Papan Partikel Dari Ampas Tebu
Papan Partikel Dari Ampas Tebu
Disusun Oleh:
APRI HERI ISWANTO, S.Hut, M.Si
NIP. 132 303 844
DEPARTEMEN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2009
Apri Heri Iswanto : Papan Partikel Dari Ampas Tebu (Saccharum officinarum), 2009
USU e-Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Puji syukur pada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan karya tulis mengenai “Papan partikel dari ampas tebu
(Saccharum officinarum)“.
Tulisan ini membahas tentang pemanfaatan ampas tebu sebagai bahan baku
papan partikel. Penulis berharap semoga karya tulis ini dapat memberikan tambahan
Akhirnya penulis tetap membuka diri terhadap kritik dan saran yang
Januari, 2009
Penulis
Apri Heri Iswanto : Papan Partikel Dari Ampas Tebu (Saccharum officinarum), 2009
USU e-Repository © 2009
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.............................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................iv
PENDAHULUAN ............................................................................................1
KESIMPULAN.................................................................................................10
REFERENSI .....................................................................................................10
Apri Heri Iswanto : Papan Partikel Dari Ampas Tebu (Saccharum officinarum), 2009
USU e-Repository © 2009
DAFTAR TABEL
No Keterangan Halaman
Apri Heri Iswanto : Papan Partikel Dari Ampas Tebu (Saccharum officinarum), 2009
USU e-Repository © 2009
DAFTAR GAMBAR
No Keterangan Halaman
Apri Heri Iswanto : Papan Partikel Dari Ampas Tebu (Saccharum officinarum), 2009
USU e-Repository © 2009
PENDAHULUAN
Apri Heri Iswanto : Papan Partikel Dari Ampas Tebu (Saccharum officinarum), 2009
USU e-Repository © 2009
TEBU (Saccharum officinarum)
Tanaman tebu mempunyai batang yang tinggi kurus, tidak bercabang, dan
tumbuh tegak. Tanaman yang tumbuh baik tinggi batangnya dapat mencapai 3-5 meter
atau lebih. Pada batangnya terdapat lapisan lilin yang berwarna putih keabu-abuan.
Batangnya beruas-ruas dengan panjang ruas 10-30 cm. Daun berpangkal pada buku
batang dengan kedudukan yang berseling (Penebar Swadaya, 2000).
Tebu dapat hidup dengan baik pada ketinggian tempat 5 – 500 meter di atas
permukaan laut (mdpl), pada daerah beriklim panas dan lembab dengan kelembaban >
70 %, hujan yang merata setelah tanaman berumur 8 bulan dan suhu udara berkisar
antara 28 – 34 0C (Slamet, 2004).
Apri Heri Iswanto : Papan Partikel Dari Ampas Tebu (Saccharum officinarum), 2009
USU e-Repository © 2009
Gambar 1. Ampas Tebu (Bagase)
Ampas tebu merupakan hasil samping dari proses ekstraksi cairan tebu.
Dimanfaatkan sebagai bahan bakar pabrik, bahan industri kertas, papan partikel dan
media untuk budidaya jamur atau dikomposisikan untuk pupuk (Slamet, 2004).
