Anda di halaman 1dari 57

Makalah Keperawatan Komunitas Ii “ Asuhan Keperawatan Kesehatan

Komunitas Pada Aggregat Anak Dan Aggregat Remaja”

Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah keperawatan komunitas
ii yang di ampu oleh: teten tresnawan, s.kp.,m.kep

Oleh:

Kelompok 2
1. Aditiya Mega Hariana (C1AA18006)
2. Asep Ega M (C1AA18022)
3. Dita Purnamasari (C1AA18034)
4. Intan Brelian P (C1AA18054)
5. Laras Firdawanti (C1AA18060)
6. Meske Aulia Mutiara (C1AA18068)
7. Ni Putu Ayu Risti Nadalia (C1AA18080)

Program Studi Sarjana Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi

2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama allah swt yang maha pengasih lagi maha penyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah mata kuliah keperawatan komunitas ii.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih ada kekurangan ini dapat mempermudah pelaksanaan dalam proses belajar
dikelas.

Akhir kata kami berharap semoga makalah mata kuliah keperawatan komunitas
II ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap temanteman sekalian.

Sukabumi, 25 maret 2021

Penyusun.
DAFTAR ISI

Kata pengantar........................................................................................
Daftar isi...................................................................................................

Bab i pendahuluan...................................................................................
A. Latar belakang..............................................................................
B. Rumusan masalah........................................................................
C. Tujuan..........................................................................................
D. Manfaat .......................................................................................

Bab ii pembahasan.................................................................................
A. Masalah kesehatan anak...............................................................
B. Masalah kesehatan remaja...........................................................
......................................................................................................
C. Faktor yang mempengaruhi kesehatan anak dan remaja.............
D. Strategi untuk meningkatkan kesehatan anak dan remaja...........
E. Tanggung jawab untuk meningkatkan kesehatan anak
dan remaja...................................................................................
F. Asuhan keperawatan kesehatan komunitas pada
Aggregat anak dan aggregat remaja ....................................
Bab iii penutup.......................................................................................
A. Kesimpulan..................................................................................
B. Saran ...........................................................................................
Daftar pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Menurut uu no.23 tahun 1992 kesehatan adalah keadaan sejahtera
dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial ekonomis. Menurut pernyataan dari organisasi
kesehatan sedunia (who), kesehatan adalah keadaan fisik, mental dan
kesejahteraan sosial secara lengkap dan bukan hanya sekedar tidak
mengidap penyakit atau kelemahan.dengan demikian jelaslah bahwa
sehat adalah suatu kondisi yang prima meliputi tidak hanya fisik, mental
maupun sosial, melainkan diartikan pula bebas dari sakit atau cacat.

Kesehatan perlu ditanamkan pada anak sejak usia dini, karena


kesehatan merupakan gambaran kesejahteraan dan kekuatan suatu bangsa
yang tercemin dari kesehatan suatu keluarga. Kesehatan perlu
diupayakan secara terus menerus dalam keluarga sehingga tercapai status
kesehatan yang diharapkan. Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan
bahwa kesehatan adalah keadaan dimana manusia dan lingkungan tidak
ada gangguan keseimbangan, maka seseorang dapat dikatakan sehat
secara rohani, jasmani maupun sosial. Seorang anak dapat dikatakan
sehat apabila mempunyai kriteria perkembangan dan pertumbuhan yang
sesuai (sunarti,1994).

Remaja merupakan suatu periode transisi dari masa kanak-kanak


menuju masa dewasa. Periode ini merupakan suatu fase yang sangat
krusial, karena secara tidak langsung dapat menentukan arah hidup
individu yang bersangkutan. Dengan banyaknya fluktuasi dan
ketidakstabilan yang dialami pada masa remaja, penting untuk memberi
mereka dukungan, agar mereka tidak terjerumus melakukan aktivitas
negatif yang dapat memengaruhi masa depan mereka.
Menurut data dari badan kependudukan dan keluarga berencana
nasional tahun 2016, penduduk remaja (menggunakan rentang usia 10-24
tahun) berjumlah 66,3 juta jiwa dari total penduduk sebesar 258,7 juta.
Dengan kata lain, satu di antara empat penduduk adalah remaja.
Pendidikan mengenai perilaku yang berkaitan dengan kesehatan
umumnya harus diawali sejak masa remaja. Salah satu hal yang juga
penting untuk dipertimbangkan terkait hal ini adalah banyaknya kondisi
kesehatan atau kebiasaan ketika dewasa yang bisa mulai diamati dari usia
remaja. Oleh sebab itu, kesehatan pada kelompok usia remaja adalah satu
hal yang penting untuk diperhatikan.

B. Rumusan masalah
1. Apa saja masalah kesehatan pada anak ?
2. Bagaimana masalah kesehatan pada remaja dengan perilaku
seksual beresiko ?
3. Apa saja factor yang mempengaruhi kesehatan pada anak dan
remaja ?
4. Bagaimana strategi untuk meningkatkan kesehatan anak dan
remaja ?
5. Apa saja tanggung jawab untuk meningkatkan kesehatan anak
dan remaja?
6. Jelaskan asuhan keperawatan komunitas pada aggregate anak dan
aggregate remaja !
C. Tujuan penulisan
1. .untuk mengetahui masalah-masalah kesehatan komunitas pada
anak
2. Untuk mengetahui masalah kesehatan pada remaja yaitu perilaku
seksual beresiko
3. Untuk mengetahui factor yang mempengaruhi kesehatan pada
anak dan remja
4. Untuk mengetahui bagaimana strategi yang digunakan untuk
meningkatkan kesehatan pada anak dan remaja
5. Untuk mngetahui bagaimana tanggung jawab untuk menngkatkan
kesehatan pada anak dan remaja
6. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan komunitas
pada aggregate anak dan aggregate remaja.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Masalah kesehatan anak


Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam
bidang kesehatan yang saat ini terjadi di negara indonesia. Derajat
kesehatan anak mencerminkan derajat kesehatan bangsa, sebab anak sebagai
generasi penerus bangsa memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan
dalam perencanaan dan penataan pembangunan bangsa. Angka kematian
bayi menjadi indikator dalam menentukan derajat kesehatan anak karena
merupakan cerminan dari status kesehatan anak. Hal ini menjadi perhatian
dari dunia internasional dalam target global sustainable development goals
(sdg’s) yaitu mengakhiri kematian bayi baru lahir and balita yang dapat
dicegah hingga 12 per 1.000 kelahiran hidup dan angka kematian balita 25
per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2030.
Masalah kesehatan anak di negeri ini hingga detik ini masih terus
berlanjut, dikarenakan factor ekonomi, budaya atau fasilitas yang memang
kurang memadai. Berikut beberapa masalah kesehatan pada anak, sebagai
berikut :
1. Cedera
Cedera pada anak telah menjadi masalah kesehatan umum yang
kejadiannya terus saja meningkat dan membutuhkan perhatian yang
mendesak. Cedera bertanggung jawab untuk sekitar 950.000 kematian
tiap tahunnya pada anak usia dibawah 18 tahun. Hampir 90% diantaranya
disebabkan karena cedera yang tidak disengaja. Sekitar 230.000 kematian
terjadi pada anak usia 5-14 tahun. Setiap tahun, puluhan juta anak
membutuhkan perawatan karena cedera non-fatal, bahkan banyak
diantaranya mengalami cacat seumur hidup. Cedera itu sendiri adalah
kerusakan fisik yang terjadi ketika tubuh manusia tiba-tiba mengalami
penurunan energi dalam jumlah yang melebihi ambang batas toleransi
fisiologis atau akibat dari kurangnya satu atau lebih elemen penting
seperti oksigen (who, 2008 & who, 2014).
Cedera pada anak di bagi menjadi dua:
a. Cedera yang tidak disengaja (unintentional injury)
Cedera yang tidak disengaja merupakan cedera yang bukan
disebabkan oleh niat untuk menyakiti, misalnya kecelakaan lalu
lintas, tenggelam, keracunan, terbakar, dan jatuh.
b. Cedera yang disengaja (intentional injury)
Penggunaan kekuatan fisik atau kekuasaan, ancaman terhadap diri
sendiri, orang lain, atau terhadap kelompok, atau komunitas, yang
mengakibatkan cedera, kematian, kerugian psikologis, dan gangguan
perkembangan. Cedera yang disengaja misalnya bunuh diri,
penganiayaan anak, pembunuhan, penganiayaan terhadap diri sendiri,
pelecehan seksual atau perkosaan dan bullying. (european child
safety alliance, 2014; alifornia injury prevention network, 2012).

Kejadian cedera paling tinggi yang terjadi pada anak usia sekolah
yaitu road trafficinjuries, drowning (tenggelam), fired- related burn dan,
jatuh (who, 2014). Cedera bisa terjadi dimana saja. Tempat paling sering
terjadinya cedera yaitu di lingkungan rumah dan di lingkungan sekolah.
Hal ini menunjukkan bahwa, tempat anak banyak menghabiskan
waktunya merupakan tempat paling sering terjadinya cedera. Aktivitas
yang sering menyebabkan cedera pada anak adalah bermain, berjalan-
jalan, bersepeda, berolah raga, dan aktivitas lainnya. Bagian tubuh yang
paling sering terkena cedera adalah tangan, kaki dan kepala (shi, et. Al,
2014).

Beberap faktor terjadinya cedera pada anak :

a. Cedera pada anak usia sekolah dapat disebabkan oleh beberapa


faktor, seperti :usia, jenis kelamin, lingkungan dan tingkat
osioekonomi (kliegman et. Al, 2007).
b. Cedera terjadi pada anak disebabkan oleh saraf sensori anak yang
belum berkembang dengan sepenuhnya.
Kemampuan mereka untuk mengolah dan menyatukan informasi
seperti menyatukan apa yang mereka lihat dan dengar masih terbatas.
Anak-anak seringkali gagal mempersepsikan sesuatu dengan baik,
bahkan banyak anak tidak memahami konsep tentang bahaya dan tidak
bahaya. Pemahaman anak yang terbatas mengenai bahaya menyebabkan
anak kurang dapat mengantisipasi dan mengatasi kondisi bahaya yang
muncul sehingga berakibat fatal untuk keselamatan dirinya. Kondisi
tubuh mereka yang kecil juga menyebabkan risiko terjadinya cedera
pada anak, karena akan membatasi jangkauan pandang anak seperti
melihat mobil atau truk tinggi yang sedang diparkir. Hal ini menjadi
penyebab utama kejadian cedera pada pejalan kaki. Hal ini diperparah
dengan orang dewasa yang tidak selalu berada di dekat anak-anak
sehingga tidak bisa secara optimal menjaga dan mengawasi anak
(sumargi et. Al, 2007, who, 2008.

Cedera pada usia sekolah dapat berakibat fatal. Bagian tubuh anak
yang masih dalam tahap perkembangan menyebabkan dampak cedera
pada anak akan lebih berbahaya dibandingkan dengan dampak yang
dialami orang dewasa. Cedera dapat mengakibatkan hospitalisasi, tidak
masuk sekolah, kehilangan potensi hidup bertahun-tahun pada anak dan
kematian. Cedera pada usia sekolah juga dapat menyebabkan kecacatan
yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Sifat
dan keparahan cedera akan menentukan tingkat kecacatan jangka
panjang dan gangguan yang dialami anak. Luka yang lebih serius dapat
berdampak besar, sehingga memerlukan perawatan seumur hidup. Selain
berdampak pada fisik anak, cedera juga bisa berdampak pada jiwa anak
seperti trauma, post traumatic syndrome disorder (ptsd), phobia, dan
cemas (who, 2008).

Cedera pada anak usia sekolah dapat dicegah dan dikendalikan. Ada
6 prinsip dasar, diantaranya : (who, 2008).

a. Peraturan perundang-undangan
b. Modifikasi produk
c. Modifikasi lingkungan
d. Mendukung kunjungan rumah (home visits)
e. Mempromosikan alat-alat keamanan
f. Edukasi
2. Malnutrisi dan gizi
Malnutrisi, adalah gangguan absorbsi makanan yang dapat
disebabkan oleh faktor patologis atau non patologis sehingga
pertumbuhan dan perkembangan seorang anak terganggu. Jika keadaan
ini berlangsung kronik atau lama dapat menimbulkan gangguan
kesehatan pada anak.
Sedangkan menurut who, mendefinisikan malnutrisi
sebagai “ketidakseimbangan seluler antara pasokan nutrisi dan energi
dan kebutuhan tubuh terhadap mereka untuk menjamin pertumbuhan,
pemeliharaan, dan fungsi tertentu”.
Gangguan gizi dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu kekurangan
gizi (undernutrition) atau kelebihan gizi (over nutrition). Beberapa
kondisi kekurangan gizi (undernutrition) yang serius dapat menyebabkan
kondisi kesehatan yang terganggu seperti:
a. Marasmus : ditandai dengan gangguan pertumbuhan dan hilangnya
lemak dan otot di bawah kulit (atrofi)
b. Kwarsiorkor : ditandai dengan tidak adanya cukup protein dan
karbohidrat di dalam diet sehingga menimbulkan perubahan pigmen
kulit, penurunan massa otot, diare, kegagalan untuk mendapatkan
kenaikan berat badan dan tumbuh, kelelahan, perubahan rambut
(warna atau tekstur), infeksi meningkat dan lebih parah karena
sistem kekebalan tubuh rusak, perut buncit, kelesuan atau apatis,
ruam (dermatitis), syok (tahap akhir) dan pembengkakan (edema).
c. Marasmus – kwarsiorkor ( gabungan) : etiology atau penyebab
malnutrisi sendiri sangatlah banyak, seperti contoh pada negara
negara berkembang, penyebab utama dari kekurangan gizi
disebabkan oleh kurangnya supply makanan pada daerah tersebut.
Contoh pada daerah di indonesia bagian timur, sangatlah sulit bagi
penduduk untuk mendapatkan makanan yang dapat memenuhi
kebutuhan gizi anak mereka hanya karena mereka tidak memiliki
makanan yang cukup untuk dikonsumsi.

Berbeda dengan daerah-daerah yang sudah berkembang, beberapa kasus


kekurangan gizi disebabkan oleh faktor faktor seperti :

a. Pola diet yang tidak baik, seperti picky eater, eating disorder,
kurangnya edukasi dari orang tua atau pemerintah mengenai
makanan yang sehat seperti empat sehat lima sempurna.
b. Gangguan mental / psikosomatis, gangguan kondisi mental pada
seseorang dapat mengakibatkan mereka tidak mengkonsumsi
makanan sesuai dengan kebutuhan badannya.
c. Gangguan pencernaan atau masalah di usus.
d. Ketergantungan alkohol atau drug abuse.

Beberapa kondisi kelebihan gizi (over nutrition) yang dapat


menyebabkan gangguan kondisi kesehatan antaralain adalah :

a. Overweight, diukur dengna bmi (body mass index ) berkisar antara


25 – 30.
b. Obesitas, diukur dengna bmi diatas 30.
c. Beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang kelebihan gizi.
d. Faktor keturunan.
e. Konsumsi makanan yang berlebihan
f. Pengeluaran energi yang kurang.

Untuk mengatasi masalah malnutrisi pada suatu daerah, dibutuhkan


analisa yang konprehensive dari berbagai aspek disertai dengan
kerjasama oleh berbagai instansi, terutama dinas kesehatan. Jika faktor
yang menyebabkan adalah kurangnya supply makanan pada suatu daerah,
dibutuhkan kerjasama antara pemerintah dan kesehatan untuk
menfasilitasi distribusi makanan baik dari daerah lain atau dari daerah
sendiri untuk mencukupi kebutuhan makanan di daerah tersebut. Jika
faktor yang menyebabkan adalah kurangnya edukasi kepada pihak
masyarakat mengenai pentingnya konsumsi makanan 4 sehat lima
sempurna, dibutuhkan kerjasama antara instansi dinas kesehatan dengan
pihak pemerintah di segmen kabupaten dan kecamatan agar segera
dilakukan sosialisasi mengenai masalah ini dan pencegahannya.

3. Imunisasi

Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan


seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia
terpajan pada antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit. (ranuh, 2008).
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak
dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh. Agar tubuh membuat zat
anti untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan kedalam
tubuh melalui suntikan (misalnya vaksin bcg, dpt dan campak) dan
melalui mulut (misalnya vaksin polio). (hidayat, 2008)

Tujuan imunisasi yaitu untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu


pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok
masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan suatu penyakit
tertentu dari dunia. (ranuh, 2008). Program imunisasi bertujuan untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian dari penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi. Pada saat ini, penyakit-penyakit tersebut
adalah difteri, tetanus, batuk rejan (pertusis), campak (measles), polio
dan tuberkulosis. (notoatmodjo, 2003) program imunisasi bertujuan
untuk memberikan kekebalan pada bayi agar dapat mencegah penyakit
dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering
berjangkit.

Secara umun tujuan imunisasi antara lain: (atikah, 2010)

1) Melalui imunisasi, tubuh tidak mudah terserang penyakit menular

2) Imunisasi sangat efektif mencegah penyakit menular

3) Imunisasi menurunkan angka mordibitas (angka kesakitan) dan


mortalitas (angka kematian) pada balita
Manfaat imunisasi

1. Untuk anak: mencegah penderitaan yang disebabkan oleh


penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian.
2. Untuk keluarga: menghilangkan kecemasan dan psikologi
pengobatan bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga
apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa
kanak-kanak yang nyaman.
3. Untuk negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan
bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan
negara.
Macam-macam imunisasi
a. Imunisasi aktif, adalah pemberian kuman atau racun kuman yang
sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk
merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri. Contohnya
imunisasi polio atau campak. Keuntungan imunisasi aktif yaitu
pertahanan tubuh yang terbentuk akan dibawa seumur hidup,
murah dan efektif, tidak berbahaya, reaksi yang serius jarang
terjadi (ranuh dkk, 2017).

b. Imunisasi pasif adalah pemberian antibodi kepada resipien,


dimaksudkan untuk memberikan imunitas secara langsung tanpa
harus memproduksi sendiri zat aktif tersebut untuk kekebalan
tubuhnya. (ranuh dkk, 2017).

Jenis-jenis imunisasi

a. Imunisasi bcg (bacillus calmette guerin)


Vaksin bcg merupakan vaksin beku kering yang mengandung
mycobacterium bovis hidup yang dilemahkan. Vaksin bcg tidak
mencegah infeksi tuberculosis tetapi mengurangi resiko
tuberculosis berat dan tuberkulosa primer. Imunisasi bcg
diberikan pada bayi < 3 bulan, atau pada anak dengan uji
tuberkulin negatif. Vaksin bcg diberikan secara intrakutan di
daerah lengan kanan atas pada insersio m. Deltoideus sesuai
anjuran who dengan dosis 0,05 ml (ranuh dkk, 2017).
Kontraindikasi imunisasi bcg antara lain bayi yang mengalami
defisiensi sistem kekebalan, reaksi uji tuberkulin >5 mm, demam
tinggi, terinfeksi hiv asimtomastis maupun simtomatis, adanya
penyakit kulit yang berat/menahun, atau sedang menderita tbc
(ranuh dkk, 2017). Kipi yang terjadi yaitu reaksi lokal yang
timbul setelah imunisasi bcg adalah ulkus lokal yang superfisial
pada 3 minggu setelah penyuntikkan. Ulkus tertutup krusta, akan
sembuh dalam 2-3 bulan, dan meninggalkan parut bulat dengan
diameter 4-8 mm. Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus yang
timbul lebih besar, namun apabila penyuntikkan terlalu dalam
maka parut yang terjadi tertarik ke dalam (ranuh dkk, 2017).
b. Imunisasi hepatitis b
Vaksin hepatitis b adalah vaksin virus rekombinan yang telah
dinonaktivasikan dan bersifat non-infecious. Pemberian imunisasi
ini bertujuan untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit
hepatitis b. Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml, pemberian
suntikan secara intramuskuler, sebaiknya anteroateral paha.
Pemberian sebanyak 3 dosis, dosis pertama diberikan pada usia 0-
7 hari, dosis berikutnya dengan interval minimum 4 minggu
(ranuh dkk, 2017). Kipi yang terjadi yaitu reaksi lokal seperti rasa
sakit, kemerahan dan pembengkakan di sekitar tempat
penyuntikan. Reaksi yang terjadi ringan dan biasanya hilang
setelah 2 hari. Kontraindikasi pemberian vaksin hepatitis b pada
bayi yang memiliki riwayat anafilaksis setelah vaksinasi hepatitis
b sebelumnya (ranuh dkk, 2017).
c. Imunisasi pentavalen
Vaksin pentavalen (difteri, pertusis, tetanus, hepatitis b
rekombinan, haemophilus influen-zae tipe b) berupa suspensi
homogen yang mengandung toksoid tetanus dan difteri murni,
bakteri pertussis (batuk rejan) inaktif, antigen permukaan hepatitis
b (hbsag) murni yang tidak infeksius dan komponen hib sebagai
vaksin bakteri sub unit berupa kapsul polisakarida haemophilus
influenza tibe b tidak infeksius yang dikonjugasikan kepada
protein toksoid tetanus. Indikasi digunakan untuk pencegahan
terhadap difteri, pertussis, tetanus, hepatitis b, dan infeksi
haemophilus influenza tibe b secara simultan (ranuh dkk,
2017).vaksin ini harus disuntikkan secara intramuskular pada
anterolateral paha atas, dengan dosis anak 0,5 ml. Kontraindikasi
pemberian vaksin ini adalah riwayat anafilaksis pada pemberian
vaksin sebelumnya, ensefalopati sesudah pemberian vaksin
pertusis sebelumnya, keadaan lain dapat dinyatakan sebagai
perhatian khusus (precaution). Riwayat kejang dalam keluarga
dan kejang yang tidak berhubungan dengan pemberian vaksin
sebelumnya bukanlah suatu kontraindikasi terhadap pemberian
vaksin ini (ranuh dkk, 2017). Kipi yang terjadi reaksi local
kemerahan, bengkak, dan nyeri pada lokasi injeksi, demam
ringan, anak gelisah dan menangis terus menerus, dan lemas
(ranuh dkk, 2017).
d. Imunisasi polio
Imunisasi polio yaitu proses pembentukan kekebalan terhadap
penyakit polio. Vaksin yang digunakan yaitu ipv (inactivated
polio vaccine) yang berisis virus polio virulen yang sudah
diinaktivasi/dimatikan dengan panas dan formaldehid. Vaksin ipv
meningkatkan antibodi humoral dengan cepat. Namun, vaksin ipv
sedikit memberikan kekebalan lokal pada dinding usus sehingga
virus polio masih dapat berkembang biak dalam usus orang yang
telah mendapat ipv saja. Hal ini memungkinkan terjadinya
penyebaran virus ke sekitarnya, yang membahayakan orang-orang
disekitarnya, sehingga vaksin ini tidak dapat mencegah
penyebaran virus polio liar. Ipv tidak dipergunakan untuk
eradikasi polio, namun dapat mencegah kelumpuhan baik akibat
virus polio liar atau virus polio vaksin sabin (ranuh dkk, 2017).
Kontraindikasi umumnya pada imunisasi : vaksinasi harus ditunda
pada mereka yang sedang menderita demam, penyakit atau
penyakit kronis progresif. Hipersensitif pada saat pemberian
vaksin ini sebelumnya. Penyakit demam akibat infeksi akut :
tunggu sampai sembuh (ranuh dkk, 2017). Kipi yang terjadi reaksi
lokal pada tempat penyuntikan antara lain nyeri, kemerahan,
indurasi dan bengkak bisa terjadi dalam waktu 48 jam setelah
penyuntikan dan bisa bertahan selama satu atau dua hari.
Kejadian dan tingkat keparahan dari reaksi lokal tergantung pada
tempat dan cara penyuntikan serta jumlah dosis yang sebelumnya
diterima. Reaksi sistemik yang ditimbulkan demam dengan atau
tanpa disertai myalgia, sakit kepala atau imfadenopati (ranuh,
2017).
e. Imunisasi mr (measles dan rubella)
Campak dan rubella adalah penyakit infeksi menular melalui
saluran nafas yang disebabkan oleh virus. Campak dapat
menyebabkan komplikasi yang serius seperti diare, radang paru
(pneumonia), radang otak (ensefalitis), kebutaan bahkan
kematian. Rubella biasanya berupa penyakit ringan pada anak,
akan tetapi bila menulari ibu hamil pada trimester pertama dapat
menyebabkan keguguran atau kececatn pada bayi yang dilahirkan.
Kecacatan tersebut dikenal segabai sindroma rubella konginetal di
antaranya meliputi kelainan pada jantung dan mata, ketulian dan
keterlambatan perkembangan (kemenkes ri, 2017). Kontraindikasi
pemberian vaksin mr adalah anak dengan penyakit keganasan
yang tidak diobati atau gangguan imunitas, yang mendapat
pengobatan dengan imunosupresif atau terapi sinar atau mendapat
steroid dosis tinggi. Anak dengan alergi berat gelatin atau
neomisin. Anak yang mendapat vaksin hidup yang lain harus di
tunda minimal 1 bulan setelah imunisasi yang terakhir. Vaksin mr
tidak boleh diberikan dalam waktu 3 bulan setelah pemberian
immunoglobulin atau transfusi darah (ranuh dkk, 2017). Kipi
yang terjadi yaitu dapat terjadi malaise (lemas), demam dan ruam
yang berlangsung 7-12 hari setelah imunisasi dan pada umumnya
berlangsung selama 1-2 hari (ranuh dkk, 2017).
4) Lingkungan penganiayaan
Penganiayaan atau kekerasan terhadap anak seringkali terjadi dan
umumnya dilakukan oleh orang yang dekat dengan korban.
Penganiayaan baik secara fisik maupun verbal, tentunya menimbulkan
dampak negatif bagi anak baik secara fisik maupun psikologis.
Berbagai bentuk kekerasan pada anak.
a. Kekerasan emosional
Kekerasan pada anak tidak hanya dalam bentuk fisik, tetapi juga
bisa dalam bentuk lain, contohnya kekerasan yang menyerang mental
anak. Bentuk kekerasan terhadap anak yang menyerang mental bisa
beranekaragam. Sebagai contoh kekerasan emosional yakni
meremehkan atau mempermalukan anak, berteriak di depan anak,
mengancam anak, dan mengatakan bahwa ia tidak baik. Jarang
melakukan kontak fisik seperti memeluk dan mencium anak juga
termasuk contoh dari kekerasan emosional pada anak.
Tanda-tanda kekerasan emosional di diri anak meliputi:
1) Kehilangan kepercayaan diri
2) Terlihat depresi dan gelisah
3) Sakit kepala atau sakit perut yang tiba-tiba
4) Menarik diri dari aktivitas sosial, teman-teman, atau orangtua
5) Perkembangan emosional terlambat

6) Sering bolos sekolah dan penurunan prestasi, kehilangan


semangat untuk sekolah

7) Menghindari situasi tertentu

8) Kehilangan ketrampilan

9) Penelantaran anak

Kewajiban dari kedua orangtua terhadap anak adalah memenuhi


kebutuhannya, termasuk memberikan kasih sayang, melindungi, dan
merawat anak. Jika kedua orangtua tidak bisa memenuhi kebutuhan
anak, bisa dianggap orangtua telah menelantarkan anak. Tindakan ini
termasuk ke dalam salah satu jenis kekerasan terhadap anak.
Pasalnya, anak tentu masih membutuhkan perhatian, kasih sayang,
dan perlindungan orangtua. Orangtua yang tidak mampu atau tidak
mau memberikan segala kebutuhan anak berarti telah melakukan
tindak kekerasan terhadap anak.

Berikut tanda-tanda dari penelantaran anak:

1) Anak merasa acuh tak acuh


2) Memiliki kebersihan yang buruk
3) Memiliki pertumbuhan tinggi atau berat badan yang buruk
4) Kurangnya pakaian atau perlengkapan kebutuhan anak lainnya
5) Prestasi yang buruk di sekolah
6) Kurangnya perawatan medis atau perawatan emosional.
7) Kelainan emosional, mudah marah atau frustrasi.
8) Perasaan ketakutan atau gelisah
9) Penurunan berat badan tanpa sebab jelas
b. Kekerasan fisik
Salah satu jenis kekerasan yang mungkin paling sering terjadi
kepada anak dari orangtua adalah kekerasan fisik. Terkadang,
orangtua dengan sengaja melakukan kekerasan fisik pada anak dengan
maksud untuk mendisiplinkan anak. Namun, cara untuk
mendisiplinkan anak sebenarnya tidak harus selalu dengan
menggunakan kekerasan fisik, seperti anak sering dibentak yang
menyakitkan hatinya. Ada banyak cara lain yang lebih efektif dalam
mendisiplinkan anak tanpa harus membuatnya trauma atau
meninggalkan luka pada tubuhnya. Tanda-tanda kekerasan fisik yang
dialami anak bisa terlihat dengan adanya cedera, lebam, maupun bekas
luka di tubuh.
c. Kekerasan seksual
Ternyata, trauma akibat pelecehan seksual tidak hanya dalam
bentuk kontak tubuh. Mengekspos anak pada situasi seksual atau
materi yang melecehkan secara seksual, walaupun tidak menyentuh
anak, termasuk dalam kekerasan atau pelecehan seksual pada anak.
Sebagai contoh, orangtua yang mengejek bentuk pertumbuhan
payudara anak tidak sesuai dengan ukuran payudara anak seusianya,
terlebih dilakukan di depan orang lain. Hal ini sudah termasuk sebagai
kekerasan seksual terhadap anak. Sebagai orangtua, sebaiknya anda
justru ajari anak melindungi diri dari kekerasan seksual di luar rumah.
Di sisi lain, mengenalkan anak dengan pornografi di usia yang belum
seharusnya juga termasuk dalam bentuk kekerasan seksual, dilansir
dari mayo clinic. Tanda-tanda kekerasan seksual yang dialami anak
biasanya berupa punya penyakit menular seksual, masalah pada organ
intim, hamil, nyeri saat berjalan, dan lainnya.
5) Anak berkebutuhan khusus
Anak berkebutuhan khusus (abk) diartikan sebagai individu-
individu yang mempunyai karakteristik yang berbeda dari individu
lainnya yang dipandang normal oleh masyarakat pada umumnya. Secara
lebih khusus anak berkebutuhan khusus menunjukkan karakteristik fisik,
intelektual, dan emosional yang lebih rendah atau lebih tinggi dari anak
normal sebayanya atau berada di luar standar normal yang berlaku di
masyarakat. Sehingga mengalami kesulitan dalam meraih sukses baik
dari segi sosial, personal, maupun aktivitas pendidikan (bachri,2010).
Kekhususan yang mereka miliki menjadikan abk memerlukan pendidikan
dan layanan khusus untuk mengoptimalkan potensi dalam diri mereka
secara sempurna (hallan dan kauffman 1986, dalam hadis, 2006).
Heward (2003) mendefinisikan abk sebagai anak dengan
karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa
selalu menunjukkan pada ketidak mampuan mental, emosi , atau fisik.
Definisi tentang anak berkebutuhan khusus juga diberikan oleh suran dan
rizzo (dalam semiawan dan mangunson,2010) abk adalah anak yang
secara signifikan berbeda dalam beberapa dimensi yang penting dari
fungsi kemanusiaannya. Mereka yang secara fisik, psikologis, kognitif,
atau sosial terlambat dalam mencapai tujuan-tujuan atau kebutuhan dan
potensinya secara maksimal, meliputi mereka yang tuli, buta, gangguan
bicara, cacat tubuh, retardasi mental, gangguan emosional, juga anak-
anak berbakat dengan inteligensi tinggi termasuk kedalam kategori anak
berkebutuhan khusus karena memerlukan penanganan dari tenaga
profesional terlatih. Mangunsong (2009), menyebutkan penyimpangan
yang menyebabkan abk berbeda terletak pada perbedaan ciri mental,
kemampuan sensori, fisik dan neuromoskuler, perilaku sosial dan
emoional, kemampuan berkomunikasi, aupun kombinasi dua atau tiga
dari hal-hal tersebut. Ada beberapa istilah yang digunakan untuk
menunjukkan keadaan anak berkebutuhan khusus. Istilah anak
berkebutuhan khusus merupakan istilah terbaru yang digunakan dan
merupakan terjemahan dari children with special need yang telah
digunakan secara luas di dunia internasional.
Who juga merumuskan beberapa istilah yang digunakan untuk menyebut
anak berkebutuhan khusus, yaitu:

a. Impairement : merupakan suatu keadaan atau kondisi dimana


individu mengalami kehilangan atau abnormalitas psikologi,
fisiologi atau fungsi struktur anatomisecara umum pada tingkat
organ tubuh. Contoh seorang yang mengalami amputasi satu kaki,
maka ia mengalami kecacatan kaki

b. Disability : merupakan suatu keadaan dimana individu menjadi


“kurang mampu” melakukan kegiatan sehari-hari karena adanya
keadaan impairement, seperti kecacatan pada organ tubuh. Contoh,
pada orang yang cacat kaki, dia akan merasakan berkurangnya
fungsi kaki untuk mobilitas
c. Handicaped : suatu keadaan dimana individu mengalami ketidak
mampuan dalam bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan.
Hal ini dimungkinkan karena adanya kelainan dan berkurangnya
fungsi organ individu. Contoh orang yang mengalami amputasi kaki,
dia akan mengalami masalah mobilitas sehingga dia memerlukan
kursi roda (purwanti, 2012).
Klasifikasi anak berkebutuhan khusus, gangguan anak berkebutuhan
khusus menurut davidson, neale dan kring (2006) terdiri dari gangguan
pemusatan perhatian atau hiperaktivitas, gangguan tingkah laku,
disabilitas belajar, retardasi mental, dan gangguan autistik. Sedangkan
syamsul (2010) mengklasifikasikan anak berkebutuhan khusus apabila
termasuk kedalam salah satu atau lebih dari kategori berikut ini.

a. Kelainan sensori, seperti cacat penglihatan atau pendengaran


b. Deviasi mental, termasuk gifted dan retardasi mental
c. Kelainan komunikasi, termasuk problem bahasa dan dan ucapan
d. Ketidak mampuan belajar, termasuk masalah belajar yang serius
karena kelainan fisik
e. Perilaku menyimpang, termasuk gangguan emosional
f. Cacat fisik dan kesehatan, termasuk kerusakan neurologis, ortopedis,
dan penyakit lainnya seperti leukimia dan gangguan perkembangan.

Sikap penerimaan orangtua, penerimaan orangtua dapat didefiniskan


sebagai suatu sikap orangtua yang menerima dan mencintai anak tanpa
menjadikan perilaku atau kondisi anak sebagai faktor penentu perubahan
sikap pada anak. Tingkat penerimaan orangtua dalam menerima anak
berkebutuhan khusus sangat dipengaruhi oleh tingkat kestabilan dan
kematangan emosi, pendidikan, status sosial ekonomi, jumlah anggota
keluarga, struktur dalam keluarga, dan kultur turut melatar belakanginya.
Ketika orangtua menunjukkan kerjasama, saling menghormati,
komunikasi yang seimbang, dan penyesuaian terhadap kebutuhan
masing-masing akan membantu anak dalam membentuk sikap yang
positif. Sebaliknya, bila orangtua menunjukkan koordinasi yang buruk,
peremehan yang dilakukan secara aktif oleh orangtua, kurangnya
kerjasama dan kehangatan, dan pemutusan hubungan oleh salah satu
orangtua merupakan kondisi yang membuat anak menghadapi risiko
terjadinya gangguan perkembangan (santrock, 2007).

Aspek-aspek penerimaan orangtua:


a. Orangtua harus menerima keberadaan anaknya tanpa syarat apapun.
Penerimaan total orangtua terhadap anaknya memberikan rasa
percaya diri yang tinggi kepada anak dan dapat mempercepat proses
pembelajaran dan perkembangan anak.
b. Hubungan atau ikatan batin yang kuat antara orangtua dan anak
dapat menciptakan rasa aman secara emosional, tenteram, dan
bahagia menjadi dirinya sendiri.

c. Dukungan dari orangtua seperti menghargai dan menghormati anak


sebagai

d. Pribadi yang unik, sehingga dapat mengembangkan segala


potensinya untuk menjadi pribadi yang mandiri.

Faktor – faktor penerimaan

a. Respon individu terhadap anak yang mewarnai sikap orangtua


terhadap anaknya.

b. Pengalaman dengan teman-teman, baik dimasa lalu maupun


sekarang, mewarnai sikap individu. Misalnya, seorang pemuda yang
mendengar keluhan teman-temannya tentang kesulitan keuangan
yang dihadapi sebagai orangtua, memutuskan bahwa sebaiknya ia
tidak mempunyai anak.

c. Orangtua atau nenek yang mencintai anak-anak dan yang menaruh


belas kasihan kepada orang-orang yang tidak mempunyai anak dapat
menimbulkan sikap yang menyenangkan terhadap anak.

d. Sikap terhadap jenis kelamin dari anak yang belum dilahirkan dapat
dipengaruhi oleh gagasan-gagasan stereotip, misalnya bahwa anak
laki-laki “sulit diatur”.

e. Media massa cenderung mengagungkan kehidupan keluarga dan


peran orangtua. Sikap orang dewasa yang terbatas pengalamannya
dengan anak-anak dapat sangat dipengaruhi “drama keluarga” dalam
acara televisi.
B. Masalah kesehatan remaja perilaku seksual beresiko
Perilaku seksual berisiko adalah kegiatan seksual yang akan
meningkatkan peluang seseorang yang melakukannya terkena atau
menularkan penyakit menular seksual (pms) atau menyebabkan
kehamilan. Perilaku seksual berisiko dapat berarti dua hal yaitu perilaku
itu sendiri atau deskripsi perilaku dari pasangan. Perilaku tersebut dapat
berupa hubungan seks melalui vagina, oral, atau anal. Pasangan yang
dilibatkan dapat merupakan pasangan noneksklusif, positif hiv, atau
pengguna narkoba suntikan. Penggunaan narkoba itu sendiri juga
memiliki kaitan dengan perilaku seksual berisiko.

Beberapa perilaku seksual berisiko di antaranya, yaitu :

1) Seks tanpa menggunakan tanpa pengaman (seperti kondom)

2) Kontak antara mulut dan kelamin tanpa pengaman

3) Memulai aktivitas seksual pada usia muda

4) Bergonta-ganti pasangan seks

5) Seks anal tanpa pengaman

6) Berhubungan seks dengan pasangan yang pernah menggunakan


narkoba suntik

7) Terlibat dalam pekerjaan seks

8) Memiliki pasangan yang melakukan perilaku seksual berisiko

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual beresiko. Perilaku


beresiko muncul karena dipengaruhi oleh faktor risiko (risk factor) yang
berasal dari dalam diri remaja (level of the individual), dari keluarga
(level of the family) dan dari luar keluarga (extrafamilial relations).

1) Faktor yang berasal dari diri remaja (level of the individual)


adalah motivasi berprestasi yang rendah (low achievement
motivation) dan harga diri yang rendah (low self esteem)
2) Faktor dari keluarga (level of the family) adalah orang tua yang
sangat tegas (high strictness) dan fukungannya rendah (low
support)

3) Faktor dari luar keluarga (extrafamilial relations) adalah


hubungan dengan teman sebaya yang menyimpang (association
with deviant peers) dan orientasi terhadap teman sebaya yang
berlebihan (extreme peer orientation) (decović, 1999).

