Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH POPULASI DAN SAMPEL

METODOLOGI PENELITIAN

Disusun Oleh :

Qoimatullailiah (16027054)
Surya Habibi Sitompul (16027057)
Yahya Hidayatullah Aifi (16027063)

Dosen Pembimbing :
Drs.Yusron Wikarya, M.Pd

PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL


JURUSAN SENI RUPA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2018
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih
lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas
kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang Populasi dan Sampel.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya
bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Populasi
dan Sampel ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Padang, 09 Oktober 2018

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penelitian adalah pekerjaan ilmiah yang bermaksud
mengungkapkan rahasia ilmu secara obyektif, dengan dibentengi
bukti-bukti yang lengkap dan kokoh. Penelitian merupakan proses
kreatif untuk mengungkapkan suatu gejala melalui cara tersendiri
sehingga diperoleh suatu informasi. Pada dasarnya, informasi
tersebut merupakan jawaban atas masalah-masalah yang
dipertanyakan sebelumnya.
Salah satu bagian dalam desain penelitian adalah menentukan
populasi dan sampel penelitian. Kegiatan penelitian banyak
dilakukan dengan penarikan sampel, karena metode penarikan
sampel lebih praktis, biayanya lebih hemat, serta memerlukan
waktu dan tenaga yang lebih sedikit dibandingkan dengan metode
sensus. Penentuan sampel dari suatu populasi, disebut sebagai
penarikan sampel.
Penelitian yang memakai sampel untuk meneliti atau menyelidiki
karakteristik objek penelitian, dilakukan dengan beberapa alasan
antara lain objek yang diteliti sifatnya mudah rusak, objek yang
diteliti bersifat homogen, tidak mungkin meneliti secara fisik seluruh
objek dalam populasi, untuk menghemat biaya, untuk menghemat
waktu dan tenaga, serta keakuratan hasil sampling.
Dalam penelitian yang menggunakan sampel sebagai unit
analisis, baik pada penelitian dengan pendekatan kuantitatif dan
penelitian dengan pendekatan kualitatif, setidaknya terdapat dua
hal yang menjadi masalah atau persoalan yang dihadapi, yaitu
pertama, bahwa persoalan sampling adalah proses untuk
mendapatkan sampel dari suatu populasi. Di sini sampel harus
benar-benar bisa mencerminkan keadaan populasi, artinya
kesimpulan hasil penelitian yang diangkat dari sampel harus
merupakan kesimpulan atas populasi. Sehingga masalah yang
dihadapi adalah bagaimana memperoleh sampel yang
representatif, yaitu sampel yang dapat mewakili elemen lain dalam
populasi atau mencerminkan keadaan populasi. Kedua, masalah
yang dihadapi dalam penelitian yang menggunakan sampel
sebagai unit analisis adalah tentang bagaimana proses
pengambilan sampel dan berapa banyak unit analisis yang akan
diambil. Sehingga masalah yang dihadapi diantaranya teknik
penarikan sampel manakah yang cocok dengan karakteristik
populasi, tujuan dan masalah penelitian yang akan dikaji. Selain itu
berapa banyak unit analisis atau ukuran sampel (sample size) yang
akan dilibatkan dalam kegiatan penelitian. Berdasarkan pengertian
diatas, maka makalah ini membahas materi mengenai populasi dan
sampel dalam penelitian kuantitatif.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud pengertian populasi dan sampel?
2. Apa saja manfaat-manfaaat sampel
3. Apa saja teknik pengambilan sampel?
4. Bagaimana cara menentukan ukuran sampel?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian populasi dan jenis-jenisnya.
2. Untuk mengetahui pengertian sampel.
3. Untuk mengetahui teknik sampling.
4. Untuk mengetahui cara menentukan ukuran sampel.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN POPULASI DAN SAMPEL


