Anda di halaman 1dari 18

TANGGUNG JAWAB LESSOR DALAM PERJANJIAN LEASING

DENGAN SISTEM OPERATING LEASE SEBAGAI SALAH SATU


ALTERNATIF PEMBIAYAAN SUATU PERUSAHAAN
(Studi PT.Summit Oto Finance Palu)

MUZNAH / D 101 09 312

ABSTRAK

Kegiatan utama perusahaan sewa guna usaha ( leasing ) adalah bergerak di


bidang pembiayaan untuk keperluan barang-barang modal yang diinginkan oleh lessee.
Pembiayaan di sini maksudnya jika lessee membutuhkan barang-barang modal seperti
peralatan kantor atau mobil dengan cara disewa atau dibeli secara kredit dapat
diperoleh di perusahaan leasing. Pihak leasing dapat membiayai keinginan lessee sesuai
dengan perjanjian yang telah disepakati kedua belah pihak.

Dalam penulisan skripsi ini penulis membahas permasalahan tentang bagaimana


tanggung jawab lessor dalam perjanjian leasing serta hambatan-hambatannya.

Tanggung jawab dari lessor, pada prinsipnya menyerahkan barang yang akan disewa
guna usahakan oleh lesse sesuai dengan permintaan dan perjanjian antara lessor dan
lesse.

Berdasarkan pembahasan tersebut maka penulis menarik kesimpulan bahwa


pemabagian dan pengaturan mengenai tanggung jawab para pihak dalamperjanjian
leasing pada umumnya dipengaruhi dan ditentukan oleh jenis pembiayaan yang terdapat
dalam perjanjian leasing itu sendiri, namun secara khusus pembagian dan pengaturan
tersebut pada dasarnya harus didasarkan pada kesepakatan para pihak dalam
perjanjian. sedangkan untuk pelaksanaannya harus dilakukan berdasarkan undang-
undang. Serta hambatan dalam perjanjian leasing yang pada umumnya disebabkan oleh
wanprestasi atau ingkar janji dari pihak lessee.

Kata Kunci : Tanggung Jawab , Perjanjian Leasing, Lessor.

I
. PENDAHULUAN pemerintah adalah leasing.
A.Latar Belakang Lembaga ini di perkenalkan
Salah satu lembaga melalui Surat Keputusan Bersama
pembiayaan yang pertama kali di (SKB) Menteri Keuangan,
perkenalkan di Indonesia oleh Menteri Perindustrian, dan

1
Menteri Perdagangan dan pembiayaan yang masih relatif
Koperasi Nomor : Kep- baru, pada awal
122/MK/IV/1/1974; perkembangannya usaha leasing
No.32/M/SK/2/1974; dan dipacu oleh pemerintah dalam
No.30/Kpb/I/1974, tertanggal 17 rangka mendorong perkembangan
Februari 1974 tentang perizinan dunia usaha dengan memberikan
usaha leasing. Kemudian beberapa fasilitas antara lain
berdasarkan Surat Keputusan dengan memberikan penundaan
Menteri Keuangan RI pembayaran perpajakan , sehingga
No.48/KMK.013/1991. Lembaga usaha leasing berkembang dengan
ini kemudian diberi nama resmi sangat maju dan pesat.
³6HZD *XQD 8VDKD´ 1
Leasing sebagai lembaga
Setelah di perkenalkan pembiayaan dalam sistem
secara resmi pada tahun 1975 kerjanya akan menghubungkan
mulailah di dirikan perusahaan- kepentingan dari beberapa pihak
perusahaan leasing di Indonesia. yang berbeda , yaitu :
Pada tahun 1981 kegiatan leasing
1. Lessor adalah pihak leasing
di Indonesia terjadi peningkatan
itu sendiri sebagai pemilik
yang pesat pada jumlah
modal, yang nantinya akan
perusahaan leasing yang
memberikan modal alat atau
beroperasi di Indonesia dengan
membeli suatu barang.
berbagai bidang usaha yang
2. Lessee adalah nasabah atau
menggunakan jasa perusahaan
perusahaan yang bertindak
leasing.
sebagai pemakai
Perusahaan pembiayaan peralatan/barang yang akan
leasing merupakan perusahaan di lease atau yang akan
disewakan pihak penyewa /
1
Dhaniswara K. lessor.
Harjono,Pemahaman Hukum Bisnis, Jakarta,
3. Vendor atau leveransir atau
PT Rajagrafindo Persada, 2006. hlm 3.
disebut supplier, sebagai

