Anda di halaman 1dari 12

Tugas Mata Kuliah “Psikologi Pembelajaran Matematika”

Resume Video
Dosen Pengampu: Endah Retnowati, Ph.D.

Disusun oleh:

Arsyil Waritsman 15709251012

PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN MATEMATIKA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016
Cornell University
Facilitating meaningful Learning Experiences
T Grady Roberts
Associate Professor
University of Florida
Dept. of Horticulture seminar series
October 22, 2012

Dalam video tersebut, ada beberapa prinsip dalam pembelajaran yang dikemukakan oleh
Roberts. Berikut adalah prinsip-prinsip pembelajaran tersebut

Prinsip 1: Pembelajaran dimulai dengan melibatkan pengetahuan dan pengalaman


pebelajar yang sudah ada (Learning begins with the existing knowledge and
experiences of the learner).

Ketika akan melaksanakan pembelajaran, maka penting ketika kita memiliki asumsi bahwa
siswa-siswa yang terlibat dalam pembelajaran, adalah sebenarnya telah memiliki
pengetahuan sebelumnya dan adanya pengalaman yang mungkin menjadi bahan oleh
pengajar untuk mengembangkan pengetahuan siswa. Dalam realitanya, pengetahuan
sebelumnya dan pengalaman yang sudah dimiliki oleh siswa adalah pasti bervariasi.
Sehingga dalam hal ini. Pengalaman yang ada serta pengetahuan yang sudah ada, akan
menjadi bahan seorang guru dalam melakukan pembelajaran yang bervariatif dan
memungkinkan seorang guru dalam memfasilitasi pebelajar dalam mengkontruksi
pengetahuannya nanti. Intinya adalah memahami psikologi siswa adalah penting dalam
pembelajaran.
Pemahaman seorang guru terhadap murid-muridnya adalah penting adanya. Mengkontruksi
pengetahuan siswa perlu dengan memahami siswa-siswa yang akan dilibatkan dalam
pembelajaran. Memahami apa yang menjadi harapan mereka, apa yang menjadi impian
mereka, dan mendegarkan apa yang menjadi aspirasi mereka. Dengan memahami ketiga hal
tersebut, seorang guru akan mendapatkan gambaran bagaimana pembelajaran yang baik
dan yang cocok yang akan diberikan kepada siswa. Kenyamanan dalam keterlibatan
pembelajaran akan sangat memberikan dampak positif terhadap siswa-siswa nantinya.
Jadi dalam hal ini, prinsip mendasar dalam memulai pembelajaran adalah bahwa pebelajar
tidak dapat diibaratkan seperti “Blank Slate”. Artinya siswa-siswa yang akan mengikuti
pembelajaran, adalah sesungguhnya telah memiliki pengetahuan dan pengalaman. Tidak
seperti papan tulis yang kosong sebagai symbol bahwa siswa yang mengikuti pembelajaran
diasumsikan belum memiliki pengetahuan apa-apa. Ada pesan yang tersirat dari video
tersebut bahwa pada prinsip pertama ini adalah baiknya memulai pembelajaran diawali
dengan langkah strategis dengan cara memahami terlebih dahulu pengetahuan awal siswa
dan pengalaman mereka.
Prinsip 2: Pembelajaran adalah sebuah proses yang bersiklus atau berulang (learning
is a cyclical process)

Prinsip yang kedua tentang suatu pembelajaran menekankan bahwa pembelajaran adalah
suatu proses yang berulang secara terus menerus. Dalam video tersebut, pembelajaran yang
dicontohkan adalah bagaimana belajar agar dapat mengendarai sepeda. Pembelajaran
bersiklus ini memiliki makna yang lebih luas yaitu pembelajaran yang berulang namun
dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan.
Dalam hal ini ada beberapa langkah yang dilakukan yang dilakukan secara bertahap dengan
prinsip memberikan bantuan kepada seseorang yang belajar, kemudian secara perlahan-
lahan bantuan tersebut dikurangi sampai bantuan tersebut dihilangkan ketika pebelajar
sudah dapat mengendarai sepeda.

Berikut tahap-tahap yang tersirat pada video tersebut


Tahap 1 : Si anak belajar mengendarai sepeda roda tiga dengan didampingi orang tua,. Dan
si anak saat belajar bersepeda masih dipegangi oleh orang tuanya dari belakang.
Tahap 2 : Si anak belajar mengendarai sepeda namun masih menggunakan roda bantu di
sisi kiri dan kanan. Perlahan-lahan sudah tidak dipegangi lagi oleh orang tuanya ketika si
anak bersepeda namun tetap dalam pengawasan orang tua

Tahap 3: Si anak sudah dapat mengendarai sepeda namun masih belum di area yang lebih
kompleks. Artinya siswa dapat mengendarai sepeda namun belum ada gangguan dari
lingkungan, atau pengaruh lingkungan pada lingkungan yang sebenarnya. Focus pada tahap
ini adalah anak menguasai terlebih dahulu teknik mengendarai sepeda yang baik.

