Dosen Pengampu:
Arda Raditya Tantra, S.E., M.Ak.
B. Keagenan/Distributor
Latar belakang terjadinya hubungan bisnis keagenan ini disebabkan oleh
adanya pihak luar negeri yang tidak diperbolehkan untuk menjual barangnya secara
langsung. Dalam kegiatan bisnis, keagenan biasanya diartikan sebagai suatu
hubungan hukum di mana biasanya seseorang/ pihak agen diberi kuasa bertindak
untuk dan atas nama orang/ pihak prinsipal untuk melaksanakan transaksi bisnis
dengan pihak lain.Sedangkan sesorang distributor tidak bertindak untuk dan atas
nama pihak yang menunjukan sebagai distributor (biasanya supplier, atau
manufacture). Seorang distributor bertindak untuk dan atas nama sendiri.
Dalam perjanjian bisnis yang diaadakan antara agen/ distributor denan
prinsipalnya, biasanya dilakukan dengan membuat suatu kontrak tertulis yang isinya
ditentukan oleh para pihak sesuai dengan kepentingan para pihak tersebut, asal tidak
bertentangan dengan hukum dan kesusilaan Bila pihak asing ingin menunjukan
seorang agen/ distributor di Indonesia, maka menurut Surat Keputsan Menteri
Perdagangan Nomor 77/Kp/III/78, tanggal 9 Maret 1978, ditentukan lamanya
perjanjian harus dilakukan untuk jangka waktu 3 tahun.
Dalam perjanjian, para pihak akan merumuskan secara jelas peristiwa apa saja
yang menjadi perselisihan (events of defaults) yang memberikan dasar bagi masing-
masing pihak untuk memutuskan perjanjian keagenan/ distributor di antara mereka.
Yang dikategorikan sebagai events of defaults antara lain:
1. Apabila agen distributor lalai melaksanakan kewajibannya, sebagaimana
tercantum pada perjanjian keagenan atau distributor termasuk kewajiban
melakukan pembayaran.
2. Apabila agen atau distributor melaksanakan apa yang sebenarnya tidak
boleh di lakukan.
3. Apabila para pihak jatuh pailit.
4. Keadaan-keadaan lain yang menyebabkan para pihak tidak dapat
melaksanakan apa yang menjadi kewajiban.
C. Makelar
Makelar adalah orang yang menjalankan perusahaan dengan menghubungkan
pengusaha pihak ketiga untuk mengadakan berbagai perjanjian. Dalam perjanjian
yang dibuat itu makelar bukan pihak yang menjadi pihak adalah pengusaha yang
diwakilinya. Makelar diangkat oleh presiden melalui Menteri (MenKumDang).Dalam
menjalankan usahanya, makelar mendapat upah yang disebut sebagai provisi.
Ciri-ciri khas makelar adalah :
a. Makelar harus mendapat pengangkatan resmi dari pemerintah dalam hal ini
dari Menteri Hukum dan Asasi Manusia.
b. Sebelum menjalankan tugasnya, makelar harus bersumpah di muka Ketua
Pengadilan Negeri, bahwa ia akan menjalankan kewajibannya dengan baik.
Ada beberapa hal yang dilarang dikerjakan oleh seorang makaelar, yaitu :
Berdagang dalam lapangan perusahaan di mana ia diangkat.
Menjadi penjamin dalam perjanjian yang dibuat dengan perantaranya.
Makelar harus membuat catatan dalam bentuk buku saku dan buku harian, serta
harus memelihara semua catatannya tersebut.Catatan-catatan makelar adalah catatan
yang diselenggarakan atas perintah undang-undang, oleh karena itu mempunyai
kekuatan pembuktian.Karena makelar adalah jabatan yang diakui oleh undang-undang
dan tugasnya juga ditentukan oleh undang, maka makelar mempunyai tanggung jawab
yang besar.
D. Komisioner
Komisioner adalah perusahaan yang pekerjaannya membuat kontrak atas
amanat orang lain, tetapi ketika komisioner membuat kontrak tersebut, ia
melakukannya atas namanya sendiri.