Potensi Tebu
Potensi tebu di Sumatera Utara dan inventarisasi ampas tebu sebagai sumber
bio-based composite disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Apri Heri Iswanto : Papan Partikel Dari Ampas Tebu (Saccharum officinarum), 2009
USU e-Repository © 2009
Kandungan Tebu
Bila tebu dipotong akan terlihat serat jaringan pembuluh (vascular bundle) dan
sel parenkim serta terdapat cairan yang mengandung gula. Serat dan kulit batang
sekitar 12,5% dari berat tebu. Ampas adalah hasil samping dari proses ekstraksi
(pemerahan) cairan tebu. Dari satu pabrik dapat dihasilkan ampas tebu sekitar 35-40%
dari berat tebu yang digiling (Penebar Swadaya, 2000). Menurut Muliah (1975) dalam
Muharram (1995), tanaman tebu umumnya menghasilkan 24-36% bagase tergantung
pada kondisi dan macamnya. Bagase mengandung air 48-52% (rata-rata 50%), gula
2,5-6% (rata-rata 3,3 %), dan serat 44-48% (rata-rata 47,7%). Komponen kimia sabut
dibandingkan dengan bahan baku serat lainnya ditampilkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Komponen Kimia Beberapa Serat Penting
Serat Lignin (%) Selulosa (%) Hemiselulosa (%)
Tandan kosong sawit 19 65 -
Serat mesocarp sawit 11 60 -
Sabut 40-50 32-43 0,15-0,25
Pisang 5 63-64 19
Sisal 10-14 66-72 12
Daun nanas 12,7 81,5 -
Sumber : Sreekala et al (1997) dalam Hakim (2002)
Apri Heri Iswanto : Papan Partikel Dari Ampas Tebu (Saccharum officinarum), 2009
USU e-Repository © 2009
PERLAKUAN PERENDAMAN
Gula atau zat ekstraktif lainnya dapat mengurangi keteguhan rekat karena dapat
menghalangi perekat untuk bereaksi dengan komponen dalam dinding sel dari kayu
seperti selulosa. Makin banyak zat ekstraktif dalam suatu kayu, maka makin banyak
pula pengaruhnya terhadap keteguhan rekat. Salah satu cara untuk mengurangi zat
ekstraktif ini adalah dengan cara perendaman (Sutigno, 2000). Maksud dari perlakuan
pendahuluan adalah untuk mengurangi zat ekstraktif sehingga papan partikelnya akan
lebih baik (Kliwon, 2002).
Zat ekstraktif berpengaruh terhadap konsumsi perekat, laju pengerasan perekat
dan daya tahan papan partikel yang dihasilkannya. Selain itu bahan ekstraktif yang
dapat menguap dapat menyebabkan terjadinya blowing atau deliminasi pada proses
pengempaan (Maloney, 1993).
Perendaman partikel berpengaruh positif terhadap pengembangan papan
partikel, yaitu semakin lama partikel kayu direndam di dalam air dingin semakin
rendah pengembangan tebal papan partikel yang dihasilkan. Hal ini berhubungan
dengan kadar ekstraktif yaitu dengan adanya perlakuan perendaman partikel kayu di
dalam air dingin akan melarutkan sebagian zat ekstraktif yang mengakibatkan daya
rekatnya lebih kuat (Kliwon, 2002).
Perendaman dalam air dingin selama 24 jam sudah cukup untuk mengeluarkan
dan melarutkan beberapa senyawaan dalam kayu. Kelarutan dengan air panas dapat
menimbulkan hidrolisis beberapa lignin dan resin. Kelarutan dalam air panas tersebut
akan menghasilkan asam organik bebas. Sifat tersebut menyebabkan bagian yang larut
dalam air panas selalu lebih besar daripada dalam air dingin (Riyadi, 2004).
Dengan menggunakan air panas, dapat larut zat-zat seperti getah, lilin, pektin,
zat warna dan protein (Setyohadi, 2004). Kamil (1970) dalam Saputra (2004)
menambahkan zat ekstraktif yang larut dalam air panas meliputi garam-garam
anorganik, garam-garam organik, gula siklotol, gum pektin, galaktan, tanin, pigmen,
polisakarida, dan komponen-komponen lain yang terhidrolisa. Hadi (1988)
mengemukakan bahwa perendaman panas sangat berpengaruh positif terhadap
stabilitas dimensi papan partikel. Perendaman selama dua jam merupakan perlakuan
pendahuluan yang paling efisien karena papan partikel yang dihasilkan memiliki
stabilitas dimensi yang sama dengan perendaman panas selama tiga dan empat jam.
Apri Heri Iswanto : Papan Partikel Dari Ampas Tebu (Saccharum officinarum), 2009
USU e-Repository © 2009
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar ekstraktif (gula dan pati) yang terkandung dalam ampas tebu berkurang
dengan adanya perlakuan perendaman. Sutigno (2000) menjelaskan bahwa salah satu
cara untuk mengurangi zat ekstraktif adalah dengan cara perendaman. Kadar ekstraktif
terlarut untuk perlakuan perendaman panas lebih besar dari pada perendaman dingin.
