Anda di halaman 1dari 4

MODUL 10 KIMIA FARMASI ANALIS

IDENTIFIKASI KARBOHIDRAT

Disusun oleh:
Kelompok 2

Silmi Parihah (191FF01013)


Ratna Nurlia (191FF01014)
Eva Yustika (191FF01016)
Ashya Eqta Awaliyah (191FF01017)
Muhammad Rifky Assidiq (191FF01018)
Muhammad Luthfi Taufik (191FF01019)
Baran Haekal Akbar (191FF01020)
Siva Siti Mursifah (191FF01021)
Akbar Marta Nurpauzi (191FF01022)
Niken Salma (191FF01023)
Loudia Meilisa (191FF01024)
Ai Devi Kurniasih (191FF01025)

PROGRAM STUDI D3 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG
2020
I. HASIL PENGAMATAN

No Pengujian Hasil Pengamatan

1. Uji molisch + cincin ungu


2. Uji benedict + endapan merah bata
3. Uji seliwanoff + merah – orange muda
4. Uji Barfoed +
5. Uji Fehling + Endapan merah bata

II. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian untuk mengidentifikasi karbohidrat.
Pengujian yang pertama yaitu uji umum untuk karbohidrat yaitu uji molisch, untuk
sampel yang mengandung karbohidrat ketika direaksikan dengan pereaksi molisch,
hasil positif ditandai dengan dapat membentuk kompleks cincin berwarna ungu. Hal ini
membuktikan adanya suatu karbohidrat dalam sampel tersebut. Larutan uji yang telah
dicampurkan dengan pereaksi Molisch, dialirkan dengan larutan H2SO4 pekat dengan
cara memiringkan tabung reaksi. Hal ini dilakukan agar larutan H2SO4 tidak
bercampur dengan larutan yang ada dalam tabung, sehingga pada akhir reaksi diperoleh
suatu pembentukan cincin berwarna ungu pada batas antara kedua lapisan larutan dalam
tabung. Terbentuknya kompleks berwarna ungu ini karena pengaruh hasil dehidrasi
monosakarida (furfural) dengan α-naftol dari pereaksi Molisch.
Pengujian selanjutnya yaitu uji benedict untuk mengetahui karbohidrat yang
mengandung gula pereduksi. Hasil positif suatu gula reduksi ditandai dengan
terbentuknya endapan yang berwarna merah bata setelah pemanasan. Akan tetapi tidak
selamanya warna larutan atau endapan yang terbentuk berwarna merah bata, hal ini
bergantung pada konsentrasi atau kadar gula reduksi yang dikandung oleh tiap-tiap
larutan uji. Terbentuknya endapan merah bata ini sebagai hasil reduksi ion Cu2+
menjadi ion Cu+ oleh suatu gugus aldehid atau keton bebas yang terkandung dalam gula
reduksi yang berlangsung dalam suasana alkalis (basa). Sifat basa yang dimilki oleh
pereaksi Benedict ini dikarenakan adanya senyawa natrium karbonat.
Pengujian selanjutnya untuk mengidentifikasi gula ketosa pada sampel yaitu Uji
Seliwanoff. Hasil positif ditandai dengan menghasilkan warna larutan yang spesifik
yakni warna merah orange yang mengidentifikasikan adanya kandungan ketosa dalam
karbohidrat jenis monosakarida, contohnya seperti fruktosa. HCl yang terkandung
dalam pereaksi Seliwanoff ini mendehidrasi fruktosa menghasilkan hidroksifurfural
sehingga furfural mengalami kondensasi setelah penambahan resorsinol membentuk
larutan yang berwarna merah orange. Akan tetapi untuk sampel disakarida seperti
sukrosa apabila dipanaskan terlalu lama dapat menunjukkan hasil yang positif terhadap
pereaksi Seliwanoff. Hal ini terjadi karena adanya pemanasan berlebih menyebabkan
sukrosa terhidrolisis menghasilkan fruktosa dan glukosa sehingga fruktosa inilah yang
nantinya akan bereaksi dengan pereaksi Seliwanoff menghasilkan larutan berwarna
merah orange.
Pengujian selanjutnya yaitu Uji Barfoed ini merupakan pengujian untuk
membedakan monosakarida atau disakarida. Pada praktikum uji barfoed, karbohidrat
direduksi pada suasana asam. Dalam asam, polisakarida atau disakarida akan
terhidrolisis parsial menjadi sebagian kecil monomernya. Hal inilah yang menjadi dasar
untuk membedakan antara monosakarida, oligosakarida/disakarida, dan polisakarida.
Monomer gula dalam hal ini bereaksi dengan fosfomolibdat membentuk senyawa
berwarna biru. Dibanding dengan monosakarida, polisakarida yang terhidrolisis oleh
asam mempunyai kadar monosakarida yang lebih kecil, sehingga intensitas warna biru
yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan dengan larutan monosakarida. Disakarida
juga akan memberikan hasil positif pada larutan memberikan warna biru dan bagian
bawah terdapat endapan kemerahan bila didihkan cukup lama hingga terjadi hidrolisis.
Yang terakhir pengujian fehling bertujuan untuk memperlihatkan ada atau
tidaknya gula pereduksi. Pereaksi ini dapat direduksi oleh karbohidrat yang memiliki
sifat mereduksi. Pereaksi fehling terdiri dari dua larutan yaitu Fehling A dan Fehling B.
larutan Fehling A adalah CuSO4 dalam air, sedangkan Fehling B merupakan larutan
jernih dari kalium natrium tartat encer dan basa kuat. Dalam pereaksi ini Ion Cu2+
direduksi menjadi Ion Cu+ yang dalam suasana basa akan diendapkan menjadi CuO2.
Karena prinsip kerjanya gravimetri sehingga dengan mudah dapatmenganalisis adanya
sampel yang mengandung karbohidrat.
III. KESIMPULAN
1. Uji molisch, reaksi uji ini positif karena kondensasi senyawa fulfural ( untuk
pentosa ) dan hidroksimetilfulfural ( untuk hektosa ) yang bereaksi dengan α-naftol
membentuk kompleks cincin berwarna ungu.
2. Uji benedict, reaksi uji ini positif karena Cu2+ menjadi Cu+ oleh karbohidrat yang
mengandung gugus karbonil bebas pada aldehid dan keton pada suasana basa yang
terbentuk endapan merah ( Cu2O ).
3. Uji seliwanoff, reaksi ini positif karena kondensasi dari resolsinol yang didahului
dengan pembentukan hidroksimetil furfural, yang proses pembentukannya sendiri
berasal dari konversi fruktosa oleh HCl panas yang kemudian menghasilkan asam
livulenik dan hidroksimetil furfural membentuk warna merah.
4. Uji Barfoed, rekasi positif ini karena adanya gugus karbonil bebas mereduksi Cu2+
dalam suasana asam terbentuknya Cu2O (endapan merah bata).
5. Uji Fehling bertujuan untuk memperlihatkan ada atau tidaknya gula pereduksi.
Pereaksi ini dapat direduksi oleh karbohidrat yang memiliki sifat mereduksi.

IV. DAFTAR PUSTAKA


1. Almatsier. S. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
2. Murray, R. K. dkk. 2009. Biokimia Harper . Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC
3. Sirajuddin, S dan Najamuddin, U. 2011. Penuntun Praktikum Biokimia. Makassar :
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin
4. Sumardjo. 2006. Pengantar Kimia. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai