Anda di halaman 1dari 6

TEKNOLOGI PANGAN FUNGSIONAL

LKM 3

Disusun oleh:
Kelompok D THP A
Siti Nur Shaidah 191710101002
Naila Aulia Fatwa 191710101040
Riski Amelia I. 191710101113

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
Modus Aksi Sifat Fungsional Imunomodulatif

1. Menghambat poliferasi sel MCF-7. Proses penghambatan poliferasi sel kanker ini terjadi
akibat penyimpangan ekspresi reseptor hormon ER (estrogen receptor-positive) oleh esterogen
dalam sel kanker MCF-7.

Gambar skema aktivasi reseptor estrogen oleh estrogen.


2. Penghambatan proses replikasi virus dengan menonaktifkan RT (reverse transcriptase) dari sel
virus HIV-1 melului pengikatan pada bagain sel virus tersebut. Selain itu, proses tersebut dapat
mengurangi tingkat kehilangan sel-T.

Gambar Replikasi Virus HIV

3. Pengikatan permukaan sel kanker atau yang terinfeksi virus oleh reseptor sel NK (lektin).
kemudian granula sel NK melepas perforin keluar dari sel untuk membentuk saluran tembus
membran yang memberikan kemudahan terjadinya lisis pada sel kanker dan dengan cara
memecah λ DNA oleh Hind III sehingga DNA rusak yang menyebabkan apotosis.
Gambar Proses Terjadinya Apoptosis

Sumber: G., Mazza. 1998. Functional Foods: Biochemical & Processing Aspects. United States
of America. Taylor & Francis Routledge.

6. Penambahan bahan imunostimulan yang bekerja dengan cara meningkatan aktivitas fagosit
neutrofil darah perifer. Pada proses ini terjadi reaktivitas peningkatan fagosit yang menghasilkan
lebih banyak radikal bebas sehingga, dapat menyebabkan kerusakan pada inang. Pada hal ini
bahan imunostimulan akan berikatan dengan reseptor yang ada pada permukaan sel fagosit
sehingga sel fagosit menjadi aktif untuk melakukan proses fagositosis. Pada saat bersamaan sel-
sel fagosit akan melepaskan sitokin dan merangsang produksi sel leukosit baru yang mampu
memberikan kekebalan baik secara spesifik maupun non spesifik.

7. Peningkatan proliferasi limfosit. Pada proses ini antigen akan masuk ke dalam tubuh sehingga
limfosit T dan makrofag saling bekerja sama untuk membunuh antigen tersebut. Makrofag akan
memfagosit antigen, sedangkan limfosit T berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi CD4+ dan
CD8+. CD4+ berfungsi untuk memproduksi antibodi yang membantu sel fagosit seperti
makrofag dan CD8+ berfungsi untuk membunuh sel terinfeksi yang di dalamnya terdapat antigen
mikroba. Sel CD4+ berdiferensiasi menjadi TH1. Senyawa bioaktif yang digunakan akan
meningkatkan respon TH1. Kemudian TH1 yang teraktivasi akan mempengaruhi IFN gamma
yang mengaktifkan makrofag. Semakin banyak makrofag yang teraktivasi, maka aktivitas
fagositosis meningkat. Dengan demikian, proliferasi limfosit melibatkan sintesis cepat membran
baru, interaksi antigen dengan reseptor pada permukaan limfosit yang dipengaruhi oleh sifat
fisikokimia membrane, dan eikosanoid memainkan peran kunci dalam reaksi inflamasi. Oleh
karena itu, lipid terlibat dalam imunitas melalui beberapa cara, terutama melalui peran mereka

dalam integritas mcmbran dan dalam menyediakan prekursor untuk pembentukan eikosanoid.

Sumber : Wildman, Robert E. C. 2001. Handbook of Nutraceuticals and Functional Foods. New
York: CRC Press LLC.

8. Peningkatan proliferasi limfosit yang dirangsang oleh mitogen dan sel T pembantu. vitamin
B6 protokol deplesi-replesi dengan orang dewasa yang lebih tua yang sehat, menunjukkan
bahwa produksi interleukin (IL) -2 dan respons terhadap mitogen sel T dan B. penurunan
proliferasi limfosit yang dirangsang oleh mitogen, dibalik oleh piridoksin. Pemberian
(cyanocobalamin) membalikkan defisit imunologis dengan anemia pernisiosa, mungkin melalui
koreksi lesi biokimia yang menekan sintesis asam nukleat dalam limfosit. Dengan perbaikan
respon tes kulit tuberkulin dan proliferasi limfosit menjadi phytohaemagglutinin (PHA).
stimulasi mitogen limfosit meningkatkan konsentrasi intraseluler dari protein pengikat (yang
dapat memodulasi sintesis asam nukleat dan konsentrasi folat bebas) konsisten dengan bukti
bahwa folat defisiensi asam mempengaruhi respon imun tertentu.

9. Aktivitas provitamin A dapat melindungi sel fagositik dari kerusakan autooksidatif,


meningkatkan respon proliferatif limfosit T dan B, merangsang fungsi sel T efektor,
meningkatkan produksi sitokin, dan meningkatkan makrofag, sel T sitotoksik, dan alami
kapasitas tumorisidal sel pembunuh.

10. Monosit atau makrofag manusia menghambat pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis


yang mematikan. Efek menguntungkan vitamin D dalam pengobatan tuberkulosis telah
didokumentasikan di masa lalu, dan studi epidemiologi terbaru mendukung lebih lanjut
hubungan antara status vitamin D rendah dan risiko tuberkulosis. Meski belum ditentukan
makrofag yang distimulasi vitamin D benar-benar dapat membunuh makrofag dan limfosit T dari
pasien dengan tuberkulosis dilakukan sintesis .

Sumber : Israel Gooldberg.1994. Fungsionl Food Designer, food Pharmfoods, Nutraceuticals.


London.

Anda mungkin juga menyukai