1
Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Petra Natasha –
Gleshya Regita - Priska Putri Andini – Alexis Nicolaas
• Pemikiran Tokoh
1. Zaman klasik à menerima suatu hukum yang selalu berlaku dan tidak pernah
berubah dengan aturan alam (aristoteles)
2. Abad pertengahan à menerima hukum kodrat sebagi prinsip-prinsip segala
hukum positif yang berhubungan secara langsung dengan manusia dari duni
sebagai ciptaan Tuhan (Thomas Aquinas)
2
Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Petra Natasha –
Gleshya Regita - Priska Putri Andini – Alexis Nicolaas
3
Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Petra Natasha –
Gleshya Regita - Priska Putri Andini – Alexis Nicolaas
Terdapat 8 ideal khusus atau kebajikan formal yang harus diusahakan suatu sistem hukum:
o Bersifat umum
o Penetapan/penyebaran
o Tiadanya perundang-undangan yang berlaku surut dan tidak adanya
penyalahgunaan undang-undang yang berlaku surut
o Tiadanya peraturan yang berlaku bertentangan à SK Dirjen dan kementerian
terkait perkebunan beda.
o Kesejajaran/kesebangunan/kesesuaian antara aturan-aturan sebagaimana
yang diumumkan dan pelaksanaannya seara actual
o Adanya kejelasan
o Penghindaran terhadap seringnya perubahan
o Tiadanya hukum yang menuntut hal yang tidak mungkin
Semakin 8 hal ini terpenuhi, maka aturan hukum tersebut semakin sempurna.
• KESIMPULAN: Dalam melihat hukum kodrat mereka tidak memisahkan ide, hukum,
dan moralitas. Bagi mereka hukum itu moralitas dan hukum itu tunduk pada gagasan
moralitas. Moralitas adalah konsep ideal yang dibangun dari kitab suci dan juga
dapat dibangun dari konsepsi akal budi manusia yang membuat ide tatanan hidup
moral dari kehidupan masyarakat yang dibuat sesuai dengan kita. Akal pikiran ini
bisa berbeda-beda. Contoh konsep hak waris dalam masyarakat adat Batak dimana
perempuan tidak mendapat bagian, bisa jadi moralitas yang berasal dari akal pikiran
bukan agama (teologis). Tradisi tertentu berasal dari ide atau gagasan akal pikiran
manusia.
4
Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Petra Natasha –
Gleshya Regita - Priska Putri Andini – Alexis Nicolaas
5
Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Petra Natasha –
Gleshya Regita - Priska Putri Andini – Alexis Nicolaas
• Kajian hukum secara ilmiah harus dilakukan dengan cara membebaskan kajian
hukum itu tadi dari pengaruh disiplin-disiplin non-hukum. Kelsen memisahkan politik,
ekonomi, sosial à free the science of law from all foreign elements à ilmu
tentang hukum jangan sampai dicampuradukkan dengan pengaruh disiplin lain, yaitu
unsur-unsur non-hukum seperti sosiologi, antropologi, politik.
• A “pure” theory of law concern solely with that part of knowledge which deals with
law, excluding from such knowledge everything which does not strictly belong to the
subject-matter law
• The pure theory of law separates the concepts of the legal completely from that of
the moral norm and establishes the law as a specific system independent…
• Basic Assumption: If legal science is not to disappear into natural sciences, then
law must be distinguished in the plaines possible manner from nature
• Kajian natural science terikat pada causation (sebab akibat – suatu sebab akan
menimbulkan akibat, tapi akibat ini akan menjadi penyebab akibat berikutnya, dst.
Hubungan sebab akibat berantai yang tidak bisa dihitung. Hubungan sebab akibat ini
akan berlangsung independen dari campur tangan manusia. Dalam hubungan sebab
akibat, suatu peristiwa konkret timbul dari faktor-faktor), sedangkan legal science
terikat dengan imputation
• Kelsen konsisten dalam natural science dan legal science. Ia membatasi kajiannya
dan mengatasi kerancuannya dengan membebaskan natural science dan legal
science dari disiplin non hukum
Catatan Tambahan:
Separation of Moral and Law, dimana hukum merupakan hierarki norma-norma. Sepanjang
norma hukum sudah bersumber dari norma hukum yang lebih tinggi, maka tidak usah
dipermasalahkan lagi substansinya, asli atau tidak, sesuai dengan perintah Tuhan atau
tidak, sesuai dengan ajaran agama tertentu atau tidak. Mengapa? Kajian hukum berbeda
dengan kajian lainnya, misalnya dengan natural science yang pada waktu itu biologi sedang
berada dalam masa kejayaannya. Pada masa itu, sosiologi dipengaruhi oleh disiplin dalam
biologi à Evolusi dalam masyarakat tidak ada bedanya dengan evolusi dalam biologi,
sehingga pada waktu itu kajian terhadap manusia malah disamakan dengan kajian terhadap
benda.
Sosiologi dibagi menjadi dua, yaitu aliran positivis dan al-positivis. Aliran positivis berlaku
hukum KAUSALITAS.
Hukum:
6
Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Petra Natasha –
Gleshya Regita - Priska Putri Andini – Alexis Nicolaas
Hans Kelsen melihat pengalaman ilmu sosiologi yang dipengaruhi oleh natural science
menjadi rancu.
Apa perbedaan causation dan imputation? (Karena Hans Kelsen menyatakan bahwa
natural science memiliki hubungan kausalitas dan legal science atau ilmu hukum tunduk
pada imputation)
Causation:
dst
Chain of effects is infinite à suatu penyebab yang menjadi efek, berikutnya efek tersebut
akan menjadi penyebab dari efek yang berikutnya, dan seterusnya. à “interaction of an
infinite number of lines of causality"
Imputation:
Condition Consequences
7
Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Petra Natasha –
Gleshya Regita - Priska Putri Andini – Alexis Nicolaas
• Another difference between causality and imputation is that each concrete cause
must be considered as the effect of another cause and each concrete effect as the
cause of another effect; so that the chain of effects is, by definition, infinite. Further,
each concrete event is the interaction of an infinite number of lines of causality… The
line of imputation has not, as the line of causality, an infinite number links, but only
two links
• Stufenbau kalau hukum positif itu adalah norms, hierarki norma-norma sampai
puncaknya diatas hukum positif tadi itu namanya Grundnorm
• Jika dalam 1 negara ada lebih dari 1 grundnorm, misal karena ada revolusi, menurut
Kelsen maka yang digunakan adalah Principle of Effectiveness.
• The principle of legitimacy of the Basic Norm is restricted by the principle of
effectiveness
• The efficacy of the entire legal order is a necessary condition for the validity of every
single norm of the order
• Gustav Radbruch’s
Suatu hukum yang ideal didalamnya harus mengandung 3 unsur, yaitu:
1) Justice (keadilan),
2) Expediency or suitability for purpose (kemanfaatan),
3) Legal certainty (kepastian hukum). Legal certainty paling penting karena untuk
menciptakan ketertiban dalam masyarakat. Mutlak diperlukan bagi
berkembangnya sistem kapitalisme
• Legal Formalism adalah suatu teori yang menyatakan bahwa hukum adalah
serangkaian peraturan-peraturan dan prinsip yang terbebas dari lembaga-lembaga
social dan politik (is a theory that law is a set of rules and principles independent of
8
Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Petra Natasha –
Gleshya Regita - Priska Putri Andini – Alexis Nicolaas
other political and social institutions). Legal formalism main objective is to provide
legal certainty.
