Anda di halaman 1dari 27

TUNE UP MOBIL

DISUSUN OLEH:

RONAL PL

1823132009

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF (D3)

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
”TUNE UP MOBIL” Makalah  ini merupakan laporan yang dibuat sebagai bagian
dalam memenuhi kriteria mata pelajaran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangan disebabkan oleh
kedangkalan dalam memahami teori, keterbatasan keahlian, dan tenaga penulis.
Semoga segala bantuan, dorongan, dan petunjuk serta bimbingan yang telah diberikan
kepada kami dapat bermanfaat dengan baik.Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfat  bagi kita semua, khususnya  bagi penulis sendiri.

                                                               MAKASSAR, 3 DESEMBER 2020


RONAL PL
BAB I
SISTEM PENGAIAN

1.  Prosedur Pemeliharaan dan Perbaikan Sistem Pengapian


Komponen-komponen pengapian otomotif itu komplek dan seringkali rapuh,
karenanya selalu berhati-hati pada waktu melakukan prosedur servis. Gagal dalam
menjalankan pedoman servis dapat mengakibatkan kerusakan system yang sangat merugikan.
Beberapa macam servis mengharuskan system pengapian energi tinggi dan system pengisian
bahan bakar tidak diaktifkan.
Penanganan yang tidak tepat dapat mengakibatkan:
a. Kecelakaan atau kematian
b. Kebakaran kendaraan
c. Kerusakan engine
d. Kerusakan komponen elektronik.

Gambar 1. Penanganan Servis Yang Aman.


Bila kendaraan mempunyai sistem bahan bakar elektronik komputernya mempunyai
memori yang memuat informasi diagnosa dalam bentuk kode. Melepaskan hubungan
terminal baterai dapat menghapus kode tsb.  Bila system bahan bakar rusak, pastikan
kerusakannya dengan menggunakan  kode sebelum melepaskan baterai mobil.
Memori dapat disusun kembali setelah beberapa urutan menghidupkan
mobill.Pelepasan baterai dapat mempengaruhi jam, radio dan memori
2. Pemeriksaan Pendahuluan Sistem Pengapian
Untuk setiap kesalahan pengapian pemeriksaan visual pendahuluan harus dilakukan
dahulu sebelum melakukan prosedur diagnosa kerusakan yang lebih luas.
Gambar 2. Bidang-Bidang Pemeriksaan Sistem Pengapian.
a. Periksalah semua pemasangan kawat listrik bila terbakar, isolasinya rusak  atau
terminal-terminalnya longgar.
b. Periksalah kabel bertegangan tinggi bila terbakar atau isolasinya rusak dan terminal-
terminalnya berkarat.
c. Periksalah koil pengapian bila rusak atau olinya bocor.
d. Periksalah distributornya bila sekrup-sekrupnya, kontak-kontaknya longgar, generator
sinyal rusak atau porosnya aus.
e. Periksalah tutup distributor dan rotor bila retak, korosi atau elektroda-elektrodanya
terbakar.
f. Periksalah busi bila isolasinya rusak atau ada tanda-tanda korslet.

3.  Unjuk Kerja  Sistem Pengapian

Engine modern dengan pembatasan emisi cenderung bekerja dengan menggunakan


campuran yang tipis dan perbandingan kompresi yang ringan.  Bahkan dengan rancangan
engine yang sedemikian rupa dirancang untuk menghasilkan campuran udara dan bahan
bakar yagn mencukupi campuran tipis tersebut kadang-kadang sulit terbakar.  Juga tingkat
emisi yang  rendah telah menempatkan saat percikan (spark timing) pada posisi yang sangat
penting. Sistem pengapian harus bekerja dengan baik untuk mencegah:
a. unjuk kerja engine/kendaraan rendah
b. terjadinya pemborosan bahan bakar
c. tingkat emisi tinggi
Peringatan:
Sistem pengapian enerji tinggi dapat menyebabkan kejutan listrik yang fatal. Oleh
sebab pengetesan koil-koil pengapian enerji tinggi yang menggunakan alat-alat test sangat
berbahaya, dan karenanya kabel-kabel tegangan tinggi rangkaian terbuka menyebabkan
komponen-komponen elektronik tidak bekerja, maka suatu cara pengetesan kinerja system
pengapian telah dikembangkan dengan menggunakan ‘penguji busi’.
Busi test hanyalah sebuah busi dengan celah yang sangat lebar (max. 13 mm) dan
penjepit massa untuk pengaman (secure grounding).

Gambar 3. Busi Test.

Coil system yang akan ditest hanya dihubungkan ke busi melalui kabel bertegangan
tinggi.  Busi dihubungkan ke ground (massa).  Anda sekarang dapat menghidupkan engine
dengan aman.  Coil pengapian dan system yang baik harus dengan mudah dapat melompati
celah tanpa gagal.