Ciri-ciri khas komisioner adalah :
a. Tidak ada syarat pengangkatan resmi dan penyumpahan sebagaimana halnya
makelar.
b. Komisioner menghubungkan komiten dengan pihak ketiga atas namanya
sendiri.
c. Komisioner tidak berkewajiban untuk menyebut namanya komiten. Dalam hal
ini, komisioner menjadi pihak dalam perjanjian.
d. Komisioner juga dapat bertindak atas nama pemberi kuasanya. Dalam hal
demikian, maka ia tunduk pada aturan-aturan yang mengatur tentang
pemberian kuasa.
F. Sewa Beli
Pengaturan sewa beli di Indonesia belum dituangkan dalam undang-undang,
yang menajdi landasan hukum perjanjian sewa beli adalah Keputusan Menteri
Perdagangan dan Koperasi Nomor 34 / KP / II / 1980 tentang Perizinan Sewa Beli
(Hire Purchase, jual beli dengan angsuran dan sewa (renting).
Menurut SK Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor 34 / KP / II / 1980,
pasal 1 a sewa beli adalah jual beli barang dimana penjual melaksanakan penjualan
barang dengan cara memperhitungkan setiap pembayaran yang dilakukan oleh
pembeli dengan pelunasan atas harga barang yang telah disepakati bersama dan yang
diikat dalam suatu perjanjian serta hak milik atas barang tersebut baru beralih dari
penjual kepada pembeli setelah jumlah harganya dibayar lunas oleh pembeli kepada
penjual.
Subyek dalam perjanjian sewa beli ini adalah kreditur (penjual sewa) dan
Debitur (Pembeli Sewa).Yang dapat bertindak sebagai penjual sewa beli adalah
perusahaan yang menghasilkan barang sendiri atau usaha yang khusus bergerak dalam
perjanjian sewa beli sedangkan debitur adalah orang yang membeli barang dalam
system sewa beli.Obyek dalam perjanjian sewa beli itu sendiri adalah kendaraan
bermotor, radio, TV, tape recorder, mesin jahit, lemari es, AC, mesin cuci dan lain-
lain.
Di dalam praktek bentuk perjanjian sewa beli ini dibuat dalam bentuk tertulis
dan dibawah tangan, artinya perjanjian itu hanya ditandatangani oleh para pihak yang
mengadakan perjanjian sewa beli ini, yang mana dibuat secara sepihak oleh penjual
sewa, juga penentuan segala isi perjanjian tersebut adalah penjual sewa sedangkan
pembeli sewa hanya diminta untuk menandatangani perjanjian tersebut.
Biasanya pihak pembeli sewa tidak memiliki keberanian untuk mengubah isi
dan persyaratan yang ditentukan oleh pembeli sewa karena posisi mereka berada pada
pihak yang lemah dari aspek ekonomi.Mereka tidak memiliki uang kontan untuk
membayarnya. Isi dan persyaratan perjanjian baru dipersoalkan oleh pembeli sewa
pada saat ia tidak mampu membayar angsuran, bunga dan denda.
Unsur atau elemen perjanjian sewa beli menurut Keputusan Bersama tersebut
adalah:
1. Adanya jual beli barang;
2. Penjualan dengan memperhitungkan setiap pembayaran;
3. Objek sewa beli diserahkan kepada pembeli;
4. Momentum peralihan hak milik setelah pelunasan terakhir.
Kapan terjadinya perjanjian sewa beli ini tidak ditentukan dengan tegas.Namun
apabila melihat dari pasal 1320 KUH Perdata, saat terjadinya perjanjian sewa beli ini
adalah pada saat terjadinya persamaan kehendak antara penjual sewa dan pembeli
sewa.Dari sisi perjanjian formal terjadinya perjanjian sewa beli adalah pada saat
ditandatanganinya perjanjian sewa beli oleh para pihak.
Sejak terjadinya perjanjian tersebut maka timbulah hak dan kewajiban dari para
pihak, hak penjual sewa adalah menerima uang pokok beserta angsuran setiap
bulannya dari pembeli sewa sedangkan kewajiban penjual sewa adalah menyerahkan
obyek sewa beli tersebut dan mengurus surat-surat yang berkaitan dengan obyek sewa
tersebut.Hak pembeli sewa adalah menerima barang yang disewabelikan setelah
pelunasan terakhir sedangkan kewajiban pembeli sewa adalah membayar uang pokok,
uang angsuran setiap bulannya dan merawat barang yang disewabelikan
tersebut. Berakhirnya perjanjian sewa beli ini adalah:
1. Pembayaran terakhir telah lunas.
2. Meninggalnya pembeli sewa namun tidak ada ahli waris yang melanjutkan.
3. Pembeli sewa jatuh pailit, serta saat kendaraan ditarik.
4. Dilakukan perampasan oleh pihak penjual sewa terhadap pihak lain, hal ini
terjadi karena pembeli sewa mengalihkan obyek sewa beli kepada pihak lain.