2
pihak ketiga penjual suatu perjanjian financial lease atau
barang yang akan dibeli oleh kontrak leasing.
lessor untuk disewakan
B. Rumusan Masalah
kepada lessee.
Dari uraian latar belakang tersebut
Kegiatan utama perusahaan
di atas, maka penulis membahas
leasing adalah bergerak di bidang
masalah sebagai berikut :
pembiayaan untuk keperluan
barang-barang modal yang 1. Bagaimanakah tanggung jawab
diinginkan oleh nasabah. lessor dalam perjanjian leasing
Pembiayaan di sini maksudnya dengan sistem operating lease
jika seorang nasabah sebagai salah satu alternatif
membutuhkan barang-barang pembiayaan suatu perusahaan ?
modal seperti peralatan kantor
2. Apakah yang menjadi hambatan-
atau mobil dengan cara disewa
hambatan yang biasa timbul
atau dibeli secara kredit dapat
dalam perjanjian leasing?
diperoleh di perusahaan leasing.
Pihak leasing dapat membiayai
II.PEMBAHASAN
keinginan nasabah sesuai dengan
A. Pengertian Perjanjian dan
perjanjian yang telah disepakati
Syarat-Syarat Perjanjian
kedua belah pihak.2

Hubungan lessor dan lessee Untuk memahami istilah


merupakan hubungan timbal mengenai perikatan dan perjanjian
balik, menyangkut pelaksanaan terdapat beberapa pendapat para
kewajiban dan peralihan suatu hak sarjana. Adapun pendapat tersebut,
atau tuntutan kewajiban dari antara lain:
kenikmatan menggunakan
Menurut R.Subekti, definisi
fasilitas pembiayaan, untuk itu
perjanjian adalah :
antara lessor dan lessee dibuat
2 ³perjanjian adalah suatu
Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis,
Cet I, Jakarta, Rajagrafindo Persada, 2005. peristiwa di mana seorang
hlm 103.

3
berjanji kepada seorang lain atau lebih mengikatkan dirinya
atau di mana dua orang itu WHUKDGDS VDWX RUDQJ ODLQ DWDX OHELK´
saling berjanji untuk Setiap perjanjian mempunyai
melaksanakan suatu hal´ 3
dasar pembentukan. Ilmu hukum
Sedang menurut Abdul mengenal empat unsur pokok yang
Kadir Muhammad merumuskan harus ada agar suatu perbuatan
kembali definisi Pasal 1313 KUH hukum dapat di sebut dengan
Perdata sebagai berikut : perjanjian yang sah, keempat unsur

³EDKZD \DQJ GLVHEXW tersebut diatur dalam Pasal 1320


perjanjian adalah suatu KUHPerdata, yaitu:
persetujuan dengan mana dua 1. Berdasarkan kesepakatan para
orang atau lebih saling
mengikatkan diri untuk pihak
melaksanakan sesuatu hal Kesepakatan merupakan
dalam lapangan harta faktor esensial yang menjiwai
4
NHND\DDQ´
perjanjian, kesepakatan
Berdasarkan pada beberapa biasanya diekspresikan dengan
pengertian perjanjian di atas, maka NDWD ³VHWXMX´ GLVHUWDL
dapat disimpulkan bahwa di dalam pembubuhan tanda tangan
suatu perjanjian minimal harus sebagai bukti persetujuan atas
terdapat dua pihak, dimana kedua segala hal yang tercantum
belah pihak saling bersepakat untuk dalam perjanjian. Dalam
menimbulkan suatu akibat hukum perjanjian suatu kesepakatan
tertentu. Perjanjian/ persetujuan dinyatakan tidak sah, apabila
batasannya diatur dalam Pasal 1313 kesepakatan yang dicapai
KUH perdata yang berbunyi: tersebut terjadi karena
kekhilafan atau dibuat dengan
³6XDWX SHUVHWXMXDQ DGDODK VXDWX
perbuatan dengan mana satu orang suatu tindakan pemaksaan atau
3
R.Subekti, Aspek-Aspek Hukum
penipuan.
Perikatan Nasional, Alumni, Bandung, 2. Pihak-pihak dalam perjanjian
1986, hlm 3.
4
harus cakap untuk membuat
Abdul Kadir Muhammad, Hukum
Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung, perjanjian
1992. hlm 20.