Tahap 4: ada kesalahan yang dilakukan anak ketika mengendarai sepeda, atau belum
terkontrol sehingga terjadi tabrakan dengan anak lain yang juga sedang belajar
mengendarai sepeda. Dengan kata lain, anak sudah bisa mngendarai sepeda, namun belum
bisa mengontrol dengan baik sepeda yang dikemudikan. Sehingga yang perlu dipelajari
lebih lanjut bagaimana mengendarai sepeda dengann kontrol yang baik agar tidak terjadi
kecelakaan

Tahap 5 : seorang anak belajar bersepeda dan ukuran sepedanya lebih besar. Kemudian
ketika akan terjadi kecelakaan, dia sudah belajar mengantisipasi jika hal tersebut akan
terjadi. Sudah bias mengendarai sepeda, namun belum lancar, tapi bias mngantisipasi dan
siaga ketika akan terjadi kecelakaan

Tahap 6 : si anak mampu mengendarai sepeda dengan baik. Intinya pembelajaran secara
bertahap dan mengkondisikan agar anak terbiasa sampai bisa mengendarai sepeda dalam
lingkungan yang sebenarnya

Tahap 7: seorang anak yang telah mampu mengendarai sepeda dengan baik, kemampuan
dikembangkan lagi ke teknik yang lebih tinggi. Dalam video tersebut perkembangan anak
yaitu pada tahap di mana anak tersebut mampu melakukan free style dengan menggunakan
sepeda dengan tingkat kesulitan yang cukup tinggi.
Tahap 8: anak tersebut jadi meiliki banyak pengalaman belajar dari bersepeda tersebut.
Sehingga ketika si anak telah menjadi orang dewasa, dia akan menerapkan lagi
pembelajaran tentang bersepeda seperti pengalaman yang dialaminya sebelumnya.

Pemahaman yang dapat diambil dari cerita-cerita tahapan di atas adalah bahwa
pembelajaran akan terus menerus berulang dan berkelanjutan. Di mana pada contoh di atas,
dapat diperoleeh informasi yaitu pembelajaran perlu dilakukan secara bertahap dengan
prinsipnya yaitu memfasilitasi pembelajaran, maka seorang guru baiknya memberikan
bantuan kepada siswa seperlunya dan kemudian bantuan tersebut secara perlahan-lahan
dihilangkan sampai siswa dapat mandiri dalam menyelesaikan permsalahannya. Di sisi lain
makna yang tersirat dari video tersebut pada prinsip 2 ini adalah proses pembelajaran akan
selalu mengalami pengulangan/siklus. Di ilustrasikan di atas bahwa seorang anak akhirnya
memiliki pengalaman bersepeda, dan ketika dewasa hal tersebut akan berulang di mana si
anak tersebut mengajarkan cara bersepda dengan melihat pada pengalaman dirinya sendiri
di masa sebelumnya ketika ia belajar bersepeda.
Pada bagan di atas The Learning Cycle digambarkan pertama diawali dengan Initial focus
berkaitan dengan konsep,yang kemudian dilanjutkan dengan Mengembangkan
Experience/ pengalaman yang kita peroleh.setelah itu masuk pada tahapan Reflection.
Pada tahap refleksi ini adalah dalam kaitannya dengan 1) what can I do different that
might make a difference few ideas 2) what does it mean? And 3) what can I wanna do
again?. Selanjutnya adalah generalization. Dalam generalisasi, yang dilakukan adalah
menceritakan pengalaman secara umum yang telah dialami. Dari cerita pengalaman
tersebut akan memberikan gambaran terhadap pelaksanaan pembelajaran nantinya. Begitu
seterusnya berulang dan terus berulang dengan proses yang sama secara terus menerus.

Prinsip 3: Pembelajaran adalah tentang transformasi pengalaman-pengalaman


(Learning is about transforming experiences)

Pembelajaran pada prinsip ketiga ini adalah bagaimana siuatu pembelajaran adalah
memahami apa yang ada di dunia, dunia di sini adalah simbolisasi dari lingkungan tempat
di mana siswa berada.
Di mana dari lingkungan siswa dapat memperoleh pengalaman. Dan pengalaman itu
ditangkap oleh indera dan akan ditransformasikan ke otak. Pengalaman yang dimaksud
dapat berupa apa yang telah dilihat, didengar, dirasa, disentuh. Pengalaman inilah yang
akan bertransformasi menjadi pengalamn yang menjadi informasi yang tersimpan di otak.

Tahapan input dan sensory input merupakan bagian experiential processes, sedangkan
ketika masuk pada working memory dan long therm memory , hal tersebut masuk pada
cognitive processes. Pembelajaran berawal dengan adanya input. Dalam hal ini input
yang dimaksud adalah sekumpulan informasi yang ditangkap oleh panca indera dan
pengalaman-pengalaman yang telah bertransformasi yang dialami langsung oleh siswa-
siswa. Setelah itu, informasi akan diproses dalam memori jangka pendek, dan jika terus
menerus dilakukan maka sekumpulan informasi tersebut akan berlanjut tersimpan di
memori jangka panjang. Namun ada kalanya terjadi kembali ke memori jangka pendek.
Experiential process dalam hal ini berkaitan dengan pengalaman sedangkan cognitive
processes berkaitan dengan bagaimana seseorang yang belajar dapat merefleksikan dan
membuat generalisasi dari apa yang telah dipelajarinya.