• Kepastian hukum sangat dibutuhkan dalam sistem kapitalisme à legal certainty
is determinant factor for development of modern capitalism system à predictability
provided by “formalism”
9
Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Petra Natasha –
Gleshya Regita - Priska Putri Andini – Alexis Nicolaas
• Mazhab positivism adalah mazhab yang paling banyak digunakan karena banyak
negara yang mengklaim negara hukum. Sehingga mazhab positivism ini penting.
Salah satu bentuknya yang paling ekstrim adalah formalism (hukum baru berlaku
apabila dibentuk oleh kekuasaan yang memiliki kedaulatan) à banyak menuai kritik
karena sangat kaku. Mengalami perbaikan-perbaikan yang disebut Neo Positivisme
(mereka mulai mengakui adanya kaitan hukum dan moralitas).
• Terjadi proses dialektika, dimana setiap mazhab saling mengkritisi
• Mazhab Sejarah à Mengkritisi hukum kodrat dan positivism
• Peran positivism à peran ilmu pengetahuan, bisa diukur
• Latar belakang Mazhab Sejarah:
- munculnya masa romantisme, suatu gerakan reaktif atas zaman pencerahan
yang menekankan pada rasionalistis (akal budi) dan konsep universalitas à
Idenya dari mengalami kejenuhan dair ilmu pengetahuan
- romantisme melihat kekuatan-kekuatan kreatif dalam kesatuan komunitas
manusia, sumber kejiwaan kolektif ditemukan dalam sejarah masa lamapau
- Jerman baru lepas dari pendudukan Napoleon (Perancis), sehingga pemikiran
nasionalis memberi pengaruh para perkembangan pemikiran hukum pada waktu
tersebut
- penolakan atas ide kodifikasi jerman berdasarkan napoleon code (prancis) à
Dasar. Revolusi Perancis sangat penting di Eropa, banyak beberapa kalangan
di Perancis menghendaki sistem hukum perancis dikodifikasi, tetapi Sarjana
Hukum Jerman menolak ide kodifikasi tersebut karena tidak sesuai dengan
hakekat suatu bangsa. Kodifikasi perancis pada jaman itu sangat diagung-
agungkan pada masa itu.
• Teori Mazhab hukum sejarah adalah aliran hukum yang menempatkan kajian
diakronis sebagai benang merah setiap sistem hukum suatu negara. Mazhab sejarah
dengan demikian selalu memandang sistem hukum sebagai organisme yang hidup
yang terus tumbuh dari waktu ke waktu
• Banyak tokoh ahli hukum yang masuk dalam aliran ini, namun tokoh utama dalam
mazhab sejarah ini aadah Friedrich Karl Von Savigny. Savigny adalah seorang ahli
hukum Jerman yang diajui memiliki peran yang sangat penitng bagi perkembangan
pemikiran mazhab hukum sejarah
10
Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Petra Natasha –
Gleshya Regita - Priska Putri Andini – Alexis Nicolaas
• Savigny, sistem hukum merupakan bagian dari budaya masyarakat. Beliau secara
tegas menolak aliran hukum kodrat yang mengedepankan universal hukum
• Menurut Savigny, setiap bangsa memiliki kesadaran hukum, kebiasaan, budaya
yang berbeda dengan bangsa lain yang ditentukan dalam jiwa bangsa (volkgeist) à
karena ia mencoba untuk menolak ide penyeragaman, karena sistem kodifikasi
hanya cocok untuk budaya perancis, tapi bagi Jerman belum tentu cocok,
• Sinkronis à melihat suatu berdasarkan strukturnya (biasanya ada dalam ilmu
sosiologi)
• Teori savigny sangat penting bagi Indonesia karena Van Vollenhouven tertarik
dengan gagasan savigny. Maka ketika pemerintah Belanda ingin menerapkan sistem
hukum Belanda di Indonesia, ia menolak karena sesuatu pendapat Savigny, bahwa
sistem hukum di Belanda tidak sesuai dengan kondisi masyarakat di Hindia Belanda.
Inilah yang menjadi awal munculnya Pasal 131 IS
• Gagasan Soepomo persis dengan Savigny, Soepomo mengatakan hukum positif
adalah hukum yang modern namun bersumber dari hukum adat
• Volkgeist menurut von Savigny, unik, tertinggi, dan realitas mistis. Volkgeist lahir
secara alamiah sebagai warisan bangsa (the biological heritage of people)
• Menurut Savigny, hukum bukanlah sesuatu yang dapat diciptakan dengan
sewenang-wenang oleh para pembuat hukum. Hukum adalah hasil proses yang
bersifat internal dan otonomi, serta diam-diam dalam diri masyarakat (rakyat).
Proses ii berakar dalam sebuah bangsa dengan dasar kepercayaan dan keyakinan
bangsa yang bersangkutan serta kesadaran komunal bangsa tersebut
• Hukum layaknya seperti bahasa yang tumbuh dan berkembang dalam relasi
kebangsaan dan menjadi milik bersama dan juga kesadaran bersama. Hukum
didasarkan pada karaker kebangsaaan dan jiwa kebangsaan yang bersangkutan
(volkgeist)
• Van vollenhouven menyatakan masyarakat hukum adat menggunakan adat sebagai
hukumnya.
• Savigny, hukum tidak boleh dilepaskan dari sejarahnya wlaupun hukum positif
adalah hukum modern
• Savigny berpandangan bahwa hukum yang ideal adalah pertama kali berangkat dari
hukum adat dan dikembangkan secara bertahap sehingga menjadi ilmu hukum yang
modern. Pemikiran savigny ini berangkat dari asumsi bahwa setiap orang memiliki
keinginan alami untuk berpegang teguh pada hukum adat dari adat istiadat sepeti
bahasa, dari nenek moyang mereka
11
Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Petra Natasha –
Gleshya Regita - Priska Putri Andini – Alexis Nicolaas
• Konsep volkgeist ini hanya ditemui dalam masyarakat asli yang hidup bersama
dalam jangka waktu yang cukup lama, sehingga mempunya sistem nilai dan norma-
norma kebiasaan yang diakui. Dalam konteks masyarakat Indonesia, ciri masyarakat
tersebut kita dikenal dengan masyarakat hukum adat
• Richard Posner di artikel terkait Savigny mengakui bahwa dalam sistem hukum
Amerika konsep Volkgeist tidak memberi pengaruh yang signifikan karena Amerika
Serikat adalah sebuah negara yang berasal dari imigran berbagai negara. Para
pendirii bangsa Amerika telah bersepakat menerima sistem hukum yang berasal dari
sistem hukum Inggris, walaupun menolak menjadi bagian dari Inggris Raya.
• Soepomo memandang bahwa hukum asal bangsa Indonesia adalah hukum adat.
