Ra
on
Am
Am
on
Ra
Am
on
Ra
Ra
on
Komite Inovasi Nasional
Am
INOVASI 1-747 7
K ATA PENGANTAR
Indonesia harus berinovasi, jika ingin mencapai cita-cita luhur kemerdekaannya, menjadi negara
berdaulat, makmur dan sejahtera. Di masa datang, upaya mencapai cita-cita ini akan dihalangi oleh berbagai
persoalan serius, yang hanya dapat dipecahkan melalui inovasi: 1) Masalah jumlah penduduk yang terus
meningkat, yang berimbas pada meningkatnya kebutuhan energi, pangan, papan, obat-obatan dan air
bersih; 2) Masalah krisis lingkungan yang sudah secara langsung mempengaruhi laju pembangunan (banjir,
kekeringan, wabah penyakit dan hama); 3) Masalah sumber daya alam Indonesia yang sudah semakin
menipis; 4) Masalah globalisasi dan akan direalisasikannya Masyarakat Ekonomi Asean (Asean Economic
Ra
Community) pada 2015, berpeluang menjadikan Indonesia sebagai pasar dan konsumen raksasa, jika tidak
segera memperbaiki daya saing kita. Kesemua tantangan ini adalah ril dan memiliki dampak yang besar bagi
masa depan Indonesia. Hal menarik yang perlu dicatat adalah: banyak badan-badan dunia terpercaya justru
memprediksi masa depan Indonesia akan cemerlang, bahkan akan menjadi salah satu kekuatan ekonomi
dunia. Sebagai contoh, Bank Dunia, juga Goldman Sach, keduanya meramalkan Indonesia akan menjadi
salah satu kekuatan ekonomi dunia di abad ke-21. Dimasukkannya Indonesia, satu-satunya negara Asean, ke
dalam kelompok negara-negara G-20, adalah salah satu peneguhan prediksi tersebut.
on
Lalu, apakah ada yang salah pada kekuatiran tentang ancaman terhadap laju pembangunan
sebagaimana disebutkan di atas? Atau, apakah kesalahan justru pada prediksi lembaga dunia tersebut
tentang Indonesia? Jawabannya: Keduanya benar, tidak ada yang salah! Karena solusi terhadap faktor
penghambat pembangunan ekonomi Indonesia, ternyata merupakan peluang dahsyat yang dapat membawa
Indonesia menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia; karena Indonesia memiliki apa yang disebut ‘potensi’
keunggulan komparatif (comparative advantage) yang dapat dikonversi menjadi solusi atas tantangan dan
hambatan tersebut. Solusi terhadap masalah energi, misalnya, Indonesia memiliki ‘potensi’ keunggulan
Am
komparatif berbagai sumber energi terbarukan, seperti: angin, arus laut, panas bumi, tenaga surya, biomas,
dan lain-lain. Untuk solusi atas masalah pangan, papan dan obat-obatan, Indonesia memiliki keragaman
hayati dan hewani yang luar biasa, di mana dengan pemanfaatan bioteknologi dan bioengineering
persoalan-persoalan di atas dapat ditanggulangi. Indonesia juga mempunyai pasar dalam negeri yang besar,
yang mampu mendukung pembangunan industri dalam negeri. Namun, semua keunggulan komparatif
ini akan hanya dan tetap menjadi ‘potensi’, jika Indonesia tidak mampu mengonversi melalui keunggulan
kompetitif, untuk menjadi sumbangan nyata terhadap pembangunan. Untuk itu kita harus bekerja ekstra
keras, ekstra giat dan ekstra cepat, karena perjalanan kita masih panjang. Tetapi, mari kita garis bawahi
bersama, sekali kita menguasai sains, teknologi dan inovasi untuk pemberdayaan keunggulan komparatif
kita, maka kita akan menjadi salah satu dari hanya sedikit negara di dunia yang memiliki keduanya,
keunggulan komparatif sekaligus keunggulan kompetitif. Inilah dasar utama Indonesia diprediksi akan
menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia di abad 21.
Presiden Republik Indonesia, Dr. H. Bambang Susilo Yudhoyono, melihat dan memahami secara jelas,
kedua hal di atas: tantangan sekaligus Peluang Masa Depan Indonesia. Sebagai respon, salah satu langkah
yang diambil Presiden adalah membentuk Komite Inovasi Nasional (KIN) pada tanggal 15 Juni 2010. Komite
Inovasi Nasional – sebuah badan independen yang terdiri dari 30 orang intelektual yang dipilih secara
langsung oleh Presiden - diharapkan dapat memacu inovasi dengan: 1) memberikan rekomendasi tentang
8 KOMITE INOVASI NASIONAL
kebijakan inovasi dengan prinsip “think out of the box, but within the system”; 2) memperkuat kerja sama
intersektoral antara aktor-aktor inovasi; dan 3) memonitor implementasi kebijakan pemerintah tentang
inovasi.
Banyak yang telah dicapai Pemerintah sejak 2010. Berbagai kebijakan nasional untuk mendorong
inovasi, termasuk yang diberikan oleh Komite ini, telah dilahirkan Pemerintah. Kondisi ekosistem
inovasi Indonesia sejalan dengan kebijakan yang dikeluarkan, telah semakin membaik, walaupun masih
membutuhkan perbaikan. Pencapaian yang membanggakan adalah meningkatnya peringkat Indonesia
dalam Global Competitive Index dari posisi ke-50 di tahun 2012, menjadi ke 38 pada tahun 2013 menurut
World Economic Forum (2014). Buku ini berisi rangkuman lengkap rekomendasi kebijakan sebagai buah
pikiran dan gagasan para anggota KIN yang dihimpun dari tahun 2010 – 2014, dan sekaligus merupakan
laporan kami kepada Presiden dan juga kepada seluruh rakyat Indonesia. Pesan utama buku ini adalah:
strategi peningkatan daya saing bangsa melalui inovasi, dengan mengubah paradigma masyarakat Indonesia
dari ekonomi berbasis sumber daya alam (natural resources-based economy) menjadi ekonomi berbasis
pengetahuan (knowledge-based economy).
Pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan terima kasih kepada Presiden RI, Bapak Dr. H. Susilo
Bambang Yudhoyono, yang telah memberikan kepercayaannya kepada kami untuk memimpin lembaga
yang sangat terhormat ini. Kami juga berterima kasih dan menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya,
kepada semua anggota KIN, atas kerja sama dan sumbangan pemikiran, gagasan dan juga tenaga, yang
sangat bermanfaat, tidak saja bagi Pemerintah, tetapi lebih dari itu, bagi seluruh rakyat Indonesia.
Perjalanan pembangunan Inovasi Indonesia melalui perubahan paradigma menuju masyarakat berbasis
pengetahuan masih sangat panjang, dan membutuhkan kerjasama antar semua aktor inovasi, lintas
kementerian, bahkan lintas kabinet. Wakil Presiden RI, Prof. Budiono, dalam pidatonya pada Hari
Ra
Kebangkitan Teknologi Nasional, tanggal 11 Agustus 2014 mengingatkan:
”Upaya mentransformasi masyarakat dari ekonomi berbasis sumber daya alam menjadi ekonomi
berbasis pengetahuan adalah suatu perjalanan panjang. This is a long haul, yang tidak cukup untuk
dilaksanakan oleh satu-dua kabinet. Oleh sebab itu visinya harus visi jangka panjang. Koordinasi bukan
hanya antar kementerian dalam satu kabinet, tetapi koordinasi antara satu kabinet dengan kabinet yang
lain. Inilah yang menyebabkan tidak mudah bagi kita untuk benar-benar melakukan transformasi dari
ekonomi berbasis sumber daya alam ke ekonomi berbasis pengetahuan. Jalannya masih panjang, masih
on
banyak yang perlu kita kerjakan, kerja keras dan kerja cerdas. Hard work, Smart work.”
Ini juga yang menjadi harapan kami, bahwa buah pemikiran yang terhimpun di dalam buku ini dapat
dimanfaatkan lintas kabinet. Hampir di setiap negara yang berhasil dalam bidang Iptek dan inovasi, seperti:
Jepang, Korea Selatan, Denmark, Finlandia, bahkan Brazil, memiliki kesamaan yang fundamental, yakni:
keteguhan tekad, komitmen dan dedikasi pemerintah dalam perjuangan membangun sektor sains, teknologi
dan inovasi, terlepas dari perbedaan pandangan politik dan siapa yang menjadi pemimpin negaranya.
Semoga buku ini dapat menjadi landasan fundamental bersama tempat para pemimpin negeri
Am
berpijak dalam menetapkan kebijakan inovasi untuk memajukan daya saing Indonesia. Akhirnya, dengan
semangat Dirgahayu Kemerdekaan Republik Indonesia ke-69 mari kita wujudkan cita-cita mencapai
Indonesia makmur, berdaulat dan sejahtera melalui Inovasi.
INOVASI 1-747 9
Ra
on
Am
Ra
on
Am
INOVASI 1-747 11
RINGK ASAN EKSEKUTIF
Buku Inovasi 1-747 : Program Strategis Inovasi Indonesia terdiri atas tiga bagian.
Bagian Satu menyajikan informasi tentang visi, misi dan struktur organisasi Komite
Inovasi Nasional (KIN), yang dibentuk Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono
pada tahun 2010.
Ra
PERBAIKAN EKOSISTEM INOVASI PENTING UNTUK MENINGKATKAN DAYA
SAING BANGSA DAN MENCAPAI VISI INDONESIA 2025
Bab Satu membahas tentang Inovasi, Daya Saing dan Visi Indonesia. Bab
ini merupakan peninjauan kembali secara singkat, konsep inovasi dan ekonomi
berbasis inovasi, dan kenapa inovasi sangat dibutuhkan bangsa ini. Upaya
perbaikan ekosistem inovasi harus dilakukan untuk meningkatkan inovasi di
on
Indonesia. Pentingnya eksistensi aktor-aktor pendukung ekosistem inovasi,
perlunya membangun sinergi antar para aktor melalui triple helix dan quadruple
helix model dalam ekosistem inovasi; dan pembangunan budaya inovasi yang
berdampak signifikan terhadap inovasi juga dibahas, menuju pada mekanisme
bekerjanya sebuah Sistem Inovasi Nasional (Sinas), untuk mencapai Visi Indonesia
2025 sebagai platform nasional.
Am
Ra
sektor ini, perlu mendapat perhatian khusus, tidak saja karena menyangkut
kebutuhan dasar rakyat Indonesia, tetapi juga karena membutuhkan biaya
tinggi, dengan pengembalian keuntungan yang kecil untuk jangka pendek. Hal
ini menyebabkan tidak tertariknya pihak swasta untuk mengembangkannya.
Pendekatan kebijakan yang lebih bersifat “top-down”, dengan sebagian besar riset
didanai oleh Pemerintah, perlu diterapkan.
on
QUICK WINS: PROGRAM INOVASI NASIONAL JANGKA PENDEK
Dalam Bab Lima, KIN mengajukan beberapa program Quick Wins yang
dipilih berdasarkan prioritas persoalan dalam masyarakat, dan juga dengan masa
waktu tunggu antara riset, aplikasi dan hasil inovasi yang tidak terlalu lama,
sehingga dapat segera dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Quick Wins juga
didesain dalam bentuk model-model, yang apabila telah berhasil, model ini dapat
Am
INOVASI 1-747 13
Epilog tentang Gelombang transformasi Kedua, merangkum tantangan,
peluang, kekurangan, keunggulan dan kesiapan Indonesia menghadapi masa
depan. Epilog ini sekali lagi menggaris bawahi perlunya upaya mengubah
paradigma bangsa Indonesia, menuju ekonomi berbasis pengetahuan, yang
pada titik ini sudah sangat mendesak, sehingga harus segera dilaksanakan, untuk
mencapai ambisi pembangunan Indonesia – the need, the speed and the greed –
menutup Bagian Kedua buku ini.
Bagian Tiga, bagian terakhir buku ini, berisi Rekomendasi Kebijakan dan
Program Inovasi Nasional, hasil pemikiran KIN. Rekomendasi-rekomendasi dalam
Bagian Tiga merupakan rangkuman rekomendasi kebijakan sebagai intisari buku
ini, disajikan dalam tampilan yang berbeda, untuk lebih memperjelas maksud dan
tujuan rekomendasi tersebut. Format rekomendasi pada bagian ini menampilkan
tidak saja pernyataan rekomendasi yang diusulkan, tetapi juga: 1. MENGAPA
kebijakan ini penting (WHY); 2. SIAPA yang hendaknya bertanggungjawab
terhadap pelaksanaan kebijakan ini (WHO); dan 3. BAGAIMANA kebijakan ini
dilakukan (HOW).
Ra
on
Am
INOVASI 1-747 15
Ra
on
Am
INOVASI 1-747 17
INOVASI 1-747
PROGRAM STRATEGIS INOVASI INDONESIA
Ra DAFTAR ISI
BAGIAN SATU.....................................................................................................................................23
KOMITE INOVASI NASIONAL....................................................................................................................24
on
VISI, MISI, DAN FUNGSI.......................................................................................................................24
BAGIAN DUA......................................................................................................................................27
Am
BAGIAN TIGA...................................................................................................................................183
Am
LAMPIRAN..........................................................................................................................................203
Anggota KIN.....................................................................................................................................204
BAHAN BACAAN...........................................................................................................................................209
INDEKS.........................................................................................................................................................212
INOVASI 1-747 21
Ra
on
Am
INOVASI 1-747 23
BAGIAN SATU: KOMITE INOVASI NASIONAL
KIN didirikan pada tahun 2010 dengan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2010,
yang ditanda-tangani pada tanggal 20 Mei, 2010 berdasarkan pertimbangan
sebagai berikut:
KIN periode 2010-2014 dipimpin oleh mantan Menteri Riset dan Teknologi
Republik Indonesia, Prof. Dr. Zuhal. Anggota KIN adalah tokoh yang berasal dari
berbagai institusi riset akademia, bisnis, pemerintah, dan masyarakat.
VISI
Ra
Meningkatkan produktivitas Indonesia melalui inovasi.
MISI
1. Meningkatkan jumlah Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dari penelitian dan in-
dustri yang langsung berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi.
on
2. Meningkatkan jumlah produk-produk unggulan dan nilai tambah industri dari
berbagai daerah.
4. Mencapai swasembada pangan, obat-obatan, energi dan air bersih yang ber-
Am
kesinambungan.
FUNGSI
ORGANISASI
Para anggota KIN dibagi dalam 5 kelompok yaitu:
Ra
Gambar 1. Struktur
Organisasi KIN
Kelompok I
Program
Inovasi
Pemerintah
Kelompok 5
Inovasi Ekonomi,
Sosial,
dan Budaya
on
Ketua
Wakil Ketua
Am
Kelompok 4
Kelompok 2 Sekretaris Kebijakan
Inovasi Insentif
Bisnis dan Regulasi
dan Industri bagi Inovasi
Kelompok 3
Klaster
Inovasi
INOVASI 1-747 25
Ra
on
Am
Ra
on
Am
INOVASI 1-747 27
Ra
on
Am
INOVASI 1-747 29
INOVASI, DAYA SAING, DAN VISI INDONESIA
1. PENDAHULUAN
Ra
Indonesia – satu-satunya negara Asean yang terpilih sebagai anggota G-20,
serta anggota MIST (Mexico, Indonesia, South Korea, and Turky) poros ekonomi
dunia baru – berpotensi besar menjadi salah satu raksasa ekonomi, apabila,
Indonesia mampu memanfaatkan potensi yang dimiliki, untuk meningkatkan
daya saingnya melalui inovasi. Ini adalah tantangan, sekaligus peluang emas
bagi Indonesia. Saat ini ekonomi Indonesia masih sangat bergantung pada
pemanfaatan sumber daya alam dan bukan sumber daya manusia. Hal ini
on
berdampak pada rendahnya daya saing Indonesia, bahkan dibanding negara-
negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, apalagi Singapura.
Presiden Republik Indonesia, Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono,
merespons tantangan dan peluang emas ini, salah satunya, dengan membentuk
Komite Inovasi Nasional (KIN) pada tanggal 15 Juni 2010. KIN – yang merupakan
sebuah badan independen, terdiri atas 30 tokoh masyarakat yang secara langsung
ditunjuk oleh Presiden – diberi tugas utama untuk mendorong aktivitas inovasi di
Am
Ra
bagi Indonesia untuk bangkit. Bung Karno pernah mengatakan: “Beri aku sepuluh
pemuda, maka aku akan guncang dunia”. Kita, setidaknya, bisa melihat peluang
itu ada di pundak kaum muda. Berbagai prestasi kelas dunia yang pernah diraih
para pelajar Indonesia, menjadi indikasi kuat bahwa negeri ini memiliki sumber
daya manusia yang cerdas. Pada tahun 2005 di Singapura, Indonesia menjadi juara
umum Olimpiade Fisika Internasional. Pada kompetisi Information Technology (IT)
‘Image Cup 2010’ di Polandia, yang diikuti 124 negara, Indonesia memenangkan
on
dua predikat: juara kedua kategori Windows Phone 7 Rockstar Award, dan juara
ketiga kategori Interoperability Award (Kompas 11 Juli 2011). Indonesia juga patut
bangga dengan kemunculan ‘Bimasakti’, mobil Formula Satu karya mahasiswa
Universitas Gajah Mada.
Keseluruhan prestasi dan predikat ini sedikit banyak menyumbang pada
indikator inovasi Indonesia, yang berada pada tingkat ke-36 dari 139 negara
menurut World Economic Forum (WEF). Terkait peringkat daya saing, pada tahun
Am
INOVASI 1-747 31
Gambar 2. Sarjana dan
dan
teknik 11,5 persen (dan
sarjana sains 3,6 persen),
menunjukkan rendahnya
minat kaum muda pada
Ra
Gambar 4. Perbaikan
Peringkat Pilar inovasi.
Peningkatan daya saing
Perbaikan Peringkat
Pilar Inovasi
on
Indonesia ini disertai
dengan peningkatan 6 pilar
inovasi, dengan perbaikan
paling menonjol pada pilar
“Capacity for Innovation”,
yang berada pada peringkat 2012- 2013-
ke-24 (2013) dari 144 negara.
Penurunan peringkat pilar
No 2013 2014
“patents application” ke- 1 Capacity for Innovation 30 24
Am
INOVASI 1-747 33
Satu-satunya pilar inovasi Indonesia yang menurun adalah “patents application”,
berada pada peringkat ke-103 (2013), yang berarti masih rendahnya produktivitas
industri manufaktur nasional dalam menghasilkan produk-produk berbasis sains
dan teknologi. Namun setidaknya, hasil survei WEF ini menunjukkan kemampuan
Indonesia dalam berinovasi, dan dengan didukung SDA dan SDM yang ada,
Indonesia sangat berpeluang menjadi negara maju.
Tidak berlebihan jika Pemerintah menetapkan ‘’Visi Indonesia 2025’’ dan
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (MP3EI),
yang menargetkan Indonesia menjadi negara maju (advanced economy) pada
2025, masuk ke dalam 12 besar kekuatan ekonomi dunia, dengan pencapaian
PDB total 3,760 triliun hingga 4,470 triliun dolar AS, dan perolehan PDB per
kapita sebesar 16 ribu dolar AS. Optimisme ini adalah momentum yang baik
sebagai pangkal tolak memperbaiki ekosistem inovasi Indonesia, menyambut era
gelombang ekonomi inovasi.
A. Ekonomi Inovasi
Ra
cara mencapai kepuasan maksimum individu karenanya dianggap sebagai
‘engine’ penggerak pertumbuhan dalam model ini. Sedikit berbeda dengan
paham ini, model Ekonomi Inovasi (Gambar 5) berargumen bahwa bukan hanya
konsumsi, tetapi investasi inovasi yang akan lebih menjamin pertumbuhan
berkesinambungan. Selanjutnya, karena akumulasi ini mesti terus tumbuh, stok
kapital harus dijaga agar tidak menurun, sehingga diperlukan knowledge atau
temuan-temuan baru yang dilakukan lewat investasi pada kegiatan penelitian dan
on
pengembangan (Litbang).
Negara-negara maju menyadari ketidakandalan konsumsi sebagai basis
pertumbuhan. Merespon krisis finansial yang dialami AS, Presiden Barrack Obama
di hadapan National Academy of Sciences pada April 2009, mengharapkan adanya
gerakan nasional yang dapat menginspirasi generasi muda ‘to be makers, not just
consumers of things’. Ketika AS semakin menekankan pentingnya inovasi, dan
banyak negara Asia juga semakin bergiat mempersiapkan sektor sains, teknologi
Am
Penawaran Permintaan
Supply Demand
Konsumsi
Pertumbuhan
Ra Penawaran
Supply
Permintaan
Demand
on
Konsumsi
Inovasi
Am
Pertumbuhan
Penawaran Permintaan
Supply Demand
Konsumsi
Inovasi
“Produksi!”
INOVASI 1-747 35
Ekonomi Indonesia, Sudahkah Berbasis Ilmu Pengetahuan?
Di awal tahun 2011, Senior Vice President Bank Dunia, Mr Justine Yifu Lin,
yang berkewarganegaraan Tiongkok, berkunjung ke Indonesia dan menyempatkan
diri bertemu dengan ketua KIN dan timnya. Diskusi membahas topik Indonesia
dua dekade silam, saat mana Bank Dunia menganggap Indonesia sebagai salah
satu Macan Asia: kelompok negara-negara dengan pertumbuhan industri yang
sangat tinggi, the miracle. ‘’Ketika pada 1990-an saya berkunjung ke Indonesia
sebagai akademisi dari Universitas Beijing, ingin sekali saya melihat perekonomian
Tiongkok berkembang dengan dukungan Iptek seperti Indonesia pada waktu itu,’’
ujarnya.
Namun Mr Yifu Lin, juga kita, menyaksikan bagaimana krisis moneter 1997
menghancurkan pembangunan ekonomi Indonesia sampai pada titik terendah.
Perekonomian berbasis industri Indonesia yang siap take-off, hancur dan kembali
ke titik awal dimana pembangunan perekonomian Indonesia kembali berbasis
sumberdaya alam. Sebagian besar ekspor Indonesia kembali pada komoditas
bahan mentah pertanian, mineral atau energi.
Saat ini hampir semua negara Asia telah keluar dari krisis yang terjadi,
namun Indonesia masih bergelut dengan industri primitif yang mengeksploitasi
sumber daya alam dan merusak lingkungan. Indonesia belum mengembangkan
Ra
industri dengan nilai tambah yang tinggi seperti pada dua atau tiga dasawarsa
lalu, melalui keunggulan industri-industri strategisnya, suatu masa yang pernah
mengundang kekaguman Mr Yifu Lin.
C. Ekosistem Inovasi
Malaysia, Korea Selatan, Tiongkok, India dan sejumlah negara Asia lainnya,
mulai mengalami perkembangan ekonomi yang cepat melalui konsep Ekonomi
Inovasi mengikuti langkah negara-negara Dunia Pertama. Ini adalah hasil dari
keputusan tepat—dan keputusan yang berani—dalam menyikapi krisis ekonomi
Ra
global dan ancaman latennya. Banyak negara Asia memanfaatkan situasi ini
sebagai momentum untuk menata diri secara radikal melalui perbaikan ekosistem
inovasi (Gambar 6), misalnya: meningkatkan dana Litbang secara signifikan,
medidik SDM di pusat-pusat keunggulan inovasi, pembangunan klaster-klaster
Litbang, sistem pendidikan yang mengarah pada penumbuhan budaya inovasi,
dan sebagainya.
