PENDAHULUAN
Pertumbuhan linier dapat dipengaruhi oleh etnis, genetik, hormonal, psikososial, nutrisi,
penyakit kronis, dan faktor lingkungan lainnya. Gangguan pertumbuhan linier akan berakibat
perawakan pendek. Perawakan Pendek atau short stature merupakan suatu terminology mengenai
tinggi badan yang berada di bawah persentil 3 atau -2 SD yang berlaku sesuai usia dan jenis
kelamin dari kurva pertumbuhan yang berlaku pada populasi tersebut. Perawakan pendek tidak
selalu berarti ada gangguan pertumbuhan karena pertumbuhan (growth) merupakan hasil
perngukuran perawakan secara berkala sedangkan perawakan sendiri merupakan pengukuran
sesaat. Perawakan pendek dapat disebabkan oleh kondisi patologis atau non patologis sehingga
penting sekali seorang klinisi mengetahui bagaimana melakukan pendekatan klinis pada kasus-
kasus perawakan pendek. Perawakan pendek terbanyak adalah stunting. Stunting dihubungkan
dengan malnutrisi dan infeksi kronis (non endokrin). Oleh karena itu, perlu ditekankan bahwa
stunting merupakan bagian dari perawakan pendek namun, tidak semua perawakan pendek
adalah stunting.
Pengukuran tinggi badan sesuai dengan kaidah-kaidah yang benar secara berkala dan
kontinyu dibutuhkan untuk menilai apakah seorang anak tumbuh normal atau terganggu. Hal ini
menjadi penting karena tidak semua perawakan pendek memerlukan rujukan, bahkan sebagai
besar dapat ditata laksana sendiri, dengan mengetahui cara pendekatan serta dengan melakukan
beberapa pemeriksaan diharapkan penderita mendapatkan tatalaksana perawakan pendek dengan
tepat.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Perawakan pendek atau terhambatnya pertumbuhan tubuh merupakan salah satu bentuk
kekurangan gizi yang ditandai dengan tinggi badan menurut umur di bawah standar deviasi (<-
2SD) dengan referensi World Health Organization (WHO) tahun 2006
2.2 Epidemiologi
Prevalensi perawakan pendek di seluruh dunia sudah mencapai angka yang patut
dipertimbangkan, berkisar 5% sampai 65% terutama pada negara-negara yang kurang
berkembang. Di Indonesia sendiri, perawakan pendek masih terhitung masalah kesehatan yang
berat yaitu dengan prevalensi nasional pada tahun 2013 sebesar 37,2% pada balita, 30,7% pada
usia 5 sampai 12 tahun, 35,1% usia 13-15 tahun, dan 31,4% pada usia 16-18 tahun.
Berdasarkan etiologinya, 46,7% perawakan pendek tidak disebabkan oleh kelainan
endokrin. Di negara-negara berkembang, selain genetik, malnutrisi adalah penyebab terbanyak
perawakan pendek pada anak
2
like growth factor-I (IGF-I) memainkan peranan penting. Hormon lain (seperti hormon tiroid,
insulin, steroid, dan glukokortikoid) juga mempengaruhi pertumbuhan, melalui interaksinya
dengan aksis hipotalamus-hipofisis-GH-IGF.
3
pada kedua jenis kelamin. Pertumbuhan biasanya berhenti seiring pubertas, akibat
dari maturasi dan penutupan lempeng epifise yang diinduksi oleh estrogen.
Maturasi Tulang
Selama masa kanak-kanak yang normal, proses pertumbuhan meliputi penambahan
panjang tulang, yang sejalan dengan pematangan (maturasi) tulang. Usia tulang atau bone age
(BA) adalah metode radiografi untuk menilai maturasi tulang. Tampilan dari central epifise akan
dibandingkan dengan epifise pada tulang yang standar sesuai usianya. Metode yang sering
digunakan untuk menilai BA adalah Greulich dan Pyle, yang menilai maturasi epifise pada
tangan dan pergelangan tangan.
Kebanyakan kondisi yang menyebabkan pertumbuhan linear yang jelek juga akan
menyebabkan keterlambatan dalam maturasi tulang dan retardasi BA. Namun, ditemukannya BA
yang tidak sesuai belum tentu menyatakan diagnosis pasti. BA yang terlambat biasanya
mengindikasikan bahwa perawakan pendek yang dialami anak tersebut merupakan sesuatu yang
“reversibel” karena pertumbuhan linearnya akan terus terjadi sampai lempeng epifisenya
menutup sempurna.
