Anda di halaman 1dari 128

PERTANIAN, BANGKIT

ATAU BANGKRUT?

Made Antara

buku arti
Arti Foundation
Prakata Penulis

ejak jurnal SOCA terbit November 2000, Dewan Redaksi memu-


tuskan setiap edisi disertai kata pengantar. Lambat laun muncul
pemikiran untuk memberi tema atau judul untuk pengantar yang
mewakili naskah-naskah yang diturunkan pada setiap edisi. Jadi, tema
atau topik setiap pengantar tidak ditentukan terlebih dahulu, tetapi
dirumuskan dan dianggap mewakili naskah-naskah yang diturunkan
pada edisi bersangkutan. Saya, yang menjabat Ketua Dewan Redaksi,
dipercaya untuk menuliskan kata pengantar tersebut setiap edisi.
Seiring perjalanan waktu, jurnal SOCA yang diterbitkan oleh Jurus­
an Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Udaya-
na, mengalami kedewasaan, dan redaksi juga mengalami kematangan
PERTANIAN, BANGKIT ATAU BANGKRUT? dan kemantapan dalam penulisan kata pengantar. Tema-tema pun
© Made Antara dirasakan oleh pembaca semakin substantif, komunikatif, dan infor-
matif. Sejak tahun 2004 SOCA terbit 3 kali setahun, sehingga sam-
pai akhir tahun 2008, jurnal SOCA sudah memiliki pengantar relatif
Penerbit banyak, dengan tema beraneka ragam. Pembaca memberi masukan
Arti Foundation dan dorongan agar menggabungkan dan menerbitkan pengantar-peng­
Jl. Pulau Kawe 62 Denpasar 80222
Telp. & Faks : 0361 264089
antar tersebut menjadi sebuah buku. Akhirnya terhimpun pengantar-
e-mail : asbali@indosat.net.id pengantar tersebut, yang bagaikan butir-butir tercecer dibuang sayang,
menjadi sebuah buku.
Sampul Pengantar setiap edisi yang dikumpulkan dalam buku ini, tidak se-
Ketut Pangus lalu murni pemikiran redaksi. Tidak jarang tulisan itu diilhami oleh
atau bersumber dari beberapa buku teks atau naskah-naskah yang di-
Pracetak
wakilinya pada edisi bersangkutan, dan diperkaya dengan informasi
Nyoman Krining dan teknologi dari internet. Bermaksud tidak menimbulkan kekakuan
dalam pemaparan substansi, maka penulis tidak secara langsung men-
cantumkan sumber-sumber kutipan pada badan teks. Sumber dan
Cetakan Pertama, Juli 2009 acuan tulisan dihimpun jadi satu di bagian akhir.
Buku kumpulan pengantar jurnal SOCA tahun 2001- 2009 ini,
ditam­bah beberapa pokok bahasan yang bersumber dari bahan ajar
ISBN : 978-979-1145-31-2
penulis pada kelas Magister Agribisnis, membahas kondisi pertanian
agribisnis dan masalahnya disertai jalan keluar.
Diterbitkan berkat bantuan program Widya Pataka
Penulis percaya, penerbitan buku ini berkat kehendak Tuhan Yang
Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali Maha Esa. Untuk itu puji dan syukur penulis panjatkan. Penulis me-

Made Antara iii


nyampaikan terima kasih kepada pembimbing disertasi penulis di Ins­
titut Pertanian Bogor, Prof.Dr.Ir. Bungaran Saragih, M.Ec., yang telah
Daftar Isi
memberi penulis inspirasi dalam ilmu agribisnis. Ucapan terima kasih
juga penulis sampaikan kepada Dr. W. David Downey dan Dr. Ste-
ven P. Erickson, keduanya guru besar ekonomi pertanian/agribisnis Prakata Penulis......................................................................... iii
di Purdue University AS. yang telah mengilhami penulis ilmu manaje-
men agribisnis. Pertanian Berwawasan Agribisnis
Kepada Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali dan pekerja- 1. Agribisnis Visi Pembangunan Pertanian........................ 2
pekerja yang gigih dalam program Widya Pataka, penulis sampaikan 2. Profil Agribisnis Indonesia............................................ 13
terima kasih, karena dengan sungguh-sungguh terlibat dalam meran- 3. Agribisnis dan Pembangunan Ekonomi......................... 37
cang sampai menerbitkan buku ini. Terima kasih penulis sampakan 4. Agribisnis danPerekonomian Rakyat............................. 45
kepada Gde Aryantha Soethama dari penerbit Buku Arti (Arti Foun- 5. Strategi Pemasaran Produk Agribisnis........................... 49
dation), atas dorongan dan bantuan material dan immaterial, sehing- 6. Kemitraan Agribisnis..................................................... 62
ga buku ini dapat terbit. 7. Strategi Perusahaan Agribisnis....................................... 74
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang 8. Agribisnis Lada............................................................. 82
secara langsung dan tidak langsung membantu penerbitan buku ini. 9. Agribisnis Sapi Potong.................................................. 90
Semoga Tuhan Yang Maha Esa, Ida yang Widi Wasa, membalas se­
mua kebaikan tersebut. Pertanian, bangkit atau bangkrut
Semoga pembaca memperoleh manfaat usai membaca buku ini. 10. Revitalisasi Pertanian, Kebangkitan atau Kebangkrutan 100
11. Konversi Lahan dan Produksi Pangan ........................ 110
12. Pemanfaatan Sarana Produksi Tidak Efisien................. 123
Denpasar, Juli 2009 13. Petani Miskin, Bangsa Miskin....................................... 131
14. Tenaga Kerja Pertanian................................................. 140
Made Antara 15. Daya Saing Jagung........................................................ 150

Pertanian dalam Kerangka Makro


16. Tarif Impor dalam Perdagangan Internasional.............. 156
17. UKM dalam Perekonomian Nasional........................... 161
18. Ekonomi dan Degradasi Lingkungan............................ 166
19. Perencanaan Pembangunan Regional............................ 175
20. Revitalisasi Kelembagaan Pertanian.............................. 184
21. Tranformasi Struktural dan Kesempatan Kerja.............. 193
22. Pangan Organik, Potensi dan Peluang Ekspor............... 202
23. Etika Bisnis dalam Pengembangan Iptek....................... 215

Daftar Bacaan........................................................................... 240


Tentang Penulis......................................................................... 249

iv Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 


Pertanian
Berwawasan
Agribisnis

Made Antara 
Agribisnis Visi kan inflasi sampai mencapai 75 persen tahun 1998. Pendapatan riil
masyarakat menurun drastis. Pabrik-pabrik yang berbahan baku impor
Pembangunan Pertanian banyak tutup. Pengangguran meningkat luar biasa dan jumlah rakyat
miskin bertambah banyak. Namun dibalik krisis yang menerpa per-
ekonomian Indonesia, ada satu sektor yang masih tetap tegar. Bahkan
berjaya karena menangguh berkah dari situasi krisis. Sektor itu adalah
agribisnis dengan jantung penggeraknya adalah sektor pertanian
enjelang Pelita IV sekitar 1980-an, istilah agribisnis tiba-tiba dalam arti luas. Depresiasi nilai rupiah menyebabkan produk-produk
populer dalam wacana pembangunan ekonomi Indonesia. agribisnis Indonesia sangat kompetitif di pasar Internasional dan har-
Masalahnya berawal ketika negara mengalami kesulitan ga-harga di dalam negeripun ikut merayap naik sampai mencapai 5
dalam neraca pembayaran akibat anjloknya harga minyak dan gas kali lipat dari harga sebelum krisis. Petani dan pelaku-pelaku agribisnis
bumi. Perekonomian Indonesia ketika itu mengandalkan peneri- lainnya meraih keuntunagan luar biasa. Bahkan ada celetukan yang
maan dalam APBN dari minyak dan gas bumi. Pada saat yang sama bernada guyon dari mereka, “mudah-mudahan krisis ekonomi tidak
pendapatan minyak dan gas bumi mengalami kemunduran. Dalam cepat berlalu”.
usaha mempertahankan momentum pembangunan yang konon telah
diraih, berbagai kebijakan pembangunan diambil oleh pemerintah Sistem Agribisnis
Orde Baru. Seluruh masyarakat diminta mengencangkan ikat ping- Beberapa faktor yang mempengaruhi visi pembangunan dan usaha
gang alias berhemat-hemat. Sementara harga-harga terus merayap agribisnis adalah amanat GBHN 1999-2004, kekuatan dan kelemahan
naik. Untuk menarik dana dari luar negeri dan memobilisasi dana pembangunan di masa lalu, perubahan-perubahan lingkungan global,
masyarakat pemerintah mengeluarkan kebijakan 1 Juni 1983 dalam serta menyadari tantangan ke depan. Visi pembangunan sistem dan
bidang Perbankan dan reformasi pajak. usaha agribisnis yang akan dipromosikan secara nasional itu adalah
Terobosan yang coba diambil pemerintah adalah mencari komoditi Terwujudnya perekonomian nasional yang sehat melalui pembangunan agri-
ekspor alternatif untuk mengganti atau sekurang-kurangnya mengam- bisnis yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan, dan desentralistis.
bil sebagian peranan minyak dan gas bumi sebagai penghasil devisa. Agribisnis berasal dari kata Agribusiness, di mana Agri=Agriculture
Akhirnya berpalinglah kepada bidang agribisnis yang dahulu memang artinya pertanian dan Business artinya usaha atau kegiatan yang meng-
kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Badan Koordinasi Pena- hasilkan keuntungan. Jadi secara sederhana Agribisnis (agribusiness)
naman Modal (BKPM) memberi prioritas tertinggi bagi penanaman didefinisikan sebagai usaha atau kegiatan pertanian dan terkait dengan
modal di bidang agribisnis. Bahkan pada kunjungan resmi beberapa pertanian yang berorientasi pada keuntungan.
pejabat Indonesia ke Amerika Serikat (AS) dalam rangka promosi Jika didefinisikan secara lengkap agribisnis adalah kegiatan yang
penanaman modal, dalam Daftar Skala Prioritas Investasi, bidang berhubungan dengan penanganan komoditi pertanian dalam arti luas.
agribisnis menduduki urutan pertama dari empat jenis proyek yang Kegiatan itu meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai
ditawarkan kepada pemilik modal di AS. Memang menggiatkan bi- produksi, pengolahan masukan dan keluaran produksi (agroindustri),
dang agribisnis bukan satu-satunya terobosan yang ditawarkan, tetapi pemasaran masukan-keluaran pertanian dan kelembagaan penunjang
satu alternatif yang diharapkan dalam jangka menengah dan jangka kegiatan. Yang dimaksud dengan berhubungan adalah kegiatan usaha
panjang mampu memperingan keadaan. yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditun-
Krisis moneter yang diikuti oleh krisis ekonomi menimpa Indone- jang oleh kegiatan pertanian.
sia sejak Juli 1997. Krisis ini menyebabkan perekonomian Indonesia Apabila mata rantai kegiatan agribisnis dipandang dalam suatu
porak-poranda. Depresiasi nilai rupiah atau apresiasi dollar dari Rp konsep sistem, maka mata rantai kegiatan tersebut dapat dibagi men-
2400/$ tahun 1996 menjadi Rp 15.000/$ tahun 1998 telah menyebab- jadi empat subsistem yaitu: (1) subsistem produksi, (2) subsistem

 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 


pengo­lahan (agroindustri), (3) subsistem pemasaran, dan (4) subsistem PEMASARAN/
PERDAGANGAN
lembaga penunjang (Gambar Sistem Agribisnis halaman 5). Keempat • Perdagangan Domestik
subsistem ini mempunyai kaitan yang erat, sehingga gangguan pada • Perdagangan Internasional
salah satu subsistem atau kegiatan akan berpengaruh terhadap sub-
sistem atau kelancaran kegiatan dalam bisnis.
Agribisnis dalam pengertian seperti tersebut menunjukkan adanya
keterkaitan vertikal antar subsistem dan keterkaitan horizontal dengan AGROINDUSTRI USAHATANI AGROINDUSTRI
subsistem lain di luar pertanian. Subsistem di luar pertanian itu seperti HULU (On-Farm) HILIR
(Upstream) (Downstream)
jasa-jasa (finansial dan perbankan, koperasi, transportasi, perdagangan, • Benih -• Pangan
• Hortikultura
pendidikan dan lain-lain). Keterkaitan luas ini sudah disadari sejak • Pupuk • Kebun • Pasca panen
• Pakan • Ternak • Pasca panen
dahulu oleh ekonom pasca-revoluasi industri. Ekonom pasca-revolusi • Pestisida lanjutan
• Ikan budidaya/
menekankan arti strategis penempatan pertanian (dan pedesaan) seb- • Alat
T dan Mesin penangkapan
agai bisnis inti (core business) pada tahap pembangunan sebelum lepas • Obat-Obatan
• Teknologi
landas terutama dalam kaitannya dengan proses industrialisasi
Agribisnis merupakan cara baru melihat pertanian. Dulu pertani-
an dilihat secara sektoral, sekarang harus dilihat secara intersektoral.
LEMBAGA PENUNJANG
Dulu pertanian dilihat secara subsistem, sekarang harus dilihat secara
sistem. Dulu pertanian berorientasi produksi. Sekarang pertanian ha- PRASARANA ORGANISASI
• Jalan • Perkreditan
rus berorientasi bisnis. Apabila agribisnis usahatani dianggap sebagai
- • Jalan • Penyuluhan
subsistem, maka ia tidak terlepas dari kegiatan atau subsistem agri- • Jembatan • Koperasi
bisnis non usahatani seperti subsistem pengolahan (agroindustri hulu • Dll. • Penelitian
• Peraturan
dan hilir), subsistem pemasaran input-output dan subsistem lembaga Pemerintah
penunjang. Untuk itu, agribisnis jangan dicari ke mana-mana karena • Dll.
agribisnis hanya cara baru melihat pertanian, inilah visi ke depan.
Dengan demikian bidang agribisnis merupakan kegiatan lebih dari
sekedar pertanian (on-farm), karena di dalamnya mencakup kegiatan- = Keterkaitan dua arah (saling menunjang/membutuhkan/terkait)

kegiatan lain yang mewakili sektor di luar pertanian (off-farm). Karena Gambar SistemAgribisnis
Agribisnis
Gambar 1. Sistem
itu penting disadari bahwa setiap usaha untuk melakukan analisis
sektoral bagi subsistem baru akan memiliki makna dan memberikan National Dengan
Corporation, bidang seperti
demikianMNC) agribisnisperusahaan agribisnis
merupakan kegiatan lebih Monsanto
dari
peranan yang bermanfaat apabila dikaitkan satu sama lain dan ber- atausekedar
perusahaan benih Cargill atau perusahaan bibit dan pakan ternak
pertanian (on-farm), karena di dalamnya mencakup kegiatan-kegiatan
orientasi pada konsep sistem. Memahami timbulnya kaitan antara lain yang
Charoen mewakili sektor di luar pertanian (off-farm). Karena itu penting
Phokpand.
tiap subsistem, siapa pelaku dalam tiap subsistem, dan bagaimana Agar setiap aktivitas mencapai keberhasilan, maka memerlukan
teknologi yang digunakan merupakam hal yang sangat penting untuk pengorganisasian yang baik. Pengorganisasian yang baik adalah or-
mengetahui masalah-masalah yang dihadapi agribisnis dan mencari ganisasi yang menerapkan unsur-unsur manajemen. Jadi, manajemen
alternatif pemecahannya. agribisnis adalah penerapan unsur-unsur dan ilmu manajemen dalam
Pada setiap subsistem agribisnis terdapat beraneka ragam dan organisasi agribisnis, sehingga aktivitas agribisnis dapat mencapai tu-
jutaan aktivitas atau kegiatan berorientasi bisnis (keuntungan). Mulai juan organisasi. Misalnya efisiensi alokasi sumberdaya, biaya mini-
dari usaha mikro, kecil, menengah (UMKM), dan usaha besar yang mal, keuntungan maksimal, perluasan kesempatan kerja, peningkatan
berskala lokal dan nasional sampai perusahaan multinasional (Multi produksi, memenangkan persaingan, perluasan wilayah pemasaran.

 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 


Sektor agribisnis di dalam ruang lingkup ekonomi masa kini men- dakan menjadi dua yakni, agroindustri hulu (upstream) dan agroindus-
cakup bermacam-macam usaha komersial, menggunakan kombinasi tri hilir (downstream). Subsistem agroindustri hulu (upstream agribusi-
heterogen dari tenagakerja, bahan, modal, dan teknologi. Sistem ba- ness) yakni industri-industri yang menghasilkan barang-barang modal
han pangan dan sandang sangat luas sekali, suatu sistem yang sulit bagi usahatani atau pertanian (arti luas). Diantaranya, industri per-
dan terus-menerus diubah agar sesuai dengan permintaan konsumen benihan/pembibitan tumbuhan dan hewan, industri agrokimia (pu-
dan menyediakan bahan pangan dan sandang baik untuk domestik puk, pestisida, obat/vaksin ternak) dan industri agro-otomotif (mesin
maupun pasar dunia. dan peralatan pertanian) serta industri pendukungnya. Contoh jenis
Kalau kita berjalan-jalan ke pasar swalayan setempat, kita akan agroindustri ini antar lain: Paberik Pupuk PUSRI menghasilkan pu-
melihat berbagai macam produk hasil dari bermacam kegiatan. Di- puk. Industri benih Perum Sang Hyang Seri menghasilkan benih padi
antaranya, produksi, pengolahan, pengemasan dan kemudian me- dan palawija. Pabrik-pabrik traktor dan peralatan mesin lainnya untuk
majangnya pada rak-rak penyimpanan agar konsumen tertarik untuk menunjang proses produksi. Charoen Phokpand menghasilkan pakan
mencoba membelinya. Hal ini adalah hasil kerja keras yang efisien dan bibit ternak. Monsanto AS. menghasilkan benih/bibit tanaman
banyak orang di dalam suatu sistem agribisnis yang mencakup ke- yang bertaraf internasional. CIBA menghasilkan berbagai jenis obat-
giatan produksi, agroindustri, pemasaran, dan subsistem lembaga obatan (pestisida, fungsida, herbisida) pemberantas hama dan penya-
penunjang bahan pangan tersebut. kit tanaman.
Subsistem agroindustri hilir (downstream agribusiness) yakni industri
Subsistem Usahatani yang mengolah komoditi pertanian primer menjadi produk olahan,
Subsistem usahatani (on-farm agribusiness) yakni kegiatan yang baik produk antara (intermediate product) maupun produk akhir (final
menggunakan barang-barang modal dan sumberdaya alam untuk product). Termasuk di dalamnya industri makanan, industri minu-
menghasilkan komoditi pertanian primer. Termasuk dalam hal ini man, industri barang-barang serat alam seperti barang-barang karet,
adalah usahatani tanaman pangan dan hortikultura, usahatani tana- plywood, pulp, kertas, bahan-bahan bangunan terbuat kayu, rayon,
man obat-obatan, usahatani perkebunan, dan usahatani peternakan, benang dari kapas/sutera, barang-barang kulit, tali dan karung goni,
usaha perikanan dan usaha kehutanan, menghasilkan bahan pangan, industri biofarmaka, dan industri agrowisata dan estetika. Pengolahan
hasil perkebunan, buah-buahan, bunga dan tanaman hias, hasil ter- ubi kayu (ketela pohon) menjadi tapioka atau menjadi kripik singkong,
nak, hewan, ikan dan sebagainya. industri pengolahan kelapa sawit dari tandan buah segar menjadi CPO
Pelaku-pelaku kegiatan pada subsistem ini adalah produsen-produ- (Crude Palm Oil) atau menjadi margarin, pengolahan kopi biji menjadi
sen yang terdiri dari petani, peternak, pengusaha kecil dan menengah serbuk kopi, susu segar menjadi mentega, es krim, dsb.
seperti pengusaha tambak, pengusaha tanaman hias, dan sebagainya. Agar subsistem usahatani (pertanian) menjadi kuat dan tangguh,
Pada saat ini jumlah petani penghasil bahan pangan dan perkebunan kaitan dengan industri di hulu (agroindustri hulu) dan industri di hil-
rakyat ditaksir tidak kurang dari 20 juta orang. Mereka dibantu oleh ir (agroindustri hilir) harus kuat, sehingga kebutuhan input tersedia
anggota keluarganya yang terdiri rata-rata 5 orang. Tempatnya tersebar setiap saat dalam jumlah dan waktu yang tepat, produk petani ter-
di seluruh pelosok tanah air dan sebagian besar masih bekerja dengan tampung oleh industri-industri pengolahan bahan baku dengan harga
teknologi produksi yang masih sederhana. Produksi per satuan luas yang wajar, dan para agroindustriawan memperoleh keuntungan yang
atau per satuan kerja masih rendah. Namun peranannya sebagai peng- layak, sebagai insentif bagi mereka untuk melakukan pengolahan.
hasil produk domestik bruto sektor pertanian sangat besar dibanding- Jadi dalam agribinsis agar sistem stabil, maka semua subsistem atau
kan sektor lainnya. pelaku-pelaku agribisnis harus memperoleh keuntungan yang layak.
Jika salah satu subistem menjadi parasit terhadap subsistem lainnya,
Subsistem Pengolahan atau salah satu pelaku mengeksploitasi pelaku lainnya, maka akan
Subsistem pengolahan atau agroindustri (off-farm agribusiness) dibe- menimbulkan keresahan sosial, akhirnya sistem menjadi tidak stabil.

 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 


Contoh, agribisnis Cengkeh di era Badan Penyangga dan Pemasaran Subsistem Lembaga Penunjang
Cengkeh (BPPC), atau agribisnis Jeruk di Kalimantan Barat di bawah Subsistem lembaga dan jasa penunjang menyediakan jasa bagi sub-
monopoli PT Citra Mandiri di era Orde Baru. BPPC telah mengun- sistem agribisnis hulu, subsistem usahatani, subsistem agribisnis hilir,
tungkan lembaganya sendiri (subsistem pamasaran) dan merugikan dan subsistem pemasaran/perdagangan agar sistem agribisnis dapat
subsistem lainnya yakni petani (subsistem produksi) dan pabrik rokok berjalan lancar atau pelaku-pelaku agribisnis dapat beraktivitas de­ngan
(subsistem agroindustri). Dalam hal ini BPPC telah berlaku sebagai lancar. Subsistem ini terdiri dari: (1) lembaga penunjang berwujud
monopsoni (pembeli tunggal) cengkeh petani dengan penetapan harga prasarana atau infrastruktur (hardware), antara lain: gedung, jalan, jem-
rendah yang berarti merugikan petani. batan, alat transportasi, dsb. (2) Lembaga penunjang berwujud organ-
BPPC juga berlaku sebagai monopoli (penjual tunggal) ke pabrik isasi (software) antara lain: Perbankan, Koperasi, Lembaga Penelitian,
rokok dengan menetapkan harga tinggi, sehingga merugikan paberik Lembaga Penyuluhan, Pasar, Peraturan-Peraturan Pemerintah, dll.
rokok. Selisih harga penjualan ke pabrik rokok dan pembelian dari peta­ Jalan dan jembatan diperlukan untuk memperlancar pengaliran
ni cengkeh telah menyebabkan BPPC memperoleh marjin pemasaran produk-produk agribisnis dari produsen ke konsumen. Alat transpor-
sangat tinggi, yang hanya menguntungkan BPPC. Jadi sistem agri- tasi dibutuhkan untuk pemindahan produk dari satu tempat ke tem-
bisnis komoditi cengkeh yang hanya menguntungkan satu subsistem pat lain. Gedung diperlukan sebagai tempat transaksi pelaku-pelaku
yakni subsistem pemasaran (BPPC) telah membuat resah subsistem pemasaran. Penunjang berupa infrastruktur umumnya disediakan oleh
lainnya yang merasa dirugikan, sehingga akhirnya di era reformasi pemerintah daerah dan pusat sesuai dengan kewenangan masing-masing.
BPPC dibubarkan. Ini sebagai bukti empirik bahwa semua subsistem Bank sebagai organisasi atau lembaga keuangan diperlukan sebagai
atau pelaku-pelaku dalam sistem agribisnis harus diuntungkan. penyedia pembiayaan kegiatan usaha agribisnis baik pada susbsistem
produksi, subsistem agroindustri ataupun pada subsistem pemasaran.
Subsistem Pemasaran/Perdagangan Koperasi diperlukan sebagai penyalur input dan output anggotanya.
Subsistem pemasaran/perdagangan adalah proses pengaliran Peraturan pemerintah yang meregulasi proses produksi dan pemasa-
barang dari sentra produsen ke sentra konsumen. Dalam proses ini ran produk agribisnis diperlukan agar pelaku-pelaku agribisnis mem-
kadang terdapat rangkaian kegiatan mulai dari pengumpulan produk peroleh kepastian dalam berusaha.
usahatani, pengolahan, penyimpanan, sortasi, distribusi, promosi, in- Lembaga Penelitian dan Pengembangan (litbang) diperlukan sebagai
formasi pasar, serta intelijen pasar. lembaga yang menghasilkan inovasi berupa teknologi yang menunjang
Pelaku-pelaku kegiatan dalam subsistem pemasaran dan atau proses produksi pada subsistem usahatani serta subsistem agroindustri
perdagangan adalah pengumpul produk (whole seller), pengolah produk hulu dan hilir. Sulit dibayangkan agribisnis mencapai kemajuan tanpa
(processor) pedagang, penyalur ke pedagang lainnya (grosir), pengecer ditunjang oleh lembaga Litbang yang maju dan inovatif. Maju-mun-
(retailer), pembuat peti dan kaleng pembungkus produk olahan (pack- durnya agribisnis sangat ditentukan oleh maju mundurnya lembaga
ager). Para pelaku-pelaku pada subsistem ini sangat berjasa dalam me- Litbang. Lembaga Litbang ada yang didirikan oleh pemerintah yang
nyalurkan produk dari produsen ke konsumen, baik melalui eceran tersebar di setiap Departemen Teknis dan ada pula yang didirikan oleh
maupun grosiran. Dari hasil jerih-payahnya ini mereka memperoleh swasta seperti halnya pada perusahaan-perusahaan agribisnis besar dan
marjin pemasaran, yakni perbedaan harga di tingkat produsen (farm berskala nasional atau internasional. Biasanya perusahaan agribisnis
gate price) dengan harga di tingkat konsumen (consumer price). Dalam besar seperti Monsanto memiliki Litbang sendiri untuk menghasilkan
marjin pemasaran termasuk biaya-biaya pemasaran dan keuntungan berbagai produk inovatif seperti jagung hibrida, kapas hibrida, dsb.
pedagang. Marjin pemasaran yang relatif tinggi mengindikasikan bah- Jadi peranan lembaga-lembaga penunjang lainnya dapat ditelusuri me-
wa pemasaran produk tersebut belum efisien. lalui penalaran dan pengembangan logika-empirik.

 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 


Kaitan antar Subsistem teknologi masuk ke dalam agribisnis, semakin kompleks sifat kegiatan
Tidak jarang dilaporkan peristiwa terputusnya kaitan antara satu dalam tiap subsistem, sehingga diperlukan adanya diferensiasi tugas
subsistem dengan subsistem lainnya. Misalnya, keluhan pengrajin yang dilakukan oleh kelompok pelaku yang berbeda. Ada petugas
tempe dan tahu di suatu wilayah karena sulitnya memperoleh bahan yang bertanggung jawab terhadap produksi. Petugas lain terhadap
baku kedelai. Sebaliknya di suatu wilayah di laporkan adanya kele- pemasaran atau penjualan, lainnya lagi terhadap personalia. Keha-
bihan produksi kedelai yang yang tidak terjual, sehingga menumpuk diran pelaku-pelaku baru dari luar kelompok pelaku yang telah ada
di rumah petani. Di daerah-daerah transmigrasi sering dilaporkan disebut ada kaitan ke luar (outside linkages). Kelompok baru ini dapat
produk-produk petani tidak ada yang membeli. Penyebabnya karena memberikan pengaruh positif apabila dapat mengurangi pemusatan
pasar jauh atau sarana dan prasarana transportasi belum tersedia, se- kekuatan ekonomi di satu tangan. Sebaliknya, kaitan ini mempunyai
hingga produk menjadi busuk. pengaruh negatif apabila merugikan kelompok pelaku yang telah ada,
Juga dilaporkan penderitaan peternak unggas karena harga telur misalnya menimbulkan berkurangnya imbalan atau bagian keuntun-
rendah. Sebaliknya, harga pakan meningkat terus. Meningkatnya harga gan yang diterima.
pakan disebabkan oleh naiknya harga jagung dan dedak yang dipakai
sebagai bahan baku. Akhirnya, banyak peternak yang menawarkan Peranan Pemerintah
ayamnya sebelum merugi terus. Uraian di atas menunjukkan bahwa Pemerintah mestinya bukan menjadi pemimpin dunia agribisnis,
dalam agribisnis tidak ada subsistem yang lebih penting dari yang lain- tetapi menjadi fasilitator, regulator dan promotor pembangunan agri-
nya. Pengembangan agribisnis memerlukan penanganan keempat sub- bisnis. Pemerintah berperan memberikan iklim yang kondusif dan me-
sistem yang ada di dalamnya. lengkapi prasarana dan perangkat hukum. Pasar amat dipercaya untuk
Apabila subsistem usahatani dikembangkan atau dimodernisa- menumbuhkan daya juang petani. Di sini berbaur petani, pengusaha,
si, maka akan timbul kaitan ke belakang (backward linkages). Kaitan pemilik alat angkutan, daya beli, dan berbagai faktor lainnya. Keputu-
itu berupa peningkatan kegiatan pengadaan dan penyaluran sarana san jual beli terletak di atas segala tarik-menarik faktor produksi.
produksi. Kaitan ke belakang ini mengundang perorangan atau pe- Sebuah bukti kuat dalam menjelaskan positifnya peran pemerin-
rusahaan untuk menangani masalah input usahatani dengan berpe- tah sebagai fasilitator adalah sukses perusahaan pakan ayam Charoen
doman pada 4-tepat, yaitu tepat waktu, tempat, jumlah dan kualitas. Pokhand di Thailand. Perusahaan yang mulanya hanya bergerak di
Ketepatan dalam melaksanakan empat hal ini akan sangat dipenga- dunia pakan ayam tersebut, kini berkembang menjadi sebuah kong­
ruhi oleh lembaga-lembaga penunjang agribisnis, seperti kelancaran lomerat. Charoen melakukan diversifikasi ke bidang telekomunikasi.
angkutan, ketersediaan lembaga kredit dan peraturan-peraturan yang Pemerintah Thailand mengembangkan usaha ini lewat berbagai fasili-
berlaku. tas yang disediakan seperti teknologi pengolahan pakan ternak, pasar
Produk pertanian tergantung pada musim (seasonal), menyita ban- di luar negeri dan mekanisme transaksi. Sedangkan transaksi dan pros-
yak ruangan untuk menyimpannya (bulky), tidak tahan lama atau es produksi dilakukan oleh Charoen sendiri. Mungkin akan berbeda
lekas rusak (perishables), sehingga harus segera dikonsumsi. Peningka- jadinya jika perusahaan Charoen ini sejak semula dikelola oleh peme­
tan produksi usahatani dan menyiasati ketiga kelemahan produk per- rintah. Di samping tidak efisien, usaha ini tidak bisa digarap sung-
tanian, maka perlu dilakukan pengolahan. Pengolahan produk juga guh-sungguh karena bukan itu saja yang mesti diurus pemerintah. Bila
disebabkan oleh permintaan konsumen di dalam dan di luar negeri peran pemerintah sebagai fasilitator dan promotor dapat dijalankan
yang semakin menuntut persyaratan kualitas dan diversifikasi produksi dengan sungguh-sunguh dan konkrit, pengembangan agribisnis akan
olahan ketika pendapatan mereka meningkat. Jadi modernisasi sektor dapat berjalan lebih cepat.
usahatani akan menimbulkan kaitan ke depan (forward linkages). Sektor agribisnis jika dikembangkan akan mampu menciptakan la-
Dalam agribisnis yang telah berkembang, terdapat pembagian tu- pangan kerja, meningkatkan pendapatan pelaku-pelakunya dan secara
gas yang mendasar antara berbagai fungsi. Semakin dalam peranan makro akan mampu meningkatkan produksi pangan nasional. Namun

10 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 11


perlu dicatat bahwa kemajuan di bidang produksi pertanian yang dica-
pai negara-negara maju seharusnya membuka mata elit politik negara
Profil Agribisnis Indonesia
berkembang bahwa pembangunan pertanian sudah seharusnya dipu-
satkan pada peningkatan produktivitas melalui implementasi manaje-
men agribisnis yang baik. Patut dipertanyakan, mengapa negara-nega­ ada tahun 1998, peranan sektor agribisnis dalam pembentukan
ra industri dengan hanya tiga persen angkatan kerja yang terlibat GDP nasional berada pada urutan kedua setelah industri yaitu
langsung dalam usahatani (seperti AS) justru menjadi eksportir utama sebesar 18,84 persen. Peranannya dalam penyerapan tenaga
bahan pangan, sementara negara-negara berkembang dengan lebih 50 kerja nasional menempati urutan pertama yaitu 45,0 persen dari total
persen angkatan kerja setiap hari bergelut di sawah dan ladang justru penyerapan tenagakerja nasional. Kesenjangan produktivitas tenaga
sering dilanda bencana kelaparan dan menjadi importir utama bah- kerja antara sektor pertanian dengan non-pertanian cukup besar yaitu
an pangan? Faktor apakah yang menjadi kambing hitamnya?. Inilah sekitar empat kali lipat. Sementara tingkat pengangguran di wilayah
suatu ironi manajemen agribisnis yang akan merupakan alat bagi kita perdesaan lebih besar dibanding wilayah perkotaan. Ini berarti bahwa
untuk berpacu bersama negara lain. sektor agribisnis mempunyai arti strategis dan memiliki peran domi-
Dalam hal ini yang perlu ditegaskan bahwa Manajemen Agribis- nan dalam mengatasi pengangguran nasional dan mengurangi kesen-
nis berbicara mengenai penanganan dan pengolahan lebih lanjut atas jangan produktivitas antar sektor. Implikasi dari fakta tersebut adalah
produk-produksi-produk pertanian agar produk tersebut makin dibu- peningkatan pertumbuhan sektor agribisnis akan berdampak langsung
tuhkan. Agar pasar produk tersebut makin meluas, agar harga produk yang kuat dan mampu mengatasi permasalahan struktur ekonomi na-
makin membaik, sehingga mampu meningkatkan nilai tambah dari sional.
produk-produk tersebut, yang pada akhirnya para pengusahatani dan Kemampuan artikulatif dan responsif sektor agribisnis dapat dili-
ternak atau ikan/nelayan serta pengusaha agribisnis bisa menikmati hat dari keterkaitan konsumsinya. Semua subsektor dalam lingkup
kesejahteraan hidup lebih baik. sektor agribisnis termasuk dalam katagori penyerapan tenagakerja se-
dang sampai tinggi. Pangsa pengeluaran konsumsi rumah tangga per-
tanian sebesar 48,01 persen lebih tinggi dibanding rumah tangga non
pertanian kota dan desa yang masing-masing sebesar 42,53 persen dan
30,63 persen. Elastisitas pengeluaran rumah tangga pertanian untuk
konsumsi makanan adalah lebih tinggi dibandingkan rumah tangga
non-pertanian. Ini berarti bahwa dampak peningkatan pendapatan ter-
hadap pengeluaran konsumsi bagi rumah tangga pertanian lebih tinggi
daripada rumah tangga non-pertanian. Implikasi dari fakta tersebut
adalah bahwa peningkatan pendapatan rumah tangga pertanian sa­
ngat penting dalam membangun keterkaitan konsumsi. Bukti empiris
juga menunjukkan bahwa agroindustri skala kecil dan menengah yang
bergerak di sektor makanan, perikanan, dan peternakan merupakan
sektor komplemen yang dapat dikembangkan untuk mengartikulasi-
kan sektor pertanian. Sektor agroindustri ini merupakan pilar strategis
pembangunan sektor pertanian andalan.