4. Penyebab-penyebab yang memungkinkan system pengapian gagal bekerja.


a. Percikan enerji yang kecil atau tidak terjadi pada satu atau lebih busi:
 Celah yang tidak pas, busi yang rusak atau kotor
 Resistansi yang tinggi atau isolasi pada kabel-kabel tegangan tinggi rusak.
 Isolasi coil pengapian rusak/pecah.
 Tutup distributor atau isolasi rotor pecah atau elektrodanya terbakar.
 Lilitan sekunder coil pengapian rusak.
b. Tidak adanya Kontrol arus atau suplai tegangan primer:
 Sekring pengapian berbunyi
 Komponen-komponen atau lilitan rangkaian primer rusak atau resistansi tinggi
(saklar pengapian, resitor ballast, dsb.)
 Lilitan-lilitan primer coil pengapian rusak.
 Kontak-kontak pengapian terbakar atau dipasang tidak tepat.
 Kondensor pengapian rusak.
 Lilitan primer grounded.
 Unit kontrol pengapian elektronik gagal bekerja.
 Generator sinyal rusak.
c. Saat Pengapian Gagal:
 Saat pengapian.
 Pengaturan timing yang tidak tepat.
 Kontak-kontak pengapian dipasang tidak tepat.
 Unit advance vacuum rusak.
 Mekanisme advance mekanik rusak.
 Unit kontrol  pengapian elektronik tidak berfungsi.
 Generator sinyal tidak berfungsi.
 Pengapian awal dikarenakan busi-busi, engine atau system kendali emisi
rusak.
.
Instrumen pengetesan
Instrumen pengetesan yang telah diseleksi dan menggambarkan secara singkat aspek-
aspek pengoperasian engine yang bervariasi yang dapat dicek.

5. Voltmeter dan Ampermeter


a) Voltmeter dan Ampermeter digunakan dengan cara yang biasa menentukan :
 Tegangan kerja system dan penurunan tegangan.
 Mengidentifikasi status sinyal, misalnya AC, DC atau pulsa DC.
 Status sinyal input dan output dari unit pengendali system pengapian.
 Arus yang mengalir pada rangkaian dan komponen.

Meter yang disatukan pada analyzer mungkin memerlukan pemilihan fungsi yang
berbeda  untuk memungkinkannya bekerja secara terpisah dari fungsi analyzer.  Ampermeter
analyzer umumnya menggunakan jenis pick-up induktif yang dihubungkan ke rangkaian
kendaraan.
b) Multimeter Digital
Multimeter digital disarankan oleh pabrik pembuat komponen dan kendaraan untuk
digunakan pada rangkaian dan peralatan elektronik. Volt, amper dan ohmmeter digunakan
untuk menguji kondisi rangkaian, nilai dan keterpakaian komponen. Fungsi multimeter
digital lainnya seperti pemeriksa dioda dan frekuensi meter dapat digunakan untuk
mendiagnosa system pengapian dan keterpakaian komponen.
a. Fungsi frekuensi mampu mengukur:
 Ketersediaan output generator sinyal.
 Frekuensi output generator sinyal dibandingkan dengan variable lain yang
sudah diketahui seperti putaran mesin.
 Input dan output dari unit pengendali system pengapian elektronik.

b. Fungsi penguji dioda dapat digunakan untuk memeriksa keterpakaian :


 Dioda pelindung Kejutan Listrik pada system
 Dioda operasi system.
 Keterpakaian transistor daya.
 Kontinuitas rangkaian.

c) Dwell Meter
Pengertian sudut dwell mengacu pada  sudut permutaran distributor selama kontak
point tertutup. Sudut dwell harus diatur dengan benar sesuai spesifikasi pabrik, kalau tidak
kerja system akan terganggu.
Jika sudut dwell terlalu kecil (celah kontak point terlalu besar) koil pengapian
mungkin tidak mendapat cukup waktu untuk membangkitkan medan magnit, yang akan
menghasilkan tegangan sekunder yang lemah.
Jika sudut dwell terlalu besar ( celah kontak point  terlalu kecil ) tegangan induksi
primeir akan melompat  diantara celah kontak point, bukannya mengisi kapasitor,
collapsenya medan magnet pada coil menjadi lambat yang akan mengakibatkan tegangan
scunder menjadi rendah.
Keausan poros distributor atau mekanisme advancer dapat diidentifikasi dengan cara
menaikkan putaran mesin atau memberikan kevacuuman yang berbeda pada unit vacuum dan
mencatat variasi sudut dwell yang terbaca.  Distributor yang memiliki perbedaan lebih dari
20  perlu diperbaiki.
Gambar 4. Salah satu jenis Dwell meter