Faktor ini dianggap merupakan salah satu penyebab bergesernya
on
pusat gravitasi pertumbuhan ekonomi ke Asia dalam dua dekade terakhir ini.
Zhongguancun di Tiongkok, Bangalore di India, Daedeok Innapolis di Korea
Selatan, Hsinchu Science Park di Taiwan, Biopolis di Singapura, adalah pusat-pusat
keunggulan sains dan teknologi yang tersebar di Timur yang layak disejajarkan
dengan hub-hub serupa di AS dan Eropa. Mudah ditebak bahwa klaster-klaster
teknologi tinggi ini akan menjadi pabrik utama bagi produk-produk high-tech IT,
bioteknologi, kedokteran, yang aktif berpartisipasi dalam pasar dunia melalui
Am
produk-produk inovasinya.
Sebenarnya Indonesia sudah memiliki banyak institusi pendukung
inovasi, namun belum tertata secara optimal dalam sebuah ekosistem inovasi.
Sebagaimana pada ekosistem alam yang berjalan dengan harmonis dan produktif,
diperlukan adanya elemen-elemen pendukung secara berimbang, dan adanya
interaksi antar elemen-elemen tersebut. Ketidakhadiran salah satu elemen akan
mengganggu keseimbangan ekosistem dan menghilangkan harmonisasi yang
ada. Dalam sebuah ekosistem inovasi, unsur-unsur yang diperlukan dan harus
ada, antara lain: Kepemimpinan, Pendidikan, Sistem etika dan etos kerja, Sistem
Sosial budaya, Kebijakan Inovasi, dan Pendanaan yang kesemuanya mendukung
pengembangan riset dan inovasi. Pertumbuhan ekonomi yang berwawasan
inovasi (innovation-driven economy) hanya akan tercipta apabila terjadi interaksi
yang menggerakkan ekosistem inovasi ini menjadi sebuah sistem yang harmonis
dan produktif. Interaksi ini sering digambarkan dalam sebuah model inovasi yang
disebut Triple Helix.
INOVASI 1-747 37
Gambar 6. Ekosistem
Ekosistem Inovasi inovasi dan Dana R&D
Indonesia. Untuk mengalami
dan Dana R&D Indonesia perkembangan ekonomi
yang cepat melalui konsep
Ekonomi Inovasi, Indonesia
perlu menata diri melalui
perbaikan ekosistem inovasi.
Unsur-unsur ekosistem inovasi
Pendanaan Kepemimpinan seperti Kepemimpinan,
Pendidikan, Sistem etika
(Kecil Sekali) (Lemah) dan etos kerja, Sistem Sosial
an
ng
budaya, Kebijakan Inovasi,
dan Pendanaan perlu
Ap
a
mendukung pengembangan
Pengemb
lika
riset dan inovasi. Pada saat ini
CUKUP pendanaan R&D di Indonesia
si
adalah 0.2% dari PDB, salah
BAIK satu yang terendah di antara
negara-negara tetangga di Asia
Ra Pendidikan
(Belum Kondusif)
on
Pendanaan R&D
2.5
2.0
Am
1.5
1.0
0.5
0.0
India
G7
Vietnam
Asia
North Africa
China
Malaysia
Thailand
Indonesia
Philippines
A. Triple Helix
Ra
berkesinambungan berbasis inovasi di negara-negara advanced economy. Jika
diibaratkan roda gigi, perputaran harmonis ‘’trio roda’’ ini akan menghasikan
‘’energi’’ untuk menyalakan mesin pertumbuhan ekonomi: knowledge dari tangan
akademisi bertransformasi menjadi produk komersial berkat pemanfaatan oleh
industri, distimulasi oleh kebijakan pemerintah yang suportif dan fasilitas insentif,
dan kesemuanya pada gilirannya akan mendongkrak produktivitas negara—
meningkatkan angka PDB—melalui penciptaan produk-produk bernilai tambah
on
tinggi (Gambar 8). Interaksi antara ABG dalam model triple helix memiliki banyak
manfaat antara lain:
1. Terbuka kesempatan bagi terjadinya sirkulasi dan sharing pengetahuan antara
sektor akademik, pelaku bisnis, dan pejabat Pemerintah.
2. Riset akademik akan lebih terkait dengan praktik bisnis, sehingga para peneliti
secara langsung dapat memecahkan masalah yang ada di pasar.
3. Terciptanya budaya wirausaha melalui jaringan inovasi, yakni munculnya
Am
Ac Gov
KERJASAMA: Mewujudk an
Ra
Sinergi TRIPLE HELIX
Fakta :
TIDAK TERHUBUNG SEBAGAI
PENGGERAK UTAMA PERTUMBUHAN
Gambar 8. Kerjasama:
Mewujudkan Sinergi
Triple Helix.
Sinergi antar para aktor inovasi
membentuk triple helix dan
menghasilkan para inovator
yang menciptakan produk-
produk bernilai tambah
on
Usaha : tinggi sehingga mendongkrak
MENUJU SATU PERSEPSI, produktivitas negara.
PARADIGMA DAN VISI
INNOVATOR
Rencana Aksi :
SINERGI ANTARA
AKADEMIA, BISNIS,
DAN PEMERINTAH
Am
BISNIS
PEMERINTAH
Tantangan :
AKADEMIA
1. Pengembangan HaKI
dan Penegakan Hukumnya
2. Sistem Manajemen Riset
3. Sistem Insentif dan Regulasi
4. Pembangunan Budaya Inovasi
Ra
inovasi ternyata tidak mudah, bahkan hal ini banyak menjadi hambatan di negara-
negara non industri Asia. Banyak studi menunjukan bahwa budaya suatu bangsa
memegang peranan penting pada keberhasilan inovasi.
INOVASI 1-747 41
Gambar 9. Model
MODEL OPERASIONAL Operasional Sistem
Inovasi Industri
SISTEM INOVASI INDUSTRI Interaksi dan sinergi para aktor
inovasi adalah kunci terjadinya
inovasi. Lembaga-lembaga
IPTEK dan perguruan tinggi (PT)
bersinergi dengan pihak bisnis
(BUMN dan Industri Swasta)
Pemerintah dalam mengembangkan STI
mulai dari industri hulu sampai
ke industri hilir. Pemerintah
Insentif Insentif
mendorong terjadinya proses
inovasi,
salah satunya, melalui
Teknologi & penyediaan insentif.
Manajemen MATERIAL
Investasi
dan
BAHAN BAKU
Teknologi &
Manajemen Rp
Ra Lembaga
IPTEK
PROSES
PRODUKSI
Investasi BUMN,
Swasta,
& PT FDI
on
Rp
Am
PERAKITAN,
PENGEMASAN Investasi
Teknologi &
Manajemen
Rp
Pasar
DN/LN
Ra
kuat dengan dorongan untuk terus menerus melakukan perbaikan diri (self-
improvement). Secara tak sadar masyarakat AS bergerak—melalui improvisasi
diri—menuju figur ideal ‘’manusia-ciptaan-manusia’’ (self-made man), sosok
imajiner dalam budaya AS, yang merepresentasikan, atau sebagai bentuk
perayaan atas, kebebasan dan kekuasaan manusia dalam menentukan nasib serta
melawan determinasi (destiny). Nilai-nilai ini menjadi pondasi, bahkan prasyarat,
bagi tumbuh kembangnya inovasi dan innovation culture di AS. Semangat self-
on
improvement dan self-made man secara esensial mendorong masyarakat AS terus
‘’memberontak’’—mencipta—untuk mencapai titik terjauh (frontier).
Nilai-nilai ini juga sekaligus menjadi dasar bagi semangat kewirausahaan
(entrepreneurship). Frontier culture mengapresiasi, sekaligus memberi masyarakat
AS, kepercayaan atas kemampuan diri sendiri; yang pada tingkatan lebih tinggi,
berasosiasi dengan kecenderungan politik (political tendency) masyarakat AS
untuk percaya pada ‘’keperkasaan pasar.’’ Kasus klaster biotek San Diego, dimana
Am
INOVASI 1-747 43
D. Quadruple Helix
Ra
ide-ide inovatif dan mendorong berbagai eksperimen dan prototipe produk-
produk inovasi di pasar dunia. Ada lima elemen kunci peranan open innovation
dalam mekanisme model quadruple helix, yakni: a) terbentuknya jaringan
kemitraan; b) terjadinya kolaborasi yang melibatkan mitra, kompetitor, universitas
dan pengguna; c) munculnya para pengusaha berbasis enterprise, yang
meningkatkan corporate venturing, starts-up dan spin-off; d) Pengelolaan HKI
secara proaktif; dan e) berkembangnya strategi Connect and Develop (C&D) yang
on
bertujuan untuk mencapai tingkat competitive advantages di pasar. Pendekatan
model quadruple helix dinilai sangat berhasil dalam memberikan dampak ekonomi
di Eropah dan Amerika Serikat, karena pendekatan ini melibatkan banyak institusi,
pengkondisian atmosfir riset dan melibatkan banyak pebisnis dan masyarakat
(Lihat juga bahasan Open Innovation pada Bab Tiga tentang Model Bisnis Inovasi
Indonesia).
Am
Pemerintah
Ra Bisnis
on
Akademisi
Am
Masyarakat
INOVASI 1-747 45
Ketersediaan SDA yang melimpah, pada kadar tertentu, merupakan
salah satu faktor yang membuat manusia Indonesia lebih suka menjual apa yang
dimiliki, dari pada mencipta apa yang tidak dimiliki (menjadi inventor). Keunggulan
komparatif SDA yang tidak ditangani secara visioner ini, telah menumbuhkan
mentalitas ‘’pencari rente’’ (rent-seeking), sebagai cara mudah mengantungi
keuntungan, dan diperburuk oleh sikap ‘nrimo’—kebalikan dari semangat self-
improvement-nya bangsa Amerika—yang benihnya telah ada di masyarakat.
Kondisi-kondisi ini kemudian beresonansi dengan rezim otoritarian-paternalistik
yang berkuasa selama tiga dekade, dimana kreatifitas dipasung, yang pada
gilirannya berkontribusi terhadap lemahnya inisiatif untuk berimprovisasi dan
berinovasi. Jika pun ada, inovasi di Indonesia, berseberangan dengan kasus
klaster biotek San Diego, lebih berorientasi pada inovasi yang dikawal Pemerintah
(government-led innovation), bukan tumbuh dari bawah (bottom-up).
Sikap anti-perubahan, tertutup, dan kecenderungan untuk ‘’bermain
aman’’ yang telah terlembagakan berpuluh-puluh tahun ini, berkontribusi
terhadap turunnya semangat berwirausaha (entrepreneurship), sebuah pilihan
yang menuntut kreatifitas dan keberanian mengambil risiko. Pada tahun 2012,
jumlah penduduk Indonesia yang terjun menjadi pengusaha hanya sekitar 2,7 juta
jiwa atau 1 persen total populasi; jauh lebih sedikit dibanding Amerika Serikat
yang memiliki 37,7 juta entrepreneurs atau 12 persen jumlah penduduk negeri
itu, angka terbesar di dunia. Sekali lagi, nilai-nilai budaya (worldview) menjadi
determinan: masyarakat Amerika dikenal memiliki sikap yang sangat toleran
Ra
terhadap kesalahan berbisnis (business failure). Di klaster IT Silicon Valley ada
guyonan: kekeliruan dalam menerapkan resep bisnis (teknik pemasaran, misalnya)
sangat diharapkan, bahkan ditunggu-tunggu kedatangannya! Penerimaan yang
luas terhadap business failure ini turut mendorong budaya risk-taking di negara
ini. Sementara di Indonesia, atmosfer yang dikembangkan selama beberapa
decade, terutama di sektor pendidikan dan parenting justru kurang mendorong
semangat bereksperimen dan sikap tidak takut salah. Tidak heran, misalnya,
on
pengusaha Indonesia cenderung untuk membeli teknologi lisensi asing dalam
proses produksi, dari pada berinvestasi dan mengambil risiko di Litbang teknologi
untuk menciptakan terobosan.
Ra
sebagai landasan kreativitas dan budaya inovasi bangsa.
Untuk mencapai sasaran tersebut perlu diambil langkah-langkah:
1. Revitalisasi Sistem Pendidikan yang mengedepankan budaya sustainability
development menuju keadaban, kemanfaatan, kesejahteraan dan kebahagiaan
serta penghargaan terhadap riset dan inovasi.
2. Standardisasi evaluasi kependidikan dan kurikulum pendidikan dasar,
menengah/kejuruan dan pendidikan tinggi yang bersifat discovery learning,
on
dengan menguatkan unsur kreatifitas peserta didik yang sudah berasimilasi
dengan nilai-nilai kearifan lokal, dan yang sudah memperhatikan kebutuhan
industri.
3. Mensosialisasikan Budaya Invensi dan Budaya Inovasi melalui: (1) Pusat
Inkubator Teknologi di tiap daerah, dan (2) Optimalisasi infrastruktur TIK
jaringan pendidikan nasional agar pembudayaan karakter inovasi tumbuh
secara alamiah serta menjangkau seluruh peserta didik dan masyarakat di
Am
wilayah Indonesia.
4. Memperkokoh aktor untuk meningkatkan Science & Technology Readiness
dan infrastruktur S&T berdaya saing, berharkat dan bermartabat untuk
kemakmuran bangsa.
INOVASI 1-747 47
Gambar 11. Model
bottom-up untuk
penciptaan budaya
inovasi.
Masyarakat
Berbasis
Inovasi
Pertumbuhan ekonomi
berkesinambungan yang
berbasis inovasi
DUKUNGAN PEMERINTAH
(Peraturan perundang-undangan
yang mendukung aktifitas R&D inovasi,
insentif, inisiatif, kebijakan, dll.)
Ra
Terlihat jelas bahwa performansi kinerja inovasi dalam sebuah sistem ekonomi
tidak saja bergantung kepada masing-masing institusi yang bekerja secara sendiri-
sendiri, tetapi kepada bagaimana masing-masing institusi ini saling bersinergi
di dalam sebuah sistem. Dalam Sinas ini, Pemerintah memegang peranan
penting untuk memicu terjadinya proses inovasi. Dengan Sinas, Pemerintah
Indonesia akan memiliki konsep, kebijakan dan rencana aksi yang terukur dan
implementabel untuk mengoptimalkan pemanfaatan seluruh sumber daya mulai
on
dari tingkat kabupaten, provinsi, hingga tingkat nasional.
Pengalaman pada Korea Selatan dan negara-negara advanced economy
lainnya menunjukkan bahwa, produktivitas negara hanya dapat meningkat melalui
kontribusi inovasi (teknologi) yang signifikan. Richard R. Nelson menegaskan
bahwa perkembangan yang cepat di berbagai negara tersebut adalah akibat
adanya kesepahaman dan keselarasan langkah para aktor inovasi yang diatur
dalam Sinas. Komponen-komponen Sinas terdiri atas akademisi (pendidikan dan
Am
INOVASI 1-747 49
terjadinya inovasi, dan salah satu cara untuk meningkatkan aliran knowledge,
sekaligus meningkatkan penggunaan knowledge dalam sektor ekonomi dan sosial
masyarakat, melalui Sinas.
Bahkan, lebih dari sekedar wahana ‘’interaksi’’, Sinas adalah sebuah
entitas organisasi dan jaringan yang kompleks. Sinas melibatkan setidaknya empat
pilar, yang kesemuanya harus berkoordinasi—tidak sekadar ‘’berinteraksi’’, tapi
berkolaborasi secara harmonis—untuk menjamin keberlangsungan inovasi dan
dampak ekonominya, yakni:
1. Institusi penghasil teknologi. Pada pilar ini, terdapat sejumlah isu spesifik yang
berkaitan dengan inovasi, seperti: penjaminan mutu dan sertifikasi produk
teknologi; standar, ukuran dan pengujian produk teknologi; perlindungan Hak
atas Kekayaan Intelektual (HKI); pendanaan Litbang; konsultasi teknologi dan
manajemen;
2. Institusi pendidikan (isu-isu spesifik terkait, misalnya: pendidikan dasar yang
komprehensif; pendidikan menengah terkait aplikasi teknologi; pelatihan
vocational; pendidikan tinggi bidang perekayasaan dan manajemen);
3. Perusahaan/korporasi (isu-isu spesifik terkait, antara lain: pembelajaran
teknologi; pengembangan skilled human capital dan aliansi teknologi/
pengetahuan; Litbang dan kemitraan Litbang);
4. Institusi penghasil regulasi dan insentif (isu-isu spesifik terkait, misalnya:
regulasi ekonomi makro, insentif promosi industri dan ekspor, regulasi
pengelolaan SDA, fiskal, pajak dan perdagangan, HKI, infrastruktur ekonomi,
Ra
alih teknologi, standar internasional, persaingan sehat, nilai dan sikap mental,
serta keterbukaan).
Tampak bahwa implementasi inovasi merupakan proses kompleks
yang membutuhkan harmonisasi pelbagai kebijakan dan strategi dari banyak
sektor. Jika hal itu terpenuhi, inovasi akan terjadi secara berkesinambungan dan
akan berkontribusi secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi negara.
Singkatnya, titik berat fungsi Sinas adalah: melakukan harmonisasi, sekaligus
on
memfokuskan arah inovasi ke arah yang lebih konvergen melalui konsolidasi
seluruh elemen ekosistem inovasi untuk meningkatkan produktivitas bangsa.
penentu pertumbuhan dalam era Ekonomi Inovasi saat ini, yakni: modal finansial
(capital), sains dan teknologi (S&T), dan modal manusia (human capital) (Gambar
12). Ketiadaan faktor konvensional ‘’land’’ dalam Ekonomi Inovasi menunjukkan
bahwa bahan baku utama pertumbuhan tidak lagi sumber daya alam (natural
resources), tetapi knowledge—STI—yang dikombinasikan dengan suntikan
kapital. Singapura dan Jepang, dua negara yang miskin sumber daya alam, telah
membuktikan hal ini.
Jelas bahwa faktor-faktor produksi baru tersebut (capital, S&T, dan
human-capital) merupakan komponen kunci peningkatan produktivitas negara
untuk percepatan dan transformasi ekonomi – target yang ingin diwujudkan
Indonesia. Peningkatan produktivitas menuju keunggulan kompetitif dicapai
dengan memperkuat kemampuan sumber daya manusia berbasis inovasi. Warisan
ekonomi berbasis sumber daya alam yang bertumpu pada labor intensive, perlu
ditingkatkan secara bertahap menuju skilled labor intensive dan kemudian
menjadi human capital intensive. Peningkatan kemampuan modal manusia yang
Melalui Inovasi
Peningkatan
Kesejahteraan
Bangsa
Ra Peningkatan
on
Land
Pertumbuhan
Labor
Ekonomi
Capital
Am
Produk Produktivitas
Faktor-faktor (Barang dan
Produksi & Jasa) Daya Saing
Pengetahuan
INOVASI 1-747 51
menguasai Iptek ditempuh terutama melalui sistem pendidikan tinggi, penelitian
dan pengembangan (Litbang), rekayasa, dan pusat pendidikan dan latihan
(Pusdiklat) berbasis inovasi. Modal manusia yang berkualitas ini sangat diperlukan
ketika Indonesia memasuki tahap innovation-driven economy untuk mencapai visi
bangsa (Gambar 13).
Ra
oleh tingkat inovasi yang berkesinambungan. Tingkat inovasi yang mencapai 18%
dapat mendukung pertumbuhan ekonomi yang pada tahun 2025 diprediksi akan
mencapai sekitar 16.000 dolar AS (Gambar 16). Dalam simulasi ini, beberapa
asumsi dibuat dengan menggunakan tren pertumbuhan ekonomi Korea dengan
faktor inovasi yang embedded di dalam pertumbuhan ekonominya pada rentang
tahun 1970-1990. Korea pada tahun 1970 memiliki PDB sebesar 254 dolar AS
dengan dukungan faktor teknologi sebesar 12.8%. Pada tahun 1990 PDB Korea
on
meningkat menjadi 6147 dolar AS, dengan dukungan teknologi sebesar 55.4%.
Di tahun 1970-an Korea membangun kekuatan ekonominya dengan bergantung
kepada produk-produk yang dihasilkan dengan menggunakan teknologi rendah,
seperti tekstil, industri kecil dan produk-produk pertanian. Kemudian pada awal
tahun 1990-an Korea merubah strategi pembangunan ekonominya dari teknologi
rendah ke teknologi tinggi dan perusahaan besar.
Berdasarkan data PDB per kapita yang ada, dapat dilakukan pemetaan
Am
untuk memprediksi kondisi Indonesia mulai tahun 2010 sampai 2025. Jika
pertumbuhan ekonomi dicanangkan sebesar 6.35% rerata pertahun tanpa
memasukkan faktor inovasi, maka pada tahun 2025 PDB Indonesia akan
mencapai 6070 dolar AS (kurva merah pada Gambar 16). Namun jika faktor
inovasi dimasukkan ke dalam asumsi pertumbuhan ekonomi, maka pertumbuhan
ekonomi Indonesia dapat dipacu hingga 9%-10%, dan pada tahun 2025 PDB
Indonesia akan mencapai 17003 dolar AS.
Komite Inovasi Nasional melihat bahwa target visi 2025, dengan PDB di
atas 16,000 dolar AS bukanlah hal mustahil untuk dicapai bangsa ini. Indonesia
memiliki potensi yang luar biasa untuk menjadi salah satu kekuatan ekonomi
dunia. International Monetary Fund (IMF), yang pernah meremehkan kebijakan
pembangunan Indonesia, justru sekarang memperkirakan ekonomi Indonesia
akan tumbuh menjadi 1.5 triliun dolar AS pada akhir 2015. Lebih lanjut Mc
Kinsey Global Institute pada tahun 2012 menerbitkan laporan yang memprediksi
potensi peningkatan peluang pasar (dalam sektor pelayanan konsumer, pertanian,
Ekonomi Berbasis SDA E k onomi Be rba sis Indus tri E k onomi Be rba sis Inov a s i
Ra
Gambar 14. Visi
Indonesia 2025.
Visi Indonesia 2025 adalah
VISI 2025
on
“Mendorong Indonesia
menjadi negara maju di
tahun 2025 dan menjadi
kekuatan ekonomi 12 besar
dunia melalui pertumbuhan
ekonomi tinggi yang inklusif 2025*
dan berkelanjutan”. (Sumber:
MP3EI, 2011)
2014
Am
INOVASI 1-747 53
Gambar 15. Pentahapan
Pentahapan Pembangungan Pembangungan RPJPN
RPJPN 2005-2025 2005-2025
RPJM 5
RPJM 3 2020-2024
RPJM 2 2015-2019
Mewujudkan
RPJM 1 2010-2014 masyarakat
Memantapkan
2005-2009 Indonesia yang
pembangunan secara
Memantapkan mandiri, maju, adil
menyeluruh dengan
penataan kembali dan makmur melalui
Menata kembali menekankan
NKRI, meningkatkan percepatan
NKRI, membangun pembangunan
kualitas SDM, pembangunan di
Indonesia yang keunggulan
membangun segala bidang
aman dan damai, kompetitif
kemampuan Iptek, dengan struktur
yang adil dan perekonomian yang
memperkuat daya perekonomian yang
demokratis, berbasis SDA yang
saing perekonomian kokoh berlandaskan
dengan tingkat tersedia, SDM yang
kesejahteraan keunggulan
berkualitas, serta
yang lebih baik kompetitif
kemampuan iptek
Tahun
Ra
bersama untuk melaksanakan visi negara. Visi ini tentunya didesain secara
sistematik dan terencana dengan konsep kerangka kerja yang baik, strategis
dan sesuai dengan potensi sumber daya yang tersedia, dan dengan selalu
mempertimbangkan pendekatan-pendekatan sosio dan tekno-ekonomi yang
dapat dipertanggungjawabkan. Visi negara ini juga harus disosialisasikan kepada
kalangan akademisi/peneliti, pengusaha, komunitas profesi dan masyarakat
luas. Dengan demikian seluruh komponen bangsa dalam model quadruple
on
helix dapat memahami kemana arah pembangunan bangsa ini. Bagi Indonesia,
tekad mencapai kemandirian teknologi inovasi dapat menjadi common goal dan
sekaligus platform nasional yang akan dicapai oleh seluruh rakyat Indonesia.
