PENDAHULUAN
Pada kasus kematian janin dalam rahim, hasil konsepsi biasanya akan
dikeluarkan secara spontan. Tetapi sebagian dapat tertinggal dan
menimbulkan masalah seperti infeksi bila ketuban pecah atau gangguan
pembekuan darah serta trauma psikis ibu maupun keluarga. Kematian janin
yang tertinggal lebih dari 6-8 minggu, dapat menimbulkan gangguan
pembekuan darah, sehingga bahaya perdarahan akan lebih mengancam jiwa
pada waktu tindakan medis dilakukan (Manuaba, 2012:325. Prawirohardjo,
2014:733).
Mengingat presentase kematian perinatal di Indonesia masih menjadi salah
satu kasus tertinggi. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk memaparkan kajian
teori dan proses pendokumentasian dalam pendokumentasian kasus
Intrauterine Fetus Death (IUFD). Sehingga didapatkan solusi terbaik dalam
menangani pemasalahan tersebut dengan menerapkan manajemen asuhan
kebidanan dengan harapan masalah dapat teratasi dan untuk mengidentifikasi
kemungkinan komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dengan kematian
janin dalam rahim.
1
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang terdapat pada makalah ini adalah
1. Bagaimana konsep dasar Intra Uterine Fetal Death (IUFD)?
2. Bagaimana tahapan asuhan kebidanan dalam kasus Intra Uterine Fetal
Death (IUFD)?
3. Bagaimana data fokus (SOAP) dalam pengkajian kasus Intra Uterine
Fetal Death (IUFD)?
1.3 Tujuan
Tujuan yang terdapat pada makalah ini adalah
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah dokumentasi kebidanan
2. Untuk mengetahui konsep dasar Intra Uterine Fetal Death IUFD
3. Untuk mengetahui tahapan asuhan kebidanan dalam kasus Intra Uterine
Fetal Death (IUFD)
4. Untuk mengetahui data fokus (SOAP) dalam pengkajian kasus Intra
Uterine Fetal Death (IUFD)
1.4 Manfaat
Manfaat yang kami harapkan dengan adanya makalah ini adalah dapat
memahami tentang Konsep Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Kehamilan
dalam Kaus Intra Uterine Fetal Death serta menambah wawasan pengetahuan
bagi penyusun dan pembaca.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Intra Uterine Fetal Death (IUFD)
2.1.1 Pengertian
Menurut Whord Helth Organitation (WHO) dan The American
College Of Obstetricians and Gynecologists yang disebut kematian janin
adalah yang mati dalam rahim dengan berat badan 500 gram atau lebih
atau kematian janin dalam rahim pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
Kematian janin dalam kandungan merupakan hasil akhir dari gangguan
pertumbuhan janin, gawat janin, atau infeksi. (Sarwono, 2009). Sedangkan
menurut (Manuaba, 2014:442) kematian janin dalam rahim atau Intra
Uterine Fetal Death (IUFD) adalah kematian hasil konsepsi sebelum
dikeluarkan dengan sempurna dari rahim ibunya tanpa memandang tuanya
kehamilan.
Kematian janin dalam rahim adalah keadaan tidak adanya tanda-
tanda kehidupan janin dalam kandungan. Kematian Janin Dalam Rahim
(KJDR) atau Intra Uterine Fethal Death (IUFD), sering dijumpai baik
pada kehamilan dibawah dua puluh minggu maupun sesudah kehamilan
dua puluh minggu. (Rosfanty.2009).
2.1.2 Etiologi
Pada 25-60% kasus penyebab kematian janin tidak jelas. Kematian
janin dapat disebabkan oleh faktor maternal, fetal, atau kelainan patologik
plasenta (Prawirohardjo, 2014:733).
1. Faktor Maternal
a. Post-term (>42 minggu), terjadi adanya insufisiensi plasenta
menyebabkan protein plasenta dan kadar DNA dibawah normal
sedangkan RNA meningkat.
b. Diabetes Melitus tidak terkontrol, penyebabnya terjadi perubahan
metabolisme karbohidrat dan lemak sehingga terganggunya
pertumbuhan dan erkembangan janin ang menyebabkan IUFD.
