Anda di halaman 1dari 3

Kritik matan hadis adalah suatu upaya dalam bentuk penelitian dan penilaian terhadap matan

hadis Rasulullah Saw. Untuk menentukan derajat suatu hadis apakah hadis tersebut
merupakan hadis yang sahih atau bukan, yang diawali dengan melakukan kritik terhadap
sanad hadis terlebih dahulu.

Jika kritik sanad lazim dikenal dengan istilah kritik ekstern (al-naqd al -khariji), maka kritik
matan lazim dikenal kritik intern (al naqd al-dakhili). Istilah ini dikaitkan dengan orientasi
kritik matan itu sendiri, yakni difokuskan pada teks hadis yang merupakan intisari dari apa
yang pernah disabdakan oleh Rasulullah, yang ditransmisikan kepada generasigenerasi
berikutnya hingga ke tangan para mukharrij haditṡ, baik secara lafdzi maupun ma’nawi .

Secara praktis, aktivitas kritik matan ini telah dilakukan oleh generasi sahabat. Sebagai
contoh adalah yang pernah dilakukan oleh sahabat senior seperti Abu Bakar setelah
Rasulullah tiada. Ketika didatangi seorang nenek untuk meminta bagian warisan cucunya,
Abu Bakar berkata: “Saya tidak mendapatkan dalil dalam al-Qur’an dan saya tidak pernah
mendengar Rasulullah memberi bagian bagi nenek.” Kemudian Abu Bakar menanyakan hal
ini kepada orang banyak. Al-Mughirah menjawab: “Saya mendengar Rasulullah memberi
bagian nenek seperenam.” Abu Bakar bertanya: “Siapa orang lain yang mendengar kasus
ini?.” Muhammad bin Maslamah bersaksi atas kebenaran al-Mughirah. Dengan konfirmasi
ini, Abu Bakar memberikan bagian warisan kepada nenek tersebut seperenam.

Menurut Ṣalahuddin bin Ahmad al-Adlabi, urgensi obyek studi kritik matan tampak dari
beberapa segi, di antaranya:

1. Menghindari kecerobohan dan keteledoran dalam menerima riwayat dengan mengacu


para aturan kritik matan.
2. Mengungkap kemungkinan adanya kesalahan dari para perawi.
3. Menghadapi musuh-musuh Islam yang mencoba menghancurkan dan merendahkan
kaum muslimin melalui sejumlah hadis yang secara sanad sahih, tetapi kandungan
matannya bertentangan dengan prinsip dasar dan universalitas Islam.
4. Menyelesaikan berbagai kontradiksi dalam kandungan riwayat.

Adapun yang dapat dijelaskan patokan dalam penelitian matan hadits adalah yang
dikemukakan oleh al-Khatib Al-Bagdadi, sebagaimana yang dikutip oleh M. Syuhudi
Ismail sebagai berikut :

a. Tidak bertentangan dengan ayat-ayat al-Quran yang muhkam.


b. Tidak bertentangan dengan akal sehat

c. Tidak bertentangan dengan hadita mutawatir

d. Tidak bertentangan dengan amalsn yang rnenjadi kesepakatan ulama salaf.

e. Tidak bertentangan dengan dalil yang sudah pasti.

f. Tidak bertentangan dengan hadist ahad yang kualitasnya lebih kuat.

Kaedah kesahihan yang dikemukakan oleh Jumhur Ulama diatas dinyatakan sebagai
kaedah dalam meneliti kepalsuan suaru hadits, Menurut jumhur Ulama, tanda-tanda
matan hadits adalah:

a. Susunan bahasanya rancu

b. lsinya bertentangan dengan akal yang sehat dan sangat sulit diinterpretasikan secara
rasional.

c. lsinya bertentangan dengan tujuan pokok ajaran Islam.

d. lsinya bertentangan dengan hukum alam (sunnatullah)

e. Isinya bertentangan dengan petunjuk al-Quran atau hadits mutawatir yang telah
mengandung perunjuk secara pasti.

f. lsinya bertentangan dengan sejarah

g. lsinya berbeda di luar kewajiban bila diukur dari petunjuk umum ajaran islam

Dalam menentukan kesahihan matan hadis, para ulama menetapkan dua kriteria,
yaitu terhindar-nya matan dari unsur syaż dan ‘illat. Kaidah matan terhindar dari syaż
meliputi: Pertama, sanad hadis tidak sendirian. Kedua, matan tidak bertentangan dengan
AlQur’an. Ketiga, matan tidak bertentangan dengan matan hadis lain yang sanad-nya
lebih kuat, Keempat, matan tidak bertentangan dengan akal dan fakta sejarah. Sedangkan
kaidah matan terhindar dari ‘illat meliputi: Pertama, matan tidak mengandung idrāj
(sisipan). Kedua, matan hadis mengandung ziyādah. Ketiga, dalam matan hadis tidak
maqlub (pergantian lafal atau kalimat).Keempat, matan hadis tidak terdapat iḍṭirab
(pertentangan yang tidak dapat dikompromikan). Kelima, tidak terdapat kerancuan lafal,
penyimpangan makna yang jauh, dan susunan pernyataannya menunjukkan ciri-ciri
sabda kenabian.

Anda mungkin juga menyukai