Pemerintah berkewajiban secara proaktif memasyarakatkan visi ini ke berbagai
jajaran mulai dari tingkat kementerian, provinsi, kabupaten, kecamatan sampai
tingkat pemerintahan yang paling bawah.
Pengemasan PPJPN, MP3EI dan Inisiatif Inovasi 1-747 sangat diperlukan
Am
INOVASI 1-747 55
Gambar 17. Transformasi
Tr ansformasi Ekonomi Ekonomi Berbasis Inovasi
Produktivitas menjadi faktor
Ra Pertanian Industri
Berbasis
Pengetahuan
Berbasis
Inovasi
on
Am
Kondisi Indonesia
saat ini
INOVASI 1-747 57
Ra
on
Am
INOVASI 1-747 59
STR ATEGI PEMBANGUNAN INOVASI INDONESIA
Ra
baik. Sedangkan dalam RPJM 2 Pemerintah mengarahkan perhatiannya secara
sungguh-sungguh pada target memantapkan upaya penataan kembali NKRI,
meningkatkan kualitas SDM, membangun kemampuan Iptek, dan memperkuat
daya saing perekonomian bangsa; seirama dengan usaha peningkatan
produktivitas nasional melalui perbaikan kemampuan Iptek dan kualitas SDM
untuk meningkatkan daya inovasi.
Tekad Pemerintah untuk mencapai masyarakat adil dan makmur
on
melalui peningkatan kemampuan teknologi dan inovasi tercermin secara jelas,
diantaranya melalui arahan Presiden Republik Indonesia pada pertemuan Tapak
Siring, 21 April 2010, yang antara lain dikemukakan: a) Perlunya peningkatan
infrastruktur ekonomi termasuk infrastruktur Iptek di seluruh wilayah tanah
air; b) pembangunan “connectivity” baik fisik maupun TIK; c) perlunya upaya
inovasi teknologi secara besar-besaran dan terencana yang dihasilkan oleh
seluruh komponen aktor inovasi: Pemerintah, peneliti/akademisi, pengusaha dan
Am
Ra
dalam rangka memperkuat capacity building untuk pengembangan berbagai
bidang STI.
Penyiapan unsur-unsur pendukung pembangunan STI suatu bangsa
membutuhkan kerja keras secara terus menerus dan investasi yang besar.
Masalah pendanaan untuk pengembangan STI selalu merupakan kendala utama,
khususnya di negara-negara sedang berkembang. Namun, urgensi pembangunan
ekonomi inovasi Indonesia saat ini sudah berada pada tahap sangat mendesak,
on
sehingga diperlukan keberanian Pemerintah untuk mengalokasikan dana dalam
jumlah yang signifikan, karena pendanaan merupakan faktor kritis penentu
keberhasilan pengembangan STI suatu bangsa.
Dalam hal jumlah pendanaan R&D dan infrastruktur Iptek, Indonesia relatif
Am
INOVASI 1-747 61
Konstribusi Total Factor Gambar 18. Konstribusi
Total Factor Productivity
Productivity terhadap (TFP) Terhadap
Pertumbuhan PDB
Pertumbuhan PDB beber apa Beberapa Negara ASEAN.
negar a ASEAN. Kontribusi TFP terhadap
pertumbuhan PDB (%)
Indonesia adalah terendah
di banding negara-negara
ASEAN lainnya, menunjukkan
rendahnya efisiensi dan
produktivitas perekonomian
Indonesia. (Sumber: Hill et. al.,
2012)
Kontribusi TFP terhadap Pertumbuhan GDP %
Ra
on
Trend dalam GDP dan Pertumbuhan TFP (1980-2006, %)
TFP GDP
Am
16.0
12.0
8.0
4.0
0.0
-4.0
-8.0
-12.0
-16.0
Rank change
since 2006
1 Singapore +6
21 Malaysia -4
Rank out of 118 (inverted scale)
Ra 41
61
81
Thailand
Indonesia
Philippines
Vietnam
Cambodia
-5
+19
+19
-1
+23
on
101
Stage of development
Transition Transition
1 2 3
Am
1-2 2-3
Factor Efficiency Innovation
driven driven driven
Institutions
7
Innovation Infrastructure
6
5
Business Macroeconomic
sophistication 4 environment
3
2
Health and
Market size 1 primary
education
INDONESIA
INOVASI 1-747 63
Dana R&D 2013
Gambar 20. Dana R&D
2013 dari berbagai
negara.
Dari Berbagai
Indonesia memiliki proporsi
dana R&D yang sangat rendah
(0.2% dari PDB) dibandingkan
negara-negara lainnya.
Ra
on
Am
Sumber:
Batelle,
R&D Magazine,
International Monetary Fund,
World Bank,
CIA World Factbook,
OECD
Sebuah kebijakan dalam bidang Sains dan Teknologi hanya akan bermakna
jika faktor-faktor kritikal pendukung kelancaran implementasi kebijakan
tersebut juga dipertimbangkan dengan baik. Faktor-faktor tersebut antara lain:
ketersediaan dana R&D, tingkat pendidikan yang memadai, adanya koordinasi
dan dukungan/apresiasi bagi para peneliti di kalangan Pemerintah, serta
tersedianya insentif dan regulasi yang mempromosikan permintaan terhadap
produk sains dan teknologi lokal. Rendahnya apresiasi terhadap upaya inovasi
dapat menyebabkan rendahnya motivasi dan partisipasi dari para pemangku
kepentingan (stake holders).
Strategi yang diterapkan adalah mendorong R&D agar dapat memainkan
peranan yang lebih signifikan dalam mengimplementasikan S&T, melalui dua
mekanisme utama:
1. Mekanisme Input, yakni penyediaan dan alokasi dana riset yang mencukupi
untuk mengembangkan aktivitas R&D di negeri ini. Perlu diperhatikan
keseimbangan antara pengeluaran negara untuk kebutuhan R&D dan
pengembangan ekonomi nasional, karena keduanya sangat penting bagi
kemajuan inovasi. Untuk mendorong inovasi, KIN telah mengusulkan
Ra
kepada Pemerintah untuk meningkatkan dana R&D hingga 1% dari PDB
secara bertahap, dimulai pada tahun 2014. Presiden RI telah memberikan
dukungannya secara penuh atas rekomendasi KIN tentang peningkatan dana
R&D, sebagaimana tertuang dalam arahan Presiden pada Sidang Kabinet
tanggal 12 April 2011, “Coba hitung semua berapa banyak dana yang
dibutuhkan untuk budget R&D kita, baik yang dari APBN, BUMN, dan Swasta.
Satu persen PDB (kurang lebih 70 triliun rupiah), kalau masih kurang ya harus
on
kita tambah. Libatkan KIN, Bappenas, Menristek, Mendiknas, Menkeu, dan
Swasta”.
2. Mekanisme Proses, di mana revitalisasi terhadap ekosistem inovasi, termasuk
di dalamnya penguatan kerangka regulasi, mobilitas sumber daya manusia
terampil, pembangunan pusat-pusat inovasi untuk mendukung perusahaan
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), pembentukan klaster-klaster
sesuai keunggulan daerah, penyediaan renumerasi yang menarik bagi para
Am
Langkah 1: Sistem Insentif dan Regulasi yang Mendukung Inovasi dan Budaya
Penggunaan Produk Dalam Negeri.
INOVASI 1-747 65
INISIATIF INOVASI : 1-747
PROCESS
7 Langkah Perbaikan Ekosistem Inovasi
1. Sistem Insentif dan Regulasi yang Mendukung Inovasi
dan Budaya Penggunaan Produk Dalam Negeri
INPUT
Gambar 21. Inisiatif
Inovasi 1-747.
2. Industri Kreatif
(berbasis budaya dan digital content)
4. Industri Strategis
(pertahanan, transportasi, dan ICT)
OUTPUT
INOVASI 1-747 67
Dasar pemikiran:
Kebijakan yang bersifat insentif terbukti dapat lebih merangsang
munculnya semangat berkarya di kalangan penemu dan inovator. Karena itulah
arah kebijakan dan regulasi yang dibuat Pemerintah haruslah terfokus pada:
bagaimana mendorong keberanian untuk memanfaatkan HKI dan hasil inovasi
dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip usaha. Isu terkait contohnya adalah
soal pembagian pendapatan (fee) antara lembaga yang secara hukum merupakan
pemegang lisensi dengan penemu atau inovator. Sasaran kebijakan ini lebih
jauh adalah untuk mewujudkan kegiatan ekonomi baru dan yang lebih memacu
pertumbuhan serta tumbuhnya iklim berwirausaha dan berinovasi yang lebih
baik.
Dasar pemikiran:
Pusat inovasi dibentuk dan dioperasikan untuk merangsang dan
membantu para inventor, enterpreuner serta perusahaan yang inovatif dalam
mengembangkan dan mengkomersialisasikan invensi baru berbasis produk
teknologi atau proses baru. Peran pusat inovasi dalam hal ini bukan saja
mendorong penciptaan inovasi, tetapi juga pembuatan proposal bisnis dan
promosi produk invensi yang memiliki prospek pasar yang baik melalui bantuan
teknis, dukungan dan jasa. Sebagaimana diketahui, invensi yang sukses akan
menghasilkan produk atau proses baru yang dapat menciptakan lapangan
pekerjaan baru dan pada gilirannya meningkatkan pendapatan nasional.
Ra
Perguruan Tinggi perlu lebih capable dalam menilai risiko, dan melakukan
survei pasar, terkait hasil-hasil invensi masyarakat yang lahir dari inkubator
teknologi. Juga, perlu ada pemfokusan terhadap masalah pendanaan aktivitas
inkubasi teknologi yang berorientasi pada hibah sesuai arah riset strategis
nasional.
• Pemberian fasilitas kredit untuk UKM. Dalam hal ini, perlu difasilitasi adanya
skema modal ventura untuk menjembatani hasil invensi sebelum menjadi
on
inovasi yang dapat difasilitasi lewat bank.
Dasar pemikiran:
Istilah “klaster inovasi daerah” diperkenalkan agar para akademisi,
peneliti, pelaku usaha, Pemerintah, dan masyarakat memasukkan inovasi sebagai
Am
INOVASI 1-747 69
pendidikan tinggi atau lembaga riset, fasilitas riset, infrastruktur, dan sumber
daya terkait lainnya yang dibutuhkan untuk mengembangkan potensi daerah
secara optimal.
• Mendorong setiap Pemerintah daerah melakukan penataaan ekosistem
inovasi untuk menciptakan suasana kondusif bagi para investor mulai dari
sistem insentif, regulasi, kemudahan izin, sistem pelayanan, dan faktor terkait
lainnya untuk membawa investasi dan FDI ke daerah-daerah.
Dasar pemikiran:
Salah satu isu utama bagi peneliti Indonesia adalah kecilnya dana
penelitian dan tidak mapannya sistem remunerasi. Ironis bahwa seorang peneliti
yang berkemampuan tinggi tidak mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari
lantaran penghasilan yang minim. Akibatnya banyak peneliti sibuk mencari
pekerjaan sampingan menyebabkan mereka tidak fokus dalam melakukan
penelitian. Produktivitas mereka pun akhirnya menurun, dan seiring dengan hal
tersebut, ilmu yang mereka miliki kian tertinggal dibanding sejawat mereka di
negara-negara maju. Maka, adalah sangat perlu untuk memperhatikan sistem
penggajian peneliti. Penataan sistem remunerasi ini juga diperlukan guna
menghindarkan brain drain atau hijrahnya manusia-manusia bertalenta tinggi itu
ke negara lain. Brain drain jika terjadi dalam jumlah besar akan berdampak
Ra
terhadap menurunnya kemampuan Indonesia menghasilkan inovasi-inovasi
sebagai dasar pembangunan ekonominya.
Dasar pemikiran:
Kegiatan Litbang merupakan urat nadi inovasi. Kelengkapan infrastruktur
litbang adalah salah satu penentu keberhasilan suatu kegiatan Litbang untuk
Am
Dasar pemikiran:
Indonesia seakan tidak kekurangan pelbagai skema pendanaan riset.
Insentif Riset SINas (Insinas), Riset Unggulan Terpadu (RUT), Riset Unggulan
Kemitraan (RUK), Riset Unggulan IPB, Penelitian Kerjasama Antar Perguruan
Tinggi (Pekerti) atau Penelitian Hibah Bersaing adalah sejumlah nama program
pendanaan penelitian yang diadakan baik oleh institusi kementerian maupun
lembaga penelitian non-kementerian (LPNK) dan perguruan tinggi. Meski memiliki
beragam skema funding, sayangnya kontribusi penelitian terhadap pertumbuhan
ekonomi belum terlihat signifikan.
Salah satu penyebab macetnya kontribusi Litbang dalam pertumbuhan
ekonomi adalah manajemen Litbang (R&D management) yang masih sektoral.
Ketiadaan koordinasi antar institusi tersebut mengakibatkan tidak fokusnya
program dan outcomes aktivitas Litbang.
Ra
strategis pembangunan nasional ilmu pengetahuan dan teknologi melalui
satu pintu. Ini merupakan upaya untuk mendorong penelitian yang bersifat
strategis dan atau inovatif serta memacu produksi;
• Menarik seluruh dana riset yang tersebar di pelbagai institusi dan
membuatnya berada di bawah koordinasi Kementrian Riset dan Teknologi
(Kemenristek); atau menetapkan dana riset tersebut tetap berada di posnya
namun memberikan kendali pengelolaannya kepada Kemenristek. Tentunya
on
upaya ini diiringi dengan penguatan Kemenristek dalam hal R&D management,
mekanisme pendanaan riset, dan pengembangan model sinergi penanganan
riset.
• Memberi kewenangan kepada Menristek untuk mengelola manajemen litbang
yang meliputi penetapan prioritas penelitian sesuai Agenda Riset Nasional
(ARN) 2010-2014 dan pengalokasian dana penelitian.
• Penguatan peran Dewan Riset Nasional (DRN) sebagai institusi penentu
Am
INOVASI 1-747 71
iii. Empat Wahana Percepatan Pertumbuhan Ekonomi
Wahana 1: Industri Kebutuhan Dasar (Pangan, Obat-obatan, Energi dan Air Bersih)
Dasar pemikiran:
Ra
yang tahan kekeringan, tahan hama, tahan banjir (rendaman) serta teknologi
pascapanen yang lebih dapat diandalkan. Rekayasa benih tadi harus dilakukan
lewat pendekatan bioteknologi, mengingat teknologi berbasis biologi molekuler
merupakan jenis teknologi hijau yang tidak memberikan dampak cemaran pada
lingkungan. Melalui bioteknologi dan kombinasi teknologi pertanian lainnya,
diharapkan produksi padi, jagung, kedelai, dan sagu dapat meningkat guna
memenuhi kebutuhan nasional (swasembada pangan) bahkan menjadi sumber
on
pendapatan negara melalui ekspor.
Persoalan lain adalah tingginya penggunaan pupuk sintetis di Indonesia
yang menambah intensitas kerusakan lahan pertanian dan pencemaran
lingkungan. Fakta bahwa sebagian besar pupuk ini diimpor juga berpotensi
melemahkan ketahanan pangan negeri ini. Sementara, di lain pihak, Pemerintah
belum mempunyai kapasitas memadai dalam penyediaan pupuk organik yang
praktis bagi para petani. Padahal Indonesia bisa memanfaatkan keanekaragaman
Am
Bidang Pangan:
• Segera dikembangkan teknologi food estate.
• Segera diarahkan penelitian bidang pangan mesti mampu mengatasi
tantangan perubahan iklim melalui pendekatan adaptasi dan mitigasi.
• Penelitian bidang pangan difokuskan pada pemanfaatan teknologi biologi
molekuler (utama rekayasa genetika) untuk dapat mencapai low external
input, high productivity, dan sustainable agriculture.
• Segera dikembangkan teknologi penghematan dan penangkapan air untuk
irigasi pertanian.
Ra
• Segera dibuat database mikroba-mikroba lokal (indigenous microbes) serta
flora dan fauna pada tingkat molekuler yang bermanfaat untuk pertanian
(biofertilizer, benih, dan lain-lain). Untuk itu disarankan segera dilakukan
identifikasi, inventarisasi, dan penyimpanan contoh sumberdaya genetika di
seluruh wilayah NKRI, khususnya yang penting untuk ketahanan pangan serta
kesinambungan pembangunan bekerjasama dengan perguruan tinggi yang
ada.
on
Bidang Obat-obatan:
• Penelitian bidang kesehatan difokuskan pada penggunaan teknologi biologi
molekuler (berbasis genomik dan proteomik) berbasiskan biodiversitas dan
culture diversity yang ada di Indonesia.
• Penelitian dan pengembangan vaksin sebagai agen preventif terhadap
penyakit infeksi tropis yang umum terjadi di masyarakat (diare, disentri dan
Am
Wahana 3: Industri Berbasis Daya Dukung Daerah (S&T Park dan Industrial Park)
Dasar pemikiran:
Ra
(STP), Industrial Park (IP), atau kombinasi keduanya. Dari wahana-wahana
inilah SDM-SDM unggulan negeri ini dapat diberdayakan dan difasilitasi untuk
berinovasi.
Dari karya-karya intelektual mereka, diharapkan terjadi peningkatan
daya saing produk komoditas unggulan pertanian, perkebunan, perikanan,
pertambangan, pariwisata, dan komoditas lainnya serta potensi usaha
manufaktur dan jasa sesuai dengan potensi daerah setempat.
on
Science and Technology Park merupakan suatu wadah di mana para
aktor inovasi—akademisi, pelaku usaha dan Pemerintah—bersinergi untuk
mengembangkan STI untuk pengembangan ekonomi. Selain memfasilitasi
hubungan dunia riset dengan komunitas industri, misi utama STP adalah:
merangsang tumbuhnya perusahaan-perusahaan start up berbasis teknologi
baru. Karena itulah STP kerap didesain sebagai wahana inkubasi perusahaan
swasta baru, tempat training bagi pengusaha yang memiliki kemampuan inovatif,
Am
INOVASI 1-747 75
• Menetapkan empat program prioritas yang meliputi:
1. Revitalisasi Puspiptek.
2. Bandung Raya Innovation Valley (BRIV).
3. Kawasan Industri Inovasi Jawa Timur.
4. Integrated National Maritime Science and Technology Park (INMSTP)
Aceh.
• Perlu dikembangkan Pusat Unggulan Rekayasa dan Rancang Bangun guna
mendukung seluruh program di atas sebagai batu pijakan untuk mendorong
lahirnya inovasi di pelbagai bidang terkait.
• Mengembangkan beberapa potensi unggulan daerah, antara lain:
1. Inovasi benih unggul, pola bercocok tanam, dan proses pascapanen.
2. Inovasi rangkaian proses produksi (antara lain, untuk tanaman coklat, teh,
kopi, kelapa sawit).
3. Inovasi produk perikanan yang tersebar dipelbagai tempat di Indonesia
khususnya di wilayah Indonesia Timur.
4. Inovasi produk pertambangan berbasis besi, nikel, tembaga, aluminium
yang tersebar di pelbagai wilayah Indonesia.
5. Inovasi produk berbasis kehutanan yang tersebar di pelbagai koridor
ekonomi.
6. Inovasi produk pariwisata yang disesuaikan dengan nilai kultural daerah
setempat yang tersebar di pelbagai koridor ekonomi.
Ra
Wahana 4: Industri Strategis (Pertahanan, Transportasi dan TIK)
Dasar pemikiran:
Diperlukan revitalisasi industri-industri strategis guna membangun pondasi
dan tulang punggung sistem keamanan dan pertahanan Indonesia. Namun,
perlu digarisbawahi, revitalisasi ini dianjurkan untuk menggunakan doktrin
tertentu sebagai “guideline” bagi penciptaan peta jalan (roadmap) dan cetak biru
on
(blueprint) industri strategis tadi. Doktrin ini diperlukan dengan alasan bahwa:
• Kelangsungan hidup (sustainability) industri strategis pendukung sistem
pertahanan negara memerlukan kerangka arah (platform) dan tujuan.
Pengalaman di masa lalu menunjukkan pengembangan industri strategis
belum memiliki landasan yang kokoh lantaran tidak terkait dengan doktrin
tertentu.
• Doktrin yang dimaksud memiliki prinsip-prinsip utama, antara lain:
Am
Ra
seluruh Indonesia (Palapa Ring);
• Mewajibkan operator telekomunikasi untuk mempercepat pembangunan
backbone serat optik;
• Mendorong operator telekomunikasi menggunakan broadband untuk
meningkatkan akses kepada ilmu pengetahuan.
• Mendorong pelaku industri kreatif menghasilkan produk-produk software
berupa digital content yang diadopsi dari kekayaan alam dan sumber daya
on
sosio-budaya Indonesia.
• Membentuk perusahaan Modal Ventura di sektor Negara (dengan antara
lain bila perlu menggunakan sebagian deviden yang diterima Pemerintah
dari BUMN), atau mengubah dan menugaskan satu atau dua BUMN yang ada
untuk difungsikan dalam usaha Modal Ventura.
025
INOVASI 1-747 77
Gambar 22 menunjukkan bagaimana sasaran Visi Indonesia 2025 dapat
dicapai.
Ra
penguatan klaster inovasi di setiap koridor guna meningkatkan ‘’keunggulan
bersaing industri untuk berinovasi’’. Untuk itu, empat faktor yang disebut Porter
(1998) sebagai ‘’diamond keunggulan negara’’ perlu memperoleh perhatian:
• Kondisi faktor produksi: Ini berkenaan dengan kondisi faktor produksi suatu
negara, seperti tenaga kerja terlatih dan infrastruktur yang diperlukan suatu
industri untuk bersaing.
• Kondisi permintaan: Ini bertalian dengan jenis permintaan pasar dalam negeri
on
terhadap produk-produk industri.
• Industri pendukung: Ini terkait dengan ketersediaan industri-industri
pendukung (vendors) yang kompetitif secara internasional.
• Strategi dan struktur perusahaan: Ini berhubungan dengan kondisi pengaturan
negara tentang bagaimana perusahaan-perusahaan terbentuk, diatur dan
dikendalikan, serta sifat persaingan dalam negeri yang sehat.