Dampak dari perilaku seksual beresiko. Wong (2008) menyebutkan,


hubungan seksual berisiko remaja memiliki dampak, yaitu :

1) Hubungan seksual beresiko

Menyebabkan peningkatan penyakit menular seksual karena


kurangnya preoteksi agau gaya hidup yang kurang sehat sehingga
timbul penyakit menular seksual seperti shypilis, gonorrhea,
chlamydia dan genital herpes.

2) Hiv/aids

Hiv/aids merupakan penyakit menular yang diakibatkan karena


hubungan seksual yang tidak sehat, darah dan jarum suntik yang
terinfeksi.

3) Kehamilan

Kurangnya pengetahuan tentang seksualitas menjadi penyebab


utama terjadinya kehamilan.

4) Aborsi

Aborsi terjadi karena kehamilan yang tidak diinginkan. Aborsi


merupakan pilihan utama untuk pasangan yang tidak
menginginkan bayi akibat hubungan seksual. Aborsi dapat
meningkatkan angka resiko kematian ibu akibat perdarahan yang
berlebihan.
Sedangkan menurut asparian, andriani & lestari (2015) menyebutkan,
yang termasuk kedalam kategori perilaku seksual beresiko adalah :

1) Berciuman bibir/mulut dan lidah


2) Meraba dan mencium bagian sensitif seperti payudara ataupun
alat kelamin
3) Meraba dan mencium bagian sensitif seperti payudara ataupun
alat kelamin
4) Menempelkan alat kelamin
5) Oral seks (memasukkan alat kelamin kedalam mulut)
6) Berhubungan seksual
C. Faktor yang mempengaruhi kesehatan anak dan remaja

Menurut penelitian, ternyata angka kejadian gangguan tumbuh


kembang anank cukup tinggi. Riset kesehatan dasar 2013 menyebutkan
angka kejadian anak pendek akibat masalah gizi di indonesia adalah
sebesar 37,2% dan tentunya gangguan pertumbuhan ini akan
mengganggu perkembangannya. Oleh sebab itu, penting bagi orang tua
agar selalu memantau tumbuh kembang anak terutama anak di bawah
usia 2 tahun. Pemantauan tumbuh kembang adalah pemantauan kegiatan
untuk menemukan atau mendapati beberapa masalah secara dini, seperti:

a. Penyimpangan pertumbuhan: misalnya status gizi kurang atau buruj,


anak pendek.
b. Penyimpangan perkembangan: misalnya terlambat bicara
c. Penyimpangan mental emosional anak: missal gangguan konsentrasi
atau hiperaktif.
Penyebab utama tumbuh kembang anak di indonesia belum memenuhi
standar global adalah masih kurangnya pemahaman akan pentingnya
pemantauan tumbuh kembang anak sejak dini, tertama saat usai 2 tahun
pertama. Selain itu, tingkat budaya dan social ekonomi yang beragam
menjadi factor penentu. Agar anak dapat tumbuh kembang scara optimal
diperlukan factor pendukung, yaitu :
a. Hubungan anggota kleuarga dan lingkungan yang memberikan kasih
saying.
b. Keadaan fisik mental dan ssosial yang sehat.
c. Terjangkau oleh pelayanan kesehatan.
d. Makanan yang cukup dan bergizi seimbang.
e. Anak dapat kesempatan memperoleh stimulasi tumbuh kembang dan
pendidikan dini di kleuarga dan masyarakat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi status kesehatan anak adalah sebagai


berikut:

a. Faktor kesehatan

Faktor kesehatan merupakan faktor utama yang dapat menentukan


status kesehatan anak secara umum. Faktor ini ditentukan oleh status
kesehatan anak itu sendiri, status gizi, dan kondisi sanitasi.

b. Faktor kebudayaan

Pengaruh budaya juga sangat menentukan status kesehatan anak,


dimana terdapat keterkaiatan secara langsung antara budaya dengan
pengetahuan. Budaya di mayarakat dapat juga menimbulkan
penurunan kesehatan anak, misalnya terdapat beberapa budaya di
masyarakat yang dianggap baik oleh masyarakat padahal budaya
tersebut justru menrunkan kesehatan anak. Sebagai contoh, anak
yang pasca operasi dilarang makan telur dan daging ayam atau sapi
karena dianggap dapat menambah nyeri dan jumlah nanah atau pus
pada luka operasi dan menghambat proses penyembuhan luka
operasi. Contoh budaya yang ada di masyarakat tersebut sangat besar
mempengaruhi derajat kesehatan anak, mengingat anak dalam masa
pertumbuhan dan perkembangan yang tentunya membutuhkan
perbaikan gizi atau nutrisi yang cukup.

c. Faktor keluarga
Faktor keluarga dapat menentukan keberhasilan perbaikan status
kesehatan anak. Pengaruh keluarga pada masa pertumbuhan dan
perkembangan anak sangat besar melalui pola hubungan anak dan
keluarga serta nilai-nilai yang ditanamkan. Apakah anak dijadikan
sebagai pekerja ataukah diperlakukan sebagaimana mestinya dan
dipenuhi kebutuhannya baik asah, asih, dan asuhnya. Peningkatan
status kesehatan anak juga terkait langsung dengan peran dan fungsi
keluarga terhadap anaknya, seperti membesarkan anak, memberikan
dan menyediakan makanan, melindungi kesehatan, memberikan
perlindungan secara psikologis, menanamkan nilai budaya yang
baik, memepersiapkan pendidikan anak, dan lain-lain (behrman,
2000).

d. Faktor yang mempengaruhi kesehatan pada remaja

Pada masa remaja terjadi perkembangan yang dinamis dalam


kehidupan individu yang di tandai dengan percepatan pertumbuhan
fisik, emosional, dan social, perubahan fisik yang terjadi di
antaranya timbul proses pematangan organ reproduksi selain itu juga
sudah terjadi perubahan psikologis. Hal ini mengakibatkan
perubahan sikap dan tingkah laku seperti mulai memperhatikan
penampilan diri, mulai tertarik dengan lawan jenis, berusaha menarik
perhatian dan muncul perasaan cinta yang kemudian akan timbul
dorongan seksual. Karena pada masa remaja cenderung memiliki
tingkat seksual yang tinggi sehubungan dengan mulai matangnya
hormon seksual dan organ-organ reproduksi. Saat usia remaja di
mana organ reproduksi rentan terhadap infeksi pda saluran
reproduksi,kehamilan, dan penggunaan obat-obatan.

Adapun beberapa factor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi


pada remaja antara lain:
1) Informasi

Semua remaja dalam penelitian ini pernah mendengar informasi


tentang kesehatan reproduksi. Hal tersebut di karenakan
mudahnya mereka mendapatkan informasi kesehatan reproduksi
baik dari media massa, orang tua, guru atapun teman. Hal
tersebut terlihat dari data penelitian sumber remaja dalam
mendapatkan informasi kesehatan reproduksi. Banyak remaja
yang mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari media
massa yaitu internet dan dari media masa.

2) Media massa
Tidak sedikit remaja yang mendapatkan informasi kesehatan
reproduksi dari internet karena internet merupakan media yang
menyediakan informasi secara bebas tanpa batas walaupun
informasi ada yang positif dan negatif. Banyak situs-situs yang
mengungkap secara fulgar (bebas) kehidupan seks atau
gambargambar yang belum sesuai untuk remaja yang adapat
memberikan dampak kurang baik bagi mereka karena pada saat
usia remaja terjadi perubahan psikologis yang mengakibatkan
perubahan sikap dan tingkah laku seperti mulai memperhatikan
penampilan diri, mulai tertarik dengan lawan jenis, berusaha
menarik perhatian dan muncul perasaan cinta yang kemudian
akan timbul dorongan seksual. Pada masa remaja cenderung
memiliki tingkat seksual yang tinggi sehubungan dengan mulai
matangnya hormon seksual dan organ-organ reproduksi.
3) Pengaruh orang terdekat
Pengaruh orang terdekat juga berperan dalam pengetahua
remaja. Seseorang yang kita anggap penting atau dekat dengan
kita, yang diharapkan persetujuannya bagi setiap gerak dan
pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan,
ataupun seseorang yang berarti khusus bagi kita akan banyak
mempengaruhi pengetahuan kita terhadap sesuatu disinilah
suatu masalah sering kali muncul dalam kehidupan remaja
karena mereka ingin mencoba-coba segala hal, termasuk yang
berhubungan dengan fungsi ketubuhannya yang juga melibatkan
pasangannya.
4) Orang tua

Sebagian besar remaja menganggap orang tua adalah orang yang


penting bagi mereka, karena nilai-nilai yang di tanamkan oleh
orang tua mereka dapat mempengaruhi pengetahuan remaja
karena pengetahuan yang tidak sesuai dengan tugas
perkembangan remaja pada umumnya dapat dipengaruhi orang
tua. Bilamana orang tua mampu memberikan pemahaman
mengenai pengetahuan kesehatan reproduksi kepada anak-
anaknya, maka anak-anaknya cenderung mengontrol perilaku
seksnya yang dapat berpengaruh pada organ reproduksi itu
sesuai dengan pemahaman yang diberikan orang tuanya hal ini
terjadi karena pada dasarnya pendidikan seks yang terbaik
adalah yang diberikan oleh orang tua sendiri, dan dapat pula
diwujudkan melalui cara hidup orang tua dalam keluarga sebagai
suami-istri yang bersatu dalam perkawinan. Kesulitan yang
timbul kemudian adalah apabila pengetahuan orang tua kurang
memadai menyebabkan sikap kurang terbuka dan cenderung
tidak memberikan pemahaman tentang masalah-masalah
reproduksi anak. Akibatnya anak mendapatkan informasi seks
yang tidak sehat. Seorang peneliti menyimpulkan hasil
penelitiannya sebagai berikut:

a. Informasi seks yang tidak sehat atau tidak sesuai dengan


perkembangan usia remaja ini mengakibatkan remaja
terlibat dalam kasus-kasus berupa konflik-konflik dan
gangguan mental
b. Ide-ide yang salah dan ketakutan-ketakutan yang
berhubungan dengan seks. Dalam hal ini, terciptanya
konflik dan gangguan mental serta ide-ide yang salah dapat
memungkinkan seorang remaja untuk melakukan hubungan
seks pranikah.
5) Teman