5. Pihak kedua wanprestasi.
6. Adanya putusan pengadilan
H. Hak Tanggungan
Hak Tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah
sebagaimana dimaksud dalam Undang- undang nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang
merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu, yang
memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap kreditor-
kreditor lain.
Dengan kata lain Hak Tanggungan adalah hak jaminan atas tanah untuk
pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditor
tertentu terhadap kreditor lain, dengan objek jaminannya berupa hak-hak atas tanah
yang diatur dalam UUPA.10 Ada beberapa unsur pokok dari hak tanggungan yang
termuat di dalam definisi tersebut, yaitu:
(1) Hak Tanggungan adalah hak jaminan untuk pelunasan hutang.
(2) Objek Hak Tanggungan adalah hak atas tanah sesuai UUPA.
(3) Hak Tanggungan dapat dibebankan atas tanahnya (hak atas tanah) saja,
tetapi dapat pula dibebankan berikut benda-benda lain yang merupakan
satu kesatuan dengan tanah itu.
(4) Hutang yang dijamin harus suatu utang tertentu.
(5) Memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu
terhadap kreditur-kreditur lain.
I. Gadai/ Pand
Menurut ketentuan Pasal 1150 KUHPdt, gadai adalah hak yang diperoleh
kreditor atas suatu benda bergerak yang diserahkan kepadanya oleh debitor atau orang
lain atas namanya, untuk menjamin suatu utang, dan yang memberikan kekuasaan
kepada kreditor untuk mendapatkan pelunasan dari benda tersebut terlebih dulu
daripada kreditor lainnya, kecuali biaya untuk melelang benda tersebut dan biaya
yang telah dikeluarkan untuk pemeliharaan setelah benda itu digadaikan, biaya-biaya
mana harus di dahulukan.
Pihak yang menggadaikan dinamakan “pemberi gadai” dan yang menerima
gadai, dinamakan “penerima atau pemegang gadai”.Berdasar pada ketentuan pasal ini
dapat diuraikan unsur-unsur yang terdapat dalam gadai yaitu sebagai berikut:
1. Hak yang diperoleh kreditor atas benda bergerak
2. Benda bergerak itu diserahkan oleh debitur kepada kreditur
3. Penyerahan benda tersebut untuk jaminan utang
4. Hak kreditur itu adalah pelunasan piutangnya dengan kekuasaan melelang
benda jaminan apabila debitor wanprestasi
5. Pelunasan tersebut didahulukan dari kreditor-kreditor lan
6. Biaya-biaya lelang dan pemeliharaan benda jaminan dilunasi lebih dulu
dari hasil lelang sebelum pelunasan piutang.
Penerima gadai pun dibebami kewajiban kewajiban yang telah ditetapkan oleh
undang undang, yaitu sebagai berikut :
a. Penerima gadai bertanggung jawab atas hilangnya atau merosotnya nilai benda
jaminan karena kelalaiannya (Pasal 157 ayat 1 KUHPerdata)
b. Penerima gadai harus memberithukan kepada pemberi gadai (debitor) apabila
dia hendak menjual benda jaminan untuk melunasi piutangnya (Pasal 157 ayat
(1) KUHPerdata)
c. Penerima gadai harus memberikan perhitungan mengenai pendapatan
penjualan dan menyerahkan kelebihannya kepada debitor setelah dikurangi
pelunasan utang debitor (Pasal 1155 ayat (1) KUHPerdata)
d. Penerima gadai wajib mengembalikan benda jaminan apabila utang pokok,
bunga dan biaya pemeliharaan benda jaminan telah dibayar lunas.
Hak gadai akan hapus apabila butir-butir seperti diuraikan dalam kalimat
berikut ini sudah dipenuhi oleh debitor :
a. Utang debitor sudah dilunasi
b. Benda jaminan sudah dilepaskan oleh kreditor dengan sukarela
c. Benda jaminan hilang atau musnah; dan
d. Penerima gadai menjadi pemilik benda jaminan karena suatu atas hak tertentu
( pasal 1152 ayat (3) KUHPdt )