3
c. Sistemik Lupus Eritematosus, dalam beberapa bentuk LES dapat
menyebabkan kerusakan organ utama yang dapat terjadi komplikasi
kehamilan dan kerusakan organ lebih lanjut.
d. Infeksi, menyebabkan infeksi janin langsung, kerusakan organ vital,
infeksi plasenta, infeksi sistemik maternal berat.
e. Hipertensi, Preeklampsia-Eklampsia, akibatnya aliran darah
intervilosa yang buruk sehingga pertumbuhan janin terhambat
karena hipoksia atau asidosis
f. Hemoglobinopati, ketika hamil kemungkinan penderita
hemoglobinopati akan mengalami anemia, seperti wanita hamil
penderita thalasemia intermedia mungkin mengalami anemia berat.
g. Penyakit Rhesus, Apabila ibu memilki rhesus negatif dan bayi
memiliki rhesus positif dikaitkan dengan penyakit hemolitik berat
pada janin yang dapat mengalami kematian janin.
h. Ruptura Uteri, Dalam kejadian ini boleh dikatakan sejumlah besar
janin atau bahkan hampir tidak ada janin yang dapat diselamatkan,
dan sebagian besar ibu meninnggal akibat perdarahan atau infeksi
atau menderita cacat seumur hidup dan tidak mungkin bisa menjadi
hamil kembali karena terpaksa harus mengalami histerektomi
(Prawirohardjo, 2014).
i. Antifosfolipid sindrom, dikaitkan dengan resiko tinggi terjadinya
trombosis kehamilan dan lebih tingginya angka kematian janin.
2. Faktor Fetal
a. Kehamilan kembar, dapat memberikan resiko yang lebih tinggi
terhadap ibu dan janin.
b. Kehamilan IUGR, Pertumbuhan janin terhambat ditemukan bila berat
janin kurang dari 10% dari berat yang harus dicapai pada usia
kehamilan tertentu (Prawirohardjo, 2014).
c. Kelainan kongenital, seringkali dijumpai pada pemeriksaan USG
adalah volume cairan amnion yang abnormal (oligohidramnion dan
polihidramnion), pertumbuhan janin terhambat, kelainan morfologi,
4
bentuk tubuh dan struktur organ janin, ukuran biometri yang
abnormal, ukuran plasenta yang abnormal dan aktivitas biofisik janin
yang berkurang.
3. Faktor Plasenta
Seperti: kelainan tali pusat, lepasnya plasenta, ketuban
pecah dini, vasa previa.
2.1.3 Patofisiologi
Menutut (Agustina. 2011) Kematian janin dalam kandungan Intra
Uterine Fetal Death (IUFD) juga bisa terjadi karena beberapa faktor
antara lain gangguan gizi dan anemia dalam kehamilan, hal tersebut
menjadi berbahaya karena suplai makanan yang dikonsumsi ibu tidak
mencukupi kebutuhan janin. Sehingga pertumbuhan janin terhambat dan
dapat mengakibatkan kematian. Begitu pula dengan anemia, karena
anemia adalah kejadian kekurangan Fe maka jika ibu kekurangan Fe
dampak pada janin adalaah irefersibel. Kerja organ-organ maupun aliran
darah janin tidak seimbang dengan pertumbuhan IUGR.
2.1.4 Diagnosis
Kematian janin dalam rahim, sering dirasakan mula-mula oleh
penderita sendiri berupa hilangnya gerak janin, kehilangan berat badan,
perubahan payudara dan hilangnya nafsu makan (Nugroho, 2012:43-45).
1. Anamnesis
Ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa hari, atau gerakan janin
2. Inspeksi
5
3. Palpasi
palpasi yang teliti, dapat dirasakan adanya krepitasi pada tulang kepala
janin
4. Auskultasi
Denyut jantung janin (DJJ), Ada tidaknya DJJ merupakan cara mudah
Adanya akumulasi gas dalam jantung dan pembuluh darah besar janin
6. Ultrasonografi
6
2.1.5 Komplikasi
1. Trauma emosional yang berat terjadi bila waktu antara janin dan
persalinan cukup lama.
2. Dapat terjadi infeksi bila ketuban pecah.
3. Dapat terjadi koagulopati bila kematian janin berlangsung lebih dari 2
minggu (Prawirohardjo, 2014:734)
komplikasi
4. Kematian janin
edema scalp. USG adalah sarana penunjang diagnostic yang baik untuk
7
tanpa tanda hidup, tidak ada denyut jantung janin, ukuran kepala janin
keputusan diambil.
komplikasi
atau prostaglandin
8
- Jika persalinan spontan tidak terjadi dalam 2 minggu, trombosit
misoprostol
sesudah 6 jam
melebihi 4 dosis
meninggal tersebut
2.2 Tahapan Asuhan Kebidanan Dalam Kasus Intra Uterine Fetal Death
(IUFD)
Proses manajemen terdiri dari 7 langkah (step) yang dimulai dari
pengumpulan / pengkajian data dasar dan diakhiri dengan evaluasi (Depkes
RI).