4
Setiap orang dan badan misalnya; istri dalam
hukum (legal entity) adalah melakukan perjanjian
subjek hukum, namun untuk transaksi-transaksi
KUHPerdata membatasi subjek tertentu harus
hukum yang dapat menjadi mendapatkan
pihak dalam perjanjian. Untuk persetujuan suami.
itu kita perlu mengetahui siapa 3. Perjanjian menyepakati suatu
saja yang menurut hukum tidak
hal tertentu
cakap atau tidak mempunyai
Hukum mewajibkan setiap
kedudukan hukum untuk
membuat perjanjian. Berikut perjanjian harus mengenai
adalah pihak-pihak yang tidak
sesuatu hal tertentu sebagai
cakap secara hukum untuk
objek dari perjanjian,
membuat perjanjian:
a) .Orang yang belum misalnya tanah sebagai objek
dewasa, yaitu orang
perjanjian jual beli.
yang belum berumur 21
4. Dibuat berdasarkan suatu sebab
tahun
b) Orang-orang yang yang halal
ditaruh dibawah
Perjanjian menuntut
pengampuan, misalnya:
adanya itikad baik dari para
anak-anak, orang yang
pikirannya kurang sehat pihak dalam perjanjian, oleh
atau mengalami
karena itu perjanjian yang
gangguan mental.
disebabkan oleh sesuatu yang
c) Semua pihak yang
menurut undang-undang tidak halal, misalnya karena
yang berlaku tidak cakap
paksaaan atau tipu muslihat
atau dibatasi
tidak memenuhi syarat
kecakapannya untuk
membuat perjanjian, sebagai suatu perjanjian.

5
Suatu sebab atau causa yang dalam proses produksi. Mengenai
definisi leasing ada banyak
halal yang di maksud dalam
pendapat,berikut kutipan dari
Pasal 1320 KUHPerdata
salah satu pendapat:
bukanlah sebab dalam arti
³Leasing adalah
yang menyebabkan atau yang perjanjian
(kontrak) antara
mendorong orang membuat lessor dan lessee
untuk menyewa
perjanjian melainkan sebab suatu jenis
barang modal
GDODP DUWL ³LVL SHUMDQMLDQ LWX tertentu yang
dipilih/ditentuka
VHQGLUL´ \DQJ n oleh lessee.
Hak atas
menggambarkan tujuan yang kepemilikan
barang modal
akan di capai oleh pihak- tersebut ada
pada lessor,
pihak yang melakukan adapun lessee
hanya
perjanjian yang tidak menggunakan
barang modal
bertentangan dengan tersebut
berdasarkan
perundang-undangan, pembayaran
uang sewa yang
ketertiban umum, dan telah ditentukan
dalam suatu
kesusilaan. jangka waktu
5
WHUWHQWX ´
B. Pengertian Leasing dan Dasar
Menurut Pasal 1 ayat (1)
Hukum
Surat Keptusan Bersama Menteri
Secara umum leasing
Keuangan, Menteri Perindustrian,
merupakan suatu equipment
dan Menteri Perdagangan
funding, yaitu suatu kegiatan
No.122,No.32,No.30 Tahun 1974
pembiayaan dalam bentuk
tentang Perizinan Usaha Leasing,
peralatan atau barang modal pada
5
Amin Widjaja Tunggal dan Arif
perusahaan untuk digunakan Djohan Tunggal, The Equipment Leasing
Association, Inggris,1994, hlm 8.