1. Populasi
Populasi berasal dari kata bahasa inggris population, yang
berarti jumlah penduduk. Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulan. Secara sederhana, populasi
adalah semua subjek atau objek sasaran penelitian.
Populasi bukan hanya bersifat orang saja, tetapi juga bisa
benda-benda alam lainnya. Populasi juga bukan sekedar jumlah
yang ada pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi juga meliputi
seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek itu.
Wujud subjek itu bermacam-macam, bisa berupa: manusa, hewan,
tumbuh-tumbuhan, barang produk (hasil-hasil kerajinan, basil-basil
industri, dan lain-lain), barang-barang nonproduk (batu, pasir,
tanah, air, dan lain-lain), dan bentuk lingual atau ungkapan verbal
(kata, frasa, kalimat, paragraf, teks), atau dokumen dan barang
cetak.
Perlakuan peneliti terhadap subjek atau objek tersebut dapat
memungkinkan dua alternatif status populasi.  Pertama, populasi
penelitian itu bersatus sebagai objek penelitian jika populasi itu
bukan sebagai sumber informasi, tetapi subagai substansi yang
diteliti, seperti hasil produksi (susu kaleng, cat, topeng, dan lain-
lain).  Kedua, populasi penelitian itu berstatus sebagai sumber
informasi, seperti manusia dan dokumen. Dalam survei sosial,
orang atau sekelompok orang lazim berfungsi sebagai sumber
informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan diri mereka
atau fenomena-fenomena sosial yang berhubungan dengan
mereka.  Dalam penelitian tertentu, populasi penelitian dapat
berstatus ganda, sebagai objek penelitian yang informasinya juga
dari populasi itu.  Penelitian tentang “perbedaan cara belajar antara
mahasiswa bidang eksakta dan mahasiswa bidang sosial”
mengisyaratkan populasi penelitian akan berstatus ganda: sebagai
objek penelitian yang sekaligus juga sebagai sumber
data penelitian.
Menurut S. Margono, Populasi adalah seluruh data yang menjadi
perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita
tentukan. Jadi, populasi berhubungan dengan data, bukan
manusianya. Jika manusia memberikan suatu data, maka
banyaknya atau ukuran populasi akan sama banyaknya dengan
ukuran manusia.
Populasi memiliki parameter yakni besaran terukur yang
menunjukkan ciri populasi tersebut. Besaran-besaran yang kita
kenal antara lain: rata-rata bentengan, rata-rata simpangan,
variansi, simpangan baku sebagai parameter populasi. Parameter
suatu populasi adalah tetap nilainya, jika nilainya berubah, maka
populasinyapun berubah.
Data yang di gunakan dalam penelitian (bahan penelitian), dapat
berupa populasi (universe) atau sampel.
2. Sampel
Sampel berasal dari bahasa Inggris “sample” yang artinya
contoh, comotan atau mencomot yaitu mengambil sebagian saja
dari yang banyak. Dalam hal ini yang dimaksud dengan yang
banyak adalah populasi. Dalam suatu penelitian, tidaklah selalu
perlu untuk meneliti semua individu dalam populasi karena akan
memakan  banyak waktu dan biaya yang besar. Oleh karena itu
dilakukan pengambilan sampel, dimana sampel yang diambil
adalah sampel yang benar-benar representasi atau yang mewakili
seluruh populasi.
Dalam suatu penelitian yang menjadi dasar pertimbangan
pengambilan sampel adalah memperhitungkan masalah efisiensi
(waktu dan biaya) dan masalah ketelitian dimana penelitian dengan
pengambilan sampel dapat mempertinggi ketelitian karena jika
penelitian terhadap populasi belum tentu dapat dilakukan secara
teliti. Seorang peneliti dalam suatu penelitian harus
memperhitungkan dan memperhatikan hubungan antara
waktu, biaya dan tenaga yang akan dikeluarkan dengan presisi
(tingkat ketepatan) yang akan diperoleh sebagai  pertimbangan
dalam menentukan metode pengambilan sampel yang akan
digunakan. Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan
mampu mewakili populasi dalam penelitian.