Pada saat menginjak usia remaja biasanya cenderung ingin


membuktikan diri dan tidak bergantung lagi pada orang tua dan
biasanya pada usia remaja lebih merasa nyaman jika berada
bersama teman-temannya maka tak heran bila remaja
mempunyai kecenderungan untuk mengadopsi informasi yang
diterima oleh temantemannya, tanpa memiliki dasar informasi
yang signifikan dari sumber yang lebih dapat dipercaya.
Informasi dari teman-temannya tersebut, dalam hal ini tak jarang
menimbulkan rasa penasaran yang membentuk serangkaian
pertanyaan dalam diri remaja. Untuk menjawab pertanyaan itu
sekaligus membuktikan kebenaran informasi yang diterima,
mereka cenderung melakukan dan mengalami hubungn seks
pranikah itu sendiri yang dapat berdampak negatif untuk
kesehatan reproduksinya

6) Diskusi

Pada kehidupan psikis remaja, perkembangan organ seksual


mempunyai pengaruh kuat dalam minat remaja terhadap lawan
jenis kelamin. Ketertarikkan antar lawan jenis ini kemudian
berkembang ke pola yang lebih serius serta memilih pasangan
yang akan ditetapkan sebagai teman hidup dan pada kehidupan
moral, seiringan dengan bekerjanya gonads, tak jarang timbul
konflik dalam diri remaja. Masalah yang timbul yaitu akibat
adanya dorongan seks dan pertimbangan moral sering kali
bertentangandan hal inilah yang menyebabkan remaja sangat
perlu untuk berdiskusi karena apa yang sedang atau dialami
seseorang akan mempengaruhi pengahayatan terhadap stimulus
social. Dalam hal ini mungkin remaja memiliki pengalaman
pribadi yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi
sehingga berpengaruh terhadap seksualitas. Pengalaman masa
anak-anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja yang
pada masa anak-anak mengalami pengalaman buruk akan mudah
terjebak ke dalam aktivitas seks pada usia yang amat muda dan
memiliki kencenderungan untuk memiliki pasangan seksual
yang berganti-ganti.

Adapun beberapa factor yang dapat mempengaruhi kesehatan


pada remaja:
1) Kurangnya pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan perilaku
remaja terhadap kesehatannya.
2) Kurangnya kepedulian orang tua, masyarakat, serta
pemerintah dalam mengatasi masalah remaja.
3) Belum optimalnya pelayanan kesehatan remaja.

D. Strategi untuk meningkatkan kesehatan anak dan remaja


Strategi untuk meningkatkan perilaku kesehatan anak atau remaja
dan masyarakat secara keseluruhan tidak lepas dari peran perawat
sebagai pemberi pelayanan keperawatan, pendidik, pemerhati kesehatan,
koordinator pelayanan kesehatan, dan pembaharu, serta penyelenggara
pelayanan kesehatan. Panutan, peran panutan, dan peran pemerhati
kesehatan.
Peran perawat komunitas dalam mencapai tujuan mdg's 2015 adalah
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui praktik
keperawatan komunitas, yang dicapai dengan mempromosikan kesehatan
(promosi) dan pencegahan penyakit (pencegahan) di semua tingkat
pencegahan.
Derajat kesehatan masyarakat yang masih belum optimal pada
dasarnya dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, perilaku masyarakat,
pelayanan kesehatan, dan genetik. Ilmuwan umumnya percaya bahwa
selain kondisi lingkungan, faktor utama yang menentukan derajat
kesehatan masyarakat adalah perilaku masyarakat. Perencanaan
kesehatan, untuk mendapatkan perubahan perilaku yang sesuai dengan
regulasi kesehatan perlu dilakukan upaya khusus dan aktif.beberapa
strategi untuk memperoleh perubahan perilaku who membaginya
menjadi tiga kategori:
1. Menggunakan metode kekuasaan atau dorongan
Dalam hal ini, dilakukan perubahan tingkah laku terhadap tujuan
atau masyarakat sehingga dia mau melakukan apa yang diharapkan
(tingkah laku). Misalnya, cara ini dapat ditempuh dengan adanya
peraturan atau undang-undang yang harus dipatuhi oleh anggota
masyarakat.metode ini akan menimbulkan perilaku yang cepat,
namun perubahan tersebut belum tentu berlangsung lama karena
perubahan perilaku yang telah terjadi tidak. Namun berdasarkan
pengetahuan mereka sendiri.
2. Memberi sebuah informasi
Dengan memberikan informasi tentang cara mencapai hidup sehat,
cara menjaga kesehatan, cara menghindari penyakit, dsb, maka akan
menambah pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut. Selain itu,
pengetahuan ini akan meningkatkan kesadaran mereka dan pada
akhirnya akan memungkinkan orang untuk bertindak sesuai dengan
pengetahuan yang dimilikinya. Hasil atau perubahan perilaku
membutuhkan waktu yang lama dengan cara ini, tetapi perubahan
yang diterapkan akan tetap ada karena didasarkan pada kesadaran
sendiri (tidak dipaksakan).
3. Berdiskusi
Sebagai penyempurnaan, metode pemberian informasi kesehatan
yang kedua ini tidak hanya satu metode, tetapi juga dua metode.
Artinya, masyarakat tidak hanya pasif menerima informasi, tetapi
juga harus berperan aktif dalam pembahasan informasi yang
diterima.oleh karena itu, pengetahuan kesehatan sebagai dasar
perilakunya diperoleh secara mantap dan mendalam, bahkan dapat
dijadikan rujukan untuk kebiasaan manusia. Lain. Tentunya cara ini
akan memakan waktu lebih lama dari cara yang kedua dan jauh lebih
baik dari cara yang pertama. Diskusi partisipatif adalah cara terbaik
untuk memberikan informasi kesehatan.
Strategi yang digunakan untuk membantu mengatasi masalah kesehatan
remaja, antara lain :

1. Memperkuat kemitraan antar lembaga, lembaga, organisasi dan


swasta untuk meningkatkan kesehatan generasi muda

2. Mendorong generasi muda untuk berpartisipasi aktif dalam


meningkatkan kesehatannya

3. Meningkatkan partisipasi orang tua dan masyarakat dalam


meningkatkan kesehatan generasi muda

4. Meningkatkan penyediaan dan penggunaan layanan perawatan


kesehatan berkualitas tinggi bagi kaum muda

Ada beberapa pelayanan kesehatan remaja yang memenuhi kebutuhan,


dan selera remaja di beberapa profinsi diperkenalkan dengan sebutan
pelayanan kesehatan peduli remaja atau disingkat pkpr. Selain itu juga
ada juga lembaga uks di setiap sekolah untuk membina siswa siswi di
sana.

E. Tanggung jawab untuk meningkatkan kesehatan anak dan remaja


Tanggung jawab dalam meningkatkan kesehatan pada anak dan
remaja bukan hanya menjadi tanggung jawab orang tua, bahkan tanaga
kesehatan tetapi tanggung jawab pemerintah dalam meningkatkan derajat
kesehatan khususnya pada anak dan remaja sangat penting. Banyaknya
kasus yang berkembang tentang masalah kesehatan reproduksi pada
remaja secara global seperti kehamilan tak diinginkan, aborsi,
penyebaran hiv/aids dan penyakit menular seksual lainnya (cook 2007;
skinner, 2008; quinlivan,2006).
Kesehatan reproduksi remaja indonnesia juga di atur dalam uu kesehatan
no. 32 tahun 2009. Dimana edukasi, informasi, dan layanan menjadi
tanggung jawab pemerintah, pemda, dan masyarakat.
Program promosi kesehatan reproduksi remaja paling tidak brupa
informasi pengetahuan dasar kesehtan reproduksi meliputi aspek tumbuh
kembang remaja: system, proses dan fungsi alat reproduksi, pengetahuan
mendewasakan usia kawin dan merencanakan kehamilan, informassi
seputar penyakit menular seksual dan hiv/aids, bahaya narkoba dan
miras, pengaruh sosial, kekerasan sesksual, kemampuan berkmunikasi
dan memperkuat kepercayaan diri, dan hak-hak reproduksi.
Ada pula beberapa program pemerintah:
1. Program dan kebijakan pemerintah untuk kesehatan bayi dan anak.
Pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan untuk mengatasi
masalah kesehatan anak, khususnya penurunan angka kematian anak,
antara lain sebagai berikut:
2. Meningktakan mutu pelayanan kesehatan dan pemerataan pelayanan
kesehatan. Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan dan
pemerataan pelayanan kesehatan di masyarakat, berbagai upaya telah
dilakukan, salah satunya dengan meletakkan landasan pelayanan
kesehatan di bidang pelayanan dasar. Pelayanan dasar dapat
diberikan di abses utama, abses pembantu, posyandu dan unit terkait
di masyarakat. Cakupan pelayanan diperluas melalui pemerataan
pelayanan kesehatan di semua aspek masyarakat atau di semua
tingkatan. Tujuan bentuk pelayanan ini adalah untuk
mendistribusikan pelayanan kesehatan secara merata. Upaya yang
setara ini dapat dicapai dengan mengalokasikan bidan desa, perawat
komunitas, fasilitas puskesmas, puskesmas pedesaan, dan puskesmas
keliling.
3. Meningkatkan status gizi masyarakat
Peningkatan status gizi masyarakat merupakan bagian dari upaya
mendorong peningkatan kesehatan. Mendorong peningkatan
kesehatan dengan memberikan nutrisi yang baik. Diharapkan dengan
pemberian gizi yang baik maka tumbuh kembang anak juga bisa
baik, dan kesehatan anak dapat ditingkatkan. Upaya tersebut dapat
dilakukan melalui upaya peningkatan gizi keluarga atau upgk.
Kegiatan upgk didorong dan ditujukan untuk meningkatkan status
gizi khususnya pada masyarakat di rona yang berisiko tinggi
meninggal dunia atau sakit. Kelompok berisiko tinggi meliputi anak
balita, ibu hamil, ibu menyusui, dan lansia dengan sumber keuangan
rendah.
4. Meningkatkan peran serta masyarakat
Peningkatan peran serta masyarakat untuk membantu peningkatan
kesehatan sangat penting dilakukan, karena upaya pemerintah dalam
menurunkan angka kematian bayi dan anak tidak dapat dilakukan
oleh pemerintah sendiri, tetapi secara langsung maupun tidak
langsung ikut serta dalam kegiatan kemasyarakatan. Melalui peran
serta masyarakat diharapkan dapat berperan efektif dalam pelayanan
kesehatan. Pekerjaan atau rencana pelayanan kesehatan yang
membutuhkan partisipasi masyarakat antara lain pelaksanaan
imunisasi, penyediaan air bersih, penyehatan lingkungan, dan
perbaikan gizi.
5. Meningkatkan manajemen kesehatan
Jika manajemen pelayanan kesehatan ditingkatkan maka upaya
pelaksanaan program kesehatan anak dapat terlaksana dengan baik.
Dalam hal ini memperbaiki manajemen pelayanan kesehatan dengan
memberdayakan tenaga kesehatan yang dapat langsung
menyelesaikan masalah kesehatan anak.
F. Asuhan keperawatan
1) Asuhan keperawatan komunitas aggregat anak