6
ditentukan bahwa yang dimaksud keuangan). OJK adalah lembaga
dengan leasing adalah setiap independen yang dibentuk
kegiatan pembiayaan perusahaan menurut Undang-Undang No.21
dalam bentuk penyediaan barang Tahun 2011. Merupakan sebuah
modal untuk digunakan oleh suatu lembaga pengawasan jasa
perusahaan dalam jangka waktu keuangan yang independen dan
tertentu, berdasarkan pembayaran mengawasi industri perbankan,
secara berkala disertai dengan hak pasar modal, reksadana,
pilih (opsi) bagi perusahaan perusahaan pembiayaan dan lain-
tersebut untuk membeli barang lain. OJK mempunyai fungsi,
modal yang bersangkutan, atau tugas dan wewenang pengaturan,
memperpanjang jangka waktu pengawasan, pemeriksaan dan
leasing berdasarkan nilai sisa penyidikan.
yang telah disepakati bersama.
C. Klasifikasi dan Jenis-Jenis
Dasar Hukum Leasing di
Indonesia SKB Menkeu dan Leasing

Menperin dan Mendag No. 1. Finance Lease


122/MK/2/1974, No.
Tehnik pembiayaan menurut
32/M/SK/1974, dan
finance lease ini, perusahaan
NO.30/Kpb/I/1974 tanggal 7
leasing sebagai lessor adalah
Februari 1974 tentang Perjanjinan
pihak yang membiayai
Usaha Leasing. Keputusan
penyediaan barang modal.
Menteri Keuangan no
Penyewa guna usaha (lessee)
1169/KMK.01/1991, 21 Nov 1991
biasanya memilih barang modal
tentang Kegiatan Sewa Guna
yang dibutuhkan dan atas nama
Usaha.
perusahaan leasing, sebagai
Leasing merupakan lembaga pemilik barang modal tersebut,
perjanjian dimana lembaga melakukan pemesanan, pemeriksa
perjanjian tersebut di bawah serta pemeliharaan barang modal
pengawasan OJK (otoritas jasa yang menjadi objek

7
transaksi leasing. Selama barang modal yang di-lease-kan
masa leasing, lessee melakukan atau melalui beberapa kontrak
pembayaran sewa secara berkala leasing lainnya. Operating lease
di mana jumlah seluruhnya dalam pelaksanaannya
ditambah dengan pembayaran membutuhkan suatu keahlian
nilai sisa (residual value). Kalau khusus terutama untuk
ada, akan mencakup pemeliharaannya dan pemasaran
pengembalian harga perolehan kembali barang modal yang di-
barang modal yang dibiayai serta lease-kan tersebut.7
bunganya, yang merupakan
D. Pihak-pihak yang terlibat
pendapatan perusahaan leasing.6
dalam Perjanjian Leasing
2. Operating Lease
Setiap
transaksi leasing sekurang-
Leasing dalam bentuk
kurangnya melibatkan 4 pihak
ini, lessor sengaja membeli
yang berkepentingan, yaitu
barang modal dan selanjutnya di-
: lessor, lessee, supplier dan bank
lease-kan kepada lessee. Berbeda
atau kreditor. Dimana Lessor
dengan finance lease, dalam
merupakan
operating lease jumlah seluruh
perusahaan leasing atau pihak
pembayaran berkala tidak
yang memberikan jasa
mencakup jumlah biaya yang
pembiayaan kepada
dikeluarkan untuk memperoleh
pihak lessee dalam bentuk barang
barang modal tersebut berikut
modal dan Lessee adalah
dengan bunganya. Perbedaan ini
perusahaan atau pihak yang
disebabkan
memperoleh pembiayaan dalam
perusahaan leasing mengharapkan
bentuk barang modal dari lessor.
keuntungan justru dari penjualan
Setelah itu, Supplier sebagai
6
Munir Fuady, Hukum Tentang perusahaan atau pihak yang
Pembiayaan, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2006.hlm 18. mengadakan atau menyediakan
7
Ibid hlm 19.