Pemerintah harus melakukan optimalisasi pada keempat titik
Am
osistem Inovas
Ek i
cepatan Pertumbu
Ra a Per Wahana 1:
ha
nE
a Industri kebutuhan dasar k
n
on
h
(pangan, obat-obatan,
Wa
om
energi dan air bersih).
i
Wahana 2:
Industri kreatif
on
(berbasis budaya dan digital content)
Wahana 3:
Industri berbasis daya dukung daerah
(S&T Park & Industrial Park)
Wahana 4:
Industri strategis
Am
(pertahanan, transportasi
dan ICT)
Ra
Strategi 3: Penguatan Kemampuan SDM dan Iptek Nasional
Ra
teknologi baru dan aplikasinya. Hal ini memang ada benarnya, namun bila
dilihat lebih dekat, inovasi ternyata tidak semata hanya penciptaan teknologi
baru, tetapi lebih banyak merupakan eksploitasi sukses dari ide-ide baru atas
sesuatu yang telah ada sebelumnya. Oleh karenanya inovasi dapat diartikan
sebagai upaya perbaikan atau penyempurnaan suatu produk dan servis melalui
perbaikan-perbaikan pada proses produksi sehingga menjadi lebih efisien dan
efektif, yang pada akhirnya dapat mendatangkan keuntungan. Secara simultan
on
ketiadaan inovasi dapat menimbulkan stagnasi bisnis dan hilangnya pekerjaan dan
kesempatan usaha. Bagi pebisnis, inovasi merupakan cara untuk meningkatkan,
sekaligus mempertahankan pertumbuhan sebuah perusahaan melalui produk-
produk dan/atau layanan yang lebih berkualitas dan mengisi niche (ceruk)
yang kosong. Oleh karenanya perusahaan atau organisasi yang inovatif dapat
meningkatkan laba bagi pemilik dan pemegang saham. Bagi para pegawai,
inovasi berarti pekerjaan dan lingkungan kerja yang lebih menarik, peningkatan
Am
INOVASI 1-747 81
Ada tiga alasan utama mengapa inovasi menjadi penting bagi Indonesia,
dan dalam skala kecil bagi sebuah perusahaan:
1. Liberalisasi perdagangan dan turunnya biaya komunikasi dan transportasi
menyebabkan Indonesia harus siap bersaing dengan negara-negara dengan
upah pekerja yang lebih rendah, serta negara-negara dengan tenaga terampil/
terdidik. Contohnya, gaji buruh di Tiongkok 50% lebih rendah dari gaji buruh di
negara-negara Eropa, dan gaji pekerja di Korea setengah dari harga pekerja di
Inggris, sementara perbandingan umur sarjana di kedua negara tersebut pada
dasarnya hampir sama.
2. Penerapan sains dan teknologi di segala bidang menimbulkan dampak
perubahan yang jauh lebih cepat dari yang diprediksi sebelumnya. Sebagai
contoh, perkembangan dalam bidang TIK, bioteknologi, energi terbarukan dan
nanoteknologi telah memicu gelombang baru inovasi dan membuka banyak
kesempatan bagi para pebisnis untuk mencapai keuntungan kompetitif bila
menguasai teknologi ini.
3. Komunikasi global dengan sistem komunikasi yang bekerja 24 jam, tujuh hari
seminggu, dapat mengubah selera pasar dengan sangat cepat. Produk baru
dari sebuah inovasi dengan hitungan menit sudah dapat dilihat di seluruh
penjuru dunia.
Ketiga hal di atas sebenarnya bukan merupakan tantangan, tetapi
justru menjadi faktor-faktor pendukung Indonesia menjadi negara maju di
tahun 2025 dan kekuatan ekonomi 12 besar dunia, karena Indonesia telah
Ra
memiliki atau berpotensi menguasai ketiga hal di atas. Untuk itu Indonesia perlu
terus meningkatkan kontribusi inovasi teknologi sebagai mesin pertumbuhan
ekonomi baru dalam faktor produksi (Y=f(L.C.T)), dimana: L= Land, C= Capital, T=
Technology.
Masuknya Technology dan Innovation (T&I) ke dalam faktor produksi
ditargetkan akan semakin meningkat secara berangsur dari sekitar 5,3% pada
tahun 2010, menjadi kurang lebih 17% pada tahun 2015 (didukung pendanaan
on
R&D 1.0% PDB), dan berlanjut menjadi 25% pada tahun 2020 (didukung
pendanaan R&D 1,5% PDB), dan akhirnya menjadi sekitar 31% pada tahun 2025
(didukung pendanaan R&D 2.0% PDB) (Gambar 23).
Ra Kebutuhan
saat ini
2010
Factor
R&D 1% PDB
2015
Efficiency
R&D 1.5% PDB
2020
Transition
R&D 2% PDB
2025
Innovation
Kebutuhan
Masa Depan
on
Driven Driven State Driven
INOVASI 1-747 83
Strategi
Gambar 24. Strategi
Pentahapan Terintegrasi.
Untuk dapat mencapai sasaran
Roadmap Pertumbuhan yang
Terintegrasi
beda namun terpusat pada
pembangunan STI
my)
Ra (Know
ledge Based
Econo
on
Am
Ra
2. Inovasi kinerja dan difusi, yaitu memproduksi dan mengkomersialisasikan
produk-produk hasil kreatifitas dan hasil penelitian;
3. Inovasi sistem dan kelembagaan, yaitu menggalang kerjasama dengan
berbagai pusat penelitian unggulan, berbagai perusahaan, serta
mensinkronkan kebijakan pendanaan dan program inovasi untuk mencapai
tingkat efisiensi dan efektivitas tinggi;
4. Inovasi faktor input, yaitu mengamankan dan mengawal alokasi dana R&D
on
yang diperoleh melalui investasi agar benar-benar diperuntukkan bagi
pengembangan STI;
5. Inovasi infrastruktur, yaitu menyiapkan/mengembangkan sumber daya
manusia berkualitas tinggi dalam bidang Iptek; dan menciptakan ekosistem
dan budaya STI.
Butir pertama dan kedua diarahkan untuk menciptakan sistem nilai
tambah melalui berbagai model seperti penambahan jumlah para aktor inovasi,
Am
perbaikan performa inovasi dan perluasan difusi hasil inovasi. Diharapkan bahwa
Indonesia, dengan sumber daya yang ada, secara bertahap bertransformasi
melalui tahapan kegiatan-kegiatan yang berlandaskan pada proses imitasi dan
modifikasi menuju sistem produksi bernilai tambah. Area yang ketiga, didesain
untuk menciptakan sistem inovasi yang terkoordinasi dengan baik dan lebih
terbuka dalam menghadapi tantangan, dan untuk lebih memberikan peluang bagi
berkembangnya kreatifitas dan inovasi sebagai penggerak pertumbuhan. Tujuan
butir 4-5 adalah untuk meningkatkan faktor-faktor input R&D dan menyediakan
infrastruktur dan lingkungan inovasi yang kondusif, guna mendukung kegiatan
inovasi. Secara menyeluruh, implementasi usaha-usaha ini akan memperkuat
basis makroekonomi Indonesia yang berdasarkan pada pengembangan kualitatif
mikroekonomi melalui sains, teknologi dan sumber daya manusia terampil/
terdidik.
INOVASI 1-747 85
Gambar 25. Arah Utama
Arah Utama Lima Area Inovasi
Indonesia.
Mengamankan investasi
Memproduksi dan R&D yang efisien
mengomersialisasikan dan penyediaan tenaga
hasil kreativitas kerja berbasis S&T
dari kegiatan R&D yang berkualitas tinggi
Inovasi Sistem
dan Kelembagaan
Ra Sistem Jejaring
dan Terbuka
Difusi
Fakt
Inov Input
KinerjInovasi
or
a dan
asi
Kesempatan
utu kan
Kerja
han
Keb asi
Sis Nila
dan
on
tem i (B
an ent
Kesejahteraan
a d ori
Pe uda
erj Ber
nc ya
ipt )
Kin tem
aa
n
Si s
ur
ru i
In Akto
st as
kt
ov r
fra ov
as
In In
i
Am
Memperkuat
kemampuan Menciptakan ekosistem
inovasi industri, dan budaya S&T
universitas dan yang berbasis inovasi
institusi penelitian
INOVASI 1-747 87
Ra
on
Am
INOVASI 1-747 89
WAHANA PERCEPATAN PERTUMBUHAN EKONOMI
Ra
yang sangat besar, adalah modal dasar yang luar biasa yang perlu ditopang
dengan sebuah Sinas yang benar-benar membumi dan dapat memfasilitasi
potensi geografis, sumber daya alam, sumber daya manusia dan kekuatan
pasar domestik. Untuk itu nilai-nilai kearifan lokal dan keunggulan daerah perlu
mendapatkan perhatian khusus dalam membangun sistem inovasi yang sesuai
dengan kebutuhan Indonesia. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut
serta konsep pembangunan MP3EI, KIN mencanangkan perlunya membangun
on
sebuah Sinas berbasis keunggulan nasional dan daerah. Sebagaimana disebutkan
sebelumnya, tujuan utama Sinas adalah mencari konvergensi kekuatan utama
Indonesia yang bisa dijadikan ciri khas bangsa untuk meningkatkan daya saing
Indonesia di tingkat global, dan pada saat yang bersamaan memeratakan
pertumbuhan ekonomi di seluruh wilayah Indonesia secara berkesinambungan.
Untuk mendukung MP3EI, Pemerintah Indonesia telah menentukan enam
koridor ekonomi dengan berbagai klaster inovasi regional (Gambar 26) sebagai
Am
sedemikian rupa hingga selaras dengan upaya penguatan Sinas dan Inisiatif
Inovasi 1-747. Di sini, peranan aktif pemerintah sangat diperlukan dalam upaya
menguatkan kapasitas inovasi ini. Komite Inovasi Nasional mengusulkan strategi
penguatan aktor inovasi sebagaimana tertera pada Gambar 28.
Pertama, pemerintah harus mengambil inisiatif untuk melakukan tinjauan
ulang terhadap semua peraturan perundangan yang berlaku, termasuk kebijakan
insentifnya, dan berani mengambil tindakan untuk menciptakan/menyediakan
lingkungan yang kondusif bagi para aktor inovasi untuk beraktifitas. Pemerintah
harus mengatur secara serius masalah regulasi penataan makroekonomi,
fiskal, pajak, perdagangan, persaingan sehat, promosi industri, infrastruktur
ekonomi, standarisasi, manajemen sumber daya, nilai-nilai budaya dan lainnya
yang mendukung semangat inovasi. Penguatan sektor swasta dan BUMN dapat
dilakukan melalui kerjasama bisnis diantara keduanya, dimana pemerintah
menyediakan peraturan dan sistem insentif yang mendorong pertumbuhan
industri. Upaya-upaya ini vital sebagai salah satu strategi penguatan perusahan
nasional Indonesia dalam menghadapi kompetisi global.
INOVASI 1-747 91
Gambar 26. Klaster
Klaster Inovasi Inovasi Regional
Koridor
Sumatera
Koridor Jawa
Koridor Papua - Maluku
Koridor Bali - Nusa Tenggara
"Pendorong Industri dan “Pusat Pengembangan
''Pintu Gerbang Pariwisata Pangan, Perikanan, Energi,
Jasa Nasional" Nasional dan Pendukung dan Pertambangan
Pangan Nasional'' Nasional"
RaKlaster Inovasi:
Wahana Pusat Keunggulan
Gambar 27. Klaster
Inovasi: Wahana Pusat
Keunggulan.
on
Am
Kapasitas Inovasi
Sistem Inovasi
Kemakmuran
Daya Saing/
Produktivitas
Ra UNIVERSITAS
INSTITUSI RISET:
LPNK, LPK, SWASTA
Mengembangkan
Teknologi
Inti
Menumbuhkembangkan
riset di Universitas
berjiwa entrepreneurship
INOVASI 1-747 93
Para pelaku UMKM harus didukung dengan meningkatkan kemampuan
mereka dalam melahirkan produk-produk baru yang inovatif melalui penyediaan
teknologi, penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan. Demikian juga
penguatan terhadap perguruan tinggi sebagai salah satu penghasil inovasi dapat
dicapai melalui pengembangan klaster Litbang, untuk mendorong aktivitas
penelitian guna menghasilkan teknologi utama yang tepat, sehingga dapat
meningkatkan daya komparatif dan kompetitif Indonesia.
Dalam dua tahun terakhir, berbagai usaha telah dilakukan pemerintah
untuk memperkuat lembaga penelitian baik pemerintah maupun swasta melalui
pembangunan laboratorium untuk kajian spesifik, perluasan kesempatan bagi
peneliti untuk mendapat pelatihan sesuai dengan bidang keahliannya, dan
peningkatan sistem insentif bagi peneliti. Mengingat potensi sumber daya alam
dan manusia yang begitu besar, sudah saatnya Indonesia menerapkan sistem
manajemen riset yang otonom dan beorientasi outcome. Usaha ini mengarah
pada upaya menjawab tantangan ke depan tentang kebutuhan sumber daya
manusia yang mumpuni dalam bidang STI.
Yang terakhir, tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah, upaya
membentuk masyarakat madani yang berdasar pada pengetahuan (knowledge-
based society), disiapkan melalui sistem pendidikan yang berkualitas tinggi di
semua jenjang pendidikan. Upaya ini akan menghasilkan generasi Indonesia yang
kreatif dan inovatif dengan pola pikir kewirausahaan (entrepreneurial mindset)
yang lebih baik.
Ra
B. Wahana Industri dan Penguatan Talenta
Pemerintah
Institusi Iptek
Pendukung
Bisnis
Akademisi
Pendidikan
Tinggi
Litbang
Ra Klaster Industri
Swasta
/Industri
Litbang
Akademik
Litbang
Pemerintah
on
Gambar 30. Bandung
Raya Innovation Valley
Bandung R aya Innovation Valley
(BRIV) (BRIV)
Am
Cilegon
Jakarta
Cikampek
Klaster Industri
Klaster Industri
Bandung
Pendidikan
Tinggi
Institusi Iptek
Industri Strategis
INOVASI 1-747 95
Dalam perencanaan ini, Bandung didesain untuk menjadi jangkar kegiatan
Litbang karena telah ada lusinan institusi akademik papan atas dan SDM level
internasional di kota ini. Sebagai contoh, ITB, akan berperan sebagai institusi
penyumbang SDM utama dan aktor utama dalam BRIV di samping yang berasal
dari STT Telkom, Unpad, Unpar, Politeknik ITB, dan sebagainya. Terdapat juga
sejumlah BUMN strategis di bidang TIK dan transportasi, seperti PT Inti, PT LEN,
PT Pindad dan PT DI. Di tingkat akar rumput, Bandung memiliki 120-an UKM
berbasis high-tech yang akan menjadi penopang klaster industri ini sekaligus
menunjukkan kesiapan BRIV berkembang menjadi industri global seperti
Bangalore di India. Keberadaan berbagai UKM ini penting untuk menghindarkan
foot-loose industry. BRIV tidak ditujukan untuk menciptakan koridor industri
eksportir seperti sudah dilakukan di Cikampek-Cilegon dan Batam yang tidak
berorientasi innovation enhancement. Komite Inovasi Nasional berharap agar BRIV
dapat menjadi tempat terjadinya aliran knowledge dan SDM dari perguruan tinggi
ke industri, seperti dari Stanford University ke Silicon Valley, AS.
Lebih luas, BRIV merupakan realisasi dari strategi percepatan
pertumbuhan ekonomi Indonesia berbasis penciptaan klaster inovasi,
sebagaimana tertuang dalam MP3EI dengan enam koridor klaster inovasi,
dengan kekhasan dan kekhususan peran masing-masing, yang terkonsentrasi di
Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali-Nusa Tenggara, dan Papua-Maluku.
BRIV berada di koridor Jawa sebagai bagian dari koridor “pendorong industri dan
jasa nasional”. Kawasan industri BRIV telah dideklarasikan oleh Presiden Republik
Ra
Indonesia pada 30 Agustus 2012 (Lihat juga Bagian Tiga buku ini.)
Ide pembentukan klaster inovasi seperti BRIV sebenarnya sudah ada
sejak tiga dekade lalu, dicetuskan oleh sejumlah dosen ITB. Ide ini kemudian
ditindak lanjuti oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan pada tahun
1996, dengan mengembangkan konsep Bandung High Tech Valley (BHTV).
Sayangnya rencana ini terbengkalai sebagai dampak dari krisis moneter 1997.
Gagasan tentang science and technology park ini dihidupkan kembali oleh KIN
on
dengan mengusulkan pembentukan BRIV. Langkah-langkah yang telah dilakukan
berkenaan pembentukan BRIV antara lain: koordinasi dengan stakeholders
terkait, penggodokan konsep pengembangan BRIV, identifikasi persoalan dan
merekomendasikan solusi, monitoring dan evaluasi program.
Proses kegiatan di dalam BRIV akan dilakukan secara bottom up.
Serangkaian pembicaraan informal tentang innovation park ini telah dilakukan
dengan pihak Bappenas, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian
Am
Ra
hendaknya memberikan kemudahan bagi investor dan menyediakan lokasi
industri yang siap pakai seperti: lahan yang telah siap bangun, adanya jaminan
hak atas tanah yang dapat diperoleh dengan mudah, tersedianya sarana dan
prasarana yang dibutuhkan oleh investor, dan kemudahan dalam mendapatkan
perizinan, sehingga investor dapat segera membangun dan mengoperasionalkan
pabriknya. Selain itu untuk mendukung kelancaran operasional pabrik, perlu
diciptakan suasana yang kondusif termasuk di dalamnya keamanan, kenyamanan
on
dan ketentraman kerja dan domisili bagi para investor dan karyawannya.
Upaya meningkatkan FDI ke Indonesia perlu mendapatkan perhatian yang
serius agar kebutuhan pertumbuhan ekonomi jangka pendek dan menengah
dapat dipertahankan. Realisasi FDI mencapai 21.10% dari keseluruhan realisasi
investasi di Indonesia pada tahun 2010 yang meningkat 49.93% dengan besaran
16 milyar dolar AS , meningkat tajam dari penurunan tahun sebelumnya sebesar
27.28%. Investasi asing pada sektor primer masih sangat kecil, berada pada
Am
kisaran 1 milyar dolar AS per tahun pada dekade terakhir ini. Peningkatan
penanaman modal asing pada sektor pertambangan di tahun 2010 telah
meningkatkan realisasi investasi, mencapai 3 milyar dolar AS. Investasi asing pada
sektor tertiari masih memegang peranan yang sangat besar dari total investasi
yang masuk ke Indonesia dan meningkat dengan sangat tinggi sejak tahun 2007.
Singapura masih merupakan negara dengan tujuan FDI yang terbesar
dibandingkan dengan negara-negara Asean lainnya, walaupun dengan jumlah
penduduk terkecil setelah Brunei Darussalam. Tentunya ini merupakan sebuah
paradox jika dibandingkan dengan Indonesia dengan jumlah penduduk mendekati
250 juta jiwa, ditambah dengan kekayaan alam yang berlimpah. Pemerintah sudah
selayaknya mulai menerapkan sistem insentif dengan paket yang menarik yang
dipadu dengan kebijakan fiskal, kemudahan pengurusan perizinan usaha hingga
kemudahan pengurusan keimigrasian bagi para pekerja luar dengan ketrampilan
tinggi, sehingga memungkinkan terjadinya transfer teknologi di Indonesia.
Untuk jangka waktu menengah dan panjang diharapkan FDI tidak hanya mencari
tempat di mana tersedia pekerja dengan upah yang rendah, ekplotasi sumber
INOVASI 1-747 97
daya alam, dan rendahnya nilai tambah (shallow investment) tetapi juga
sudah memasuki siklus berikutnya di mana FDI sudah mulai mengekploitasi
pengetahuan, maksimum transfer teknologi dan menggunakan pekerja lokal yang
ahli dan berpendidikan yang tinggi (Gambar 31). Konsep ini dapat dikembangkan
dengan membuka beberapa pusat klaster inovasi di masing-masing koridor
ekonomi yang saling terkait satu dengan lainnya dengan sangat erat.
Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam upaya mengembangkan secara
maksimal pembangunan ekonomi suatu negara, diperlukan investasi asing.
Sebagai contoh, negara semaju Amerika Serikat dan Tiongkok terus saling
mengejar untuk mencapai posisi teratas dalam peringkat jumlah FDI-nya.
Tiongkok merupakan penerima FDI tertinggi di dunia pada tahun 2013, setelah
bertahun-tahun selalu dipegang oleh Amerika Serikat. Indonesia sangat
membutuhkan investasi asing untuk mengembangkan sumberdaya secara
optimal. Di sini pentingnya tekad merubah paradigma investasi dari sekedar
eksploitasi sumber daya alam dan tenaga kerja murah, menjadi investasi berbasis
inovasi yang mengeksploitasi sumber daya pengetahuan dan ketrampilan tenaga
kerja Indonesia. Indonesia harus beranjak dari investasi yang sifatnya dangkal dan
jangka pendek, yang hanya mengandalkan eksploitasi sumberdaya alam semata
dengan nilai tambah yang rendah, dan tenaga kerja yang murah, menjadi bentuk
investasi berdasarkan pada eksploitasi pengetahuan dengan memaksimalkan
transfer teknologi dan tenaga kerja terampil dan terdidik (Gambar 32).
Berbicara tentang transfer teknologi dan penyediaan tenaga terampil, hal
Ra
ini tentunya tidak akan terjadi begitu saja secara otomatis dengan adanya FDI.
Upaya-upaya perlu dilakukan antara lain melalui mekanisme rantai nilai global
(global value chain). Strategi ini memanfaatkan kekuatan pasar Indonesia yang
besar untuk menarik FDI masuk dengan membawa produk-produk Hi-Tech yang
telah berada dalam rantai nilai global. Proses alih teknologi dapat mengikuti
kemudian (strategi ini yang oleh Dr. B.J. Habibie, yang dikenal dengan sebutan:
Berawal dari Akhir, Berakhir di Awal). Indonesia sebenarnya telah menerapkan
on
strategi ini yakni melalui pembangunan secara serius industri-industri strategis
seperti industri kereta api, industri perkapalan, dan industri kedirgantaraan
dimana salah satu produknya adalah N250.
Pelbagai studi menunjukkan bahwa globalisasi terhadap rantai
nilai mendukung argumentasi keikutsertaan UKM dalam rantai nilai global
memberi dampak positif bagi UKM. Contoh, penataan ulang organisasi untuk
meningkatkan produktivitas di tingkat internasional melalui ”outsourcing” dan
Am
ity
Productiv
Increase 2nd Cycle
Deep Investment
1st Cycle with:
Shallow Investment • Exploitation of Knowledge
with: • Maximum Tech. Transfer
• Exploitation of Natural Resources • Skillful & Educated Work Forces
• Minimum Value Added
• Cheap Labour Pertumbuhan
Ra
Gambar 32. Transfer
( L ) Labour
( C ) Capital
Alih Teknologi
Pengembangan Teknologi
4 3 2 1 0
INOVASI 1-747 99
2. Perusahaan-perusahaan kecil yang memfokuskan diri pada teknologi multi
fungsi, dapat mengamankan posisi mereka di pasar dengan menjadi penyedia
(supplier) yang terspesialisasi melayani berbagai sektor manufakturing seperti
sektor automotif dan peralatan dengan ketepatan tinggi.
3. Masuk ke dalam rantai nilai global dapat menggandeng reputasi perusahaan
yang telah bertaraf internasional. Sebagai contoh Lenovo yang mengakuisisi
divisi personal komputer IBM, berdampak pada percepatan akses Lenovo
ke pasar luar negeri, sambil terus memperbaiki kualitas dan teknologi yang
ditampilkan oleh Lenovo, sehingga saat ini telah menjadi sebuah branding
yang diperhitungkan di pasar.
4. Bekerjasama dengan mitra usaha di hulu maupun hilir akan meningkatkan
efisiensi kerja UKM. Hal ini terjadi karena adanya keuntungan-keuntungan
yang sifatnya substansif seperti: terjadinya aliran informasi, transfer teknologi,
dan kesempatan belajar bagi pengusaha UKM. Melalui strategi ini, para pelaku
UKM akan terekspose pada proses belajar dari rekanan mereka di tingkat
global, yang membuka peluang terjadinya tumpahan/aliran pengetahuan dan
selanjutnya menstimulir peningkatan kemampuan sumberdaya manusia dan
teknologi;
5. Kemampuan untuk terus berinovasi dan mengikuti perkembangan teknologi
terbaru dilihat oleh UKM sebagai suatu persyaratan utama kesuksesan
mereka untuk dapat berpartisipasi dalam rantai nilai global.