Asuhan Keperawatan Pada Agregat Anak Usia Sekolah (SD) Di


Komunitas
A. Pengkajian
1. Sistem

A. Demografi : Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan,


terdapat 504 kk yang dikaji yang terdiri
dari1697 penduduk. Perbandingan sex
ratiodari jumlah penduduk yang dilakukan
pengkajian. Sebagian besar penduduk
berjenis kelamin perempuan sebanyak 825
orang (48.62%) dan jenis kelamin laki-laki
sebanyak 872 orang (51.38%). Hal ini
menggambarkan pertumbuhan penduduk
perempuan lebih tinggi. Komposisi jumlah
penduduk berdasar rentang usia dari 1697
penduduk yang dilakukan pengkajian.
Sebagian besar penduduk yang dikaji terdiri
dari kelompok usia dewasa sebanyak 931
penduduk (54.9%) dan sebagian kecil terdiri
dari kelompok bayi, batita, balita sejumlah
164 penduduk (9.7%). Data tersebut
menjelaskan kelompok usia produktif
menempati urutan jumlah tertinggi sehingga
angka ketergantungan semakin kecil.

B. Nilai : Penduduk di desa pondokrejo mayoritas


kepercayaan beragama islam. Banyak berdiri masjid dan
musholla di sekitar perumahan warga.

C. Sejarah : Terdapat 194 kk yang memilki anak usia


prasekolah dan sekolah. Distribusi kebiasaan
mencuci tangan sebelum dan sesudah makan
pada anak di desa pondokrejo bulan maret
2013 didapatkan bahwa anak yang terbiasa
mencuci tangan sebelum dan setelah makan
sebanyak 169 anak (87,11%) sedangkan anak
yang tidak memiliki kebiasaan mencuci
tangan sebelum dan setelah makan sebanyak
25 anak (12,89%).

D. Etnis : Suku di desa pondokrejo mayoritas adalah


suku madura.
2. Sub sistem

Lingkungan : Sebagian besar rumah penduduk telah


memenuhi persyaratan lantai rumah sehat
dengan lantai berupa ubin atau semen yang
kedap air dan mudah dibersihkan. Mayoritas
penduduk yang dilakukan pengkajian
mengatakan nyamuk sebagai vektor penyakit
terbesar sebanyak 392 rumah (77.93%) dan
sebagian kecil diakibatkan oleh kecoa
sebanyak 16 rumah (2.98%). Kondisi ini
mendukung fakta di lapangan bahwa desa
pondokrejo dengan insiden penyakit demam
berdarah tergolong tinggi akibat vektor
penyakit berupa nyamuk.
Pelayanan : Distribusi kebiasaan keluarga untuk minta
kesehatan dan tolong bila sakit ke puskesmas sebanyak
pelayanan sosial 261warga (42,86%). Kebiasaan keluarga
untuk minta tolong bila sakit ke dokter
praktik sebanyak 64warga (12,70%).
Kebiasaan keluarga untuk minta tolong bila
sakit ke perawat sebanyak 101warga
(20,01%). Kebiasaan keluarga untuk minta
tolong bila sakit ke bidan sebanyak 107
warga (21,23%). Kebiasaan keluarga untuk
minta tolong bila sakit ke ke fasilitas lain
sebanyak 9 warga (1,79%).
Ekonomi : Sebagian besar mata pencaharian penduduk
yaitu buruh tani sebanyak 807 orang dan
karyawan sebesar 654 orang.
Keamanan dan : Transportasi di desa pondokrejo mayoritas
transportasi menggunakan kendaraan roda dua. Sebagian
penduduk juga ada yang menggunakan
kendaraan roda empat dalam melakukan
mobilisasi, dan ada juga yang hanya berjalan
kaki dalam mengakses pelayanan kesehatan.
Politik dan : Untuk meningkatkan kebiasaan perilaku
pemerintahan perilaku hidup bersih dan sehat maka banyak
dilakukan program pendidikan kesehatan
mengenai praktek mencuci tangan dengan
sabun.
Pendidikan : Tingkat pendidikan masyarakat desa
pondokrejo sebagian besar adalah yang
sedang sekolah yaitu sejumlah 530 orang
(76,3 %). Sedangkan penduduk yang belum
tk sebesar 26 orang, penduduk tk 96 orang
dan tamat s-1 43 orang.
Komunikasi : Desa pondokrejo tidak memiliki telepon
umum, karena masyarakat sebagian besar
menggunakan ponsel untuk saling
berkomunikasi antar masyarkat.
Rekreasi : Desa pondokrejo tidak memiliki tempat
rekreasi atau fasilitas rekreasi. Masyarakat
sukowono biasanya pergi ke pantai, atau ke
taman hiburan lain yang letaknya berada di
kecamatan lain
B. Diagnosa keperawatan
Ketidakefektifan koping komunitas pada kelompok sekolah di desa
pondokrejo mengenai tidak terciptanya perilaku hidup bersih dan sehat
(mencuci tangan pakai sabun) berhubungan dengan nilai dan keyakinan
masyarakat yang kurang sesuai, dan sarana prasarana yang kurang
mendukung kesehatan.
C. Intervensi

Diagnosa Nama dan


Tujuan dan Intervensi
No keperawata Tgl tanda
kriteria hasil keperawatan
n tangan
1 Ketidakefek 15 juli Tujuan: 1. Pendidikan
tifan koping 2013 Dapat melakukan kesehatan
komunitas kegiatan cuci tangan tentang
pada pakai sabun dengan pentingnya
kelompok baik dan benar mencuci tangan
sekolah di secara teratur dan pakai sabun
desa menerapkan di bagi anak usia
pondokrejo kehidupan sehari- sekolah
mengenai hari kriteria hasil: 2. Memberikan
tidak Minimal 85% informasi
terciptanya peserta hadir, serta tentang manfaat
perilaku mampu mencuci tangan
hidup bersih mendemonstrasikan dengan sabun
dan sehat cara mencuci tangan 3. Mengajarkan
(mencuci pakai sabun yang bagaimana cara
tangan benar mencuci tangan
pakai dengan benar
sabun) 4. Memberikan
berhubunga informasi
n dengan kepada siswa-
nilai dan siswi tentang
keyakinan akibat tidak
masyarakat mencuci tangan
yang kurang 5. Memberikan
sesuai, dan informasi
sarana kepada siswa-
prasarana siswi tentang
yang penyakit yang
kurang dapat dihindari
mendukung apabila mencuci
kesehatan. tangan

D. Implementasi
Komponen implementasi dalam proses keperawatan mencakup
penerapan keterampilan yang diperlukan untuk mengimplementasikan
intervensi keperawatan yang telah dibuat. Implementasi dilakukan sesuai
intervensi yang telah dibuat.
E. Evaluasi
Kriteria :
85% peserta hadir, serta mampu mendemonstrasikan cara mencuci
tangan pakai sabun yang benar.
2) Asuhan keperawatan komunitas agregat remaja

Asuhan Keperawatan Pada Agregat Remaja

A. Pengkajian
1. Sistem

A. Demografi : Jumlah remaja di desa cipanengah kota


sukabumi menurut data demografi sebanyak ±
35 orang dan yang di berikan kusioner ± 30
orang
B. Nilai : Mereka remaja di desa cipanegah kota
kepercayaan sukabumi tidak mengetahui tentang sistem
reproduksi pria dan wanita

C. Sejarah : Mereka remaja di desa cipanengah kota


sukabumi tidak mengetahui tentang sistem
reproduksi dikarenakan tidak ada pendidikan
kesehatan dari puskesmas terdekat.

D. Agama : Mayoritas remaja di desa cipanengah kota


sukabumi menganut agama islam
E. Aktivitas : Banyak remaja di desa cipanengah kota
sukabumi melakukan perilaku sesksual yang
beresiko.