8
barang untuk dijual kepada lessee untuk melaksanakan undang-undang.
9
dengan pembayaran secara tunai
oleh lessor. Kemudian dalam Responsibility berarti hal
kontrak leasing, pihak bank atau yang dapat dipertanggungjawabkan
kreditor tidak terlibat secara atas suatu kewajiban, dan termasuk
langsung dalam kontrak tersebut, putusan, ketrampilan, kemampuan
namun pihak bank memegang dan kecakapan meliputi juga
peranaan dalam hal penyediaan kewajiban bertanggung jawab atas
dana kepada lessor terutama undang-undang yang dilaksanakan.
dalam mekanisme leverage Dalam pengertian dan penggunaan
lease di mana sumber dan praktis, istilah liability menunjuk
pembiayaan lessor diperoleh pada pertanggungjawaban hukum,
8
melalui kredit bank. yaitu tanggung gugat akibat
kesalahan yang dilakukan oleh
E. Tanggung jawab lessor dalam
subyek hukum, sedangkan istilah
perjanjian leasing dengan sistem
responsibility menunjuk pada
operating lease.
pertanggungjawaban politik.10
Ada dua istilah yang Secara umum prinsip-prinsip
menunjuk pada pertanggungjawaban tanggung jawab dalam hukum dapat
dalam kamus hukum, yaitu liability dibedakan sebagai berikut:11
dan responsibility. Liability 1. Prinsip Tanggung Jawab
merupakan istilah hukum yang luas Berdasarkan Unsur Kesalahan
yang menunjuk hampir semua Prinsip tanggung jawab
karakter risiko atau tanggung jawab, berdasarkan unsur kesalahan (fault
yang pasti, yang bergantung atau liability atau liability based on fault)
yang mungkin meliputi semua 9
Ridwan H.R., Hukum
Administrasi Negara, Raja Grafindo
karakter hak dan kewajiban secara
Persada, Jakarta, 2006, hlm. 335-337.
10
aktual atau potensial seperti Ibid hlm 338.
11
Shidarta, Hukum Perlindungan
kerugian, ancaman, kejahatan, biaya Konsumen Indonesia, Edisi Revisi,
Gramedia Widiasarana Indonesia,
atau kondisi yang menciptakan tugas Jakarta, 2006, hlm. 73-79.
8
Op cit.

9
adalah prinsip yang cukup umum jawab (presumption of liability
berlaku dalam hukum pidana dan principle), sampai ia dapat
perdata. Dalam Kitab Undang- membuktikan bahwa ia tidak
Undang Hukum Perdata, khususnya bersalah.12
pasal 1365, 1366, dan 1367, prinsip .DWD ³GLDQJJDS´ SDGD SULQVLS
ini dipegang secara teguh. Prinsip ini ³presumption of liability´ DGDODK
menyatakan, seseorang baru dapat penting, karena ada kemungkinan
dimintakan pertanggungjawabannya tergugat membebaskan diri dari
secara hukum jika ada unsur tanggung jawab, yaitu dalam hal ia
kesalahan yang dilakukannya. dapat membuktikan bahwa ia telah
Pasal 1365 Kitab Undang- ³PHQJDPELO´ VHPXD WLQGDNDQ \DQJ
Undang Hukum Perdata yang lazim diperlukan untuk menghindarkan
13
dikenal sebagai pasal tentang terjadinya kerugian.
perbuatan melawan hukum, Dalam prinsip ini, beban
mengharuskan terpenuhinya empat pembuktiannya ada pada si tergugat.
unsur pokok, yaitu: Dalam hal ini tampak beban
a. adanya perbuatan; pembuktian terbalik (omkering van
b. adanya unsur kesalahan; bewijslast). Hal ini tentu
c. adanya kerugian yang diderita; bertentangan dengan asas hukum
d. adanya hubungan kausalitas praduga tidak bersalah (presumption
antara kesalahan dan kerugian. of innocence). Namun jika
Yang dimaksud kesalahan diterapkan dalam kasus konsumen
adalah unsur yang bertentangan akan tampak asas demikian cukup
dengan hukum. Pengertian hukum relevan. Jika digunakan teori ini,
tidak hanya bertentangan dengan maka yang berkewajiban untuk
undang-undang tetapi juga kepatutan membuktikan kesalahan itu ada pada
dan kesusilaan dalam masyarakat. pihak pelaku usaha yang digugat.
2. Prinsip Praduga Untuk Selalu Tergugat harus menghadirkan bukti-
Bertanggung Jawab bukti bahwa dirinya tidak bersalah.
Prinsip ini menyatakan bahwa
12
tergugat selalu dianggap bertanggung Ibid hlm 80.
13
Ibid