B. MANFAAT SAMPEL
Populasi yang jumlahnya tidak terlalu besar, sering juga diteliti secara
keseluruhan tanpa mengambil sampel. Namun kalau jumlah populasi
besar, sebaiknya diambil sampel sebagai bahan kajian. Karena
meneliti sebagian saja sebagai sampel penelitian , mempunyai banyak
manfaat, yaitu:
1. Dapat menghemat biaya, tenaga, fikiran dan waktu peneliti.
2.   Meneliti sampel hasil yang diperoleh sama atau hampr sama
dengan meneliti populasi.
3. Data lebih cepat diperoleh dibandingkan dengan meneliti
populasi secara keseluruhan.
4. Dapat menghasilkan gambaran (representative) yang dapat
dipercaya dari seluruh populasi. Misal: tinggi badan di kelas,
rata-rata pendapatan petani, dan lain-lain.
5. Dapat menentukan presisi (precision) dari hasil penelitian.
Presisi adalah ketepatan yang ditentukan oleh perbedaan hasil
yang diperoleh.
6. Sederhana sehingga mudah dilaksanakan.
7. Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya
serendah-rendahnya.
Manfaat Sampel adalah untuk memperoleh data yang representative
dalam kaitanya dengan populasi yang menjadi sasaran penelitian. Bila
metode pengambilan sampel yang dipakai tepat, diharapkan individu-
individu sampel yang diobservasi maupun mewakili seluruh anggota
populasi dan mampu memberi informasi yang terkait dengan populasi
yang diteliti. Informasi yang diperoleh akan menjadi bahan baku bagi
pengambilan keputusan. Dalam hal ini agar informasi yang diperoleh
bisa memenuhi tujuan tersebut dibutuhkan ketepatan dari data yang
dikumpulkan. Agar data yang diambil berguna maka data tersebut
haruslah objektif (sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya),
representative (mewakili keadaan yang sebenarnya), variasinya kecil,
tepat waktu dan relevan untuk menjawab persoalan yang sedang
menjadi pokok bahasan.
C. TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

       Secara umum, ada dua jenis teknik pengambilan sampel yaitu,


sampel acak atau random sampling / probability sampling, dan sampel
tidak acak atau nonrandom samping/nonprobability sampling. Yang
dimaksud dengan random sampling adalah cara pengambilan sampel
yang memberikan kesempatan yang sama untuk diambil kepada
setiap elemen populasi. Artinya jika elemen populasinya ada 100 dan
yang akan dijadikan sampel adalah 25, maka setiap elemen tersebut
mempunyai kemungkinan 25/100 untuk bisa dipilih menjadi sampel.
Sedangkan yang dimaksud dengan nonrandom
sampling atau nonprobability sampling, setiap elemen populasi tidak
mempunyai kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel. Lima
elemen populasi dipilih sebagai sampel karena letaknya dekat dengan
rumah peneliti, sedangkan yang lainnya, karena jauh, tidak dipilih;
artinya kemungkinannya 0 (nol).
         Dua jenis teknik pengambilan sampel di atas mempunyai tujuan
yang berbeda. Jika peneliti ingin hasil penelitiannya bisa dijadikan
ukuran untuk mengestimasikan populasi, atau istilahnya adalah
melakukan generalisasi maka seharusnya sampel representatif dan
diambil secara acak. Namun jika peneliti tidak mempunyai kemauan
melakukan generalisasi hasil penelitian maka sampel bisa diambil
secara tidak acak. Sampel tidak acak biasanya juga diambil jika
peneliti tidak mempunyai data pasti tentang ukuran populasi dan
informasi lengkap tentang setiap elemen populasi.
Contohnya, jika yang diteliti populasinya adalah konsumen teh botol,
kemungkinan besar peneliti tidak mengetahui dengan pasti berapa
jumlah konsumennya, dan juga karakteristik konsumen. Karena dia
tidak mengetahui ukuran pupulasi yang tepat, bisakah dia
mengatakan bahwa 200 konsumen sebagai sampel dikatakan
“representatif”?. Kemudian, bisakah peneliti  memilih sampel secara
acak, jika tidak ada informasi yang cukup lengkap tentang diri
konsumen?. Dalam situasi yang demikian, pengambilan sampel
dengan cara acak tidak dimungkinkan, maka tidak ada pilihan lain
kecuali sampel diambil dengan cara tidak acak atau nonprobability
sampling, namun dengan konsekuensi hasil penelitiannya tersebut
tidak bisa digeneralisasikan. Jika ternyata dari 200 konsumen teh
botol tadi merasa kurang puas, maka peneliti tidak bisa mengatakan
bahwa sebagian besar konsumen teh botol merasa kurang puas
terhadap the botol.
         Di setiap jenis teknik pemilihan tersebut, terdapat beberapa teknik
yang lebih spesifik lagi. Pada sampel acak (random sampling) dikenal
dengan istilah simple random sampling, stratified random
sampling, cluster sampling, systematic sampling, dan area
sampling. Pada nonprobability sampling dikenal beberapa teknik,
antara lain adalah convenience sampling, purposive sampling,
quota sampling, snowball sampling

