Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PROFESI KEGURUAN

TUGAS II

OLEH :

NAMA : MUSTAFA

NIM : 1923042005

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Berkat, rahmat, dan karunia-
Nya Makalah Profesi Keguruan ini dapat selesai dikerjakan dengan baik dan tepat waktu
meski ada hambatan, namun hambatan itu dapat diatasi berkat petunjuk-Nya. Penulis
membuat Makalah profesi keguruan ini secara praktis, objektif, sehingga pembaca dapat
mudah memahami, mengkaji dan menganalisis.

Makalah Profesi Keguruan ini sangat sederhana dan terbatas sehingga memerlukan
penyempurnaan dan perbaikan, dengan demikian penulis, senantiasa tetap menerima saran
dan kritikan yang konstruktif agar makalah ini lebih berbobot dan sempurna. Somoga
makalah ini dapat bermanfaat buat semua yang membacanya terutama penulis. Aamiin.

Senin , 8 Maret 2021

penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN........................................................................................................................3
A. Latar Belakang..............................................................................................................3
B. Rumusan Masalah........................................................................................................5
C. Tujuan..........................................................................................................................5
D. Manfaat........................................................................................................................5
BAB I.........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..........................................................................................................................6
A. Hakekat Profesi Kependidikan......................................................................................6
B. Konsep dan Pengertian Profesi dalam Pendidikan.......................................................7
C. Syarat-syarat Profesi Keguruan..................................................................................12
D. Urgensi Profesionalisme dalam kehidupan................................................................13
E. Cakupan Profesi Kependidikan...................................................................................17
F. Profesi Kependidikan dan Ilmu Pendidikan................................................................17
BAB III.....................................................................................................................................19
PENUTUP................................................................................................................................19
A. Kesimpulan.................................................................................................................19
B. Saran..........................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................20
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Guru sebagai salah satu tenaga kependidikan memiliki tugas dan tanggung jawab yang
besar. Tugas dan tanggung jawab tersebut lebih luas dari sekedar hanya membuat peserta
didik menjadi tahu dan memahami bahan ajar yang diberikan, yaitu menjadikan peserta didik
menjadi manusia terdidik yang memahami perannya sebagai manusia, sehingga bermanfaat
bagi diri dan lingkungannya. Kinerja guru yang selama ini menjadi wacana dalam
meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia (SDM), telah menjadikan guru sebagai salah satu
isu sentral mengenai pendidikan secara nasional. Persoalan guru adalah persoalan
pendidikan, dan persoalan pendidikan adalah persoalan bangsa. Begitulah kira-kira kalangan
praktisi pendidikan menggiring isu tentang guru dalam upaya meningkatkan profesionalime
guru.

Guru merupakan unsur utama dalam keseluruhan proses pendidikan khususnya di


tingkat institusional. Tanpa guru pendidikan hanya menjadi slogan muluk karena segala
bentuk kebijakan dan program pada akhirnya akan ditentukan oleh kinerja pihak yang berada
di garis terdepan yaitu guru (Surya, 2003:2). Karena itu, untuk menjadikan pendidikan
sebagai sebuah sektor pembangunan yang efektif.

Guru adalah faktor yang mutlak. Bukan saja jumlahnya yang harus mencukupi,
melainkan mutunya juga harus baik, sebab jumlah dan mutu guru adalah unsur yang secara
langsung ikut menentukan kekuatan sektor pendidikan. Dengan kata lain, kekuatan dan mutu
pendidikan sesuatu negara dapat dinilai dengan mempergunakan faktor guru sebagai salah
satu indeks utama. Itulah antara lain sebabnya mengapa guru faktor yang mutlak dalam
pembangunan.

Pengalaman-pengalaman inilah yang seharusnya menjadi perhatian kebijakan


pengembangan guru di Indonesia. Sayangnya selama ini kita menjadikan guru hanya sebagai
bagian dari aparat pemerintah, yang melakukan tugas harus sesuai dengan birokrasi yang
cenderung hirarkis. Akibatnya guru terkooptasi oleh birokrasi sehingga menghilangkan jati
diri guru sebagai pendidik dan pembimbing di persekolahan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas kita dapat menarik permasalahan yang ada antara lain:

1. Hakikat profesi kependidikan?


2. Konsep dan maksud dari profesi dan profesi keguruan?
3. Syarat-syarat dari profesi keguruan?
4. Bagaimana urgensi keprofesionalan dalam suatu profesi?
5. Cakupan dari profesi kependidikan?
6. Hubungan profesi kependidikan dan ilmu pendidikan?