Peranan Agribisnis
Peranan sektor agribisnis dalam pembangunan ekonomi nasional

12 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 13


dapat diukur dari pembentukan GDP, penyerapan tenaga kerja, dan Penyerapan Tenaga Kerja
penghasil devisa. Di samping itu peranannya juga dapat dilihat dalam Berdasarkan Tabel Input-Output 1990 dan 1995, kontribusi sektor
pembangunan ekonomi daerah, ketahanan pangan nasional dan peles­ agribisnis dalam penyerapan tenaga kerja tahun 1990 mencapai sekitar
tarian lingkungan hidup.  74 persen dan kemudian meningkat menjadi 77 persen tahun 1995
(tabel 2). Hal ini berarti cara yang paling tepat untuk meningkatkan
Pembentukan GDP  kesempatan kerja dan berusaha di Indonesia adalah melalui pemban-
Sektor agribisnis merupakan penyumbang nilai tambah (value gunan agribisnis. Kontraksi perekonomian agregat pada tahun 1998
added) terbesar dalam perekonomian nasional. Mencermati Tabel In- menyebabkan penurunan penyerapan tenaga kerja nasional sebesar
put-Output Indonesia 1990 dan 1995, sekitar 45 persen dari total nilai 2,13 persen atau sekitar 6,43 juta orang. Penyerapan tenaga kerja sek-
tambah yang tercipta dalam perekonomian nasional tahun 1990 di- tor pertambangan dan galian turun sebesar 290,5 ribu orang (-32,4%),
hasilkan dari sektor agribisnis. Pada tahun 1995 kontribusi sektor agri- sektor industri manufaktur turun sebesar 1,38 juta orang (-12,36%),
bisnis dalam nilai tambah meningkat menjadi 47 persen dari total nilai sektor bangunan turun sebesar 1,75 juta orang (-41,62%), perdagangan
tambah (tabel 1). Hal ini berarti sektor agribisnis merupakan penyum- dan hotel turun 2,27 juta orang (-13,22%), sektor keuangan, persewaan
bang terbesar dalam pembentukan nilai tambah total (GDP total) dan turun sebesar 141,7 juta orang (-13,10%). Namun penyerapan tenaga
menunjukkan kenaikan dari tahun ke tahun. Dengan demikian, cara kerja sektor pertanian naik sebesar 432,5 ribu orang atau sektiar 1,21
yang paling efektif untuk meningkatkan GDP nasional adalah melalui persen. Hal ini menunjukkan bahwa sektor agribisnis mampu mengu-
pembangunan sektor agribisnis.  rangi beban pengangguran nasional akibat krisis ekonomi 1997/1998.
Sektor agribisnis merupakan penyumbang terbesar bagi pertumbu-  Struktur kesempatan kerja pedesaan tahun 1997 secara agregat
han ekonomi yang sebelum krisis 1997/1998 mampu tumbuh rata-rata menunjukkan bahwa peranan sektor pertanian tetap penting dengan
7,2 persen per tahun. Dalam agribisnis sudah tersirat perubahan struk- proporsi 58,78 persen dari kesempatan kerja pedesaan yang besarnya
tur perekonomian dari pertanian ke industri. Jadi pengembangan agri- 57,48 juta orang. Peranan sektor pertanian di luar Jawa nampak lebih
bisnis dalam PJP II sangat sesuai dengan Trilogi Pembangunan, yaitu besar dibandingkan dengan di Jawa (66,90% vs 50,65%) dan sebaliknya
pertumbuhan, pemerataan dan stabilitas. Apabila agribisnis berhasil, untuk sektor non-pertanian (33,10% vs 49,35%). Kegiatan di luar sek-
maka sebagian pekerjaan besar untuk melaksanakan Trilogi Pemba­ tor pertanian yang umum dilakukan masyarakat pedesaan adalah
ngunan sudah diselesaikan sebagai bangsa dan negara. perdagangan, jasa kemasyarakatan, bangunan, dan jasa pengang­
kutan/komunikasi masing-masing dengan proporsi 13,63 persen, 8,27
Tabel 1. Kontribusi Agribisnis Dalam Pembentukan Nilai Tambah Ekonomi persen, 4,13 persen, dan 3,31 persen. Keadaan ini menunjukkan ma-
Indonesia Berdasarkan Tabel I-O 1990 dan 1995 sih tetap dominan peran sektor pertanian dalam perekonomian rumah
1990 1995 tangga pedesaan, baik di Jawa maupun di luar Jawa. Kegiatan di luar
No Sektor
Rp. Milyar Persen Rp. Milyar Persen
sektor pertanian yang relatif kecil dan sedang bertumbuh, tidak dapat
1 Agribisnis 7.787.596 45,37 254.821.256 47,58
2 Tambang & Galian 25.633.990 11,89 41.109.232 7,68 dilepaskan keterkaitannya dengan keberhasilan atau kinerja pemba­
3 Industri lain 27.485.892 12,75 48.580.888 9,07 ngunan pertanian.
4 Listrik, Gas, Air 1.485.892 0,69 5.780.180 1,08
5 Bangunan 11.795.231 5,47 35.748.200 6,67 Penghasil Devisa
6 Angkutan/Transport 11.536.967 5,35 31.414.862 5,87 Dalam nilai ekspor nasional, sektor agribisnis juga penyumbang
7 Komunikasi 1.541.568 0,72 5.750.649 1,07
8 Lembaga Keuangan 8.407.578 3,90 23.890.420 4,46
terbesar. Kontribusi agribisnis dalam nilai ekspor total Indonesia men-
9 Jasa 29.855.928 13,85 88.481.024 16,52 capai 43 persen pada tahun 1990 dan meningkat menjadi sekitar 49
10 TOTAL 215.530.642 100,0 535.576.711 100,00 persen pada tahun 1995 (tabel 3). Ekspor produk sektor pertanian
Sumber: BPS, Tabel I-O 1990 dan 1995, diolah. (Lihat Saragih, 1998). juga mengalami peningkatan yang cukup besar selama krisis ekono-

14 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 15


Tabel 2. Kontribusi Agribisnis Dalam Penyerapan Tenaga Kerja Indonesia
Berdasarkan Tabel I-O 1990 dan 1995 Dalam impor total Indonesia, pangsa nilai impor sektor agribisnis
1990 1995 relatif kecil dan cenderung menurun. Pada tahun 1990 pangsa nilai
No Sektor impor sektor agribisnis hanya sekitar 24 persen dan menurun men-
Jumlah Orang Persen Jumlah Orang Persen
1 Agribisnis 55.420.841 74,61 71.959.908 77,34 jadi sekitar 16 persen pada tahun 1995 (tabel 4). Hal ini berarti sektor
2 Tambang & Galian 698.138 0,94 1.012.195 1,09 agribisnis merupakan penyumbang terbesar dalam penghasil devisa
3 Industri lain 1.992.439 2,68 2.273.959 2,44
4 Listrik, Gas, Air 136.789 0,18 151.918 0,16
negara (net ekspor) dan cederung mengalami peningkatan dari tahun
5 Bangunan 2.872.043 3,87 3.273.129 3,52 ke tahun.
6 Angkutan/transport 2.495.401 3,36 2.920.565 3,14
7 Komunikasi 72.677 0,10 76.064 0,08
8 Lembaga Keuangan 230.855 0,31 254.941 0,27
Tabel 4. Peranan Impor Agribisnis Dalam Impor Indonesia
9 Jasa 10.358.696 13,95 11.117.933 11,95 (Berdasarkan Tabel I-O 1990 dan 1995)
10 Total 74.277.897 100,0 93.040.612 100,00 1990 1995
No Sektor
Sumber: BPS, Tabel 1990 dan 1995, diolah (lihat Saragih, 1998). Persen Persen
1 Agribisnis 24,75 16,76
2 Tambang & Galian 1,23 2,84
mi. Dibandingkan dengan ekspor tahun 1997, nilai ekspor pertanian 3 Industri lain 41,92 64,77
tahun 1998 naik sebesar 26,5 persen. Peningkatan nilai ekspor perta- 4 Listrik, Gas, Air 0,99 0,00
5 Bangunan 17,44 0,00
nian selama masa krisis (1991-1998) jauh lebih tinggi dibandingkan 6 Angkutan/transport 4,34 5,29
dengan rata-rata sebelum krisis yakni hanya sebesar 4,5 persen per 7 Komunikasi 4,13 1,07
8 Lembaga Keuangan 2,87 3,15
tahun (1982-1997). Sebaliknya nilai ekspor produk manufaktur turun 9 Jasa 6,32 6,11
sebesar 4,2 persen selama tahun 1997-1998. Hampir semua ekspor 10 Total 100,0 100,0
produk industri berbahan baku impor turun kecuali semen. Namun Sumber: BPS, Tabel 1990 dan 1995, diolah (lihat Saragih, 1998). 
nilai ekspor produk agroindustri yang berbasis pada sumberdaya lokal
seperti minyak atsiri, asam lemak, barang anyaman (kecuali minyak Bukti empiris kontribusi agribisnis dalam perekonomian Indonesia
sawit) mengalami peningkatan. Ekspor minyak sawit memang menga­ tersebut mengungkapkan bahwa suatu pembangunan ekonomi yang
lami penurunan selama periode tahun 1997-1998 akibat pengenaan bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan
pajak ekspor yang mencapai rata-rata 40 persen bahkan sempat diber- kesempatan kerja dan berusaha dan peningkatan devisa negara di In-
lakukan embargo ekspor. donesia akan dapat dicapai melalui pembangunana agribisnis.

Tabel 3. Sumbangan Agribisnis Dalam Ekspor Indonesia Berdasarkan Pembangunan Ekonomi Daerah
Tabel I-O 1990 dan 1995 Tujuan pokok otonomi daerah sebagaimana dimaksud dalam UU
1990 1995 No. 22 tahun 1999 dan PP. No. 25 tahun 2000 yang diperbaru den-
No Sektor
Persen Persen
1 Agribisnis 43,38 49,22 gan UU No. 32 tahun 2004 adalah mempercepat perkembangan eko-
2 Tambang & Galian 24,89 15,03 nomi daerah. Cara yang paling efektif dan efisien untuk membangun
3 Industri lain 23,35 22,56
4 Listrik, Gas, Air 0,00 0,00
ekonomi daerah adalah melalui pendayagunaan berbagai sumberdaya
5 Bangunan 0,00 0,00 ekonomi yang tersedia di setiap daerah.
6 Angkutan/transport 4,23 7,02 Pada saat ini sumberdaya ekonomi yang dimiliki di setiap daerah
7 Komunikasi 0,06 0,47
8 Lembaga Keuangan 3,41 3,96 dan siap didayagunakan untuk pembangunan ekonomi daerah adalah
9 Jasa 0,68 1,74 sumberdaya agribisnis. Sumberdaya agribisnis seperti sumberdaya
10 Total 100,0 100,0
alam (lahan, air, keragaman hayati, agro-klimat), sumberdaya manusia
Sumber: BPS, Tabel 1990 dan 1995, diolah (lihat Saragih, 1998).
di bidang agribisnis, teknologi di bidang agribisnis dan lain-lain. Oleh

16 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 17


karena itu, untuk membangun ekonomi daerah pilihan yang paling gan, kelembagaan dan budaya lokal.
rasional adalah melalui percepatan pembangunan agribisnis. Dengan Produksi pangan domestik telah menunjang sebagian besar penye­
kata lain, pembangunan agribisnis dijadikan pilar pembangunan eko- diaan berbagai pangan nasional. Beberapa komoditi pangan pokok
nomi wilayah. seperti beras dan jagung telah mencukupi kebutuhan masyarakat, se-
Pembangunan agribisnis sebagai pembangunan ekonomi di daerah dangkan gula pasir, kedele, daging sapi masih mengalami defisit. Un-
makin relevan. Mengingat saat ini agribisnis merupakan penyumbang tuk komoditi ubikayu bahkan mengalami surplus yang cukup tinggi.
terbesar dalam struktur ekonomi hampir setiap daerah. Sektor agri- Keseimbangan antara produksi dengan kebutuhan pangan tersebut
bisnis adalah penyumbang terbesar dalam PDRB dan ekspor daerah. dapat dipergunakan untuk mengukur derajat swasembada pangan.
Demikian juga dalam penyerapan tenaga kerja, kesempatan berusaha Sebagai ilustrasi rasio produksi dan kebutuhan beras, jagung, kedelai,
di setiap daerah, sebagian besar disumbang oleh sektor agribisnis. dan ubikayu secara nasional tahun 1999 adalah 0,99; 0,98; 0,58, dan
Karena itu, melalui percepatan modernisasi agribisnis di setiap daerah 1,23.
akan secara langsung memodernisasi perekonomian daerah dan dapat Pembangunan agribisnis sangat besar peranannya dalam menun-
memecahkan sebagian besar persoalan ekonomi di daerah. Masalahn- jang terwujudnya sistem ketahanan pangan yang kokoh. Untuk itu per­
ya sekarang adalah perhatian elit pemerintah di daerah (legislatif dan lu membangun agribisnis yang berbasis pada keragaman sumberdaya
eksekutif) dalam pengembangan agribisnis. hayati di setiap daerah. Selain itu juga perlu meningkatkan kesadar­
an masyarakat terhadap pola konsumsi dan keseimbangan gizi yang
Ketahanan Pangan Nasional mempertimbangkan budaya dan kelembagaan lokal. Dengan cara itu
Sejarah perjalanan bangsa Indonesia menunjukkan bahwa ketaha- secara built-in juga terbangun ketahanan pangan yang kokoh.
nan pangan (food security), sangat erat kaitannya dengan ketahanan so-
sial (socio-security), stabilitas ekonomi, stabilitas politik dan keamanan Pelestarian Lingkungan Hidup
atau ketahanan nasional (national security) secara keseluruhan. Kele- Dewasa ini, keprihatinan akan kemerosotan mutu lingkungan hid-
mahan dalam mewujudkan ketahanan pangan akan dengan mudah up bukan lagi sebatas isu lokal atau negara, melainkan sudah menjadi
menggoyahkan ketahanan sosial, ekonomi, politik dan keamanan keprihatinan masyarakat internasional. Kemerosotan mutu lingkung­
nasional. Selain itu, ketahanan pangan dalam arti keterjangkauan an hidup saat ini telah sampai pada tingkat yang dapat mengancam
pangan juga sangat berkaitan erat dengan upaya peningkatan mutu kelangsungan hidup manusia di bumi. Karena itu diperlukan upaya
sumberdaya manusia Indonesia. Tanpa dukungan pangan yang ber- secara internasional, regional dan lokal untuk mengatasi kemerosotan
mutu dan cukup, tidak mungkin dihasilkan sumberdaya manusia yang mutu lingkungan hidup.
bermutu. Karena itu membangun sistem ketahanan pangan yang ko- Pembangunan agribisnis potensial untuk mencegah dan memper-
koh merupakan syarat mutlak bagi pembangunan nasional. baiki kemerosotan mutu lingkungan hidup melalui hal-hal berikut: Per-
Dalam membangun ketahanan pangan, penyediaan pangan dapat tama, pembangunan agribisnis akan membuka kesempatan-kesempat­
diperoleh melalui impor. Namun untuk kondisi Indonesia di mana an ekonomi yang luas di setiap daerah (ruang). Kesempatan ekonomi
jumlah penduduknya relatif besar dan keragaman sosial budaya yang tersebut akan menarik penyebaran penduduk beserta aktivitasnya, se-
ada, menggantungkan penyediaan bahan pangan dari pasar internasio­ hingga tekanan penduduk pada suatu ruang tertentu dapat dikurangi.
nal beresiko tinggi. Selain memerlukan devisa yang cukup besar, juga Kedua, pembangunan agribisnis yang pada dasarnya mendayagunakan
berhadapan dengan pasar bahan pangan utama dunia yang tipis (thin keragaman hayati, dapat mempertahankan keanekaragaman hayati.
market). Sebab bahan pangan yang diperdagangkan di pasar internasi- Ketiga, pembangunan agribisnis yang antara lain mendayagunakan
onal hanya sekitar 10-20% dari total produksi dunia. Karena itu, tidak pertumbuhan keragaman tumbuhan, pada dasarnya merupakan “per-
ada pilihan lain bagi Indonesia kecuali membangun sistem ketahanan kebunan karbon” yang efektif dalam mengurangi emisi gas karbon at-
pangan yang berakar kokoh pada keragaman sumberdaya bahan pan- mosfir. Emisi gas karbon di atmosfir ini menjadi salah satu penyebab

18 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 19


pemanasan global. juta ha hutan cadangan yang masih mungkin dikelola sebagai lahan
Keempat, pembangunan agribisnis akan menghasilkan produk-produk pertanian. 6,3 juta ha lebih rawa-rawa yang belum diusahakan dan 8,1
yang bersfiat biodegradable yang dapat terurai secara alamiah. Produk agri- juta ha lahan yang sementara belum diusahakan.
bisnis yang biodegradable ini akan dapat mengurangi penggunaan produk- Kedua, Indonesia sangat kaya dengan plasma nutfah (sumber-sum-
produk petrokimia yang non-biodegradable. Dan Kelima, pembangunan ber keanekaragaman genetik), baik yang ada di darat maupun di perai-
agribisnis yang bergerak dari factor-driven ke capital driven dan kemudian ran. Menurut para pakar ilmu hayati, sekitar 80 persen plasma nutfah
kepada innovation-driven dalam menghasilkan nilai tambah dapat mengu- dunia berada di Indonesia, Brazil dan Zaire. Kekayaan plasma nutfah
rangi tekanan sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Indonesia dapat menghasilkan komoditi dan produk agribisnis (bahan
Perencana pembangunan pertanian telah menguasai strategi pen- pangan, farmasi, produk bio-kimia lainnya) yang besar jumlahnya.
ciptaan dan penerapan berbagai jenis teknologi usahatani akrab ling- Ketiga, Indonesia memiliki laut dengan luas sekitar 790 juta ha
kungan. Berbagai jenis teknologi sistem usahatani akrab lingkungan (termasuk Zone Ekonomi Eksklusif, ZEE). Laut ini menyediakan
telah tersedia dan siap untuk diterapkan di lapangan, yaitu: (a) Sistem sumber alam bahari yang sungguh-sungguh besar. Sumberdaya peri-
usahatani berwawasan konservasi tanah. Sistem ini meliputi pembua- kanan berupa sumberdaya perairan seluas 5-7 juta km2 dan garis
tan teras, pengelolaan bahan organik, tanaman lorong (alley croping), pantai 91.000 km (yang terpanjang di dunia). Dari informasi Ditjen
rehabilitasi lahan melalui penutup tanah di mana komoditi pertani- perikanan, di dunia terdapat 17 wilayah penangkapan ikan. 14 di an-
an sebagai bagian dari subsistem; (b) Sistem pertanian berkelanjutan taranya telah mengalami tingkat penangkapan berlebih (overfishing).
dengan masukan rendah (low input sustainable agriculture, LISA), yaitu Sedangkan tiga wilayah penangkapan lainnya, termasuk perairan In-
melalui efisiensi penggunaan pupuk yang mudah hilang (nitrogen) donesia, masih tergolong daerah dengan tingkat penangkapan rendah
dan pengunaan pupuk hijau; dan (c) Wanatani (agroforestry), yaitu (underfishing), sehingga masih terbuka luas untuk pengembangan agri-
melalui pengendalian erosi, melestarikan keanekaragaman hayati dan bisnis berbasis perikanan.
pengembalian unsur-unsur hara secara berimbang. Keempat, Indonesia memiliki komoditi perkebunan. Beberapa ko-
Dalam usaha penerapan teknologi usahatani ramah lingkun- moditi diperkirakan menjadi produsen terbesar di dunia. Indonesia
gan perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut: (a) Teknologi menjadi produsen minyak kelapa terbesar di dunia sejak tahun 1995.
disesuaikan dengan ciri lingkungan, sehingga usahatani tidak bersifat Diperkirakan sebelum tahun 2010 Indonesia menjadi produsen mi­nyak
eksploratif, destruktif, dan polutif; (b) Teknologi ditujukan untuk opti- kelapa sawit terbesar di dunia. Akan tetapi tahun 2006 Indonesia su-
masi produksi, dengan mempertimbangkan kemampuan daya dukung dah melampaui Malaysia, sehingga tercatat sebagai produsen minyak
lahan, dan keseimbangan ekosistem; dan (c) Teknologi dan sistemn sawit mentah (CPO) terbesar dunia. Pada tahun 2006, produksi CPO
produksi memperhatikan kriteria kelestarian lingkungan dan keber- Indonesia mencapai 16 juta ton, dan 12 juta ton di antaranya atau
lanjutan sistem produksi. Dengan demikian teknologi usahatani akrab 75 persen diekspor dalam bentuk CPO dan CPO olahan. Sementara,
lingkungan dapat diartikan sebagai usaha pertanian dengan penera- komoditi karet, Indonesia diperkirakan menjadi produsen terbesar se-
pan teknologi yang tepat dan sesuai lingkungan, sehingga diperoleh belum tahun 2020. Pada komoditi kakao, teh dan kopi Indonesia akan
produksi optimal dan sumberdaya lahan terhindar dari kerusakan fisik menjadi salah satu produsen terbesar di dunia.
dan biologis, pencemaran residu kimia, dan gas rumah-kaca. Kelima, pada komoditi peternakan, khususnya ayam ras, Indonesia
juga berpeluang menjadi produsen terbesar di dunia. Terutama dilihat
Potensi Pengembangan Agribisnis dari kemampuan daya dukung pakan. Dengan struktur industri hulu
Dari sisi penawaran, Indonesia memiliki potensi besar untuk mem- yang dimiliki, Indonesia mampu menghasilkan 1,5 milyar ekor DOC,
bangun dan mengembangkan agribisnis. Pertama, Indonesia memi- 5 juta ton pakan dan lebih dari 5 milyar dosis vaksin hewan.
liki lahan luas. Selain lahan yang sekarang telah diusahakan untuk Keenam, Indonesia dewasa ini memiliki potensi sumberdaya ma-
kegiatan pertanian non kehutanan, di Indonesia masih tersedia 30,4 nusia atau tenaga kerja yang melimpah. Meskipun masih ada masalah

20 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 21


dalam penyebarannya. Kondisi ini dalam praktek dapat disesuaikan Pertanian atau usahatani sebagai salah satu subsistem agribisnis
dengan tuntutan kegiatan. Seperti pola PIR perkebunan yang dikait- dan merupakan jantung agribisnis memiliki potensi besar untuk maju
kan dengan transmigrasi dan sebagainya. dan berkembang. Itu dapat diwujudkan bila pemerintah Indonesia
Ketujuh, Indonesia memiliki modal sosial (social capital) dan penga­ memiliki kemauan politik (political will) untuk menggali potensinya.
laman dalam mengembangkan agribisnis. Tenaga kerja yang tersebar Bahkan tidak kurang seorang warga Belanda yang telah bertahun-ta-
di kawasan pedesaan seluruh Indonesia mempunyai modal sosial hun menggeluti pertanian di Indonesia, Hans Westenberg namanya,
tinggi dalam mengembangkan agribisnis. Di samping itu, Indonesia mengemukakan keyakinannya dengan optimisme yang terasa agak
memiliki banyak lembaga penelitian dan pengembangan (research and berlebihan. Katanya “Indonesia dapat menjadi negara kaya, asalkan
development) yang tersebar di beberapa Departemen dan Pergururan Indonesia menangani pertaniannya secara besar-besaran, bersungguh-
Tinggi. Hanya saja belum dimanfaatkan dan diorganisir secara opti- sungguh dan terencana dengan baik”. Apabila kita simak bersama ten-
mal. Sumberdaya manusia agribisnis tersebut terdiri dari lulusan aka- tunya keyakinan Hans Westenberg didukung oleh kenyataan berupa
demi, S1, S2 dan S3. Selain itu, aparat pemerintah (pusat hingga ke kekayaan sumberdaya alam yang dimiliki oleh Indonesia. Bila per-
daerah) dan lembaga swasta memiliki pengalaman yang cukup dalam tanian maju dan modern, maka subsistem-subsistem lainnya dalam
menangani agribisnis. Pengalaman Indonesia dalam membangun per- sistem agribisnis akan mengikutinya. Sebaliknya bila pertanian mun-
tanian hingga mampu mencapai swasembada beras dalam PJP I yang dur, maka subsistem-subsistem lain praktis tidak memiliki aktivitas.
lalu, merupakan pengalaman dan modal tersendiri untuk membangun
agribisnis yang berdaya saing tinggi. Prospek Pengembangan Agribisnis
Kedelapan, Indonesia memiliki empat kelebihan alam yang tidak Ditinjau dari sisi permintaan, prospek pengembangan agribisnis di
dimiliki oleh sebagian besar negara-negara maju. Kelebihan itu dian- Indonesia sangat cerah. Hal ini didasarkan atas beberapa kondisi ob-
taranya, panjang dan intensitas penyinaran, suhu, bebas taifun, dan jektif. Pertama, permintaan pasar domestik. Sampai saat ini konsum-
curah hujan. Jumlah radiasi matahari dalam setahun yang melebihi si produk pangan agribisnis per kapita di Indonesia masih tergolong
negara maju. Sehingga dengan iklim tropisnya Indonesia dimungkink- rendah di dunia seperti sayuran, buah-buahan, daging, susu, telur dan
an untuk dilakukan penanaman secara rotatif tiga sampai empat kali lain-lain, terkecuali konsumsi beras yang tertinggi di dunia. Rendah­
kali dalam setahun. Sementara di sebagian negara maju pada musim nya konsumsi produk pangan ini disebabkan oleh relatif rendahnya
dingin praktis pertumbuhan tanaman terhenti. Suhu di Indonesia yang pendapatan per kapita penduduk. Di masa yang akan datang, jika
tidak terlalu panas ditambah lagi dengan ketinggian tanahnya yang dalam pembangunan ekonomi berhasil meningkatkan pendapatan per
ideal menjanjikan pertumbuhan optimal bagi tanaman. Indonesia kapita penduduk Indonesia, maka jelas akan meningkatkan konsumsi
terletak di luar zone angin taifun (bebas taifun) yang merusak tana- produk-produk agribisnis. Apalagi produk-produk agribisnis umum-
man pangan sebagaimana yang sering dialami oleh Pilipina, Jepang nya permintaannya bersifat elastis terhadap perubahan pendapatan
dan Taiwan. Penelitian menunjukkan adanya kelebihan daya tumbuh (income elastic of demand), maka peningkatan pendapatan akan diikuti
di daerah-daerah tropis sebagaimana halnya Indonesia. Curah hujan oleh peningkatan permintaan. Dengan perkiraan penduduk Indonesia
yang cukup dan pertumbuhan plankton-plankton sepanjang tahun, berjumlah sekitar 261 juta jiwa tahun 2020, sekitar 273 juta jiwa tahun
mampu meningkatkan pertumbuhan hutan dan perikanan sampai 2025, dan sekitar 424 juta jiwa tahun 2030 (dalam Kompas, sabtu 4
empat kali lipat lebih. Oktober 2008, hal 21), maka pasar domestik merupakan pasar produk
Semua potensi yang disebutkan jelas merupakan modal dasar yang agribisnis yang sangat besar.
sangat penting untuk mengembangkan bisnis pada bidang pertanian Kedua, permintaan pasar internasional. Permintaan produk-
(agribisnis) secara besar-besaran, dan ekspor dalam jumlah yang besar produk agribisnis di pasar internasional masih sangat besar. Di masa
dari komoditi sektor ini merupakan bisnis yang menjanjikan keuntung­ depan ada dua fenomena yang menyebabkan meningkatnya pelu-
an tidak kecil. ang pasar produk agribisnis di pasar internasional yaitu, liberalisasi

