DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
HARDI USIA(1701026)
NURAMELIA DATUELA(1701092)
2020
BAB 1
PENDAHULUAN
Hipertensi merupakan suatu penyakit kronis yang sering disebut silentkiller karena
pada umumnya pasien tidak mengetahui bahwa mereka menderita penyakit hipertensi
sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Selain itu penderita hipertensi umumnya tidak
mengalami suatu tanda atau gejala sebelum terjadi komplikasi (Chobanian dkk., 2004). Saat
gejala timbul, hipertensi sudah menjadi penyakit yang harus diterapi seumur hidup,
pengobatan yang harus dikeluarkan cukup mahal dan membutuhkan waktu yang lama.
Selain prevalensinya yang tinggi dan cenderung meningkat pada masa yang akan datang,
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah hipertensi akan terus meningkat
seiring dengan jumlah penduduk yang bertambah. Pada 2025 mendatang, diproyeksikan
sekitar 29% atau sekitar 1,6 miliar orang di seluruh dunia mengalami hipertensi. Presentase
penderita hipertensi saat ini paling banyak terdapat di Negara berkembang. Untuk kawasan
Asia, penyakit ini telah membunuh 1,5 juta orang setiap tahunnya. Hal ini menandakan satu
dari tiga orang menderita tekanan darah tinggi. Hipertensi merupakan penyebab kematian
nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada
semua umur di Indonesia. Jumlah penderita hipertensi diseluruh dunia mencapai 993 juta
jiwa pada tahun 2013, sebanyak 643 juta jiwa berada di negara yang sedang berkembang
termasuk Indonesia. Pada tahun 2013 jumlah penderita hipertensi di Indonesia diperkirakan
16,2 juta orang dewasa dan lansia, tetapi hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol
mengalami kenaikan jika dibanding dengan Riskesdas 2013, dari 25,8 % menjadi 34,1 %.
10 penyakit yang paling menonjol di Sulawesi utara dan berada diperingkat ke dua setelah
penyakit Influenza. Kasus hipertensi di Sulawesi utara tahun 2016 sebanyak 21.742 kasus
menggunakan farmakologis yaitu dengan minum obat secara teratur atau menggunakan non
farmakologis, yaitu dengan pemberian jus seledri. Terapi herbal banyak digunakan oleh
masyarakat dalam menangani penyakit hipertensi dikarenakan memiliki efek samping yang
sedikit. Jenis obat yang digunakan dalam terapi herbal yaitu seledri atau celery ( Apium
graveolens ), bawang putih atau garlic (AlliumSativum), bawang merah atau onion (Allium
Hadibroto 2010).
Apiaceae. Herba seledri dapat digunakan sebagai bahan baku dan produk obat herbal.
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa kandungan senyawa kimia dari herba seledri
masyarakat kembali ke alam (backtonature) dalam menyikapi hidup ini, termasuk dunia
pengobatan telah meningkatkan pertumbuhan obat herbal lebih cepat dari obat modern.
Secara empiris daun seledri (ApiumgraveolensL.) Berkhasiat ssalah satunya sebagai obat
hipertensi. Disebabkan kandungan seratnya yang tinggi dan aromanya agak menyengat,
seledri sebaiknya dijus atau direbus, sehingga lebih mudah dicerna dalam tubuh (Widisih,
2003).
yang relatif kecil jika digunakan secara tepat, sehingga dapat menjadi pilihan masyarakat
untuk mengatasi hipertensi. Dalam hubungannya dengan penyakit tekanan darah tinggi,
beberapa kandungan seledri yang berperan penting menurunkan tekanan darah, antara lain
darah dan tekanan darah tinggi. Kalium dan asparaginbersifat diuretik, yaitu memperbanyak
pemberian Jus seledri terhadap penurunan tekanan darah padai lansia di Wilayah Kerja
Puskesmas Tuntung
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diambil rumusan masalah dalam penelitian
ini yaitu bagaimana pengaruh pemberian Jus seledri terhadap penurunan tekanan darah pada
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui efektivitas jus seledri terhadap penurunan tekanan darah pada
lansia.
