Anda di halaman 1dari 6

MASTITIS

No. Dokumen C/VII/SOP/AKRED/2016/...


No. Revisi 00
Tanggal Terbit JANUARI 2016
Halaman 1/2
SOP

UPTD Puskesmas dr PASNIWATI


Kampar kiri NIP. 19750805 200904 2 001

1. Pengertian Pada mastitis biasanya yang selalu dikeluhkan adalah payudara


membesar, keras, nyeri, kulit murah dan membisul (abses) dan yang
pada akhirnya pecah menjadi borok disertai dengan keluarnya nanah
bercampur air susu, dapat disertai dengan suhu badan naik, menggigil.
Jika sudah ditemukan tanda-tanda seperti ini maka pemberian ASI pada
bayi jangan dihentikan, tetapi sesering mungkin diberikan.
Mastitis ini biasanya diderita oleh ibu yang baru melahirkan dan
menyusui. Radang ini terjadi karena si ibu tidak menyusui atau putting
payudaranya lecet karena menyusui. Kondisi ini bisa terjadi pada satu
atau kedua payudara sekaligus. Namun, tidak semua perempuan dapat
terkena mastitis. Banyak factor yang menyebabkan perempuan
menderita penyakit ini. Diantaranya adalah daya tahan tubuh yang lemah
dan kurangnya menjaga kebersihan putting payudara saat menyusui.

2. Tujuan Untuk sebagai pedoman kerja bagi petugas medis/paramedis dalam


melakukan pelayanan penanganan ketuban pecah dini
3. Kebijakan SK kepala puskesmas kampar kiri
Nomor : 440/KAPUS/PKM-KK/2016/.......
tentang jenis pelayanan di UPTD puskesmas kampar kiri
4. Referensi Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan
rujukan
5. Prosedur 1. Petugas menyapa pasien
2. Petugas melaksanakan anamnesa lebih lanjut untuk mengetahui
keluhan pasien meliputi :
a. Menanyakan keluhan apa yang dirasakan saat ini
- Menanyakan ada tidaknya payudara bengkak
- Menanyakana ada tidaknya lecet disekitar putting payudara
- Menanyakan ada tidaknya demam
- Menanyakan ada tidaknya nyeri hebat pada payudara
- Menayakan ada tidaknya sakit kepala
b. Menayakan presepsi pasien terhadap penyakit yang di alaminya
c. menanyakan pola tidur dan istirahat
3. petugas melakukan pemeriksaan fisik
4. petugas melakukan pengukuran tanda – tanda vital
5. petugas melakukan pemeriksaan pada payudara
- kompres payudara dengan air hangat
6. petugas menganjurkan ibu untuk selalu menyusui bayinya
7. petugas menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang
bergizi
8. petugas menganjurkan ibu minum banyak air putih juga untuk
menurunkan demam
9. petugas / bidan menulis terapi
10. pasien dipersilakan mengambil obat di apotik untuk pulang

6. Unit terkait KIA

7. Rekam histori
perubahan No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai
Diberlakukan

ABORTUS KOMPLIT
No. Dokumen C/VII/DT/AKRED/2016/...
No. Revisi 00
Tanggal Terbit JANUARI 2016
Halaman 1/1
DAFTAR
TILIK

UPTD Puskesmas dr PASNIWATI


Kampar kiri NIP. 19750805 200904 2 001

LANGKAH KEGIATAN YA TIDAK TIDAK


BERLAKU
APAKAH
1. Apakah Petugas menyapa pasien
2. Apakah Petugas melaksanakan anamnesa lebih lanjut untuk
mengetahui keluhan pasien meliputi :
a. Apakah Menanyakan keluhan apa yang dirasakan saat ini
- Menanyakan ada tidaknya payudara bengkak
- Menanyakana ada tidaknya lecet disekitar putting payudara
- Menanyakan ada tidaknya demam
- Menanyakan ada tidaknya nyeri hebat pada payudara
- Menayakan ada tidaknya sakit kepala
b. Apakah Menayakan presepsi pasien terhadap penyakit yang di
alaminya
c. Apakah menanyakan pola tidur dan istirahat
3. Apakah petugas melakukan pemeriksaan fisik
4. Apakah petugas melakukan pengukuran tanda – tanda vital
5. Apakah petugas melakukan pemeriksaan pada payudara
- kompres payudara dengan air hangat
6. Apakah petugas menganjurkan ibu untuk selalu menyusui bayinya
7. Apakah petugas menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan
yang bergizi
8. Apakah petugas menganjurkan ibu minum banyak air putih juga untuk
menurunkan demam
9. Apakah petugas / bidan menulis terapi
10. Apakah pasien dipersilakan mengambil obat di apotik untuk
pulang
JUMLAH
COMPLIANCE RATE (CR)