22 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 23


perdagangan dunia dan meningkatnya industrialisasi yang tidak ber- pengolahan sebagai sebuah tantangan di masa depan.
basis pertanian (non agrobased industry) di negara-negara yang sempit Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia akan
wilayahnya. Liberalisasi perdagangan dunia akan menghapus dan terjadi beberapa perubahan penting. Sebelumnya peran pemerintah
meminimumkan kebijakan proteksi seperti tarif, subsidi, dan berbagai dalam pembangunan agribisnis sangat dominan. Sementara saat ini
hambatan perdagangan non tarif produk-produk agribisnis. Minimum- berubah menjadi fasilitator, stimulator atau promotor pembangunan
nya proteksi perdagangan produk-produk agribisnis akan menurunkan agribisnis. Pembangunan agribisnis pada era otonomi daerah akan le-
produksi dan daya saing produk agribisnis di negara-negara impor- bih mengandalkan kreativitas rakyat di setiap daerah. Selain itu, pada
tir yang sangat protektif selama ini, seperti umumnya negara-negara masa sebelumnya peranan pemerintah pusat lebih dominan diban-
MEE, Asia Timur, Asia Selatan, Afrika dan Timur Tengah. Akhirnya dingkan dengan peranan pemerintah daerah, tetapi adanya otonomi
akan meningkatkan permintaan produk-produk agribisnis dari Indo- daerah akan memperbesar peranan pemerintah daerah. Pemerintah
nesia. Ditambah lagi dengan meningkatnya pendapatan masyarakat pusat hanya akan menangani aspek-aspek pembangunan agribisnis
dunia, maka permintaan produk-produk agribisnis akan semakin me- yang tidak efektif atau efisien ditangani pemerintah daerah. Pemerin-
ningkat, sehingga prospek pengembangan agribisnis semakin cerah. tah pusat juga menangani aspek-aspek pembangunan agribisnis yang
menyangkut kepentingan beberapa daerah dan nasional. Selain itu
Tantangan Pengembangan Agribisnis tuntutan jaman menghendaki pergeseran peranan masyarakat yang
Tantangan adalah kemampuan memenuhi tuntutan-tuntutan yang lebih dominan daripada pemerintah.
bersifat eksternal (dari luar sistem). Pengembangan sektor agribisnis Perubahan tersebut membawa implikasi penting bagi pengelo-
di masa depan, khususnya selama PJP II akan menghadapi sejumlah laan pembangunan agribisnis, yaitu, Pertama, pembangunan agribis-
tantangan besar yang bersumber dari perubahan lingkungan strategis, nis akan ditentukan oleh pelaku ekonomi. Pelaku ekonomi tersebut
yaitu: (1) Perubahan lingkungan domestik, menyangkut perubahan adalah usaha-usaha agribisnis mulai dari usahatani keluarga (petani),
lingkungan ekonomi dan non ekonomi, dan (2) Perubahan lingkungan usaha kecil-menengah, koperasi dan usaha besar. Karena itu pemerin-
ekonomi internasional, yakni: (a) tuntutan pasar terhadap persyaratan tah pusat dan daerah perlu memfasilitasi berkembangnya usaha-usaha
mutu, dan Indonesia lebih dikenal sebagai pengekspor produk perta- agribisnis. Khususnya usahatani keluarga, usaha kecil-menengah dan
nian primer, sehingga sulit mengembangkan merek nasional produk koperasi. Kedua, pemerintah pusat harus lebih memberdayakan peme­
agroindustri di luar negeri. (b) Munculnya negara-negara pesaing kuat rintah daerah dalam pengelolaan pembangunan agribisnis. Ketiga,
yang menghasilkan produk agroindustri, seperti RRC, Thailand, Viet- kemampuan pemerintah dalam mengorkestra seluruh potensi pem-
nam, dan Kamboja. (c) Berkembangnya tuntutan pasar dunia terha- bangunan agribisnis perlu lebih ditingkatkan, sehingga sinkronisasi
dap produk-produk agribisnis yang akrab lingkungan. program baik jenis dan spatial maupun waktu dapat diwujudkan guna
Perubahan lingkungan domestik menyangkut keberhasilan pemban- menumbuh-kembangkan kreativitas pelaku agribisnis.
gunan ekonomi domestik akan menyebabkan peningkatan pendapatan Sampai saat ini kelompok terbesar rakyat adalah para petani yang
per kapita penduduk dan merubah perilaku penduduk atau konsumen selama ini kurang memiliki kemampuan ekonomi, maka pembangun­
produk agribisnis. Resultante kedua perubahan ini akan mendorong an agribisnis ke depan harus memfokuskan upaya pemberdayaan peta­
penduduk meningkatkan konsumsinya terhadap produk-produk ni dan organisasi ekonominya. Sementara itu, skala usahatani yang
agribisnis. Selain itu juga meningkatnya selera konsumen terhadap dikuasai para petani umumnya relatif kecil, maka untuk meningkat-
produk-produk agribisnis yang beranekaragam (diversifikatif). Artin- kan pendapatan petani tidak mungkin lagi dengan mengandalkan la-
ya, konsumen tidak puas dengan produk-produk agribisnis tradisional han yang begitu sempit. Karena itu, bila memungkinkan redistribusi
dan mentah, tetapi menginginkan hasil olahan yang lebih beranekara- lahan dan mencegah fragmentasi lahan perlu diupayakan. Alternatif
gam. Kondisi ini harus diantisipasi terus-menerus oleh pengusaha- lain adalah, sumber peningkatan pendapatan petani perlu dialihkan
pengusaha agribisnis untuk mencari inovasi dan terobosan teknologi dari perluasan lahan kepada produktivitas, baik dari penggunaan ba-

24 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 25


rang-barang modal (capital-driven) maupun dari inovasi teknologi (in- dimaksud adalah sebagai berikut. Pertama, meningkatnya kesadaran
novation driven). Selain itu, organisasi ekonomi petani perlu ditumbuh- konsumen akan pentingnya kaitan kesehatan dan kebugaran dengan
kembangkan untuk ikut menangani industri hulu dan hilir agribisnis, konsumsi makanan. Kesadaran ini telah meningkatkkan tuntutan kon-
sehingga nilai tambah yang ada pada industri hulu dan hilir agribisnis sumen akan kandungan nutrisi dari produk-produk yang sehat (healty),
dapat dinikmati oleh para petani yang secara individu menguasai usa- aman (safety) dan menunjang kebugaran (fitness). Kedua, perubahan
hatani. Pengembangan organisasi ekonomi petani yang demikian juga gaya hidup (life style) masyarakat telah merubah pola dan gaya kon-
dapat memperkuat bargaining power petani baik di pasar input usahata­ sumsi produk-produk agribisnis yang bukan sekadar berdimensi fisio-
ni maupun pada pasar hasil agribisnis. logis, tetapi juga telah meluas pada dimensi psikologis dan kenikma-
Liberalisasi perdagangan dunia yang sedang dan akan berlangsung tan (amenities). Perubahan ini menyebabkan meningkatnya tuntutan
merupakan tantangan yang dihadapi pembangunan agribisnis ke de- keragaman produk dan keragaman kepuasan. Ketiga, meningkatnya
pan. Komitmen-komitmen dalam WTO/GATT untuk menurunkan kesadaran masyarakat internasional akan kaitan antara kelestarian
bentuk-bentuk proteksi, baik tarif maupun non-tarif perdagangan ha- lingkungan hidup dengan kesejahteraan manusia di planet bumi, telah
sil-hasil agribisnis mengandung kesempatan sekaligus tantangan. Bagi mendorong masuknya aspek kelestarian lingkungan dalam pengambil­
negara yang mampu meningkatkan daya saingnya, berkesempatan un- an keputusan ekonomi. Suatu produk agribisnis yang dalam proses
tuk memperbesar pangsa pasarnya, baik di pasar internasional mau- produksinya dan atau konsumsinya menimbulkan kemerosotan mutu
pun di pasar domestik. Sebaliknya negara-negara yang tidak mampu lingkungan hidup (air, tanah, udara) akan dinilai sebagai produk yang
meningkatkan daya saingnya akan terdesak oleh para pesaingnya. Un- inferior. Sebaliknya, produk yang proses produksinya atau konsumsi-
tuk menghadapi liberalisasi perdagangan tersebut bagi Indonesia tidak nya dapat memperbaiki mutu lingkungan hidup akan dinilai sebagai
ada pilihan kecuali mempercepat peningkatan daya saing. produk yang superior, dan keempat, meningkatnya kesadaran masyara-
Hal-hal tersebut merupakan tantangan pembangunan agribisnis kat internasional akan hak-hak asasi manusia (HAM) sebagai salah
dalam menghadapi perubahan pasar yang mendasar dan cepat. Penge­ satu nilai bersama (global value) yang turut dipertimbangkan dalam
lolaan pembangunan agribisnis harus mampu membangun keleng- keputusan ekonomi. Produk-produk agribisnis yang secara langsung
kapan dan keutuhan suatu product-line serta menjadikan sumberdaya atau tidak langsung melanggar HAM dalam proses produksinya akan
manusia terampil, barang-barang modal dan inovasi-teknologi sebagai mengalami pemboikotan di pasar internasional.
sumber peningkatan produktivitas, nilai tambah dan sekaligus menjadi Keempat perubahan tersebut telah merubah perilaku konsumen da-
kekuatan dalam merespons perubahan pasar. Jadi, untuk menghadapi lam mengevaluasi suatu produk yang akan dibeli. Di masa lalu konsu-
tantangan besar yang dihadapi saat ini dan di masa depan adalah me- men hanya mengevaluasi suatu produk berdasarkan atribut utama ya-
ningkatkan daya saing atau keunggulan kompetitif agribisnis Indone- kni jenis dan harga. Kini dan terlebih-lebih di masa yang akan datang,
sia, baik di pasar domestik maupun internasional. konsumen sudah menuntut atribut yang lebih rinci. Atribut rinci yang
dimaksud adalah (1) atribut keamanan produk (safety attributes); (2)
Meningkatkan Daya Saing atribut nutrisi (nutritional attributes); (3) atribut nilai (value attributes); (4)
Pengertian daya saing dapat diterjemahkan dari sisi permintaan atribut pengepakan (package attributes); (5) atribut lingkungan (ecolabel
(demand side) dan dari sisi penawaran (supply side). Dari sisi permin- attributes); dan (6) atribut kemanusiaan (humanistic attributes). Atribut-
taan, kemampuan bersaing mengandung arti bahwa produk agribisnis atribut tersebut telah melembaga baik secara internasional, misalnya
yang dijual haruslah produk yang sesuai dengan atribut yang dituntut sanitary and phytosanitary pada WTO, maupun secara individual nega-
konsumen atau produk yang dipersepsikan bernilai tinggi oleh kon- ra yang menjadi standar mutu produk agribisnis setiap negara.
sumen (consumer’s value perception). Terkait hal itu, saat ini telah ter- Sementara, dari sisi penawaran, kemampuan bersaing berkaitan
jadi sejumlah perubahan nilai pada konsumen yang mempengaruhi dengan kemampuan merespons perubahan atribut-atribut produk yang
perilaku dalam membeli suatu produk agribisnis. Perubahan yang dituntut oleh konsumen secara efisien. Kemampuan merespons ini

26 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 27


menyangkut dua hal pokok. Pertama, integrasi vertikal mulai dari hulu kedua syarat ini, yakni kualitas yang dituntut konsumen dan dengan
sampai ke hilir dari suatu sistem agribisnis komoditi pada suatu alir harga yang lebih murah dari pesaing kita. Inilah kunci keberhasilan
produk (product-line). Atribut suatu produk akhir agribisnis merupakan persaingan produk-produk agribisnis di pasar domestik dan interna-
hasil kumulatif dari semua subsistem agribisnis dari hulu sampai ke sional.
hilir. Karena itu, pengelolaan secara integrasi vertikal suatu sistem Sebagai negara agraris, pelaku-pelaku agribisnis harus berprinsip
agribisnis yang menjamin transmisi informasi pasar secara sempurna dapat menjual komoditi agribisnis di negara kita sendiri guna mencu­
dan cepat dari hilir ke hulu, meminimumkan margin ganda. Sekaligus kupi kebutuhan masyarakat. Dengan menerapkan prinsip ini, kita akan
menjaga konsistensi mutu produk dari hulu ke hilir akan menentukan dapat saling menghidupi, impor komoditi agribisnis secara berlebihan
ketepatan dan kecepatan merespons perubahan pasar. Kedua, Sumber akan mematikan usaha masyarakat Indonesia, membuang devisa dan
kekuatan sistem dan usaha agribisnis dalam merespons perubahan pa- justru hanya menghidupi petani produsen negara lain. Namun petani
sar. Untuk merespons atribut-atribut produk yang dituntut konsumen, kita juga harus dapat bersaing secara terbuka dengan petani negara
sistem agribisnis tidak dapat hanya mengandalkan kekuatan alam dan lain. Hal-hal yang harus dilakukan agar komoditi agribisnis Indone-
sumberdaya manusia tak terdidik (factor driven). Perubahan-perubahan sia mampu bersaing dengan komoditi agribisnis negara lain, misalnya
pasar hanya dapat direspons dengan kekuatan barang-barang mo- Thailand antara lain: (1) Komoditi agribisnis Indonesia harus dapat
dal dan sumberdaya manusia yang lebih terdidik (capital driven) dan memenuhi standard mutu yang telah ditetapkan dalam perdagangan
mengandalkan ilmu pengetahuan teknologi dan sumberdaya manusia internasional, sesuai rumusan codex alementarius. (2) Komoditi agri-
terampil (innovation driven). bisnis untuk dijual di super market harus memenuhi persyaratan mutu
Daya saing produk-produk agribisnis Indonesia dapat dikatakan yang ditetapkan oleh management super market yang bersangkutan. (3)
masih relatif lemah, baik di pasar domestik maupun di pasar inter- Pengusaha super market, baik modal nasional maupun PMA, harus ber-
nasional. Hal ini nampaknya disebabkan oleh beberapa hal, antara sedia bermitra dan memberikan bimbingan kepada petani produsen,
lain: (1) Belum adanya dukungan pihak Perbankan terhadap pengem- atas saling ketergantungan dan saling menguntungkan. (4) Pengusaha
bangan agribisnis-agroindustri, baik dari aspek permodalan maupun super market harus mengutamakan untuk membeli komoditi agribisnis
suku bunga. (2) Isu perdagangan internasional terhadap produk- dalam negeri. (5) Petani produsen sebagai pelaku on-farm agribisnis
produk agroindustri tropik kurang menguntungkan, sehingga banyak harus membentuk kelompok usaha dan secara sukarela berusaha men-
negara pembeli memberlakukan non tariff barier dan tariff escalation gadopsi teknologi maju serta menerapkan manajemen modern dalam
bagi produk agroindustri. (3) Terbatasnya diversifikasi produk-produk menghasilkan komoditi. (6) Bimbingan dalam perencanaan komoditi,
agroindustri, sehingga kurang mampu memenuhi pasar terutama perwilayahan komoditi dan perbaikan mutu komoditi perlu dilakukan
pasar ekspor. (4) Kualitas beberapa produk agroindustri masih belum lebih intensif oleh pemerintah. (7) Pemerintah perlu memberikan fasili­
mampu menyesuaikan dengan kualitas internasional, sehingga banyak tas kredit usaha dengan bunga lunak kepada para pelaku agribisnis
klaim dilakukan oleh pihak pembeli terutama berkenaan dengan kasus yang sudah mampu membangun kelembagaan agribisnis.
kontaminasi fisik kimia dan mikrobiologi. Bagi bangsa Indonesia, pelita VII merupakan pelita terakhir sebe-
Dalam usaha meraih keunggulan kompetitif bagi suatu produk lum memasuki era perdagangan bebas. Oleh karena itu, momentum
agribisnis, maka harus dipenuhi dua syarat yaitu, syarat keharusan pelita VII perlu dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk membenahi
(necessary condition) dan syarat kecukupan (sufficient condition). Kemam- sektor agribisnis nasional agar siap menjawab tantangan zaman. Pem-
puan memasok barang sesuai dengan kualitas yang dituntut konsumen benahan sektor agribisnis yang dimaksud adalah membenahi kelema-
merupakan syarat keharusan (necessary condition). Sedangkan kemam- han-kelemahan sektor agribisnis nasional saat ini, mengakomodir tan-
puan memasok barang dengan harga lebih murah merupakan syarat tangan yang dihadapi dan mengintegrasikan sektor agribisnis nasional
kecukupan (sufficient condition). Artinya, suatu produk agribisnis akan dengan pasar internasional.
mampu bersaing atau memiliki keunggulan kompetitif, jika memenuhi

28 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 29


Kendala Pengembangan Agribisnis cokelat bubuk sering kena jamur dan selalu ditolak di AS. Sekarang
Dalam pengembangan agribisnis di Indonesia, umumnya dijum­ 25 tahun kemudian kasus-kasus ini masih tetap ada karena insekta-in-
pai dua kendala besar seperti pernah diidentifikasi oleh Departemen sekta yang masuk ke sana. Ini bisa saja masuk mulai dari gudang atau
Pertanian tahun 2004. Kedua kendala itu yakni, kendala substansi sanitasi kapal. Namun, masyarakat AS takut sekali, sehingga negara
dan kendala organisasi/kelembagaan. Kendala substansi terdiri dari adidaya ini sering menerapkan black list atau automatic detention list.
(a) tersebarnya hamparan lahan usahatani, sehingga penyebaran in- Demikian pula di akhir tahun 1999, ekpsor minyak sawit ke Belanda
formasi sulit dilakukan; (b) kurang beragamnya komoditi ekspor dan yang dicampur solar, yang berakibat pada penolakan ekspor minyak
pasar ekspor; (c) kurangnya kegiatan dan pengetahuan untuk menyia­ sawit berikutnya oleh Belanda dan MEE. Karena itu, quality control
sati pasar (market intelligence); (d) kurangnya upaya promosi pasar di dan ecolabelling harus mendapat perhatian sunguh-sungguh dari para
luar negeri; (e) kurang memadainya dukungan pemerintah untuk pelaku agribisnis, terutama kalau produk-produk agribisnisnya dituju-
merangsang dan mempermudah akses pasar; (f) kurangnya upaya kan untuk ekspor.
untuk mengembangkan standar mutu hasil pertanian, baik yang me- Jika sudah ada komitmen untuk membangun sektor agribisnis,
nyangkut bahan mentah, maupun hasil olahannya; (g) kelangkaan maka secara perlahan-lahan tetapi pasti, kendala-kendala tersebut ha-
kualitas sumberdaya manusia yang mempunyai kemampuan mema- rus diatasi. Caranya melalui koordinasi dan kooperasi antara tri mitra
dai dalam manajamen agribisnis, teknologi pengolahan, serta pengeta- agribisnis, yaitu para petani, pengusaha, dan pemerintah setempat.
huan manajemen mutu.
Kendala organisasi atau kelembagaan meliputi: (a) belum berkem- Kisah Sukses Agribisnis Thailand: Sebuah Pelajaran
bangnya lembaga pemasaran domestik maupun ekspor; (b) informasi Agribisnis Hortikultura Thailand
pasar kepada petani secara asimetri akibat belum berfungsinya lem- Thailand dikenal dunia sebagai negeri Gajah Putih. Namun di
baga-lembaga pemasaran; (c) upaya koordinasi intensif dalam mem- sejumlah negara Asia termasuk di Indonesia, Thailand dikenal pula
bangun sistem informasi terpadu belum banyak dilakukan; (d) iklim sebagai negara penghasil hortikultura. Sebab dianggap telah berhasil
persaingan belum berkembang secara baik; (e) lemahnya manajemen mengembangkan agribisnis hortikultura yaitu, buah-buahan, sayur-
pemasaran terutama di daerah pedesaan; (f) kurangnya asosiasi-aso- sayuran dan tanaman hias. Terobosan Thailand dalam dunia agribis-
siasi untuk setiap jenis komoditi. nis bukan hanya berhasil meningkatkan kemapanan sektor agribisnis
Suatu kasus menarik yakni masalah standar mutu dan higiene ini dalam ekonomi nasional Thailand, tetapi juga berhasil meningkatkan
merupakan kendala ekspor produk agribisnis olahan Indonesia. Ham- citra positif Thailand sebagai pelopor pengembangan agribisnis di ka-
batan lain, yaitu hambatan tarif termasuk kuota dan discriminatory wasan ASEAN.
treatment. Sebagai contoh, ditolaknya ekspor ikan kerapu Indonesia di Sistem agribisnis Thailand, khususnya dalam pengembangan ko-
Hongkong Januari 1998 benar-benar menyedihkan. Kasus itu terjadi moditi hortikultura (buah-buahan, sayur-sayuran, dan tanaman hias)
pada saat komoditi pertanian/perikanan digenjot untuk menghasilkan mendapat pengakuan internasional dalam satu dasa warsa terakhir di
devisa. Selain merugikan milyaran rupiah bagi eksportir, dalam jangka abad ke 20 ini. Komoditi buah-buahan dan sayur-sayuran telah men-
panjang kasus ini akan menghambat pengembangan agribisnis atau jadi komoditi potensial ekspor Thailand, di samping produk-produk
agroindustri, sebab perdagangan komoditi pertanian menyangkut long- agribinis lainnya seperti daging, ternak unggas dan perikanan. Dari
term trust. laporan ekspor yang dikeluarkan oleh Departmen of Business and Eco-
Ingat kasus ekspor udang ke Jepang yang dituduh mengandung nomics Thailand (1995), disebutkan bahwa dalam kurun waktu 1990-
bakteri penyakit Salmonella. Di Jepang pernah ada pula apel Selandia 1994, empat komoditi agribisnis yang berhasil menduduki peringkat
Baru ada ulatnya. Mereka mengambil contoh apel itu dibelah dan 10 besar komoditi ekspor Thailand, yaitu udang (peringkat 5), padi/
ulatnya ditunjukkan di televisi. Dampaknya sangat berlarut-larut dan beras (7), karet (8) dan produk perikanan kalengan (10).
perlu waktu tahunan untuk pulih kembali ke konsumen Jepang. Dulu

30 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 31


Sukses Atas Dukungan Semua Pihak waktu cepat.Sehingga petani menyesuaikan dan membuat rencana
Perkembangan sektor agribisnis tersebut merupakan hasil kerja produksi tepat dengan sasaran. Artinya, produk yang diproduksikan
keras dengan perencanaan matang dan terpadu, serta melibatkan se­ petani dijamin pemasarannya dan petani memperoleh keuntungan.
mua unsur yang terkait dengan memanfaatkan potensi sumberdaya Misalnya, informasi tentang kecenderungan konsumen beralih pada
yang ada. Perkembangan tersebut didukung oleh komitmen tinggi produk-produk pertanian organik. Petani dibina dan dan dilatih un-
dari semua pihak yang berkompeten untuk mewujudkan sisten agri- tuk mengembangkan pertanian organik. Sarana pendukung disiapkan,
bisnis Thailand yang tangguh dan kompetitif, baik di pasar domestik, seperti pasar swalayan untuk menampung dan memasarkan produk
regional maupun internasional. pertanian organik itu. Di berbagai lokasi sudah ada Lemon Farm Oranic
Dukungan Raja Bhumibol Adulyadej (dan Ratu) dan pemerintah Farming lengkap dengan pasarnya. Meskipun harganya sedikit lebih
yang sungguh-sungguh terhadap pembangunan sektor pertanian men- mahal, tetapi produk pertanian organik ini sangat diminati dan san-
jadikan Thailand negara terkemuka dan sukses di bidang agribisnis. gat laku. Pemerintah menginformasikan, sampai 20 tahun yang akan
Kemajuan itu ditambah dengan kreativitas dan kerja keras rakyatnya datang penduduk Jepang tetap menyukai buah mangga dan manggis.
serta akses pasar regional dan internasional yang terbuka lebar. Ka- Informasi lainnya adalah tentang harga dan permintaan pasar ekspor.
wasan Istana Chitralada di Bangkok, dijadikan tempat penelitian dan
pengembangan pertanian (padi, palawija, ikan dan ternak) yang hasil- Keunggulan Agribisnis Thailand
nya disebarkan kepada masyarakat. Salah satu produknya adalah ikan Beberapa keunggulan sistem pengembangan agribisnis Thailand,
nila, yaitu nila hitam unggul yang kini dipelihara nelayan Thailand. Di diantaranya:
tempat itu terdapat pabrik susu skala mini memproduksi susu segar, 1. Thailand memiliki keunggulan di bidang penelitian dan pengem-
kental manis dan permen susu dan dijual kepada masyarakat. bangan untuk menghasilkan bibit unggul melalui rekayasa bioteknolo-
Dukungan Menteri Pertanian dan Koperasi dan Universitas Ka- gi, bioproses dan kultur jaringan.
setsart sebagai institusi pendidikan tinggi pertanian yang terkenal, 2. Keunggulan dalam memfungsikan Badan Penyuluhan Pertanian
terutama dalam melakukan terobosan riset rekayasa pertanian dan Daerah (BPPD), selain berfungsi sebagai sarana bimbingan pertanian,
bioteknologi. Demikian pula dukungan dari lembaga keuangan dan juga sebagai sarana penyedia informasi pasar bagi petani dalam kai-
pembiayaan seperti Bank of Agriculture and Agricultural Cooperation tannya dengan perencanaan jenis dan kuantitas produksi.
(BAAC), melalui pembiayaan dengan kredit berbunga rendah. Hal 3. Keunggulan dalam mengidentifikasi komoditi yang memiliki
ini dimaksudkan untuk menurunkan biaya produksi, akhirnya harga prospek bisnis dan pertumbuhan pasar yang tinggi, sehingga pengem-
produksi menjadi lebih rendah, sehingga lebih kompetitif di pasar do- bangannya diarahkan untuk komoditi-komoditi potensial tersebut.
mestik dan di pasar internasional. Dengan kata lain, Thailand lebih memfokuskan pengembangan pada
Di banyak tempat di negeri Gadjah Putih ini terdapat sejumlah ka- beberapa komoditi yang memiliki prospek bisnis tinggi, terutama un-
wasan pertanian (umumnya lahan marginal) digarap dan dikembang- tuk menembus pasar luar negeri.
kan oleh Yayasan Raja menjadi lahan pertanian yang subur. Tujuan- 4. Keunggulan dalam memainkan strategi pemasaran yang andal
nya untuk merangsang kreativitas rakyat, tempat belajar dan magang dan efektif untuk penetrasi pasar, terutama pasar ekspor. Untuk tujuan
bagi petani. Misalnya, di Banglamung Propinsi Chonburi, tanah milik penetrasi tersebut, maka semua perwakilan Thailand di luar negeri di-
Yayasan Raja dijadikan areal penelitian dan pengembangan pertanian tugaskan melakukan market intelejent untuk mengumpulkan informasi
organik, yaitu bercocok tanam tanpa menggunakan pupuk kimia dan pemasaran, dan selanjutnya informasi tersebut disebarkan melalui me-
pestisida khususnya sayuran dan palawija. dia massa dan lembaga-lembaga terkait seperti BPPD.
Pemerintah Thailand memberikan insentif kepada petani dalam 5. Kemampuan yang tinggi untuk memperpendek rantai pemasa-
bentuk informasi, teknik produksi, pasar, pupuk dan bibit. Infor- ran komoditi, sehingga marjin pemasaran relatif rendah. Dengan kata
masi tentang pertanian dan agribisnis sampai ke desa-desa dalam lain perbedaan antara harga yang dibayar konsumen dan harga yang

32 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 33


diterima petani (harga produsen) relatif kecil, sehingga integrasi vertikal hektar, terminal ini dilengkapi enam bangunan utama seperti hangar
sistem komoditi beroperasi dengan efisien. Di samping itu, intervensi pesawat udara. Ada tempat untuk sayuran, buah-buahan musiman,
pemerintah dalam pengaturan pasar relatif kecil, yang memungkinkan bunga, kelapa dan sebagainya dalam ukuran besar. Pelataran parkir
mekanisme pasar dapat berjalan dan efisiensi sistem pemasaran dapat bisa menampung 25.000 kendaraan per hari. Pengelola terminal ti-
tercipta. Pemerintah Thailand lebih banyak berperan sebagai fasilitator dak menentukan harga, hanya memungut uang jasa tempat. Tempat
dan controller dari pada sebagai regulator sistem pemasaran. terbuka 100 bath sehari (Mei 2000), yang beratap dipungut bulanan.
6. Kredit pertanian berbunga rendah dan tanpa agunan disediakan Sedangkan bentuk pungutan-pungutan lain tidak ada. Secara berkala
oleh Bank for Agriculture and Agriculture Cooperative (BAAC), yang berdiri Talaad Thailand juga mengadakan bazaar produk pertanian musiman
sejak 1966, melayani 80 persen petani Thailand dengan 4,87 juta ke- sebagai fasilitas dan akses bagi petani untuk menjual hasilnya. Misal-
luarga. Jika petani membutuhkan modal, BAAC siap menyalurkan nya, bazaar jeruk, bazaar buah mangga dan durian. Bazar dilakukan
kredit dengan bunga rendah 9-12 persen setahun. Dalam hal penya­ pada saat musim buah dan satu bulan sebelumnya sudah diinforma-
luran kredit perbankan, intervensi pemerintah Thailand relatif kecil, sikan kepada petani melalui media masa. MOF dan Talaad Thailand
kecuali dalam hal penyaluran kredit pertanian yang tetap diintervensi adalah salah satu solusi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
dengan berbagai kebijakan, seperti subsidi bunga dari pemerintah. disparitas harga dan distorsi pasar. Dalam skala kecil, cara seperti ini
7. Sistem pengembangan agribisnis diarahkan ke integrasi dengan bisa dipakai di setiap Ibu Kota Propinsi di Indonesia. Di Indonesia
agroindustri hilir, dengan tujuan untuk menciptakan kegunaan (util- pada umumnya, rantai pemasaran agribisnis kebanyakan komoditi
ity), terutama kegunaan waktu (time utility) dan kegunaan bentuk (form ma­sih terlalu panjang, sehingga menyebabkan terjadinya disparitas
utility) melalui upaya pengolahan, pengalengan dan pengemasan. De­ harga yang tinggi antara harga di tingkat petani (farmgate price) dengan
ngan penciptaan kegunaan waktu dan bentuk, memungkinkan produk- tingkat konsumen (consumer price).
produk pertanian dan hasil olahannya dapat bertahan lebih lama dan 10. Birokrasi di Thailand efisien dan efektif. Artinya birokrasi di
menjangkau pasar lebih jauh. Thailand tidak berbelit-belit dan sangat membantu kelancaran uru-
8. Thailand memiliki Marketing Organization for Farmer (MOF). san-urusan agribisnis dengan biaya sangat murah. Terbukti dengan
MOF memiliki sejumlah pasar produk pertanian segar yang tersebar pendeknya rantai jalur distribusi dan perdagangan. Sebagai contoh,
di berbagai lokasi di negeri itu. MOF didirikan untuk membantu peta­ petani ikan nila merah dalam keramba dari Propinsi Samutsongkram
ni, mengendalikan harga produk pertanian agar tidak jatuh pada saat tidak perlu susah payah untuk menjual hasil produksinya. Eksportir
panen raya (musim), menyediakan sarana produksi pertanian dengan dan pedagang ikan datang sendiri membeli ikan yang siap dijual ne-
harga murah dan mengembangkan kualitas produksi pertanian. Jika layan. Para nelayan juga tidak perlu pusing memperoleh benih ikan
harga pasar terlalu rendah, maka MOF akan membeli produk petani. dan pakan ikan. Pemerintah menginformasikan kepadanya, di mana
9. Dalam skala besar, sejak 1996 Thailand memiliki terminal agri- ia bisa memperoleh benih unggul dan pakan ikan, berikut harganya.
bisnis produk pertanian terbesar dan terlengkap di Asia, yaitu Talaad 11. Kemampuan membuahkan tanaman di luar musim. Di Thai-
Thai. Terminal ini merupakan tempat ideal bagi terjadinya transaksi land selalu ada buah mangga dan durian yang di tempat lain meru-
antara penjual dengan pembeli (domestik dan ekspor) produk pertani- pakan buah musiman. Perlakuan teknologi yang dipadukan dengan
an. Dokumen dan sertifikat ekspor selesai di tempat ini dalam tempo kreativitas petaninya, menjadikan kedua jenis buah ini bisa diatur ma­
1-2 jam. Hasil pertanian yang dijual di tempat ini sudah melalui selek- sa berbunga dan panennya. Caranya, bunganya dibuang ketika musim
si kualitas yang ketat dan dengan harga yang relatif rendah. Jaraknya berbunga, sedangkan di luar musim berbunga, tanaman dirangsang
42 km dari Bangkok, sekitar 15 menit perjalanan dari Bandara Inter- untuk berbunga dengan menggunakan pupuk dan obat perangsang.
nasional Don Muang dan setengah jam ke pelabuhan. Petani yang Setelah jadi putik dan calon buah, buah yang muda dan tidak me-
memanfaatkan terminal yang beroperasi 24 jam terus-menerus ini menuhi syarat dibuang, sedang yang baik dipelihara terus sampai di-
datang dari berbagai penjuru di Thailand. Menempati lahan seluas 30 petik. Keberhasilan membuahkan di luar musim ini tentunya berkat

34 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 35


teknik budidaya tanaman buah-buahan sangat maju. Sistem pemang-
kasan tanaman, penyiraman saat kemarau, pemupukan, dan pengen-
Agribisnis dan
dalian hama dan penyakit dilakukan secara sungguh-sungguh. Seperti
dilakukan oleh seorang petani bernama Virat Tanapaiboon di Ban-
Pembangunan Ekonomi
cang District, Propinsi Rayong terhadap tanaman mangganya seluas
30 hektar. Juga terhadap tanaman durian dan manggis di Suphattra
Land dilakukan hal yang sama pada areal sekitar 100 hektar. Buah etika krisis ekonomi melanda Indonesia 1997/1998, kita ter-
durian yang diekspor ke Singapura, Hongkong dan Jepang dalam ke- hentak. tersentak dari keterlenaan dan bangkit dalam suatu ke-
adaan setengah matang, sehingga tidak akan rusak dan matang di per- sadaran. Kesadaran mencari-cari apa gerangan penyebab krisis
jalanan sebelum sampai ke konsumen. ekonomi ini. Timbul pertanyaan, adakah yang keliru dalam pem-
Keunggulan-keunggulan tersebut secara terpadu menciptakan ke­ bangunan ekonomi di era Soeharto, sehingga demikian terpuruknya
kuatan sinergik untuk mencapai integritas sistem komoditi agribisnis perekonomian Indonesia. Dari berbagai analisis, akhirnya ditemukan
yang tinggi. Dengan demikian, tidaklah berlebihan jika pengembangan salah satu penyebabnya adalah kekeliruan dalam strategi pemban-
sisten agribisnis di Thailand patut dicontoh oleh negara-negara lain, gunan ekonomi, yang sejak Pelita IV sampai menjelang reformasi
termasuk Indonesia. Namun untuk mencapai sukses seperti Thailand memprioritaskan pada industri berteknologi tinggi (hightech-industry).
memerlukan waktu lama, memerlukan petani yang mau bekerja keras, Sedangkan pembangunan industri ini menyedot devisa sangat ban-
tidak malas dan tentu saja dukungan kuat dari pemerintah. Adalah yak dan mengandalkan utang-utang luar negeri, yang akhirnya ikut
mustahil mengembangkan agribisnis, jika mengandalkan petani malas, membangkrutkan perekonomian Indonesia. Di pihak lain, implemen-
apalagi tidak memperoleh dukungan penuh dari pemerintah. tasi strategi pembangunan ekonomi ini secara tidak langsung telah
menelan­tarkan sumberdaya domestik yang dimiliki Indonesia sebagai
suatu keunggulan komparatif.
Dalam pemahaman ekonomi suatu negara ada empat kriteria un-
tuk mencapai ekonomi yang sehat. Pertama, ekonomi harus bertum-
buh. Tanpa pertumbuhan akan terjadi kekacauan sosial seperti terjadi
di Indonesia pada Orde Lama maupun Orde Baru. Kedua, ekonomi
mengalami perubahan struktural secara seimbang. Dalam perekono-
mian Indonesia memang terjadi perubahan struktural, tetapi dengan
arah yang salah dan rapuh — sektor industri dibangun atas pengor-
banan sektor pertanian. Di masa mendatang, perubahan struktur ha-
rus direncanakan dengan lebih baik. Ketiga perekonomian yang sehat
adalah perekonomian yang mampu mengurangi tingkat kemiskinan
seiring dengan pertumbuhannya. Pertumbuhan ekonomi dan peruba-
han struktur dengan tingkat kemiskinan yang tinggi akan mudah han-
cur. Keempat adalah ekonomi yang terlanjutkan agar dapat dinikmati
oleh generasi mendatang.
Dengan demikian, masalah kita 5 (lima) sampai 25 tahun ke depan
adalah menciptakan pertumbuhan ekonomi, yang di dalamnya terda-
pat perubahan struktur yang seimbang tanpa merusak sumberdaya
lingkungannya, dengan indikasi pengurangan kemiskinan.