.2 Tujuan Khusus
hipertensi Lansia
D. Manfaat
2. Bagi Penulis
Penulis dapat mengetahui pengaruh jus seledri terhadap penurunan tekanan darah
3. Bagi Masyarakat
Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai pilihan obat anti hipertensi
penderita hipertensi.
5. Bagi Institusi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Konsep Dasar
a. Pengertian Hipertensi
tekanan darah diatas normal. Secara umum tekanan darah tinggi ketika tekanan darah
sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 80 mmHg (Ardiansyah,
2012).
Hipertensi adalah suatu keadaan adanya peningkatan tekanan darah diatas normal angka
sistolik dan diastolik di dalam arteri. Secara umum hipertensi merupakan keadaan tanpa
gejala, dimana tekanan abnormal tinggi di arteri menyebabkan peningkatan stroke, gagal
Menurut (Smeltzer dan Bare, 2000) dalam (Triyanto, 2014) penyebab hipertensi dibagi
menjadi 2, yaitu:
Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih belum dapat diketahui. Kurang
lebih 90% penderita hipertensi tergolong hipertensi esensial sedangkan 10% nya tergolong
hipertensi sekunder. Onset hipertensi primer terjadi pada usia 30-50 tahun. Hipertensi
primer adalah suatu kondisi hipertensi dimana penyebab sekunder dari hipertensi tidak
ditemukan (Lewis,2000) dalam (Triyanto,2014). Genetik dan ras merupakan bagian yang
menjadi penyebab timbulnya hipertensi primer, termasuk faktor lain yang diantaranya
adalah faktor stres, intake alkohol moderat, merokok, lingkungan, demografi dan gaya
hidup.
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, antara lain
kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tidoid (hipertiroid), penyakit kelenjar
adalah hipertensi esensial, maka penyelidikan dan pengobatan lebih banyak ditunjukan ke
c. Patofisiologis
Meningkatnya tekanan darah terjadi didalam arteri melalui jantung dengan memompa lebih
kuat sehingga mengalirkan cairan lebih banyak pada setiap detiknya arteri besar kehilangan
kelenturannya dan menjadi kaku sehingga tidak dapat mengembang pada saat jantung
memompa darah melalui arteri tersebut. Darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk
melalui pembuluh darah yang sempit daripada seperti biasanya dan menyebabkan naiknya
Pengaturan tahanan perifer dipertahankan oleh sistem saraf otonom dan sirkulasi hormon.
Terdapat empat sistem kontrol yang berperan dalam mempertahankan tekanan darah yaitu
baroreseptor arteri, pengaturan volume cairan tubuh, sistem renin angiotensin dan
autoregulasi vaskuler. Baroreseptor arteri ditemukan di sinus carotid dan sering dijumpai
dalam aorta dan dinding ventrikel kiri, baroreseptor bertugas sebagai memonitor derajat
tekanan arteri. Sistem baroreseptor meniadakan peningkatan tekanan arteri melalui proses
perlambatan jantung oleh respon parasimpatis atau respon vagal dan vasodilatasi dengan
penurunan tonus simpatis. Reflek kontrol sirkulasi yang meningkatkan tekanan arteri
sistemik jika tekanan baroreseptor turun dan menurunkan tekanan arteri sistemik bila
Perubahan volume cairan mempengaruhi tekanan arteri sistemik, bila tubuh mengalami
kelebihan garam dan air maka tekanan darah akan meningkat melalui mekanisme fisiologi
kompleks yang engubah aliran kembali ke vena kemudian ke jantung dan mengakibatkan
peningkatan curah jantung. Bila ginjal berfungsi dengan cukup maka peningkatan tekanan arteri
Jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri akan mengalami pelebaran dan banyak
Fungsi ginjal sendiri dapat mengendalikan tekanan darah jika tekanan darah meningkat,
ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air yang dapat menyebabkan berkurangnya
volume darah dan mengembalikan tekanan darah ke normal. Ketika tekanan darah menurun
ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air sehinggal volume darah bertambah dan
e. klasifikasi
Tekanan Darah
Klasifikasi
Tekanan Darah
WHO-ISH ESH-ESC WHO-ISH ESH-ESC
Optimal <120 <120 <80 <80
Normal <130 120-129 <85 80-84
Tinggi- 130-139 130-139 85-89 85-89
Normal
Hiperte 140-159 140-159 90-99 90-99
nsi
kelas 1 f. klompikasi
(ringan) Hipertensi
Cabang: perbatasan 140-149 90-94