PANDUAN PELAYANAN KLINIS


A. Definisi Mastitis Dalam Masa Nifas Dapat Terjadi Infeksi
Mastitis adalah infeksi peradangan pada mamma, terutama pada primipara yang biasanya
disebabkan oleh staphylococcus aureus, infeksi terjadi melalui luka pada putting susu, tetapi
mungkin juga mungkin juga melalui peredaran darah (Prawirohadjo, 2005 : 701).
Pada mastitis biasanya yang selalu dikeluhkan adalah payudara membesar, keras, nyeri,
kulit murah dan membisul (abses) dan yang pada akhirnya pecah menjadi borok disertai
dengan keluarnya nanah bercampur air susu, dapat disertai dengan suhu badan naik,
menggigil. Jika sudah ditemukan tanda-tanda seperti ini maka pemberian ASI pada bayi
jangan dihentikan, tetapi sesering mungkin diberikan.
Mastitis ini biasanya diderita oleh ibu yang baru melahirkan dan menyusui. Radang ini
terjadi karena si ibu tidak menyusui atau putting payudaranya lecet karena menyusui.
Kondisi ini bisa terjadi pada satu atau kedua oayudara sekaligus. Namun, tidak semua
perempuan dapat terkena mastitis. Banyak factor yang menyebabkan perempuan menderita
penyakit ini. Diantaranya adalah daya tahan tubuh yang lemah dan kurangnya menjaga
kebersihan putting payudara saat menyusui.

B. Etiologi
1. Bakteri stafilokokkus aureus
a. Pada umumnya yang dianggap porte d’entrée dari kuman penyebab ialah putting susu
yang luka atau lecet, dan kuman per-kontinuitatum menjalar ke duktulus-duktulus dan
sinus. Sebagian besar yang ditemukan pada pembiakan pus ialah stafilokokkus aureus.
b. Bakteri seringkali berasal dari mulut bayi dan masuk ke dalam saluran air susu melalui
sobekan atau retakan di kulit (biasanya pada puting susu). Mastitis biasanya terjadi
pada wanita yang menyusui dan paling sering terjadi dalam waktu 1-3 bulan setelah
melahirkan. Sekitar 1-3% wanita menyusui mengalami mastitis pada beberapa minggu
pertama setelah melahirkan.
2. Daya tahan tubuh yang lemah dan kurangnya menjaga kebersihan puting payudara saat
menyusui.
3. Saluran ASI tersumbat tidak segera diatasi sehingga menjadi mastitis.

C.  Penyebab
Penyebab terjadinya mastitis sebagai berikut:
1. Bayi tidak mau menyusu sehingga ASI tidak diberikan secara adekuat yang akan
menyebabkan mastitis jika tidak segera ditangani.
2. Lecet pada puting susu yang menyebabkan kuman staphylococcus aureus masuk
menyebabkan infeksi mastitis
3. Personal higiene ibu kurang, terutama pada puting susu
4. Bendungan air susu yang tidak adekuat di tangani sehingga menyebabkan mastitis
5. Bra yang terlalu ketat mengakibatkan segmental engorgement, jika tidak disusui dengan
adekuat, maka bias terjadi mastitis
6. Ibu yang dietnya buruk, kurang istirahat, dan anemia akan mudah terkena infeksi
D.  Tanda dan Gejala
Selain pembesaran berat, prekursor tanda dan gejala mastitis biasanya tidak ada sebelum
pertama pasca partum. Setelah masa itu, wanita mungkin mngelami gejala berikut ini :
1.  Nyeri ringan pada salah satu lobus payudara, yang diperberat jika bayi menyusui.
2.  Gejala seperti flu : nyeri otot, sakit kepala, keletihan.
Mastitis hamper selalu terbatas pada satu payudara. Tanda dan gejala actual mastitis
meliputi hal – hal sebagai berikut :
1.  peningkatan suhu yang cepat dari (39,5 – 40 oC)
2.  Peningkatan kecepatan nadi.
3.  Mengigil.
4.  Malaise umum, sakit kepala.
5.  Nyeri hebat, bengkak, inflamasi, area payudara keras.
Mastitis yang tidak ditangani memiliki hamper 10% resiko terbentuknya abses. Tanda dan
gejala abses meliputi hal – hal berikut :
1. Discharge putting susu purulenta
2. Demam remiten ( suhu naik turun ) disertai mengigil
3. Pembengkakkan payudara dan sangat nyeri, massa besar dank eras dengan area kulit
berwarna berfluktasi kemerahan dan kebiruan mengindikasikan lokasi abses berisi pus.