Riyadi (2004) menjelaskan bahwa kelarutan dengan air panas dapat menimbulkan
hidrolisis beberapa lignin dan resin. Kelarutan ini akan menghasilkan asam organik
bebas, sifat tersebut menyebabkan bagian yang terlarut dalam air panas selalu lebih
besar dari pada kelarutan dalam air dingin.
Kerapatan (Density)
Nilai kerapatan hasil penelitian ini berkisar antara 0.70 - 0.72 g/cm3 dengan rata-
rata 0.71 g/cm3. Perlakuan perendaman menyebabkan penurunan nilai kerapatan, hal
ini diduga karena dengan prendaman menyebabkan terjadinya kelarutan zat ekstraktif.
Darmawan (1994) menjelaskan dalam kaitannya dengan kerapatan, maka zat ektraktif
sangat berpengaruh terhadap kematangan perekat.
Nilai kerapatan panil hasil penelitian belum mencapai sasaran yang diharapkan
yaitu sebesar 0.8 g/cm3. Hal ini diduga akibat kondisi spring back sehingga tebal panil
Apri Heri Iswanto : Papan Partikel Dari Ampas Tebu (Saccharum officinarum), 2009
USU e-Repository © 2009
yang dihasilkan tidak sesuai dengan target. Kerapatan akhir papan partikel dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti jenis kayu (kerapatan kayu), besarnya tekanan kempa,
jumlah partikel kayu dalam lapik, kadar perekat serta bahan tambahan lainnya ( Kelley
1997 dalam Sidabutar 2000). Nilai kerapatan papan partikel yang dihasilkan dalam
penelitian ini telah memenuhi standar yang dipersyaratkan dalam JIS A 5908-2003
(0.4 - 0.9 g/cm3) dan SNI 03-2105-1996 (0.5 - 0.9 g/cm3).
Apri Heri Iswanto : Papan Partikel Dari Ampas Tebu (Saccharum officinarum), 2009
USU e-Repository © 2009
dengan rata-rata 18.05%. Riyadi (2004) mengemukakan bahwa pengembangan tebal
diduga ada hubungannya dengan arbsorpsi air, karena semakin banyak air yang diserap
dan memasuki struktur serat maka semakin besar perubahan dimensi yang dihasilkan.
Nilai pengembangan tebal papan partikel untuk perlakuan perendaman dalam air panas
selama 2 jam telah memenuhi standar yang dipersyaratkan dalam JIS A 5908-2003 dan
SNI 03-2105-1996 (maksimal 12%) sedangkan untuk papan kontrol dan perlakuan
perendaman dalam air dingin selama 24 jam belum memenuhi standar.
Nilai keteguhan lentur (MOE) hasil penelitian ini berkisar antara 7548 – 8909
kg/cm2 dengan rata-rata 8228.5 kg/cm2. Nilai MOE belum memenuhi standar yang
ditetapkan diduga karena partikel ampas tebu yang digunakan mengandung empulur.
Apri Heri Iswanto : Papan Partikel Dari Ampas Tebu (Saccharum officinarum), 2009
USU e-Repository © 2009
Oey (1975) dalam Muharam (1995) mengemukakan bahwa empulur mengandung sel
parenkim sampai 30%, serta empulur memiliki sifat yang tidak memberikan kekuatan
sehingga menghasilkan kekuatan papan yang kurang baik. Maloney (1993)
menyatakan bahwa nilai MOE dipengaruhi oleh kandungan dan jenis bahan perekat
yang digunakan, daya ikat perekat dan panjang serat. Nilai keteguhan lentur papan
partikel yang dihasilkan dalam penelitian ini belum memenuhi standar yang
dipersyaratkan dalam JIS A 5908-2003 (minimal 20,000 kg/cm2) dan SNI 03-2105-
1996 (minimal 15,000 kg/cm2) kecuali papan partikel kontrol.