C. Tujuan

1. Mengetahui hakikat profesi kependidikan;


2. Mengetahui konsep dan pengertian dari profesi dan profesi keguruan;
3. Mengetahui syarat-syatat dari profesi keguruan;
4. Mengetahui urgensi keprofesionalan dalam suatu profesi;
5. Mengetahui cakupan dari profesi kependidikan;
6. Mengetahui hubungan profesi kependidikan dan ilmu pendidikan;

D. Manfaat

1. Sebagai acuan dalam meningkatkan eksistensinya dalam mengikuti kegiatan


pembelajaran; dan
2. Membentuk karakter diri pribadi dengan berbagai keterampilan dan kecakapan
khusus sebagai bekal dirinya dalam menghadapi tantangan zaman.
3. Meningkatkan eksistensinya agar dapat mendidik dan membina peserta didik; dan
4. Sebagai motifasi bagi Dosen untuk para mahasiswanya.
5. Mendukung dan berpartisipasi dalam kegiatan peningkatan mutu pendidikan; dan
6. Sebagai acuan yang baik untuk meningkatkan pengetahuannya.
BAB I

PEMBAHASAN

A. Hakekat Profesi Kependidikan

Tenaga kependidikan secara umum adalah orang-orang yang peduli dengan masalah-
masalah kependidikan dan memiliki tugas dan wewenang tertentu di bidang kependidikan.
Peraturan pemerintah No. 38/1992 pasal 1 dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan tenaga
kependidikan adalah:

Ayat 1:

“Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdi diri secara langsung
dalam penyelenggaraan pendidikan.”

Ayat 2:

“Tenaga pendidik adalah tenaga kependidikan yang bertugas membimbing, mengajar


dan atau melatih peserta didik.”

Ayat 3:

“Tenaga pembimbing adalah yenaga pendidik yang bertugas membimbing peserta


didik.”

Ayat 4:

“Tenaga pengajar adalah pendidik yang bertugas utama mengajar peserta didik.”

Ayat 5:

“Tenaga pengajar adalah tenaga pendidik yang bertugas utama melatih peserta didik.”

Peraturan pemerintah No. 38/1992 Pasal 3 menjelaskan tentang jenis tenaga


kependidikan, terdiri atas :

Ayat 1:
“Tenaga kependidikan terdiri atas tenaga pendidik,pengelola satuan pendidikan,
penilik, pengawas, peneliti dan pengembnagan di bidang pendidikan, pustakawan,
laboran, teknisi sumber belajar penguji.”

Ayat 2:

“Tenaga pendidik terdiri atas pembimbing, pengajar, dan pelatih.”

Ayat 3:

“Pengelola satuan pendidikan terdiri atas kepala sekolah direktur, rector.”

(Oemar Hamalik 1984:2) sampai pada suatu kesimpulan bahwa hakikat profesi adalah
suatu pernyataan atau suatu janji yang terbuka. Suatu profesi mengandung unsur pengabdian

(Oemar Hamalik, 1984:3) menurutnya, suatu profesi bukanlah dimaksudkan untuk


mencari keuntungan materi belaka, melainkan untuk pengabdian kepada masyarakat.
Pengabdian seorang profesional menunjuk pada pengutamaan kepentingan orang banyak
daripada kepentingan diri sendiri

B. Konsep dan Pengertian Profesi dalam Pendidikan

Istilah profesi dalam kehidupan sehari-hari digunakan untuk menunjukkan tentang


pekerjaan seseorang. Seseorang yang bekerja sebagai dokter, dikatakan profesinya sebagai
dokter dan orang yang pekerjaannya mengajar dikatakan profesinya sebagai guru. Bahkan
ada orang yang mengatakan bahwa profesinya sebagai tukang batu, tukang parkir, pengamen,
penyanyi, pedagang, dan sebagainya. Jadi istilah profesi dalam konteks ini sama artinya
dengan pekerjaan atau tugas yang dilakukan oleh seseorang dalam kehidupan sehari-hari.