Pengoperasian Meter
Sambungan meter listrik biasanya ke terminal negatif coil pengapian dan
massa.  Skala arus harus dipilih sesuai jenis dan jumlah silinder.
Hidupkan engine dan perhatikan pembacaan meter.  Bila diperlukan stel celah
kontak point.  Periksa kembali pembacaan dwell meter

d) Timing Light
Timing light digunakan untuk memeriksa dan menyetel saat pengapian sesuai dengan
sudut putar poros engkol dimana secara langsung berhubungan dengan posisi piston.
Begitu saat pengapian disetel, selanjutnya akan dikendalikan oleh system pengatur
pegapian mekanik, vacuum atau elektronik.  Timing light yang digunakan bersamaan
dengan meter pengatur pengapian memastikan system pemajuan pengapian bekerja sesuai
dengan spesifikasi pabrik.

6. Pengetesan Komponen Sistem Pengapian


1) Coil Pengapian
 Pengecekan Lilitan Primer
Pemeriksaan resistensi  harus dilakukan utnuk mengetes lilitan primeir.  Untuk mengetes
lilitan primeir, baca ohm meter dengan menggunakan AVO METER, hubungkan pada kedua
terminal primeir, dan bacaannya secara akurat dicatat.  Bacaan tersebut harus cocok dengan
spesifikasi pabrik
Contoh:        Koil 12V – 2,5 sampai 3 Ohm
                   Koil Ballast – 1,5 sampai 2 Ohm
                   Koil Hei – 0,8 sampai 1 Ohm.
Gambar 6. Pengujian lilitan Primer

Bacaan yang benar akan menunjukkan bahwa baik rangkaian  dan faktanya  tidak ada yang
korslet.
 Coil Lilitan Sekunder
Untuk mengetes lilitan sekunder  maka test resistansi  harus dilakukan pada lilitan sekunder.
Ohmmeter (Diatur pada salah satu rentang yang tinggi) dihubungkan diantara outlet tegangan
tinggi dan salah satu dari terminal primer.  Pabrik menentukan  rentang resistansi dimana
nilai sekundernya berada. engaturan umum dari nilai-nilai tersebut berada diantara 9.000 dan
12.000 ohm.

Gambar 7. Pengujian lilitan sekunder


Bacaan yang benar pada rentang yang telah ditetapkan akan menunjukkan  baik
rangkaian yang lengkap dengan hubungan yang baik pada lilitan primer, maupun lilitan-
lilitan tidak korslet bersamaan.
 Pengecekan Massa Isolasi
Untuk mengecek kesalahan pemassaan satu seri test lamp (lampu pengetes) dihubungkan
diantara satu dari terminal primer dan wadah logam coil.
Lampunya tidak boleh menyala.  Bila menyala, coilnya rusak dan harus diganti.

Gambar 8. Pengujian Massa

 Pengujian Output
Test out put scunder harus juga diterapkan pada coil menghubungkannya pada mesin
pengetes yang dapat menghasilkan arus yang terganggu Dengan menghubungkan  outlet
tegangan tinggi koil ke celah percikan bunga api yang berubah-ubah, ‘ukuran’ maksimum
percikan bunga api (atau enerji yang tersedia) yang dapat diproduksi, dapat diukur. Hal
tersebut harus dibandingkan dengan coil yang baru, lebih kurang 13 mm. Alat uji output coil
pengapian tidak boleh digunakan untuk menguji coil pengapian yang berenerji tinggi yang
dirancang untuk system pengapian elektronik.
Gambar 9. Coil pengapian Elektronik jeni H.E.I
(*Safety pressure relief valve)

2) Kondensor Pengapian
Ada tiga pengujian yang harus dilakukan terhadap kondensor.
 Kebocoran,   untuk memastikan arus tidak bocor melalui bahan penyekat dielektrik.
 Kapasitas,  untuk memeriksa keadaan plat untuk memastikan
kondensor           mempunyai kapasitas untuk menyimpan semua enerji listrik.
 Resistansi seri,  untuk memeriksa sambungan kabel kondensor ke plat.

Gambar 10. Condenser Tester


Alat ukur condensor otomotif harus digunakan sesuai dengan kondisi aslinya,
menyediakan tegangan  dan siklus pengisian yang mensimulasikan kerjanya pada engine

3) Kontak Point
Kontak point pengapian memerlukan perawatan yang tinggi  dan penting dalam sistem
pengapian, jika ada keragu-raguan pada kontak point segeralah ganti
 Periksa permukaan kontak point, warna abu-abu menujukkan pemakaian normal,
permukaan yang berwarna biru tua terbakar menunjukkan salah satu dari: celah
terlalu kecil, Kondensor rusak, Lilitan koil rusak.
 Pemeriksaan lainnya: kekuatan pegas., Kabel listrik dan sambungan, Celah kontak
point, Keausan poros cam distriburtor.