Hiperte 160-179 160-179 100-109 100-109 dapat
nsi
mengakibatkan
kelas 2
timbulnya
(sedang
)
beberapa
Hiperte ≥180 ≥180 ≥110 ≥110
penyakit
nsi
lanjutan jika
kelas 3
seperti
(Ardiansyah, 2012):
1. Gagalginjal
2. Infarkmiokard
3. Stroke
4. Ensefalopati
g.patofisiologi
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara yaitu
jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya
arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat
mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tesebut. Darah pada setiap
denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit dari biasanya dan menyebabkan
naiknya tekanan. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi
vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena
perangsangan saraf atau hormon di dalam darah. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa
menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal
sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah
dalam tubuh meningkat sehingga tekanan darah juga meningkat. Sebaiknya, jika aktivitas
memompa jantung berkurang, arteri mengalami pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkualsi,
maka tekanan darah akan menurun. Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan
oleh perubahaan di dalam fungsi ginjal dan sistem saraf otom (bagian dari sistem saraf yang
mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis). Perubahan fungsi ginjal, ginjal
mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara: jika tekanan darah meningkat, ginjal akan
menambah pengeluaran garam dan air, yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah
Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembungan garam dan air, sehingga
volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke normal. Ginjal juga bisa meningkatkan
tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut renin, yang memicu pelepasan hormon
aldosteron. Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah; karena itu
berbagai penyakit dan kelainan pada ginjal dapat menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi.
Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa
menyebabkan hipertensi. Peradangan atau cidera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa
menyebabkan naiknya tekanan darah. Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf
otonom yang untuk sementara waktu akan meningkatkan tekanan darah selama respon (reaksi
fisik tubuh terhadap ancaman dari luar); meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung;
dan juga mempersempit sebagian besar arteriola, tetapi memperlebar arteriola di daerah tertentu
(misalnya otot rangka yang memerlukan pasokan darah yang lebih banyak); mengurangi
pembuangan air dan garam oleh ginjal, sehingga akan meningkatkan volume darah dalam
merangsang jantung dan pembuluh darah. Faktor stres merupakan satu faktor pencetus
norepinefrin.
B.Lanjut Usia
Lansia merupakan salah satu kelompok atau populasi berisiko (population at risk) yang
se-makin meningkat jumlahnya. Allender, Rector, dan Warner (2014) mengatakan bahwa popu-
lasi berisiko (population at risk) adalah kum-pulan orang-orang yang masalah kesehatannya
memiliki kemungkinan akan berkembang lebih buruk karena adanya faktor-faktor risiko
yang memengaruhi. Stanhope dan Lancaster (2016) mengatakan lansia sebagai populasi berisiko
ini memiliki tiga karakteristik risiko kesehatan yaitu, risiko biologi termasuk risiko terkait usia,
risiko sosial dan lingkungan serta risiko peri-laku atau gaya hidup.
Populasi lansia meningkat sangat cepat. Tahun 2020, jumlah lansia diprediksi sudah
menyamai jumlah balita. Sebelas persen dari 6,9 milyar penduduk dunia adalah lansia (WHO, 2013).
Populasi penduduk Indonesia merupakan popu-lasi terbanyak keempat sesudah China, India dan
Amerika Serikat. Menurut data World Health Statistic 2013, penduduk China berjumlah 1,35 milyar,
India 1,24 milyar, Amerika Serikat 313 juta dan Indonesia berada di urutan keempatdengan 242 juta
penduduk (WHO, 2013). Me-nurut proyeksi Badan Pusat Statistik (2013) pada 2018 proporsi
penduduk usia 60 tahun ke atas sebesar 24.754.500 jiwa (9,34%) dari total populasi.