2.2.1 Identifikasi dan Analisa Data Dasar
Identifikasi dan analisa data dasar merupakan tahap awal dari
asuhan kebidanan.Tahap ini merupakan kemampuan intelektual dari bidan
dalam mengidentifikasi dan menganalisa masalah yang diungkapkan oleh
9
klien. Dalam kasus ini data awal yang harus dikumpulkan melalui 3 cara,
yaitu sebagai berikut :
1. Anamnesis
Ditanyakan mengenai usia, tanya jawab yang dilakukan oleh
bidan dan dengan klien, keluarga atau tim kesehatan lainnya. Data
yang dikumpulkan mencakup semua keluhan klien tentang masalah
kesehatan kebidanan yang dialami oleh klien. Menurut Agustina 2011
gambaran klinik yang biasanya timbul pada klien dengan IUFD
adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam
kandungan.
2. Observasi dan Pemeriksaan Fisik
Observasi dan pemeriksaan fisik merupakan metode
pengumpulan data yang tidak dapat dipisahkan, observasi adalah
melihat memperhatikan sesuatu pada pemeriksaan fisik.Pada saat
observasi juga dilakukan inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.
10
umum, tinggi badan, tanda-tanda vital, keadaan fisik obstetrik
melalui inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.
2.2.2 Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual
Pada tahap ini merupakan pengembangan dari interpretasi data
dalam identifikasi yang spesifik (khusus) mengenai diagnosa masalah yang
lebih sering berhubungan dengan apa yang dialami oleh klien dan diagnosa
yang ditetapkan dan sering di identifikasi oleh bidan dengan berfokus pada
hasil penuturan klien secara individu. Diagnosa kebidanan sebagai dasar
tindakan untuk mengatsai ancaman kehidupan klien (Depkes RI). Menurut
Agustina 2011, gambaran yang diperoleh pada masalah aktual antara lain :
1) Perdarahan pervaginam sesudah hamil 22 minggu
2) Gawat janin atau denyut jantung janin tidak terdengar
3) Solusio plasenta
4) Perdarahan
5) Nyeri perut hebat
11
kewenangannya yaitu pada klien dengan situasi emergency atau kegawat
daruratan dalam rangka menyelamatkan nyawa klien, namun tetap
memerlukan tindakanu konsultasi atau kolaborasi dengan Dokter
kebidanan maupun tim kesehatan yang lain. Yang ikut merawat klien atau
yang terlibat langsung dengan kesehatan klien, pada situasi lain yang tidak
dalam keadaan emergency pun tetap membutuhkan tindakan konsultasi
atau kolaborasi dengan Dokter dalam upaya penyelamatkan nyawa klien
(Varney, Helen. 2007). Menurut Agustina 2011, penanganan yang
deberikan pada persalinan IUFD antara lain :
1) Lakukan pemeriksaan USG
2) Penanganan pada masa persalinan
- Rencana persalinan pervaginam dengan cara induksi maupun
ekspektatif, perlu dibicarakan dengan klien dan keluarganya,
sebelum keputusan diambil
- Bila pilihan pada ekspektatif : tunggu persalinan spontan hingga 2
minggu, yakinkan bahwha 90 % persalinan spoontan akan terjadi
tanpa komplikasi
- Bila pilihan adalah manajemen aktif : induksi persalinan
menggunakan oksitosin atau misoprostol
2.2.5 Perencanaan Tindakan Asuhan Kebidanan
Mengembangkan dan melaksanakan suatu rencan tindakan
komprehensif dan profesional yang ditetapkan berdasarkan pada step
sebelumnya. Seluruh keputusan yang dibuat untuk pengembangan dan
pelaksanaan suatu rencana tindakan seharusnya mengambarkan rasional
yang tepat berdasarkan pengetahuan yang relefan dan teoritikal, demi
efektifitasnya suatu rencana tindakan haruslah diawali dengan persetujuan
antara klien dengan bidan atau kesepakatan antara keduanya. Oleh karena
itu, rencana tindakan harus di diskusikan dengan klien (Varney, Helen,
2007). Rencana tindakan dapat dibuat bersama klien dengan keluarganya
(Depkes RI).