Hukum adat adalah suatu hukum yang hidup, karena ia menjelmakan persasaan
hukum yang nyata dari rakyat
• Konsep Savigny yang dikembangkan oleh Savigny sangat nyata keberadaan dalam
sistem hukum Indonesia, terutama yang berasal dari sistem hukum adat
• Mengapa hukum itu bisa tidak efektif? karena aturan hukum itu tidak sesuai dengan
budaya atau masyarakat hukum. Contoh tentang haki, misalnya haki komunal.
• Hukum tumbuh dengan perkembangan dan memperkuat dengan kekuatan rakyat
dan akhirnya lenyap karena bangsa itu hilang kebangsaannya. Pertumbuhan hukum
pada dasarnya adalah proses yang tidak disadari dan organis. Oleh karena itu,
peraturan perundang-undangan adalah kurang penting dibandingkan dengan adat
kebiasaan
• Ajaran pemikiran ini juga menyerang mazhab positivism hukum dengan mengatakan
bahwa hukum bukan hanya yang dikeluarkan oleh penguasa dalam bentuk UU
namun hukkum adalah jiwa bangsa (volkgeist) dan substansinya adalah aturan
tentang kebiasaan hidup masyrakat.
perbedaan tajam antara mazhab sejarah hukum terhadap positivism hukum terletak pada
sumber dari bentuk hukum
Keperkasaan Gereja Katolik pada masa kini: Vatikan (Holy See) – punya kedutaan
12
Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Petra Natasha –
Gleshya Regita - Priska Putri Andini – Alexis Nicolaas
John Locke: mengaitkan hak asasi dengan properti. (hak asasi ada ketika orang punya
relasi langsung dengan propertinya) à mengapa? Karena pada masa itu, semua properti
adalah milik Gereja. Kita pun adalah property bagi tuan dan nyonya (majikan) à
perbudakan adalah bagian dari kepemilikan. Orang yang punya tanah, punya kebun à
orang yang punya hak asasi.
Enlightment: Abad Pencerahan à mulai bangkit, tidak lagi mau tunduk kepada agama (lebih
tepatnya orang-orang yang menggunakan agama)
Populism: melihat pemimpin bukan lagi bagian dari kontrak – mengikatkan diri dengan
teman-teman kita dengan membangun identitas bersama.
Contoh: orang-orang Eropa – anti-imigran à salah satu bentuk populisme.
Populisme ini juga muncul pada masa kegelapan à karena mereka dikekang.
Ciri zaman abad pencerahan: pemimpin berasal dari kontrak sosial – pemimpin bukan
karena Tuhan/gereja yang mengatakan mereka pemimpin à akhirnya bangkit dan
melawan. à pemimpin tidak punya charisma lagi.
13
Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Petra Natasha –
Gleshya Regita - Priska Putri Andini – Alexis Nicolaas
Trias Politica
Mazhab antropologi hukum – mereka tidak lagi melihat bahwa penyelesaian sengketa ada di
yudikatif
Gerakan sejarah dan antropologis ini memiliki masa yang hampir sama dengan positivism.
Oleh karena itu, gerakan sejarah dan antropologis tidak hanya menolak abad kegelapan dan
abad pencerahan – namun juga positivism Kelsen. Mengapa? Because basically, positivism
derived from rationalism and individualism as the result of enlightment age.
(Sejarah dan antropologis belum tersebar di seluruh Eropa --- baru sebagian kecil dari
Inggris dan Jerman. Pada masa yang sama positivism Kelsen juga sedang berkembang).
Tambahan:
Salah bentuk positivism: formalism à hukum berlaku ketika sudah ditetapkan oleh suatu
kedaulatan. Neo positivism mengakui ada kaitan hukum dan moralitas.
14
Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Petra Natasha –
Gleshya Regita - Priska Putri Andini – Alexis Nicolaas
Yang namanya romantisme melihat cerita hebat pada masa lalu/yang dianggap penting
pada masa lalu. Romantisme melihat kekuatan-kekuatan kreatif dalam kesatuan komunitas
manusia, sumber kejiwaan kolektif ditemukan dalam sejarah masa lampau.
Jerman baru lepas dari pendudukan napoleon, sehingga pemikiran nasionalis memberi
pengaruh para perkembangan pemikiran hukum pada waktu tersebut. Aliran ini lahir di
Jerman.
Penolakan atas ide kodifikasi Jerman berdasarkan Napoleon Code (Prancis). Karena di
jajah Prancis, ketika Jerman merdeka, punya bangga sama bangsanya sendiri à Kodifikasi
hukum Prancis (diagung-agungkan karena kekuasan raja menjadi tidak ada) ditolak oleh
sarjana Jerman karena bertentangan hakekat mereka sebagai suatu bangsa.
Penolakan tadi menjadi perdebatan yang kuat. Ada ahli Jerman yang ingin mengadopsi
sistem hukum Prancis yang di pandang lebih maju/modern. Sebagian lainnya menolak.
Teori Mazhab Hukum Sejarah adalah aliran hukum yang menempatkan kajian diakronis
sebagai benang merah setiap sistem hukum suatu Negara. Mahzab Sejarah, dengan
demikian selalu memandang sistem hukum sebagai organisme yang hidup yang terus
berubah dari waktu ke waktu. Banyak tokoh-tokoh ahli hukum yang masuk dalam aliran ini,
namun tokoh utama dalam mazhab sejarah ini adalah Friedrich Karl von Savigny. Savigny
adalah seorang ahli hukum Jerman yang diakui memiliki peran yang sangat penting bagi
perkembangan pemikiran mazhab hukum sejarah.
Menurut Savigny, setiap bangsa memiliki kesadaran hukum, kebiasaan budaya yang erbeda
dengan bangsa lain yang ditemukan dalam jiwa bangsa (volksgeist). Ia menolak
penyeragaman hukum. Setiap orang memiliki jiwa bangsa yang berbeda. Hukum ditemukan
dalam jiwa bangsa. Gagasan ini penting di Indonesia, karena pembagian yang dilakukan
Van Vollen Hoven berasal dari ide Savigny. Sistem hukum Belanda beda dengan sistem
15
Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Petra Natasha –
Gleshya Regita - Priska Putri Andini – Alexis Nicolaas
Hindia Belanda. Karena penolakan tersebut, maka berlaku 131 IS à boleh menggunakan
hukum adatnya masing-masing.
Volkgeist unik, tertinggi dan realitas mistis. Ada bukan karena mistis, tetapi karena ada
proses yang berjalan dengan lama. Lahir secara alamiah sebagai warisan bangsa (the
biological heritage of people).
Menurut Savigny hukum bukanlah sesuatu yang dapat diciptakan dengan sewenang-
wenang oleh para pembuat hukum. Hukum adalah hasil proses yang bersifat internal dan
otonom, serta diam-diam dalam diri masyarakat. Proses ini berakar dalam sebuah bangsa
dengan dasar kepercayaan dan keyakinan bangsa yang bersangkutan serta kesadaran
kaunal bangsa tersebut. Hukum yang baik seharusnya melihat bagaimana proses dalam
masyarakat tersebut.
Hukum layaknya seperti bahasa yang tumbuh dan berkembang dalam relasi kebangsaan
dan menjadi miliki bersama dan juga kesadaran bersama. Hukum didasarkan pada karakter
kebangsaan dan jiwa kebangsaan yang bersangkutan.
