan perjanjian leasing yang sebagai persetujuan kedua belah pihak
bersangkutan. belaka, yang apabila tidak ditaati oleh salah
Sebenarnya hal ini kadang-kadang satu pihak, maka masih harus diajukan lagi
dirasakan kurang adil bagi pihak lessee, apalagi persengketaan tersebut melalui suatu
bilamana perjanjian baru berjalan beberapa proses di pengadilan. “Persoalannya hanya
waktu saja. Dan akibat adanya pemutusan selesai untuk sementara dan sama sekali
perjanjian leasing secara sepihak tersebut, tidak dijamin bahwa suatu ketika tidak akan
maka pihak lessor posisi keuangannya akan meletus lagi dan mungkin lebih hebat dari
menjadi lebih baik jika dibandingkan dengan yang semua.”6
keadaan bilamana perjanjian leasing tidak Dalam persengketaan perjanjian lease,
diakhiri, sebab dalam hal ini lessee akan apabila terjadi perdamaian antara kedua
memperoleh sisa uang sewa yang besar belah pihak, maka pihak lessor akan
jumlahnya ditambah dengan barang yang masih mengambil kembali barang-barang miliknya
baru. Ini dapat disebutkan sebagai yang dikuasai oleh pihak lessee.
“memperoleh kekayaan secara kurang adil”.
Menurut hemat penulis, dalam hal 2). Pengadilan Negeri.
tersebut hendaknya pihak lessor dan pihak Apabila upaya lessor untuk mengambil
lessee diadakan penghitungan kembali demi kembali barang-barang milknya yang
penyesuaian masing-masing kepentingan. Dan dikuasai oleh lessee itu tidak dapat dilakukan
bilamana tidak terdapat persesuaian paham. secara damai (negosiasi), maka dalam hal ini
Maka kasus tersebut dapat diajukan ke pihak lessor dapat menyelesaikan persoalan
pengadilan, dan hakimlah yaang akan ini melalui pengadilan negeri yang
mengadilinya di mana hakim berwenang untuk berwenang.
mengurangi jumlah yang harus dibayar pihak
lessee kepada pihak lessor berdasarkan rasa 3) Arbitrase
keadilan dan kebijaksanaan. Dalam prakteknya Sebagaimana telah diketahui bahwa
pelaksanaan perjanjian leasing sering terjadi untuk mencari penyeselaian suatu
ingkar janji dan ini pada umumnya dilakukan persengketaan dengan cara mengajukan
oleh pihak lessee, dan biasanya juga ingkar janji
itu berkisar mengenai soal pembayaran uang
sewa atau pembayaran lainnya yang sudah 6
Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata,
merupakan kewajiban pihak lesse atau juga Hukum Acara Perdata Dalam Teori dan Praktek, Alumni,
Bandung, 1983, hal. 37.
161
Lex Privatum Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017
gugatan di pengadilan merupakan jalan yang perjanjian leasing ini dengan membuat
memakan waktu yang sangat lama. Selain suatu undang-undang tentang leasing.
banyak formalitas yang harus diselesaikan, 2. Hal ini mengingat bahwa peraturan tentang
juga karena pengadilan terdiri atas berbagai leasing yang berlaku selama ini boleh
instansi ataupun tingkat pemeriksaan. dikatakan masih sangat sederhana, dan
Apabila sudah diperoleh putusan pada pelaksanaannya selama ini didasarkan pada
tingkat pemeriksaan pertama, belum berarti kebijaksanaan yang tidak bertentangan
bahwa sengketanya telah selesai, karena dengan Surat Keputusan Bersama Tiga
pihak-pihak yang berperkara pasti ada yang Menteri.
merasa tidak puas dengan keputusan itu,
dan kemudian naik banding. Kemudian DAFTAR PUSTAKA
setelah diperoleh putusan dari Pengadilan Andasasmita, Komar., Notaris, Leasing dan Praktek,
Banding, masih terbuka kemungkinan untuk Ikatan Notaris, Bandung, 1993.
meminta pemeriksaan dalam tingkat kasasi Djamat, Gani., Soal-soal Hukum Yang Dihadapi Oleh
Industri Leasing Indonesia, Ceramah pada
ke Mahkamah Agung. Jadi untuk seluruh
Pedoman Pendidikan Latihan Leasing Angkatan
proses tersebut tentu saja akan memakan IV, Jakarta, 6 s/d 31 Oktober 1986.
waktu yang cukup lama. Oleh karena itu, Ganie, Mohammad Idwan., Kontrak Leasing, dalam
alternatif lain yang dapat dipergunakan IKAHI/ALI LEASE FINANCE SEMINAR di Hotel
dalam penyelesaian persengketaan tersebut Sahid Jaya Jakarta, 16 Oktober, 1986.
ialah dengan cara melalui suatu badan yang Marpaung, Charles Dulles., Pemahaman Mendengar
disebut badan arbitrase. Hal ini dapat Atas Usaha Leasing, Integritas Press, Jakarta,
dilakukan apabila sejak semula para pihak 1985.
telah mengadakan perjanjian dalam Muljadi, Kartini., Leasing ditinjau dari Aspek
kontrak/perjanjian lease itu sendiri. Hukumnya, disajikan pada Seminar Penjajagan
Alternatif Pendanaan Proyek-proyek Industri
Kimia Dasar dengan Sistem Leasing, Jakarta,
PENUTUP 13-14 Mei 1985.
A. Kesimpulan Sibarani, M.P., Leasing, Tulisan yang disampaikan di
1. Hal-hal yang dapat mengakibatkan Fakultas Ekonomi Universitas Parahyangan,
wanprestasi dalam perjanjian leasing Bandung, pada tanggal 29 Nopember 1985.
apabila para pihak tidak memenuhi Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, UI
kewajiban yang telah ditetapkan dalam Press, Jakarta, 1982.
perjanjian antara lain tidak melakukan apa ----------------- dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum
yang disanggupi akan dilakukannya, Normatif, Rajawali, Jakarta, 1985.
melaksanakan apa yang dijanjikan tapi Sofwan, Sri Soedewi Masjchoen., Hukum Jaminan Di
Indonesia – Pokok-Pokok Hukum Jaminan dan
tidak sebagaimana yang dijanjikan,
Jaminan Perorangan, Liberty, Yogyakarta,
melakukan apa yang dijanjikan tapi 1980.
terlambat, melakukan sesuatu yang Subekti, R., Jaminan-Jaminan Untuk Pemberian
menurut perjanjian tidak boleh dilakukan. Kredit Menurut Hukum Indonesia, Alumni,
2. Penyelesaian sengketa dalam perjanjian Bandung, 1982.
leasing dilakukan dengan beberapa cara -------------- dan Tjitrosudibio, R., Kitab Undang-
yang dapat dipakai untuk menyelesaikan undang Hukum Perdata, Cetakan keenambelas,
sengketa-sengketa yang timbul dari kedua Pradnya Paramita, Jakarta, 1983.
belah pihak, yaitu bisa dengan cara Supit, Frank Taira., The Legal Aspects of Leasing,
penyelesaian sengketa secara damai, atau Institute for International Research, 1982.
Tunggal, Amin Widjaja., dan Tunggal, Arif Djohan.,
melalui Pengadilan Negeri dimana untuk
Aspek Yuridis Dalam Leasing, Rineka Cipta,
memperbaiki dan memulihkan hak-hak Jakarta, 1994.
lessor dapat menuntut ke pengadilan dan
dapat juga melalui Arbitrase.
B. Saran
1. Perlu diadakannya suatu peraturan yang
lebih lengkap dan efektif mengenai
162