36 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 37


Amanat Konstitusi agar lebih efisien, produktif dan berdaya saing dengan menciptakan
Indonesia sebagai negara yang dibangun di atas konstitusi UUD iklim berusaha yang kondusif dan peluang usaha seluas-luasnya; (3)
1945, haruslah mendasarkan pembangunannya termasuk pembangu- Mengem­bangkan sistem ketahanan pangan yang berbasis pada kera-
nan ekonomi pada amanat konstitusi dasar. Dengan demikian, eko- gaman sumberdaya bahan pangan, kelembagaan dan budaya lokal;
nomi modern yang dibangun di atas bumi Indonesia tetap konsisten (4) Meningkatkan penguasaan, pengembangan dan pemanfaatan ilmu
dengan tujuan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam pengetahuan dan teknologi, termasuk teknologi bangsa sendiri dalam
bidang ekonomi, pasal 33 UUD 1945 mengamanatkan bahwa sistem dunia usaha terutama usaha kecil, menengah dan koperasi guna me-
perekonomian yang dikembangkan di Indonesia adalah demokrasi ningkatkan daya saing produk yang berbasis sumberdaya lokal; (5)
ekonomi yakni pembangunan ekonomi berbasis kerakyatan.  Mempercepat pembangunan ekonomi daerah yang efektif dan kuat
Pembangunan ekonomi haruslah menggunakan sumberdaya yang dengan memberdayakan pelaku dan potensi ekonomi daerah, sehing-
dimiliki dan atau dikuasai oleh rakyat banyak. Sumberdaya yang di- ga terjadi pemerataan pertumbuhan ekonomi sejalan dengan pelaks-
miliki atau dikuasai oleh rakyat Indonesia adalah sumberdaya manusia anaan otonomi daerah; dan (6) Mempercepat pembangunan pedesaan
(tenaga, pikiran, waktu, nilai-nilai, dan sebagainya) dan sumberadya dalam rangka pemberdayaan masyarakat, terutama petani dan nelayan
alam (lahan, keanekaragaman hayati, agroklimat tropis, dan lain-lain). melalui penyediaan prasarana, pembangunan agribisnis, industri kecil
Kedua sumberdaya tersebut merupakan keunggulan komparatif (com- dan kerajinan rakyat. 
parative advantages) yang dimiliki Indonesia. Hal ini berarti bahwa pem- Mengingat sumberdaya yang dimiliki rakyat di setiap daerah ada-
bangunan ekonomi Indonesia haruslah berbasiskan pendayagunaan lah sumberdaya agribisnis (sumberdaya manusia, lahan, perairan, ke-
sumberdaya manusia dan sumberdaya alam. Hanya dengan pemban- anekaragaman hayati, dan lain-lain) dan hampir 90 persen usaha kecil,
gunan ekonomi berbasis kerakyatan dimungkinkan jumlah penduduk, menengah dan koperasi berada pada agribisnis, maka pembangu-
keanekaragaman sosial budaya masyarakat, dan sumberdaya alam nan ekonomi nasional yang sesuai dengan amanat konstitusi adalah
dapat menjadi subyek dan modal pembangunan ekonomi.  pembangunan sistem agribisnis.
Pembangunan ekonomi berbasis kerakyatan bukanlah mengesa-
mpingkan pemanfaatan sumberdaya modal (capital), teknologi maju, Perkiraan Situasi ke Depan
teknologi informasi, dan manajemen modern. Sumberdaya modal Situasi ke depan akan sangat berbeda dengan sekarang dan masa
dan teknologi jelas sangat diperlukan, tetapi tetap dalam kerangka lalu. Pertama, di masa lalu sumber pertumbuhan ekonomi didominasi
pemanfaatan sumberdaya alam melalui pendayagunaan kemampuan oleh pinjaman luar negeri. Sementara di masa mendatang arus dana
sumberdaya manusia. Demikian pula, sumberdaya yang berasal dari pinjaman akan semakin sulit. Semakin sulit karena beban hutang yang
impor jelas diperlukan terutama sumberdaya yang belum mampu di- sudah overloaded seperti yang pernah dialami oleh negara-negara Mek-
produksi di dalam negeri seperti peralatan dan mesin-mesin. Namun, siko, Brazil dan Argentina di masa lalu. Kedua, reformasi perdagangan
penggunaan sumberdaya dari impor tetap dalam upaya memperkuat global menciptakan peluang pasar karena hambatan tarif dan subsidi
kemampuan sumberdaya manusia dan sumberdaya alam domestik.  yang semakin longgar, tetapi persaingan akan semakin ketat, karena
Amanat konstitusi tersebut secara politis makin dipertegas dalam hambatan non-tarif khususnya di bidang mutu semakin meningkat.
GBHN 1999-2004 yang mengamanatkan arah pembangunan eko- Ketiga, adanya otonomi daerah memaksa pergeseran paradigma pem-
nomi nasional sebagai berikut: (1) Mengembangkan perekonomian bangunan dari sentralistis ke desentralistis. Keempat adanya kesadaran
yang berorientasi global sesuai dengan kemajuan teknologi dengan dan tendensi kuat bahwa pelaku pembangunan adalah masyarakat
membangun keunggulan kompetitif berdasarkan keunggulan kom- luas. Pemerintah akan lebih berperan untuk mendorong dan mencip-
paratif sebagai negara maritim dan agraris sesuai kompetensi dan takan iklim kondusif dalam berusaha—steering rather than rowing. Ke-
produk unggulan di setiap daerah (terutama pertanian dalam arti lima, momentum depresiasi rupiah harus secara cermat dimanfaatkan
luas); (2) Memberdayakan pengusaha kecil menengah dan koperasi guna memacu ekspor, dan substitusi impor.

38 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 39


Dalam kondisi sulit seperti sekarang ini, guna menjamin terciptanya judkan tujuan nasional. Sektor andalan merupakan tulang punggung
fundamental ekonomi yang solid Indonesia harus mampu mengidenti- dan penggerak perekonomian, sehingga sektor andalan dapat juga
fikasi sektor yang dapat menggerakkan perekonomian nasional dengan disebut sebagai sektor kunci (key sector) atau sektor pemimpin (lead-
cepat. Sektor-sektor itu adalah sektor yang didukung oleh sumberdaya ing sector) perekonomian nasional. Dengan demikian, sektor andalan
domestik. Di antara sektor yang mengandalkan sumberdaya domes- merupakan refleksi dari suatu strutkur perekonomian, sehingga dapat
tik dan mempunyai peluang usaha baru adalah bidang agribisnis. Bi- pula dipandang sebagai salah satu aspek penciri atau kharakteristik
dang agribisnis merupakan sinergi antara pertanian, agroindustri dan dari suatu perekonomian. 
jasa-jasa yang menunjang pertanian. Oleh karena itu investasi harus Secara umum, syarat keharusan agar suatu sektor layak dijadikan
difokuskan ke bidang agribisnis, termasuk infrastruktur pendukungnya sebagai andalan perekonomian nasional ialah memiliki kontribusi
agar diperoleh economic return dan distribusi income yang tinggi. yang dominant. Baik secara langsung maupun secara tidak langsung,
Harus diakui bahwa pembangunan masa lalu pada tingkat ter- dalam pencapaian tujuan pembangunan perekonomian nasional. Se-
tentu telah berhasil memecahkan masalah tenaga kerja, kemiskinan, cara rinci ada lima syarat suatu sektor dapat dikatakan sebagai sektor
dan stabilitas makro-ekonomi nasional dengan fokus pertanian yang andalan perekonomian nasional, yaitu tangguh, progresif, ukurannya
merupakan salah satu subsistem agribisnis yaitu on-farm. Setidaknya cukup besar, artikulatif dan responsif. Kelima syarat khusus tersebut
dalam dua kali krisis yaitu tahun 1986 dan tahun 1998 pertanian tetap harus dipenuhi agar suatu sektor dapat menjadi sektor andalan per-
tegar menghadapi krisis. Akan tetapi situasi ini memunculkan masalah ekonomian nasional.
baru yaitu rendahnya produktivitas pertanian dan disparitas pendapa- Pembangunan agribisnis diyakini dapat memenuhi persyaratan
tan antarsektor, sehingga ketimpangan antar sektor menjadi masalah. tersebut secara simultan, sehingga diharapkan mampu menjamin ke-
Dualisme ekonomi juga muncul akibat kekeliruan model pembangu- berlanjutan pembangunan ekonomi nasional. Pembangunan agribisnis
nan masa lalu. sebagai sektor andalan diharapkan mampu mencapai pertumbuhan
Harus diakui, sektor pertanian secara terpisah tidak akan mampu ekonomi, pemerataan, dan penanganan lingkungan secara inklusif
menjadi penggerak ekonomi masa depan, tetapi pertanian dapat men- dan integratif. 
jadi kekuatan yang sangat besar apabila dikombinasi dengan agroin- Ketangguhan sektor agribisnis diindikasikan oleh kemampuannya
dustri, perdagangan, dan jasa-jasa penunjang. Dalam keyakinan kita, untuk tumbuh secara positif (0,22%) pada saat krisis (1998) semen-
yang mampu menjadi penggerak ekonomi masa mendatang adalah tara perekonomian nasional secara agregat mengalami kontraksi yang
sektor agribisnis, adalah suatu sektor yang selama ini pada taraf ter- sangat hebat, yaitu sebesar 13,7 persen. Konsekuensi kontraksi ekono-
tentu telah berlangsung, dan sebenarnya merupakan bisnis terbesar di mi adalah penurunan penyerapan tenaga kerja nasional sebesar 2,13
Indonesia tetapi selama ini terabaikan dan tidak difokus. Maka san- persen, atau sebesar 6.429.500 orang. Semua sektor ekonomi (kecuali
gat strategis jika di masa mendatang kita memilih strategi besar yaitu listrik) mengalami penurunan penyerapan tenaga kerja. Sementara itu
membangun sistem agribisnis yang tangguh disertai oleh usaha-usaha sektor agribisnis justru mampu meningkatkan kapasitas penyerapan
agribisnis untuk menggerakkan ekonomi nasional. Dengan memban- tenaga kerja sebanyak 432.350 orang. Fakta empiris ini menunjukkan
gun sistem agribisnis beserta usaha-usaha agribisnis secara terencana, bahwa sektor agribisnis merupakan sektor yang paling tangguh dalam
maka sebenarnya kita membangun perekonomian bangsa. Inilah yang menghadapi krisis dan paling berjasa dalam menampung penganggu-
harus menjadi visi kita ke depan. ran sebagai akibat krisis ekonomi. 

Agribisnis Sektor Andalan Agribisnis Penggerak Pembangunan Ekonomi


Sektor andalan dalam suatu perekonomian ialah sektor yang memi- Kekeliruan strategi pembangunan ekonomi di masa lalu harus
liki ketangguhan dan kemampuan tinggi, sehingga dapat dijadikan se- dikoreksi dengan suatu strategi pembangunan ekonomi alternatif, di-
bagai tumpuan harapan pembangunan ekonomi dalam rangka mewu- harapkan mampu memberi solusi atas persoalan yang ada, tanpa me-

40 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 41


nimbulkan persoalan baru. Strategi alternatif harus memenuhi bebera- bisnis. Keempat, membangun sistem agribisnis, maka secara in-heren
pa syarat antara lain: (1) Memiliki kemampuan memecahkan masalah (built-in) akan membangun sistem ketahanan pangan yang berbasis
ekonomi yang luas. (2) Jika diimplementasikan tidak mengharuskan pada keragaman bahan pangan, budaya dan kelembagaan lokal. Pem-
penggunaan pembiayaan eksternal, sehingga tidak menambah utang bangunan sistem ketahanan pangan (food security) yang kokoh perlu
luar negeri yang telah besar saat ini. (3) Hendaknya tidak dimulai dari menjadi salah satu prioritas ke depan, karena sejarah membuktikan
nol, melainkan dapat memanfaatkan hasil-hasil pembangunan sebel- bahwa ketahanan pangan sangat berkaitan erat dengan ketahanan
umnya. (4) Jika diimplementasikan mampu membawa perekonomian sosial dan ketahanan ekonomi, bahkan ketahanan nasional (national
Indonesia ke masa depan yang lebih cerah. Di antara pilihan-pilihan security) secara keseluruhan. Kelima, pembangunan sistem agribisnis
strategi pembangunan ekonomi yang memenuhi karakteristik di atas berperan penting dalam pelestarian lingkungan hidup. Pembangunan
adalah pembangunan agribisnis (Agribusiness Led Development) yakni sistem agribisnis yang berlangsung di setiap daerah, akan mampu me-
suatu strategi pembangunan ekonomi yang mengintegrasikan pem- narik penyebaran penduduk dan segala aktivitasnya, sehingga dapat
bangunan pertanian (termasuk perkebunan, peternakan, perikanan, mencegah tekanan penduduk yang berlebihan pada daerah tertentu.
kehutanan) dengan pembangunan industri hulu dan hilir pertanian Selain itu dalam pembangunan sistem agribisnis tercakup pelestarian
serta sektor-sektor jasa yang terkait di dalamnya. Strategi pembangu- sumberdaya alam dan lingkungan sebagai bagian dari upaya menjaga
nan sistem agribisnis diyakini mampu mengantarkan perekonomian kesinambungan pembangunan sistem agribisnis itu sendiri.
Indonesia memiliki daya saing dan bersinergis dalam perekonomian Membangun sistem beserta usaha-usaha agribisnis merupakan
dunia. pekerjaan besar karena agribisnis itu sendiri merupakan sektor besar.
Karenanya diperlukan rancangan kebijakan lintas sektor secara siner-
Pembangunan Agribisnis gis, dengan dukungan kuat kebijakan makro. Membangun sistem dan
Pembangunan sistem agribisnis tersebut perlu ditempatkan bukan usaha agribisnis dengan konsep yang benar, perekonomian nasional
hanya sebagai pendekatan baru pembangunan pertanin, tetapi lebih dapat pulih dengan lebih cepat. Dalam jangka panjang, ekonomi
dari itu, pembangunan sistem agribisnis perlu dijadikan sebagai bertumbuh dengan sehat, diiringi pemerataan, dengan keseimban-
penggerak utama pembangunan ekonomi Indonesia secara keselu- gan sektoral yang harmonis. Dengan perkataan lain, menempatkan
ruhan (agribusiness-led development). Hal ini didasarkan pada beberapa pembangunan sistem agribisnis sebagai penggerak utama pembangu-
pertimbangan strategis yakni: Pertama, membangun perekonomian nan ekonomi nasional (agribusiness-led development), maka akan dapat
yang berdaya saing berdasarkan keunggulan komparatif sebagai neg- memecahkan persoalan ekonomi Indonesia saat ini. Persoalan eko-
ara agraris dan maritim merupakan amanat konstitusi sebagaimana nomi Indonesia saat ini seperti pertumbuhan ekonomi, perluasan ke-
dimuat dalam GBHN 1999-2004; Kedua; data menunjukkan bahwa sempatan kerja dan berusaha, peningkatan devisa, pemerataan, perce-
sistem agribisnis merupakan penyumbang terbesar dalam pembentu- patan pembangunan ekonomi daerah, membangun ketahanan pangan
kan Produk Domestik Bruto (PDB), kesempatan kerja dan berusaha dan pelestarian lingkungan hidup.
serta dalam ekspor. Pada tahun 1995, kontribusi sistem agribisnis Membangun sistem dan usaha agribisnis yang kokoh berarti
dalam PDB mencapai sekitar 48 persen, dalam penyerapan tenaga membangun pertumbuhan sekaligus pemerataan, sehingga terjadi ke-
kerja mencapai 77 persen. Dalam total ekspor menyumbang 50 persen seimbangan antar sektor. Ini juga berarti menciptakan meaningful em-
atau hampir 80 persen dari nilai ekspor non migas. ployment di luar sektor pertanian (off-farm), sehingga beban pertanian
Ketiga, sistem agribisnis merupakan sektor utama perekonomi- yang terlalu berat menampung tenaga kerja dapat teratasi. Karena se-
an daerah, baik dalam pembentukan PDRB, kesempatan kerja dan bagian besar sumberdaya terdapat di daerah perdesaan, maka dengan
berusaha maupun dalam ekspor daerah. Selain itu, sumberdaya eko- membangun sistem dan usaha agribisnis sekaligus juga membangun
nomi daerah yang paling siap didayagunakan dalam upaya percepa- daerah, sehingga ketimpangan kota-desa teratasi. Migrasi dari desa ke
tan pembangunan ekonomi daerah saat ini adalah sumberdaya agri- kota dapat dicegah secara alami, karena kesempatan kerja tersedia di

42 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 43


desa.
Sektor agribisnis jelas memiliki peranan yang sangat dominan,
Agribisnis dan
khu­susnya dalam hal pemantapan ketahanan pangan, pengentasan
kemiskinan, penciptaan lapangan kerja, dan pemerataan pendapatan.
Perekonomian Rakyat
Kesemuanya ini merupakan tujuan pembangunan ekonomi yang sa­
ngat penting. Bahkan lebih penting daripada peranan dalam kontribusi
dan pertumbuhan PDB, di mana saat ini kontribusi sektor agribisnis gribisnis, Pangan dan Ekonomi-Indonesia adalah tiga kata
dalam PDB tidak lagi dominan dan cenderung mengalami penu- yang saling terkait ketika terjadi krisis ekonomi. Krisis Bath
runan.  Thailand bulan Juli 1997, secara perlahan merambat ke nega-
Membangun sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, ber- ra-negara Asia Tenggara dan menjadi krisis keuangan Indonesia yang
kerakyatan berkelanjutan dan terdesentraslitik merupakan tanggung akhirnya memicu krisis ekonomi. Sedangkan, para konglomerat se-
jawab seluruh stakeholder agribisnis sesuai dengan peranan masing- bagai pelaku ekonomi skala besar yang memperoleh fasilitas khusus
masing. Dunia usaha merupakan pelaku utama dari pembangunan dari pemerintah Orde Baru, seperti Bantuan Likuiditas Bank Indo-
agribisnis. Sementara pemerintah berperan sebagai fasilitator, regula- nesia (BLBI) sampai triliyunan rupiah, proteksi terhadap produk im-
tor dan promotor pembangunan agribisnis. Sedangkan peneliti berper- por sejenis, keringanan pajak (tax holidays), pajak ekspor, kebebasan
an dalam pengembangan teknologi. Kemudian pendidikan berperan meminjam utang dari kreditor luar negeri, dll., juga memiliki andil
dalam pening­katan sumberdaya manusia. Sedangkan profesi public besar membangkrutkan ekonomi Indonesia tahun 1997/1998. Tam-
relation sangat berperan dalam membangun public good image baik bagi pak bagaikan lingkaran setan, di mana apresiasi dollar disebabkan
pembangunan agribisnis maupun bagi perusahaan dan produk agri- oleh kelangkaan dollar di dalam negeri. Sedangkan kelangkaan dollar
bisnis. di dalam negeri karena dollar diborong oleh para konglomerat yang
memperoleh BLBI. Selanjutnya mereka melarikan dan memarkir do­l­
larnya di luar negeri. Walau demikian, pelaku-pelaku ekonomi skala
besar ini banyak yang bangkrut atau pura-pura bangkrut karena dililit
oleh utang dalam negeri atau luar negeri.
Namun yang tetap tegar bahkan berjaya di tengah krisis ekonomi
yakni bidang agribisnis dengan jantung penggeraknya sektor pertanian
dalam arti luas. Sentra-sentra produksi komoditi perkebunan, peri-
kanan, hortikultura dan sentra-sentra agroindustri berorientasi ekspor
yang sebagian besar para pelakunya adalah rakyat kecil di pedesaan,
memperoleh berkah berupa peningkatan perolehan rupiah dari apre­
siasi dollar. Jadi, krisis moneter yang berkembang menjadi krisis eko-
nomi 1997/1998 malah membangkitkan aktivitas perekonomian raky-
at di bidang agribisnis.

Agribisnis Penggerak Perekonomian Rakyat


Fenomena seperti diuraikan sebelumnya mengisyaratkan kepada
pemerintah perlunya memberdayakan perekonomian rakyat atau eko-
nominya rakyat kecil atau usaha kecil yang jumlahnya relatif banyak.
Sementara ini di Indonesia, usaha besar (konglomerat) yang jum-

44 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 45


lahnya hanya 0,2 persen menguasai sekitar 60 persen dari pendapa- Pencetusan ekonomi kerakyatan ini dimaksudkan sebagai koreksi
tan nasional. Sedangkan usaha kecil yang jumlahnya lebih dari 99,8 kebijakan yang keliru selama rezim Orde Baru yang lebih berpihak
persen hanya menguasai kurang dari 40 persen pendapatan nasional. kepada sekelompok pengusaha besar (konglomerat), sekaligus mere-
Struktur ekonomi berbentuk piramida terbalik ini sangat riskan ter- fleksikan perubahan model pembangunan ekonomi dari Growth with
hadap gejolak perubahan ekonomi global. Begitu ada badai moneter Trickle down effect menjadi Growth with redistribution. Model pertama
yang memporak porandakan sekelompok konglomerat tersebut, maka telah gagal, karena pertumbuhan hasil-hasil pembangunan yang dinik-
runtuhlah bangunan perekonomian nasional. Karenanya diperlukan mati oleh sekelompok konglomerat selama rezim Orde Baru ternyata
revolusi pemikiran untuk melakukan perubahan struktur bangunan tidak secara otomatis menetes ke bawah atau menimbulkan pemerata-
perekonomian Indonesia menjadi piramida tegak, sehingga perekono- an kepada kelompok masyarakat lainnya. Melalui Model kedua yang
mian nasional disokong oleh jutaan ekonomi usaha kecil-kecil sampai essensinya memberdayakan ekonomi rakyat kecil, diharapkan akan
menengah, yang tahan terhadap badai ekonomi global yang setiap saat timbul penetesan ke atas. Artinya, dengan menumbuhkan yang ke-
akan datang menggoyang. Pemikiran baru ini adalah pemberdayaan cil-kecil, maka agregasi dari pertumbuhan kecil-kecil yang jumlahnya
ekonomi rakyat yang pelaku-pelakunya puluhan juta rakyat Indonesia, puluhan juta akan menjadi besar, yang memberikan kontribusi besar
dengan mesin penggeraknya berbagai macam aktivitas agribisnis. terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Perekonomian rakyat adalah suatu subsistem ekonomi berkaitan
dengan aktivitas rakyat kecil (petani, pekebun, peternak, nelayan, peng­ Agribisnis Perkebunan Rakyat
rajin, pedagang kaki lima, koperasi dan sebagainya) untuk memenuhi Salah satu usaha membangunan ekonomi kerakyatan adalah
kebutuhan hidupnya. Implementasi ekonomi kerakyatan ditunjukkan pengembangan agribisnis perkebunan, baik perkebunan dengan pola
melalui berbagai kebijakan yang bersifat pemihakan kepada rakyat ke- PIR maupun perkebunan rakyat dengan asosiasi pemasaran bersama.
cil, usaha skala kecil dan menengah, termasuk koperasi. Manfaat pembangunan agribisnis ini yaitu: Pertama, sumber devisa.
Pelaku ekonomi dalam pembangunan ekonomi berbasis kerakyatan Berbagai jenis komoditi perkebunan mempunyai peranan sebagai ko-
adalah rakyat secara langsung, baik secara individu maupun dalam moditi ekspor penghasil devisa, baik yang dihasilkan oleh perusahaan
bentuk organisasi ekonomi seperti koperasi, usaha kecil, menengah, negara, perusahaan swasta maupun perkebunan rakyat. Indonesia me-
besar dan BUMD/N. Pelaksanaan pembangunan ekonomi yang me­ miliki keunggulan komparatif di bidang perkebunan, sehingga mampu
nem­patkan rakyat hanya sebagai pelengkap jelas bertentangan dengan menghasilkan berbagai jenis komoditi. Peningkatan produksi dapat
amanat konstitusi. Dalam implementasinya, bukan berarti perusahaan dilakukan melalui ekstensifikasi, intensifikasi, rehabilitasi dan diver-
swasta asing tidak boleh ikut sebagai pelaku ekonomi nasional. Parti- sifikasi.
sipasi swasta asing jelas diperbolehkan dalam pembangunan ekonomi Kedua, memperluas kesempatan kerja. Perluasan investasi dalam
nasional. Namun tetap dalam kerangka memperkuat organisasi eko- bidang perkebunan pasti akan memperluas kesempatan kerja, karena
nomi rakyat dan bukan menggantikan atau menyingkirkannya.  meningkatnya berbagai jenis kegiatan yang membutuhkan tenagakerja
Pembangunan ekonomi nasional ditujukan sebesar-besarnya untuk semakin banyak dan semakin spesialis.
kemakmuran masyarakat luas. Hal ini merupakan konsekuensi lang­ Ketiga, alih teknologi. Kendatipun teknologi yang dibutuhkan di
sung dari pembangunan ekonomi berbasis kerakyatan yakni melalui bidang agribisnis perkebunan tidak secanggih teknologi bidang indus-
pendapatan atas faktor produksi yang dimiliki rakyat dan keuntungan tri, tetapi dengan adanya investasi di bidang perkebunan juga memer-
pelaku ekonomi (organisasi ekonomi). Bila pembangunan dilaksana- lukan teknologi khusus yang berkaitan dengan rantai kegiatannya.
kan dengan menggunakan sumberdaya domestik dalam kerangka or- Teknologi khusus itu seperti teknologi budidaya, pengolahan hasil
ganisasi ekonomi kerakyatan, maka hasil pembangunan berupa gaji, yang ditunjukkan oleh timbulnya produk akhir yang lebih baik. De­
upah, sewa, royalti, rent, profit secara otomatis akan dinikmati rakyat ngan demikian bidang perkebunan merupakan ujung tombak dalam
Indonesia.  penyerapan teknologi.

46 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 47


Keempat, penyediaan bahan kebutuhan pokok rakyat. Di samp-
ing beranekaragam komoditi perkebunan berfungsi sebagai komoditi
Strategi Pemasaran
ekspor penghasil devisa, tetapi juga dapat berfungsi sebagai penyedia
kebutuhan pokok rakyat Indonesia sendiri. Umumnya kopi di samp-
Produk Agribisnis
ing diekspor juga untuk konsumsi masyarakat dalam negeri, minyak
sawit, teh dan lain-lain.
Kelima, mendorong usaha pengembangan daerah. Melalui pem-
bangunan bidang berkebunan seperti proyek PIR-Bun yang dikaitkan asar dalam ilmu ekonomi tidak hanya diartikan sebagai tempat
dengan program transmigrasi, praktis akan mendorong usaha pengem- seperti dalam pengertian sehari-hari yaitu gedung atau bangu-
bangan daerah di mana dilaksanakan proyek tersebut. Di pihak lain nan khusus, tetapi jauh lebih luas yaitu di mana saja terjadi tran-
dapat mengurangi beban penduduk dan tenagakerja yang berlebihan saksi antara penjual (seller) dan pembeli (buyer). Mungkin di telepon,
di daerah asal transmigrasi. di pinggir jalan, di bus kota, di dalam pesawat udara atau mungkin
Agribisnis perkebunan yang pelaku-pelakunya adalah rakyat kecil juga di pasar maya atau internet. Namun untuk memutus mata rantai
dan pengusaha menengah yang melibatkan rakyat kecil sebagai plas- pemasaran yang terlalu panjang, karena banyaknya para pelaku pasar
ma atau pekerja adalah aktivitas ekonomi rakyat kecil. Karenanya, terlibat, seperti pedagang perantara, maka di luar negeri telah berkem-
ekonomi kerakyatan yang berpihak kepada rakyat kecil berarti pemi- bang pasar lelang. Di pasar lelang ini para seller dan buyer langsung
hakan kepada pengembangan agribisnis yang merupakan aset atau bertemu melakukan transaksi sesuai dengan kesepakatan harga lelang.
aktivitas dari rakyat kecil. Jadi, kebijakan ekonomi kerakyatan adalah Indonesia memang agak ketinggalan, tetapi langkah itu telah dimulai
searah dan seiring dengan kebijakan pengembangan agribisnis. yang ditandai dengan diresmikannya Pasar Lelang Komoditi Sulawesi
Selatan di Makasar oleh Presiden RI. Megawati Soekarnoputri, selasa
22 Juni 2004.
Sebelumnya sudah ada enam pasar lelang komoditi lainnya, di an-
taranya di Sumatera Selatan, Sulawesi Utara, Jawa Barat, Jawa Timur
dan Jawa Tengah. Sejak dibuka Februari 2004 hingga 20 Juni 2004,
transaksi dari enam pasar lelang sudah mencapai Rp 970 miliar. Se-
banyak 830 miliar di antaranya berasal dari Pasar lelang Komoditi
Bandung. Sulawesi Selatan sendiri cukup mengejutkan, karena sejak
dibuka Selasa pagi hingga pukuk 16.00 Wita, nilai transaksi sudah
mencapai Rp 123,5 miliar yang meliputi 62 jenis komoditi, di anta-
ranya beras, jagung, kakao, kopi, sayur dan buah-buahan.