Namun demikian, untuk memperoleh manfaat maksimal dari strategi
Rarantai nilai global, Indonesia harus benar-benar siap untuk menerima hadirnya
perusahaan multinasional yang sudah berperan di panggung pasar dunia.
Bahkan lebih dari itu, Indonesia harus mampu menciptakan daya tarik yang
kuat, di samping keunggulan besarnya pasar, agar perusahaan-perusahaan
global tersebut mau menanamkan modal dan mentransferkan teknologinya di
Indonesia. Pengalaman pahit dengan perusahaan RIM (Research in Motion) patut
direnungkan secara lebih dalam.
on
Seperti kata pepatah, banyak jalan menuju Roma, inovasi tidak selamanya
harus bergantung pada perusahaan asing atau harus menunggu lahirnya
teknologi baru melalui FDI. Pemanfaatan teknologi yang sudah ada secara kreatif
dan inovatif melalui model bisnis inovasi dapat menghasilkan hal-hal yang
menakjubkan.
Ra Meningkatnya penggunaan pola open innovation di seluruh dunia
yang disebut “the cave”, sarana marketing yang revolusioner yang dipelopori
oleh perusahaan ini. Dengan sarana ini P&G, dapat menghemat biaya riset
dan mempersingkat waktu penelitian secara dramatis. The cave adalah ruang
virtual 3D yang disediakan bagi konsumen dan dimanfaatkan oleh para peneliti
P&G untuk mengamati secara langsung: perilaku dan reaksi para pelanggan
yang mengunjungi toko-toko terkenal di AS seperti Tesco, Asda dan Boots,
yang adalah klien P&G. The Cave dibuat secara detail mengikuti interior toko,
di mana konsumen dapat masuk dan mengeksplorasi rak-rak yang menjajakan
berbagai produk. Dalam the cave ini dilakukan pengamatan cara dan bagaimana
para pembeli menentukan pilihan mereka atas produk yang terpajang di rak,
termasuk bentuk dan warna produk yang menarik perhatian konsumen, perilaku
konsumen seperti bagaimana mereka membolak-balik sebuah produk untuk
membaca label atau melihat tanggal kadaluarsa, sebelum menuju kasir untuk
pembayaran. Menggunakan data yang diamati secara langsung, peneliti P&G
kemudian merancang ulang tatanan toko, cara pemajangan, desain produk dan
kemasan produk-produk tersebut. Dengan metode ini dan dengan mewawancarai
Rakerja tunggal yang disebut Model Bisnis Inovasi. Model yang sama juga
direkomendasikan KIN untuk Pembangunan Klaster Inovasi berbasis daya dukung
daerah. Perlu dicatat di sini bahwa apa yang dilakukan oleh P&G dan Natura tidak
melibatkan produk teknologi inovasi terbaru, tetapi memanfaatkan teknologi
yang sudah ada.
berkembang, dan sebaliknya, yang tidak akan bangkrut dan lenyap. Sebagai
contoh, Apple yang saat ini begitu kuat, bahkan dapat dikatakan tidak
tertandingi, sulit untuk mempercayai bahwa 15 tahun lalu, perusahaan ini sudah
diambang kebangkrutan dan bahkan sempat membutuhkan bail-out dari pesaing
utamanya Microsoft. Dan yang lebih menarik lagi adalah, Apple memulai
kejayaannya kembali bukan dengan menyajikan hasil inovasi teknologi terbaru,
tetapi dengan memanfaatkan MP3 melalui produk yang disebut Apple Ipod.
Bila dikaji lebih dalam, kesuksesan Ipod jauh dari sekadar teknologi MP3.
Teknologi MP3 hanya merupakan landasan di mana jenis-jenis inovasi lainnya
bertumpu, termasuk di dalamnya inovasi kemasan, inovasi di sektor pelayanan
dan pemasaran, serta pengalaman Apple sendiri yang membantu perusahaan ini
masuk kembali untuk mendominasi pasar, bergerak melampaui MP3 player, dan
masuk ke dalam industri musik on line. Ini adalah kunci sukses Apple saat itu,
dan ini adalah sebuah inovasi. Dengan demikian, inovasi produk dan teknologi
memang merupakan unsur penting dalam menjawab ketidakstabilan ekonomi
dunia, namun itu saja tidak cukup dan harus didukung oleh jenis-jenis inovasi
Lisensi
Teknologi
Ra Investasi
CVC
on
Akuisisi
Produk/ Pelepasan
Lisensi
Teknologi
Am
Layanan
Pasar
Pasar Pasar
Perusahaan
Lama Baru
Lain
Ironis memang, tapi adalah fakta bahwa dengan adanya kemudahan dan
akses terhadap inovasi (termasuk open innovation) hal ini justru menghambat
kemajuan perusahaan start-up. Begitu perusahaan start-up berhasil menemukan
sebuah produk inovasi teknologi baru, para pengintai teknologi akan segera
bekerja keras membuat tiruannya, dan dalam waktu yang relatif singkat produksi
tiruan akan menjamur memasuki pasar. Dari sekian banyak petarung pembuat
imitasi, pada akhirnya, akan muncul beberapa pemenang, namun sayangnya,
pemenang ini belum tentu perusahaan start-up yang merupakan perintis
teknologi tersebut. Sebagai contoh, persaingan antara Myspace dan Facebook,
yang tadinya dirintis oleh Myspace, tetapi akhirnya dimenangkan oleh Facebook.
Sejarah mencatat bagaimana Eastman Kodak Co. salah satu perusahaan terbaik
Amerika Serikat yang begitu berjaya dengan berbagai invensi yang mengguncang
dunia, termasuk menemukan kamera genggam dan mengantongi 1100 digital
paten, akhirnya mengalami kebangkrutan, salah satunya sebagai akibat
Ra
ketidakmampuannya bersaing dengan para imitator, pelbagai pembuat kamera
digital, yang ironisnya, adalah hasil invensi Eastman Kodak sendiri.
Ketiga hal di atas sedikit banyak menggambarkan bahwa pemerintah
perlu secara cermat melihat dan mendukung peluang-peluang yang ada di dalam
masyarakat, dan mendukungnya dengan menyediakan fasilitas seluas-luasnya.
Karena konsep inovasi saat ini telah bergeser dari yang mulanya berupa era
penemu tunggal seperti Isaac Newton atau Albert Eintsein, kemudian menjadi
on
laboratorium korporat dengan sejumlah staf penelitinya, dan bergeser lagi ke
era start-up yang didukung venture capital, dan saat ini telah bergeser lagi ke era
baru yang disebut inovasi holistik, yaitu tidak saja menghasilkan fungsi dan fitur-
fitur baru, tetapi juga menyajikan model bisnis inovasi.
Model bisnis inovasi (Gambar 34) dapat dilakukan melalui beberapa cara:
1. Dengan menambahkan aktifitas baru; 2. Dengan menggabungkan aktifitas-
aktifitas yang sudah ada dengan cara/metode baru, atau 3. Dengan merubah
Am
Ekosistem
Inovasi
Ide
Kreativitas
Ra BISNIS
INOVASI
on Ko
n
aa
m
an
pe
nd
te
n
Pe
SDM Uang
si
Am
Budaya
Entrepreneur
Ra Operating
model
Li & Fung
Limited
acceleration
of the
supply chain
Zara Tata Motors
distribution
Nestlé
Nespresso
on
Open Person Adjency Serial
Business to person
system
Am
negeri. Demikian pula pelaku inovasi mencakup seluruh elemen mulai dari petani
hingga pebisnis, mulai dari perguruan tinggi dan lembaga riset hingga korporasi
BUMN dan Swasta serta Pemerintah. Pemerintah berperan sangat penting dalam
mendorong partisipasi semua pihak, salah satunya dengan memberi kepastian
baik hukum dan keamanan bagi para investor, baik dalam maupun luar negeri.
Sebagaimana diuraikan sebelumnya, KIN juga mengusulkan model bisnis
inovasi Klaster Taman Iptek dan Taman Industri (Gambar 37), antara lain: 1.
Puspiptek yang adalah sebuah R&D-driven S&T; 2. Kawasan industri BRIV, yang
merupakan sebuah university driven S&T Taman Industri; 3. Kawasan industri
berbasis inovasi Gresik Utara, Jawa Timur dan Bandung Technopolis, melibatkan
tiga aktor: Technopreneur, Pemerintah Daerah dan Pusat, dan Akademisi (berbagai
perguruan tinggi yang terdapat di Bandung).
Dalam pengembangan model bisnis inovasi pemerintah menjadi subjek
sentral yang harus melakukan sinkronisasi kebijakan guna menciptakan iklim
inovasi bisnis (Gambar 38). Terdapat setidaknya empat aspek kebijakan yang
harus diselaraskan: 1. Kebijakan menciptakan iklim yang mendukung aktifitas
Investasi
Investasi
Ra
Pemerintah
Manajemen
Teknologi &
Teknologi &
Am
Teknologi &
Manajemen
Lembaga IPTEK
Insentif Riset
& PT
(Swasta, BUMN)
Klaster
Taman
Industri Pengembalian
Modal
Investasi
Bridge
Capital
Klaster
Taman
Iptek
Ra Paska-Inkubasi
5 Tahun
• Perluasan Usaha
• Persiapan Initial Public Offering
on
Seed
Capital Inkubasi
3 Tahun
• Penambahan Perusahaan
• Start-up Perusahaan
Teknologi • Riset Teknologi
yang Memiliki • Analisa Pasar
• Pengembangan Produk
Potensi
Pasar
Enablers
-Sistem HKI yang
efektif
- Sistem penilaian Kesempatan
- Standardisasi
- Pengadaan publik
- Peraturan
Inovasi
Ra Bisnis
on
Dukungan bagi Bisnis
- Program best pactices
Am
Raini akan secara signifikan mendorong para enterpreneur Indonesia berkarya dan
berkreasi menciptakan model-model bisnis inovasi dan melaksanakan model
tersebut, yang pada akhirnya akan meningkatkan daya saing bangsa.
Ra
Gambar 40. Peringkat
ICT Development Index
(IDI) di Berbagai Negara.
on
Sumber: International
Telecommunication Union
(dari 155 negara) Rank 2011 IDI 2011 Rank 2010 IDI 2010
Ra
on
Am
Ra
kenaikan harga pangan global yang mencapai puncaknya pada Agustus 2012,
lalu penurunan harga, dan kembali kenaikan harga pangan di kuartal pertama
2014 (Food Price Watch, 2014). Tren kenaikan harga pangan ini diperkirakan akan
kembali terus melejit, mengancam ketahanan pangan dunia. Di bidang energi,
diperkirakan era minyak akan berakhir pada tahun 2050 (Energy Information
Administration, 2012). .
Berawal dari keresahan masa depan manusia, ilmuwan yang tergabung
on
dalam Kelompok Roma sempat menggegerkan dunia pada 1970-an. Mereka
mencoba menjelajahi masa depan lewat laporan The Limits to Growth, yang
diperbarui 30 tahun kemudian pada 2004. Report setebal 205 halaman ini
berupaya memprediksi apa yang terjadi dengan dunia ini seandainya populasi
manusia dan industri tumbuh dengan sangat cepat. Benarkah dunia akan aus
ketika sumber daya alam sudah tergerus dan munculnya fenomena perubahan
iklim sehingga pertumbuhan ekonomi mesti dibatasi?
Am
1. PANGAN
Pameo “tikus mati di lumbung padi” boleh jadi benar adanya setelah
ditemukannya kasus busung lapar di wilayah timur Indonesia beberapa tahun
silam, atau warga miskin yang harus menyantap nasi aking di Lampung. Kenyataan
Ra
yang menyesakkan mengingat negeri ini adalah surga keanekaragaman hayati
dunia.
Kian menyesakkan mengingat bahwa pada era 1980-an dunia pertanian
Indonesia sempat menorehkan prestasi gemilang mencapai swasembada beras.
Produksi beras masa itu mencapai 25,8 juta ton, meroket dua kali lipat dari 12,2
juta ton (1969), membuat Presiden Soeharto sempat didaulat berbicara di forum
FAO. Namun kejayaan negeri ini dalam swasembada beras hanya bertahan satu
dekade. Perlahan produksi beras tak mampu lagi memenuhi kebutuhan pangan
on
nasional. Sejak 1993 negara agraris ini mulai menjadi importir beras.
Kasus busung lapar dan nasi aking, sebagaimana disinggung di atas, adalah
situasi ekstrem yang ditemui di Indonesia pasca era swasembada pangan, dan
sekaligus menjadi dering alarm bagi ketahanan pangan di masa depan. Seiring
meningkatnya populasi penduduk, kebutuhan pangan akan kian besar. Pada tahun
2000 negeri ini memerlukan 30,8 juta ton beras dan 4,62 juta protein hewani,
Am
tetapi pada tahun 2020—ketika populasi diprediksi mencapai 288 juta jiwa—
kebutuhan akan melonjak nyaris separuhnya menjadi 42,3 juta ton beras dan
6,34 juta ton protein hewani. Indonesia harus menyiapkan langkah-langkah guna
mengantisipasi lonjakan tersebut.
Namun ada persoalan besar yang dihadapi: lahan pertanian untuk
menopang ketersediaan pangan pokok (yakni beras) kian susut luasnya. Menurut
data BPS, lahan pertanian berkurang sekitar 80 ribu hektar per tahun, dan dengan
kecepatan ini diperkirakan tahun 2025 nanti luas lahan sawah di Indonesia hanya
akan tersisa dua juta hektare. Lemahnya perlindungan areal pertanian produktif
oleh pemerintah daerah membuat sawah penghasil padi berubah menjadi pabrik
dan kawasan industri.
Indonesia juga dihadapkan dengan kondisi tanah yang semakin berkurang
tingkat kesuburannya. Sejak 1969 para petani mulai dikenalkan dengan pupuk
anorganik (kimiawi) melalui program intensifikasi massal. Pada 1990-an kesuburan
tanah pertanian anjlok drastis sebagai dampak penggunaan pupuk sintetis yang
berlebihan untuk menggenjot produktivitas pertanian.
Ra
ini (Prather, 2013).
2. ENERGI
• Terbarukan
• Berlimpah dan bersih
• Andal dan aman
• Terjangkau harganya
surya dan energi bio, dua ragam energi di mana kita memiliki keunggulan
komparatif sebagai negara tropis dengan keanekaragaman hayati tinggi.
3. Keekonomian energi baru menjadi viable tanpa hadirnya subsidi BBM. Ini
akan merangsang kian meluasnya keragaman penggunaan energi alternatif
sehingga pada gilirannya akan memperkuat suplai ketahanan energi kita.
4. Bila semua ini bisa dilakukan secara konsisten dan terukur, kita berpeluang
memasuki tahap negara maju berbasis inovasi (innovation driven economies)
di tahun 2025. Indonesia diharapkan dapat mencapai tingkat negara
sejahtera, dengan intensitas penggunaan energi yang rendah. Ini adalah
tahap tercapainya keseimbangan antara pertumbuhan berkelanjutan dengan
ketahanan energi yang kuat
Ra
cadangannya melimpah. Sumber-sumber energi tersebut sudah dikenal lama dan
dapat dijadikan pilihan energi mix guna memenuhi kebutuhan energi masa depan.
Hanya saja, pergeseran ke sumber-sumber energi baru tidaklah mudah.
Investasi awal yang dikucurkan untuk riset dan penciptaan infrastrukturnya
sangatlah besar. Akses terhadap sumber energi, penguasaan dan pemilihan
teknologi, dan tingkat keekonomisan, menjadi faktor penentu kesuksesan lainnya.
Di masa lalu, ketika industri bergeser ke arah penggunaan minyak, perubahan itu
on
dapat terjadi lebih cepat dan mudah lantaran sumber energi ini mudah diperoleh,
tingkat keekonomisannya tinggi, dan cadangannya besar.
Pemanfaatan sumber-sumber energi terbarukan, selain energi nuklir,
umumnya terkait erat dengan lokasi di mana ia berada. Ini membuat tingkat
ketidakpastian menjadi tinggi. Aspek “pilihan teknologi” dan “nilai keekonomisan”
selalu menjadi pertimbangan krusial—jika bukan penghambat—pengembangan
energi alternatif tertentu di lokasi tertentu. Padahal keputusan berinvestasi
Am
harus dilakukan pada timing yang tepat guna menyerap demand energi di sebuah
lokasi. Pada titik ini kita melihat bahwa solusi atas kebuntuan-kebuntuan ini
adalah political will pemerintah dan komitmen para investor untuk membawa
perubahan.
Hingga kini, penggunaan energi fosil masih mendominasi di Indonesia:
minyak bumi tercatat sebagai yang terbesar, disusul gas, dan batubara. Energi
terbarukan seperti hidro, geothermal, dan lain-lain baru mencapai 7 persen
(Gambar 41). Seiring kebijakan diversifikasi energi, pada 2025, penggunaan
energi fosil direncanakan dipangkas dari 93 persen menjadi 83 persen. Sementara
penggunaan energi baru dan terbarukan didongkrak menjadi 17 persen, dengan 5
persen di antaranya bahan bakar nabati (biofuel).
Energi
energi terbarukan hanya
mencapai 7 persen. Seiring
kebijakan diversifikasi energi,
pada 2025, penggunaan energi
fosil direncanakan dipangkas
dari 93 persen menjadi 83
persen. Sementara
penggunaan energi terbarukan
meningkat menjadi 17 persen.
15%
23% 55%
7%
Ra 2005
on
33% 20%
Am
17%
30%
Minyak
2025
Terbarukan
Gas
Batubara
126 KOMITE INOVASI NASIONAL
3. AIR
Dalam acara Forum Air Dunia II (World Water Forum) di Den Haag
(Maret, 2000) disebutkan bahwa Indonesia termasuk salah satu negara yang
akan mengalami krisis air pada 2025. Penyebabnya antara lain kelemahan dalam
pengelolaan air, seperti pemakaian air yang tidak efisien. Indonesia memiliki
6% potensi air dunia atau 2% potensi air di Asia Pasifik, tapi ironisnya, setiap
tahun Indonesia mengalami krisis air bersih secara kualitas maupun kuantitas.
Sumber air alam semakin menyusut dan air bersih olahan semakin mahal.
Sebanyak 13 sungai yang melewati ibukota Indonesia bahkan tercemar bakteri
Escherichia coli, termasuk 70 persen air tanahnya.
Di Indonesia, masalah air bersih merupakan masalah klasik yang tidak
kunjung usai diberantas. Pada tahun 2013 ini, jumlah penduduk Indonesia
mencapai sekitar 250 juta jiwa. Dari jumlah yang begitu banyak, hanya sekitar
20% saja yang memiliki akses terhadap air bersih, itu pun umumnya di daerah
perkotaan, yang menikmati air bersih. Sedangkan sisanya, sekitar 80% dari rakyat
Indonesia masih mengkomsumsi air yang bisa dikatakan hampir tidak layak dan
bahkan tidak layak untuk dikonsumsi.
Berdasarkan data desa kekeringan yang dikeluarkan BPS, selain terdapat
Ra
1.235 desa kering di kawasan rawan air, ada 15.775 desa rawan air yang tersebar
di seluruh wilayah Indonesia. Total, terdapat 17.010 desa yang masuk dalam
prioritas penanganan pelayanan air minum yang aman dan terlindungi. Jakarta
bahkan sudah mengalami krisis air bersih sejak 18 tahun yang lalu. Jakarta
memerlukan sekitar 26.938 liter air per detik, namun yang tersedia hanya 17.700
liter air per detik. Diperkirakan pada tahun 2020, defisit air di Jakarta mencapai
19.000 liter per detik.
on
Teknologi Pengolahan Air dan Gerakan Sosial untuk Ketersediaan Air Bersih
yang Berkesinambungan
Saat ini teknologi pengolahan limbah menjadi air bersih telah berhasil
dikembangkan oleh BPPT (dengan Metode Filtrasi dan Flokulasi), dan LIPI (Metode
Plasma). Oleh karenanya pemerintah perlu mendukung pemanfaatan teknologi
Am
lokal untuk penyediaan air bersih melalui Gerakan Pengolahan Limbah menjadi Air
Bersih. Bahkan dalam jangka waktu menengah, Industri Filter untuk penanganan
limbah harus sudah dibangun di Indonesia serta didorong pengembangan
teknologi pengelolaan air gambut. Sedangkan untuk menangani masalah-masalah
yang terkait dengan water-shortages, maka gerakan sosial di masyarakat perlu
terus didukung dan diciptakan. Gerakan-gerakan ini di antaranya, seperti:
Gerakan Pemanenan Air Hujan dan pengembangan teknologi pengolahannya.
Gerakan konservasi air seiring dengan energi air (GNAPA), Restorasi (reorientasi)
dan rekondisi (pengerukan) sungai, Gerakan zero run off (biopori dan sumur
resapan), Gerakan Pengolahan Air Limbah menjadi Air Bersih, Revitalisasi program
Prokasih dan Langit Biru serta 15 Danau Prioritas, Pengembangan teknologi
pengambilan air dari daerah KARS/gamping, serta Program “Pembuatan Sejuta
Embung” khususnya di daerah-daerah terpencil untuk mengatasi kelangkaan air
bersih.
Ketahanan air tentunya memerlukan sinergi di antara lembaga-
lembaga yang mengatur kebijakan terkait dengan urusan air-bersih. Lembaga-
lembaga yang dimaksud antara lain: Dewan Sumber Daya Air, Kementerian
Air, energi, dan pangan telah menjadi sumber paling penting yang
mempengaruhi langsung perkembangan sosioekonomi dari sebuah bangsa.
Air dalam jumlah cukup berarti diperlukan untuk produksi dan proses pangan.
Mayoritas air antropogenik global, sekitar 60-80%, digunakan untuk irigasi. Selain
itu, produksi makanan dapat mempengaruhi kualitas air melalui limbah pertanian
Ra
yang terpolusi oleh pupuk, pestisida, dan kotoran. Agrikultur dan energi selalu
terkoneksi, tapi teknologi modern dan industrialisasi telah menaikkan kebutuhan
energi bagi agrikultur dan produksi pangan. Proses dan transportasi pangan di
negara industri menggunakan dua kali lipat energi di agrikultur. Di lain pihak,
beberapa jenis tanaman tertentu juga digunakan sebagai sumber energi.
Secara global, diperkirakan 783 juta orang tidak memiliki akses untuk
mendapatkan air minum, 2,6 milyar orang tidak memiliki akses terhadap sanitasi
on
yang cukup, 1,3 milyar orang tidak memiliki akses terhadap listrik, 2,7 milyar orang
tidak memiliki akses fasilitas memasak yang modern dan sehat, dan sekitar 1
milyar orang kekurangan gizi. Figur ini menyadarkan kita untuk berpikir mengenai
pengelolaan air, energi, dan pangan secara terintegrasi untuk meningkatkan
ketahanan air-pangan-energi dan pembangunan yang berkelanjutan. Keterbatasan
sumber air, pangan, dan energi dan distribusi yang tidak merata harus menjadi
perhatian mengenai ketersediaan dan keberlanjutan di masa depan. Hal ini
Am
4. KESEHATAN
Ra Kemampuan membasmi penyakit infeksi yang menjadi dasar kedokteran
moderen sepanjang 150 tahun terbukti dapat memperpanjang usia manusia,
tetapi tak berdaya ketika menghadapi penyakit degeneratif. Penyakit-penyakit
yang tidak dipicu oleh bakteri atau virus (infectious agents) seperti kanker,
penyakit jantung, diabetes, atau Alzheimer memerlukan pendekatan berbeda.