10
Tentu saja konsumen tidak dapat dengan prinsip tanggung jawab
sekehendak hati mengajukan absolut (absolute liability). Kendati
gugatan. Posisi konsumen sebagai demikian ada pula para ahli yang
penggugat selalu terbuka untuk membedakan kedua terminologi di
digugat balik oleh pelaku usaha, jika atas.15
ia gagal menunjukkan kesalahan Ada pendapat yang
tergugat.14 menyatakan, strict liability adalah
3. Prinsip Praduga Untuk Tidak prinsip tanggung jawab yang
Selalu Bertanggung Jawab menetapkan kesalahan tidak sebagai
Prinsip ini adalah kebalikan faktor yang menentukan. Namun ada
dari prinsip yang kedua, prinsip pengecualian-pengecualian yang
praduga untuk tidak selalu memungkinkan untuk dibebaskan
bertanggung jawab hanya dikenal dari tanggung jawab, misalnya pada
dalam lingkup transaksi konsumen keadaan force majeure. Sebaliknya
yang sangat terbatas. Contoh dari absolute liability adalah prinsip
penerapan prinsip ini adalah pada tanggung jawab tanpa kesalahan dan
hukum pengangkutan. Kehilangan tidak ada pengecualiannya.16
atau kerusakan pada bagasi kabin Menurut E. Suherman, strict
atau bagasi tangan, yang biasanya liability disamakan dengan absolute
dibawa dan diawasi oleh penumpang liability, dalam prinsip ini tidak ada
(konsumen) adalah tanggung jawab kemungkinan untuk membebaskan
dari penumpang. Dalam hal ini diri dari tanggung jawab, kecuali
pengangkut (pelaku usaha) tidak apabila kerugian yang timbul karena
dapat dimintakan kesalahan pihak yang dirugikan
pertanggungjawabannya. Pihak yang sendiri. Tanggung jawab adalah
dibebankan untuk membuktikan mutlak.17
kesalahan itu ada pada konsumen.
4. Prinsip Tanggung Jawab Mutlak
15
Ibid hlm 82.
Prinsip tanggung jawab mutlak 16
Ibid
17
E. Suherman, Masalah
(strict liability) sering diidentikkan
Tanggung Jawab Pada Charter Pesawat
Udara Dan Beberapa Masalah Lain Dalam
14
Ibid hlm 81. Bidang Penerbangan (Kumpulan

11
5. Prinsip Tanggung Jawab Dengan Kantaatmaja sebagaimana dikutip
Pembatasan oleh Shidarta menyatakan tanggung
Prinsip tanggung jawab dengan jawab profesional adalah tanggung
pembatasan (limitation of liability jawab hukum (legal liability) dalam
principle) ini sangat disenangi oleh hubungan dengan jasa profesional
pelaku usaha untuk dicantumkan yang diberikan kepada klien.
sebagai klausula dalam perjanjian Tanggung jawab profesional ini
standar yang dibuatnya. Dalam dapat timbul karena mereka (para
perjanjian cuci cetak film, misalnya penyedia jasa profesional) tidak
ditentukan, bila film yang ingin memenuhi perjanjian yang mereka
dicuci atau dicetak itu hilang atau sepakati dengan klien mereka atau
rusak (termasuk akibat kesalahan akibat dari kelalaian penyedia jasa
petugas), maka si konsumen hanya tersebut mengakibatkan terjadinya
dibatasi ganti kerugian sebesar perbuatan melawan hukum.18
sepuluh kali harga satu rol film baru. B. Hambatan±Hambatan Dalam
Dalam ketentuan pasal 19 ayat Perjanjian Leasing
1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun
Pada prinsipnya ada tiga macam
1999 tentang Perlindungan
penghambat dan putusnya perjanjian
Konsumen ditentukan bahwa pelaku
leasing yaitu : 1.Konsensus,
usaha bertanggung jawab
2.Wanprestasi, 3.Force Majeure19.
memberikan ganti kerugian atas
kerusakan, pencemaran dan/atau 1.Putusnya Kontrak Leasing
kerugian konsumen akibat Karena Konsensus
mengkonsumsi barang dan/atau jasa Dalam praktek, pemutusan
yang dihasilkan. Dalam kaitan kontrak leasing secara konsensus ini
dengan pelaksanaan jabatan notaris sangat jarang terjadi. Hal ini
maka diperlukan tanggung jawab dikarenakan karakteristik dari
profesional berhubungan dengan jasa
18
Abdulkadir Muhamad, Etika
yang diberikan. Menurut Komar Profesi Hukum, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2001, hlm. 60.
19
Karangan), Cet. II, Alumni, Bandung, 1979, Sunaryo, Hukum Lembaga
hlm. 21. Pembiayaan, CetII, Jakarta, SinarGrafik,
2009, hlm 20.