Keragaman dalam memahami istilah profesi dalam kehidupan sehari-hari


mengidentifikasikan perlunya suatu pengertian yang dapat menegaskan kriteria suatu
pekerjaan sehingga dapat disebut sebagai suatu profesi. Artinya, tidak semua pekerjaan atau
tugas yang dilakukan dapat disebut sebagai profesi. Pekerjaan-pekerjaan yang memenuhi
kriteria-kriteria tertentu yang disebut sebagai suatu profesi.
Secara etimologi, istilah profesi berasal dari bahasa inggris yaitu profession, yang
artinya pekerjaan, atau dalam bahasa Latin, profecus yang artinya mengakui, adanya
pengakuan menyatakan mampu, atau ahli dalam melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan
secara Terminologi, profesi berarti suatu pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi
bagi pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan mental yaitu adanya persyaratan
pengetahuan teoritis sebagai instrumen untuk melakukan perbuatan praktis, bukan pekerjaan
manual (Danin,2002). Jadi suatu profesi harus memiliki tiga pilar pokok yaitu pengetahuan,
keahlian, dan persiapan akademik.

Secara leksikal, perkataan profesi mengandung berbagai makna dan pengertian.


Pertama, profesi menunjukkan suatu kepercayaan (to profess means to trust), bahkan suatu
keyakinan (to belief in) atas suatu kebenaran (ajaran agama) atau kredibilitas seseorang
(Hornby, 1962). Kedua, profesi dapat pula menunjukkan dan mengungkapkan suatu
pekerjaan atau urusan tertentu (a particular business, Hornby, 1962).

Webster’s New World Dictionary menunjukkan lebih lanjut bahwa profesi merupakan
suatu pekerjaan yang menuntut pendidikan tinggi (kepada pengembannya) dalam liberal atrs
atau science, dan biasanya meliputi pekerjaan mental dan bukan pekerjaan manual.

Dari berbagai pengertian profesi tersebut, dapat disimpulkan bahwa profesi adalah
pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan
kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar
mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.

Pada umumnya, masyarakat awam memaknai kata profesionalisme bukan hanya


digunakan untuk pekerjaan yang telah diakui sebagai suatu profesi, melainkan pada hampir
setiap pekerjaan. Muncul ungkapan, misalnya, penjahat profesional, sopir profesional, hingga
tukang ojek profesional. Dalam bahasa awam pula, seseorang disebut profesional jika cara
kerjanya baik, cekatan dan hasilnya memuaskan. Dengan hasil kerja itu, seseorang
mendapatkan uang atau bentuk imbalan lainnya.

Dapatkah disalahkan penggunaan istilah yang serampangan itu? Tidak, karena istilah
profesi bukan monopoli kalangan tertentu. Namun, secara sosiologis ada aspek positifnya di
belakang gejala itu, yaitu refleksi dari adanya tuntutan yang makin besar dari masyarakat
akan proses dan hasil kerja yang bermutu, penuh tanggung jawab bukan sekadar asal
dilaksanakan.

Ada semacam common denominators antara berbagai profesi. suatu profesi umumnya
berkembang dari perkerjaan (vocation) yang kemudian berkembang makin matang. Selain
itu, dalam bidang apapun, profesionalisme seseorang ditunjang oleh tiga hal, yaitu keahlian,
komitmen, dan keterampilan yang relevan yang membentuk sebuah segitiga sama sisi yang di
tengahnya terletak profesionalisme. Ketiga hal itu pertama-tama dikembangkan melalui
pendidikan prajabatan dan selanjutnya ditingkatkan melalui pengalaman dan
pendidikan/latihan dalam jabatan. Karena keahliannya yang tinggi, maka seorang profesional
dibayar tinggi. “well educated, well trained, well paid”, adalah salah satu prinsip
profesionalisme.