Kedokteran Masa Depan tak lagi bergerak di level pengetahuan tentang agen
on
pembawa penyakit infeksi berskala mikro (bakteri atau virus), tetapi bertumpu
pada pengetahuan material organik pada tataran nano. Kedokteran Masa Depan
(The New Age of Medicine) ini tidak sekedar menyembuhkan penyakit, namun
lebih berorientasi preventif dan prediktif. Tidak menerapkan ‘’semua-obat-untuk-
semua’’ (one size fits-all), kedokteran baru ini berorientasi pada pengobatan
personal.
Am
Kolaborasi biologi molekuler dan teknologi termutakhir kini dan akan terus
membuat pergeseran dalam paradigma ilmu kedokteran. Di masa lalu, obat-
INOVASI 1-747 129
obatan dan pengobatan tegak di atas paradigma ‘mengatasi dan menyembuhkan
penyakit’. Di masa mendatang, obat-obatan dan pengobatan adalah soal
‘pencegahan dan peningkatan kualitas hidup’.
Melalui pendekatan penelusuran genomik, misalnya, para dokter bisa
menemukan penanda biologis untuk kepentingan deteksi dini. DNA dapat
memberi informasi tentang karakter seseorang yang berpotensi memicu disfungsi
seperti kecenderungan terjerumus ke dalam alkoholisme di masa mendatang
atau mengidap penyakit kanker paru-paru. Dengan mengetahui predisposisi ini,
seseorang dapat mengubah gaya hidupnya supaya lebih sehat sejak awal.
Pengetahuan biologi molekuler ini telah begitu bermanfaat, dan
akan bermanfaat berkali-kali lipat ketika berkombinasi dengan kemajuan
di bidang komputer dan teori kuantum. Revolusi komputer di masa depan
akan memberikan kontribusi pada sistem otomasi robot berinteligensia dan
berperasaan—robot yang mampu mengerti bahasa manusia, mampu mengenali
dan memanipulasi benda-benda di sekitarnya. Sementara revolusi di bidang
teori kuantum memungkinkan kita membuat mesin-mesin berskala molekul.
Jika keduanya bersinergi maka kita akan mampu membentuk sistem inteligensia
berskala molekul, yang dapat digunakan untuk pengobatan. Mesin-mesin
berukuran nanometer ini ditanam dalam tubuh lewat proses implantasi dan
dapat didesain untuk mengobati gejala-gejala epilepsi, parkinson, dan penyakit-
penyakit kronis tertentu. Lebih jauh, mesin-mesin supercanggih ini bisa digunakan
untuk meningkatkan kualitas ingatan, kecerdasan dan ketangkasan. Kesemuanya,
Rapada gilirannya, berujung pada usia yang lebih panjang dan hidup yang lebih
produktif—inilah peningkatan kualitas hidup ala Kedokteran Masa Depan.
Obat &
berbasis genom, teknologi
informasi, teknologi nano, dan
sains kognitif.
Pengobatan
Masa Depan
Ra
on
TI
Genom
Am
Nanotek Sains
Kognitif
INOVASI 1-747 131
Pada tubuh manusia, sel punca terdapat pada darah ari-ari bayi, embrio
muda (seperti sisa bayi tabung atau janin yang keguguran), serta jaringan dewasa
(adult stem cells). Masing-masing mempunyai keunggulan maupun kelemahan
yang memerlukan riset mendalam.
Meski dapat memperbanyak diri, kemampuan sel punca untuk
membentuk dan menghasilkan jenis-jenis sel tertentu masih belum optimal. Para
peneliti dan investor kini berupaya menggali lebih dalam ke bentuk ‘awal’ dari
sel punca yang dikenal sebagai sel punca embrionik. Ini merupakan suatu bentuk
paling awal perkembangan manusia, yakni kondisi beberapa saat setelah proses
pembuahan. Sel punca embrionik ini mampu menghasilkan jenis-jenis sel spesifik,
yang diyakini amat berguna dalam pengobatan personal. Hanya saja, dalam
proses pembuatannya, embrio janin bayi harus dihancurkan terlebih dulu, yang
berarti menghilangkan peluang hidup janin sejak awal pembuahan—membuat
para pendukung pengobatan masa depan harus berhadapan dengan masalah
etika.
Hasil riset kelas dunia dimiliki pula oleh negeri ini. Dr Adi Santoso, peneliti
LIPI, berhasil menciptakan human erythropoietin (hEPO) dalam ragi dan tanaman
barley (sejenis gandum). Sebelumnya produksi hEPO dilakukan dalam kultur sel
mamalia melalui media telur tupai Tiongkok dan ginjal bayi tupai. Bioteknolog
RaInggris dan Korea Selatan telah berupaya lebih dari satu dekade memproduksi
hEPO tanpa sel mamalia, namun gagal. Temuan Adi Santoso adalah yang pertama
di dunia.
hEPO adalah katalisator pada sel darah merah yang berguna untuk
penyembuhan berbagai penyakit terkait dengan darah, seperti anemia. hEPO
memiliki nilai ekonomis tinggi. Penderita kelainan ginjal misalnya harus menjalani
suntik hEPO yang biayanya mencapai Rp 20 hingga Rp 30-an juta per bulan
on
jika disuntik tiga kali seminggu. Ini lantaran biaya memproduksi hEPO pada
sel mamalia amat mahal. Menggunakan media ragi (jenis Pichia pastoris) dan
tamanan barley, produksi hEPO dapat dibuat dalam skala lebih besar, lebih efisien
dan lebih ekonomis. Inilah yang kelak membuat biaya suntik hEPO jauh lebih
ramping. hEPO diyakini pula sebagai masa depan pengobatan HIV/AIDS.
Dalam perkembangan selanjutnya, Komite Inovasi Nasional (KIN), yang
dibantu oleh Kementerian Negara Riset dan Teknologi (KNRT), telah berhasil
Am
Ra
Sandoricum emarginatum, Myristica fragrans. Penelitian masih terus dilanjutkan.
Ditopang oleh kemajuan ilmu fisika modern dan berkembang pada abad
ke-20, teknologi informasi (information technology, IT) membawa kita memasuki
Gelombang Peradaban Ekonomi Informasi. Gelombang ini adalah sebuah era
baru yang sangat dipengaruhi oleh pengembangan informasi dan knowledge serta
penyebarannya sebagai faktor utama dalam mengukur produktivitas.
Revolusi IT telah mengubah secara mendasar bidang-bidang kehidupan.
Kita bukan saja memanfaatkan IT untuk berkomunikasi, tetapi nyaris untuk segala
hal: mendaratkan pesawat, membuat neraca bisnis, merancang bangun berbagai
artifak manufaktur. Berkat kemajuan fisika modern dan IT, ditemukan cara
Ra
memanipulasi radiasi, gelombang dan elektron—penemuan-penemuan yang telah
membuka jalan bagi terobosan-terobosan menakjubkan dalam bidang komunikasi,
energi dan teknologi persenjataan, mulai dari radio, televisi, X-Ray dan CAT Scan,
hingga tenaga nuklir.
Gelombang peradaban baru ini telah pula memicu kegiatan ilmiah untuk
menguak informasi di tataran sangat kecil—dunia kuantum berskala nano;
sekaligus menjelajah informasi di tataran skala sangat besar—dunia ruang
on
angkasa. Pada tahap ini tak terasa kita secara berangsur-angsur telah menuju
Gelombang Peradaban Ekonomi Inovasi (Gambar 43).
Berbeda dengan gelombang Ekonomi Informasi yang ditopang oleh ilmu
fisika, era Ekonomi Inovasi adalah abad bioteknologi. Dalam era Ekonomi Inovasi,
kita akan mampu merekayasa organisme secara genetik untuk menghasilkan
sifat-sifat yang kita kehendaki secara tepat. Berbagai proyek ”omic” seperti
pemetaan genom manusia saat ini memungkinkan penyusunan database gen
Am
GELOMBANG BARU:
Baru: Ekonomi-Bio.
Gelombang peradaban baru
akan beralih dari gelombang
Ekonomi Informasi yang
ditopang oleh ilmu fisika
menuju era Ekonomi Inovasi
EKONOMI-BIO
yang didukung sains-bio
(bioteknologi). Sains-bio dapat
menghasilkan gelombang
baru inovasi produk dan
jasa di berbagai kegiatan
ekonomi di bidang kesehatan,
industri, pertanian, energi, dan
sebagainya.
TEKNOLOGI
DIGITAL
Ra DUNIA BIOLOGI
on
2030
Am
i. Sektor Pangan
Robotik
Ra Ekonomi
Industri
Pesawat Udara
Telekomunikasi
TI (Piranti Lunak)
on
Investment
Driven
Kapal Laut
Mobil / Antibiotika
Am
Tekstil / Pemrosesan
Ekonom
Pertanian
Pertambangan
Factor
Driven
Peralatan
Kebutuhan
Dasar
Agro
Pekerja
Padat
Karya
Dampak lingkungan
Ra
bahan baku primadona biodiesel saat ini). Selain Nannochloropsis, tidak tertutup
kemungkinan terdapat jenis alga mikro lain yang lebih produktif. Negeri ini
juga memiliki intensitas penyinaran matahari yang tinggi (sekitar 12 jam sehari,
dua kali lipat negara-negara subtropis) bahkan dengan daya tembus surya
hingga kedalaman 2 meter dari permukaan laut. Kondisi-kondisi ini membuat
produktifitas alga mikro Indonesia untuk pembudidayaan jauh lebih tinggi. Yang
terpenting, kapasitas panen alga mikro akan luar biasa besar mengingat luasnya
on
laut negeri ini; bandingkan dengan produksi biodiesel dari kelapa sawit, jagung,
dan lain-lain yang harus bersitegang dengan terbatasnya lahan di darat serta
kebutuhan pemenuhan pangan penduduk.
Potensi energi lainnya yang dapat didulang dari laut, namun belum
termanfaatkan adalah energi pasang surut air laut (tidal power), energi gelombang
laut (wave energy), dan energi suhu laut (ocean thermal energy). Berdasarkan
perhitungan Asosiasi Energi Laut Indonesia (ASELI) pada tahun 2011, ketiga energi
Am
laut ini memiliki potensi praktis sebesar 49 Giga Watt (GW). ASELI juga mencatat,
listrik berbasis energi laut lebih ekonomis ketimbang yang berbasis bahan bakar
minyak (BBM). Dibutuhkan 20 hingga 25 sen dolar AS guna membangkitkan 1 kWh
listrik dengan BBM; sementara hanya diperlukan 7-18 sen dolar AS dengan energy
laut.
Sama halnya, kekayaan hayati yang luar biasa besarnya juga mendekam di
laut, dan belum digarap serius. Padahal keanekaragaman hayati ini dapat diolah
menjadi produk bernilai tambah tinggi bernilai triliunan rupiah melalui sentuhan
bioteknologi kelautan. Di bidang kesehatan, misalnya, bioteknologi kelautan dapat
melakukan riset lanjutan terhadap pelbagai jenis senyawa bioaktif dalam bunga
karang (sponge) dan karang lunak (soft corals) yang diyakini bisa menjadi obat
anti kanker, anti bakteri, anti asma, dan anti fouling. Senyawa aktif pycocyanin
dalam alga mikro Spirulina juga merupakan ladang riset yang menunggu sentuhan
Ra B. Ekonomi Berbasis Benua Maritim
Ra
TEKNOLOGI
KETAHANAN PANGAN
Komoditas berbasis biomolekuler, biofertilizer
Riset
-Biofuel
-Energi baru dan terbarukan
-Farmasi
-Kosmetik
Riset
INFORMASI
-Herbal
berbasis bioteknologi
TEKNOLOGI TRANSPORTASI
Transportasi ramah lingkungan:
-Listrik
Riset
-Hibrida
-Fuel-cell
NANOTEKNOLOGI
Riset
Mengingat sifat inovasi itu sendiri, baik inovasi produk maupun proses,
keduanya membutuhkan waktu yang lama dan memerlukan investasi jangka
Rapanjang dengan resiko yang cukup tinggi maka KIN mengajukan beberapa
program Quick-Wins kepada pemerintah. Program Quick-Wins ini dimaksudkan
sebagai model dalam setiap koridor MP3EI yang dirancang berdasarkan
keunggulan komparatif dan kompetitif masing-masing koridor.
Raventura teknologi tinggi) dan Paska inkubasi (Venture park).
Wilayah Jawa bagian Barat dalam kenyataannya memiliki potensi yang
relatif besar untuk dikembangkan menjadi salah satu pusat pertumbuhan
ekonomi. Hal ini didukung oleh keberadaan beberapa klaster industri strategis
di daerah Bandung dan sekitarnya seperti PT Biofarma, Kimia Farma, DI, LEN,
INTI, Pindad, Telkom, dan lain-lain. Selain itu Jawa bagian Barat memiliki
berbagai klaster industri seperti Cikampek, Cilegon, Jababeka, dan sebagainya.
on
Jawa bagian Barat juga didukung oleh keberadaan berbagai lembaga penelitian
seperti Puspiptek, LIPI, BPPT, dan BATAN. Jawa bagian Barat juga memiliki LAPAN,
lembaga survey yang dulu dikenal sebagai Bakosurtanal, berbagai Pendidikan
Tinggi besar seperti ITB, IPB, UI, dan UNPAD, tempat mencetak modal manusia
Indonesia masa depan juga berada di Jawa bagian Barat.
Dalam perkembangannya BRIV dapat menjadi pendorong munculnya
Klaster Inovasi Industri, koridor Jawa bagian Barat (sebagai bagian dari Kawasan
Am
Ekonomi Khusus), seperti halnya Malaysia Super Corridor (Gambar 47). Langkah
ini penting untuk menarik investor, baik DDI maupun FDI, dan berpartisipasi dalam
kegiatan R&D (dalam arti luas, tidak terbatas hanya dalam laboratorium) sebagai
dapur utama lahirnya inovasi secara berkesinambungan.
Untuk meningkatkan daya tarik Klaster Inovasi ini, perlu rumusan regulasi
dan sistem insentif baru yang lebih atraktif sehingga dapat menyaingi fasilitas
inovasi sejenis seperti yang terdapat di Zhongguancun Science Park (Tiongkok),
Daedeok Innopolis (Korea), Bangalore Silicon Valley (India), Hsinchu Science Park
(Taiwan), Biopolis (Singapura), Malaysia Supercorridor dan Iskandar Malaysia
Authority (Gambar 48).
Kemudahan-kemudahan yang disediakan oleh fasilitas-fasilitas di atas
antara lain:
• Zhongguancun S&P, memberikan fasilitas kepabeanan dalam bentuk
pembebasan bea dan pajak perdagangan. Pemerintah Tiongkok memberikan
fasilitas perpajakan PPh korporasi hanya sebesar 15%, dan menyediakan
subsidi untuk penelitian. Badan otoritas juga membantu mencarikan
Special
Economic
Zone
1.
Pre Incubation
2. STP 3. Hi-tech Industrial Zone
Incubation Post Incubation
Ra Pre-BI
Start Ups
TBI
Hi-tech
Venture firm
Post-BI ICT Energy Transportation Bio
Venture Park
Science
Cikampek
Klaster Industri
Bandung
Pendidikan Tinggi
Industri Strategis Institusi Iptek
Zhongguancun,
Beijing
DAEDEOK INNOPOLIS,
Ra Daejeon
on
Am
Biopolis - Singapore
Ra
seperti jalan, listrik, pembuangan limbah, dan kebutuhan telekomunikasi.
Biopolis juga membantu melakukan uji klinis bagi perusahaan-perusahaan
farmasi. Insentif pajak dan bantuan hibah juga disediakan melalui jalur venture
capital.
Investasi
Investasi
Investasi
Ra
Pemerintah
Teknologi
Teknologi
Manajemen
Am Teknologi
dan
dan
Institusi S&T
Insentif Riset & Perguruan
Tinggi
Ra
Litbang dan pusat-pusat inovasi. Dengan perkembangan ini dan terbentuknya
klaster inovasi baru berbasis unggulan lokal dengan dukungan infrastruktur dan
sistem insentif yang kondusif, Jawa Timur berpotensi besar untuk menarik DDI dan
FDI, dan untuk dikembangkan menjadi sebuah Kawasan Industri Inovasi: Koridor
Jawa bagian Timur, di mana wilayah ini akan diperlakukan sebagai KEK, dengan
memasukkan aspek Klaster Industri Inovasi.
Untuk maksud tersebut di atas, perlu dilakukan revitalisasi KEK yang
on
meliputi perbaikan-perbaikan fasilitas penunjang berdirinya sebuah kawasan
industri antara lain:
1. Sumber daya manusia terampil/terdidik:
2. Penyediaan infrastruktur yang memadai, bahkan yang ‘excell” seperti Biopolis:
3. Fasilitas jalan, lapangan terbang, pelabuhan, pusat hiburan keluarga, dll.
4. Sarana pendidikan anak dan lingkungan tempat tinggal yang berkualitas,
tenang, nyaman dan aman.
Am
Kebun Inti
Hortikultura
300 Ha
Ra Kawasan Plasma
Hortikultura
2000 Ha
Pusat
Inovasi
20 Ha
PT Polowijo
Gosari
on
Gambar 51. Klaster
Inovasi Industri Koridor Klaster Inovasi Industri
Jawa Bagian Timur.
Dengan terbentuknya klaster Koridor Jawa Bagian Timur
Am
Surabaya
Institusi Iptek
Pendidikan Tinggi
Industri Strategis
Malang
Jaringan gabungan
kelompok tani
Ra Identifikasi
molekuler
mikroba
SINERGI
Sosialisasi
&
difusi
on
Bioteknologi Pupuk, Uji lapang nasional
mikroba benih pelepasan produk
kedelai
Am
Pada 2012, Konsorsium Riset Vaksin dan Obat-Obatan telah dibentuk dengan
penandatanganan MoU Kemenkes, Kemenristek, LPNK, dan Perguruan Tinggi (16
lembaga) dan pada tahun 2013, delapan lembaga lainnya bergabung ke dalam
Konsorsium ini (total 24 lembaga). Pola pendanaan yang ditanggung bersama
oleh pemerintah, industri, dan akademia beserta kawalan dari industri terlihat
mempercepat capaian riset. Dalam dua tahun telah dihasilkan satu seed vaccine
(Hepatitis B) pada Pichia pastoris dan satu biosimilar (Erythropoietin) pada sel
CHO-DG44. Kedua success story pada tahapan lab (proof of concept) akan melalui
tahapan development/upscaling selama dua tahun untuk akhirnya bisa menjadi
kandidat vaksin di industri. Indonesia sudah memiliki industri vaksin PT Biofarma
yang produknya diakui badan kesehatan dunia sehingga hasil riset di perguruan
tinggi dan lembaga riset dapat berkelanjutan ke industri untuk menghasilkan
produk inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat.
Ra 4 Vaksin RotaVaccine-
3(RV-3)
(prototype)
Bird Close 5.1
Influenza
“pre-
Pandemik”
(human)
Anti-Diare
Anti-AI
Biofarma
FK-UGM,
Biofarma
MCRI-UM,
Australia
2014
QW-
2014
QW-
on
5 Vaksin IPB, Universitas
H5N1 PT-IPB Kanazawa, 2012
(unggas) Sheigeta Jepang
6 Protein- hEPO Agen Terapi LIPI- NAIST, QW-
Farmasetik (prototype) Anemia dan Biofarma Jepang 2014
Syaraf
7 Farmasetik Dehidro- Anti Malaria KemKes, LIPI QW-
Artemisinin 2015
Am
(bahan Baku)
8 Farmasetik Inulin/DFA-3 Anti- LIPI-Dir. QW-
(bahan Baku) Osteoporosis Bahan Baku 2013
Obat & Alkes
Indofarma/
Biofarma
9 Farmasetik Amoksisilin/ Antibiotika KemKes: QW-
Sefalosporin LIPI, BPPT, 2020
ITB, UGM
Indofarma
Selain program Quick-win, KIN juga telah mengusulkan Tiga Rekomendasi Bidang
Regulasi dan Insentif untuk mendukung Akselerasi Inovasi.
1. Modal Ventura
Prioritas: 1. Sistem Insentif dan regulasi yang mendukung inovasi dan budaya
penggunaan produk dalam negeri; 2. Sistem dan manajemen pendanaan riset
yang mendukung inovasi.
Aerospace
Personal Care Textiles 8%
3% 3%
ITC
8% Automotive and
Transportation
Household 10%
7%
Ra Healthcare and
Life Sciences
10%
Food
1%
Chemicals
15%
on
Environment
8%
Construction
Energy 8%
6%
Defense and
Consumer Goods
Am
Security
3% 10%
Rekomendasi:
• Pemerintah untuk membentuk badan usaha Modal Ventura yang secara
khusus ditugasi untuk ikut serta dalam pembiayaan baik bagi pembangunan
fasilitas proses produksi, hingga ke pemasarannya.
• Merubah misi dan fungsi beberapa BUMN yang ada menjadi Badan Usaha
Modal Ventura. Menteri BUMN dapat mengkaji sekaligus dalam rangka
kegiatan rasionalisasi dan revitalisasi BUMN yang ada sekarang.
Rasional:
Pengalaman negara-negara yang sekarang menjadi kekuatan ekonomi di
dunia, berawal dari keberaniannya menempuh kebijakan untuk secara terukur,
memikul resiko pembiayaan bagi kegiatan usaha (industri) untuk memproduksi
hasil kegiatan inovasi /penemuan HKI yang bernilai strategis dan memiliki
pengaruh besar sebagai lokomotif penggerak ekonomi.
Kebijakan seperti itu diwujudkan melalui pembentukan badan usaha
Modal Ventura yang secara khusus ditugasi untuk ikut serta dalam pembiayaan
baik bagi pembangunan fasilitas, proses produksi, hingga ke pemasarannya.
Sekiranya hal itu dapat dipertimbangkan, direkomendasikan untuk
mengubah misi dan fungsi beberapa BUMN yang ada menjadi badan usaha Modal
RaVentura tadi. Menteri BUMN dapat mengkajinya, sekaligus dalam rangka kegiatan
rasionalisasi dan revitalisasi BUMN yang ada sekarang ini.
Prioritas: Sistem Insentif dan regulasi yang mendukung inovasi dan budaya
penggunaan produk dalam negeri.
on
Target: Meningkatkan jumlah HKI dari penelitian dan industri yang langsung
berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi.
Rekomendasi:
Meninjau dan menyempurnakan ketentuan Pasal 4 ayat 3 dan pasal 6 ayat 1,
dengan memasukkan unsur biaya untuk kegiatan inovasi dan pemanfaatan hasil
inovasi tertentu ke dalammya.
Rasional:
Gairah dan semangat inovasi dikalangan masyarakat usaha, penelitian dan
pengembangan, ataupun dunia pendidikan tinggi sangat besar. Keinginan untuk
maju dan bergerak lebih cepat juga sangat besar. Pernyataan dan kemauan politik
Presiden telah mereka tangkap dan itu memberikan motivasi untuk berinovasi
dan semangat mencipta atau menemukan sesuatu yang baru. Permasalahan yang
dirasakan dan dihadapi terutama dari peneliti/inventor adalah aspek insentif
fiskal.