Proporsi Tubuh
Rasio segmen tubuh bagian atas-bawah atau upper-to-lower (U/L) mengindikasikan
apakah perawakan pendek yang dialami anak proporsional (melibatkan baik badan maupun
eksterimas bawah) atau disproporsional (melibatkan hanya satu bagian). Bagian bawah tubuh
dihitung berdasarkan jarak antara pinggir atas simfisi pubis hingga lantar tempat pasien berdiri
(tidak memakai sepatu). Bagian atas dihitung dengan mengurangi tinggi badan dengan tinggi
bagian bawah tubuh. Rasio U/L yang didapat kemudian dibandingkan sesuai usia dan jenis
kelamin.
Rasio U/L normalnya menurun secara progresif sejak kelahiran, dan mencapai puncaknya
pada pubertas awal. Pada onset pertumbuhan pubertas, rasio U/L meningkat sedikit sampai
menutupnya epifise. Skeletal dysplasia adalah penyakit yang melibatkan tulang belakang
sehingga sering kali didapati U/L yang lebih rendah dari usia mereka. Sebaliknya dysplasia yang
melibatkan tulang panjang (misalnya akondroplasia) mempunyai rasio U/L yang meningkat.
4
Selain itu, peningkatan rasio U/L juga sering ditemukan pada anak dengan pubertas prekoks, hal
ini dikarenakan selama pubertas terjadi pertumbuhan lengan dan tungkai yang lebih besar.
2.6 Etiologi
Secara garis besar perawakan pendek dikategorikan menjadi varian normal dan patologis.
Perbedaan antara yang fisiologis dan patologis dapat diperkirakan dari kecepatan tumbuh, ada
tidaknya disproprosi tubuh, dismorfism/kelainan genetik, dan perbedaan bermakna (>-2SD)
tinggi badan saat pengukuran dibandingkan dengan tinggi potensi genetik.
a. Varian normal
Familial short stature (perawakan pendek familial)
Genetik merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kejadian perawakan
pendek. Perawakan pendek yang disebabkan faktor genetik disebut familial short stature.
Pada perawakan pendek, dengan tinggi badan antara -2SD dan -3SD kira-kira 80%
adalah varian normal.
Familial short stature didefinisikan dengan tinggi >2SD di bawah ketinggian
rata-rata yang sesuai dari umur tertentu, jenis kelamin, dan populasi tanpa kelainan
sistemik, endokrin, gizi, atau kromosom, dan stimulasi growth hormone (GH) dalam
batas normal.
Perawakan pendek familial ditandai oleh: pertumbuhan tulang yang selalu berada
dibawah persentil 3, kecepatan pertumbuhan normal, tinggi badan kedua atau salah satu
orang tua yang pendek, tinggi akhir dibawah persentil 3.
5
terjadi pada individu yang dinyatakan sehat. Ini juga lebih umum pada anak laki-laki
daripada perempuan, tetapi sama-sama mengganggu bagi kedua jenis kelamin.
CDGP ditandai oleh: perlambatan pertumbuhan linear pada 3 tahun pertama
kehidupan, pertumbuhan linear normal atau hampir normal pada saat prapubertas dan
selalu berada dibawah persentil 3, usia tulang terlambat, tinggi akhir biasanya normal.
b. Kelainan Patologis
Perawakan pendek patologis dibedakan menjadi proporsional dan tidak proporsional.
Perawakan Pendek Proporsional
Perawakan pendek proporsional meliputi malnutrisi, intra uterin growth retardation
(IUGR), penyakit infeksi/kronik dan kelainan endokrin seperti defisiensi hormon
pertumbuhan (Growth Homone (GH)), hipotiroidism, sindrom Cushing, resistensi
hormone pertumbuhan dan defisiensi insulin like growth factor-1 (IGF-1).
Perawakan Pendek Tidak Proporsional
Perawakan pendek tidak proporsional disebabkan oleh kelainan tulang seperti
kondrodistrofi, displasia tulang, sindrom Turner, sindrom Prader-Willi, sindrom Down,
sindrom Kallman, sindrom Marfan dan sindrom Klinefelter.