2. Sub sistem

A. Lingkungan fisik : - Observasi : tipe kampung cukup bersih,


tetapi keluarga terlalu membebaskan
pergaulannya
- Wawancara : hasil wawancara dengan
30 orang remaja, di dapatkan remaja
tersebut tidak mengetahui sistem
reproduksi pria dan wanita
- Angket: adanya kebiasaan pada
lingkungan remaja yang kurang baik
dari orang tua dan lingkungan yang
tidak membatasi pergaulan
menyimpang
B. Pelayanan : Terdapat puskesmas/klinik di desa
kesehatan dan cipanengah ± 32 km.
pelayanan social
C. Ekonomi : Berdasarkan hasil wawancara kepada
remaja kebanyakan orang tua remaja
memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta
dan berdagang untuk mencari nafkah
D. Keamanan dan : - Keamanan : ditemukan kebiasaan yang
transportasi buruk sehingga di takutkan akan
mempengaruhi psikologi remaja
tentang pemahaman sistem reproduksi
- Transportasi : jenis transportasi yang
digunakan remaja di des cipanengah
kota sukabumi adalah motor dan
angkutan umum.
E. Politik dan : Masih ada program pemerintah yang
pemerintahan belum terealisasikan di desa
cipanengah
F. Komunikasi : - Komunikasi formal : media komunikasi
yang digunakan oleh mayoritas remaja
untuk memperoleh informasi tentang
sistem reproduksi berasal dari media
(smartphone)
- Komunikasi informal : mayoritas
remaja menjawab jarang mengadakan
diskusi dengan orang tua.
G. Pendidikan : Tidak terdapat penyuluhan tentang
kesehatan reproduksi secara mendetail
H. Rekreasi : Tempat rekreasi yang sering di
manfaatkan remaja bersama orang tua
biasa nya dengan mengunjungi wisata
alam.
B. Analisis data
Data Diagnose keperawatan
Ds Mereka 30 orang remaja di desa Disfungsional seksual
ciapenangah, kota sukabumi tidak Domain 8, kelas 2, kode
mengetahui tentang sistem reproduksi diagnosis 00059
pria dan wanita

Do Banyak remaja di desa cipanengah,


kota sukabumi terkena penyakit
menular seksual (pms)
C. Diagnosa keperawatan komunitas
Disfungsional seksual di desa cipanengah kota sukabumi.
D. Perencanaan

Data Diagnosa Noc Nic


keperawatan
Kode Diagnosis Kode Hasil Kode Intervensi
Data pendukung masalah kesehatan
Studi 00059 Disfungsional Prevensi primer: Prevensi primer:
dokumentasi seksual di desa Domain vii Domain 3 perilaku
 Observasi : tipe cipanengah kesehatan 5510 Kelas s- pendidikan pasien
kampung cukup kota sukabumi komunitas Intervensi :
bersih, tetapi Lauran 3 Pendidikan kesehatan
keluarga terlalu Skala target  Tentukan penegtahuan
membebaskan outcome penyakit kesehatan dan gaya hidup
pergaulannya menular perilaku saat ini pada individu ,
 Wawancara : 2802 dipertahankan pada keluarga atau kelompok
hasil wawancara nilai 1 buruk Rumuskan tujuan dalam
dengan 30 orang 28020 ditingkatkan ke 3 program pendidikan
remaja, di 6 baik
dapatkan remaja Outcome kontrol
tersebut tidak resiko komunitas :
mengetahui 28021 penyakit menular
sistem reproduksi 5 Penyediaan produk
pria dan wanita untuk mengurangi
 angket : adanya penyebaran
kebiasaan pada 28021 penyakit
lingkungan 6 Ketersediaan
remaja yang 28021 layanan kesehatan
kurang baik dari 7 untuk mengobatai
orang tua dan penyakit menular
lingkungan yang Akses layanan
tidak membatasi 28022 kesehatan
pergaulannya 3 Pendidikan publik
yang sesuai dengan
menyimpang 28022 budaya tentang
4 penyakit menular
Pemantauan
kematian akibat
penyakit menular
Pemantauan
komplikasi
penyakit menular
Prevensi sekunder Prevensi sekunder :
: Domain 3 perilaku
Domain iv Kelas s-pendidikan pasien
pengentahuan Intervensi :
tenatng kesehatan 5624
Pengajaran: seksualitas
dan perilaku  Jelaskan anatomi dan fisiologi
Kelas t-kontrol dari tubuh pria dan wanita
resiko dan  Diskusikan perilaku seksual
keamanan dan cara-cara yang tepat untuk
Skala target mengungkapkan perasaan dan
1905 outcome penyakit kebutuhan seseorang
menular seksual
19050 (pms)
1 dipertahannkan
pada nilai 1 tidak
19050 menunjukan ke 3
2 kadang-kadang
menunjukan
19051 Out come kontrol
1 resiko : penyakit
menular seksual
19052 (pms)
0 Mengenali faktor
resiko penyakit
menular seksual
Mengetahui
konsekuensi terkait
penyakit menular
seksual
Mengenali tanda
dan gejala penyakit
menular seksual
Mengidentifikasi
faktor resiko
penyakit menular
seksual
Prevensi tersier: Prevensi tersier :
Domain iv Domain 7 komunitas
pengentahuan Kelas d-manajemen risiko komunitas
tentang kesehatan Intervensi :
dan perilaku Manajemen penyakit menular
Kelas s- 8820  Monitor faktor- faktor
pengetahuan lingkungan yang
promosi kesehatan memperngaruhi penyebaran
Skala target penyakit menular
outcome fungsi  Tingkatkan akses pada
1815 seksual pendidikan kesehatan yang
dipertahankan pada memadai sehubungan dengan
18151 nilai 1 tidak ada pencegahan dan pengobatan
1 pengetahuan terhadap penyakit menular dan
ditingkatkan ke 3 pencegahan berulang kejadian.
pengetahuan
sedang
Out come
pengetahuan :
fungsi seksual
Strategi untuk
mencegah penyakit
seksual
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSIS KEPERAWATAN TINDAKAN KEPERAWATAN PELAKSANAAN


YA TIDAK
Disfungsional seksual di desa cipanengah Primer: Manajemen perilaku: seksual
Kota Sukabumi  Sediakan pendidikan seksual, dengan cara √
yang tepat, sesuai dengan tingkat perkembangan.
 Diskusikan dengan para remaja mengenai
konsekuensi dari perilaku seksual dan verbal yang √
secara sosial dapat di terima.
Sekunder : Pengajaran: seksualitas
 Jelaskan anatomi dan fisiologi dari tubuh
pria dan wanita √

 Diskusikan perilaku seksual dan cara-cara


yang tepat untuk mengungkapkan perasaan dan
kebutuhan seseorang √

 Informasikan kepada remaja mengenai


manfaat – manfaat untuk menunda aktivitas seksual
 Ajarkan remaja mengenai penyakit seksual √
menular
Tersier : Manajemen penyakit menular
 Monitor faktor- faktor lingkungan yang √
memperngaruhi penyebaran penyakit menular
 Tingkatkan akses pada pendidikan
kesehatan yang memadai sehubungan dengan √
pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit
menular dan pencegahan berulang kejadian.

F. EVALUASI

JAM / DX. KEP TINDAKAN PELAKSANAAN EVALUASI TTD


YA TIDAK
HARI / KEPERAWATAN
TGL
11.00/ka Disfungsional Primer: Manajemen S : 30 orang Remaja di
mis/19 seksual di desa perilaku: seksual Kampung Subur Kota
maret cipanenagh Kota  Sediakan √ Sukabumi mengatakan
2020 Sukabumi pendidikan seksual, sudah paham tentang
dengan cara yang sistem reproduksi
tepat, sesuai O : 30 orang remaja di
dengan tingkat Kampung Subur Kota
perkembangan. √ Sukabumi tampak
 Diskusikan dengan mengerti dengan
para remaja pendidikan kesehatan
mengenai mengenai sistem
konsekuensi dari reproduksi
perilaku seksual A : Masalah teratasi
dan verbal yang √ sebagian
secara sosial dapat P : Intervensi dihentikan
di terima.
Sekunder : Pengajaran:
seksualitas √
 Jelaskan anatomi
dan fisiologi dari
tubuh pria dan
wanita √
 Diskusikan
perilaku seksual
dan cara-cara yang
tepat untuk √
mengungkapkan
perasaan dan
kebutuhan
seseorang √
 Informasikan
kepada remaja
mengenai manfaat
– manfaat untuk √
menunda aktivitas
seksual
 Ajarkan remaja
mengenai penyakit
seksual menular
Tersier : Manajemen
penyakit menular
 Monitor faktor-
faktor lingkungan
yang
memperngaruhi
penyebaran
penyakit menular
 Tingkatkan akses
pada pendidikan
kesehatan yang
memadai
sehubungan
dengan pencegahan
dan pengobatan
terhadap penyakit
menular dan
pencegahan
berulang kejadian.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Menurut uu no.23 tahun 1992 kesehatan adalah keadaan sejahtera dari


badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif
secara sosial ekonomis. Menurut pernyataan dari organisasi kesehatan
sedunia (who), kesehatan adalah keadaan fisik, mental dan kesejahteraan
sosial secara lengkap dan bukan hanya sekedar tidak mengidap penyakit
atau kelemahan.dengan demikian jelaslah bahwa sehat adalah suatu
kondisi yang prima meliputi tidak hanya fisik, mental maupun sosial,
melainkan diartikan pula bebas dari sakit atau cacat. Masalah kesehatan
anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan yang
saat ini terjadi di negara indonesia.

B. Saran
Makalah yang kelompok kami susun inin memiliki beberapa kekurangan.
Diharapkan pembaca dapat mengoreksi dan menyampaikan kekurangan
yang ada dalam makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

2017. “kekerasan pada anak”, https://hellosehat.com/parenting/anak-6-sampai-9-


tahun/kekerasan-pada-anak/, diakses pada 22 Maret 2021 pukul 12.45.
Sehati. 2016. “Masalah Kesehatan Pada Anak”,
https://www.admedika.co.id/index.php/id/medias/sehati-blog/item/110-masalah-
kesehatan-pada-anak, diakses pada 22 Maret 2021 pukul 13.33.

2018. “Imunisasi”, https://www.alodokter.com/imunisasi#:~:text=imunisasi


%20bertujuan%20untuk%20membangun%20kekebalan,sesuai%20jadwal
%20yang%20telah%20ditentukan, diakses pada 23 Maret 2021 pukul 17.54.

Damar. 2021. “Jenis Kekerasan Pada Anak Plus Ciri-Ciri Yang Terlihat”,
https://hellosehat.com/parenting/anak-6-sampai-9-tahun/kekerasan-pada-anak/,
diakses pada 23 Maret 2021 pukul 19.33.
Firtiani, Silvia K. DKK. 2019. “ASUHAN KEPERAWATAN PADA
AGREGRAT DALAM KOMUNITAS KESEHATAN ANAK DAN REMAJA”
(hlm. 40-49). Bandung : Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Bale Bandung

Anda mungkin juga menyukai