Pasar dan Pemasaran


Dalam ilmu ekonomi makro dikenal empat macam pasar yaitu,
pasar komoditi atau barang, pasar uang, pasar modal, dan pasar tena-
gakerja. Setiap komoditi ekonomi mempunyai pasarnya sendiri-sendi­
ri. Dalam terminologi proses input-output, pasar komoditi termasuk
pasar output, sedangkan pasar uang, pasar modal, dan pasar tenaga­
kerja termasuk pasar input. Di masing-masing pasar terjadi transaksi
untuk barang yang bersangkutan, maka ini berarti telah terjadi suatu

48 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 49


persetujuan antara pembeli dan penjual mengenai harga dan volume giatan pemasaran dapat tercapai sesuai dengan kebutuhan dan keingi-
transaksi bagi komoditi tersebut. Dua aspek transaksi yaitu harga dan nan manusia terutama konsumen yang menjadi target pemasaran.
volume menjadi pusat perhatian praktisi atau ahli-ahli ekonomi apa-
bila ingin menganalisis suatu pasar. Pemasaran Produk Agribisnis
Dalam menganalisis suatu pasar, ahli ekonomi tidak membayang- Secara klasik dan tradisional, pemasaran pertanian atau agribis-
kan suatu tempat terjadinya transaksi, tetapi melihatnya secara lebih nis diartikan sebagai suatu keragaman semua usaha yg mencakup ke­
konsepsual atau abstrak. Ia selalu membayangkan bahwa suatu pasar giatan arus barang dan jasa secara fisik dan ekonomi, mulai dari titik
adalah pertemuan antara kurva permintaan yang mewakili kehendak usahatani (produsen) melalui pedagang perantara sampai ke tangan
konsumen dan kurva penawaran yang mewakili keinginan produsen. konsumen. Sistem pemasaran yaitu proses yang mengakibatkan ali-
Jadi misalnya pasar teh adalah pertemuan kurva permintaan akan teh ran produk melalui suatu sistem dari produsen ke konsumen. Sistem
dengan kurva penawaran akan teh. pemasaran terdiri atas sub-sub sistem (atau melibatkan berbagai
Dalam konsep sistem agribisnis, pasar adalah salah satu dari em- macam kegiatan yang berbeda), yaitu: pembelian, distribusi, pengola-
pat subsistem di samping tiga subsistem lainnya yaitu subsistem usaha­ han (grading, standarisasi, penyimpanan, packing, dll), penjualan, dsb,
tani (produksi), subsistem industri pengolahan hulu-hilir (upstearm dan sehingga menambah nilai produk pada saat produk bergerak melalui
downstream) dan subsistem lembaga penunjang (supporting institution). sistem tersebut. Jejak penyaluran barang dari produsen ke konsumen
Pasar mempertemukan pelaku-pelaku agribisnis, baik antar produsen akhir disebut saluran pemasaran. Pelaku pemasaran adalah lembaga
di pasar input atau output maupun antar produsen atau pengecer den- pemasaran antara lain: pedagang perantara/pialang, pedagang bo-
gan konsumen di pasar output. Dari sisi permintaan, pasar komoditi rongan, dan pengecer. Marjin pemasaran adalah perbedaan hara di
agribisnis Indonesia memiliki prospek cerah, baik di pasar domestik tingkat produsen dan tingkat konsumen, yang mana marjin pemasa-
maupun di pasar internasional. ran ini dinikmati dan dibagi habis oleh pelaku-pelaku pemasaran se-
Pemasaran (marketing) adalah sebuah proses dalam memuaskan bagai insentif atau balas jasa mengantarkan barang dari produsen ke
kebutuhan dan keinginan manusia yang didasarkan atas transaksi bis- konsumen.
nis. Jadi, segala kegiatan dalam hubungannya dengan pemuasan ke- Pemasaran produk-produk pertanian atau agribisnis dapat men-
butuhan dan keinginan manusia yang didasarkan atas transaksi bisnis ciptakan kegunaan (utility) atau menambah nilai (added value), yaitu
merupakan bagian dari konsep pemasaran. Pemasaran dimulai den- kegunaan bentuk (form utility), kegunaan waktu (time utility), kegunaan
gan pemenuhan kebutuh­an manusia yang kemudian bertumbuh men- tempat (place utility), dan kegunaan pemilikan (own utility) dan semua
jadi keinginan manusia. Contohnya, seorang manusia membutuhkan lembaga pemasaran mendapat nafkah atau memperoleh manfaat dari
air dalam memenuhi kebutuhan dahaganya. Jika ada segelas air, maka usahanya menambah kegunaan atau nilai produk ini. Pada akhirnya
kebutuhan dahaganya akan terpenuhi. Namun manusia tidak hanya konsumen bertanggung jawab membimbing aliran sumber daya dalam
ingin memenuhi kebutuhannya, juga ingin memenuhi keinginannya sistem pemasaran melalui pola konsumsi mereka di pasar.
yaitu misalnya segelas air merek Aqua yang bersih dan mudah dibawa. Kelembagaan pemasaran yang berperan dalam memasarkan ko-
Karena itu manusia memilih Aqua botol yang sesuai kebutuhan da- moditi pertanian hortikultura dapat mencakup petani, pedagang pe­
haga dan sesuai dengan keinginannya yang juga mudah dibawa. Pro­ ngumpul, pedagang perantara/grosir dan pedagang pengecer. Agribis-
ses dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan manusia inilah yang nis hortikultura memiliki beberapa kekhasan yaitu: (1) usahatani yang
menjadi konsep pemasaran. Mulai dari pemenuhan produk (product), dilakukan lebih berorientasi pasar, (2) bersifat padat modal, (3) resiko
penetapan harga (price), pengiriman barang atau distribusi (place), dan harga relatif besar karena sifat komoditi yang cepat rusak, dan (4)
mempromosikan barang (promotion). Seseorang yang bekerja di bidang dalam jangka pendek harga relatif berfluktuasi. Hal ini terbukti para
pemasaran (marketing) disebut pemasar (marketer). Pemasar sebaiknya petani di sentra produksi buah unggulan pada saat panen raya berada
memiliki pengetahuan dalam konsep dan prinsip pemasaran agar ke- pada posisi lemah karena berhadapan dengan pasar oligopsoni bahkan

50 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 51


sering monopsoni, sehingga harga didikte oleh tengkulak atau peda- jalan semakin efisiennya saluran pemasaran. Sementara itu persoalan
gang pengumpul atau pedagang antar pulau. Ditambah lagi umum- kelancaran pemasaran sangat tergantung pada kualitas produk yang
nya perubahan harga di tingkat produsen lebih rendah dari rata-rata dihasilkan oleh petani produsen dan juga upaya penyempurnaan kin-
perubahan harga di tingkat pengecer, sehingga dapat dikatakan bahwa erja lembaga-lembaga pemasaran dan sistem pemasar­an itu sendiri.
efek transmisi harga berjalan tidak sempurna (imperfect price transmis- Sehingga pada akhirnya akan memperluas lapangan kerja dan pening-
sion) atau informasi pasar asimetris. katan pendapatan petani.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan produk agribisnis horti-
kultura kurang memiliki daya saing yaitu: (1) tidak ada keterkaitan Strategi 4P dam 4C
fungsional setiap subsisten dalam sistem agribisnis dan antara setiap Pasar komoditi agribisnis mempunyai fungsi sebagai jembatan un-
pelaku agribisnis. (2) Terbentuknya margin ganda mulai dari subsistem tuk mempertemukan antara kepentingan produsen dengan konsumen.
produksi, pengolahan dan pemasaran, sehingga harga jual menjadi re- Di dalam proses pemasaran komoditi agribisnis terdapat tiga fungsi
latif mahal, yang akhirnya tidak memiliki daya saing dengan produk utama yaitu fungsi transaksi (jual-beli), fungsi fisik (peng­angkutan,
sejenis dari sentra produksi lain atau negara lain. (3) Tidak adanya pe­ngo­lahan, penyimpanan), dan fungsi pelancar (standarisasi dan gra­
kesetaraan posisi tawar antara petani dengan pelaku agribisnis lain- ding, penanggulangan risiko, pembiayaan dan informasi pasar). Berja-
nya, sehingga petani sulit mendapatkan harga pasar yang wajar. (4) lan tidaknya fungsi-fungsi tersebut tergantung pada kelembagaan yang
Tidak adanya pembagian balas jasa yang adil dari keseluruhan harga melekat dalam fungsi itu. Jika dalam pemasaran terdapat kelembagaan
konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut serta di dalam ke- yang kurang berfungsi akan menyebabkan tidak tercapai pemasaran
giatan produksi, pengolahan dan pemasaran produk agribisnis terse- yang efisien yang dicirikan antara lain biaya pemasaran yang tinggi
but. Pembagian yang adil dalam konteks tersebut adalah pembagian dan distribusi marjin yang tidak merata. Tidak tercapainya pemasaran
balas jasa fungsi-fungsi pemasaran sesuai kontribusi masing-masing yang efisien dapat dipandang sebagai indikator adanya permasalahan
kelembagaan pemasaran yang berperan. Beberapa kasus penelitian dalam kelembagaan pemasaran.
menunjukkan bahwa yang menerima marjin keuntungan terbesar da- Tujuan pemasaran adalah mengenal dan memahami pelanggan
lam pemasaran hortikultura dari pusat produksi ke pusat konsumsi sedemikian rupa, sehingga produk cocok dengannya dan dapat ter-
DKI Jakarta adalah pedagang grosir. Juga ditemukan bahwa, marjin jual dengan sendirinya. Idealnya pemasaran menyebabkan pelanggan
keuntungan pemasaran yang diterima pedagang yang memasukkan siap membeli, sehingga yang tinggal hanyalah bagaimana membuat
buahnya ke Pasar Induk Kramat Jati lebih rendah dari pedagang yang produknya tersedia. Sedangkan proses pemasaran terdiri dari analisa
memasarkan langsung buahnya ke pasar-pasar eceran. peluang pasar, meneliti dan memilih pasar sasaran, merancang strate-
Banyaknya lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran gi pemasaran, merancang program pemasaran, dan mengorganisir,
produk-produk pertanian akan mempengaruhi panjang pendeknya melaksanakan serta mengawasi usaha pemasaran. Strategi pemasaran
rantai pemasaran dan besarnya biaya pemasaran. Besarnya biaya adalah serangkaian tindakan terpadu menuju keunggulan kompetitif
pemasaran akan mengarah pada semakin besarnya perbedaan harga yang berkelanjutan. Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi pema-
antara harga di tingkat petani produsen dengan tingkat konsumen. saran adalah; (1) faktor mikro, yaitu perantara pemasaran, pemasok,
Hubungan antara harga yang diterima petani produsen dengan har- pesaing dan masyarakat. (2) Faktor makro, yaitu demografi, ekono-
ga yang dibayar oleh konsumen pabrikan sangat bergantung pada mi, politik, hukum, teknologi dan sosial-budaya. Sedangkan strategi
struktur pasar yang menghubungkannya dan biaya transfer. Apabila dan kiat pemasaran dari sudut pandang penjual yang dikenal de­ngan
semakin besar margin pemasaran ini akan menyebabkan harga yang strategi 4P yaitu: tempat yang strategis (place), produk yang bermu-
diterima petani produsen menjadi semakin kecil dan semakin mengin- tu (product), harga yang kompetitif (price) dan promosi yang gencar
dikasikan sebagai sistem pemasaran yang tidak efisien. Pada sistem (promotion). Sedangkan strategi dari sudut pandang pelanggan yang
pemasaran produk pertanian, pendapatan petani akan meningkat se- dikenal dengan strategi 4C yaitu: kebutuhan dan keinginan pelanggan

52 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 53


(customer needs and wants), biaya pelanggan (cost to the customer), kenya- liki pengalaman profesional banyak, atau telah menempuh pelatihan
manan pelanggan (convenience) dan komunikasi pelanggan (comunica- akademis yang intensif, mengertikan pemasaran sebagai suatu market-
tion). Tujuan akhir dari strategi, konsep, dan kiat pemasaran adalah ing mix dari produk (product), harga (price), tempat/distribusi (place),
kepuasan total pelanggan (total customer statisfaction). Kepuasan total dan promosi (promotion). Kotler dkk mendefinisi ulang pemasaran agar
pelanggan bukan berarti memberikan menurut kita apa yang mereka dapat mencakup tidak hanya dalam pengertian agak sempit (marketing),
inginkan, tetapi apa yang sesungguhnya mereka inginkan serta kapan tetapi juga pengertian lebih luas dan lebih komprehensif (market-ing).
dan bagaimana memenuhi keinginan mereka. Atau secara singkat Market-ing dapat dipandang menurut tiga dimensi strategis: Outlook,
adalah memenuhi kebutuhan pelanggan. Ada hubungan erat antara Architecture, dan Scorecard, yang melibatkan tiga aktivitas strategis.
mutu suatu produk dengan kepuasan pelanggan serta keuntung­an in- Dari dimensi Outlook menciptakan aktivitas strategi melaksanakan
dustri. Mutu yang lebih tinggi menghasilkan kepuasan pelanggan yang suatu kajian tentang lanskap bisnis di masa mendatang. Dari dimensi
lebih tinggi, sekaligus mendukung harga yang lebih tinggi dan sering Architecture menciptakan strategi merancang serta melaksanakan arsi-
juga biaya lebih rendah. Eksekutif puncak masa kini melihat tugas me- tektur bisnis berupa segmentasi, targeting, positioning, diferensiasi, market-
ningkatkan dan mengendalikan mutu produk sebagai prioritas utama, ing mix, selling, brand, service, proses. Dari dimensi Scorecard mencip-
sehingga setiap industri tidak punya pilihan lain kecuali menjalankan takan strategi menyeimbangkan proposisi nilai antara ketiga stakeholder
manajemen mutu total (total quality management). kunci.
Melalui model SME Kotler dkk berpendapat bahwa dalam ling-
Definisi Ulang tentang Pemasaran kungan bisnis yang bersifat turbulen dewasa ini, setiap bisnis harus
Pakar ilmu pemasaran Philip Kotler, Hermawan Kertajaya, Hool menang dalam pasar yang berubah. Itulah sebabnya market-ing harus
Den Huan, dan Sandra Liu (selanjutnya ditulis Phillip Kotler dkk.) juga diinterpretasikan sebagai dealing with the market. Ini berarti bahwa
dalam bukunya Rethinking Marketing: Sustainable Market-ing Enter- setiap pelaku bisnis harus secara dinamis dan intensif terus-menerus
prise in Asia tahun 2003 memperkenalkan Model Sustainable Market- berinteraksi dengan market, tidak hanya commercial market, tetapi juga
ing Enterprise (SME), yaitu sebuah model pemasaran yang didefinisi- competency market dan capital market-atau disingkat 3C. Melalui berb-
kan ulang, komprehensif, dan sederhana, tetapi sangat kuat. Pertama, agai interaksi yang intensif dengan market, perusahaan tidak hanya
definisi ulang (rethinking) yang dimaksud Kotler dkk yakni konsep akan mampu memahami market-market itu, tetapi juga mampu ‘me-
pemasaran (marketing) yang sebelumnya diartikan secara sempit hanya larutkan diri’ di dalamnya. Ini juga berarti bahwa market lebih pent-
sebuah konsep fungsional yang usang dan hampir kehilangan makna ing daripada marketing itu sendiri. Oleh karena itu Kotler dkk dalam
harus dikembangkan melalui SME menjadi konsep market-ing yang modelnya menuliskan ‘marketing’ dengan ‘market-ing’.
diartikan secara lebih luas dan menjadi konsep bisnis strategis yang Kedua, komprehensif yang dimaksudkan Kotler dkk yaitu dalam
bertujuan untuk mencapai kepuasan berkelanjutan bagi ketiga stake- model SME sudah mencakup semua dimensi strategi perusahaan.
holder utama yaitu: pelanggan (konsumen), orang­-orang dalam organ- Kotler dkk secara terus terang mengaku terinspirasi oleh buku Mint-
isasi itu (pelaku-pelaku atau lembaga-lembaga pemasaran), dan para zberg, Ahslstrand, dan Lampbel dalam “Strategy Safari” yang meng-
pemegang saham (produsen). Market-ing adalah jiwa bagi organisasi kompilasi dan mengkategorisasi semua strategi bisnis yang diciptakan
bisnis apapun jenis, bentuk, dan ukurannya. Bukan sekadar bagian oleh berbagai ilmuwan, konsultan, dan praktisi ke dalam sepuluh ali-
dari tubuh organisasi. Karenannya setiap orang dalam organisasi bis- ran pemikiran. Mereka kagum akan buku ini, di mana para penulis
nis harus menjadi seorang marketer. Oleh karena itu, marketing harus memberi komentar dan menjelaskan kontribusi serta kelemahan dari
dikembangkan melalui SME menjadi market-ing. masing-masing aliran pemikiran. Dalam kesimpulan buku itu, mere­
Banyak mahasiswa dan pengajar mengartikan pemasaran (market- ka berpendapat bahwa tidak ada suatu aliran pemikiran tunggal yang
ing) secara sempit yakni studi tentang menjual atau penyaluran barang ‘sempurna’. Ini menunjukkan bahwa bila Anda ingin mengembangkan
dan jasa dari produsen ke konsumen. Sedangkan mereka yang memi- suatu strategi bisnis, Anda harus mempertimbangkan semua model,

54 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 55


piranti, dan metode dari setiap aliran tanpa menjadi kebingungan. Sub-Submodel SME
Kotler dkk lebih menyukai Strategy Safari daripada The Dil- Jika dipilah-pilah lagi, model Sustainable, Market-ing, dan Enter-
bert Principle yang meremeh­kan kontribusi berbagai konsep bisnis. prise (SME) mengandung tiga submodel yaitu, submodel Sustainable,
Diakuinya, memang model SME bukan kombinasi dari semua aliran submodel Market-ing, dan submodel Enterprise. Bagian pertama, sub-
pemikiran, tetapi ini benar-benar sebuah konsep strategi komprehensif, model Sustainable, yakni bagaimana Anda membangun berkelanjutan
yang mempertimbangkan semua aspek penting dari setiap aliran pe- (sustaina­bility) agar bisnis Anda bisa bertahan hidup dalam lanskap
mikiran, sehingga merupakan sebuah model komprehensif yang dapat yang terus berubah. Di sini pentingnya sustainability sebagai unsur uta-
digunakan untuk mentransformasikan suatu organisasi bisnis menjadi ma dari bisnis apapun dalam market yang terus berubah. Ditekankan
suatu perusahaan berkelanjutan yang dinamis, secara proaktif mengin- bahwa selama perjalanan transformasi itu, Anda harus memulai ber-
dera serta merespons terhadap pasar yang terus-menerus berubah. bagai perubahan politik, perubahan teknis, dan perubahan budaya
Ketiga, sangat sederhana yang dimaksud Kotler dkk yakni model di dalam organisai bisnis agar mampu memenangkan persaingan
SME dapat menavigasi marketer pada saat mereka sedang melakukan dalam lingkungan bisnis yang terus berubah. Perubahan politik ten-
perjalanan transformasi. Kotler dkk mengilustrasikan menggunakan tang bagaimana Anda mengelola alokasi kekuasaan dan isu-isu politis
sebuah diagram pohon, yang disebut ‘diagram roket’ seperti tampak di dalam organisasi, di mana sebagai seorang pengambil keputusan
dalam gambar. Model itu berisi tiga submodel lanjutan: Sustainable, yang tangguh serta pengambil risiko yang berani, CEO memainkan
Market-ing, dan Enterprise. Submodel Market-ing merupakan bagian berbagai peran kritis dalam mengawali dan mendorong segala usaha
inti dari SME, karenanya mereka menggambarkannya sebagai tubuh transformasi. Perubahan teknis tentang bagaimana Anda memformu-
roket. Submodel Sustainable dan Enterprise merupakan sayap-sayap lasikan serta mengimplementasikan suatu arsitektur bisnis yang baru.
roket, untuk memperlihatkan bahwa mereka berfungsi seperti sayap- Sementara perubahan kultural tentang bagaimana Anda membangun
sayap yang menavigasikan perjalanan transformasi Anda. dan menanamkan berbagai nilai baru dan perilaku bersama yang men-
dukung arsitektur bisnis baru Anda.
Bagian kedua, submodel Market-ing, yang merupakan inti dari
model SME, memiliki tiga komponen, yaitu: Outlook, Architecture,
dan Scorecard. Ketiganya berkaitan dengan perta­nya­an-pertanyaan,
bagaimana Anda menganalisis outlook (penampilan) lanskap bisnis
Anda di masa mendatang? Bagaimana merancang arsitektur bisnis
Anda? Dan akhirnya, bagaimana menyeimbangkan kartu skor (score-
card) pelanggan, orang-orang, serta para pemegang saham Anda? Pada
komponen Outlook, Anda harus menganalisis lanskap bisnis Anda di
masa mendatang berdasarkan pada empat faktor yang saling bersifat
eksklusif-kolektif-melengkapi. Keempat factor itu yaitu: perubahan
(perubahan teknologis, kondisi ekonomi, kekuatan-kekuatan poIitik-
legal, kekuatan-kekuatan sosio-kultural, dan pergeseran pasar), situasi
kompetisi, kondisi pelanggan, dan kondisi internal perusahaan. Itulah
sebabnya Kotler dkk menyebut piranti analisis ini sebagai Diamond
4C: Change, Competitor, Customer dan Company.
Analisis ini tidak hanya memberitahu Anda tentang kondisi yang
ada serta perkembang­an mutakhir perusahaan Anda, tetapi juga yang
Gambar Model Sustainable, Marketing, Enterprise (SME)
(Menurut Kotler dkk., 2003)
lebih penting memberitahu Anda suatu gambaran tentang profil ling-

56 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 57


kungan bisnis dan kondisi internal: siapa yang akan menjadi kompeti- value Anda akan dikelola secara optimal.
tor Anda, bagaimana prioritas pelanggan Anda akan bergeser, atau Bagian ketiga, submodel enterprise memiliki tiga komponen: in-
peluang bisnis apa saja yang akan muncul dan bagaimana memban- spirasi (inspiration), budaya (culture), dan institusi (institution). Inspirasi
gun kompetensi supaya dapat mengeks­ploitasinya. Anda harus ingat menyangkut impian. Sebuah perusahaan harus memiliki sebuah im-
bahwa bisnis apapun dibangun tidak hanya untuk merebut market pian yang akan memberikan inspirasi, membimbing, dan merangsang
yang sudah ada, melainkan juga untuk merebut market di masa men- semua orang yang ada di dalamnya. Budaya menyangkut kepribadian.
datang. Sebuah perusahaan harus memiliki kepribadian yang kuat yang mem-
Pada komponen Architecture, Anda mulai merancang apa yang dise- berikan perekat yang menyatukan organisasi itu pada saat bertumbuh,
but oleh Kotler dkk sebagai arsitektur bisnis. Dalam melakukan hal mengalami diversifikasi, dan memperluas pasarnya. Akhirnya, insti-
ini, Anda akan mengembangkan lanskap bagi exploration, engagement, tusi tentang aktivitas. Sebuah perusahaan harus mampu mengelola
dan execution (E3). Sub-submodel Architecture terdiri dari tiga kompo- aktivitas-aktivitasnya dengan efisien dan efektif untuk merealisasikan
nen: strategy (S), tactic (T), dan value (V) yang secara kolektif disebut se- visi serta sasaran-sasarannya. Komponen pertama dari submodel en-
bagai STV Triangle 2. Strategy tentang bagaimana merebut mind share. terprise adalah inspirasi, yang diilustrasikan oleh Kotler dkk menggu-
Tactic tentang bagaimana merebut market share. Value adalah tentang nakan sebuah jam pasir, dan membaginya menjadi dua aspek, dimensi
bagaimana merebut heart share. Masing-masing dari ketiga komponen filosofi (philosophy) pada sisi kiri dan dimensi tujuan (objective) pada sisi
selanjutnya dibagi menjadi tiga unsur, sehingga seluruhnya ada sem- kanan. Pada sisi filosofi, perusahaan harus merumuskan misi dan
bilan elemen. Strategy terdiri dari segmentation, targeting, dan positioning. visinya agar dapat menyediakan pedoman serta alasan keberadaan
Tactik terdiri dari differentiation, marketing mix, dan selling. Value terdiri (raison d’etre) bagi organisasi itu. Pada sisi tujuan, perusahaan harus
dari brand, service, dan process. Kotler dkk menyebut semua unsur ini merumuskan lingkup bisnis serta sasaran-sasarannya. Lingkup bisnis
sebagai sembilan unsur inti arsitektur (nine core elements of architecture). merupakan terjemahan dari misinya, sementara sasaran menunjuk
Kesembilan unsur ini merupakan hal yang esensial bagi usaha bisnis pada terjemahan visi itu ke dalam aktivitas operasional perusahaan.
apapun dan manapun. Anda tidak dapat mengabaikan yang manapun Ilustrasi jam pasir digunakan untuk memperlihatkan bahwa perumu-
dari mereka. Secara bersama-sama, mereka membentuk grand design san serta pelaksanaan yang tepat dari visi, misi, lingkup serta sasa-
dari perusahaan bisnis Anda. ran bisnis akan mengantar kepada alokasi sumber daya yang efektif
Terakhir, pada komponen scorecard, Anda harus terus menerus me- di dalam perusahaan itu. Bila hal ini dapat dilakukan dengan baik,
nyeimbangkan proposisi-proposisi nilai Anda kepada tiga stakeholder hasilnya akan meluncur ke bawah seperti pasir dalam jam pasir itu
utama Anda: orang-orang (people), pelanggan (customers), dan pemegang yang menciptakan sebuah perusahaan yang mampu meminimumkan
saham (shareholders). Itulah sebabnya Kotler dkk menyebutnya sebagai risiko secara efektif.
lingkaran PCS (PCS Circle). Setelah Anda merancang arsitektur Anda, Komponen kedua dari submodel enterprise adalah budaya, diper-
Anda harus memasarkannya ke target yang tepat. Anda harus mengi- lihatkan pada bagian tengah ilustrasi sebagai simbol yin-yang. Seba­
dentifikasi, mendapatkan, dan mempertahankan orang-orang yang te- gaimana direpresentasikan oleh simbol itu, budaya berisi dua unsur,
pat di pasar kompetensi, pelanggan yang tepat di pasar komersial, dan yaitu nilai-nilai bersama (shared valued) serta perilaku bersama (common
pemegang saham yang tepat di pasar modal. Untuk mendapatkan dan behavior). Nilai-nilai merupakan keyakinan hakiki serta abadi dari or-
mempertahankan mereka, Anda harus menciptakan nilai yang ung- ganisasi itu yang diadopsi oleh semua karyawan di dalam organisasi
gul bagi mereka. Scorecard dibutuhkan untuk memastikan bahwa Anda tersebut, dan berfungsi sebagai prinsip-prinsip pembimbing bagi ak-
telah memberikan nilai yang unggul kepada stakeholder utama Anda. tivitas mereka. Nilai-nilai ini cenderung lebih dalam dan kurang be-
Ini merupakan suatu piranti pengontrol dan pemantau untuk menja- gitu kasat mata, tetapi tetap bertahan dalam perjalanan waktu ketika
min keunggulan nilai Anda. Melalui pengendalian dan pemantauan organisasi itu berubah. Perilaku menunjuk pada cara-cara bertindak
kartu skor (scorecard) secara terus-menerus, berkelanjutan stakeholders yang lazim yang ditemukan dalam sebuah organisasi. Perilaku lebih

58 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 59


tampak nyata dan relatif mudah berubah. berkaitan dengan bagaimana menciptakan dan mengimplementa-
Komponen ketiga dari submodel Enterprise adalah Institusi, yang sikan arsitektur dan strategi bisnis yang baru. Cultural change adalah
juga diilustrasikan oleh Kotler dkk dengan jam pasir. Pada sisi Manaje- bagaimana Anda membangun dan menanamkan shared values maupun
men (management), misi Anda yang sudah ditentukan sebelumnya common behavior yang baru untuk mendukung arsitektur dan strategi
yang diterjemahkan ke dalam lingkup bisnis yang jelas harus didu- bisnis baru Anda.
kung oleh suatu sistem dan struktur organisasi yang solid. Sementara Di era zaman yang cepat berubah karena munculnya teknologi baru,
itu, visi dan sasaran harus ditentukan dengan jelas, sehingga dapat aturan baru, atau gaya hidup baru, dan di tengah persaingan bisnis yang
bertindak seba­gai sebuah stimulus bagi aktivitas operasional perusa- semakin ketat karena munculnya pesaing baru, perusahaan-perusahaan
haan tersebut. Pada sisi Pengukuran (measurement), implementasi misi agribisnis sudah saatnya melakukan transformasi paradigma pemasaran.
dan lingkup bisnis, serta realisasi visi dan sasaran, harus diukur kin- Transformasi dari paradigma sekedar memasarkan produk (marketing) ke pa­
erjanya. Ada dua hal yang perlu diperhatikan. Pertama, pengukuran ra­digma pemasaran lebih komprehensif (Market-ing). Sehingga akan tercapai
harus merujuk kehasilnya. Kedua, pengukuran harus selalu terfokus kepuasan antara ketiga stakeholder yaitu: orang-orang (people), pelanggan
pada keseimbang­an penciptaan nilai bagi ketiga stakeholder utama, yai- (customers), dan pemegang saham (shareholders), pada akhirnya perusa-
tu: pelanggan, orang-orang, dan pemegang saham. Ini penting, karena haan akan dapat bertahan secara berkelanjutan.
Anda tidak dapat melanggengkan penciptaan nilai bila pemenuhan Menurut Hermawan Kertajaya, seorang marketer di era New Wa­ve
kebutuhan para pemegang saham, pelanggan, dan orang-orang Anda ini tidak bisa lagi sembarangan mengobral sumber daya, baik itu beru-
tidak diselaraskan. pa uang, waktu, orang, fasilitas, dan sebagainya. Karena itu, marketer
harus punya konsep yang benar tentang marketing, yaitu dengan me­
Gerakan Rodagila nerapkan sembilan elemen marketing dengan Positioning, Differentiation,
Jadi dengan model SME Kotler dkk ingin mengatakan bahwa dan Brand (PDB) se­bagai intinya.
bila Anda mendorong bisnis Anda melalui gerakan rodagila se- Dalam marketing, yang penting juga bukan cuma tentang market
cara berkelanjutan (sustainability loop), maka Anda harus melakukan share, namun tentang mind share dan heart share juga. Inilah kelemahan
Rethingking Marketing (Market-ing) yakni mengkaji kembali outlook, sebagian marketer, banyak yang bingung kalau market share-nya turun.
architecture, dan scorecard, sementara pada saat yang sama Anda harus Orientasi terhadap market share semata ini mem­buat mereka lantas
mengkaji kembali elemen-elemen enterprise yakni inspiration, culture, melakukan berbagai upaya agar market share-nya bisa naik lagi. Ada
dan institution. Apakah mereka masih tetap relevan dengan pasar yang yang banting-bantingan harga, ada yang langsung memberikan margin
terus berubah sebagai lingkungan bisnis yang dinamis? Modifikasi, atau diskon nggak karuan ke distributor, ada juga yang melakukan pro-
penyesuaian, atau bahkan transformasi manakah yang akan Anda bu- mosi atau aktivitas brand building secara be­sar-besaran. Padahal market
tuhkan dalam mendorong melalui putaran itu? share saja tidak cukup kalau tidak ada mind share dan terutama heart
Pertanyaannya adalah bagaimana sebuah perusahaan yang sustain- share.
able seharusnya berhasil menggerakkan rodagilanya terus-menerus Orientasi kepada market share semata bisa mengakibatkan terjadin-
melakukan perjalanan dari exploitation ke conservation, crisis, creative ya marketing myopia, ti­dak ada orientasi jangka menengah dan panjang.
destruction, dan kemudian renewal. Pertanyaan selanjutnya adalah, Apalagi kalau anggarannya tanggung, bisa-bisa orientasi mengejar mar-
bagaimana Anda harus melakukannya? Kuncinya adalah bagaimana ket share akan berakibat fatal. Market share tidak kunjung didapat, uang
Anda menciptakan perubahan dalam setiap fase perjalanan transfor- terlanjur habis. Jadi, jangan terlalu panik jika market share Anda turun.
masi Anda. Untuk mendorong gerakan rodagila, Anda harus mengin- Jangan lantas melakukan berbagai cara tanpa melihat dulu mind share
troduksikan tiga perubahan strategis: political, technical, dan cultural dan heart share Anda. Apalagi di tengah lanskap New Wave saat ini
change. Political change adalah perubahan yang terkait dengan alokasi yang semakin diwarnai berbagai per­ubahan yang tidak pasti.
kekuasaan serta isu-­isu politis di dalam organisasi. Technical change