Prinsip 4: Pembelajaran adalah tentang membangun koneksi-koneksi (learning is


about building conections)

Koneksi-koneksi perlu dibentuk dalam suatu pembelajaran. Koneksi-koneksi yang


terbentuk nantinya akan membantu dalam pembentukan struktur kognitif pada diri siswa.
Karena pada dasarnya konsep tentang pembelajaran adalah suatu pembelajaran yang perlu
melibatkan pengetahuan sebelumnya dari siswa dan juga pengalaman –pengalaman yang
telah dimiliki oleh siswa. Ketika berbicara tentang pembentukan koneksi-koneksi, maka
hal tersebut berkaitan dengan kerja otak kita. Otak memiliki brain plasticity. Di mana
brain plasticity adalah tentang struktur fisik dari otak yang berubah menjadi hasil dari suatu
pengalaman. Koneksi-koneksi yang dimaksud adalah koneksi-koneksi pengetahuan yang
ada pada diri siswa yang belajar yang berupa koneksi antara pengetahuan siswa sebelum
belajar dengan pengetahuan yang diperoleh pada saat dan setelah belajar serta dikoneksikan
dengan pengetahuan lainnya dan juga pengalaman-pengalaman yang dialami siswa.
Koneksi antar pengetahuan-pengetahuan ini adalah penting. Dengan mengkonesikan
pengetahuan-pengetahuan tersebut maka siswa akan terdorong untuk membuat hubungan
keterkaitan pengetahuan-pengetahuan tersebut. Menghubungkan pengetahuan yang dimiliki
siswa dengan yang akan dipelajari siswa memungkinkan siswa merasakan pembelajaran
yang bermakna, karena setiap pembelajaran selalu dikaitkan denga pengalaman-
pengalamannya yang terkoneksi dengan materi pembelajaran.
Skema kognitif di atas menunjukkan sebelum adanya pembentukan pengetahuan yang
baru, terlebih dahulu dengan membuat koneksi atau keterkaitan atau hubungan dari
pengetahuan-pengetahuan yang sudah ada pada diri siswa. Kemudian setelah itu dalam
pembentukan pengetahuan baru, pengetahuan-pengetahuan yang sudah ada dan telah
dibuat dan dipahami keterkaitannya baru kemudian dibuat koneksi atau keterkaitan
antara pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan yang baru.
Pada prinsip ini, pembelajaran sebagai suatu pemrosesan pengalaman terdiri atas 2 yaitu
1) Asimilasi, jika suatu pengalaman sama atau konsisten dengan apa yang kita ketahui
2) Akomodasi, jika pengalaman itu baru dan berbeda, maka skema pengetahuan yang
baru akan dikembangkan untuk mengakomodasi atas informasi yang diperoleh.

Prinsip 5: Mengajar adalah tentang menciptakan pengalaman-pengalaman


pembelajaran yang bermakna (Teaching is about creating meningful learning
experiences)

Pembelajaran yang diharapkan adalah pembelajaran yang efektif, di mana guru tidak
sebagai sumber utama informasi. Namun guru berperan sebagai fasilitator. Dalam
melaksanakan pembelajaran , guru sebagai fasilitator diharapkan dapat mengkreasikan
suatu pembelajaran yang bermakna melalui pengalaman-pengalaman belajar yang
bermakna.
Adapun peran guru sebagai fasilitator akan ditunjukkan pada table di bawah ini dan akan
dibandingkan dengan peran guru sebagai pengajar (sumber informasi)

Perbedaan peran guru sebagai pengajar dan guru sebagai fasilitator


Guru sebagai pengajar Guru sebagai fasilitator
Guru sebagai sumber utama informasi di Siswa yang membangun pengetahuannya
mana guru yang mentransfer pengetahuan
Instruksi direncanakan dengan jelas Instruksi bersifat fleksibel dan spontan
Guru memiliki control di dalam Guru dan siswa saling sharing
pembelajaran di kelas sehingga bersifat
dominan
Siswa-siswa pasif dalam pembelajaran Siswa-siswa aktif dalam pembelajaran

Dalam suatu pembelajaran hendaknya seorang guru menciptakan suatu pembelajaran yang
bermakna, di mana siswa mengkontruksi pengetahuannya sendiri dengan bimbingan dan
arahan dari guru sebagai fasilitator. Dengan adanya kegiatan siswa yang membangun
pengetahuannya sendiri, dalam pembelajaran, maka hal tersebut akan menjadikan
pembelajaran yang dialami siswa menjadi bermakna.

Dalam menciptakan dan mengkreasikan suatu pembelajaran yang bermakna, hendaknya


seorang guru menciptakan pembelajaran dengan melibatkan pengalaman-pengalaman bagi
siswa-siswanya dengan cara yaitu mengenalkan pengetahuan yang konkret terlebih dahulu
sampai ke pengetahuan yang lebih abstrak.

Anda mungkin juga menyukai