Stanhope dan Lancaster (2016) mengungkap-kan bahwa risiko biologi termasuk risiko
ter-kait usia pada lanjut usia yaitu terjadinya ber-bagai penurunan fungsi biologi akibat proses
menua. Risiko sosial dan lingkungan pada lan-jut usia yaitu adanya lingkungan yang memicu
stres. Aspek ekonomi pada lansia yaitu penu-runan pendapatan akibat pensiun. Risiko peri-laku
atau gaya hidup seperti pola kebiasaan kurangnya aktivitas fisik dan konsumsi ma-kanan yang
tidak sehat dapat memicu terjadi-nya penyakit dan kematian. Miller (2012) da-lam teorinya
fisik. Berbagai teori tentang proses menua menun-jukkan hal yang sama. Status kesehatan lansia
yang menurun seiring dengan bertambahnya usia akan memengaruhi kualitas hidup lansia.
Bertambahnya usia akan diiringi dengan tim-bulnya berbagai penyakit, penurunan fungsi tubuh,
keseimbangan tubuh dan risiko jatuh. Menurunnya status kesehatan lansia ini berla-wanan
dengan keinginan para lansia agar tetap sehat, mandiri dan dapat beraktivitas seperti biasa
misalnya mandi, berpakaian, berpindah secara mandiri. Ketidaksesuaian kondisi lansia dengan
harapan mereka ini bahkan dapat me-nyebabkan lansia mengalami depresi. Hasil pe-nelitian
Brett, Gow, Corley, Pattie, Starr, dan Deary (2012) menunjukkan bahwa depresi me-rupakan
faktor terbesar yang memengaruhi ku-alitas hidup (p= 0,000). Beberapa hal tersebut dapat
a.Defenisi Seledri
Selendri merupakan tanaman terna tegak dengan ketinggian kurang lebih 50 cm, semua
bagian tanaman memiliki bau yang khas, memiliki bentuk batang bersegi, bercabang, memiliki
ruas, dan tidak berambut, memiliki buah berwarna putih kecil menyerupai payung termasuk
bunga majemuk, memiliki daun menyirip berwarna hijau dan bertangkai, dan memiliki tangkai
daun yang berair. Tanaman seledri dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah maupun tinggi
dan dapat dipanen setelah berumur enam minggu setelah penanamannya (Junaedi et al., 2013).
Seledri merupakan tanaman tahunan yang berbentuk semak atau rumput. Dalam
kehidupn sehari-hari seledri biasanya digunakan sebagai bahan pelengkap dalam makanan
karena memiliki cita rasa yang khas dan renyah. Susunan tubuh tanaman seledri terdiri dari daun,
tangkai daun, batang, dan akar. Seledri merupakan tanaman tahunan yang berbentuk semak atau
rumput. Dalam kehidupn sehari-hari seledri biasanya digunakan sebagai bahan pelengkap dalam
makanan karena memiliki cita rasa yang khas dan renyah. Susunan tubuh tanaman seledri terdiri
dari daun, tangkai daun, batang, dan akar. Daun seledri bersifat majemuk, menyirip ganjil
Senyawa dalam seledri (A. graveolens) yang memiliki kandungan antibakteri adalah
flavonoid dan tanin. Senyawa flavonoid merupakan hasil dari metabolit sekunder terbesar
yang dimiliki tanaman seledri. Flavonoid merupakan golongan senyawa fenol yang
antimikrobial. Daun seledri segar sebanyak 100 gram memiliki kandungan flavonoid yaitu
apigenin 5,3-16 μmol, glikosida apigenin18-51 μmol, glokosida luteolin 7,1-21 μmol, dan
memiliki gugus hidroksil tidak tersubstitusi (Sukandar et al., 2006; Majidah et al., 2014).
Herbal seledri merupakan salah satu tanaman obat yang memiliki khasiat yang penting bagi
manusia. Herba seledri secara turun-temurun telah digunakan 7 sebagai obat tradisional
untuk memperlancar pencernaan, penyembuhan demam, flu, penambah nafsu makan (Fazal
and Singla, 2012), dan penurun tekanan darah tinggi (Muzakar dan Nuryanto, 2012).