60 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 61


Kemitraan Agribisnis agroindustri peluang memperoleh kualitas produk dengan biaya rela-
tif rendah, mengurangi ketidakpastian, membatasi variabilitas harga,
jaminan kualitas produk, dan mengakses tenagakerja murah. Melalui
kemitraan agroindustri atau perusahaan agribisnis dengan petani ke-
i daerah-daerah perdesaan negara-negara berkembang ter- cil di negara-negara berkembang yang umumnya memiliki kelebihan
masuk Indonesia, pasar sering hilang atau tidak sempurna tenagakerja, biaya-biaya produksi dapat diminimisasi dan pasokan ba-
(missing and imperfect market). Suatu sifat penting pasar tidak han baku dapat berkelanjutan.
sempurna adalah mudah menyebar atau menular, yaitu ketidak sem-
purnaan di satu sektor sering menimbulkan problem di sektor lain. Timbulnya Kemitraan
Untuk itu petani kecil membayar biaya-biaya tinggi untuk mengatasi Kemitraan dapat timbul sebagai suatu respon terhadap biaya tran-
ketidak-sempurnaan pasar. Petani kecil sering mengalami kesulitan saksi (transaction cost), yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan sehingga
akses kredit dan informasi tentang peluang pasar atau teknologi baru, menambah biaya produksi yang diakibatkan oleh imperfect and miss-
penyewaan tenagakerja, pembelian sarana produksi tertentu dan akses ing markets. Agar dapat meminimumkan biaya-biaya ini, keberadaan
pasar produk. Para petani kecil berada dalam situasi sulit, sehingga kelembagaan informal dan formal adalah sering dikembangkan di
mereka harus membayar biaya-biaya tinggi untuk mengatasi market im- daerah-daerah pedesaan yang perekonomiannya sedang berkembang.
perfections atau harus mengembangkan institusi informal untuk memi- Kegagalan pasar (market failure) dari faktor-faktor berikut yang me-
nimumkan dampak market imperfections. Jadi untuk mengatasi market mungkinkan timbulnya kemitraan yaitu:
imperfections dan meminimumkan biaya-biaya transaksi yang dihadapi 1. Kredit -- Produksi komoditi komersial atau non tradisional ber-
para petani kecil dan sekaligus satu kemungkinan mekanisme untuk nilai tinggi umumnya lebih banyak memerlukan biaya-biaya dari pada
perbaikan kesejahteraan para petani kecil pedesaan dan menawarkan- komoditi tradisional, sehingga lebih banyak memerlukan kredit. Un-
nya benefit di era liberalisasi ekonomi adalah pertanian kontrak (con- tuk sejumlah alasan yang terdokumentasi, pasar kredit di pedesaan
tract farming). negara sedang berkembang adalah hilang (missing) atau tidak sempur-
Kerjasama saling menguntungkan antara pelaku-pelaku agribisnis, na (imperfect). Agroindustri memiliki suatu posisi terhormat bertindak
khususnya antara petani kecil dengan pengusaha besar akan lebih te- sebagai pemberi pinjaman (lenders) terhadap produsen atau petani ke-
pat dituangkan dalam konsep pertanian kontrak. Kalau di Indonesia cil (smallholder), karena mereka dapat mengeluarkan pinjaman secara
belakangan ini lebih populer disebut “Kemitraan”. Kemitraan artinya langsung kepada petani kecil sebelum menawarkan penerimaan dari
persahabatan atau pertemanan (mitra=sahabat=teman). Pola kemi- pertanaman.
traan artinya suatu bentuk kerjasama antara dua atau lebih pelaku- 2. Asuransi -- Tanam-tanaman komersial atau non-tradisional
pelaku agribisnis yang didasarkan kerjasama (persahabatan) saling cenderung mendatangkan pendapatan lebih tinggi bagi petani walau
menguntungkan yang dituangkan dalam suatu perjanjian atau kon- dengan biaya produksi lebih tinggi. Pertanaman tersebut juga lebih
trak, sehingga ini menjamin keberlanjutan kerjasama tersebut. beresiko karena lebih peka terhadap hama dan penyakit serta bencana
Melalui kemitraan, agroindustri atau perusahaan agribisnis sering alam yang mempengaruhi produksi dan harga, sehingga perusahaan
menyediakan petani kecil dengan kredit, sarana produksi, informasi asuransi tidak berminat menawarkan jaminan asuransi di daerah
dan pelayanan-pelayanan lainnya yang memungkinkan petani men- perdesaan negara-negara sedang berkembang. Sementara mekanisme
jangkau segala kebutuhan dalam proses produksi. Bahkan merubah asuransi informal sangat terbatas karena alasan biaya-biaya. Perusa-
pertanaman dari tanaman tradisional subsisten ke komoditi ekspor haan-perusahaan agroindustri dengan aktivitas mereka yang membu-
bernilai tinggi. Hal ini tidak hanya memiliki potensi meningkat- tuhkan bahan baku secara berkelanjutan bersumber dari petani adalah
kan pendapatan petani-petani pengontrak, tetapi juga memiliki efek pada posisi sangat tepat memberikan jaminan kepada petani dengan
pengganda dalam perekonomian pedesaan. Kemitraan menawarkan menawarkan suatu kontrak di depan. Kontrak dengan harga tetap

62 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 63


yang memasukkan suatu premi resiko, sehingga perusahaan dapat menguntungkan kedua belah pihak yakni para petani pengontrak dan
menjamin petani menghadapi resiko. perusahaan agribisnis (agribusiness firm). Banyak fakta mengungkapkan
3. Informasi – Efisiensi produksi tergantung pada informasi teknolo- keuntungan kemitraan antara petani kecil dan perusahaan agribisnis.
gi tepat guna, harga, kuantitas dan waktu yang tepat penggunaan input Misal, para petani Senegal, Afrika yang berpartisipasi dalam program
sesuai dengan karakteristik tanam-tanaman yang diusahakan. Kehilan- kemitraan atau contract farming kacang tanah memperoleh pendapatan
gan pasar dan informasi dapat memperlambat atau menghambat ali- lebih tinggi dibandingkan sebelum kemitraan. Kemitraan dalam Pola
ran informasi ke petani. Perusahaan agroindustri dapat secara efisien PIR BUN-Trans antara perusahaan perkebunan dengan petani trans-
mengkomunikasikan informasi ke petani melalui sejumlah mekanisme migrasi memberikan keuntungan kepada dua belah pihak. Namun
termasuk menggunakan kontrak-kontrak yang menetapkan interaksi peneliti lain telah melaporkan bahwa petani kecil hanya memperoleh
dengan agen-agen perwakilan perusahaan. Problema informasi poten- keuntungan yang terbatas dan pada beberapa kasus petani secara lang-
sial lainnya dalam produksi pertanian berhubungan dengan kegiatan sung atau tidak langsung menderita kerugian.
pekerja sewaan. Tanpa supervisi, pekerja sewaan pada usahatani besar
dan perusahaan perkebunan mungkin lalai dan tidak sesuai de­ngan Landasan Kemitraan
harapan penyewa. Pada usahatani kecil, kebanyakan tenagakerja Sejak 1993, GBHN mengamanatkan agar pengembangan dan
adalah tenagakerja keluarga dan kecil kemungkinan melalaikan peker- pembinaan usaha nasional didorong melalui perluasan kerjasama dan
jaan. Karena penerimaan dari produksi untuk seorang petani pengon- keterkaitan usaha antara usaha skala besar menengah dan kecil ber-
trak akan meningkatkan pendapatan rumahtangga, maka perusahaan dasarkan kemitraan yang saling menunjang, menguntungkan dengan
dapat memetik keuntungan dari adanya pekerja keluarga yang efisien semangat kebersamaan dan kekeluargaan. Dalam rangka memasuki
dengan mengontrak pada usahatani keluarga. era perdagangan bebas baik regional maupun internaisonal (AFTA,
4. Faktor-Faktor Produksi – Pasar input-input khusus untuk NAFTA, APEC dan WTO) dan menghadapi perubahan lingkungan
produksi tanam-tanaman non-tradisional, seperti mesin-mesin atau strategi di era teknologi dan globalisasi, maka masing-masing negara
benih-benih tertentu, mungkin tidak dapat dijangkau pada tingkat selayaknya mempersiapkan diri melalui penataan kerjasama di berba­
harga pasar oleh petani, sehingga para petani mungkin mengalami ke- gai bidang yang dilandasi oleh kemitraan.
sulitan memperoleh input-input tersebut. Lagi pula, karena kegagalan Landasan pengembangan kemitraan di bidang pertanian dituang-
dalam pasar lahan dan tenagakerja, lahan dan tenagakerja yang dimil- kan dalam undang-undang No. 12  tahun 1992 yang menetapkan: (a)
iki oleh keluarga petani mungkin tidak termanfaatkan. Melalui kemi- Pasal 47 (ayat 3), ”Badan Usaha diarahkan untuk kerjasama secara
traan, perusahaan dapat menyediakan petani akses input yang cukup terpadu dengan masyarakat petani dalam melakukan usaha budida-
dan perusahaan dapat mengakses tenagakerja yang tidak digunakan ya tanaman”; (b) Pasal 47 (ayat 4), ”Pemerintah dapat menugaskan
dan kurang bernilai. Badan Usaha untuk pengembangan kerjasama dengan petani”, dan
5. Pasar Produk – Pasar-pasar produk yang tidak berkembang (c) Pasal 49 “Pemerintah membina usaha lemah serta mendorong dan
mungkin membuat perusahaan agroindustri kesulitan memperoleh membina terciptanya kerjasama yang serasi dan saling menguntung-
bahan baku pada kualitas yang memadai, harga yang terjangkau dan kan antara pengusaha lemah dan pengusaha kuat di bidang budida-
kuantitas yang berkelanjutan. Melalui kemitraan, perusahaan kontrak ya tanaman”. Juga kelembagaan kemitraan usaha pertanian di atur
dapat jaminan kualitas, harga, kuantitas dan waktu pengantaran yang dalam: (1) Undang-undang No. 9 tahun 1995 tentang Kemitraan; (2)
dapat diandalkan. Peraturan Pemerintah No 44 tahun 1997 tentang Kemitraan, Bab II,
Sesungguhnya kemitraan memiliki potensi yang memungkinkan Pasal 2 tentang Pola Kemitraan pada Usaha Kecil Menengah, dan Bab
para petani dan perusahaan agribisnis mengatasi kegagalan pasar (mar- II, Pasal 3 tentang Pola Inti-Plasma, (3) Keputusan Menteri Pertanian
ket failure) yang melekat dalam sistem ekonomi perdesaan di negara- No 940./Kpts/OT.210/10/97 tentang Pedoman Usaha Pertanian, Bab
negara sedang berkembang. Sistem kemitraan juga memiliki potensi II Pasal 4 tentang Pola kemitraan Usaha: a. Pola inti-Plasma, b. Pola

64 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 65


Subkontrak, c. Pola Dagang Umum, d. Pola Keagenan, e. Bentuk lain dapi saingan. Kemitraan jenis ini umumnya mengimplementasikan
seperti Kerjasama Operasional Agribisnis (KOA) dll., (4) Keputusan strategi pengembangan solidaritas untuk mengurangi beban tertentu,
Menteri Pertanian No 944./Kpts/OT.210/10/97 tentang Pedoman tetapi dalam hal di luar kesepakatan yang ada, mereka berkompetisi
Penetapan Tingkat Hubungan Kemitraan Usaha Pertanian. Sedang- satu sama lain. Inilah yang dimaksud dengan kompetisi dalam soli-
kan perihal kemitraan Pola PIR diatur dalam Keputusan Menteri Per- daritas. Kemitraan horizontal dapat digolongkan ke dalam tiga ben-
tanian No.: 60/Kpts/KB.510/2/98 tentang Pembinaan dan Pengen- tuk, yaitu: (1) ikatan untuk meningkatkan nilai komoditi (kemitraan
dalian Pengembangan Perkebunan Pola Perusahaan Inti Rakyat yang pasar, produksi dan teknologi); (2) ikatan nasehat usaha atau bantuan
terdiri atas 6 Bab dan 15 pasal. teknis, yaitu dua atau lebih perusahaan bersama-sama terikat untuk
melakukan tukar-menukar pengalaman, informasi, dan cara melaku-
Jenis Kemitraan kan bisnis; (3) Ikatan competitor, yaitu dua atau lebih perusahaan yang
Pada dasarnya dalam dunia bisnis, khususnya dunia agribisnis bersama-sama menghadapi satu pesaing untuk memenangkan suatu
terdapat dua jenis kemitraan, yaitu kemitraan vertikal dan kemitraan objek, misal­nya kontrak, tender, dan pasar. Contohnya, jika ada 12 pe-
horizontal. Kemitraan vertikal adalah kemitraan antara perusahaan rusahaan diundang untuk mengikuti tender. Agar jumlah pesaingnya
yang dianggap lebih kuat atau besar dengan perusahaan yang diang- mengecil, maka tiap tiga perusahaan membentuk kesepakatan kerjasa-
gap lebih lemah atau kecil, misal usahatani kecil. Kemitraan vertikal ma, sehingga arena persaingan menjadi empat kelompok kerja.
umumnya mengimplementasikan strategi pembagian resiko secara
merata dari hulu ke hilir dalam satu mata rantai komoditi tertentu Pertimbangkan Sebelum Bermitra
(praproduksi, produksi, perdagangan, dan pemrosesan). Kemitraan Melakukan ikatan kemitraan, betapapun sederhananya, memer-
vertikal antara lain: (1) Perusahaan Inti Rakyat (PIR), yaitu bentuk lukan pertimbangan yang serius. Di Indonesia, banyak terjadi kasus
usaha kerjasama antara perusahaan (perkebunan, peternakan, peri- kegagalan pola kemitraan antara pengusaha besar dengan petani/pe-
kanan) yang bertindak sebagai inti dengan petani/peternak/nelayan/ kebun/peternak. Misal, pada pola kemitraan peternakan ayam ras,
petambak disekitarnya sebagai plasma dengan menerapkan sistem dalam prakteknya sering terjadi konflik antara perusahaan inti (poul-
agribisnis dalam upaya pendekatan sasaran pembangunan pertanian tryshop) dan peternak plasma. Pada pola kemitraan PIR-BUN-Trans,
dalam arti luas; (2) Langganan, yaitu perjanjian kontrak jual beli konflik kerap terjadi antara pekebun plasma dan perusahaan inti. Pada
dalam jumlah tertentu antara dua pihak atau lebih. Sebagai contoh pe- kemitraan tembakau, konflik juga sering terjadi antara petani tem-
ternak ayam buras melakukan kontrak dengan rumah makan. Dalam bakau dan pabrik-pabrik rokok sebagai perusahaan pengontrak. Kemi-
perjanjian tersebut peternak menyediakan ayam dalam jumlah dan traan tambak udang Dipasena Citra Darmaja antara petambak udang
kualitas tertentu setiap hari sesuai dengan kebutuhan rumah makan. dengan PT Dipasena Citra Darmaja di era tahun 1990-an adalah
Dengan pola kemitraan ini, peternak merasa aman karena ayam yang suatu contoh kemitraan yang gagal dan pelajaran bagi pelaku-pelaku
dipelihara sudah ada yang membeli dan pihak restoran tidak khawatir agribisnis. Banyak lagi kasus-kasus permasalahan yang muncul dari
kekurangan ayam yang harus dimasak tiap hari; (3) Bapak Angkat, berbagai jenis kemitraan
yaitu kemitraan bersifat bantuan (amal) dari pihak yang kuat kepada Dalam konflik yang biasa terjadi, pihak plasma merasa dirugikan
pihak yang lemah. Salah satu contohnya adalah BUMN yang mem- karena pihak inti melakukan tindakan sepihak dalam menentukan
peroleh profit besar memberikan modal tanpa bunga kepada peternak harga jual produk. Sebaliknya, pihak inti sering menuding pihak plas-
di daerah miskin. ma kurang profesional mengelola usahataninya dan sering melakukan
Kemitraan horizontal adalah kemitraan antara dua atau lebih pe- tindakan curang, seperti menjual hasil produknya ke pihak lain yang
rusahaan yang kekuatannya dianggap seimbang, tetapi perlu bermitra harganya lebih baik, bukan ke perusahaan inti sebagaimana telah dise­
untuk meningkatkan kekuatan atau membagi beban tertentu (yang pakati. Kejadian semacam ini tentu tidak dikehendaki oleh kedua
dapat mengurangi daya saing) secara bersama-sama guna mengha- belah pihak. Namun, jika ditelusuri sebenarnya konflik semacam itu

66 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 67


dapat dihindari sejak awal bila kedua pihak mempunyai itikad baik Pengusaha skala besar perlu dikembangkan dalam konsep kemi-
untuk maju bersama-sama dengan mitra bisnis. Selain itu, keputusan traan agribisnis dengan skala menengah dan kecil serta skala rumah
untuk melakukan kemitraan bukan didasari oleh alasan politis atau tangga, sehingga terbentuk “win-win partnership”. Karena itu usaha
sekedar memenuhi anjuran pemerintah. agribisnis on-farm yang umumnya masih lemah diperlukan pembinaan
Dalam usaha menghindari konflik kemitraan dikemudian hari, se- penyertaan kelompok agar mampu bekerja sejajar dengan usaha skala
belum memulai kemitraan sebaiknya pihak-pihak yang akan bermitra besar melalui pelaksanaan kegiatan pemberdayaan mulai dari tingkat
perlu melakukan beberapa hal. Hal-hal tersebut meliputi, pertama, petani/peternak, kelompok tani, koperasi sampai perusahaan besar
mencatat kondisi usaha yang dimiliki secara lengkap, sehingga dapat dengan cara kemitraan usaha.
diketahui bentuk kemitraan yang menguntungkan perusahaan. Kedua, Perkembangan usaha perkebunan menunjukkan bahwa perkebu-
menentukan ukuran nilai (dalam rupiah) dan volume kegiatan kemi- nan rakyat dan perkebunan besar tumbuh dalam kondisi yang sangat
traan yang mungkin dapat dilaksanakan. Ketiga, membuat daftar pe- berbeda. Perkebunan besar memiliki kemampuan teknologi, manaje-
rusahaan yang dikenal dan mungkin dapat diajak melakukan ikatan men, pasar dan sosial ekonomi. Sedangkan perkebunan rakyat mem-
kemitraan. Perlu dilengkapi pula dengan analisis mengenai kekuatan, punyai karakteristik produktivitas yang rendah tidak memiliki akses
kelemahan, ancaman dan peluang bisnis baru yang mungkin timbul di pasar, usahatani yang kecil dan terpencar serta kondisi sosial ekonomi
masa yang akan datang. Analisis demikian biasa dikenal sebagai anali- yang lemah. Sebagaimana tercatat hingga belakangan ini, dari total
sis SWOT (strength, weakness, opportunity, threat). Keempat, membuat luas areal perkebunan Indonesia yang mencapai sekitar 14,2 juta ha,
catatan untung-rugi bila bermitra atau tidak bermitra. Dari catatan sebagian besar atau sekitar 83,3 persen merupakan areal perkebunan
tersebut dapat ditentukan apakah lebih menguntungkan jika bermitra rakyat. Perkebunan rakyat tersebut mampu menyerap keluarga petani
atau tidak. Jika ternyata tidak bermitra justru lebih menguntungkan untuk menjadi pengkebun sampai sekitar 16 juta keluarga. Sedang ha-
dibandingkan dengan bermitra, maka lebih baik jangan melakukan sil yang diperoleh mencapai sekitar 57 persen dari pendapatan seluruh
ikatan kemitraan. sub-sektor perkebunan pada tahun 1998.
Kelima, jika ternyata dapat diputuskan bermitra lebih menguntung- Perkebunan rakyat berkembang dalam kondisi dengan berbagai
kan, maka langkah berikutnya adalah membuat rancangan negosiasi kelemahan, tetapi perkebunan rakyat mempunyai peranan sangat strat-
dengan calon mitra. Keenam, jika rancangan negosiasi sudah selesai, egis sebagai sumber pendapatan petani dan penghasil  devisa yang me-
maka perlu diadakan acara pertemuan dengan calon mitra (negosiasi). lebihi usaha perkebunan besar. Untuk itu kebijakan pemerintah dalam
Ketujuh, membuat kesepakatan secara tertulis dengan bahasa yang pembangunan perkebunan menempatkan perkebunan rakyat sebagai
jelas dan rinci. Kedelapan, membuat sistem monitoring pelaksanaan sasaran utama (plasma) dan perkebunan besar sebagai pendukung
kerjasama. Sistem monitoring diperlukan agar pelaksanaan kemitraan (inti), atau dengan kata lain menjalankan kemitraan secara vertikal.
berjalan sesuai dengan model kerjasama yang telah disepakati.
Kemitraan Perkebunan
Kemitraan Saling Menguntungkan Upaya pemerintah dalam pengembangan perkebunan melalui pola
Kemitraan adalah salah satu dari 11 macam strategi pengembangan Perkebunan Inti Rakyat (PIR), Unit Pelaksana Proyek (UPP.), Swadaya
kawasan agribisnis Departemen Pertanian. Dalam implementasinya dan Perkebunan Besar (PB), merupakan upaya untuk mendorong dan
ditekankan tidak hanya pada aspek kegiatan budidaya saja, tetapi juga menempatkan usahatani perkebunan rakyat tetap memiliki peran strat-
pada aspek sarana/prasarana, pengolahan, penyimpanan, pemasaran. egis dalm perekonomian. Pola PIR diarahkan pada wilayah-wilayah
Pada sistem ini kelompok tani melakukan kerja sama dengan pihak- yang mempunyai aksesibilitas rendah. Sedangkan UPP dan Swadaya
pihak yang bergerak dalam subsistem hulu (saprodi) dan subsistem pada sentra-sentra perkebunan rakyat. Sementara Pola Perkebunan
hilir (pemotongan, pengolahan) serta subsistem jasa (alat dan mesin, Besar pada wilayah-wilayah yang mempunyai aksesibilitas baik di-
modal). arahkan untuk turut mendorong wilayah sekitarnya pada radius ± 30

68 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 69


km, disamping mengembangkan kebun sendiri. bangan kemitraan agribisnis pada pembangunan perkebunan sampai
Dalam pembangunan perkebunan, khususnya perkebunan rakyat akhir 2008 yakni jumlah perusahaan mitra pada pola PIR (PIR-BUN,
yang dilaksanakan selama ini sebagian besar mendapat dukungan PIR-Trans, PIR-Trnas KKPA-KTI, PIR-Bun KKPA) sebanyak 326
dana dari fasilitas kredit lunak jangka panjang perbankan seperti unit mencakup areal plasma seluas 4.511.676 ha dan rencana investasi
KIK/KMKP, Kredit Investasi untuk PIR-Transmigrasi. Fasilitas kredit sebesar Rp 29.715.884 juta, jumlah perusahaan mitra pada pola UPP./
tersebut telah dimanfaatkan sejak tahun 1977, kecuali Skim Kredit Swadaya sebanyak 84 unit mencakup areal plasma seluas 71.286 ha
PIR-Transmigrasi yang mulai tahun 1986. Beberapa skim kredit lu- dan rencana investasi sebesar Rp 32.130 juta.
nak tidak tersedia lagi sejak awal tahun 1990 dengan keluarnya Paket Dalam kondisi perekonomian Indonesia sangat terpuruk sejak krisis
Januari tahun 1990 (Pakjan 90). Kecuali untuk pendanaan kegaiatan- moneter, berlanjut menjadi krisis ekonomi Juli 1997, subsektor perke-
kegiatan yang telah disetujui sebelumnya. Kemudian sejak tahun 1993 bunan termasuk menjadi andalan sebagai penghasil devisa. Program
dilanjutkan dengan penyaluran skim KKPA untuk memenuhi kegiatan pembangunan perkebunan lewat pola PIR (Perkebunan Inti Rakyat)
KKPA-PIR-BUN, KKPA PIR-Trans KTI, dan KKPA-Tebu Rakyat. harus terus digencarkan. Pola PIR ini menurut Departemen Kehu-
Keseluruhan Skim kredit tersebut memperoleh fasilitas KLBI (Kredit tanan dan Perkebunan (Dephutbun) diproyeksikan membutuhkan
Likuiditas Bank  Indonesia). Skim kredit tersebut untuk mendukung dukungan dana melalui program KKPA (Kredit Koperasi Primer
koperasi dalam pengembangan perkebunan seperti PIR-Bun KKPA, untuk Anggota) pada tahun 2000 mencapai sekitar Rp. 3,899 trilyun.
dan PIR-Trans KKPA untuk Kawasan Timur Indonesia (KTI). Dengan adanya kebijakan pemerintah melaui Undang-Undang No. 23
Keberhasilan pembangunan pola PIR beberapa tahun belakan- Tahun 1999 tanggal  17 Mei 1999 tentang Bank Indonesia, maka bank
gan ini, telah memberi pengalaman yang sangat berharga, sehingga tersebut tak lagi berkewajiban  menyediakan KLBI (Kredit Likuiditas
keterpaduan sistem agribisnis dan agroindustri yang dikembangkan Bank Indonesia) untuk mendukung kredit program. Namun pemerin-
dapat diaplikasikan pada pola pembangunan perkebunan yang lain. tah menunjuk lembaga keuangan untuk melanjutkan kredit program
Kehadiran Pengusaha pengolah atau prosessor dapat juga berperan pengembangan perkebunan yakni PT. Permodalan Nasional Madani
dalam pemberdayaan petani di bidang teknologi, modal, kelembagaan (PNM), PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI), KUT (Kredit Usaha Tani),
dan lain-lain, sehingga ketersediaan bahan baku dapat lebih terjamin dan KKOP (Kredit Koperasi untuk Operasi Pangan).
dalam volume dan mutu. PNM diwajibkan menyalurkan kredit untuk KKPA Umum. Sedang
Kontribusi pola PIR dalam pembangunan baik makro maupun mi- BRI menyalurkan kredit untuk KKPA tebu rakyat. Penyediaan kredit
kro antara lain, pertama, semakin berkembangnya komoditi andalan melalui pola KKPA selama inipun bermanfaat untuk pembangunan
dan unggulan keberbagai propinsi yang sebelumnya hanya terkonsen- perkebunan, pabrik atau unit pengolahan hasil perkebunan. Dalam
trasi di Sumatera Utara dan Jawa seperti Kelapa Sawit dan Kakao. pembangunan perkebunan, baik kebun maupun pabrik diusulkan su-
Kedua, keberhasilan BUMN-PTPN sebagai “pionir” dalam pemban- paya tak dipersyaratkan lagi adanya avalis.
gunan remote area turut mendorong kepercayaan dan minat investor Dengan demikian koperasi yang sudah mandiri mampu memban-
swasta dan petani untuk menjadi peserta. Ketiga, usaha mencegah gun industri pengolahan yang terintegrasi dengan kebunnya, walau
kesenjangan sosial antara pengusaha dan petani. Itu dapat terjadi den- tanpa ada perusahaan inti. Menurut Dephutbun, besarnya kebutuhan
gan semakin terciptanya keterpaduan dan kebersamaan antara usaha dukungan kredit pola KKPA terhadap pengembangan perkebunan,
Perkebunan Besar dan Perkebunan Rakyat dalam “Kemitraan”. khususnya perkebunan rakyat, yang mencapai sekitar Rp. 3,899 tri-
Progres sampai saat ini memperlihatkan bahwa kemitraan pada lyun untuk pengembangan areal perkebunan sampai seluas 732.835
pola PIR terus berkembang sedang pada pola UPP., Swadaya me- ha. Total luas tersebut merupakan PIR-Trans Tahap I yang meliputi
merlukan kehadiran dari mitra usaha, walaupun masih terbatas pada 135.641 ha, PIR-Trans Kawasan Timur Indonesia (KTI) 17.000 ha,
tingkat kelompok tani. Karena itu pada pola UPP. dan Swadaya terus PIR-Bun KKPA 542.194 ha.
ditata dan dikembangkan sampai mencapai skala ekonomi. Perkem-

70 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 71


Kesadaran Saling Membutuhkan tercapainya “peningkatan pendapatan”, yang dapat dicapai melalui
Keberhasilan kemitraan perkebunan sangat bergantung kepada pi- produktivitas yang optimal dan efisien sehingga memiliki daya saing
hak yang bermitra. Pengusaha harus menyadari bahwa para petani di pasar bebas. Guna mendukung keberlanjutan pengembangan sub-
memerlukan berbagai upaya pemberdayaan. Banyak faktor yang men- sektor perkebunan, khususnya terhadap usaha perkebunan skala kecil,
jadi kelemahan memerlukan bantuan teknis seperti teknologi, modal, menengah, Koperasi, serta perusahaan patungan koperasi-investor,
kelembagaan, SDM, processing dan lain-lain. Sebaliknya petani juga perlu ada bantuan pemerintah berupa dukungan pendanaan melalui
memahami dan merasa perlu kehadiran mitra usaha. Kemitraan usaha kredit program KKPA atau kredit lunak jangka panjang lainnya.
perkebunan mengacu pada terciptanya keseimbangan, keselarasan, ke-
terampilan dan interdependesi yang dilandasi saling percaya dengan
transparasi.
Kemitraan akan terwujud dengan terciptanya, pertama, saling
membutuhkan atau interdepedensi. Artinya pengusaha memerlukan
pasokan bahan baku, sedang petani memerlukan bimbingan teknologi,
pemasaran, processing. Kedua, saling menguntungkan. Artinya kedua
belah pihak harus dapat memperoleh “nilai tambah” dari kerjasama.
Ketiga, saling memperkuat. Artinya kedua belah pihak sama-sama
memahami hak dan kewajiban.
Upaya pemantapan kelembagaan kemitraan memerlukan perhatian
dan penanganan antara lain, pertama, kerjasama yang transparans se-
jak awal, sehingga masing-masing pihak tahu dan sadar hak-hak serta
kewajibannya. Kedua, pemantapan kelembagaan kelompok tani yang
merupakan basis produksi terkecil dari manajemen produksi yang di-
lakukan “mitra usaha” atau “perusahaan inti”. Ini dilakukan tidak
hanya pada tingkat petani, tetapi juga pada perusahaan mitra. Ketiga,
peningkatan kualitas SDM yakni pada tingkat petani memerlukan pe-
ningkatan pengetahuan, ketrampilan dan pengorganisasian.
Keempat, skala ekonomi utamanya pada pola UPP. dan swadaya
harus ditata sampai mencapai skala ekonomi. Kelima, revitalisasi pe-
rusahaan inti pada pola PIR. Tugas utama perusahaan inti adalah
menjaga agar kualitas produksi tetap sesuai dengan standar teknis.
Perusahaan inti sejak awal pembangunan sampai pasca konversi tetap
mempunyai tanggung jawab, sehingga produktivitas tanaman tetap op-
timal. Keenam, kelembagaan usaha perusahaan inti agar tetap diper-
tahankan pada skala ekonomi. Salah satu alternatif adalah memben-
tuk “satu unit usaha” terintegrasi antara inti dan plasma, baik modal,
lahan, processing maupun manajemen.
Pengembangan kelembagaan kemitraan agribisnis sub sektor perke-
bunan terus dikembangkan dan ditata, sehingga semakin mewujudkan
hasil-hasil pembangunan berbasis agribisnis dan agroindustri untuk

72 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 73


Strategi Perusahaan ekspansi, dan kontraksi, merupakan strategi yang dilakukan oleh pe-
rusahaan bila keputusan strategi pokoknya difokuskan pada berbagai
Agribisnis strategi besar secara sadar pada waktu sama (secara simultan) dalam
berbagai unit bisnis perusahaan.