Apakah savigny pendukung hukum adat? Sebenarnya ia positivism tetapi ia mau melihat
apa yang terjadi dalam masyarakat yang di jadikan dasar untuk hukum kodrat. Hukum tiak
boleh lepas dari sejarahnya. Soepomo di pengaruhi oleh paham ini.
Van Vollen Hoven membiarkan masyarakat menggunakan pakai hukum adat dan menolak
Hukum Belanda di terapkan saklek di Indonesia.. Soepomo menginginkan indonesia
menjadi negara modern tetapi tidak melupakan akar dari sistem hukum tersebut, yaitu
hukum adat. Jadi jelas berbeda.
Hukum adat yang dikembangkan mnejadi ilmu modern. Savigny berpandangan bahwa
hukum yang ideal pertama kali harus berangkat dari hukum adat dan dikembangkan secara
bertahap, sehingga menjadi ilmu hukum yang modern. Pemikiran Savigny ini bernagkat dari
asumsi bahwa setiap orang memiliki keinginan alami untuk berpegang teguh pada hukum
adat dan adat istiadat, seperti bahasa, dari nenek moyang mereka. Konsep Volksgeist ini
hanya ditemui dalam masyarakat asli yang hidup bersama dalam jangka waktu yang cukup
lama, sehingga mempunyai sistem nilai dan norma-orma kebiasaan yang diakui. Dalam
konteks masyarakat Indonesia, ciri masyarakat tersebut kita dikenal dengan masyarakat
hukum adat.
16
Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Petra Natasha –
Gleshya Regita - Priska Putri Andini – Alexis Nicolaas
Richard Posner di artikel terkait Savigny mengakui bahwa dalam sistem hukum Amerika
konsep Volkgeist tidak memberi pengaruh yang signifikan karena Amerika Serikat adalah
sebuah negara yang berasal dari imigran berbagai negara, sehingga tidak bisa ada jiwa
bangsa. Para pendiri Bangsa Amerika telah bersepakat menerima sistem hukum yang
berasal dari sistem hukum Inggris, walaupunmenolak menjadi bagian dari Inggris Raya.
Imigran di Indonesia berlaku 5000 tahun lalu, dalam proses menuju ke zaman ini maka ada
proses pembentukan jiwa bangsa itu.
Soepomo memandang bahwa hukum asli bangsa indoneisa adalah hukum adat yang
adalah suatu hukum yang hidup karena ia menjelmakan perasaan hukum yang nyata dari
rakyat. Konsep Volkgeist yang dikembangkan oleh Savigny sangat nyata keberadaan dalam
sistem hukum Indoneisa, terutasma yang berasal dari sistem hukum adat.
Konflik sekarang: negara vs hukum adat. Dalam perspektif negara à perlindungan untuk
anak. Bagi hukum adat bisa berbeda.
17
Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Petra Natasha –
Gleshya Regita - Priska Putri Andini – Alexis Nicolaas
Herbert Spencer: salah satu pemikir di dalam sosiologi hukum mencoba mengaitkan bahwa
hukum adalah bagian dari teorinya Darwin (Tentang Evolusi).
Perkembangan masyarakat dilihat dari sejarahnya selalu bergerak secara teratur, namun
tidak evolusioner. Mengapa? Karena dipengaruhi oleh merkantilisme di masa itu.
Dipengaruhi oleh filsafat politik ekonomi yang disebut “?” (neoliberalisme).
Auguste Comte: sosiologi hukum tidak ada hubungannya dengan kapitalisme. Hukum
adalah bagian dari sebuah pengetahuan yang disebut ‘fisika sosial’ (hukum adalah suatu
obyek yang bisa diobservasi, bisa dieksperimentasi, bisa diperbandingkan, dan harus
dijelaskan secara historis). Comte merupakan orang yang menjadi inisiator bahwa hukum
adalah sesuatu yang historis tetapi tidak seperti historisme orang Jerman yang mistik –
namun bisa diobservasi dsb dsb.
Jerman: historis yang berkaitan dengan spirit bangsa.
Ketika hukum dilihat sebagai fakta sosial, Herbert menekankan bahwa itu adalah sesuatu
yang apriori (kesimpulan yang dipikirkan, tidak faktual; hanya muncul dibayangkan).
Perkembangan historis di masyarakat Barat:
1. Teologis
2. Metafisik
18
Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Petra Natasha –
Gleshya Regita - Priska Putri Andini – Alexis Nicolaas
3. Scientific
Dia tidak melihat bahwa benar ada perkembangan sosiologis….. namun dia hanya
membayangkan.
Spencer: kalau mau melihat perkembangan hukum secara sosiologis – tidak bisa
menghindar dari faktor kapitalisme.
Max Weber: hukum itu adalah bagian dari fenomena sosial, dia pun berkembang secara
historis karena kapitalisme.
Kalau Spencer mengaitkan hukum dengan perdagangan merkantilisme, Weber mengamati
bahwa orang-orang Kristen di Eropa – hukum berkembang dari irasional menjadi rasional
karena adanya kapitalisme à namun Weber tidak membuktikan perkembangan tsb dengan
“kapitalisme”nya, namun ia membuktikannya dengan kemunculan lembaga birokrasi dan
profesi-profesi.
Setelah abad 19, hukum tidak bisa lagi dipisahkan dari fenomena sosial, terutama dari isu
kapitalisme.
Pemurnian hukum – tidak mungkin, itu hanya terjadi di pikiran saja.
Autopoesis:
Hukum adalah fakta sosial yang bersifat historis – Dalam kapitalisme ada persoalan yang
disebut ‘konflik’ – dalam pandangannya, hukum adalah konflik. Oleh karena itu, hukum
harus punya mekanisme à kebutuhan ekonomi bisa dipenuhi
Emile Durkheim : hukum adalah persoalan sosiologis à darimana diamati? Dari kegiatan
kapitalisme di masa itu yang melahirkan hukum tetapi memulainya dengan menjelaskan
bahwa masyarakat itu terbagi di dalam fungsi2 kerjanya.
Kapitalisme: ada division of labor. Kapitalisme membuat orang bekerja semakin
terspesialisasi. Pra-kapitalisme; tidak ada industry dsb, jadi tidak ada division of labor. Yang
ada hanyalah: bertani.
19
Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Petra Natasha –
Gleshya Regita - Priska Putri Andini – Alexis Nicolaas
Sociological jurisprudence: ga bisa melepaskan diri dari metode yang historis, obyek faktual
è bisa mengamati, membandingkan, menguji è tetapi tidak bisa dilepaskan dari urusan
ekonomi (uang).
Value bisa diterima sebagai basic assumption karena adanya consensus dalam masyarakat.
Hukum adalah bagian dari tata sosial yang kompleks.
Brian Tamanaha: mengenalkan socio-legal theory à realistic socio-legal theory à
mengemukakan bahwa hukum dalam masyarakat punya alasan-alasan filosofis.