4) Ballast Resistor
Ballast resistor diperiksa dengan menggunakan ohmmeter, dua kali yaitu saat engine
masih dingin dan pada temperatur kerja.

Gambar 11.Pengujian Ballast Resistor


Gunakan spesifikasi pabrik saat menguji keterpakaian ballast resistor.
5) Kabel Tegangan Tinggi dan Tutup Distributor
Resistansi kabel tegangan tinggi dan tutup distributor diperiksa dengan menggunakan
ohmmeter.

Gambar 12. Pengujian Kabel tegangan tinggi


Rentang nilai resistansi kabel tegangan tinggi biasanya berkisar antara 10 – 25 K ohm,
tergantung panjangnya. Kabel yang diidentifikasi mempunyai  resitansi  tinggi harus dilepas
dari distributor. Terminalnya harus dilepas, periksa dan uji kembali jika terdapat
permasalahan karat.  Tutup distributor harus diperiksa secara visual untuk mengetahui
keretakan, terminal yang berkarat atau rusak.

6) Kapasitor

a. Penguji kapasitor harus digunakan untuk menentukan:


 Kapasitas kapasitor
 Resistansi atau kebocoran insulator
 Resistansi seri
 Hubungan singkat atau ke massa
 Hubungan singkat internal rangkaian.

b. Untuk mengecek kapasitor dengan pengujian:


 Hubungkan salah satu kabel alat uji ke kabel kapasitor.
 Hubungkan ujung lainnya ke badan kapasitor.
 Hidupkan alat uji.
 Putar tombol penguji ke arah ‘ capacity’
 Perhatikan pembacaan alat ukur dan bandingkan dengan spesififkasi pabrik.
 Putar tombol penguji ke arah ‘leakage’.
 Perhatikan pembacaan alat ukur.  Penunjukan jarum harus di luar garis merah.
 Putar tombol penguji ke arah ‘series resistance’.
 Perhatikan pembacaan alat ukur. Penunjukan jarum harus di dalam garis merah.

Gambar 13  :  Pengujian Capasitor


7) Pembangkit Pulsa
Untuk mengetes pembangkit pulsa pada distributor pengapian elektronik Gunakan
ohmmeter dan aturlah pada rentang terrendah. Masukkan setiap kabel ke kabel tegangan
tinggi dari pembangkit pulsa. Periksa pembacaan meter dan bandingkan dengan spesifikasi
pabrik.

Gambar 14. Pengujian Pembangkit Pulsa


BAB II
SISTEM KEMUDI, REM DAN SUSPENSI
A. Sistem Kemudi
1. Jenis Sistem Kemudi Mobil
Dalam perjalanan dan perkemngan teknologi khususnya dalam industri otomotif mobil.
Pada dasarnya sistem kemudi kendaraan roda empat sendiri hanya dibedakan menjadi dua
jenis saja sampai dengan saat ini. Yaitu Sistem kemudi manual dan sistem kemudi power
steering. Dan berikut sedikit penjelasannya.
a. Sistem Kemudi Manual

Sesuai dengan namanya, sistem kemudi manual merupakan salah satu sistem kemudi
pertama yang digunakan untuk dapat menggerakan arah roda mobil saat berjalan. Dalam
membelokan roda-roda bagian depan, pada sistem ini jelas hanya memanfaatkan komponen
yang dibutuhkan yang sudah disusus untuk saling berhubungan (linkage). Terkesan sangat
simple, mudah dipahami dan memiliki cara kerja yang cukup mudah. Sayangnya sistem
kemudi manual pada mobil ini membuat kita sebagai pengemudi harus ekstra mengeluarkan
tenaga yang cukup besar karena dalam sistem ini semuanuya harus dilakukan secara manual.
Hal ini yang membuat sebagian besar pengemudi merasakan lelah yang lebih cepat.
b. Sistem Kemudi Power Steering
Kemudian jenis sistem kemudi mobil yang berikutnya dan yang sudah mendapatkan
pembaharuan adalah sistem kemudi yang sudah di lengkapi dengan power steering. Yang
dimana dalam penerapannya sistem kemudi ini akan dibantu dengan adanya dorongan dari
minyak atau oli power steering yang di pompa oleh van pump. Yang dimana van pump
tersebut hanya akan dapat bergerak dan bekerja pada saat mesin mobil hidup. Mengingat
bekerjanya van pump ini akan diputar melalui belt dan atau dengan menggunakan motor
listrik untuk beberapa jenis mobil tertentu seperti jenis mobil yang sudah menggunakan
teknologi ESP atau Electronic Power Steering.
Beberapa kelebihan yang akan didapat oleh pengemudi mobil yang sudah
mengunakan jenis atau tipe sistem kemudi power steering ini antara lain adalah :
 Dapat mengurangi daya pengemudian atau sering juga disebut dengan istilah Steering
Effort
 Membuat kesetabilan pengemudian mobil yang lebih baik dan lebih akurat.
 Serta membuat tenaga yang di butuhkan pengemudi tidak terlalu banyak sehingga
tidak membuatnya cepat lelah.