1. Pengertian profesi keguruan


Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) telah merealisasikan pengertian profesi
keguruan untuk pendidikan di Indonesia sebagai berikut:
a. Profesi keguruan adalah suatu bidang pengabdian/dedikasi kepada kepentingan
anak didik dalam perkembangannya menuju kesempurnaan manusiawi.
b. Para anggota profesi keguruan terikat oleh pola sikap dan perilaku guru yang
dirumuskan dalam kode etik guru Indonesia.
c. Para anggota profesi keguruan dituntut untuk menyelesaikan suatu proses
pendidikan persiapan jabatan yang relatif panjang.
d. Para anggota profesi keguruan terpanggil untuk senantiasa menyegarkan serta
menambah pengetahuannya
e. Untuk dapat melaksanakan profesi keguruan dengan baik, para anggota harus
memiliki kecakapan / keterampilan teknis.
f. Para anggota profesi keguruan perlu memiliki sikap bahwa jaminan tentang hak-
hak profesional harus seimbang dan merupakan imbalan dari profesi
profesionalnya.
2. Konsep-konsep yang berkaitan dengan profesi
Diskusi tentang profesi melibatkan beberapa istilah yang berkaitan, yaitu profesi,
profesional, profesionalisme, profesionalitas dan profesionalisasi. Sanusi, dkk (1991:19)
menjelaskan kelima konsep tersebut sebagai berikut:

a. Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian (experties)
dari para anggotanya. Keahlian diperolah melalui apa yang disebut
profesionalisasi, yang dilakukan baik sebelum seseorang menjalani profesi itu
(pendidikan/pelatihan prajabatan) maupun setelah menjalani suatu profesi (in
service training).
b. Profesional menunjuk pada dua hal. Pertama, orang yang menyandang suatu
profesi. kedua, penampilan seseorang dalam melakukan pekerjaannya yang
sesuai dengan profesinya.
c. Profesionalisme menunjuk pada komitmen/paham para anggota suatu profesi
untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus-menerus
mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya dalam melakukan
pekerjaan yang sesuai dengan profesinya.
d. Profesionalitas mengacu kepada sikap para anggota profesi terhadap profesinya
serta derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki dalam rangka
melakukan pekerjaannya.
e. Profesionalisasi menunjuk pada proses peningkatan kualifikasi maupun
kemampuan para anggota profesi dalam mencapau kriteria yang standar dalam
penampilannya sebagai anggota suatu profesi

Surya dkk, (2000:4.5 – 4.90) memberikan penjelasan mengenai istilah-istilah


tersebut diatas sebagai berikut.

a. Profesional mempunyai dua makna. Pertama, mengacu kepada sebutan tentang


orang yang menyandang suatu profesi. Kedua, mengacu kepada sebutan tentang
penampilan seseorang dalam mewujudkan unjuk kerja sesuai dengan profesinya.
Sebutan dan penampilan profesional ini telah mendapat pengakuan baik formal
maupun informal. Pengakuan formal diberikan oleh lembaga yang mempunyai
kewenangan untuk itu, yaitu pemerintah atau organisasi profesi. Sedang
pengakuan secara informal diberikan oleh masyarakat dan para pengguna jasa
suatu profesi. Misalnya sebutan “guru profesional” adalah guru yang telah
mendapat pengakuan secara formal sesuai ketentuan berlaku, baik dalam kaitan
dengan jabatannya maupun dengan latar belakang pendidikan formalnya. Dengan
demikian guru SD yang telah lulus Diploma 2 dapat dikatakan sebagai guru
profesional karena telah memiliki pengakuan formal, berupa ijazah Diploma II
dan Akta II. Sebutan guru profesional juga dapat mengacu kepada pengakuan
penampilan seorang guru dalam unjuk kerjanya yaitu melaksanakan tugas-
tugasnya sebagai guru.
b. Profesionalisme adalah sebutan yang mengacu pada sikap mental dalam bentuk
komitmen dari para anggota suatu profesi untuk senantiasa mewujudkan dan
meningkatkan kualitas profesionalnya. Pada dasarnya profesionalisme itu
merupakan motivasi intrinsik pada diri guru sebagai pendorong untuk
mengembangkan dirinya ke arah perwujudan profesional.
c. Profesionalitas adalah sebutan terhadap kualitas sikap para anggota suatu profesi
terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki
untuk dapat melakukan tugas-tugasnya. Sebutan profesionalitas menggambarkan
suatu derajat keprofesian seseorang dilihat dari sikap, pengetahuan dan keahlian
yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya.
d. Profesionalisasi adalah suatu proses menuju kepada perwujudan dan peningkatan
profesi dalam mencapai kriteria sesuai standar yang telah ditetapkan. Dengan
profesionalisasi, para guru secara bertahap akan mencapai suatu derajat kriteria
profesional sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah-istilah tersebut ditemukan sebagai


berikut:

a. Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian


(keterampilan, kejuruan, dan sebagainya) tertentu.
b. Profesional adalah: (1) bersangkutan dengan profesi, (2) memerlukan kepandaian
khusus untuk menjalankannya, dan (3) mengharuskan adanya pembayaran untuk
melakukannya.
c. Profesionalisasi adalah proses membuat suatu badan organisasi agar menjadi
profesional. (Depdiknas, 2005: 897)