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa kandungan senyawa kimia dalam herba seledri
memiliki aktivitas sebagai antimikroba (Sipailiene et al., 2003), antihipertensi (Dewi dkk.,
2010), antioksidan (Jung, et al., 2011), antiketombe (Mahataranti dkk., 2012), antidepresan
Pelarut yang digunakan untuk mengekstrak flavonoid dari jaringan tumbuhan adalah pelarut
polar seperti etanol, methanol, etilasetat, atau campuran dari masing-masing pelarut.
Pelarut-pelarut tersebut memiliki daya polaritas yang cukup tinggi sehingga jika digunakan
untuk mengekstrak senyawa polar akan menghasilkan ekstrak yang lebih banyak (Kusnadi
c..Kandungan kimia
flavonoid, saponin, tanin 1%, minyak atsiri 0,033%, flavo-glukosida (apiin), apigenin, fitosterol,
kolin, lipase, pthalides, asparagine, zat pahit, vitamin (A, B dan C) dan alkaloid. Apigenin
kimia di dalam daun seledri (Apium graveolens L) sangatlah banyak dan bermanfaat bagi
kesehatan tubuh, kandungan kimia dalam daun seledri per 100 gr bahan mentah (daun segar)
dapat dilihat padaSeledri dikenal memiliki manfaat untuk menurunkan hipertensi dan bau mulut.
Seledri kaya akan asam amino arginin. Arginin adalah golongan asam amino esensial yang
ketika masuk ke tubuh akan terurai menjadi aspartate dan amoniak. Arginin juga
merupakan peluruh kencing (diuretic) yang dalam kerjanya dapat meningkatkan jumlah air
kencing.
Hipertensi merupakan salah satu jenis penyakit kardiovaskuler yang ditandai dengan
terjadinya peningkatan tekanan darah. Berdasarkan data hasil penelitian, hipertensi juga
menimbulkan berbagai komplikasi pada organ tubuh yang lain dan akan menimbulkan
penyakit seperti jantung koroner, infark pada miokardium, stroke, left ventricle
Organisation, sebanyak 972 juta orang didiagnosis menderita hipertensi , jika dalam hitungan
persen sekitar 26,4 % dari populasi masyarakat dunia dan diperkirakan dalam waktu 25 tahun
yaitu akan meningkat hingga 2,8 %. Menurut beberapa penelitian, hipertensi juga menjadi salah
satu penyebab kematian terbesar nomor tiga. Berdasarkan penelitian dari Riskesdas tahun 2007
diciptakan obat-obatan kimia untuk terapi hipertensi. Selain diperlukan waktu yang lama,
komplikasi yang ditimbulkan oleh hipertensi juga akan memerlukan biaya yang mahal untuk
salah satunya dengan menggunakan tanaman obat. Menurut penelitian, tanaman obat telah
dibuktikan turun temurun dari generasi ke generasi sebagai terapi alami yang telah dilengkapi
penelitian laboratorium.Pada penelitian ini, peneliti memilih seledri ( Apium graveolens L )
digunakan sebagai alternatif tanaman obat untuk pencegahan terhadap hipertensi. Seledri
digunakan karena tanaman ini cukup popular, mudah ditemukan, dan harganya murah.
masakan di Indonesia. Beberapa negara maju diantaranya Jepang, Cina, Korea telah
Berdasarkan penelitian, bagian dari daun seledri mengandung senyawa aktif yaitu
“apigenin” dimana zat ini mampu menurunkan tekanan darah yang mekanisme kerjanya mirip
dengan calcium antagonist dan “mannitol” yang berfungsi sebagai zat yang bersifat diuretik.
Bagian batang dan daun seledri juga memiliki kandungan nitrat yang merupakan senyawa
antihipertensi. Menurut penelitian, terbukti nitrat yang masuk ke dalam tubuh manusia akan
berubah menjadi Nitric Oxide (NO) dapat berfungsi untuk menurunkan tekanan darah pada
penderita hipertensi. Pada endotel pembuluh darah, Nitric Oxide Synthase (NOS) nantinya akan
memberikan efek vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) yang dapat berfungsi sebagai penurun
tekanan darah.