20
Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Petra Natasha –
Gleshya Regita - Priska Putri Andini – Alexis Nicolaas
Bedanya sarjana hukum dengan ilmu sosial lainnya = mempelajari hukum positif. Jadi mau
belajar ilmu sosial, belajar hukum positif nya dulu. Dari hukum positif ini baru dilihat aspek
lainnya à Memberikan pengetahuan bagi seorang juris, disamping penguasana terhadap
hukum positif, juga dibekali penguasaan untuk melakukan sorotan terhadap aspek perilaku
dari kenyataan, yang mencakupi pendekatan sosiologis, antropologis, historis, mauun
psikologis (Soerjono Soekanto). Membaca regulasi = membaca historical dari regulasi
tersebut.
21
Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Petra Natasha –
Gleshya Regita - Priska Putri Andini – Alexis Nicolaas
22
Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Petra Natasha –
Gleshya Regita - Priska Putri Andini – Alexis Nicolaas
23
Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Petra Natasha –
Gleshya Regita - Priska Putri Andini – Alexis Nicolaas
2. Emile Durkheim
Karyanya The Division of Labor in Society: tipe solidaritas dala struktur sosial dalam
masyaraskat. Inti gagasannya tentang masyarakat. Pembagi masyaraskat modern
dan masyarakat tradisional. Dalam masyarakat tradisional hubungan sosial dan
solidaritasnya didasarkan oleh banyaknya persamaan (perasaan, pandangan hidup,
agama/ kepercayaan, dan adat istiadat) dari masyarakat tersebut. Sansksi untuk
menjaga keseimbangan (hukum adat). Jenis Solidaritas masyarakat ini adalah
Solidaritas Mekanis. Kesadaran di dalam masyarakat bersifat kolektif, sehingga
individualitas anggota masyarakat cenderung kecil. Jenis hukum yang berlaku
adalah ”hukum yang menindak” (repressive), yang merupakan ciri khas dari hukum
pidana yang memberikan hukum pemaksaan dan penderitaan bagi individu yang
melakukan pelanggaran. Masyarakat modern dicirikan sudah ada diferensiasi dan
spesialisasi fungsi dari masing-masing anggota msyarakat, diantaranya melalui
pembagian atau spesialisasi kerja anggota masyarakat. Jenis solidaritas masyarakat
ini adalah solidaritas organic. Fungsi hukum menggugat kesadaran bersama. Ketika
masyarakat sudah modern, hukum mengintegrasikan kepentingan masyarakat tadi.
Kesadaran masyarakat terbatas pada kepentingan kerja, sehingga individualism
berkembang dan kesadaran kolektif menjadi berkurang. Untuk tetap dapat
melangsungkan hidupnya, maka masyarakat harus saling bekerja sama. Hukum
merupakan mekanisme pengintegrasian sosial. Jenis hukum yang berlaku adalah
hukum yang menggantikan (restitutive). Hukum jenis ini memberi perbaikan,
penggantian dan penegakkan kebali seperti keadaan semula. Hukum berfungsi
utama untuk menegaksan lagi conscience collective di hadapan tindakan-tindakan
yang mempertanyakan kebenarannya.
3. Max Weber (1864-1920)
Suatu tatanan dapat disebut sebagai hukum, apabila secara eksternal ada jaminan
bahwa hukum tersebut dapat dipaksakan (fisik dan psikologi) yang diterapkan oleh
badan khusus. Adanya pengaruh politik, agama dan ekonomi terhadap
perkembangan hukum dan ilmu hukum. Tipe Otoritas:
• Otoritas Tradisional à Kepercayaan akan nilai-nilai yang sudah mapan dan
selalu ada;
• Otoritas Kharismatis à Dikendalikan oleh orang-orang yang mempunyai
kepribadian yang luar biasa (pemimpin pesantren contohnya);
• Otoritas Legal-Rasional à Otoritas yang bersumber pada sistem hukum;
Tipologi mengenai hukum
• Tipologi disusun berdasarkan; formal-substantif dan irasional-rasional
24
Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Petra Natasha –
Gleshya Regita - Priska Putri Andini – Alexis Nicolaas
THEORIES OF JUSTICE
• Relasi hermeneuistik yang memungkinkan penafsiran itu muncul
• Kalau sudah berbicara keadilan maka berbicara problem solving dalam hukum à
dituntut untuk memperhatikan aspek pragmatis apa yang berguna bagi klien dan
masyarakat, tidak hanya bersifat politis tetapi juga bersifat etis
• Theories of justice menawarkan pada kearifan metodologi yang sifatnya teoritis
untuk memecahkan suatu masalah.
• Ketika berpikir ada objek subjek berarti ada konteks berpikir (episteme) yang mana
berpengaruh pada result. Result dipengaruhi oleh metodologi, posisi subjek dan
melihat objeknya bagaimana.
• Ketika belajar filsafat diingatkan untuk menjadi arif/bijaksana berkaitan bukan hanya
terkait materiil tapi juga posisi metodologis
25
Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Petra Natasha –
Gleshya Regita - Priska Putri Andini – Alexis Nicolaas
• Perdebatan teori keadilan dapat dibedakan dalam 2 bentuk, yaitu liberal dan
komunitarian.
• Konteks epistemic bukan berbicara tentang konteks geografis atau territorial tetapi
konteksoemikiran. Bisa saja orang Indonesia memiliki pemikiran seperti orang Barat
• Nozick à libertarian bukan liberal
• Nozick sangat anarkis à negara tidak perlu berperan disitu karena persaingan
bebas harus dihargai
• Perspektif sangat berpengaruh. Pemahaman tentang stand poin itu menjadi penting,
yang mana merupakan bagian epistemic
• Kesadaran epistemic (melihat stand poin) itu menjadi penting bagi orang yang well-
educated. Jangan langsung membahas materiil suatu masalah
• Sandel à komunitarian (sangat menghargai individu)
• Negara harus mengatur karena manusia memiliki kecenderungan aiming the goal
26
Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Petra Natasha –
Gleshya Regita - Priska Putri Andini – Alexis Nicolaas
27
Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Petra Natasha –
Gleshya Regita - Priska Putri Andini – Alexis Nicolaas
karena ia hanya digaji dibawah standar minimum. Ketika buruh ingin menyekolahkan
anaknya, maka ia harus bekerja di luar pekerjaan utamanya untuk menambah
penghasilan, lembur sampai pada hari-hari libur. Sehingga pada hari libur tidak
memiliki kesempatan untuk bertemu dengan tetangganya. Buruh bahkan terasing
dari lingkungan keluarganya sekaligus. Buruh terasing dari dirinya sendiri.
• Upaya buruh untuk membebaskan diri dari eksploitasi pemilik modal, menurut Karl
Marx hanya akan berhasil apabila buruh dapat menguasai alat-alat berprooduksi itu
sendiri
• Masyarakat yang ideal menurut Karl Marx adalah tidak ada lagi eksploitasi dari kaum
yang kuat kepada kaumm yang lemah
• Menurut pendapat Karl Marx, ideologi yang ada memberikan justifikasi terhadap
kelompok yang kuat dari justifikasi ini diperoleh melalui hukum lewat rumusan hukum
yang ada di masyarakat. Di setiap rumusan hukum, ada ideologi-ideologi
tersembunyi yang dimasukkan oleh mereka yang memiliki posisi dominan di
masyarakat.