C. Syarat-syarat Profesi Keguruan

1. Syarat-syarat Profesi
Menelaah pengertian profesi sebelumnya, dapat dipahami bahwa profesi adalah
pekerjaan atau jabatan khusus yang dibutuhkan untuk melayani masyarakat. Ciri-ciri
utama suatu profesi menurut Sanusi, dkk (1991) adalah sebagai berikut:
a. Suatu jabatan yang memiliki fungsi dan signifikansi sosial yang menentukan.
b. Jabatan yang menuntut keterampilan/keahlian tertentu.
c. Keterampilan/keahlian yang dituntut jabatan itu dapat melalui pemecahan
masalah dengan menggunakan teori dan metode ilmiah.
d. Jabatan itu berdasarkan pada batang tubuh disiplin ilmu yang jelas sistematis dan
eksplisit, bukan hanya sekedar pendapat khalayak umum.
e. Jabatan itu memerlukan pendidikan tingkat perguruan tinggi dengan waktu yang
cukup lama.
f. Proses pendidikan untuk jabatan itu juga merupakan aplikasi dan sosialisasi nilai-
nilai professional itu sendiri
g. Berperan teguh kode etik yang dikontrol oleh organisasi profesi.
h. Dalam praktiknya melayani masyarakat anggota profesi otonom dan bebas dari
campur tangan orang lain.
i. Jabatan mempunyai prestasi yang tinggi dalam masyarakat.
2. Syarat-syarat profesi keguruan

Bertolak dari beberapa ciri dan keriteria profesi sebagamana disebutkan


sebelumnya, dapat dikatakan bahwa guru memenuhi ciri-ciri dan kriteria seperti
diungkapkan Stinnett dan Liberman sebagai berikut:

a. Guru lebih mementingkan pelayanan kemanusiaan dalam mendidik, mengajar,


dan melatih peserta didik daripada kepentingan pribadi.
b. Agar dapat menjadi guru, seseorang membutuhkan waktu yang lama untuk dapat
mempelajari konsep-konsep serta prinsip-prinsip pendidikan keguruan, di
samping pengetahuan khusus yang mendukung keahlian.
c. Guru harus memiliki kualifikasi tertentu di bidang keguruan dan pendidikan serta
mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan IPTEK sehingga
memungkinkan mereka dapat bertumbuh dalam jabatannya.
d. Guru telah memiliki kode etik yang mengatur keanggotaan, tingkah laku, sikap,
dan cara kerja mereka.
e. Guru membutuhkan kegiatan intelektual yang tinggi.
f. Guru harus memiliki organisasi profesi yang dapat meningkatkan standar
pelayanan, disiplin diri dan kesejahteraan para anggotanya. Organisasi profesi
guru-guru Indonesia dikenal dengan PGRI.
g. Guru diberi otonomi dan kebebasan akademik yang tinggi dan bertanggung
jawab terhadap tugas yang diembannya.
h. Bagi guru, tugas mengajar yang dilaksanakannya merupakan karier hidup,
dimana guru memperoleh nafkah untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.

D. Urgensi Profesionalisme dalam kehidupan

Pada dasarnya profesionalisme dan sikap profesional itu merupakan motivasi intrinsik
yang ada pada diri seseorang sebagai pendorong untuk mengembangkan dirinya menjadi
tenaga profesional. Motivasi intrisik tersebut akan berdampak pada munculnya etos kerja
yang unggul yang ditunjukkan dalam lima bentuk kerja sebagai berikut:

1. Keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang mendekati standar ideal.

Berdasarkan kriteria ini, jelas bahwa guru yang memiliki profesional tinggi akan
selalu berusaha mewujudkan dirinya sesuai dengan standar ideal akan
mengidentifikasikan dirinya kepada figur yang dipandang memiliki standar ideal

2. Meningkatkan dan memelihara citra profesi.

Profesionalisme yang tinggi ditunjukkan oleh besarnya keinginan untuk selalu


meningkatkan dan memelihara citra profesi melalui perwujudan perilaku profesional.
Perwujudan dilakukan melalui berbagai cara, penampilan, cara bicara, penggunaan
bahasa, postur, sikap hidup sehari-hari, hubungan antar pribadi, dan sebagainya.