2. Fungsi Sistem Kemudi Mobil
Fungsi utama dari sistem kemudi mobil yaitu sebagai pengatur arah laju kendaraan sesuai
dengan keinginan para pengemudi mobil tersebut dengan cara membelokan roda depan ke
kiri atau ke kanan lewat roda kemudi yang terdapat di dalam kabin mobil. Alhasil mobil pun
akan bisa bergerak dengan leluasa sesuai dengan arah roda depan yang di kendalikan
pengemudi.
a. Cara Kerja Sistem Kemudi Mobil
Sementara itu seperti yang kami sampaikan diatas, cara kerja dari sistem kemudi sendiri
terbilang cukup mudah dan simple karena ketika roda kemudi (steering wheel) diputar, maka
steering mainshaft akan secara otomatis meneruskan tenaga putar tersebut ke bagian  steering
gear. Dimana pada saat putaran sudah sampai di steering gear, tenaga putar pun akan
diperbesar untuk mendapatkan momen yang lebih besar untuk bisa menggerakan roda depan
melalui rangkaian sistem kemudi atau steering linkage.
b. Tipe Sistem Kemudi Secara Manual
Sebelum masuk dalam pembahasan komponen sistem kemudi mobil manual, disini
otoflik.com akan jelaskan juga beberapa tipe sistem kemudi manual yang bisa dibilang
cukup banyak digunakan di dalam industri otomotif. Apa saja tipe-tipenya ?
1. Rack and Pinion

Tipe sistem kemudi secara manual yang pertama dan sering digunakan pada beberapa
jenis mobil yang ada di dunia ini adalah Rack and Pinion. Yang dimana jenis ini memiliki
cara kerja yang bisa dibilang cukup baik. Karena pada saat steering wheel diputar, maka
pinion pun akan ikut berputar. Dan putaran tersebuta kan di gunakan untuk mengggerakan
rack dari sisi samping ke samping. Sesampainya disini, gerakan tersebut akan di teruskan
melalui komponen tie rod ke bagian lengan nakel pada bagian roda-roda depan. Dengan
begitu roda pun akan tertekan dan tertarik yang membuatnya bisa mengikuti arah gerakan
steering wheel baik ke arah kanan ataupun ke arah kiri.
a. Kelebihan Sistem Kemudi Manual Rack and Pinion
 Mempunyai konstuksi yang cukup sederhanda dan cukup ringan.
 Perpindahan momen yang dibutuhkan jauh lebih baik dan lebih ringan.
 Singgungan antara gigi rack dan gigi pinion dilakukan secara langsung.
b. Kekurangan Sistem Kemudi Manual Rack and Pinion Hanya cocok digunakan
pada jenis mobil penumpang yang memiliki ukuran kecil atau sedang.
c. Karena memiliki bentuk gigi, membuatnya cepat aus ketika masuk dalam pemakaian
yang cukup lama.
2. Recirculating Ball
Kemudian tipe sistem kemudi mobil secara manual yang berikutnya
adalah Recirculating Ball.  Pada tipe ini, bisa dibilang memiliki cara kerja yang juga cukup
mudah dan simple, karena pada saat steering wheel diputar, maka poros utama tersebut akan
langsung membelok karena terhubung dengan roda kemudi. Dan dibagian ujung dari poros
utama tersebut terdapat roda gigi cacing dan mur pada bagian bak roda gigi kemudi yang
akan menambah tenaga serta akan memindahkan gerak putar dari steering wheel ke gerakan
maju mundur dari pitman arm yang terbagi menjadi beberapa komponen.
Seperti batang penghubung atau Relay Rod, Lengan Idler atau Idler Arm, Lengan
Nakel Arm dan juga Tie Rod. Beberapa sambungan tersebut akan memindahkan gaya putar
yang didapat dari steering wheel ke roda-roda depan dengan cara memutar komponen
bernama ball joint yang terdapat dibagian Lower Arm.
a. Kelebihan Sistem Kemudi Recirculating Ball:
 Memiliki gigi kemudi yang terbilang lebih besar yang membuatnya bisa
digunakan pada beberapa tipe atau jenis mobil besar.
 Memiliki tingkat keausan roda gigi yang lebih kecil.
 Pemutaran roda kemudi jauh lebih ringan.