• Descartes à eksistensi seseorang ditentukan oleh kesadaran dirinya sendiri à
dibantah oleh Karl Marx à eksistensi sosial seseorang dalam masyarakat yang akan
membentuk kesadaran akan dirinya sendiri, akrena Karl Marx menganut perspektif
komunalistik
• Menurut Karl Marx, free will (kehendak bebas) tidak ada. Ketika terjadi kontrak
antara buruh dan kapitalis, kedudukan keduanya tidak setara. Kapitalis memiliki alat
produksi, sedangkan buruh tidak memiliki apa-apa. Kontrak terjadi bukan karena free
will buruh tetapi kondisi ekonomi buruh yang marjinal memaksa buruh untuk bekerja
pada kapitalis. Menurut Karl Marx, equality before the law adalah omong kosong
• Apakah teori surplus value dari Karl Marx masih relevan?
Ternyata sampai sekarang masih ada negara-negara yang belum mencapai
sosialisme secara murni. Negara-negara belum sepenuhnya mampu membebaskan
diri dari kapitalisme. Contohnya Uni Soviet yang sangat menentang kapitalisme,
mencoba mengingkari teori marxisme, dan untuk mencapai masyarakat sosialisme
harus melalui masyarakat kapitalisme berusaha dihindari, maka melompat langsung
pada komunisme. Uni Soviet hancur karena melawan teori marxisme atau mengikuti
teori marxisme tergantung ideology setiap orang masing-masing. Kapitalisme tidak
berdiam diri. Saat ini, pemilik modal memberikan sebagian saham kepada buruh.
Kapitalisme mengalami metamorfosa juga. Cina sudah belajar dari pengalaman Uni
Soviet, Cina tidak keberatan untuk memasuki sistem kapitalis, yang diterapkan
dengan ilmu tai chi. Cina mempelajari sistem kapitalisme untuk mengetahui
28
Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Petra Natasha –
Gleshya Regita - Priska Putri Andini – Alexis Nicolaas
Marxist mengkritik sistem yang mapan -- dipakai oleh beberapa akademisi dalam gagasan
ini. --> Golongan 'KIRI' dalam Liberalism.
CLS: muncul di AS pada akhir 1970an dengan rentetan konferensi di AS, Perancis, Inggris. -
-> mostly muncul dari mahasiswa.
Lahir dari ketidakpuasan (khususnya akademisi muda) terhadap keilmuan hukum di era
sistem liberal. --> mengapa tidak puas? Mempertanyakan bagaimana hukum telah jauh dari
esensi dasar fungsi hukum dalam sistem masyarakat.
Tokoh-tokoh CLS: Duncan Kennedy, Karl Klare, Mark Kelman dan Roberto Mangabeira
Unger.
CLS mengkritik legal liberalism (natural law, legal positivism)
Inti ajaran legal liberalism:
• Law is apolitical (netral dan murni)
• Law is autonomous (suatu sistem)
• Law is ahistorical (legal techniques dan metode tidak berubah)
• Determinate (jawaban yang pasti ada untuk semua masalah hukum)
Natural law: gagasannya adalah tentang universalisme. --> hukum berlaku universal tanpa
melihat bagaimana orang, dan bagaimana lokasinya.
Asumsi: hukum itu sama.
Aturan-aturan yang berlaku di AS harusnya bisa berlaku di Indonesia, namun kenyataannya
tidak.
Legal positivism - ide2 tentang formalistik. Hukum baru ada ketika diformalkan (oleh orang-
orang yang punya kewenangan).
29
Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Petra Natasha –
Gleshya Regita - Priska Putri Andini – Alexis Nicolaas
Gagasan yang disampaikan oleh natural law dan legal positivism --> legal liberalism.
• Akademisi CLS Mendorong para teoritis hukum liberal untuk memeriksa kembali,
memperbaiki dan menghaluskan kembali pandangan mereka agar menyediakan
analisis-analisis hukum yang memuaskan dalam masyarakat yang sedang berubah
dengan cepat
• Pokok pemikiran Critical Legal Studies adalah hukum adalah politik, hukum
melembagakan politik
• Doktrin hukum yang selama ini terbentuk sebenarnya lebih berpihak pada mereka
yang mempunyai kekuatan (power)
Hukum bukannya menerapkan metode pengambilan keputusan yang obyektif dan netral,
tetapi merupakan kedok bagi isu-isu politik yang relevan bagi status quo.
Pemikiran liberal mengandung kontradiksi yang tak terpecahkan, yang merupakan dilema
mendasar bagi liberalisme adalah ingin melindungi keebebasan individu, tetapi pada saat
yang sama mengakui adanya ketergantungan timbal balik antar warga masyarakat.
Penganut liberalisme yang mengagungkan individualisme selalu berkhotbah tentang
demokrasi yang mengutamakan nilai komunalisme.
30
Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Petra Natasha –
Gleshya Regita - Priska Putri Andini – Alexis Nicolaas
• Dalam prakteknya prinsip res communis akan memberi keuntungan bagi mereka
yang memiliki kemampuan bila dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki
kemampuan
• Bagi negara berkembang, prinsip res communis sama saja dengan tidak dapat
menikmati keuntungan (benefit) apapun dari wilayah bersama karena keterbatasan
modal dan teknologi
• Negara berkembang memperkenalkan prinsip common heritage of all mankind atau
warisan umat manusia bersama sebagai pengganti dari prinsip res communis
• Dalam prinsip common heritage of mankind yang berlaku adalah siapa yang dapat
mengeksploitasi wilayah bersama maka ia wajib membagi keuntungan yang
didapatkan kepada yang lain
• Negara berkembang telah melakukan trashing dengan mengatakan bahwa prinsip
res communis bukanlah prinsip yang universal yang diikuti oleh masyarakat
internasional modern. Prinsip res communis hanya berpihak pada negara maju yang
notabene adalah negara yang memiliki modal, keahlian, teknologi
• Selanjutnya, negara berkembang melakukan deconstruction terhadap prinsip res
communis dengan mengatakan bahwa prinsip tersebut hanya menguntungkan
negara maju saja. Dalam argumentasi negara berkembang, manfaat dari wilayah
bersama seharusnya tidak dinikmati terbatas pada mereka yang mempunyai
kemampuan untuk mengeksploitasi saja, melainkan oleh seluruh umat manusia.
Oleh karenanya, prinsip res communis sudah selayaknya ditinggalkan.
Tambahan:
CLS bukan hanya pemikiran yang pasti/semacam dogma, tetapi merupakan suatu gerakan
untuk berpikir kritis.
Manusia cenderung mencari sesuatu yang stabil, seperti orde baru. Stabilitas hanya ilusi
dan imajinasi yang mungkin diciptakan oleh kebanyakan orang normal à pemikiran saat
reformasi. Stabilitas tersebut tidak bisa dipastikan dengan kebiasaan saja. Norma menjadi
hukum ketika ada otoritas untuk menerapkan perintah, lalu sanksi baru ditentukan.