Ra
untuk pengurangan dasar perhitungan penghasilan kena pajak tadi.
Rekomendasi:
meninjau dan menyempurnakan ketentuan Pasal 4 ayat 3 dan Pasal 6 ayat 1,
dengan memasukkan unsur biaya untuk kegiatan inovasi, dan pemanfaatan hasil
inovasi tertentu kedalamnya.
on
3. Perlindungan Sumber Daya Genetika, Traditional Knowledge dan
Folklore
Prioritas: Sistem Insentif dan regulasi yang mendukung inovasi dan budaya
penggunaan produk dalam negeri.
Rasional:
Konsep pembangunan berkelanjutan mengandung di dalamnya
kesanggupan untuk memberi jaminan bagi kelangsungan gerak untuk membangun
kehidupan masa depan yang jauh. Konsep pembangunan yang secara bersamaan
juga mengandung pengertian tentang kemampuan untuk mengatur dan menjaga
pemanfaatan kekayaan alam dan hayati secara lestari dan berkesinambungan.
Sebagai negara yang memperoleh karunia kekayaan hayati yang besar, yang
bahkan dikatakan memiliki kekayaan hayati kedua terbesar di dunia, adalah
Rekomendasi:
Ra Ketua LIPI bersama Ketua BPPT untuk menyusun panduan, tatacara dan
format bagi pelaksanaan pencatatan dan penyimpanannya, agar terwujud
keseragaman.
3. Direkomendasikan pula, untuk penyimpanan khususnya contoh Sumber
Daya Genetika, Presiden dapat memanfaatkan potensi nasional yang ada dan
mengajak untuk merintis pembangunan semacam Bank Data yang nantinya
bertindak sebagai depositor dan menyimpan untuk kepentingan nasional.
on
Am
Ra
(Gambar 55). ‘’Rambut’’ hijau nan tebal itu raib dipangkas bilah gergaji. Laju
pengawahutanan (deforestation) di negeri ini pantas membuat mata terbelalak
memang: sepanjang tahun 2000 hingga 2005 saja, menurut FAO, sebanyak 1.871
juta hektare hutan rusak dan lenyap saban tahunnya—angka yang setara dengan
364 lapangan bola musnah per jam! Guinness Book of Record seakan tak perlu
berpikir dua kali ketika mengganjar Indonesia predikat ‘’Negara dengan Laju
Deforestasi Tertinggi di Dunia’’ (2008).
on
Potret Borneo adalah potret dominan strategi pembangunan nasional
Indonesia: sebuah strategi pertumbuhan berbasis industri ekstraktif yang
berporos terhadap pandangan semu atas PDB. Disebut semu karena PDB negeri
ini terus meningkat, dari 140 miliar dolar AS paskakrisis moneter (tahun 1999) ke
angka 852 miliar dolar AS pada tahun 2012, namun kemiskinan tetap dominan
dan kualitas manusia Indonesia tetap di papan bawah yang dicirikan terpuruknya
rangking Indeks Pembangunan Manusia (IPM), sementara SDA negeri ini terus
Am
terkuras.
Juga cukup mengherankan ketika negara-negara lain mengalami kontraksi
pascakrisis global 2008, perekonomian Indonesia tetap tumbuh. Padahal negara
ini tak menghasilkan banyak produk bernilai tambah tinggi. Pada 2010 misalnya
produk manufaktur berteknologi tinggi hanya meliputi 10 persen dari total
ekspor manufaktur Indonesia, sisanya didominasi produk berteknologi rendah (65
persen), menengah-rendah dan menengah-tinggi (25 persen). Darimana sumber
angka PDB yang terus meningkat ini? Konsumsi kelas menengah dan ekspor
sumber daya alam mentah adalah jawabannya.
Terdapat hubungan resiprokal antara kondisi-kondisi tersebut dengan
minimnya inovasi di negeri ini. Keberlimpahan sumber daya alam membuat kita
merasa berada di comfort zone, dan ketiadaan visi jangka panjang mendorong
kita mengekspor bahan mentah—guna memperoleh pemasukan cepat—tanpa
ada upaya inovatif. Joseph Schumpeter tak keliru ketika mengatakan bahwa
kondisi makro yang ‘’stabil’’ akan membuat inovasi terkesampingkan. Inovasi
mengandung risiko memang. Dan, sebagian dari kita tak mau ambil pusing: jika
1950 1985
Ra 2000 2005
on
Am
2010 2020
Ra
kelangkaan sumber daya alam justru membuat sebuah negara menjadi gigih:
Negeri Gingseng yang sukses mentransformasi diri, kini telah berada di tahap
ekonomi inovasi. Singapura sudah tiba terlebih dahulu. Tiongkok sedang
mempersiapkan diri.
Bagaimana dengan Indonesia? Sebetulnya keunggulan komparatif benua
maritim membuat peluang Indonesia untuk membangun sustainable economy
sangatlah besar, bahkan melebihi negara manapun di dunia. Zamrud Khatulistiwa.
on
Pusat iklim dunia. Produsen crude palm oil (CPO) terbesar di dunia. Gudang
Protein Dunia. Sumber panas bumi terbesar di dunia, adalah sederet predikat
yang melambangkan kekayaan hayati dan energi, serta kekhasan benua laut
negeri ini. Dengan segenap modal yang dimilikinya Indonesia bisa memilih area
ceruk (niche area) pengembangan teknologi bersih (clean technology) yang
tepat agar dapat bersaing di era ekonomi hijau. Fokus pada riset-riset clean-tech
berbasis bioteknologi—mengacu pada keunggulan biodiversity yang kita miliki
Am
Ra Green economy adalah respons atas global warming, atas masa depan
yang mengkhawatirkan ini. Berbeda dengan konsep economic development
konvensional, ekonomi hijau merupakan model pembangunan ekonomi yang
paralel, dan secara spesifik mengaitkan diri, dengan upaya untuk mengurangi
emisi karbon. Untuk itu, konsep ini memberi penekanan khusus terhadap
efisiensi penggunaan sumber daya, serta pola konsumsi dan produksi yang
on
berkesinambungan dalam proses economic development. Ekonomi hijau
pada dasarnya merupakan konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable
development), yang mensyaratkan harmonisasi antara kepentingan ekonomi,
biaya sosial dan lingkungan—dikenal sebagai triple bottom line—dalam
setiap pengambilan keputusan terkait pembangunan. Green economy
secara konkret mewujud, misalnya, dalam pemanfaatan energi terbarukan,
penggunaan transportasi bersih, manajemen air dan ketahanan pangan yang
Am
berkesinambungan.
Ketika ‘’efisiensi’’ dan ‘’kehati-hatian’’ (yakni, pertimbangan segitiga:
ekonomi-sosial-lingkungan) menjadi kata kunci dalam proses pembangunan,
maka pertanyaan substansial yang mengemuka adalah: “dapatkah melalui green
economy kita tetap tumbuh secara ekonomis dan masih bertahan?” (Dalam
konteks Indonesia yang dihuni puluhan juta penduduk miskin, ekonomi hijau
bisa jadi malah dianggap mengerem pertumbuhan dan menambah kemiskinan).
Namun jawaban atas pertanyaan itu adalah: bisa. Kita mampu meningkatkan
PDB sambil menjaga kesinambungan aspek sosial dan lingkungan melalui inovasi
(teknologi)—karena itulah inovasi dan green economy bagaikan dua sisi mata
uang. Solusi yang ditawarkan inovasi, dalam hal ini, adalah terobosan ‘’teknologi
bersih’’ (clean technology) untuk pertumbuhan ekonomi yang lebih berkelanjutan.
Teknologi bersih adalah produk, servis atau proses yang menghasilkan nilai
tambah melalui pemanfaatan sumber-sumber tidak terbarukan (non-renewable
resources) secara terbatas, atau bahkan nol, dan/atau menciptakan lebih sedikit
sampah dibanding teknik-teknik konvensional (Pernick dan Wilder, 2007).
Rascience, atau proses daur ulang sampah berbasis material baru.
tersedia 30 merek yang berasal dari pabrikan Asia, Eropa dan AS—meningkat
drastis dari 10 ribu pengguna mobil hibrida dan dua merek mobil pada tahun
2000. Jika pada tahun 2000 hanya terdapat tiga gedung komersial di dunia yang
‘’ramah lingkungan’’, yakni bangunan bersertifikat LEED (Leadership in Energy and
Enviromental Design), pada akhir 2010 angkanya sudah meningkat tajam menjadi
8.100 gedung.
Beberapa faktor penyebab yang terjadi secara global telah menjadi pemicu
perkembangan pesat clean-tech saat ini. Salah satunya adalah harga teknologi
bersih yang semakin ekonomis. Sebagai contoh, harga tenaga surya, baik yang
berbasis crystalline silicon maupun teknologi thin-film, turun drastis dari semula
25 hingga 41 sen per kilowatt-hour pada tahun 2007 menjadi 17 hingga 28 sen
per kilowatt-hour pada tahun 2010. Direktur riset GE, Mark Little, memprediksi
bahwa tenaga surya akan sama kompetitifnya dengan energi fosil dalam tiga atau
lima tahun ke depan. Penurunan drastis juga terjadi untuk harga mobil listrik.
Tesla, misalnya, dijual dengan harga 100 ribu dolar AS (sekitar Rp 1 miliar) saat
kemunculan perdana pada tahun 2007. Pada tahun 2012 Mitsubishi ditawarkan
hanya 27.990 dolar AS (sekitar Rp 270 juta).
168 KOMITE INOVASI NASIONAL
Penurunan harga adalah pintu bagi terbukanya adopsi besar-besaran
semua jenis teknologi bersih. Tren tersebut diramalkan akan terus berlangsung,
mengikuti formula yang terjadi pada industri teknologi sebelumnya, contohnya
teknologi microprocessor pada 1970-an: ketika kali pertama diluncurkan ke pasar,
harganya mahal karena teknologi dan skala ekonomi untuk produksi belum
mencapai tahap ideal. Tetapi kemudian pasar berkembang, para pesaing mulai
berdatangan, dan pada gilirannya harga menjadi terjangkau. Negara-negara
maju, dalam hal ini, dapat berperan dalam meningkatkan pangsa pasar dengan
menyerap teknologi bersih tersebut secara khusus dan besar-besaran hingga
tercapai harga produksi yang layak secara komersial.
Selain harga yang semakin murah, faktor penyebab global lain bagi
berkembangnya energi bersih adalah:
• Aliran investasi yang besar di sektor ini. Ketika investasi clean-tech oleh
perusahaan melonjak drastis sepanjang satu dekade (2001-2011), investasi
oleh pemerintah justru menjadi jauh lebih besar. AS saja telah mengeluarkan
dana publik sebesar 90 miliar dolar AS untuk teknologi bersih sepanjang 2007-
2011; Jerman 41,2 miliar dolar AS pada tahun 2010 saja.
• Kompetisi yang kian ketat. Ketika semua negara berlomba untuk membuat
perekonomiannya kian kompetitif dan terbebas dari ketergantungan terhadap
sumber-sumber energi fosil, maka investasi di bidang clean-tech menjadi
pilihan strategis. Persaingan malah bukan saja terjadi antarnegara, tetapi juga
antarnegara bagian, provinsi dan kota.
Ra
• Pertumbuhan kelas menengah baru. Seiring dengan melejitnya perekonomian
negara-negara berkembang, jumlah masyarakat berdaya beli tinggi kian besar
dan mereka menjadi pasar baru bagi produk-produk baru. Terdapat sebuah
‘’konsensus’’—guna memangkas emisi gas rumah kaca—agar produk-produk
tersebut diciptakan melalui proses yang efisien, ramah lingkungan dan minim
emisi karbon. Ini pada gilirannya menuntut adopsi teknologi bersih.
• Perubahan iklim. Ratifikasi Protokol Kyoto, sebagai aksi global memerangi
on
climate change, mendorong separuh negara di dunia mengarahkan wajahnya
ke investasi teknologi bersih. Perusahaan-perusahaan raksasa juga turut
berkomitmen dalam mengurangi emisi karbon, sebagaimana respons positif
409 dari 500 perusahaan yang tergabung dalam S&P Global 500.
• Kian tinginya konektivitas. Kemampuan untuk melakukan kolaborasi instan
di semua titik di dunia, melalui internet, telah membantu teknologi bersih
untuk berkembang lebih cepat dan murah. Kolaborasi ini bukan saja terjadi
Am
Ra
mobil menggunakan bahan-bahan ringan seperti carbon fiber; bangunan terbuat
dari material-material kuat yang ringan; hotel-hotel menerapkan smart lighting
system; konsep smart grid diterapkan dalam jaringan listrik, dan lain-lain.
Terdapat sebuah skenario mengenai bagaimana Indonesia dapat memperoleh
keuntungan dari energy efficiency, sebagaimana analisa McKinsey Global
Institute, bahwa pada tahun 2030 diprediksi total penghematan dan keuntungan
sosial yang dapat dikantungi negeri ini lewat efisiensi energi adalah sebesar
on
60 miliar dolar AS atau sekitar Rp 600 triliun—nyaris separuh dari angka APBN
Indonesia (tahun 2012).
Ra
pergeseran ke tahap pemakaian yang lebih bermakna bisa terjadi. Belajar melalui
internet (e-learning), misalnya, merupakan potensi yang masih bisa berkembang
pesat guna mengisi celah keterbatasan infrastruktur pendidikan fisik di Indonesia.
Atau crowdfunding, sebuah konsep penggalangan dana di dunia maya untuk
membiayai proyek-proyek (sosial) tertentu. Situs wujudkan.com merupakan kanal
crowdfunding pertama di Indonesia yang berdiri 2012 lalu, bergabung dengan
sekitar 460 situs serupa yang sebagian besar ada di negara-negara maju, dimana
on
salah satu proyeknya adalah membuat film ‘’Atambua 39 derajat Celcius’’.
Ketika penetrasi broadband kian meningkat di masa mendatang, dan
perilaku online masyarakat menjadi lebih matang, maka internet dapat menjadi
urat nadi yang vital bagi lalu lintas informasi dalam e-learning, e-health,
e-business, e-government, e-disaster atau e-monitoring-GPS, sebagai mekanisme
yang sangat efisien untuk menyiasati kondisi geografis Indonesia yang tercerai-
berai ribuan pulau. Seorang siswa di Papua, misalnya, tak perlu jauh-jauh
Am
Ra
dilakukan Brasil.
Supaya dapat unggul ketika masuk ke dalam era ekonomi hijau, Indonesia
juga harus mengambil niche area yang tepat (dalam pengembangan clean-tech).
Area ceruk ini haruslah merupakan titik temu antara keunggulan-keunggulan yang
dimiliki dengan tantangan atau kebutuhan nasional yang dihadapi.
yang kaya akan keanekaragaman hayati baik di darat dan, terutama, di laut,
disamping keberlimpahan sumber-sumber energi seperti angin dan surya (yang
terkait dengan iklim tropis negeri ini), anekaragam bioenergi, dan panas bumi
(yang terkait dengan posisi Indonesia sebagai bagian sabuk Ring of Fire). Tak satu
negara pun mampu menandingi Indonesia dalam hal biodiversity, energy-diversity
dan kekhasan benua lautnya. Tidak Brasil, tidak pula Amerika Serikat (sebagai
benua non-kepulauan), apalagi Singapura dan Jepang (yang miskin sumber daya
alam). Inilah keunggulan komparatif Indonesia yang sangat menonjol sebagai
modal besar untuk bersaing di era ekonomi hijau.
Namun, sebagian besar kekayaan mentah ini belum dieksplorasi,
dieksploitasi dan diberi suntikan inovasi supaya menjadi produk-produk bernilai
tambah tinggi. Andai dapat diolah secara cerdas, produk-produk tersebut
nantinya dapat langsung dilempar ke pasar domestik guna memenuhi kebutuhan
234 juta penduduk—pasar yang sangat besar. McKinsey Global Institute (2012)
memprediksi akan meningkatnya jumlah masyarakat berdaya beli tinggi
(consuming class) di Indonesia pada tahun 2030, tiga kali lipat dari saat ini. Hal
Ra
belum mapannya ekosistem inovasi—lihat Bab Satu).
emisi gas rumah kaca seharusnya lebih besar ketimbang negara lain. Karenanya,
bagi Indonesia, inovasi untuk menghasilkan produk-produk emisi rendah (low-
emission) merupakan hal yang mendesak. Situasi ini sebetulnya juga merupakan
peluang bagi Indonesia untuk merintis kerjasama saling menguntungkan (win-win
cooperation) dengan komunitas internasional. Dalam kerjasama ini Indonesia
dapat berperan sebagai penyedia laboratorium alam bagi riset-riset iklim dan
teknologi bersih, sementara negara-negara maju selaku penyedia investasi
riset dan sumber daya saintis. Melalui kerjasama ini, diharapkan terjadi transfer
knowledge dan teknologi bersih.
Ra
Electronic menjadi simbol kepemimpinan global Korea Selatan di sektor high-tech,
khususnya untuk produk-produk elektronik, smart-phone dan semikonduktor.
Kecuali Korsel, tak banyak yang mampu menjadi pemain baru di sektor kompetitif
ini: Jepang (melalui Sony, Panasonic atau Fujitsu, misalnya) dan terutama Amerika
Serikat (melalui Apple, HP, IBM, atau Intel, misalnya) telah menjadi penguasa
ladang high-tech ini sepanjang empat dekade terakhir. Sulit membayangkan dalam
dua atau tiga puluh tahun ke depan Indonesia mampu melahirkan produk televisi
on
sekelas Sony atau perusahaan global consumer electronics semacam Samsung.
Harus diakui memang, kita sudah terlalu terlambat untuk berkompetisi di sektor
ini. Namun, kita masih ada peluang lain.
Adagium ‘’daripada memperkuat kelemahan, lebih baik mempertajam
kekuatan’’, dapat diterapkan. Maka, tidak perlu mengejar untuk memproduksi
televisi atau komputer buatan Indonesia, sebab kita seharusnya lebih
memfokuskan diri untuk menjadi pionir biofuel berbasis tanaman Alga (mengingat
Am
potensi budidaya Alga yang gigantik terkait ketersediaan garis pantai yang
panjang dan ketersediaan sinar matahari sepanjang tahun). Tidak perlu berangan-
angan menjadi produsen smartphone kelas dunia, karena kita bisa menjadi
pionir global di produk-produk kesehatan herbal (Indonesia adalah rumah bagi
80 persen spesies tanaman obat dunia). Tidak penting kalau kita tidak bisa
mendirikan pabrik semikonduktor sekelas Intel, karena Indonesia dapat menjadi
produsen vaksin dan antibiotik terdepan di dunia (memiliki jutaan jenis mikroba
sebagai bahan dasar obat-obatan tersebut, walaupun sebagian besar belum
teridentifikasi).
Keunggulan benua maritim Indonesia perlu benar-benar dipahami — tidak
dimiliki negara lain—untuk menetapkan area ceruk pengembangan teknologi
bersih yang tepat, yang disesuaikan dengan: kapasitas sumber daya yang ada,
kepentingan pemenuhan kebutuhan dalam negeri, keharusan untuk tumbuh
secara berkelanjutan, serta visi untuk kelak mampu bersaing secara global.
Ra
ketimbang high-tech dari aspek keragaman sektor yang diliputi. Jika high-tech
terfokus terutama pada komputer, piranti genggam dan perangkat jaringan
komunikasi, bio-tech meliputi area lebih luas seperti aplikasi-aplikasi teknologi di
sektor farmasi, pertanian, manufaktur, energi, atau lingkungan—dimana sektor-
sektor ini juga merupakan area fokus clean-tech.
Dapat diusulkan, area fokus riset dalam koridor ‘’konvergensi antara
inovasi berbasis bioteknologi dengan teknologi informasi dan komunikasi’’ adalah:
on
1. Energi bersih. Ini ditujukan untuk menjamin ketahanan energi. Wilayah
pengembangan inovasi di area ini meliputi, antara lain, bahan bakar
terbarukan berbasis tanaman (biodiesel atau etanol), termasuk di dalamnya
teknologi pemanfaatan energi-energi terbarukan (angin, surya, biomassa, atau
panas bumi), teknologi untuk efisiensi energi (green building, lampu LED, dan
manajemen penghematan energi) serta teknologi penyimpanan energi (fuel
cell, baterai listrik, dan lain-lain).
Am
Ramalan itu bagaikan semilir angin surga. Dalam paparan hasil riset
mereka pada 2012 silam di Jakarta, lembaga konsultan McKinsey Global Institute
menyatakan bahwa Indonesia akan masuk ke jajaran tujuh besar ekonomi dunia
pada 2030—melampaui Inggris dan Jerman. Jumlah kelas menengah negeri ini
diramalkan meningkat tajam 300 persen, dari 45 juta orang (2012) ke angka 135
juta orang saat itu. Hampir tigaperempat penduduk, 71 persen, akan menghuni
kota-kota dan menjadi penyumbang bagi 86 persen PDB.
Analisis McKinsey, meski patut disikapi secara kritis, sedikit banyak
memang menggambarkan paradigma pembangunan yang dianut dan
dijalankan Indonesia selama ini: pembangunan berorientasi urban (urban-
centric). Pertumbuhan, dalam paradigma ini, diciptakan di dan dari kota-kota
besar, pusat-pusat keunggulan, dan sentra-sentra ekonomi urban—yang pada
gilirannya memicu dampak negatif urbanisasi sebagai respons ketidaktersediaan
sumber-sumber ekonomi produktif di wilayah rural. Dari kota-kota besar, kelas
menengah baru tercipta, dan masyarakat berdaya beli tinggi ini pun segera
Ra
terintegrasi dengan masyarakat consumer global. Dari kelas menengah baru inilah
pertumbuhan PDB dipacu—sebuah pertumbuhan berbasis konsumsi.
Sebagaimana disinggung sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia,
yang kerap dipuji sebagai paling stabil di Asia, sebenarnya adalah sebuah menara
keropos. Pertumbuhan PDB terjadi cukup pesat, namun tidak berkorelasi terhadap
pengentasan kemiskinan. PDB semu ini terjadi akibat pertumbuhan konsumsi
domestik (para kelas menengah) yang meliputi lebih dari 70 persen indikator
on
pertumbuhan PDB. Indikator penyusun PDB lainnya, yaitu ekspor-impor, belanja
pemerintah, dan investasi—yang justru lebih strategis—hanya berkontribusi
kurang dari 30 persen. Karena itulah, walau terlihat besar (852 miliar dolar
AS pada 2012), PDB semacam ini tidak merepresentasikan aspek distribusi
kesejahteraan: kita menyaksikan paradoks adanya jutaan warga desa menganggur
di satu sisi, dan segelintir masyarakat kota yang menikmati kemewahan
belanja di sisi lain, ditengah klaim PDB yang terus membaik. Pertumbuhan PDB
Am
Ra
dan bersifat top-down. Output dari strategi pembangunan ini adalah produk-
produk ‘’innovated in Indonesia’’ yang dipasarkan di area urban dan/atau
pasar internasional, yang dengan demikian produk ini harus head-to-head
secara langsung dengan produk global lainnya.