Hal tersebut telah terbukti dalam penelitian tahun 1985 yaitu dengan pemberian
intervensi berupa ekstrak seledri pada kucing untuk melihat seberapa besar penurunan tekanan
darah kucing dalam populasi penelitian. Berdasarkan penelitian tersebut, dapat dibuktikan bahwa
seledri mampu menurunkan tekanan darah baik tekanan sistolik maupun tekanan diastoliknya.
E.Penelitian Terkait
Sebelum kita merujuk kepenilitian ini,peneliti telah mengambil beberapa penelitian
terdahulu yang berhubungan dengan penelitan ini denagn harapan bias dijadikan bahan
referensi unutk kajianmengenai penelitian ini ataupun penelitian terdahulu yang diambil
b. Trimawati ,dkk. 2014 “ Pengaruh pemberian air rebusan seledri pada lansia penederita
BAB III
3. Variabel penelitian
Independen / bebas : Hipertensi
Dependen/ terikat : : Jus Seledri
4. Definisi Operasional
- Definisi Operasional adalah defenisi berdasarkan karakteristik yang diamati, karateristik
yang dapat dimati artinya memungkinkan peneliti untuk untuk melakukan observasi atau
penukuran secaracermat terhadap suatu objek atau venomena yang kemungkinan dapat
diulangi lagi oleh oranglain (Nursalam,2013)
Tabel I : Pengaruh pemberian jus seledri terhadap penurunan tekanan darah pada lansia di
Dependen
2. : keadaan dimana 1. Responden Wawancara dan
Ordinal - Baik jika lebih
Hipertensi
2 seseorang memahami mengenai kuisioner dari 10
mengalami peningkatan tekanan
peningkatan tekanan darah
2. Responden -kurang baik jika
darah diatas normal.
mengalami kurang dari
Secara umum penurunan tekanan 10
tekanan darah tinggi darah
ketika tekanan
darah sistolik lebih
dari 120 mmHg dan
tekanan darah
diastolik lebih dari
80 mmHg
BAB IV
METODELOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
digunakan adalah design non equivalent control grup yaitu penelitian yang dilakukan
dengan pre-test (01) pada kedua kelompok tersebut, dan diikuti intervensi (X) pada
Alur penelitian ini adalah kelompok yang digunakan kelompok penelitian (kelompok
treatment (x) yaitu dengan pemberian jus seledri setelah itu diberi post-test (02), pada
kelompok kontrol tidak diberi perlakuan namun tekanan darahnya di ukur dua kali (pre
Keterangan:
seledri.
02: Pengukuran tekanan darah (pos-tes) dilakukan sesudah diberikan jus seledri.
03: Pengukuran tekanan darah awal pada kelompok yang tidak diberikan jus seledri.
04 :Pengukuran tekanan darah akhir pada kelompok yang tidak diberikan jus seledri.
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh klien hipertensi yang berjumlah 10 orang
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seetengah klien hipertensi di Wilayah Puskesmas
4. Berusia ≥ 60 tahun.
didasarkan atas pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri
1. Jenis Data
a. Data Primer
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu
data diambil secara langsung melalui alat bantu yaitu sphygmomanometer (pengukur
tekananan darah) dan steteskop untuk pengukuran tekanan darah pada pasien hipertensi di
Wilayah Kerja Puskesmas Tuntung. Serta lembar rekaputasi data responden yang berisi
nama,usia, jenis kelamin , lama menderita hipertensi, serta hasil pengukuran tekanan darah
b. Data Sekunder
Data sekunder dari penelitian ini adalah data jumlah pasien hipertensi yang didapatkan
F. Prosedur Penelitian
berikut:
a. Tahap Persiapan
1).Jelaskan kepada responden segala sesuatu prosedur yang akan dilakukan (responden
(sphygmomanometer , steteskop, serta lembar rekaputasi data responden) dan bahan yang
digunakan adalah seledri (apium graveolens) sebanyak 100 gram dipotong-potong kecil,
selanjutnya masukkan kedalam blender bersama air panas 200 cc, dinginkan selama ± 15
menit . selanjutnya diminum 2 kali sehari sebanyak 100 cc pagi hari dan 100 cc sore hari,
alat tulis/lembar rekaputasi data respoden untuk mengisi hasil wawancara identitas
responden yang meliputi nama, usia, jenis kelamin, genetik, dan pendidikan.