3. Memanfaatkan setiap kesempatan pengembangan profesional.

Berdasarkan kriteria ini, para guru diharapkan selalu berusaha mencari dan
memanfaatkan kesempatan yang dapat mengembangkan profesinya. Berbagai
kesempatan yang dapat dimanfaatkan antara lain: (a) mengikuti kegiatan ilmiah seperti
lokakarya, seminar, dan sebagainya, (b) mengikuti penataran atau pendidikan lanjutan,
(c) melakukan penelitian dan pengabdian pada masyarakat, (d) menelaah kepustakaan,
membuat karya ilmiah, serta (e) memasuki organisasi profesi.

4. Mengejar kualitas dan cita-cita dalam profesi.

Hal ini mengandung makna bahwa profesionalisme yang tinggi ditunjukkan


dengan adanya upaya untuk selalu mencapai kualitas dan cita-cita sesuai dengan program
yang telah ditetapkan. Guru yang memiliki profesionalisme tinggi akan selalu aktif dalam
seluruh kegiatan dan perilakunya untuk menghasilkan kualitas yang ideal. Secara kritis,
ia akan selalu mencari dan secara aktif selalu memperbaiki diri untuk memperoleh hal-
hal yang lebih baik dalam melaksanakan tugasnya.

5. Memiliki kebanggaan terhadap profesinya.

Profesionalisme ditandai dengan kualitas derajat kebanggaan kebanggaan akan


profesi yang dipeganggnya. Dalam kaitan ini diharapkan agar para guru memiliki rasa
bangga dan percaya diri akan profesinya. Rasa bangga ini ditunjukkan dengan
penghargaan akan pengalamannya di masa lalu, berdedikasi tinggi terhadap tugas-
tugasnya sekarang, dan meyakini akan potensi dirinya bagi perkembangan di masa
depan.

Profesionalitas seseorang sangat penting dalam semua segi kehidupan, termasuk dalam
jabatan guru. Lebih khusus Sanusi; dkk (1991) mengajukan enam asumsi yang melandasi
perlunya profesionalisasi dalam pendidikan, yaitu:
1. Subjek pendidikan adalah manusia yang memiliki kemauan, pengetahuan, emosi, dan
perasaan, dan dapat dikembangkan segala potensinya; sementara itu pendidikan
dilandasi oleh nilai-nilai kemanusiaan yang menghargai martabat manusia.
2. Pendidikan dilakukan secara intensional, yakni secara sadar dan bertujuan, maka
pendidikan menjadi normatif yang diikat pada norma-norma dan nilai-nilai
yang baik secara universal, nasional, maupun lokal, yang merupakan acuan para
pendidik, peserta didik, dan pengelola pendidikan.
3. Teori-teori pendidikan merupakan jawaban kerangka hipotesis dalam menjawab
permasalahan pendidikan.
4. Pendidikan bertolak pada asumsi pokok tentang manusia, yakni manusia mempunyai
potensi yang baik untuk berkembang. Oleh sebab itu, pendidikan adalah usaha
mengembangkan potensi unggul tersebut.
5. Inti pendidikan terjadi dalam prosesnya, yaitu situasi dimana terjadi dialog antara
peserta didik dengan pendidik, yang memungkinkan peserta didik tumbuh kearah
yang dikehendaki oleh pendidik dan selaras dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi
masyarakat.
6. Sering terjadi dilema antara tujuan utama pendidikan yakni menjadi manusia sebagai
manusia yang baik dengan misi instrumental. Yakni yang merupakan alat untuk
perubahan atau mencapai sesuatu.

UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menempatkan kedudukan guru
sebagai tenaga profesional sangat urgen karena berfungsi untuk meningkatkan martabat guru
sendiri dan meningkatkan mutu pendidikan nasional. Ini tertera pada Pasal 4: “Kedudukan
guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) berfungsi
untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk
meningkatkan mutu pendidikan nasional.

Selanjutnya, Pasal 6 menyatakan tujuan menempatkan guru sebagai tenaga profesional,


yaitu:

“Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan
sistem pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, sertamenjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.”