1. Probability/Random Sampling.
       Syarat pertama yang harus dilakukan untuk mengambil sampel
secara acak adalah memperoleh atau membuat kerangka sampel
atau dikenal dengan nama “sampling frame”. Yang dimaksud
dengan  kerangka sampling adalah daftar yang berisikan setiap
elemen populasi yang bisa diambil sebagai sampel. Elemen
populasi bisa berupa data tentang orang/binatang, tentang
kejadian, tentang tempat, atau juga tentang benda. Jika populasi
penelitian adalah mahasiswa perguruan tinggi “A”, maka peneliti
harus bisa memiliki daftar semua mahasiswa yang terdaftar di
perguruan tinggi “A “ tersebut selengkap mungkin. Nama, NRP,
jenis kelamin, alamat, usia, dan informasi lain yang berguna bagi
penelitiannya.. Dari daftar ini, peneliti akan bisa secara pasti
mengetahui jumlah populasinya (N). Jika populasinya adalah rumah
tangga dalam sebuah kota, maka peneliti harus mempunyai daftar
seluruh rumah tangga kota tersebut.  Jika populasinya adalah
wilayah Jawa Barat, maka penelti harus mepunyai peta wilayah
Jawa Barat secara lengkap. Kabupaten, Kecamatan, Desa,
Kampung. Lalu setiap tempat tersebut diberi kode (angka atau
simbol) yang berbeda satu sama lainnya.
        Di samping sampling frame, peneliti juga harus mempunyai
alat yang bisa dijadikan penentu sampel. Dari sekian elemen
populasi, elemen mana saja yang bisa dipilih menjadi sampel?. Alat
yang umumnya digunakan adalah Tabel Angka Random, kalkulator,
atau  undian. Pemilihan sampel secara acak bisa dilakukan melalui
sistem undian jika elemen populasinya tidak begitu banyak. Tetapi
jika sudah ratusan, cara undian bisa mengganggu konsep “acak”
atau “random” itu sendiri.
a) Simple Random Sampling atau Sampel Acak Sederhana
Cara atau teknik ini dapat dilakukan jika analisis penelitiannya
cenderung deskriptif dan bersifat umum. Perbedaan karakter
yang mungkin ada pada setiap unsur atau elemen  populasi
tidak merupakan hal yang penting bagi rencana analisisnya.
Misalnya, dalam populasi ada wanita dan pria, atau ada yang
kaya dan yang miskin, ada manajer dan bukan manajer, dan
perbedaan-perbedaan lainnya.  Selama perbedaan gender,
status kemakmuran, dan kedudukan dalam organisasi, serta
perbedaan-perbedaan lain tersebut bukan merupakan sesuatu
hal yang penting dan mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap hasil penelitian, maka peneliti dapat mengambil
sampel secara acak sederhana. Dengan demikian setiap
unsur populasi harus mempunyai kesempatan sama untuk
bisa dipilih menjadi sampel. Terdapat 2 pendapat mengenai
metode pengambilan sampel acak sederhana. Pendapat
pertama menyatakan bahwa setiap nomor yang terpilih harus
dikembalikan lagi sehingga setiap sampel memiliki prosentase
kesempatan yang sama. Pendapat kedua menyatakan bahwa
tidak diperlukan pengembalian pada pengambilan sampel
menggunakan metode ini. Namun, metode yang paling sering
digunakan adalah Simple Random Sampling dengan
pengembalian.