b. Kekurangan Sistem Kemudi Recirculating Ball


 Memiliki konstruksi yang cukup rumit.
 Mempunuai biaya perbaikan yang lebih mahal.
3.Komponen Sistem Kemudi Manual
Setelah kalian mengetahui tentang tipe sistem kemudi mobil secara manual. Berikut
ini adalah beberapa komponen utama sistem kemudi mobil secara manual yang bisa kalian
pahami.
1. Steering Wheel
Ini merupakan komponen yang terletak dibagian dalam kabin mobil yang akan
langsung berhubungan dengan pengemudi mobil. Fungsi utama Steering Wheel atau roda
kemudi yaitu sebagai komponen pengendai awal sistem kemudi setelah pengemudi. Dan dari
komponen inilah pengemudi akan dapat dengan mudah membelok-belokan posisi roda depan.
2. Steering Column

Komponen yang kedua yaitu Steering Column, komponen ini secara langsung
terpasang pada bodi mobil melalui braket column yang memilik tipe breakway. Dengan
begitu steering column ini akan dapat bergeser naik dan turun. Selain itu komponen ini juga
merupakan mekanis penyerap energi berupa gaya dorong dari kemudi pada saat terjadi
tabrakan.
3. Steering Gear Box
Selain itu ada juga Steering Gear Box, yang diman akomponen ini memiliki fungsi
utama untuk mengarakan roda depan dan juga sebagai gigi reduksi yang akan digunakan
untuk meningkatkan momen agar kemudi menjadi lebih ringan. Biasnaya perbandingan
reduksi atau perbandingan steering gear ini berada diantara 18-20 : 1.
4. Steering Lingkage

Kemudian ada juga komponen bernama Steering Linkage. YUang dimana komponen
ini terdiri dari rod dan arm yang akan berfungsi untuk meneruskan tenaga gerak dari steering
gear ke bagian roda depan.
5. Ball Joint
Dan komponen sistem kemudi manual pada sebuah mobil yang tidak kalah
pentingnya adalah Ball Joint. Dimana komponen ini harus ada pada setiap sambungan.
Karena tujuan utama dari adanya komponen ini adalah untuk membuat pergerakan
sambungan bisa bebas dan membuat distribusi gerak akan semakin halus.
6. Dust Boot

Lalu ada juga Dust Boot, yang dimana komponen ini berfungsi untuk melindungi
komponen rack dari kotoran berupa debu atau yang lainnya. Sementara komppnen Dust Boot
sendiri terbuat dari material karet yang cukup lentur sehingga akan dapat mengikuti gerak
rack shaft

B. Sistem Rem
1. Sistem rem

Saat membeli mobil bekas, Sahabat wajib melakukan pengecekan. Mulai dari ruang
mesin, kaki-kaki, ban, dan langkah berikutnya adalah memastikan rem benar-benar bekerja
dengan baik. Perlu diingat, rem adalah komponen vital dalam mobil. Kalau tidak bekerja
dengan baik, akibat yang ditimbulkan bisa sangat fatal. Karena itu, cari tahu apakah rem
mobil Sahabat dalam keadaan baik. 

Membeli mobil seken memang bisa jadi solusi untuk Sahabat Garasi yang punya bujet
rendah, tetapi ingin mendapatkan mobil berkualitas baik. Daripada menunggu ada dana untuk
beli yang baru, mendapatkan mobil lama adalah pilihan menarik. Apalagi kalau Sahabat tahu
bagaimana cara memilih mobil bekas yang tepat. Sahabat bisa membaca 

2. Fungsi Rem Mobil

Sebelum jauh membahas tentang jenis rem mobil, ada baiknya Sahabat mengetahui
terlebih dahulu manfaat sebenarnya rem pada mobil. Pasti banyak dari Sahabat yang berfikir
kalau rem adalah untuk memberhentikan mobil. Saat kaget dan panik, pasti banyak dari
Sahabat Garasi secara spontan menginjak rem penuh. Padahal hal ini sangat tak dianjurkan. 
Tindakan tersebut dianggap bisa mengurangi daya cengkeram ban ke aspal. Hal itu karena
banyak yang berpikir salah dengan sistem pengereman, yakni beranggapan untuk
menghentikan laju kendaraan. Fungsi utama rem mobil adalah untuk mengurangi kecepatan,
bukan untuk menghentikan kendaraan.