12
kontrak leasing dimana salah satu tunggal dari pihak lessor. Sebab,
pihak berprestasi tunggal, dalam hal sekali lessor sudah berprastasi maka
ini dari pihak lessor. Artinya, pihak tidak mungkin kontrak di putus di
lessor cukup sekali berprestasi, yaitu tengah jalan. Kecuali terhadap
menyerahkan dana untuk pembelian transaksi leasing dimana lessor
barang leasing. Sekali dana di belum sempat memberikan
cairkan maka pada prinsipnya prestasinya dalam bentuk apapun,
selesailah tugas substansial dari ataupun dalam leasing dengan mana
lessor, tinggal pihak supplier lessor dengan mudah dapat menjual
berkewajiban menyerahkan barang barang modal dengan harga yang
kepada lessee dan selanjutnya pihak mencukupi.
lessee harus mengembalikan uang
2.Putusnya Kontrak Leasing
cicilan kepada lessor. Setelah
Karena Wanprestasi
mencairkan dana, selesailah tugas
substansial dari lessor, oleh karena Wanprestasi atau breach of
itu sangat sulit bagi lessor untuk ikut contract merupakan salah satu sebab
setuju jika pihak lessee ingin hingga berjalannya kontrak menjadi
memutuskan kontrak di tengah jalan. terhenti. Dalam hal ini yang di
Karena kalau kontrak putus, lalu maksud dengan wanprestasi adalah
bagaimana dengan nasib dana yang salah satu pihak atau lebih tidak
telah di cairkan itu.20 melaksanakan prestasinya sesuai
21
dengan kontrak.
Kadang-kadang terdapat juga
kontrak dimana kedua belah pihak Pasal 2139 BW menentukan
dapat bebas memutuskannya di bahwa dalam hal suatu pihak
tengah jalan dengan atau tanpa sebab melakukan wanprestasi, maka pihak
sama sekali. Model kontrak seperti lain dapat menuntut diberikan ganti
ini jarang di praktekkan dan tidak rugi berupa biaya, rugi dan bunga.
sesuai dengan karakteristik kontrak
leasing sebagai kontrak prestasi 21
Mashudi dan Moch.Chidir Ali,
Pengertian-Pengertian Elementer Hukum
Perjanjian Perdata, Cetakan Kedua, Mandar
20
Ibid Maju, Bandung, 2001, hlm 67.

13
Alternatif selain dari tuntutan hanya Hanya saja dalam praktek, isu
ganti rugi oleh pihak tang dirugikan, resiko ini tidak begitu menjadi
maka dapat juga dituntut persoalan, berhubung biasanya
pelaksanaan perjanjian itu sendiri barang leasing yang bersangkutan
dengan atau tanpa ganti rugi. Khusus telah diasuransikan. Bahkan sering
terhadap kontrak leasing, maka MXJD GDODP EHQWXN DVXUDQVL ³all
sebagai kemungkinan wanprestasi ULVN´ dimana hak untuk menerima
dapat terjadi dengan konsekuensi ganti kerugian dari asuransi ini telah
yuridis yang berbeda-beda pula. dialihkan kepada lessor.

3.Putusnya Kontrak Leasing Namun demikian pengaturan


Karena Force Majeure tentang resiko ini tetap penting
mengingat jika terjadi sesuatu dan
Walaupun hak milik belum
lain hal yang menyebabkan pihak
beralih kepada lessee sebelum hak
asuransi tidak dapat atau tidak mau
opsi beli dilaksanakan oleh pembeli,
membayar seluruhnya atau sebagian
tetapi karena lessor memang dari
dari ganti kerugian jika terjadi force
semula bertujuan hanya sebagai
majeure, misalnya dengan alasan
penyandang dana, bukan pemilik,
EDKZD DVXUDQVL EXNDQ XQWXN ³all
maka sudah selayaknya jika beban
risk´ DWDX SHUXVDKDDQ DVXUDQVL MDWXK
resiko dari suatu leasing yang dalam
SDLOLW DWDXSXQ NDUHQD DGD ³dispute´
keadaan force majeure dibebankan
dengan melihat sebabnya terjadi
kepada lessee. Dalam kontrak-
peristiwa force majeure tersebut,
kontrak leasing, memang jelas
oleh karena itu dalam hal seperti ini
kelihatan bahwa lessor tidak ingin
pihak lessee-lah yang akhirnya
mengambil resiko. Jadi, pengaturan
menjadi pihak yang harus
resiko pada transaksi leasing lebih
menanggung resiko. Dalam praktek,
condong ke resiko yang ada pada
hal ini diikuti sepenuhnya.23
transaksi jual beli ketimbang sewa
menyewa.22

22 23
Ibid hlm 68. Ibid hlm 70.