Kelebihan metode ini yaitu dapat mengurangi bias dan dapat


mengetahui standard error penelitian. Sementara
kekurangannya yaitu tidak adanya jaminan bahwa sampel
yang terpilih benar-benar dapat merepresentasikan populasi
yang dimaksud.

Contoh Pengambilan Sampel Metode Acak Sederhana:


Dalam suatu penelitian dibutuhkan 30 sampel, sedangkan
populasi penelitian berjumlah 100 orang. Selanjutnya peneliti
membuat undian untuk mendapatkan sampel pertama.
Setelah mendapatkan sampel pertama, maka nama yang
terpilih dikembalikan lagi agar populasi tetap utuh sehingga
probabilitas responden berikutnya tetap sama dengan
responden pertama. Langkah tersebut kembali dilakukan
hingga jumlah sampel memenuhi kebutuhan penelitian.

b) Systematic Sampling atau Sampel Sistematis


Jika peneliti dihadapkan pada ukuran populasi yang banyak
dan tidak memiliki alat pengambil data secara random, cara
pengambilan sampel sistematis dapat digunakan. Cara ini
menuntut kepada peneliti untuk memilih unsur populasi secara
sistematis, yaitu unsur populasi yang bisa dijadikan sampel
adalah yang “keberapa”. 
Misalnya anggota populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari
semua anggota diberi nomor urut, yaitu nomor 1 sampai
dengan nomor 100. Pengambilan sampel dapat dilakukan
dengan nomor ganjil  saja, genap saja, atau kelipatan dari
bilangan tertentu, misalnya kelipatan dari bilangan lima. Untuk
itu, yang diambil sebagai sampel adalah 5, 10, 15, 20 dan
seterusnya sampai 100.

c) Stratified Random Sampling atau Sampel Acak


Distratifikasikan
Karena unsur populasi berkarakteristik heterogen, dan
heterogenitas tersebut mempunyai arti yang signifikan pada
pencapaian tujuan penelitian, maka peneliti dapat mengambil
sampel dengan cara ini. Metode Pengambilan sampel acak
berstrata mengambil sampel berdasar tingkatan tertentu.
Misalnya penelitian mengenai motivasi kerja pada manajer
tingkat atas, manajer tingkat menengah dan manajer tingkat
bawah. Proses pengacakan diambil dari masing-masing
kelompok tersebut.

d) Cluster Sampling atau Sampel Acak Berdasar Area 


Cluster Sampling adalah teknik sampling secara berkelompok.
Pengambilan sampel jenis ini dilakukan berdasar kelompok /
area tertentu. Tujuan  metode Cluster Random
Sampling antara lain untuk meneliti tentang suatu hal pada
bagian-bagian yang berbeda di dalam suatu instansi.
Misalnya, penelitian tentang kepuasan pasien di ruang rawat
inap, ruang IGD, dan ruang poli di RS A dan lain sebagainya.
e) Area Sampling atau Sampel Wilayah
Teknik ini dipakai ketika peneliti dihadapkan pada situasi bahwa
populasi penelitiannya tersebar di berbagai wilayah. Proses
pengambilan sampel jenis ini dilakukan secara bertingkat. Baik
itu bertingkat dua, tiga atau lebih.