6
dan lain-lain
Kelainan metabolik bawaan:
Mucopolysaccharidosis (MPS), dan lain-lain
Penyakit Infeksi
Penyakit infeksi juga mempunyai efek substansial terhadap pertumbuhan linier. Penyakit
infeksi akut akibat infeksi sistemik seperti pneumonia, diare persisten, disentri dan penyakit
kronis seperti kecacingan mempengaruhi pertumbuhan linear. Infeksi akan menyebabkan asupan
makanan menurun, gangguan absorpsi nutrien, kehilangan mikronutrien secara langsung,
metabolisme meningkat, kehilangan nutrien akibat katabolisme yang meningkat, gangguan
transportasi nutrien ke jaringan. Pada kondisi akut, produksi proinflamatori seperti cytokin
berdampak langsung pada remodelling tulang yang akan menghambat pertumbuhan tulang.
Penyakit Endokrin
Growth hormone (GH) atau hormon pertumbuhan merupakan hormone esensial untuk
pertumbuhan anak dan remaja. Kelenjar hipofisis menghasilkan GH yang merangsang hati untuk
menghasilkan IGF-1 yang memiliki peran penting pada pertumbuhan tulang secara longitudinal.
Growth hormone (GH) dan IGF-1 merangsang pertumbuhan linear pada anak-anak dengan
bekerja pada growth plate atau pelat pertumbuhan. Growth hormone (GH) bekerja pada pelat
pertumbuhan untuk merangsang pembentukan tulang baru baik melalui sirkulasi IGF-1 ataupun
melalui produksi IGF-1.
Pertumbuhan tulang longitudinal juga dipengaruhi oleh asupan gizi yang dimediasi oleh
hormon tiroid. Hormon tiroid juga bermanfaat untuk menstimulasi metabolisme yang penting
dalam pertumbuhan tulang, gigi, dan otak. Kekurangan hormon ini menyebabkan keterlambatan
mental dan perawakan pendek. Hormon paratiroid dan kalsitonin juga berhubungan dengan
proses penulangan dan pertumbuhan tulang.
Glukokortikoid pada jaringan berdampak menurunkan kandungan kolagen pada kulit dan
tulang, menurunkan kolagen pada dinding pembuluh darah serta menghambat formasi
granuloma. Efek glukokortikoid lainnya diperlukan dalam pertumbuhan normal, kelemahan otot,
menghambat pertumbuhan skeletal. Glukokortikoid memiliki efek yang kompleks pada produksi
GH dan menghambat produksi hormon tiroid.
7
Hormon steroid seks juga berpengaruh terhadap maturasi tulang pada lempeng epifisis.
Seks steroid (estrogen dan testoteron) merupakan mediasi percepatan pertumbuhan pada masa
pubertas. Jika terjadi keterlambatan pubertas maka terjadi keterlambatan pertumbuhan linier.
Kelaninan Kromosom
Penyakit genetik dan sindrom merupakan etiologi yang belum jelas diketahui
penyebabnya berhubungan dengan perawakan pendek.Beberapa gangguan kromosom, displasia
tulang, dan suatu sindrom tertentu ditandai dengan perawakan pendek. Sindrom tersebut
diantaranya sindrom Turner, sindrom Prader-Willi, sindrom Down, dan displasia tulang seperti
achondroplasia, hipochondroplasia, dan osteochondrodystrophies.
Malnutrisi
Perawakan pendek merupakan kondisi kronis yang menggambarkan terhambatnya
pertumbuhan karena malnutrisi jangka panjang. Klasifikasi malnutrisi berdasarkan respon
jaringan atau terhambatnya pertumbuhan dibedakan menjadi 2 tipe.
Tipe 1 terdiri dari salah satu defisiensi zat besi, yodium, selenium, tembaga, kalsium, mangan,
tiamin, riboflavin, piridoksin, niasin, asam askorbat, retinol, tokoferol, kalsiterol, asam folat,
kobalamin, dan vitamin K.