Perumusan Strategi
erencanaan strategi merupakan kegiatan perusahaan mencari Perumusan strategi perusahaan dapat dilakukan dengan meng-
kesesuaian antara situasi internal (kekuatan dan kelemahan) dan gunakan beberapa metode, yang umumnya dapat dikelompokkan ke
situasi eksternal (peluang dan ancaman) perusahaan dalam me- dalam tiga tahap pelaksanaan. Tahap pertama adalah the input stage
manfaatkan peluang pasar. Kegiatannya meliputi pengamatan secara yang mencakup tiga matriks yakni: pertama, External Factor Evaluation
hati-hati terhadap persaingan, peraturan, tingkat inflasi, siklus bisnis, (EFE) Matrix, digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal.
keinginan dan harapan konsumen serta faktor-faktor lain yang dapat Data eksternal dikumpulkan untuk menganalisis hal-hal menyang-
mengidentifikasikan peluang dan ancaman. kut persoalan ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, poli-
Esensi strategi suatu perusahaan yakni memanfaatkan kekuatan tik, pemerintahan, hukum, teknologi, persaingan di pasar industri di
dan memperkecil kelemahan internal perusahaan untuk menghadapi mana perusahaan berada, serta data eksternal relevan lainnya. Hal ini
ancaman dan merebut peluang eksternal. Proses analisis, perumusan penting karena faktor eksternal berpengaruh secara langsung maupun
dan evaluasi strategi-strategi perusahaan disebut perencanaan strategis. tidak langsung terhadap perusahaan.
Namun jika perusahaan bergerak di bidang produk-produk agribisnis, Kedua, Internal Factor Evaluation (IFE) Matrix. Matriks ini digu-
maka disebut strategi perusahaan agribisnis. nakan untuk mengetahui faktor-faktor internal perusahaan berkaitan
Tujuan utama perencanaan strategis perusahaan adalah melihat dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap penting. Data dan
secara objektif kondisi-kondisi internal dan eksternal, sehingga peru- informasi aspek internal perusahaan dapat digali dari beberapa fung-
sahaan dapat mengantisipasi perubahaan lingkungan eksternal. Jadi sional perusahaan, misalnya dari aspek manajemen, keuangan, SDM,
perencanaan strategis penting untuk memperoleh keunggulan bersaing pemasaran, sistem informasi, produksi dan operasi.
dan memiliki produk yang sesuai dengan keinginan konsumen dengan Ketiga, Competitive Profile Matrix (CPM), digunakan untuk mengi-
dukungan optimal dari sumber daya yang ada. dentifikasi para pesaing utama perusahaan mengenai kekuatan dan
Secara umum empat strategi utama yang dapat dilakukan perusa- kelemahan utama mereka dalam hubungannya dengan posisi stra­tegis
haan yaitu: Pertama, strategi Stabilitas, adalah strategi yang dilakukan perusahaan. Bobot, rating, dan score pada CP Matrix maupun IFE Ma-
perusahaan bila perusahaan tetap melayani masyarakat dalam sektor trix, memiliki maksud yang sama. Kedua analisis tersebut berfokus
produksi, sektor pasar dan sektor fungsi yang sangat serupa. Keputusan pada faktor internal. Akan tetapi, bagaimanapun juga ada beberapa
strategi utamanya difokuskan pada perbaikan pelaksanaan fungsinya. perbedaan penting antara IFE Matrix dan CP Matrix. Pertama, critical
Kedua, strategi Ekspansi, adalah strategi yang dilakukan perusahaan success factors yang ada pada CPM lebih luas, tetapi akibatnya data men-
bila perusahaan melayani masyarakat dalam sektor produk tambahan jadi kurang spesifik dan kurang aktual, serta berfokus pada pengelu-
atau menambahkan pasaran atau fungsi pada bisnis mereka. Ke- aran-pengeluaran internal. Ini berbeda dengan IFE Matrix. Kedua, criti-
tiga, strategi kontraksi adalah strategi yang dilakukan perusahaan bila cal succes factors yang ada dalam CPM tidak dikelompokkan ke dalam
perusahaan merasa perlu untuk mengurangi lini produk, pasar dan kekuatan dan kelemahan seperti pada IFE Matrix. Dalam CPM, rating
fungsi bisnis mereka. Keputusan strategi yang dilakukan perusahaan dan score untuk perusahaan pesaing dapat dibandingkan dengan peru-
dipusatkan pada peningkatan fungsional melalui pengurangan keg- sahaan yang diteliti. Perbandingan tersebut dapat memberikan infor-
iatan dalam unit-unit yang mempunyai arus kas yang negatif. Keem- masi tentang strategi internal yang penting.
pat, strategi kombinasi adalah merupakan kombinasi antara stabilitas, Tahap kedua adalah the matching stage, mencakup lima matriks yang

74 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 75


umum digunakan yakni: pertama, Matriks SWOT, adalah identifikasi perlihatkan persentase kontribusi keuntungan. Akan tetapi ada perbe-
berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusa- daan yang pokok diantara matriks BCG dan IE yakni ukuran sumbu
haan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan X dan Y berbeda. Matriks IE membutuhkan informasi yang lebih
kekuatan (strengths) dan memanfaatkan peluang (opportunities), tetapi banyak mengenai SBU, implikasi-implikasi strategik masing-masing
secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan matriks berbeda. Dengan alasan ini, para ahli strategi diperusahaan
menghindari ancaman (threats). Matriks ini dapat menggambarkan se- sering mengembangkan BCG matrix dan IE matrix secara bersama-
cara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi sama dalam rangka memformulasikan strategi-strategi alternatif. IE
perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang matrix terdiri atas dua dimensi yaitu total skor dari IFE matrix pada
dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan sumbu X dan total skor EFE matrix pada sumbu Y.
alternatif strategis yaitu kombinasi dari empat faktor, yaitu strategi Keempat, Boston Consulting Group (BCG) Matrix, secara grafis meng-
memanfaatkan kekuatan untuk meraih peluang (SO), strategi meman- gambarkan secara jelas perbedaan diantara SBU melalui dua variabel,
faatkan kekuatan untuk menghindari ancaman (ST), strategi memini- yaitu posisi pangsa pasar dan rata-rata pertumbuhan industrinya. BCG
malkan kelemahan untuk meraih peluang (WO), dan strategi memini- matrix menghendaki agar perusahaan yang memiliki beberapa SBU
malkan kelemahan untuk menghindari ancaman (WT). untuk menangani portofolio bisnis yang ada, melalui posisi pangsa
Kedua, Strategic Position and Action Evaluation (SPACE) Matrix, yaitu pasar relatif dan tingkat pertumbuhan industri dari masing-masing
digunakan untuk memetakan kondisi perusahaan dengan suatu dia- SBU terhadap seluruh SBU yang ada dalam perusahaan.
gran cartesius yang terdiri atas empat kuadran dengan skala ukuran Kelima, Grand Strategy Matrix, yaitu matriks yang menempatkan
yang sama. Kerangka kerja ke empat kuadran menunjukkan apakah perusahaan yang diteliti pada salah satu dari empat kuadran yang ada.
hasil analisisnya mengindikasikan pemakaian strategi agresive, conserva- Bentuk umum Grand Strategy Matrix terdiri atas dua dimensi, pertama
tive, defensive, atau competitive bagi perusahaan. Masing-masing sumbu adalah dimensi posisi persaingan, dan kedua dimensi pertumbuhan
dari matriks SPACE menyatakan dua dimensi, yakni dimensi internal pasar. Grand Strategy Matrix terdiri atas empat kuadran yang masing-
yang terdiri atas financial strength (FS) meliputi: Return on investmen, Le- masing kuadran memiliki alternatif strategi. Kuadran I berarti peru-
verage, Liquidity, Working capital, cash flow, Easy of exit from market, risk sahaan berada pada posisi strategi excellent. Kuadran II perusahaan
involve in bussiness, dan Competitive advantage (CA) mencakup: Market perlu mengevaluasi pendekatan yang mereka lakukan ke pasar secara
share, product quality, produc life cycle, consumer loyality, competition’s capac- serius. Kuadran III perusahaan bersaing dalam pertumbuhan industri
ity utilization, technological know-how, control over supplier and utilization yang lambat dan memiliki posisi persaingan yang lemah. Perusahaan
distributor. Dimensi eksternal yaitu environmental stability (ES) meliputi harus mampu membuat beberapa perubahan yang cukup drastis dan
Technological change, rate of inflation, demand variability, price range of com- cepat untuk menghindari kebangkrutan.
peting product, barriers to entry into market, competitive pressure, price elastis- Keenam, General Electric Matrix atau 9 cells Matrix atau Matriks Daya
ity of demand dan industry strength (IS) mencakup Growth potential, profit Tarik Industri (MDTI) berdasarkan konsep Wheelen–Hunger. Matriks
potential, financial stability, technological know-how, resource utilization, ease ini menggambarkan posisi pasar perusahaan dengan cara terlebih da-
of entry into market, producivity capacity. Keempat faktor ini adalah fak- hulu melakukan dekomposisi perusahaan menjadi unit usaha strategis
tor paling penting menentukan posisi strategis perusahaan. (UUS) atau kadang-kadang berdasarkan produk yang dihasilkan. Jika
Ketiga, Internal–External (IE) Matrix bermanfaat untuk memetakan perusahaan hanya memiliki satu unit usaha, proses dekomposisi ke
Strategi Bisnis Unit (SBU) perusahaan ke dalam matriks yang terdiri dalam unit usaha tak perlu dilakukan. MDTI memiliki dua sumbu
atas 9 sel. Matriks IE serupa dengan matriks BCG terutama pada yakni sumbu vertikal dan sumbu horisontal. Sumbu vertikal merupa-
kedua alat yang berperan dalam memetakan SBU perusahaan dalam kan kekuatan perusahaan (bussiness strengths). Kekuatan perusahaan ini
sebuah diagram skematis, dimana ukuran dari lingkaran memperlihat- sebelumnya telah diukur dan dihitung berdasarkan berbagai indikator
kan persentase kontribusi pendapatan (sales) dan diagram pie mem- yang telah disepakati bersama sesuai dengan pendekatan yang dipilih

76 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 77


oleh manajemen. Sumbu horisontal menggambarkan tentang anca- strategi untuk melakukan evaluasi pilihan strategi alternatif secara ob-
man dan peluang bisnis yang berasal dari berbagai indikator yang ada jektif, berdasarkan key success factors internal-eksternal yang telah di-
dalam lingkungan bisnis. MDTI memiliki 9 sel yang terbentuk setelah identifikasikan sebelumnya. Jadi secara konseptual, tujuan QSPM
masing-masing sumbu dibagi ke dalam 3 bagian dengan titik pembagi adalah untuk menetapkan ketertarikan relatif (relative attractiveness) dari
yang telah ditentukan. Setiap bagian dibagi menjadi bagian rendah, strategi-strategi yang bervariasi yang telah dipilih, untuk menentukan
bagian tengah (medium) dan bagian tinggi. Masing-masing sel yang strategi mana yang dianggap paling baik untuk diimplementasikan.
terbentuk sebagai akibat perpotongan kedua sumbunya setelah setiap
sumbu terbagi dalam tiga bagian menunjuk pada posisi pasar masing- Strategi Perusahaan dalam Pemasaran
masing UUS. Di samping setiap sel yang terbentuk, juga mengandung Perumusan strategi pemasaran didasarkan pada analisis yang me-
implikasi strategi bisnis tingkat korporat yang layak dipilih. nyeluruh terhadap pengaruh faktor-faktor lingkungan eksternal dan
Unit Usaha Strategis (UUS) yang terletak pada sel yang terbentuk internal perusahaan. Dan, lingkungan merupakan salah satu faktor
sebagai akibat perpotongan sumbu vertikal bagian tinggi dan sumbu terpenting untuk menunjang keberhasilan perusahaan dalam persaing­
horisontal bagian tinggi adalah unit usaha yang paling menjanjikan an. Lingkungan internal adalah lingkungan dalam perusahaan yang
dan memiliki prospek berkembang lebih jauh. Manajemen dituntut dapat dikendalikan oleh pihak manajemen. Perusahaan mempunyai
untuk tidak ragu-ragu mengembangkan UUS yang terletak pada ujung tujuan untuk mencapai pasar yang dituju dan memuaskan konsumen.
kiri atas MDTI dengan terus berinvestasi guna meningkatkan bahkan Untuk mencapai tujuan tersebut manajemen dapat menggunakan dua
mengakselerasi pertumbuhannya. Jadi strategi pertumbuhan menjadi kelompok faktor internal, yaitu: (a) sumber-sumber bukan pemasaran
satu-satunya pilihan. Sedangkan dua sel yang terbentuk karena perpo- seperti kemampuan produksi, keuangan, personalia, lingkungan pe-
tongan bagian medium dari sumbu vertikal dan horisontal juga me- rusahaan, dan sebagainya; (b) Komponen bauran pemasaran, yaitu
miliki prospek untuk berkembang. Sekalipun tidak sebesar UUS yang produksi, harga, promosi, dan tempat.
telah diuraikan sebelumnya. Manajemen seyogyanya selektif untuk Lingkungan eksternal adalah suatu lingkungan yang berada di
melakukan investasi. Tiga sel yang terletak pada garis diagonal segi luar perusahaan. Perubahaan yang terjadi dalam lingkungan eksternal
empat MDTI memiliki peluang bisnis yang lebih rendah lagi. Manaje- akan mempengaruhi kinerja di dalam perusahaan secara keseluruhan.
men perlu bersikap lebih hati-hati, bila perlu bersikap konservatif. Lingkungan eksternal dapat dibagi dua yaitu: a) Lingkungan eksternal
Tiga sel terakhir yang terletak pada sisi kanan bawah MDTI adalah makro yaitu lingkungan di luar yang berkaitan dan berpengaruh erat
tempat bagi UUS yang hampir sama sekali tidak memiliki peluang dengan kegiatan perusahaan. Faktor-faktor lingkungan makro peru-
dan keunggulan bisnis untuk berkembang lebih jauh. Manajemen seyo­ sahaan terdiri dari faktor kependudukan, ekonomi, teknologi, politik
gyanya tidak melakukan investasi dalam jumlah besar atau jika ter- dan hukum, sosial budaya, dan fisik alamiah; (b) Lingkungan eksternal
paksa manajemen dipersilakan untuk melakukan divestasi. mikro, yaitu lingkungan yang langsung berkaitan dengan perusahaan
Tahap ketiga adalah the decision stage sering digunakan metode yang mempengaruhi kemampuannya untuk melayani pasar. Lingkung­
Quantitative Strategies Planning Matrix (QSPM), yang dapat dijadikan an ini terdiri dari pemasok, perantara, pesaing, dan masyarakat atau
sebagai teknik analisis menentukan ketertarikan relatif (relative attrac- pembeli. Secara umum, faktor-faktor tersebut dipandang sebagai fak-
tiveness) dari pelaksanaan strategi alternatif. QSPM merupakan teknik tor yang tidak dapat dikontrol seperti halnya lingkungan makro ekster-
yang dipakai pada tahap ketiga dari kerangka kerja analisis formulasi nal. Faktor lingkungan eksternal mikro memberi pengaruh yang lebih
strategi. Teknik ini secara jelas menunjukkan strategi alternatif mana besar daripada makro eksternal.
yang paling baik untuk dipilih. QSPM menggunakan input dari anali- Berdasarkan analisis makro dan mikro eksternal akan dirumuskan
sis pada tahap pertama dan matching results pada tahap kedua yang variabel peluang dan ancaman. Sedangkan analisis internal dirumus-
memberikan informasi untuk analisis selanjutnya melalui QSPM di kan variabel kekuatan dan kelemahan. Rumusan variabel internal
tahap kedua. QSPM adalah alat yang direkomendasikan bagi para ahli perusahaan berupa kekuatan dan kelemahan perusahaan: Kekuatan-

78 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 79


kekuatan perusahaan dapat dilihat dari a) Pemasaran dan market share menetapkan dan memuaskan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran.
perusahaan yang cukup besar, b) Penguasaan teknis dan teknologi yang Pemasaran juga didefinisikan proses sosial di mana individu dan ke-
mampu meningkatkan produktivitas produksi, c) Struktur keuangan lompok mendapat apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
perusahaan yang kuat, d) Jaringan pemasaran yang luas dan dekat menciptakan dan mempertukarkan produk dan nilai dengan individu
dengan konsumen, e) Memiliki goodwill serta telah memelopori usaha atau kelompok lainnya. Definisi tersebut bertumpu pada konsep pokok
sejenis, f) Kualitas produk baik dan selalu dipertahankan, g) Manaje- tentang kebutuhan, keinginan, permintaan, produk, nilai, pertukaran,
men pemasaran dikuasai secara baik, h) Sarana pemasaran/pembe- transaksi, dan pasar. Pemasaran adalah suatu proses kegiatan yang
lanjaan baik dan mempunyai segmen pasar sendiri, i) Pangsa pasar dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial, politik, budaya, ekonomi,
relatif 40 persen dari relatif market share pesaing terbesar, dan lain- dan manajerial. Akibat pengaruh dari berbagai faktor tersebut, yaitu
lain. masing-masing individu maupun kelompok mendapatkan kebutuhan
Kelemahan, meliputi hal-hal berikut: a) Harga jual yang tinggi atau dan keinginan dengan menciptakan, menawarkan, dan menukarkan
yang paling mahal dibanding produk sejenis merek lain; b) Kurang produk. Dalam rangka usaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut,
agresif dalam promosi produksi; c) Rasio pembeli terhadap produk kegiatan pemasaran yang dilakukan menekankan pada usaha pemuas­
relatif lebih kecil; d) Jenis produk impor yang ditawarkan semakin an kepada konsumen. Kegiatan pemasaran yang dilakukan tidak ha­
banyak, dan lain-lain. nya distribusi dan promosi, tetapi mencakup pengembangan produk,
Lingkungan eksternal perusahaan dapat dilihat dari peluang dan penetapan harga, dan pelayanan kepada konsumen atau pelanggan.
ancaman sebagai berikut: (1) Peluang perusahaan mencakup: a) pro- Strategi pemasaran merupakan alat fundamental yang direncanakan
teksi pemerintah terhadap perdagangan eceran, b) stabilitas politik untuk mencapai tujuan perusahaan. Tujuan perusahaan dicapai de­
di Indonesia dan tumbuhnya daya beli masyarakat terhadap produk ngan mengembangkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan
olahan, c) adanya perubahan gaya hidup masyarakat sehubungan melalui pasar yang dimasuki dan program pemasaran yang digunakan
dengan tumbuhnya tingkat perekonomian, d) laju pertumbuhan pen- untuk melayani pasar sasaran tersebut. Strategi pemasaran terdiri atas
duduk yang semakin meningkat setiap tahun, e) meningkatnya usia lima elemen yang saling berkait, yaitu: pertama, pemilihan pasar, yaitu
harapan hidup, dan lain-lain. (2) Ancaman perusahaan mencakup: a) memilih pasar yang akan dilayani dengan melakukan segmentasi pa­
pesaing pengusaha atau produk sejenis dari dalam dan luar negeri se- sar sasaran yang paling memungkinkan. Kedua, perencanaan produk,
hubungan dengan kebijakan perdagangan dunia, b) Inflasi yang tinggi meliputi produk spesifik yang dijual, merek dagang, kemasan, ukuran,
mempengaruhi daya beli masyarakat, c) Adanya kemungkinan pasar pelayanan, dan jaminan pengembalian. Ketiga, penetapan harga, yai-
di awang-awang (non market place), d) Pelanggan yang tidak loyal den- tu menentukan harga yang dapat mencerminkan nilai kuantitatif dari
gan produk yang dihasilkan, e) PPN yang meningkat, kenaikan tarif produk kepada pelanggan. Keempat, sistem distribusi, yaitu saluran
listrik, telepon, dan BBM, serta inflasi. perdagangan grosir dan eceran yang dilalui produk hingga mencapai
Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang di dalam- konsumen akhir yang membeli dan menggunakannya. Dan kelima,
nya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan komunikasi pemasaran (promosi), yang meliputi periklanan, promosi
dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukar- penjualan, pemasaran langsung, dan hubungan masyarakat.
kan produk yang bernilai dengan pihak lain. Konsep intinya adalah
kebutuhan, keinginan, permintaan, produk, nilai, biaya, kepuasan,
pertukaran dan transaksi, hubungan dan jaringan pasar serta pemasar
dan prospek.
Dalam konsep yang dikemukakan oleh Kotler, pemasaran meru-
pakan kunci untuk meraih tujuan organisasi yang lebih efektif dari
pada para pesaing dalam memadukan kegiatan pemasaran guna

80 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 81


Agribisnis Lada yang relatif banyak, bahan baku industri pertanian dan sumber nafkah
atau pendapatan bagi jutaan petani yang tersebar di seluruh Indone-
sia. Karena itu, subsektor ini layak memperoleh perhatian serius peme­
rintah dalam mendorong pembangunan ekonomi Indonesia ke depan.
ndonesia mempunyai keunggulan komparatif (comparative advan- Secara agregat, nilai neraca perdagangan produk perkebunan Indone-
tage) sebagai negara agraris dan maritim. Keunggulan komparatif sia mengalami surplus. Namun masih perlu upaya-upaya khusus untuk
tersebut merupakan fundamental perekonomian yang perlu dida­ meningkatkan produksi dan daya saing produk di pasar internasional,
yagunakan melalui pembangunan ekonomi, sehingga menjadi keung- baik untuk kegiatan ekspor maupun untuk subsidi impor.
gulan bersaing (competitive advantage). Dengan begitu perekonomian Selain perspektif komoditi perkebunan sebagai komoditi ekspor
yang dikembangkan di Indonesia memiliki landasan yang kokoh pada penghasil devisa, di sisi penawaran kegiatan agribisnis komoditi tana-
sumberdaya domestik, memiliki kemampuan bersaing dan berdaya- man perkebunan secara umum melibatkan banyak masyarakat petani
guna bagi seluruh rakyat Indonesia. sejak dari perbanyakan bibit, penanaman, perawatan, panen, pasca
Selama ini kegiatan ekonomi yang memanfaatkan keunggulan panen hingga ke pemasaran. Dengan demikian pertumbuhan produksi
komparatif tersebut telah berkembang di Indonesia dalam bentuk dalam negeri selain diharapkan mampu memenuhi permintaan dalam
pembangunan pertanian yang merupakan salah satu sub-sistem agri- negeri, juga secara ekonomi berarti meningkatkan pendapatan ma-
bisnis. Pengalaman di masa lalu membuktikan bahwa pembangunan syarakat. Bila itu terjadi maka pada gilirannya mampu menggerakkan
pertanian saja yang tidak disertai dengan pengembangan subsistem perekonomian regional dan nasional serta menambah devisa negara.
pemasaran/perdagangan, industri hulu pertanian, industri hilir perta-
nian serta jasa-jasa pendukung secara harmonis dan simultan, tidak Komoditi Lada
mampu mendayagunakan keunggulan komparatif (comparative advan- Lada (piper nigrum linn atau pepper) yang oleh ibu rumah tangga
tage) menjadi keunggulan bersaing (competitive advantage). Meskipun In- sering disebut “merica” adalah salah satu komoditi unggulan ekspor
donesia berhasil menjadi salah satu produsen terbesar pada beberapa Indonesia. Lada merupakan komoditi rempah tertua yang diperda-
komoditi pertanian dunia, tetapi Indonesia belum memiliki kemam- gangkan di pasar dunia. Secara ekonomi lada merupakan sumber
puan bersaing di pasar internasional. Selain itu, nilai tambah yang kita pendapatan petani dan devisa negara non migas. Secara sosial meru-
raih dari pemanfaatan keunggulan komparatif tersebut masih relatif pakan komoditas tradisional yang telah dibudidayakan sejak lama dan
kecil, sehingga tingkat pendapatan masyarakat dan pertumbuhan eko- aktivitas usahanya menjadi penyedia lapangan kerja yang cukup luas
nomi nasional tetap rendah. terutama di daerah sentra produksi.
Belajar dari pengalaman, pendekatan pembangunan ekonomi da­ Produksi lada Indonesia dapat dikelompokkan ke dalam tiga je-
lam rangka mendayagunakan keunggulan komparatif menjadi keung- nis yaitu: lada hitam, lada putih, dan lada hijau. Lada hitam adalah
gulan bersaing perlu dirubah dari pembangunan pertanian kepada lada yang dikeringkan bersama kulitnya (tanpa pengupasan). Negara
pembangunan sistem agribisnis di mana pemasaran komoditi, indus- maju mengimpor lada hitam kebanyakan dijadikan bubuk. Amerika
tri hulu pertanian, industri hilir pertanian serta sektor penyedia jasa Serikat adalah pasar potensial untuk lada hitam dan produk lada hi-
penunjang perlu dikembangkan secara simultan dan harmonis. tam. Lada putih adalah lada yang dikeringkan setelah melalui proses
perendaman dalam air mengalir selama tujuh sampai sembilan hari
Komoditi Perkebunan untuk melunakkan kulitnya. Lantas kulit tersebut digosok dan dicuci
Subsektor perkebunan adalah bagian dari sektor pertanian yang lalu dikeringkan. Lada putih sering digunakan untuk makanan ringan,
telah membuktikan dirinya sebagai subsektor andalan. Subsektor kuah dan sup. Eropa Barat adalah pasar potensial untuk lada putih.
andalan dalam menghasilkan devisa dari beberapa komoditi ekspor, Lada hitam paling banyak dihasilkan di Provinsi Lampung, semen-
seperti karet, kopi, lada, panili dan sebagainya, penyerap tenaga kerja tara lada putih awalnya banyak dihasilkan di Muntok, Bangka bagian

82 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 83


barat. Saat ini lada putih terkonsentrasi di Bangka Selatan antara lain menyembuhkan berbagai penyakit. Karena itu masakan yang ber-
terdapat di Kecamatan Toboali, Kecamatan Koba, dan Kecamatan bumbu pedas merica cocok untuk penderita influenza, kepala pusing,
Air Gegas. Lada hijau diproduksi dan dijual ke konsumen khusus, perut kembung dan mual akibat masuk angin. Dengan bertambah-
dan para pengguna  akhir. Proses pengolahan lada hijau dari biji lada nya jumlah penduduk akan menyebabkan permintaan lada semakin
mentah yang dikeringkan  secara buatan atau dipertahankan dalam meningkat. Hal ini bisa dilihat dari perilaku konsumsi manusia dan
bentuk basah dalam air asin, cuka atau cuka rasa jeruk. Lada hijau beranekaragam jenis makanan yang ditawarkan.
dengan rasa hijau segar digemari oleh orang-orang Eropa. Lada  hijau
yang dikemas dalam kaleng,   proses pembuatannya dengan pencucian Produksi Lada
lada kemudian dimasukkan ke dalam kaleng yang berisi  klorid so- Tahun 2004, produksi lada Indonesia mencapai 94.371 ton. Men-
dium solusi, dengan atau tanpa kadar keasaman yang ditambahkan. duduki urutan kedua dunia setelah Vietnam dengan produksi 105.000
Kemudian dilakukan penyegelan kaleng tersebut.  ton. Luas areal dan produksi lada selama tahun 2000-2005 cenderung
Pasar potensial untuk lada  hijau kalengan  adalah Eropa, Amerika meningkat, yaitu dari 150.531 ha pada tahun 2000 menjadi 211.729
Serikat dan Australia, sedang Austria untuk bumbu  dan hiasan ma- ha pada tahun 2005. Sementara produksi dari 69.087 ton pada tahun
sakan daging. Warna hijau dari biji lada juga dipengaruhi oleh kadar 2000 menjadi 99.139 ton pada tahun 2005. Perkembangan luas areal
garam yang ada dalam cairan. Cairan ini mengandung kadar garam pertanaman lada selama beberapa terakhir, pada dasarnya merupakan
pada tingkat minimum dengan kadar asam untuk membatasi pertum- respon masyarakat terhadap harga jual lada hitam dan lada putih di
buhan microbical. Negara produsen  seperti Brazil dan India menge- pasar domestik yang telah terintegrasi dengan harga pasar dunia.
masnya dalam jerigen  dengan berat 20- 25 kg. Sementara, negara Selain sebagai sumber devisa, usaha tani lada juga merupakan
pengimpor melakukan pengemasan dalam botol-botol kecil. Lada  hi- penyedia lapangan kerja dan sumber bahan baku industri dalam ne-
jau yang dikeringkan mempunyai warna hijau yang segar, lembut dan geri dengan melibatkan sekitar 312.619 kepala keluarga petani. Dari
padat. Pengeringan yang baik pada temperatur rendah. Lada  hijau luas areal lada nasional tahun 2000 mencapai 150.531 ha dengan pro-
beku  dibuat dengan cara mendinginkan pada pendingin yang terbuat duksi 69.087 ton, hampir seluruhnya (99,8%) dikelola dalam bentuk
dari kuningan. Produk ini diekspor  ke Eropa. perkebunan rakyat dan sisanya (0,2%) dalam bentuk perkebunan besar
Saus lada hijau dibuat dari biji lada hijau terpilih kemudian di- swasta. Komoditi perkebunan rakyat ini dicirikan oleh pola pengelo-
campur dengan cuka, garam, gula dan ramuan  lain. Saus ini  rasanya laan yang tradisional seperti penggunaan pupuk dan obat-obatan ter-
pedas alami, juga dipakai untuk penambah rasa gurih pada makanan batas atau tidak sesuai anjuran, penggunaan bibit asalan, dan pengelo-
kering. Lada  parfum mengandung biji lada kering, dedaunan, tang- laan hasil tidak higienis. Akibatnya, produksi dan produktivitas yang
kai dan tatal kayu dan diberi nama parfum lada Amila atau Sensasi. dicapai rendah, rata-rata 468 kg/ha. Biji yang dihasilkan juga tidak
Dikembangkan oleh PMB Sarawak, Malaysia. bernas dan berukuran kecil.
Saat ini pemanfaatan lada tidak hanya sebagai bumbu penyedap Sentra produksi lada nasional meliputi Propinsi Lampung, Ba-
rasa masakan di rumah tangga dan penghangat tubuh, tetapi juga te- bel, Kalbar, dan Kaltim yang masing-masing memberikan kontribusi
lah berkembang untuk berbagai kebutuhan industri. Misalnya industri produksi sebanyak 29,8%, 44,2%, 3,4%, dan 8,3% terhadap produksi
makanan dan industri kosmetik, minyak lada dan oleoresin. Lada juga nasional. Dalam hal ini, Propinsi Lampung lebih berspesialisasi pada
baik digunakan sebagai bahan untuk memperlambat proses perubahan produk lada hitam. Sedangkan lainnya berspesialisasi pada lada pu-
mutu pada minyak, lemak dan daging. Sedang manfaat untuk kesehat- tih. Pada tahun 2000, Propinsi Lampung memiliki luas areal tanam
an, lada  dapat melonggarkan saluran pernapasan dan melancarkan 45.436 Ha (33,37% dari luas lada nasional) dengan produksi menca-
aliran darah di sekitar kepala. Bubuk lada dicampur madu, gula dan pai 20.603 ton. Sentra produksi lada di Propinsi Lampung adalah Ka-
ghee. Bila diiminum beberapa kali sehari akan menghilangkan batuk. bupaten Lampung Utara dengan kontribusi produksi sebanyak 42,54
Bubuk  lada, madu dan air liur kuda bila diletakkan pada mata akan persen dari total produksi Lampung.