Di samping itu, juga PP Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru Pasal 2 mempersyaratkan
bagi guru profesional memenuhi standar kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi.

Beberapa masalah yang dihadapi dalam mewujudkan kompetensi guru yang


profesional antara lain kurang maksimalnya daya dukung kalangan kependidikan, kurang
sarana prasarana, terbatasnya anggraran pendidikan, kurangnya partisipasi masyarakat, serta
standarisasi mutu atau proses penilaian yang ditanggapi dengan rasa ketakutan oleh beberapa
peserta peningkatan profesi.

Dari beberapa masalah tersebut, sebenarnya profesi guru sangat diperlukan dalam
mengatasi hambatan-hambatan pelaksanaan pendidikan. Meskipun demikian, bila disikapi
dengan penuh kearifan, hambatan-hambatan tersebut semestinya mendorong kalangan profesi
kependidikan untuk selalu meningkatkan keprofesionalan dan kualitas unjuk kerjanya.

Sikap dan perilaku para pelaku pendidikan harus disesuaikan dengan realitas zaman
yang terus berkembang. Prasarana penunjang kegiatan pendidikan pun harus sudah beralih
dengan menggunakan media berteknologi tinggi.

Subsidi-subsidi dana pendidikan, berbagai pelatihan, bahkan program sertifikasi untuk


para guru merupakan bentuk kepedulian pemangku kebijakan demi terwujudnya kompetensi
profesionalisme dan kesesuaian kesejahteraan bagi para guru.

Hal ini bijak apabila masing-masing menyadari pentingnya kompetensi


profesionalisme demi terwujudnya pendidikan yang sesungguhnya. Sebenarnya, jika masing-
masing pelaku pendidikan selalu berpegang pada kode etik, bukan merupakan hal yang sulit
untuk mengubah sikap dan tingkah laku, memperbaiki dan meningkatkan kompetensi, serta
mencapai mutu terbaik dalam mewujudkan profesionalisasi guru (Suara Merdeka, 2010)
E. Cakupan Profesi Kependidikan

Achmad Sanusi (1991 : 25) menjelaskan bahwa profesi kependidikan merupakan suatu
payug yang melingkupi berbagai profesi (sub – profesi), seperti dikemukakan dalam UU
No.2/1989, yang kemudian dijabarkan dalam PP No.27 , 28 , 29 , dan 30.

Pengertian dan ilustrasi tentang lingkup profesi kependidikan diatas memberikan kesan
bahwa profesi kependidikan dengan sub- profesi – sub-profesinya umumnya menunjuk
kepada profesi (sub-profesi) yang bergerak di setting persekolahan. Ini berarti bahwa sekolah
merupakan basis profesi kependidikan.

Profesi kependidikan tidak identik dengan profesi keguruan atau sebaliknya. Profesi
kependidikan lebih luas dari pada profesi keguruan. Dengan kata lain, profesi keguruan
merupakan salah satu bagian dari profesi kependidikan.

F. Profesi Kependidikan dan Ilmu Pendidikan

Masih banyak pihak atau kalangan baik di Indonesia maupun negara – negara lain
termasuk negara maju yang mempertanyakan eksistansi pekerjaan – pekerjaan di bidang
kependidikan sebagai profesi, seperti : apakah pendidikan itu merupakan suatu profesi, dan
apakah pekerjaan mendidik itu sebagai pekerjaan profesional ? Atau dengan kata lain ,
apakah pekerjaan mengajar dan mendidik sudah diakui sebagai profesi oleh peraturan
perundang – undangan ?

Dalam hubungan ini Achmad Snusi, dkk (1991: 27-29) mengemukakan bahwa
pertanyaan-pertanyaaan tersebut mengemuka beberapa kenyataan, diantaranya :

1. Beragamnya latar belakang pendidikan orang – orang yang bergerak dalam profesi
ini
2. Tidak adanya aturan yang baku mengenai praktek atau perilaku profesional tenaga
kependidikan yang disepakati bersama dan / dikuatkan hukum.
3. Tidak adanya perbedaan yang signifikan dalam performans antara tenga
kependidikan yang berlatar belakang pendidikan dengan tenaga kependidikan yang
bukan.
4. Tidak / belum ada pembedaan dalam tingkat / derajat mutu keahlian dalam bidang
keguruan dan bidang pendidikan pada umumnya.