Misalnya -> Kecamatan -> Gugus -> Desa -> RW –>RT

2. Nonprobability/Nonrandom Sampling atau Sampel Tidak Acak


        Seperti telah diuraikan sebelumnya, jenis sampel ini tidak dipilih
secara acak. Tidak semua unsur atau elemen populasi mempunyai
kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi sampel. Unsur
populasi yang terpilih menjadi sampel bisa disebabkan karena
kebetulan atau karena faktor lain yang sebelumnya sudah
direncanakan oleh peneliti.
a) Purposive Sampling
Purposive Sampling adalah teknik sampling yang cukup sering
digunakan. Metode ini menggunakan kriteria yang telah dipilih
oleh peneliti dalam memilih sampel. Kriteria pemilihan sampel
terbagi menjadi kriteria inklusi dan eksklusi.

Kriteria inklusi merupakan kriteria sampel yang diinginkan


peneliti berdasarkan tujuan penelitian. Sedangkan kriteria
eksklusi merupakan kriteria khusus yang menyebabkan calon
responden yang memenuhi kriteria inklusi harus dikeluarkan
dari kelompok penelitian. Misalnya, calon responden
mengalami penyakit penyerta atau gangguan psikologis yang
dapat memengaruhi hasil penelitian.
Contoh Purposive Sampling: penelitian tentang nyeri pada
pasien diabetes mellitus yang mengalami luka pada tungkai
kaki. Maka kriteria inklusi yang dipakai antara lain:

1. Penderita Diabetes Melitus dengan luka gangrene (luka


pada tungkai kaki)
2. Usia 18-59 tahun
3. Bisa membaca dan menulis

Kriteria eksklusi:

1. Penderita Diabetes Melitus yang memiliki penyakit penyerta


lainnya seperti gangguan ginjal, gagal jantung, nefropati, dan
lain sebagainya.
2. Penderita Diabetes Melitus yang mengalami gangguan
kejiwaan.

b) Accidental Sampling.
Pada metode penentuan sampel tanpa sengaja (accidental) ini,
peneliti mengambil sampel yang kebetulan ditemuinya pada saat
itu. Penelitian ini cocok untuk meneliti jenis kasus penyakit
langka yang sampelnya sulit didapatkan.
Contoh penggunan metode ini, peneliti ingin meneliti tentang
penyakit Steven Johnson Syndrom yaitu penyakit yang merusak
seluruh mukosa atau lapisan tubuh akibat reaksi tubuh terhadap
antibiotik.

Kasus Steven Johnson Syndrome ini cukup langka dan sulit


sekali menemukan kasus tersebut. Dengan demikian, peneliti
mengambil sampel saat itu juga, saat menemukan kasus
tersebut. Kemudian peneliti melanjutkan pencarian sampel
hingga periode tertentu yang telah ditentukan oleh peneliti.

Tehnik pengambilan sampel dengan cara ini juga cocok untuk


penelitian yang bersifat umum, misalnya seorang peneliti ingin
meneliti kebersihan Kota Bandung. Selanjutnya dia menanyakan
tentang kebersihan Kota Bandung pada warga Bandung yang
dia temui saat itu.

c) Quota Sampling
Teknik sampel ini adalah bentuk dari sampel distratifikasikan
secara proposional, namun tidak dipilih secara acak melainkan
secara kebetulan saja.
Misalnya, di sebuah kantor terdapat pegawai laki-laki 60%  dan
perempuan 40% . Jika seorang peneliti ingin mewawancari 30
orang pegawai dari kedua jenis kelamin tadi maka dia harus
mengambil sampel pegawai laki-laki sebanyak 18 orang
sedangkan pegawai perempuan 12 orang. Sekali lagi, teknik
pengambilan ketiga puluh sampel tadi tidak dilakukan secara
acak, melainkan secara kebetulan saja.
d) Snowball Sampling – Sampel Bola Salju
Snowball Sampling adalah teknik pengambilan sampel
berdasarkan wawancara atau korespondensi. Metode ini
meminta informasi dari sampel pertama untuk mendapatkan
sampel berikutnya, demikian secara terus menerus hingga
seluruh kebutuhan sampel penelitian dapat terpenuhi.