a. Penggunaan Rem Mobil yang Salah

Berbicara rem mobil, ada hal yang perlu Sahabat ingat nih. Kesalahan ketika
menggunakan rem mobil bisa membuat bagian mobil yang lain seperti kopling rusak lho
Sahabat. Banyak pengguna mobil banyak yang mengeluhkan rusaknya kopling setiap
penggunaan sehabis liburan. Rusaknya kopling dinilai akibat cara penggunaan yang salah
saat mobil berada dalam kemacetan. Hal ini biasa terjadi pada mobil bertransmisi manual.
Seringkali pengguna mobil manual malas untuk memindahkan tuas persneling ke posisi
netral seraya menekan rem tangan saat macet. Mereka lebih memilih tetap menginjak
kopling. Padahal cara ini dinilai salah. Untuk lebih jelas soal kopling mobil yang rusak
karena malas gunakan rem tangan pada mobil, kamu bisa membaca 

b. Suara Berdecit Pada Rem Mobil

Permasalahan lain soal rem mobil yang sering timbul ialah, munculnya suara berdecit
ketika berkendara. Ya, sumber suara tersebut biasanya datang dari bagian sistem pengereman.

C. Sistem Suspensi

Sistem suspensi adalah sebuah rangkaian komponen yang berfungsi menyerap getaran
yang ditimbulkan saat mobil berjalan diatas permukaan jalan, tujuan sistem suspensi adalah
untuk mencegah agar body mobil tidak bergetar saat melintasi permukaan jalan. Sehingga
menambah aspek kenyamanan berkendara. Secara singkat, seperti diatas pengertian dari
sistem suspensi baik pada motor dan mobil. Untuk sistem suspensi mobil, ada beberapa jenis
sistem suspensi serta ada juga beberapa jenis pegas yang digunakan. Diartikel ini, akan kita
kupas secara mendalam tentang jenis, komponen dan cara kerja sistem suspensi pada
kendaraan roda 4.

Prinsip Kerja Sistem Suspensi

Prinsip kerja suspensi, yakni dengan memberi sekat antara body dengan roda. Dimana
sekat tersebut memiliki daya elastisitas sehingga gerakan mendadak pada roda ini tidak akan
mempengaruhi body kendaraan. Dan sistem suspensi, berperan sebagai sekat tersebut.
Komponen utama sistem suspensi, adalah pegas. Pegas merupakan komponen yang terbuat
dari baja elastis yang kuat, daya elastisitas pada pegas ini dimanfaatkan untuk menyerap
semua getaran pada permukaan jalan. Meski demikian, pegas tidak bisa bekerja sendiri dalam
sistem suspensi. Tetap ada beberapa komponen tambahan yang mendukung kinerja pegas
antara lain.

1. Lengan suspense
Lengan suspensi ini berfungsi untuk menghubungkan roda dengan chasis mobil.
Lengan suspensi, dibuat dengan engsel. Sehingga bisa bergerak secara vertikal. Gerakan ini
akan memungkinkan roda bergerak keatas atau kebawah sesuai beban yang diterima.

2. Shock absorber

Sesuai namanya, shock absorber berperan sebagai penyerap kejut pada sistem
suspensi. Memang, pegas menjadi komponen utama sistem suspensi namun kelemahan pegas
yakni memiliki daya balik yang sama ketika ditekan. Sehingga meski getaran tidak ada, body
mobil akan mengalami oskilasi (bergoyang). Untuk mengantisipasinya, diletakanlah
komponen shock absorber yang dapat mencegah pergerakan pegsa secara tiba-tiba. Shock
absorber ini akan memberi efek suspensi yang lebih keras namun sangat stabil karena mampu
menyerap kejut.

3. Stabilizer

Sesuai namanya, stabilizer berfungsi menstabilkan body kendaraan ketika terjadi efek
suspensi. Secara simple, ketika mobil belok maka mobil akan condong kearah luar karena
terkena gaya sentrifugal. Dan akibatnya mobil dapat terguling. Namun dengan adanya
stabilizer,hal itu bisa diatasi.

a. Jenis Jenis Suspensi Pada Mobil


Secara umum, ada tiga jenis suspensi pada mobil. Yakni ;
 Suspensi independent (bebas), dimana roda kiri dan kanan tidak terpaut dalam satu
garis kaku.

 Suspensi dependent (rigid), dimana roda kiri dan kanan terletak dalam satu poros
yang kaku.
 Suspensi semi-independent, merupakan kombinasi dari rigid axle dengan suspensi
independent.
Meski demikian, dalam dunia otomotif jenis suspensi digolongkan lagi lebih spesifik, antara
lain ;