Nilai keteguhan rekat internal (IB) hasil penelitian ini berkisar antara 1.16 - 1.85
kg/cm2 dengan rata-rata 1.51 kg/cm2. Nilai IB semakin meningkat dengan perlakuan
perendaman, hal ini diduga karena zat ektraktif yang berpengaruh pada daya rekat
(glueability) dari perekat telah berkurang. Nilai keteguhan rekat internal papan partikel
yang dihasilkan dalam penelitian ini telah memenuhi standar yang dipersyaratkan
dalam JIS A 5908-2003 dan SNI 03-2105-1996 (minimal 1.5 kg/cm2) kecuali papan
partikel kontrol.
Nilai kuat pegang sekrup (KPS) hasil penelitian ini berkisar antara 23.55 – 28.40
kg dengan rata-rata 51.95 kg. Nilai KPS papan yang dihasilkan belum memenuhi
standar yang disyaratkan dalam JIS A 5908-2003 dan SNI 03-2105-1996 (minimal 30
kg). Hal ini dikarenakan ukuran partikel yang cukup panjang (+/- 3 cm) sehingga
menyebabkan penggulungan partikel sehingga distribusi perekat dalam papan kurang
merata. Maloney (1993) mengemukakan bahwa penggunaan partikel yang terlalu
panjang cenderung membuat partikel saling menggulung sehingga distribusi perekat
menjadi tidak merata.
KESIMPULAN
1. Perlakuan perendaman partikel berupa perendaman dingin selama 24 jam dan air
panas selama 2 jam berpengaruh terhadap sifat fisis dan mekanis papan partikel
yang dihasilkan.
Apri Heri Iswanto : Papan Partikel Dari Ampas Tebu (Saccharum officinarum), 2009
USU e-Repository © 2009
2. Papan partikel terbaik dari hasil penelitian ini adalah papan yang dihasilkan dari
perlakuan perendaman partikel dalam air panas selama 2 jam.
REFERENSI
Dinas Perkebunan. 2000. Data Statistik Perkebunan Sumatera Utara Tahun 2000.
Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara. Sumatera Utara.
Hadi, Y.S. 1988. Pengaruh Randaman Panas Partikel Kayu Terhadap Stabilitas
Dimensi Papan Partikel Meranti Merah. Buletin Jurusan Teknologi Hasil
Hutan. IPB. Bogor. Vol 2(1) : 16 – 24.
Kliwon, S. 2002. Sifat Papan Partikel dari Kayu Mangium. Buletin Penelitian Hasil
Hutan.Vol. 20 (3) : 195 – 206.
Riyadi, C. 2004. Sifat Fisis dan Mekanis Papan Serat dari Limbah Batang Pisang
(Musa sp.) pada Berbagai Perlakuan Pendahuluan dan Kadar Parafin. Skripsi
Departemen Teknologi Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian
Bogor. Bogor. Tidak dipublikasikan.
Rowell, R.M. 1998. The State of Art and Future Development of Bio-Based Composite
Science and Technology Towards the 21st Century : Proceedings of The
Fourth Pasific Rim Bio-Based Composites Symposium. 2-5 November 1998.
Bogor.
Sahputra, Y.F. 2004. Pengaruh Perlakuan Pendahuluan Partikel dan Kadar Perekat
Terhadap Sifat Papan Partikel Tandan Kosong Kelapa Sawit. Skripsi
Apri Heri Iswanto : Papan Partikel Dari Ampas Tebu (Saccharum officinarum), 2009
USU e-Repository © 2009
Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tidak
dipublikasikan.
Penebar Swadaya. 2000. Pembudidayaan Tebu di Lahan Sawah dan Tegalan. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Walker, J.C.F. 1993. Primary Wood Processing. Principles and Practice. Published by
Chapman & Hall. London.
Apri Heri Iswanto : Papan Partikel Dari Ampas Tebu (Saccharum officinarum), 2009
USU e-Repository © 2009