2. Rural-lokal. Paradigma pembangunan ini, selain ditujukan pula untuk
menciptakan pertumbuhan, difokuskan guna mendorong pemerataan
ekonomi atau distribusi kesejahteraan yang dilakukan terutama melalui
on
peningkatan produktivitas pelaku industri dan usaha kecil dan menengah
(IUKM) sebagai aktor-aktor ekonomi tingkat akar rumput. Upaya ini dapat
diupayakan melalui sinergi antara kelompok berkepentingan (stakeholders)
untuk secara bersama-sama memberdayakan potensi unggulan di daerah
masing-masing dan lebih jauh mendorong terciptanya klaster inovasi
regional. Stakeholders antara lain meliputi investor, pemda setempat,
institusi akademik, rantai pemasok, kelompok IUKM utama (seperti koperasi
Am
atau pesantren, yang dapat berperan sebagai focal point) disamping aktor
individual semisal petani atau nelayan sebagai pelaku ekonomi langsung dan/
atau beneficiaries. Berbeda dengan paradigma urban-global yang bernuansa
top-down, pembangunan rural-lokal dapat menjadi ruang bagi munculnya
inisiatif-inisiatif bottom-up serta medan bagi penerapan inovasi hemat (frugal
innovation) dan pemanfaatan teknologi disruptive, sebagaimana disinggung
dalam Bab Tiga.
Posisi investor lokal, nasional atau bahkan asing (melalui FDI) juga terbilang
strategis dalam model pembangunan rural-lokal: mereka dapat berperan sebagai
pengembang industri hulu hingga hilir—yang bukan saja akan menciptakan
pertumbuhan di daerah, tetapi memungkinkan terjadinya transfer dan aplikasi
langsung teknologi bagi pelaku ekonomi grass-root untuk meningkatkan
pendapatan mereka—hingga pada gilirannya mendorong terciptanya klaster
inovasi industri berbasis unggulan daerah. Pengembangan kawasan inovasi
industri hortikultura PT Polowijo Gosari di Gresik, Jawa Timur, merupakan sebuah
contoh strategi rural-lokal berbasis inisiatif bottom-up yang berkombinasi dengan
Akankah aksi global melawan perubahan iklim efektif? Saat ini sebagian
besar episentrum pengembangan clean-tech berada di belahan bumi Barat,
meliputi negara-negara Eropa (terutama Jerman, Italia, Inggris, Prancis) dan
Amerika Serikat. Mereka antara lain unggul dalam besaran investasi, produksi dan
aplikasi clean-tech, serta penciptaan paten. Namun, tanpa sebaran episentrum
clean-tech yang merata, misi global menekan emisi karbon sulit dioptimalkan.
Akhir-akhir ini, negara-negara dari belahan Timur, seperti Korea Selatan dan India,
mulai serius menggeluti clean-tech, dan Tiongkok tercatat sebagai yang paling
agresif hingga mampu merangsek ke urutan pertama dalam rangking 10 besar
clean-tech leader, menyalip Amerika Serikat pada tahun 2012.
Keseriusan untuk beralih ke sektor teknologi bersih tidak didorong
semata-mata oleh kesukarelaan untuk menyelamatkan Bumi dari global warming,
tetapi lebih didasari oleh semangat mendapatkan profit. Clean-tech adalah
sebuah megabisnis. Namun, meski persaingan clean-tech mulai ketat, diyakini
bahwa tak satu pun negara mampu memonopoli pasar clean-tech karena
luasnya cakupan dan varian clean-tech, serta perlunya konteks lokal dalam
pengembangan teknologi tersebut.
Ra Situasi ini membuat kompetisi di sektor clean-tech tidak bersifat zero-
sum-game. Kerjasama saling menguntungkan justru sangat diperlukan dan
dimungkinkan, khususnya antara negara maju dan negara berkembang. Indonesia
misalnya yang memiliki keunggulan sumber daya alam dan keunikan sebagai
“steam engine” sirkulasi atmosfer global dapat menjadi laboratorium alam bagi
ilmuwan negara-negara maju untuk menemukan pelbagai terobosan teknologi
bersih.
on
Inilah mediacy diplomacy, atau titik temu antara negara maju dan
berkembang, yang bisa dimanfaatkan untuk mereduksi degradasi lingkungan
global. Konsep mediacy diplomacy terinspirasi dari kebutuhan mendasar akan
interaksi yang harmonis dan damai antara negara-negara untuk mengamankan
dunia. Ketimbang saling menunjuk tangan mengenai siapa yang bertanggung
jawab terhadap begitu banyak kerusakan lingkungan, negara maju dan
berkembang seharusnya bekerjasama menyediakan solusi atas isu mendesak
Am
Ra
sebagai wahana yang sangat efisien dalam transfer teknologi. Inilah mekanisme
paling realistis dan reliable untuk memperkenalkan, mengembangkan dan
menerapkan clean-tech. Hanya saja sejauh ini banyak didapati investasi-investasi
dangkal (shallow investment) di Indonesia, dimana industri-industri yang terlibat
di dalamnya lebih berorientasi pada eksploitasi sumber daya alam (hanya untuk
kepentingan ekspor) dari pada memberi nilai tambah pada natural resources
yang ada dan lebih mengandalkan tenaga kerja lokal murah. Agar terjadi transfer
on
teknologi (bersih), FDI haruslah berupa investasi mendalam (deep-investment).
Investasi jenis ini berbasis pada eksploitasi pengetahuan, berorientasi pada
maksimalisasi transfer teknologi, serta melibatkan dan mengandalkan tenaga-
tenaga lokal berpendidikan. Mediacy diplomacy di sektor clean-tech dapat
menjadi kerjasama yang ‘’win-win’’ dalam arti sesungguhnya jika ia berupa deep
investment.
Am
menuju negara inovatif, sambil secara paralel memperbaiki Sinas. India dan
Tiongkok merupakan contoh negara yang telah berhasil memanfaatkan sistem ini.
Penting dipahami memang upaya menuju masyarakat dan perekonomian
berbasis inovasi secara substansial merupakan sebuah proses transformatif,
yang mengarah pada perubahan sosial (social change), di mana melalui proses
ini diharapkan terjadi perubahan pola tingkah laku, nilai atau cara pandang
masyarakat terhadap inovasi dalam jangka panjang (long-term). Upaya penciptaan
Sinas yang produktif karenanya bukan sekadar ‘permainan’ angka-angka, dari
1 ke 7, ke 4 dan ke 7, namun suatu aksi yang tumbuh dari kesadaran semesta,
keyakinan kuat tentang masa depan inovasi, keberanian menanggung risiko, yang
berujung pada sebuah konsensus nasional. Korea Selatan, sekali lagi, merupakan
sebuah role model: baik sektor publik maupun swasta. Negeri Ginseng, misalnya,
secara konsisten mengalokasikan dana riset yang besar, baik di masa tenang
maupun di masa sulit. Korea Selatan juga menjadi satu dari sedikit negara
yang justru meningkatkan dana Litbangnya pada saat semua negara justru
memangkasnya. Ini adalah contoh komitmen luar biasa, yang dimotivasi oleh
Ra
on
Am
Pengantar
on
Lebih dari tiga dasawarsa terakhir, strategi pembangunan ekonomi
Indonesia ditumpukan pada pemanfaatan sumber daya alam. Desentralisasi
politik dan konsolidasi demokrasi telah mendorong kebijakan yang lebih condong
pada pendekatan keunggulan komparatif dan bukan keunggulan kompetitif.
Mengedepankan pendekatan Comparative Advantage dan menomor duakan
Competitive Advantage.
Bersama Komite Ekonomi Nasional dan KIN yang dibentuk pada Mei
Am
Ra
Inovasi 1-747 yang pernah dilaporkan KIN dengan prinsip “thinking out of the box,
but within the system” serta memperkuat kerja sama lintas sektoral antar aktor-
aktor inovasi.
1. Satu persen (1%) dari PDB pertahun untuk R&D di tahun 2015
Rekomendasi Umum:
• Membentuk Tim untuk menyusun Sinas lintas
Kementerian, dunia pendidikan, lembaga penelitian,
serta industri dan masyarakat.
Am
Ra Rekomendasi Umum:
• Menciptakan sistem insentif, regulasi, dan faktor lainnya
yang kondusif agar menarik bagi investor untuk membawa
jaringan investasinya terutama ke 6 koridor MP3EI;
• Menyiapkan payung hukum yang memberikan kemudahan
bagi para investor melaksanakan R&D dalam suatu
Kawasan Industri Inovasi yang merupakan kawasan khusus
on
(Bounded Area).
• Melaksanakan PP 35 dan memberikan fasilitas
pembebasan pajak lainnya yang mendukung kegiatan R&D
di Kawasan Industri Inovasi.
• Revitalisasi Sistem Pendidikan yang mengedepankan
budaya sustainability development menuju keadaban,
kemanfaatan, kesejahteraan dan kebahagiaan serta
Am
Rekomendasi Umum:
• Revitalisasi Sistem Pendidikan yang mengedepankan
budaya sustainability development menuju keadaban,
kemanfaatan, kesejahteraan dan kebahagiaan serta
on
penghargaan terhadap riset dan inovasi.
• Standardisasi evaluasi kependidikan dan kurikulum
pendidikan dasar, menengah/kejuruan dan pendidikan
tinggi yang bersifat discovery learning dengan
menguatkan unsur kreatifitas peserta didik yang sudah
berasimilasi dengan nilai-nilai kearifan lokal dan yang
Am
Rekomendasi Umum:
• Segera dikembangkan teknologi food estate.
• Segera diarahkan penelitian bidang pangan yang
mampu mengatasi tantangan perubahan iklim dengan
on
pendekatan adaptasi dan mitigasi.
• Penelitian bidang pangan difokuskan pada penggunaan
teknologi biologi molekuler (utamanya rekayasa
genetika) untuk dapat mencapai low external input, high
productivity, sustainable agriculture.
• Segera dikembangkan teknologi penghematan dan
Am
Rekomendasi Umum:
• Penelitian bidang kesehatan difokuskan pada penggunaan
teknologi biologi molekuler (berbasis genomik dan proteomik)
berbasiskan biodiversitas dan culture diversity yang ada di
Indonesia.
on
• Penelitian dan pengembangan vaksin sebagai agen preventif
terhadap penyakit infeksi tropis yang umum terjadi di masyarakat
(diare, disentri, dll) perlu diprioritaskan.
• Penelitian bidang kesehatan difokuskan untuk mengatasi penyakit
infeksi tropis, degeneratif (diabetes, jantung, hipertensi), dan
kanker.
• Penelitian (farmakokinetika, farmakodinamika, dan toksikologi)
Am
Rekomendasi Umum:
• Perlu diciptakan Kawasan Industri Inovasi di setiap
on
koridor sesuai dengan kebutuhannya agar para aktor
inovasi dapat berinteraksi untuk mengembangkan potensi
unggulan daerah;
• Pemerintah perlu membuat payung hukum termasuk
sistem insentif untuk mendukung pengembangan
Kawasan Industri Inovasi; dan
Am
Catatan:
Penjelasan masing-masing rekomendasi Quick win dijabarkan dengan lebih rinci di
bawah ini.
Rekomendasi:
on
• Revitalisasi Puspiptek menjadi Science and Technology
Park (STP) dengan meningkatkan sumber daya Iptek
secara kualitatif dan kuantitatif dan mendirikan Puspiptek
Innovation Center serta melaksanakan Program Start-up
Company
• Menjadikan Puspiptek sebagai badan usaha yang dikelola
secara profesional dan mandiri berbentuk Organisasi
Am
Rekomendasi:
• Mewujudkan terbentuknya Bandung Raya Innovation
Valley (BRIV) yang diharapkan menjadi pemicu
Am
Rekomendasi:
on
• Melalui pendekatan wilayah, memberikan payung hukum
dengan status “Kawasan Industri “dan nama Kawasan
Industri Inovasi Gresik.
• Menyediakan lokasi/wilayah yang diperuntukan bagi
Kawasan Industri Inovasi Gresik.
• Menyediakan infrastruktur pendukung, khususnya
saluran irigasi dari Sungai Bengawan Solo
Am
Rekomendasi:
• Membangun jaringan kemitraan dan value chain produk
Am
Ra
dan menugaskan beberapa BUMN yang ada untuk difungsikan dalam usaha
Modal Ventura);
• Menyempurnakan PP No 35 Tahun 2007; tentang Pengalokasian Sebagian
Pendapatan Badan Usaha untuk Meningkatkan Kemampuan Perekayasaan,
Inovasi, dan Difusi Teknologi;
• Untuk Perhatian: Menteri Perindustrian, Menteri Keuangan, Menteri BUMN,
Menteri Riset dan Teknologi
on
3. Kebijakan untuk melindungi:
1) Folklore/Traditional Cultural Expressions; 2) Traditional Knowledge
(Pengetahuan Tradisional); dan 3) Genetic Resources (Sumber Daya Genetika).
Rakerusakan ekologi.
• Para pihak : Kementerian Pertanian, LIPI, BPPT, IPB dan Unpad
Komite Inovasi Nasional sebagai sebuah badan think thank yang bersifat
adhoc telah menjalankan tugasnya dengan merumuskan rekomendasi road map
Pembangunan Ekonomi yang dipandu Inovasi, dengan platform Inisiatif Inovasi
1-747, dipresentasikan pada Sidang Kabinet 12 April 2011. Di atas platform
ini telah disiapkan juga konsep bagaimana mengimplementasikan program-
program yang dicanangkan, yang dijabarkan dalam Lima Arah Utama Program
dan Kebijakan Inovasi (Gambar 35, Bab 2). Dengan telah tersedianya konsep
infrastruktur sistem inovasi seperti tersebut di atas, dirasakan perlu membentuk
struktur organisasi inovasi baru yang lebih terstruktur guna menjalankan fungsi
sinkronisasi kerjasama antara para pelaku inovasi, bukan saja antara para menteri
terkait namun juga antara akademisi dan bisnis /industri serta masyarakat luas.
Ra
Sebagai gagasan awal, KIN mengusulkan pembentukan Dewan Inovasi Nasional
(DIN) (Gambar 56).
Dewan Inovasi Nasional yang diusulkan pada gagasan ini akan dipimpin
langsung oleh Presiden, dan memiliki keanggotaan yang terdiri dari beberapa
Menteri terkait yang dapat memberikan terobosan birokrasi dan peraturan
untuk memperlancar aliran inovasi. Di samping itu, keanggotaan juga berasal dari
perwakilan akademisi dan perwakilan bisnis /industri. Penjelasan lebih terinci
on
tentang gagasan ini dapat dilihat pada Booklet KIN tentang DIN yang menyertai
buku ini.
Beberapa keuntungan yang akan berdampak signifikan pada inovasi
Indonesia dari skenario ini antara lain:
1. Sistem Inovasi menjadi embedded di dalam sistem pemerintahan dan kabinet,
dan karena Presiden adalah pemimpin DIN, maka kebijakan-kebijakan inovasi
yang dihasilkan dapat langsung diimplementasikan;
Am
2. Koordinasi lintas sektoral akan dapat berjalan lebih efektif dan efisien,
sehingga hambatan utama ego-sektoral dapat diminimalisir;
3. Program yang diolah di Badan Pekerja DIN dapat dengan cepat dijalankan, dan
sekaligus diawasi.
Tahapan pembentukan badan ini diusulkan dimulai pada tahun 2015
dengan membentuk DIN-Transisi melalui Surat Keputusan Presiden. DIN-Transisi
akan memiliki misi dan wewenang yang lebih luas dari KIN (Gambar 57), termasuk
di dalamnya misi menyiapkan pembentukan DIN yang ditetapkan melalui Undang-
undang. Tahap selanjutnya adalah Pembentukan DIN sesuai kesiapan Pemerintah
baru dalam menyiapkan konsep Undang-undang Sistem Inovasi Nasional ke DPR,
agar DIN menjadi sebuah lembaga Negara yang dibentuk berdasarkan Undang-
undang melalui persetujuan DPR.
Presiden
Tugas Pokok:
Penyelarasan
Kebijakan IPTEK,
Finansial
Perindustrian
Perdagangan
Ra KIN dibentuk
tahun 2010
berdasarkan
Keppres
NOMOR 32
• DIN dibentuk
tahun 2015
sebagai transisi
menuju
kelembagaan
berdasarkan UU
• DIN
merupakan
lembaga
negara yang
dibentuk UU
melalui
on
TAHUN 2010
dengan misi • DIN dibentuk persetujuan
dan berdasarkan DPR.
wewenang Keppres baru • DIN
terbatas dengan misi dibentuk
dan wewenang sesuai
yang lebih luas kesiapan
Am
pemerintah
baru
menyiapkan
konsep UU
SINAS ke DPR
Ra
on
Am
Wakil Ketua : Rektor Institut Pertanian Bogor (Prof. Dr. Hery Suhardiyanto)
Prof. DR. Ir. Zuhal, M.Sc.E.E; Negara Riset dan Teknologi/Kepala Badan Pengkajian
dan Penerapan Teknologi (BPPT) pada era Kabinet Reformasi Pembangunan
1998-1999. Beliau juga pernah menjabat sebagai Ketua Dewan Riset Nasional
(DRN), Direktur Jendral Listrik dan Pengembangan Energi, dan Direktur Utama
PT Perusahaan Listrik Negara (PT PLN), dan mantan Rektor Universitas Al Azhar
Indonesia.
Ra
dinobatkan sebagai kampus paling inovatif di Indonesia. Beliau adalah Komisaris
PT Perkebunan Nusantara VIII sejak tahun 2008, ketua komite Seleksi Nasional
Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) se-Indonesia pada tahun 2011, dan
ketua Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (MRPTNI) periode 2014-
2016.
on
Prof. Freddy P Zen, M.Sc, D.Sc.; Seorang Profesor bidang fisika teoritis dan Guru
Besar pada Departemen Fisika, Institut Teknologi Bandung. Saat ini Prof. Zen
menjabat sebagai Deputi Bidang Sumber Daya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,
Kementerian Riset dan Teknologi Republik Indonesia.
Am
Anggota:
Prof. Sangkot Marzuki AM, Ph.D, D.Sc.; seorang Profesor di bidang Kedokteran
pada Monash University (1995-Sekarang), Profesor di bidang Biokimia dan Biologi
Molekuler pada University of Queensland (1997-2002; 2011-2014), dan Profesor
pada University of Sydney (2011-2014). Beliau adalah Direktur Institut Biologi
Molekuler Eijkman 1992-2014 dan Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia
untuk periode tahun 2008-2013 dan 2013-2018.
Prof. Ir. Mohamad Sahari Besari MSc, Ph.D; seorang Profesor Emiritus sejak
tahun 2008 pada Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung
dan anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia sejak tahun 2002. Beliau
menjabat sebagai Kepala Senat Akademik, ITB (2000-2002) dan anggota Komite
Penasehat Bidang Sains dan Teknologi, Islamic Development Bank.
Prof. DR. Umar Anggara Jenie, MSc, Apt.; seorang guru besar sejak tahun 1999
dan pengajar sejak tahun 1976 pada Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta. Beliau juga adalah anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia
sejak tahun 2006 dan menjabat sebagai Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia periode 2002-2010.
DR. Ir. Marzan Azis Iskandar; Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
(BPPT) periode tahun 2009-2014. Beliau juga adalah Ketua Umum Badan
Kejuruan Elektroteknik Persatuan Insinyur Indonesia (BKE PII), 2011 – 2013 dan
Ketua Dewan Pengembangan Iptek, Dewan Pakar Ikatan Cendikiawan Muslim Se-
Indonesia (ICMI). Sejak tahun 2011, Dr. Iskandar menjabat sebagai Komisaris pada
PT. DAHANA.
Ra
Ir. Idwan Suhardi, Ph.D; Staf ahli Menteri Negara Ristek Bidang Energi
dan Material Maju. Beliau menjabat sebagai Deputi Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Kementerian Riset dan
Teknologi RI pada periode tahun 2005-2009 dan Deputi Pendayagunaan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi, Kementrian Riset dan Teknologi RI 2009-2013.
on
Prof. Lukman Hakim, Ph.D; Ketua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
sejak tahun 2010. Sebelumnya beliau adalah Wakil ketua LIPI, Deputi Ketua LIPI
bidang Jasa llmiah, dan Direktur Kebijakan Pengembangan dan Penguasaan
Teknologi BPPT. Sedangkan jabatan fungsionalnya adalah Profesor Riset bidang
Studi Kebijakan llmu Pengetahuan dan Teknologi yang diraihnya pada 2003. Gelar
Am
Prof. Bustanul Arifin, MSc., Ph.D; seorang Profesor bidang Ekonomi Pertanian
pada Universitas Lampung. Beliau memiliki pengalaman sebagai konsultan di
bidang ekonomi dan pertumbuhan bagi badan internasional seperti USAID dan
World Bank. Beliau juga pernah menjabat penasihat ekonomi bagi DPR-RI, komisi
pertanian, industri, dan perdagangan.
Ir. Amir Sambodo, MBA; Presiden Direktur PT. Tuban Petrokimia Industri. Saat ini
beliau adalah Penasihat khusus Menteri Koordinator Bidang Ekonomi RI.
DR. Rachmat Gobel; pelaku bisnis berpengalaman dan telah menjabat sebagai
Direktur Utama PT Gobel Internationals sejak tahun 1994. Beliau menjabat
sebagai Komisaris Utama atau Komisaris di berbagai perusahaan seperti PT
Prof. DR. Ir. Tien R Muchtadi, MS; Seorang Profesor di Institut Pertanian Bogor.
Prof Tien pernah menjabat sebagai Ketua Masyarakat Kelapa Sawit Indonesia
(2009-2011). Saat ini beliau adalah anggota Komisi Dewan Minyak Sawit
Indonesia dan juga anggota Komisi Bioetika Nasional.
DR. Bambang Kesowo, SH, LL.M; adalah seorang dosen pada Sekolah Pasca
Sarjana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (2006 – sekarang). Beliau menjabat
sebagai Kepala Staff pada Kantor Presiden Republik Indonesia/Menteri Sekretaris
Negara/Sekretaris Kabinet periode tahun 2001-2004.
Ir. Betti S. Alisjahbana; pendiri dan CEO PT Quantum Business International yang
bergerak di bidang kepemimpinan korporasi. Beliau adalah General Manager
perusahaan e-Business & Cross Industry Solutions IBM ASEAN & South Asia pada
tahun 1998, dan Direktur Utama PT IBM Indonesia periode 2000-2008. Saat ini,
beliau juga menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Riset Nasional (DRN).
Ir. Tri Mumpuni; Seorang ahli dalam penyediaan listrik di pedesaan dengan
menggunakan mikrohidro berbasis masyarakat. Ibu Mumpuni dalam
perkembangan karirnya pernah bertugas sebagai Direktur Eksekutif IBEKA,
Ra
on
Am
Ra
on
Am
Meadows, D.H., Randers, J., and Meadows, D.L. 2005. The Limits to Growth: The
30-Year Update. Earthscan, James & James (Science Publishers) Ltd in association
with the International Institute for Environment and Development.
Nelson, R. (Editor). 1993. National Innovation Systems: A Comparative Analysis.
Oxford University Oress, Inc.
OECD. 2010. The OECD Innovation Strategy: Getting a head start on tomorrow.
Austria: OECD.
OECD. 2013. Nanotechnology for Green Innovation. OECD Science, Technology and
Industry Policy Papers, No. 5. OECD Publishing.
Pernick, R. and Wilder, C. 2007. The Clean Tech Revolution: The Next Big Growth
and Investment Opportunity. Colins Publisher.
Porter, M.E. 2011. Competitive Advantage of Nations: With a New Introduction.
The Free Press, Simon & Schuster Inc, New York.
Ra
World Economic Forum. 2013. Global Competitiveness Report 2013-2014.
World Economic Forum. 2014. Global Risks 2014.
Zhao, H. (Editor). 2013. Synthetic Biology: Tools and Applications. Elsevier Inc.
Zuhal. 2013. Gelombang Ekonomi Inovasi. PT Gramedia Pustaka Utama.
on
Am