E.  Pencegahan
Penanganan terbaik mastitis adalah dengan pencegahan. Pencegahan dilakukan dengan
cara sebagai berikut :
1. Perawatan puting susu atau perawatan payudara
2. Susukan bayi setiap saat tanpa jadwal
3. Pembersihan puting susu sebelum dan sesudah menyusui untuk menghilangkan kerak dan
susu yang sudah kering
4. Teknik menyusui yang benar, bayi harus menyusu sampai ke kalang payudara.
5. Bra yang cukup meyangga tetapi tidak ketat
6. Perhatian yang cermat saat mencuci tangan dan perawatan payudara
7. Kompres hangat pada area yang terkena
8. Masase area saat menyusui untuk memfasilitasi aliran air susu
9.  Peningkatan asupan cairan
10. Istirahat
11. Membatu ibu menentukan prioritas untuk mengurangi stress dan keletihan dalam
kehidupannya
12. Suportif, pemeliharaan perawatan ibu
13. Menyusui secara bergantian payudara kiri dan kanan
14. Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran, kosongkan payudara dengan
cara memompanya
15. Rajin mengganti bh / bra setiap kali mandi atau bila basah oleh keringat dan ASI, BH
tidak boleh terlalu sempit dan menekan payudara.
16.  Jika ibu melahirkan bayi lalu bayi tersebut meninggal, sebaiknya dilakukan bebat tekan
pada payudara dengan menggunakan kain atau stagen dan ingat untuk minta obat penghenti
ASI pada dokter atau bidan.

E.    Penatalaksanaan
1. Teruskan pemberian ASI meski payudara mengalami abses atau pembengkakan Tahan
sakit. Pemberian ASI mempercepat penyembuhan.
2. Kompres payudara dengan air hangat atau kain dibasahi air hangat
3. Cukup istrirahat dan tidur agar tubuh aktif memproduksi sistem imun guna memerangi
infeksi mastitis
4. Minum antibiotik sesuai resep dokter
5. Makan makanan yang bergizi tinggi
6. Minum banyak air putih juga akan membantu menurunkan demam
7. Berikan antibiotik
Pengobatan dengan antibiotik biasanya membutuhkan waktu 10-14 hari. Selama 24 sampai
48 jam setelah pengobatan antibiotik, gejala mulai berkurang. Namun obat tetap perlu
diminum untuk mencegah kekambuhan.
8. Menyesuaikan teknik menyusui
Pastikan bahwa payudara benar-benar kosong payudara selama menyusui dan bayi berada
pada posisi yang benar.

G. Penanganan dan peran bidan


1. Payudara dikompres dengan air hangat
2. Untuk mengurangi rasa sakit dapat diberikan pengobatan analgetik
3. Untuk mengatasi infeksi diberikan antibiotika
4. Bayi mulai menyusu pada payudara yang mengalami peradangan
5. Anjurkan ibu selalu menyusui bayinya
6. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup
7.  Konseling suportif
Mastitis merupakan pengalaman yang sangat nyeri dan membuat frustrasi, dan
membuat banyak wanita merasa sangat sakit. Selain dengan penanganan yang efektif dan
pengendalian nyeri, wanita membutuhkan dukungan emosional. Ibu harus diyakinkan
kembali tentang nilai menyusui; yang aman untuk diteruskan; bahwa ASI dari payudara
yang terkena tidak akan membahayakan bayinya; dan bahwa payudaranya akan pulih baik
bentuk maupun fungsinya.
8.   Pengeluaran Asi Dengan Efektif
Dengan membantu ibu memperbaiki kenyutan bayi pada payudara, mendorong untuk
sering menyusui, sesering dan selama bayi menghendaki, tanpa pembatasan, bila perlu
peras ASI dengan tangan atau dengan pompa atau botol panas, sampai menyusui dapat
dimulai lagi. 

Anda mungkin juga menyukai