Metode pengambilan sampel Snowball atau Bola salju ini sangat


cocok untuk penelitian mengenai hal-hal yang sensitif dan
membutuhkan privasi tingkat tinggi, misalnya penelitian tentang
kaum waria, penderita HIV, dan kelompok khusus lainnya.

e) Teknik Sampling Jenuh


Teknik Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel yang
menjadikan semua anggota populasi sebagai sampel. dengan
syarat populasi yang ada kurang dari 30 orang.
D. Ukuran Sampel
Untuk menentukan sampel dari populasi digunakan perhitungan
maupun acuan tabel yang dikembangkan para ahli.  Secara umum,
untuk penelitian korelasional jumlah sampel minimal untuk
memperoleh hasil yang baik adalah 30, sedangkan dalam penelitian
eksperimen jumlah sampel minimum 15 dari masing-masing kelompok
dan untuk penelitian survey jumlah sampel minimum adalah 100.
Roscoe (1975) yang dikutip Uma Sekaran (2006) memberikan acuan
umum untuk menentukan ukuran sampel :
 Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk
kebanyakan penelitian
Jika sampel dipecah ke dalam subsampel (pria/wanita, junior/senior,
dan sebagainya), ukuran sampel minimum 30 untuk tiap kategori
adalah tepat
Dalam penelitian mutivariate (termasuk analisis regresi berganda),
ukuran sampel sebaiknya 10x lebih besar dari jumlah variabel dalam
penelitian
Untuk penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol eskperimen
yang ketat, penelitian yang sukses adalah mungkin dengan ukuran
sampel kecil antara 10 sampai dengan 20
Besaran atau ukuran sampel ini sampel sangat tergantung dari
besaran tingkat ketelitian atau kesalahan yang diinginkan peneliti.
Namun, dalam hal tingkat kesalahan, pada penelitian sosial maksimal
tingkat kesalahannya adalah 5% (0,05). Makin besar tingkat
kesalahan maka makin kecil jumlah sampel. Namun yang perlu
diperhatikan adalah semakin besar jumlah sampel (semakin
mendekati populasi) maka semakin kecil peluang kesalahan
generalisasi dan sebaliknya, semakin kecil jumlah sampel (menjauhi
jumlah populasi) maka semakin besar peluang kesalahan
generalisasi.
Beberapa rumus untuk menentukan jumlah sampel antara lain :
1. UKURAN SAMPEL DENGAN TEORI SLOVIN (1960)
Salah satu literatur yang paling banyak digunakan adalah penentuan
ukuran sampel menggunakan rumus slovin (1960). Seorang ahli yang
bernama slovin ini ternyata sampai saat ini belum diketahui Siapa
nama aslinya, bahkan pernah menjadi perdebatan mengenai tahun
terbit dari naskah yang ditulis oleh slovin ini yaitu tahun 1960 dan
1843. Dalam tulisan Riduwan (2005), dengan judul penelitian “belajar
mudah penelitian untuk guru”, dia mengutip rumus slovin dengan
formula sebagai berikut;
RUMUS SAMPEL : RUMUS SLOVIN
n=N1+Ne2
n= besar sampel yang ;
N= ukuran populasi atau jumlah elemen dalam populasi ;
e= nilai presisi atau tingkat signifikansi yang telah ditentukan.
Umumnya dalam penelitian tingkat signifikansi ditentukan sebesar
95% atau 0,05.
Karena sampel kita harus berupa angka bulat dan orang, maka kita
lakukan pembulatan mengikuti aturan pembulatan standar yaitu,
apabila ≥ 0,5 maka kita bulatkan ke atas dan sebaliknya.
2. UKURAN SAMPEL PENELITIAN PENURUT GAY, LR DAN
DIEHL, PL (1992)
Hasil penelitian dari Gay, LR dan Diehl, PL (1992), dengan judul
penelitian “Research Methods for Business and Management
disebutkan bahwa ukuran sampel penelitian haruslah sebesar-
besarnya. Asumsi yang disampaikan oleh Gay dan Diehl didasarkan
pada semakin besar sampel yang diambil maka semakin
merepresentasikan bentuk dan karakter populasi serta lebih dapat
untuk digeneralisir. Meskipun demikian, ukuran pasti sampel yang
akan diambil sangat bergantung pada jenis penelitian yang sedang
digarap.
Berikut beberapa kondisi yang perlu diperhatikan;
Apabila penelitian yang sedang dikerjakan merupakan penelitian
deskriptif, maka ukuran sampel sekurang-kurangnya adalah sebesar
10% dari total elemen populasi.
Apabila penelitian yang dikerjakan merupakan penelitian bersifat
korelasi atau berhubungan, maka ukuran sampel sekurang-kurangnya
adalah sebesar 30 subjek ( unit sampel).
Apabila penelitian yang dikerjakan merupakan penelitian bersifat
perbandingan, maka ukuran sampel penelitian yang
direkomendasikan adalah sebesar 30 subjek.
Apabila penelitian yang dikerjakan merupakan eksperimental
berkelompok, maka ukuran sampel yang direkomendasikan adalah
sebesar 15 sampel perkelompok.
3. UKURAN SAMPEL PENELITIAN MENURUT WIRATNA
SUJARWENI (2008).
Dalam tulisan Wiratna Sujarweni (2008) tentang “Belajar mudah SPSS
untuk skripsi, tesis, desertasi & umum” memang tidak ada jumlah atau
nilai tertentu yang syaratkan. Sujarweni berbendapat bahwa jumlah
sampel yang diharapkan 100% mewakili populasi adalah keseluruhan
anggota populasi itu sendiri.
Menurut saya pendapat ini memberi kita pemahaman yang lebih
dalam bahwa hampir tidak mungkin untuk mendapatkan gambaran
100% populasi dari data sampel. Untuk itu dibutuhkan kehati-hatian
dalam memilih metode sampling, menentukan jumlah sampel, dan
perlunya memperhitungkan tingkat kesalahan.
Sujarweni juga menambahkan jika ukuran suatu populasi sangat
besar maka penelitiannya dapat dilakukan dengan survei sampel.
Penentuan ukuran sampel boleh menggunakan rumus slovin.
4. UKURAN SAMPEL PENELITIAN MENURUT JACOB COHEN
(DALAM SUHARSIMI ARIKUNTO, 2010:179)
Formula sampel Jacob Cohen
N=LF²+u+1