Tipe 2 diakibatkan oleh kekurangan nitrogen, sulfur, asam amino esensial, potasium, sodium,
magnesium, seng, phospor, klorin, dan air. Nutrisi adalah faktor utama yang berperan dalam
menjaga dan mensintesis jaringan tubuh selama masa pertumbuhan baik makronutrien maupun
mikronutrien.
Riwayat Pemberian ASI
Pemberian ASI yang terlambat dan pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang
terlalu dini merupakan fakor risiko perawakan pendek pada anak. Balita yang tidak diberi ASI
eksklusif memiliki risiko 2 kali lebih besar terhadap perawakan pendek, karena rendahnya
asupan dari luar sebagai pengganti ASI atau MP-ASI. Peranan ASI cukup penting dalam
memenuhi kebutuhan asupan zat gizi terutama gizi mikro. Anak yang diberikan MP-ASI terlalu
dini memiliki risiko perawakan pendek lebih besar dibandingkan dengan anak yang diberikan
MP-ASI sesuai dengan umur yang seharusnya. Pemberian MP-ASI yang tepat merupakan faktor
protektif terhadap kejadian balita gizi buruk. Ibu yang tidak memberikan ASI secara eksklusif
biasanya memberikan makanan lain sebagai pengganti ASI. MP-ASI yang biasa diberikan
8
berupa pisang, bubur saring, susu formula, dan biskuit. Pemberian MP-ASI sebaiknya dimulai
sejak umur 6 bulan sambil meneruskan menyusui hingga umur 2 tahun atau lebih.
9
2.7.3 Perkiraan Tinggi Akhir
Perkiraan tinggi akhir berdasarkan mid-parental height dan potensi
tinggi genetic:
- PTG laki-laki : Tinggi ayah + ( tinggi ibu + 13 cm) ± 8,5 cm
2
10
tahun. Perlunya juga pengukuran BB, TB, rentang lengan, tinggi duduk, lingkar kepala, serta
pemeriksaan tingkat maturasi kelamin serta pemeriksaan fisik lainnya.
11
Proporsi tubuh: rasio U/L, lingkar kepala
Tangan: metacarpal pendek, bantalan kuku <80% dari lebar fingertip, palmar creases, clinodactaly
Dada: widely spaced nipple, pectus excavatum
Perkembangan payudara: breast buds atau breast stage
Pemeriksaan umum: jantung, paru-paru, abdomen, genitalia
Genitalia:
- Wanita: fase rambut pubis, genital stage, labia, vagina, efek estrogen
- Laki-laki: fase rambut pubis, genital stage, phallic dan testical length
Setelah anamnesis dan pemeriksaan fisik selesai dilakukan, kurva pertumbuhan harus
dianalisis, termasuk penilaian reliabilitas pengukuran, perhitungan kecepatan pertumbuhan, dan
analisis berat badan-sesuai-tinggi badan dalam konteks target tinggi badan.
2.9.1 Pencitraan
Pencitraan yang paling sering dilakukan adalah Bone Age (Usia Tulang). INdikasi
pemeriksaan ini adalah untuk melihat usia biologis penderita. Pada beberapa penyakit kronis
yang berat terlihat Bone Age akan lebih lambat dari usia kronologis. Bone Age dapat digunakan
untuk membedakan varian normal perawakan pendek. Bone Age yang sesuai dengan usia
kronologis hampir pasti mendukung diagnosis Familial Short Stature, sedangkan varian normal
Constituional Delay of Growth and Puberty akan memperlihatkan Bone Age yang secara
signifikan lebih lambat dibandingkan usia kronologis.
12
Pemeriksaan hormonal dilakukan atas indikasi. Misalnya pemeriksaan Growh Hormone
pada kasus perawakan pendek patologis yang proposional dengan kecepatan pertumbuhan yang
lambat (<4cm/tahun untuk usia anak).
Kriteria Awal untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut (khusus) pada anak dengan perawakan
pendek adalah:
TB di bawah persentil 3 atau -2SD
Kecepatan tumbuh di bawah persentil 25
Prakiraan tinggi dewasa di bawah midparental height
Bone Age terlambat
2.11 Prognosis
Prognosis sangat bergantung pada etiologi yang mendasari perawakan pendek tersebut.
14
BAB III
LAPORAN KASUS
15
BAB IV
PEMBAHASAN
16
BAB V
KESIMPULAN
17
Daftar Pustaka
18