NORMA à OBJEKTIF
Internalisasi (sesuatu yang DI biasakan terus menerus; sanksi menurut kelsen bukan bagian
dari hukum, tetapi sanksi menjadi melekat, barulah terjadi proses pembatinan, internalisasi
terjadi) à eksternalisasi (ketika anda menampakan kebiasaan internalisasi tersebut keluar)
à objektivasi (aturan yang bersifat internal telah menjadi sesuatu yang mengendalikan
anda; bahkan ada pengawasnya, yang bukan sekedar pengawas secara fisik, tetapi bisa
juga berupa rasa bersalah yang ada dalam diri kita sendiri).
31
Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Petra Natasha –
Gleshya Regita - Priska Putri Andini – Alexis Nicolaas
CLS berangkat dari sebuah pertanyaan yang sangat skeptic dari nilai-nilai yang dihasilkan
dari proses diatas. CLS yakin dengan berpikir kritis kita bisa mempertanyakan apa yang
normal dan objektif yang bahkan sudah menjadi kebiasaan setiap hari. Jadi CSL membuat
kita berpikir kembali apakah suatu ukuran yang sifatya normal dapat dipertanyakan atau
tidak, bukan dalam rangka mendiskursuskan kembali suatu kebenaran, melainkan untuk
mencari kebenaran/bisa menjawab kemudian.
Orang hukum mempunyai hasrat untuk menormalkan orang-orang, tapi hasrat itu ada
objektifnya yang berasal dari luar à ini dipertanyakan CLS.
Kesangsian ideologis, kecurigaan bahwa sesuatu yang normal dibaliknya ada muatan
ideologis (sebuah sifat dari sebuah kekuasaan atau ide yang mau menancapkan kekuasaan
secara absolut dan ingin membuat menyeragamkan manusia) à CLS. Lebih tepat dikatakan
sebagai gerakan yang perihatin pada hukum yang legistik dan positivistic. Banyak orang
yang berbicara hukum yang memiliki kekuasaan untuk menormalkan, sehingga berpikir
untuk tidak bisa beda dari yang lain. CLS ingin membongkar hal-hal yang seperti itu.
Kebenaran dan hasrat untu kebenaran adalah ilusi yang membuat kita tidak membuat
berubah.
FEMINIST JURISPRUDENCE
• Suatu aliran pemikiran dalm filsafat hukum yang membahas teori hukum,
pendekatan hukum, dan legal issues terhadap perempuan dan kehidupannya
• Isu yang digunakan adalah isu tentang gender. Gender banyak disalahartikan
sebagai perbedaan kelamin laki-laki dan perempuan, padahal perbedaan tersebut
merupakan anugerah Tuhan yang memang diciptakan secara berbeda. Melalui
perempuan, Tuhan memastikan peradaban manusia. Tetapi dalam
perkembangannya perbedaan ini bukan berdasarkan konsep yang diciptakan Tuhan,
tetapi gender. Gender merupakan perbedaan yang dibuat berdasarkan sistem sosial,
bukan perbedaan secara lahiriah. Gender berangkat dari pandangan yang
menempatkan konsep bahwa dunia dikuasai oleh laki-laki (patriarki). Laki-laki
menjadi titik sentral.
• Dalam berbagai literatur, laki-laki tidak mungkin konsep sentral karena perempuan
memiliki rahim yang dapat melahirkan anak. Garis keturunan dulu ditarik dari
perempuan karena ia yang mengetahui anak yang dilahirkannya. Namun karena
perkembangan dari sistem sosial yang memberi pengaruh, akhirnya pandangan ini
berubah. Tradisi pandangan menempatkan laki-laki sebagai titik sentral. Hal inilah
yang dikritik oleh kaum feminist.
32
Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Petra Natasha –
Gleshya Regita - Priska Putri Andini – Alexis Nicolaas
• Sistem sosial membalik fungsi perempuan menjadi kelas kedua dalam masyarakat.
Hal inilah yang ditolak oleh kaum feminist.
• Each strain of feminist jurisprudence evaluates and critiques the law by examing the
relationship between gender, sexuality, power, individual rights, and the judicial
system as a whole
• Aliran ini berkembang dari gerakan perempuan pada akhir 1960an dan awal 1970an
• Kajian ini mengalami kemajuan pesat terutama sejak banyak perempuan yang
belajar dan mengkaji ilmu hukum dan mempertanyakan secara kritis masalah-
masalah yang menjadi pusat perhatiannya, seperti rape, domestic violence,
reproduction, unequal pay, sex discrimination, sexual harassment à gagasan ini ada
ketika banyak wanita mempelajari hukum.
• Ya laki-laki dan perempuan itu berbeda, karena memang Tuhan menciptakan
berbeda. Tetapi dalam perkembangannya, perbedaan ini bukan berasal dari
perbedaan Tuhan tadi. Tetapi melainkan perbedaan atas sistem soaial, yakni
masalah gender. Gender berangkat dari pandangan yang menempatkan ide bahwa
konsep laki-laki di dunia ini yang menguasai, titik sentral nya laki-laki (konsep
patriarki)
• Setiap ada kasus pemerkosaan, stigma sosial menempatkan perempuan bukan
sebagai korban tetapi sebagai penyebab terjadinya tindak pelecehan atau kekerasan
tersebut.
• Yang paling terasa saat bekerja adalah unequal pay. Biasanya pengusaha akan
cenderung memilih laki-laki ketimbang perempuan karena laki-laki bisa diajak lembur
dan dengan workload yang banyak laki-laki bisa menghandle tanpa memikirkan
keluarga, sedangkan perempuan dianggap waktunya lebih terbatas karena punya
anak dan memikirkan keluarga, sulit lembur atau pulang malam. Bos perempuan
juga lebih memilih bekerja dengan laki-laki sebagai anak buahnya karena lebih
fleksibel waktunya.
• Masih ada tradisi dimana perempuan kita ingin mengajukan kredit harus meminta
izin suaminya terlebih dahulu, sedangkan suami tidak perlu izin.
• Kita bisa melihat bahwa legislator lebih mendukung kepentingan laki-laki ketimbang
perempuan.
• Sistem sosial mendiskriminasi perempuan sebagai second layer atau membalik
fungsi perempuan menjadi kelas kedua dalam masyarakat. Inilah yang ditolak.oleh
gerakan feminis
• Dalam menganalisis cara kerja hukum dan perempuan, ahli feminist jurisprudence
melakukan kegiatan akademik dan gerakan dengan berbagai cara:
33
Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Petra Natasha –
Gleshya Regita - Priska Putri Andini – Alexis Nicolaas
• Karena kita negara dengan sistem civil law, maka peran legislator sangat penting.
Legislator yang terlibat dalam politik umumnya didominasi oleh laki-laki. Struktur
sosial membuat perempuan tidak seimbang di parlemen, sekalipun tidak ada
larangan bagi perempuan untuk terlibat dalam politik. Kelompok feminist minta jatah
lebih bagi perempuan untuk menjadi legislator. Hal ini terjadi di India, dimana kaum
feminist meminta jatah 30% dan hukum yang harus memainkan peran dalam hal ini
karena tidak mungkin berubah hanya dengan berpegang pada struktur sosial. Kaum
feminist membuat aturan-aturan tentang kewajiban agar komposisi perempuan bisa
dinaikkan dalam keterlibatan politik. Di Indonesia, masih sebatas kewajiban bagi
parpol untuk memberikan jatah 30% bagi perempuan, namun pemilihannya akan
diserahkan pada pasar. Sedangkan pasar sendiri masih memiliki stigma sosial yang
pro laki-laki. à Hukum perlu untuk mengangkat agar perempuan dapat masuk ke
dalam legislator. Itu bentuk diskriminasi dalam bentuk positif, yang mana dapat
menampung 2 kepentingan itu. Contoh India
34
Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Petra Natasha –
Gleshya Regita - Priska Putri Andini – Alexis Nicolaas
3) Aliran Kultural
Cultural feminist also emphasize difference, but view it more positively. The use
the rhetoric of equality to advocate change that supports the values of difference.