b. Tahap Pelaksanaan
2). Peneliti mewawancarai dan mencatat data responden (nama, usia, jenis
stesteskop hingga diperoleh hasil sistolik dan diastolik tekanan darah responden.
lembar rekaputasi data responden dan dilakukan setiap melakukan intervensi terhadap
responden.
4). Peneliti memberikan jusv seledri terhadap responden dengan cara menyiapkan jus
seledri sebanyak 1 gelas (100 cc). Kemudian meminta responden untuk meminum jus
5). Peneliti mengukur kembali tekanan darah responden setelah (pos-tes) diberikan air
diperoleh hasil sistolik dan diastolik tekanan darah responden. Selanjutnya peneliti
mencatat hasil pengukuran tekanan darah responden kedalam lembar rekaputasi data
responden dan dilakukan setiap melakukan pemberian jus seledri terhadap responden.
6). Setelah dilakukan pemberian jus seledri yang pertama (pagi) selanjutnya dilakukan
lagi pemberian jus seledri untuk kedua kalinya (sore). Dimulai dari mengukur tekanan
darah kemudian pemberian jus seledri dan terakhir dilakukan lagi pengukuran tekanan
1. Pengumpulan Data
a. Editing
Hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari lapangan harus dilakukan penyuntingan
b. Coding
Setelah data di edit atau di sunting, selanjutnya dilakukan pengkodean atau coding, yakni
merubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka dan bilangan. Data yang
di coding dalam penelitian ini adalah data jenis kelamin laki-laki dan perempuan.
c. Entry
Data yang telah terkumpul dari masing-masing responden dalam bentuk kode (angka
d. Cleaning
atau koreksi.
2. Analisis Data
Dalam tahap data diolah dengan teknik-teknik tertentu. Data yang akan di peroleh pada
penelitian ini adalah data kuantitatif, sehingga pengolahan data dapat di lakukan dengan
tabulasi data, perhitungan statistik dan uji statistik. Analisa data pada penelitian ini
a. Analisa Univariat
Analisa Univariat pada penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan atau mendiskripsikan
karateritik setiap variabel penelitian. Untuk data kategorik yaitu jenis kelamin, genetic,
pendidikan hasil data analisisnya berupa distribusi, frekuensi dan persentase. Sedangkan
untuk data numerik yaitu usia, dan tekanan darahsistolik dan diastolic sebelum dan
sesudah diberikan jus seledri, hasil data analisanya berupa mean,median, standar deviasi,
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh
pemberian jus seledri terahadap penurunan tekanan darah sebelum dan sesudah
H. Etika Penelitian
meliputi. (Alimul.2017)
a . Informed consent (Informasi untuk responden)
Sebelum melakukan tindakan penelitian menjelaskan maksud dan tujuan riset yang akan
dilakukan. Jika responden bersedia untuk diteliiti maka responden harus menandatangani
c. Confidentiality ( Kerahasiaan)
Kerahasiaan responden dijamin oleh peneliti hanya kelompok data dan tentu saja yang
Nair Peate. 2015. Dasar-Dasar Patofisiologi Terapan. Jakarta : Indonesia. Bumi Medika
https://www.academia.edu/15491515/MAKALAH_HIPERTENSI.com
https://www.google.com/url?
q=https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/kesmas/article/download/22131/21832&usg=AFQ
jCNF8syPXaA_euvu9YRf9bCuEqF4jKg
https://myactivity.google.com/item?utm_source=agsa&authuser=1&restrict=search
https://www.google.com/url?q=https://cookpad.com/id/resep/1771691-jus-seledri-penurun-
tensi&usg=AFQjCNFFh7QjNViKmWE4aRYXExSJDrnWpw
Jakarta.Kemenkes