1) Pengobatan/Intervensi yang bersifat mengurangi masalah
2) Biopsiko untuk memberikan rasa aman dan nyaman
12
3) Upaya pencegahan untuk menurunkan peningkatan resiko
4) Upaya pemenuhan kebutuhan sehari-hari
5) Kebutuhan konseling
6) Kebutuhan rujukan
13
1) Ada tidaknya syok berat
2) Ada tidaknya infeksi
3) Ada tidaknya koagulapati
14
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Data Fokus (SOAP) Dalam Pengkajian Kasus Intra Uterine Fetal Death
(IUFD)
a. PENGKAJIAN DATA
Anamnesa tanggal: Jam WIB
Tempat :
a. Data Subyektif
1) Identitas
Nama : Nama suami :
Umur : Umur :
Bangsa/suku : Bangsa/suku :
Agama : Agama :
Pendidikan : Pendidikan :
Pekerjaan : Pekerjaan :
Alamat :
Telp :
No. Reg :
2) Keluhan utama:
3) Riwayat Obstetri
a) Riwayat menstruasi
Menarche :
Siklus/lama :
Banyaknya :
Sifat darah :
Dimenorhoe :
HPHT :
15
b) Riwayat kehamilan yang lalu:
d) Riwayat kesehatan
(1) Riwayat yang sedang atau sedang diderita:
e) Riwayat sosial
(1) Status penikahan :
(2) Usia saat menikah : Istri: Suami:
f) Riwayat Psikososial
g) Pola Kebiasaan Sehari-hari
16
(1) Pola nutrisi:
(7) Spiritual:
b. Data Obyektif
1) Pemeriksaan Umum
(1) KU :
(2) Kesadaran :
0
(3) Tanda-tanda vital: TD: mmHg Suhu: C
Nadi : x/menit RR : x/menit
2) Pemeriksaan Fisik
(a) Inspeksi
- Mata :
- Pandangan kabur : ya/tidak
- Sclera icterus : ya/tidak
- Conjungtiva pucat : ya/tidak
- Leher :
- Mammae :
- Areola hyperpigmentasi:
17
- Putting susu menonjol /tumor/ kolostrum (+/-)
- Perut :
- Vulva :
- Ekstremitas atas :
- Ekstremitas bawah :
(b) Palpasi
- Leopold I :
- Leopold II :
- Leopold III :
- Leopold IV :
(c) Auskultasi:
- DJJ :
- Frekuensi :
- Teratur :
3) Pemeriksaan penunjang
- USG
c. Analisa
1. Diagnosa Kebidanan :
2. Masalah :
3. Kebutuhan :
4. Diagnosa Potensial :
5. Kebutuhan Segera :
d. Penatalaksanaan
BAB IV
18
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kehamilan merupakan suatu proses alamiah yang terjadi pada wanita.
Walaupun proses tersebut alami, dalam kehamilan dapat terjadi kemungkinan
untuk berkembang menjadi patologis. Kehamilan yang beresiko tinggi dapat
memungkin terjadinya Intra Uterine Fetal Death (IUFD). Intra Uterine Fetal
Death (IUFD) adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin
dalam kandungan. Janin yang mati dalam rahim biasanya berat badan 500
gram atau lebih atau kematian janin dalam rahim pada kehamilan 20 minggu
atau lebih. Penyebab dari IUFD ditinjau dari tiga faktor, yaitu faktor
maternal, fetal, dan plasenta.
Biasanya ibu hamil dengan IUFD pada kunjungannya ibu akan mengeluh
tidak merasakan gerakan janin seperti biasanya, berat badan ibu tidak kunjung
naik dalam batas normal, dan tinggi fundus uteri tidak sesuai dengan usia
kehamulan ibu. Bedasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang pasien dapat dikaji untuk mengetahui diagnosa yang benar. Oleh
karena itu dari data yang telah didapat dapat didokumentasikan dengan asuhan
kebidanan kehamilan yang terfokus dalam kasus Intra Uterine Fetal Death.
3.2 Saran
Sebaiknya untuk upaya mencegah terjadinya IUFD khususnya yang
memiliki usia kandungan lebih dari 20 minggu atau mendekati aterm adalah
bila ibu hamil merasakan gerakan janin menurun, tidak bergerak atau gerakan
janin terlalu keras tiba-tiba melemah perlu dilakukan pemeriksaan
ultrasonografi. Dan komplikasi kehamilan dapat dicegah dengan rutin
memeriksakan kehamilan pada dokter ataupun pelayanan kesehatan lainnya
agar ditangani sejak dini dan diharapkan dapat mencegah IUFD
Daftar Pustaka
19
Saifuddin, Abdul Bari.2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta. PT Bina Pustaka
Srwono Prawirohardjo
Masruroh, S.ST. Jurnal Intra Uterine Fetal Death
Medula, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2013 UNILA
Dr. Rosfanty. Jurnal Intra Uterine Fetal Death
L., K. Varney, Helen. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta. EGC
B Ramlah – 2017 – repositori.uin-alauddin.ac.id
20