Tetapi perbedaan ini tidak boleh membuat yang satu merasa tidak setara dengan
yang lain. Perbedaan itu memang ada dan harus dilihat secara positif.
4) Aliran Postmodern
Postmodern feminism sees equality as a social construct and, since it a product
of patriarchy, one in need of feminist reconstruction (pemikiran dikontruksi
melalui metode CLS) à dengan cara tracing, rekonstruksi supaya ada konstruksi
yang baru secara sosial. Contohnya, dalam buku-buku pelajaran sd, perempuan
35
Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Petra Natasha –
Gleshya Regita - Priska Putri Andini – Alexis Nicolaas
diposisikan selalu pergi ke pasar dan mengurus rumah. Kontruksi tersebut sudah
dibentuk sejak dulu. Maka solusinya adalah dikontruksi dengan mengubah
pandangan-pandangan pada sistem pendidikan bahwa perempuan dan laki-laki
memang sama. Dekonstruksi menggunakan pendekatan-pendekatan yang
dipakai dalam CLS.
Ideologi, hukum dan perempuan
• Ideologi, hukum dan perempuan (women’s choice) adalah salah satu
pembahasan yang paling penting dalam studi feminist jurisprudence
• Setiap pandangan tentang disiplin hukum dipengaruhi oleh apa yang disebut sebagai
ideology
• Dalam ilmu hukum, ideology adalah pandangan tentang bagaimana dunia
seharusnya berjalan
• Ideology sangat bersifat subjektif dan berpihak, minimal berpihak pada si penganut
pandangan atau si pembuat hukum atau kebijakan
• Ideology berisi nilai-nilai atau value
• Pada umumnya ideology dalam hukum bersifat tersirat daripada tersurat
• UU mengakomodasi ideology-ideology tersebut
• Dalam kajian feminist jurisprudence, kritik atas ideology patriarki yang menempatkan
posisi dominan laki-laki dalam segala aspek kehidupan sosial adalah kritik paling
penting
• Ideology partriarki dalam aliran ini dipandang sebagai bentuk penindasan terhadap
perempuan untuk melanggengkan kekuasaan (laki-laki)
• Pelanggengan kekuasaan (kaum laki-laki) salah satunya dilakukan dengan
penggunaan hukum dan sistem hukum
• Dominasi laki-laki atas hukum dan sistem hukum disebabkan laki-laki menguasai
sebagian besar kekuatan sosial, ekonomi dan politik
• Mereka (laki-laki) menggunakan hukum dan sistem hukum untuk mensubordinasikan
kaum perempuan baik di wilayah publik seperti kehidupan sosial, politik, dan
ekonomi, serta di wilayah private seperti kehidupan keluarga dan seks
• Bahasa, logika, dan struktur hukum juga diciptakan untuk memperkuat nilai-nilai
kelaki-lakian. Konsep-konsep dan nilai-nilai disajikan secara luas tersebut dianggap
netral dan objektif
• Contohnya pada masyarakat minang berkembang budaya rantau dimana laki-laki
keluar dari keluarganya dan mencari nafkah karena sistem sosial dipegang oleh
perempuan. Sehingga pada abad ke-16 laki-laki minang sudah mulai berdagang
36
Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Petra Natasha –
Gleshya Regita - Priska Putri Andini – Alexis Nicolaas
37
Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Petra Natasha –
Gleshya Regita - Priska Putri Andini – Alexis Nicolaas
"adat law as sources of modern international law" (gambar segitiga) Legal Principles -->
Legal Values --> Legal Norms --> Legal Acts
ADAT:
• A: bukan
• Dato: sesuatu yang bersifat materiil
• Hukum adat: sesuatu yang sifatnya non-materiil
• Hukum adat (Prof. Amura): the set of cultural values, norms, customs and practices
found among specific ethnic groups
• Dalam adat: tidak dibedakan mana yang hukum dan mana yang bukan.
• Sifat dan hakekat dari hukum adat: Indonesian people are more adheres to
spiritualism than materialism values.
• The harmony among the Indonesian customary law exists in the legal culture which
more appreciated communalism than individualism values.
• Romanticism lebih berharga dari rationalism
Hugo Grotius: Kristen yang sangat ekstrim --> Arminianism & Sociasim/Ramism:
Rationalism Mode of Reasoning
Hugo Grotius mengkritik ajaran2 agama Kristen Protestan aliran Calvinist.
Aliran arminianism mengutamakan individualism.
Hugo Grotius mempengaruhi perkembangan modern international law
Bertolak belakang dengan sifat hukum adat Nusantara.
Sebagai konsekuensi dari ajaran Kristen Protestan yang sangat ekstrim, pemikiran Hugo
Grotius juga didominasi oleh "materialisme".
TRIPs: materialism, individualism ==> bertolak belakang dengan sifat dan hakekat dari
hukum Adat.
Adat law does NOT recognize the legal incapacity of a married women, whereas
Western Law, such as the BW which was introduced to Indonesia in the middle of the
nineteenth century -- stipulates that married women incapable of independent legal
actions.
Free Trade: Adat Law's Foundation for Hugo Grotius' Mare Liberum.
38
Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Petra Natasha –
Gleshya Regita - Priska Putri Andini – Alexis Nicolaas
Free Trade As the daily practice in the Nusantara is a foundation of Hugo Grotious "mare
liberum/freedom of the seas" legal doctrine;
The doctrine not only influenced the law of the sea establishment, but it also determined the
formation of international trade law, despite manipulation of the free trade spirit in the
(future) WTO rule.
39
Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Petra Natasha –
Gleshya Regita - Priska Putri Andini – Alexis Nicolaas
40
Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Petra Natasha –
Gleshya Regita - Priska Putri Andini – Alexis Nicolaas
Dapat disimpulkan, Pancasila memang pantas untuk dijadikan landasan bagi terwujudnya
hubungan masyarakat yang harmonis.
Nilai persatuan dan kesatuan tidak lahir secara “tiba-tiba” menjadi sila ketiga pancasila.
Butuh waktu bertahun-tahun untuk akhirnya bisa seperti itu.
Bukti bahwa pancasila pantas dijadikan sumber dalam hukum nasional, hal ini terwujud
dalam hukum adat juga. Hukum adat yg diterapkan oleh nenek moyang kita yang menjadi
praktek hidup sehari2 dalam bermasyarakat. Ada upaya pemersatu nusantara dengan
adanya “wawasan nusantara” dalam deklarasi Djuanda (utk melawan rezim hukum laut
bebas dari Hugo Grotius).
41