Dimana :
N = Ukuran sampel
F² = Effect Size
u = Banyaknya ubahan yang terkait dalam penelitian
L = Fungsi Power dari u= 0

5. UKURAN SAMPEL PENELITIAN BERDASARKAN PROPORSI


(TABEL ISAAC DAN MICHAEL)
Menentukan ukuran  sampel penelitian menggunakan tabel Isaac dan
Michael sedikit lebih mudah, dimana sudah ditentukan tingkat
kesalahan untuk 1%, 5% dan 10%. Dengan tabel ini, peneliti dapat
secara langsung menentukan besaran sampel berdasarkan jumlah
populasi dan tingkat kesalahan yang dikehendaki.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
    Sampel adalah sebagian dari populasi. Artinya tidak akan ada
sampel jika tidak ada populasi. Populasi adalah keseluruhan elemen
atau unsur yang akan kita teliti. Penelitian yang dilakukan atas seluruh
elemen dinamakan sensus. Idealnya, agar hasil penelitiannya lebih bisa
dipercaya, seorang peneliti harus melakukan sensus. Namun karena
sesuatu hal peneliti bisa tidak meneliti keseluruhan elemen tadi, maka
yang bisa dilakukannya
DAFTAR RUJUKAN
http://la-banara.blogspot.com/2012/06/teknik-pengambilan-sampel-
penelitian.html

https://www.eurekapendidikan.com/2015/09/defenisi-sampling-dan-teknik-
sampling.html

http://sandimilzam.blogspot.com/2015/06/v-behaviorurldefaultvmlo_71.html

Anda mungkin juga menyukai