Keadaan ini berpangkal dari ketidak jelasan konsep. Pendidikan cenderung disamakan
dengan pengajaran, dan pekerjaan mendidik tidak dibedakan dengan pekerjaan mengajar.
Padahal mendidik itu pada dasarnya membesarkan anak melalui media pendidikan,
sedangkan yang terjadi sekarang adalah melalui pengajaran di sekolah-sekolah pada
umumnya bukanlah mendidik dalam arti “membesarkan” anak, melainkan memindahkan atau
mengajarkan pengetahuan/informasi.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam pendidikan, istilah profesi diartikan sebagai suatu pekerjaan atau jabatan yang
menuntut keahlian, dan keahlian itu diperoleh melalui profesionalisasi baik yang dilakukan
sebelum orang tersebut mengaku jabatan maupun setelah memangku jabatan tertentu.

Terkait dengan pekerjaan mengajar dan mendidik perlu adanya profesionalisasi dalam
pendidikan karena; (1) subyek pendidikan itu manusia yang dalam mendidik perlu dilandasi
nilai-nilai kemanusiaan, (2) pendidikan dilakukan secara sadar dan bertujuan, (3) dalam
melakukan pendidikan diperlukan teori-teori pendidikan, (4) pendidikan bertolak dari asumsi
yang positif tentang potensi manusia bahwa manusia itu punya potensi yang baik untuk
dikembangkan, (5) inti pendidikan itu terletak pada prosesnya, yaitu dialog antara pendidik
dengan terdidik, (6) tujuan utama pendidik terletak pada dimensi intrinsiknya, yaitu
menjadikan manusia sebagai manusia yang baik.

Profesi kependidikan di Indonesia telah jelas dasar hukumnya, yaitu Undang-Undang


No. 2. 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Ini berarti bahwa ada perlindungan
terhadap profesi kependidikan di negeri kita. Perlindungan itu secara eksplisit dikemukakan
pada pasal28.

B. Saran

Sebagai tenaga kependidikan seharusnya memiliki pemahaman yang jelas tentang


konsep pendidikan dan konsep pengajaran. Jika demikian tiadak akan mengalami keraguan
bahwa pekerjaan mendidik dan pekerjaan mengajar haruslah dilaksanakan secara profesional.

DAFTAR PUSTAKA
Anonym. 2009. Makalah Profesi Kependidikan (online).
http://blognyamuliadihaneda.blogspot.com. Diakses tanggal 22 Februari 2015.

Anonym. 2010. Profesi (online). http://biografinanni.blogspot.com/2010/11/konsep-dasar-


profesi-guru.html, Diakses tanggal 22 Februari 2015.

Anonym. 2010. Profesi (online). http://id.wikipedia.org/wiki/Profesi. Diakses tanggal 22


Februari 2015.

Anonym. 2011. Hakikat Profesi Kependidikan (online).


http://aniendriani.blogspot.com/2011/03/hakekat-profesi-kependidikan.html. Diakses
22 Februari 2015.

B. Kotten, Natsir. 2012. Profesi Kependidikan, Potret Guru Humanis. Cetakan Pertama.
Flores: Nusa Indah

Dedi Supriadi. 1997. Profesi Konseling dan Keguruan. Bandung: Program Pasca Sarjana.

Isnanto, Rizal. 2009. Buku Ajar Etika Profesi. Semarang: Data PDF.

Mudlofir, Ali. 2012. Pendidik Profesional. Cetakkan Pertama. Jakarta ; Rajawali Pers

Prayitno. 1987. Profesionalisasi Konseling dan Pendidikan Konselor. Jakarta: Depdibud-


Dikjendikti

Sanusi, Ahcmad, dkk.1991. Studi Pengembangan Model Pendidikan Profesional Tenaga


Kependidikan. Bandung: IKIP Bandung

Soetjipto dan Kosasi Raflis. 2004. Profesi Keguruan. Cetakan kedua. Jakarta : Rineka Cipta

Soetjipto, dkk. 1994. Profesi Keguruan. Jakarta: Depdibud-Dikjendikti

Susilowati. 2010. Inisiasi Profesi Keguruan (online). Data PDF.

Tirtarahardja, Umar dan La Sulo, S.L. 2010. Pengantar Pendidikan. Edisi revisi ke 4. Jakarta:

Anda mungkin juga menyukai