1. Suspensi Macpherson
Suspensi macpherson adalah jenis suspensi depan yang paling banyak digunakan saat ini
pada kendaraan-kendaraan ringan (MPV, Hatch back, Sedan, Mini-SUV). Tipe ini tergolong
independent suspension karena antara roda kiri dan kanan tidak saling terpaut.
Tipikal suspensi macpherson, ada pada desain yang cukup simple namun memiliki kualitas
yang tergolong sangat baik. Karena tergolong suspensi independen, jenis ini mampu
menyerap getaran jalan dengan cukup baik. Selain itu, semua komponen pada macpherson
juga tidak terlalu memakan ruang. Sehingga cukup pas untuk kendaraan-kendaraan kecil.
Komponen pada suspensi macpherson antara lain ;
 Pegas coil, pegas yang digunakan umumnya pegas coil (per melingkar) karena
memiliki bentuk yang minimalis serta memiliki daya elastisitas yang lentur.
 Shock absorber, terletak didalam pegas coil. Dengan kata lain, pegas coil dan shock
absorber terletak dalam satu unit komponen.
 Lower arm, berfungsi sebagai lengan suspensi dimana komponen ini akan
menghubungkan bagian roda dengan body mobil.
 Ball joint, merupakan engsel 360 derajat. Maksudnya, engsel ini mampu bergerak
kesegala arah. Terletak pada ujung lower arm, sehingga memungkinkan roda bergerak
kesegala arah yang dikehendaki.
 Knuckle arm, merupakan sebuah counter yang berfungsi untuk meletakan semua
komponen suspensi seperti shock breaker, lower arm, roda, dan tie rod.
 Stabilizer, stabilizer terletak diantara body dengan tabung shock absorber yang
terhubung ke knuckle arm.
3. Suspensi Double Wishbone
Tipe double wishbone juga masuk kedalam golongan suspensi independen untuk suspensi
depan. Dilihat bentuknya, memang mirip dengan suspensi macpherson namun double
wishbone terlihat lebih kekar dan lebih rumit. Hal ini dikarenakan pada double wishbone
terdapat dua buah lengan suspensi yakni lower arm (terletak dibawah) dan upper arm
(terletak diatas). Efek dari dua lengan suspensi ini ada pada gerakan vertikal roda yang
seimbang. Salah satu kelemahan, suspensi macpherson ada pada sudut camber yang berubah
ketika suspensi bekerja. Namun pada tipe double wishbone masalah tersebut bisa diatasi.
Umumnya, tipe ini banyak dipakai pada kendaraan berbasis crossover seperti Big SUV dan
Double cabin.
4. Suspensi Rigid
Suspensi rigid merupakan golongan suspensi dependen karena antara roda kiri dan kanan
terletak dalam satu blok kaku. Tipe ini bisa ditemui pada suspensi depan maupu belakang,
kelebihan suspensi rigid ini ada pada ketahanannya. Secara umum, tipe rigid yang paling kuat
menerima beban besar. Hal itu dikarenakan rigid block yang terpasang untuk menautkan roda
kiri dan kanan juga dijadikan sebagai penyangga body mobil secara keseluruhan. Artinya,
tipe ini memang didesain untuk menerima beban kuat. Oleh sebab itu, kita hanya bisa
menemuinya pada truk dan bus
Komponen suspensi rigid pun sangat simple ;
 Pegas daun, pegas daun berbentuk memanjang biasanya disusun bertingkat untuk
meningkatkan kekuatan pegas.
 Shock absorber, terletak antara rigid block dengan body kendaraan.
 Rigid block/rigid axle, pada suspensi depan terdapat balok melintang antara roda kiri
dan kanan. Itu disebut rigid block atau beberapa orang menyebutnya ice block.
Sementara untuk roda depan, komponen ini digantikan dengan rigid axle.
 Stabilizer bar

6. Suspensi multi-link
Sesuai namanya, tipe ini memiliki beberapa link atau penghubung yang cukup
banyak. Link-link ini berperan layaknya lengan suspensi namun jumlahnya bisa lebih dari
tiga. Link-link tersebut diletakan sedemikian rupa sehingga mampu menunjang pergerakan
roda saat menyerap getaran dengan sempurna.Meski banyak, link-link ini berukuran cukup
kecil sehingga tidak terlalu memakan banyak ruang
.
7. Suspensi torsion beam.
Bagi sebagian orang, tipe ini sering disebut sebagai suspensi semi-independen, karena
pada dasarnya rigid suspension namun diinovasikan dengan bentuk berbeda untuk
menghasilkan efek suspensi yang lebih baik. Pada tipe rigid, bentuk rigid block hanya
memanjang. Namun pada torsion beam, bentuk rigid block seperti huruf H, sehingga banyak
orang juga yang menyebutnya “H-Shape Suspension”.Bentuk seperti ini akan menyebabkan
ayunan roda yang agak terbebas antara kiri dan kanan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kami dapatkan dalam penyusunan Makala ini yaitu
ada banyak kesalahan yang hadir dalam penulisan ini.
B. Saran
Saran dan kritik sangat kami harapkan agar Makala ini dapat tersusun dengan
baik.

Sekian dan terimakasih

Anda mungkin juga menyukai