14
III.PENUTUP Dalam praktek
perjanjian leasing di PT.
A.Kesimpulan
Summit Oto Finance terdapat

1. Pembagian dan pengaturan resiko atau hambatan dalam

mengenai tanggung jawab perjanjian sewa guna usaha

para pihak dalam leasing pada yang pada umumnya

umumnya dipengaruhi dan disebabkan oleh wanprestasi

ditentukan oleh jenis atau ingkar janji dari pihak

pembiayaan yang terdapat lessee.

dalam perjanjian leasing itu


B.Saran
sendiri, namun secara khusus
pembagian dan pengaturan Berdasarkan kesimpulan
tersebut pada dasarnya harus diatas, maka saran yang penulis
didasarkan pada kesepakatan berikan yaitu :
para pihak dalam perjanjian.
Sedangkan untuk 1.Kepada perusahaan pembiayaan
pelaksanaannya harus (lessor) yang melakukan perjanjian
dilakukan berdasarkan leasing untuk melaksanakan
undang-undang. tanggung jawabnya agar dapat
2. Hal-hal yang menjadi mencegah terjadinya kerugian
penghambat dan putusnya akibat wanprestasi yang dilakukan
perjanjian leasing yaitu : oleh lessee.
a). Putusnya Kontrak Leasing
2.Kepada lessee disarankan untuk
Karena Konsensus.
mengukur kemampuannya sebelum
b). Putusnya Kontrak Leasing
melakukan leasing agar tidak
Karena Wanprestasi.
melakukan wanpreatasi setelah
c). Putusnya Kontrak Leasing
permohonan leasing-nya
Karena Force Majeure.
dikabulkan.

15
DAFTAR PUSTAKA

A.Buku-Buku

Abdul Kadir Muhammad,Hukum Perikatan,Citra Aditya Bakti,Bandung,1992.


Amin Widjaja Tunggal dan Arif Djohan Tunggal,The Equipment Leasing
Association,Inggris,1994.
Dhaniswara K. Harjono,Pemahaman Hukum Bisnis,Jakarta,PT Rajagrafindo
Persada,2006.
E. Suherman, Masalah Tanggung Jawab Pada Charter Pesawat Udara Dan
Beberapa Masalah Lain Dalam Bidang Penerbangan (Kumpulan Karangan),
Cet. II, Alumni, Bandung, 1979.
Mashudi dan Moch.Chidir Ali, Pengertian-Pengertian Elementer Hukum
Perjanjian Perdata, Cetakan Kedua, Mandar Maju, Bandung, 2001.
Munir Fuady, Hukum Tentang Pembiayaan, Citra Aditya Bakti, Bandung,
2006.

Ridwan H.R., Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo Persada, Jakarta,


2006.

R.Subekti, Aspek-Aspek Hukum Perikatan Nasional, Alumni, Bandung, 1986.


Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Edisi Revisi, Gramedia
Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2006.
Sunaryo,Hukum Lembaga Pembiayaan, CetII, Jakarta, SinarGrafik, 2009.
Zaaeni Asyhadie, HukumBisnis, CetI, Jakarta, RajagrafindoPersada, 2005.

B.Undang-Undang
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) Staatsblad 1847 Nomor
23 tentang Burgerlijk Wetboek Voor Indonesie (BW).

Undang-Undang No.21 tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111 dan Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5253.

Peraturan Presiden No.9 tahun 2009 Tentang Lembaga Pembiayaan Tambahan


Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4263.

16
C.Internet

http://dwi30.blogspot.com/2012/06/bab-ipendahuluan-latar-belakang-orix.html

BIODATA

17
Nama : MUZNAH

TTL : KOTARINDAU,08 JUNI 1990

Agama : ISLAM

Alamat : Jl. PALU KULAWI

No. Telp : 085241458192

Alamat E-mile : Muznah_muna@yahoo.com

18

Anda mungkin juga menyukai