84 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 85


Secara nasional, agribisnis lada di Indonesia memberikan andil (pepper youghurt), lada hijau yang diawetkan (preserved green pepper).
dalam peningkatan pendapatan petani dan perekonomian nasional. Minyak lada  diperoleh dengan proses penyulingan uap. Produknya
Diperkirakan dengan luas areal pertanaman lada sekitar 120.000 ha jernih dan berupa hijau cair. Minyak lada  banyak digunakan pada
dan rata-rata kepemilikan kebun seluas 1,03 ha, maka agribisnis lada industri parfum dan industri bumbu masak.  Kuah lada, lada hitam
telah mampu memberikan kehidupan bagi sekitar 116.500 keluarga Serawak pada formula ini memberikan rasa pedas yang unik. Kuah
petani pekebun. Apabila produktivitas lada di Indonesia diperkirakan ini dapat mempunyai rasa manis yang menimbulkan selera. Teh lada 
sebesar 490 kg/ha dan harga jual lada sebesar Rp 15.000/kg, maka dikembangkan oleh MARDI, perusahaan di Malaysia. Yakni daun teh
setiap keluarga petani diperkirakan akan memperoleh penerimaan dan lada hitam yang diseduh dengan  air mendidih, ditambah gula. 
sekitar Rp. 7,7 juta/tahun. Tingkat penerimaan ini akan meningkat Produk  ini telah diproses baik sebagai mengandung cuka  tinggi atau
sejalan dengan kenaikan produksi dalam siklus dua tahunan, atau ter- rendah. Sedang lada manis,  terbuat dari ekstrak lada Sarawak. Ba­nyak
jadinya kenaikan harga di pasar dunia. tersedia di Sarawak, Malaysia.
Konsumsi lada di dalam negeri sangat kecil hanya berkisar 26 pers- Produksi tepung lada dapat dilakukan oleh usaha kecil menengah
en dari produksi nasional. Sisanya dijual di pasar luar negeri. Di pasar (UKM), atau skala rumah tangga. Mesin penepung yang digunakan
internasional lada Indonesia lebih terkenal dengan sebutan Lampung dalam proses produksi tepung dapat menggunakan mesin berkapasitas
Black Pepper (lada hitam) dan Muntok White Pepper (lada putih). Bah- 400 – 500 kg/jam bersumber tenaga elektro motor 1 HP 220 Volt.
kan kedua jenis lada ini dipakai sebagai standar perdagangan lada du- Lantas hasilnya dikemas dan dipasarkan langsung ke rumah tangga,
nia. Pasar ekspor terbesar untuk lada hitam adalah Amerika Serikat, restoran dan tempat lainnya. Tepung lada di Indonesia umumnya
Singa­pura dan Belanda. Sedangkan untuk lada putih paling banyak di menggunakan biji lada hitam yang dari Lampung (black pepper Lam-
ekspor ke negara Singapura, Belanda dan Jerman. Kontribusi devisa pung). Lada hitam Lampung harganya relatif murah sehingga cukup
yang diberikan oleh komoditi lada menduduki urutan ke enam dalam bersaing apabila ditepungkan. Proses penepungan (powder) biji lada
sub sektor perkebunan, yaitu setelah komoditi karet, CPO, kopi, teh putih dapat dilakukan untuk biji lada bermutu rendah hasil sortasi un-
dan coklat. tuk ekspor. Hal ini untuk menjamin agar produk tepung lada dari lada
putih dapat bersaing dengan produk tepung lada dari lada hitam.
Lada dan Turunannya
Selama ini lada digunakan masih sebatas untuk industri makan- Ekspor Lada
an. Khususnya untuk pengawet daging, bumbu penyedap masakan, Ekspor lada cenderung menurun rata-rata 9,60 persen per tahun
dan campuran obat-obatan. Namun ada juga digunakan untuk indus- dalam kurun waktu tahun 2000-2005. Total ekspor lada dari negara-
tri farmasi sebagai salah satu bahan wewangian. Selain itu juga lada negara produsen pada tahun 2004 mencapai 230.625 ton. Dari total
dapat diolah menjadi lada bubuk (black pepper), lada putih (white pep- ekspor tersebut, Indonesia mengekspor 45.760 ton atau sekitar 19,80
per), saus lada hitam (black pepper sauce), lada hijau kering (dehydrated persen. Dilihat dari volume ekspor, masih terbuka peluang yang besar
green pepper), lada hijau kering yang dibekukan (freeze dried green pepper), bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor lada. Di pasar internasi-
lada beku (frozen pepper), sambal (green pepper sambal),  sause lada hijau onal, lada Indonesia mempunyai kekuatan dan daya jual tersendiri
(green pepper sauce), lada putih tanah (ground white pepper), lada hitam karena cita rasanya yang khas. Lada Indonesia dikenal dengan nama
tanah (ground black pepper), lada yang digunakan untuk kesehatan (pep- Muntok white pepper untuk lada putih dan Lampung black pepper untuk
per in medicinal use), tahu lada (pepper beancurd), kue kering lada (pep- lada hitam.
per cookies), lada dalam botol (pepper in brine–cane, bottle, bulk), mayon- Sebagai komoditi ekspor, tahun 2000 devisa yang dihasilkan komo-
naise lada (pepper mayonnaise), minyak lada (pepper oil), oleoresin lada diti lada mencapai US$ 221 juta atau menduduki urutan keenam pada
(pepper oleoresin), parfum lada (pepper perfume), wewangian lada (pepper sub sektor perkebunan setelah kelapa sawit, karet, kakao, kalapa dan
potpourri), lada manis (pepper sweet), teh lada (pepper  tea), youghurt lada kopi. Ekspor lada Indonesia dalam masa sepuluh tahun (1990-2000)

86 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 87


sangat fluktuatif. Tahun yang paling banyak mengekspor terjadi pada meng­ekspor lada hitam ke sejumlah negara sebanyak 12.722 ton dan
tahun 1992 yaitu sebesar 62.136 ton. Ekspor lada Indonesia dalam meraih devisa 38,125 juta dolar AS. Jika dibanding dengan periode
bentuk lada hitam, lada putih dan lada bubuk sebagian besar dituju- sama 2007 seberat 4.134 ton dengan devisa hanya 7,409 juta dolar AS,
kan ke Singapura dan Amerika Serikat. Nilai ekspor lada hitam dan volumenya naik drastis 207,72 persen. Bahkan nilai devisanya mening-
lada putih dalam tahun 2001 menunjukkan penurunan. Untuk lada kat sampai 414,56 persen. Devisa lada hitam sebesar 38,125 juta dolar
hitam, nilai ekspor tertinggi diperoleh tahun 2000 sebesar US $ 100,6 AS itu memberikan sumbangan (share) 5,8 persen dari total perolehan
juta, dan tahun 2001 menurun menjadi US $ 39,9 juta. Sementara itu devisa ekspor nonmigas Lampung Januari-Februari senilai 657,46 juta
nilai ekspor lada putih pada tahun 1995 sebesar US $ 69,8 juta. Angka dolar AS dengan total volume ekspor hasil pertanian, industri, keraji-
ini meningkat menjadi US $ 140,7 juta pada tahun 1999. Setelah itu nan, dan pertambangan 1.573.572 ton.
nilai ekspor ini menurun menjadi US $ 60,1 juta pada tahun 2001. Komoditas lada hitam Lampung cukup laris di pasar dunia, antara
Kinerja ekspor lada dapat kembali naik seperti lima tahun lalu, lain terjual ke pasar negara Amerika Serikat, Malaysia, India, Viet-
apabila ada perhatian dan dukungan pemerintah atas ketersediaan la- nam, Belanda, Pakistan, Rusia, Singapura, Australia, Belanda, Italia,
han produksi yang memadai. Di tengah pasokan dunia yang belum Nepal, dan Pakistan.
maksimal dalam enam bulan terakhir dalam tahun 2008, lada hitam Ada sembilan negara yang menjadi pemasok utama lada di du-
Indonesia sempat menyentuh US$3.600 per ton di pasar Eropa dan nia, yaitu Indonesia, India, Malaysia, Brazil, Thailand, Sri Langka,
US$3.700 per ton di pasar Amerika Serikat. Untuk harga lada putih, Vietnam, Mexico dan Madagascar. Dalam periode sepuluh tahun
baik di AS dan Eropa di kisaran US$5.250-US$5.300 per ton. (1990-2000), rata-rata per tahun Indonesia merupakan eksportir lada
Sejak ekspor lada merosot 45 persen dalam tiga tahun terakhir terbesar. Kemudian diikuti oleh Malaysia dan Brazil, dengan volume
(2005-2008), nilai ekspor lada putih kembali meningkat pada Septem- ekspor per tahun masing-masing 43.193 ton; 31.904 ton dan 24,511
ber 2008 mencapai US$52,1 juta atau mendekati posisi 2002 senilai ton. Negara Madagascar dan Thailand merupakan negara yang pa-
US$59 juta. Nilai ekspor lada hitam yang pernah menjadi andalan ling kecil ekspornya diantara sembilan negara eksportir lada dunia.
Indonesia masih bergerak di level US$20 juta hingga US$30 juta. Se- Sebaliknya pertumbuhan ekspor lada Indonesia dalam masa sepu-
belum tahun 2000, Indonesia merupakan pemain utama komoditas luh tahun justru mengalami pertumbuhan negatif, yaitu 0,20 persen.
lada dunia. Namun, posisi Indonesia saat ini berada di urutan ketiga, Sedangkan Thailand merupakan negara yang paling tinggi pertumbu-
disusul Vietnam dan India yang notabene pemain baru. Di sisi kinerja han negatifnya, yaitu 17,10 persen. Dalam masa yang sama negara
produksi, Indonesia hanya mampu menghasilkan lada rata-rata seba­ yang mengalami pertumbuhan positif paling tinggi adalah Mexico,
nyak 77.000 ton dalam empat tahun terakhir. Vietnam dan Srilangka dengan masing-masing pertumbuhan sebesar
Lada adalah salah satu primadona ekspor Propinsi Lampung. Luas 15,31%; 14,94% dan 14,04%.
lahan perkebunan lada yang dikelola masyarakat di Provinsi Lampung Pesaing Indonesia di masa mendatang dalam perdagangan lada
kini sekitar 40 ribu hektare lebih dengan produksi rata-rata 500 Kg hitam adalah Vietnam. Pada tahun 1993, ekspor lada hitam Vietnam
per hektare. Dengan berbagai upaya, produktivitasnya bisa ditingkat- menduduki peringkat kelima. Sedangkan Indonesia di peringkat kedua.
kan mencapai target produksi lada sekitar 1,5 ton pada 2012. Pusat Akan tetapi pada tahun 1999, Vietnam mampu menggeser kedudukan
produksi lada terdapat di Lampung Utara, Way Kanan, Lampung Indonesia dengan kemampuan ekspornya sebanyak 28.000 ton lada
Barat, sebagian Lampung Timur, dan Tulangbawang. hitam. Sedangkan Indonesia menjadi peringkat keempat sebanyak
Seperti diberitakan oleh Lampung Post Jumat 2 Mei 2008, perole- 11.657 ton. Karena itu, dalam era perdagangan bebas, petani lada In-
han devisa lada hitam (lampung black pepper) Propinsi Lampung me- donesia dituntut keras untuk meningkatkan daya saing produk, baik
ningkat sampai 414 persen. Demikian halnya volume ekspor naik dari aspek efisiensi produksi maupun kualitas produk atau dari keung-
drastis 207 persen selama Januari-Februari 2008 dibanding dengan gulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif.
periode yang sama 2007. Selama Januari-Februari 2008, Lampung

88 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 89


Agribisnis Sapi Potong persen per tahun dan populasi sapi di dalam negeri sekitar 14% per
tahun dengan kemampuan konsumsi daging (sapi) masyarakat hanya
naik 1 gram/kapita/hari, maka kondisi ini pun masih di bawah nor-
ma gizi, sehingga dibutuhkan daging sekitar 1.265,8 ton/hari identik
aging sapi, selain mengandung protein hewani yang tinggi, dengan 10.548 ekor sapi yang harus dipotong setiap hari atau 3,85
se­rat dagingnya lebih halus ketimbang daging kerbau, dan juta ekor per tahun. Data ini menunjukkan bahwa betapa negeri ter-
rasanya juga lebih lezat, sehingga jika dimasak mudah empuk cinta ini merupakan pasar yang sangat potensial bagi peternak sapi
dan sa­ngat memungkinkan dimasak dengan berbagai cara. Alhasil yang perlu dibina dan dikembangkan untuk meningkatkan produksi
daging sapi menjadi makanan bergizi tinggi yang dibutuhkan oleh tu- ternak di dalam negeri. Bukan sebaliknya merupakan pasar yang di-
buh. Karena itu daging sapi lebih populer dibandingkan jenis daging manfaatkan oleh orang lain dan bahkan terjadi pengurasan populasi
lainnya dan menjadi makanan yang banyak dikonsumsi oleh berbagai ternak di dalam negeri. Lihat saja, bagaimana Amerika Serikat, Cina,
kalangan. Mungkin karena itu pula masakan daging sapi selalu disa- India, Thailand, Australia, New Zealand dan beberapa negara lain-
jikan para pedagang makanan dimana-mana, dari warung-warung di nya memanfaatkan negeri ini sebagai target pasar produk peternakan
pinggir jalan, hingga ke rumah makan-rumah makan besar, bahkan dan pertaniannya. Misalnya, impor jagung dan bungkil kedelai untuk
di hotel-hotel berbintang lima. Begitu digemarinya jenis makanan ber- makanan ternak tidak kurang dari 1,5 juta ton per tahun, selain bahan
gizi dari daging sapi, hingga permintaan pasar terhadap daging sapi baku pakan lainnya.
menjadi meningkat. Apalagi di hari-hari raya seperti lebaran dan ta- Dalam kondisi perekonomian Indonesia saat ini, kebijakan impor
hun baru. Bahkan di pesta-pesta, pernikahan, khitanan, syukuran, dan komoditi peternakan seperti sapi dan daging memang sangat sulit un-
juga di acara-acara pertemuan silaturahim, dan sebagainya, masakan tuk dihindari. Lebih-lebih dengan diratifikasinya kebijakan pasar bebas
da­ging sapi selalu menjadi hidangan istimewa untuk disajikan. oleh pemerintah pada tahun 1995. Dalam pasar bebas, tata niaga tidak
lagi diatur oleh pemerintah, maka harga daging di dalam negeri akan
Impor Sapi dan Daging berada pada posisi yang sama dengan harga daging di pasar dunia.
Daging sapi adalah salah satu dari lima komoditi strategis negeri Artinya, di era global ini kita memasuki kondisi di mana pasar lokal
ini selain beras, gula pasir, kedele, tepung terigu. Hanya saja sampai telah disatukan ke dalam pasar global. Konsekuensi dari kebijakan pe-
saat ini Indonesia masih menjadi importir sapi atau daging sapi. Nega­ nyatuan pasar lokal dengan pasar global adalah besarnya kebutuhan
ra-negara pemasok sapi atau daging sapi Indonesia adalah Amerika devisa untuk membeli sapi dan daging. Di samping itu jika kebijakan
Serikat, Cina, India, Thailand, Australia, New Zealand dan Brasilia. ini ”dibiarkan” tanpa kendali, tentu tidak akan memberi rangsangan
Mengingat demikian strategisnya komoditi daging sapi, maka peme­ bagi peternak sapi lokal, karena peternak di dalam negeri hanya me-
rintah terus-menerus menggalakan peningkatan populasi ternak sapi, nikmati surplus ekonomi yang lebih kecil.
baik melalui pengembangan ternak lokal menggunakan teknologi mo­ Bila tidak ada perlindungan dari berbagai kebijakan pemerintah,
dern, maupun melalui impor betina atau pejantan unggul dalam usaha dikhawatirkan sebagian besar pelaku bisnis usaha peternakan sapi po-
meningkatkan kualitas dan produktivitas ternak sapi Indonesia. tong rakyat akan menghentikan usahanya. Realitanya, tampak pada
Menurut Dirjen Binprod Peternakan Departemen Pertanian, ternya- kasus yang telah terjadi pada bisnis para jagal di Kota Bandung be-
ta setiap orang di Indonesia baru mampu mengkonsumsi daging sapi berapa waktu lalu dan peternak sapi potong lokal pada dua tahun
sekitar 1,7 kg/orang/tahun, maka untuk memenuhi kebutuhan daging terakhir ini.
sapi tersebut setiap tahun telah dipotong sekitar 1,5 juta ekor sapi lokal Sebenarnya pada situasi normal, fluktuasi suply-demand daging sapi
yang menghasilkan sekitar 350.000 ton daging sapi ditambah impor setiap tahun pasti terjadi. Masalahnya, apakah karena kerugian yang
sapi bakalan dari Australia sekitar 350.000 ekor dan impor daging sapi diderita para pedagang dan peternak saat ini, sudah sedemikian be-
sekitar 30.000 ton. Jika saja terjadi peningkatan populasi penduduk 2 sar atau di atas kewajaran? Situasi dan kondisi terakhir ini layaknya

90 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 91


”orang jatuh tertimpa tangga”. Artinya di tengah kondisi krisis ekono- disosialisasikan. Hitung-hitungan di atas kertas, program ini mungkin
mi di negeri ini telah terjadi pula kasus BSE di USA, sehingga hampir dapat dilaksanakan.
semua negara akan membeli daging dan sapi dari Australia yang terbe- Menurut Ditjen Peternakan, jika dihitung secara keseluruhan, ke-
bas dari berbagai penyakit menular (zoonosis). Selain itu, musim hujan butuhan investasi tidak kurang dari Rp 20 triliun, dengan proporsi
di Australia serta kondisi angin Barat, menyebabkan kurangnya paso- yaitu, pemerintah 5-10 persen, masyarakat 60-70 persen, dan perusa-
kan sapi dari Australia. Belum lagi dengan menguatnya AUD terhadap haan sisanya swasta 20-35 persen. Melihat angka-angka tersebut, per-
USD dalam beberapa bulan terakhir sekitar 30 persen, mengakibatkan tanyaannya, apakah Departemen Keuangan, perbankan, dan lembaga
harga sapi di Australia meningkat. keuangan lainnya akan siap mendukung? Apalagi waktu yang hanya
Pada kondisi perdagangan sapi dunia seperti itu, di dalam nege­ tinggal 2 tahun, tampaknya program tersebut mungkin sulit tercapai.
ri pun kondisi tidak kondusif terhadap bisnis ini, antara lain akibat Pasalnya, berbagai kendala lapangan justru diciptakan oleh peme­
otonomi daerah dan berbagai kebijakan pemerintah yang harus dibayar rintah sendiri, sehingga program ini sulit direalisasi. Seperti dijelas-
oleh para pengusaha feedloter, misalnya PPN sebesar 10 persen, PPh kan sebagai berikut: Kebutuhan bibit sapi sebanyak 1 juta ekor yang
2,5 persen, PNBP karantina hewan Rp 20.000,00/ekor, retribusi antar harus disediakan dari impor hampir mustahil dapat dilaksanakan pada
provinsi (di Jawa Barat) Rp 5.000,00/ekor retribusi tingkat kabupat- tahun ini dan tahun depan. Karena jumlah tersebut sangat sulit di-
en/kota Rp 2.500,00/ekor dan retribusi pemotongan (di tingkat Kota peroleh dari Australia. Australia setiap tahun hanya mampu mengek-
Bandung) Rp 20.000,00/ekor. Sebagaimana diketahui bahwa beberapa spor ternaknya sekitar 1 juta ekor sapi bakalan. Jumlah tersebut tidak
biaya tersebut pada waktu yang lalu, seperti PPN tidak pernah dipun- hanya dipasarkan ke Indonesia, tetapi juga ke seluruh dunia. Kalau-
gut dan retribusi tidak sebesar itu. Akibat dari seluruh kondisi tersebut, pun ada, importir mana yang siap dan mau melaksanakannya dengan
pada tingkat harga produsen dalam negeri (peternak) tidak akan mam- dana yang cukup. Dengan sistem seperti apa harus mereka lakukan?
pu memenuhi kebutuhan daging, sesuai dengan harga glo­bal yang ter- Apalagi bisnis pembibitan memerlukan suku bunga di bawah 5 persen.
bentuk. Pada posisi ini daging dan sapi impor akan menjadi price leader Sedangkan tingkat suku bunga komersial sekitar 12-16 persen per ta-
dalam pembentukan harga daging sapi di dalam negeri. hun.
Akibat lanjutnya, konsumen akan memperoleh surplus ekonomi. Selama ini kontribusi peternakan rakyat mampu menopang ke­
Dengan kata lain konsumen lah yang lebih diuntungkan ketimbang giatan tersebut tanpa sentuhan modal pemerintah dan perhitungan
peternak sebagai produsen. Ditinjau dari sisi upaya peningkatan gizi ekonomi. Jika dilakukan secara komersial, tentunya menuntut perhi-
masyarakat, hal ini sangat menguntungkan, karena konsumen menik- tungan ekonomi dan insentif bagi para pengusaha swasta.
mati daging sapi dengan harga murah. Agar peternak di dalam negeri
dapat menikmati lebih besar lagi nilai surplus ekonominya, harus di- Meningkatkan Populasi Ternak
lakukan dengan cara menggeser suplai sapi lokal ke arah pemenuhan Dalam jangka pendek, pendekatan yang harus dilakukan oleh
kebutuhan yang selama ini diisi oleh daging dan sapi impor. pelaku agribisnis sapi potong adalah peningkatan efisiensi sistem
pemotongan melalui standardisasi yang selama ini secara operasional
Program Swasembada Daging: Sulit Terealisasi pedagang memiliki standar beragam. Keragaman inilah merupakan
Di dalam Program Kecukupan Daging 2010 yang dirancang Di- faktor penyebab persaingan yang tidak sehat dalam bisnis daging di
rektorat Jenderal Peternakan, peran produksi daging sapi dalam tingkat pengecer, sehingga menguntungkan konsumen dan merugikan
negeri harus memberikan kontribusi sebesar 90-95 persen. Saat ini produsen.
diperkirakan baru mampu memenuhi sekitar 70-75 persen dari total Dalam jangka panjang usaha yang harus dilakukan adalah penga­
kebutuhan nasional. Dalam perjalanannya, nasib program ini sep- daan sapi lokal dan meningkatkan populasi serta produksinya. Hal itu
ertinya akan sama dengan Program Swasembada Daging on Trend secara konservatif dan konvensional dapat dilakukan dengan berbagai
2000-2005. Tanda-tanda ke arah itu mulai tampak ketika program ini cara. Diantaranya, program inseminasi buatan untuk memperpendek

92 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 93


selang beranak, perbaikan mutu genetik, pembinaan kelompok tani/ menurut Dirjen Binprod Peternakan rasanya sangat mungkin akan
ternak, peningkatan kualitas SDM peternak, introduksi teknologi dapat dicapai.
pakan guna peningkatan produksi dan efisiensi penggunaan pakan,
perbaikan manajemen pemeliharaan yang mempercepat waktu jual, Memasyarakatkan Teknologi Tepat Guna
pengendalian penyakit ternak yang dapat menekan tingkat kematian, Seiring dengan kemajuan pemanfaatan teknologi modern menjadi
introduksi modal usaha guna meningkatkan produktivitas dan mem- teknologi tepat guna yang bisa dilakukan langsung oleh para peter-
perbanyak populasi, serta melakukan penelitian-penelitian yang berke- nak awam, belakangan ini telah ditemukan pakan sapi hasil penelitian
naan dengan ternak sapi. yang memanfaatkan teknologi nuklir. Pakan sapi tersebut, sangat ber-
Suatu pemikiran terobosan yang disampaikan oleh Kelompok Ma- manfaat bagi pertumbuhan hewan ternak, seperti kambing, sapi po-
hasiswa Fapet Jambi pada saat Temu Ilmiah Mahasiswa Peternakan tong, sapi perah dan sejenisnya. Pakan yang menjadi suplemen sapi
(TIMPI, 2004) yaitu dengan cara membuat tingkat kelahiran sapi yang ini, telah dimasyarakatkan oleh instansi terkait. Ramuan yang dibuat
biasanya satu ekor menjadi kembar dua (twin). Menurut pengalaman bisa didapatkan dari bahan-bahan yang bisa dicari di sekeliling pe-
normatif, kelahiran sapi kembar twin dapat terjadi dengan peluang ternak secara mudah dan murah. Ramuan yang di beberapa daerah
yang sangat kecil, yaitu sekitar 0,01%. Berdasar pada peluang tersebut, dikenal dengan sebutan pil sapi ini, sama sekali tidak mengandung
kondisi ini sangat mungkin dilakukan dengan harapan rata-rata sapi radiasi, dan pembuatannya sangat sederhana, tidak perlu diproses se-
dapat melahirkan kembar twin. Peluang kelahiran kembar twin dapat cara pabrikan. Para peternak bisa langsung membuatnya tanpa harus
dibuat dengan berbagai metoda. Misalnya secara hormonal, ditujukan menggunakan teknologi tinggi.
agar terjadi ovulasi telur yang dimungkinkan pembuahan lebih dari Pil sapi atau nama lainnya molase blok, mengandung vitamin-vita-
satu atau dengan cara dilakukannya embryo transfer. Melalui seleksi min yang sangat diperlukan bagi hewan ternak. Jika ternak diberikan
pun rasanya masih mungkin dilakukan sepanjang kita dapat memilih pakan tersebut, maka akan merangsang nafsu makan, sehingga bisa
induk sapi yang memiliki peluang kelahiran anak kembar. Rekayasa cepat menjadi gemuk. Selain itu hewan ternak akan lebih cepat dapat
teknologi ke arah kelahiran kembar, kiranya perlu dilakukan penelitian dipanen dalam waktu relatif lebih cepat dengan bobot yang optimal.
yang sangat intensif guna meningkatkan produktivitas sapi lokal. Hal Jika ternak sapi biasa hanya bisa berbobot sekitar 8 kwintal saja, den-
ini disebabkan berbagai risiko biologis yang mungkin terjadi, seperti gan diberikan pakar molase blok, bisa mencapai berat satu ton lebih.
kematian induk, sehingga memerlukan sistem pemeliharaan yang in- Keistimewaan lain pil sapi adalah dapat memberi rangsangan yang
tensif. memungkinkan sapi lebih cepat berkembang biak.
Kesuksesan program tersebut selanjutnya akan dapat menggeser Pil sapi hasil penelitian Batan ini telah disebarluaskan ke daerah-
fungsi produksi ke atas, serta kurva biaya marjinal ke kanan. Artinya daerah sentra peternakan sapi, melalui program Iptekda Batan sejak
suplai akan bertambah diikuti dengan harga yang lebih murah. Pada tahun 1999, seperti Garut, Wonosobo, NTB, dan lain sebagainya. Ter-
kondisi inilah terjadi keunggulan kompetitif antara produk sapi lokal catat hingga tahun 2005 telah menjangkau 20 propinsi. Bahkan di Wo-
dengan impor. Artinya, peternak di dalam negeri akan mampu ber- nosobo pembuatan pil sapi yang dikenal juga sebagai UMMB (Urea
saing dengan peternak luar negeri dengan menjual sapi atau daging Multinutrient Molasses Block) dikelola oleh koperasi yang bisa mensu-
lebih murah akibat penerapan teknologi budidaya ternak sapi potong plai para peternak anggota koperasi dengan harga yang terjangkau.
secara modern. Implikasi lebih jauh, para peternak dalam negeri akan Biasanya para peternak setelah diberikan panduan oleh para pene-
menikmati surplus ekonomi lebih besar ketimbang dilakukan impor liti tentang cara-cara pembuatan molasses blok atau pil sapi, mereka
sapi bakalan. Tentunya akan berakibat pula pada kegairahan usaha langsung bisa membuatnya sendiri secara berkesinambungan. Karena
ternak sapi potong lokal yang mampu bersaing di era global, sehingga bahan-bahan ramuannya merupakan bahan yang sudah dikenal seha-
sasaran program pemerintah terhadap kecukupan daging sapi, dengan ri-hari oleh para peternak. Dengan produksi UMMB ini pula selain
asumsi peningkatan kelahiran dari 18,1 persen menjadi 20,99 persen bisa untuk penggemukan sapi dalam waktu yang lebih cepat, juga

94 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 95


para peternak sapi mendapat tambahan penghasilan penjualan pil sapi nisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE), seperti penyakit mulut dan
tersebut. Dengan beralihnya para peternak sapi dari pola tradisional kuku (PMK), penyakit sapi gila (BSE), dan sebagainya.
ke penggunaan UMMB hasil penelitian teknologi nuklir, diharapkan Kebijakan ini sebenarnya masih sangat relevan dalam upaya me-
masyarakat akan bergairah untuk berusaha di bidang peternakan sapi lindungi peternak di dalam negeri terhadap kemungkinan tertularnya
yang peluang pasarnya sangat besar. berbagai penyakit tersebut. Sekaligus telah memberikan iklim kondusif
Teknologi lain bidang peternakan sapi yang banyak digunakan bagi perkembangan ternak sapi di Indonesia. Berbagai pertimbangan
oleh negera-negara eksportir daging sapi adalah growth promotor hormo- ”maksimum sekuriti” atau zero risk terhadap kemungkinan tertularnya
ne, yang konon katanya mampu meningkatkan berat badan sapi 1,5 berbagai penyakit sebagai akibat dianutnya kebijakan free zone telah
kg/ekor/hari. Adapun para peternak di negeri ini baru mampu men- banyak dilontarkan oleh berbagai kalangan, baik para ahli, organisasi
capai 1 kg/ekor/hari karena mereka dilarang menggunakan oleh pe- profesi, maupun kelompok masyarakat. Sebab, dampak yang terjadi
merintah. Di satu sisi diharuskan meningkatkan produksi, di sisi lain akan membuka peluang tertularnya penyakit mulut dan kuku maupun
pemerintah melarangnya. Sedangkan daging sapi impor merupakan penyakit zoonosis lainnya.
hasil penggunaan hormon diperbolehkan masuk. Kebijakan seperti ini Dampak negatif tersebut tidak hanya terjadi pada subsektor peter-
tidak konsisten dan sangat membingungkan para peternak dan pemer- nakan, tetapi juga akan meluas ke sektor pertanian. Bahkan industri
hati peternakan. pariwisata, seperti halnya pada kasus ekspor pucuk tebu dari beberapa
Kabupaten Tasikmalaya adalah salah satu kabupaten potensial negara di Asia ke Jepang beberapa waktu lalu. Menurut data USDA,
penghasil ternak sapi potong. Sementara ternak sapi perah banyak dengan terjadinya outbreak BSE di USA saja, ekspor daging dari nege­ri
diusahakan para peternak di wilayah Tasikmalaya bagian utara, ter- ini anjlok sampai 83 persen pada tahun 2004, sehingga mampu meng-
nak sapi potong banyak diusahakan peternak di wilayah Tasikmalaya goncangkan bursa efek di New York. Sedangkan di Brasil tahun 2004
bagian selatan. Usaha penggemukan sapi potong merupakan peluang terjadi outbreak PMK menyebabkan turunnya ekspor daging sampai
semenjak terjadinya krisis untuk memacu peternakan sapi potong di 23 persen dengan kerugian sekitar 2,6 miliar dollar AS per tahun.
Tasikmalaya. Di Inggris pada tahun 2001, kerugian yang diderita sekitar 3,1 miliar
Usaha penggemukan sapi dengan cara kereman, tidak memerlukan poundsterling atau sekitar Rp 52,7 triliun, dengan sekitar 4,2 juta ekor
dukungan sumberdaya lahan yang terlalu luas. Namun demikian tetap ternak (sapi, kambing, domba, babi dan rusa, serta ternak lainnya)
memerlukan cadangan pakan hijauan yang masih diperlukan. Den- yang dimusnahkan.
gan demikian pengembangan usaha penggemukan sapi hanya dapat Sebenarnya, menurut OIE, beberapa negara yang bebas PMK
dilakukan di beberapa wilayah tertentu. Wilayah pengembangan ideal adalah China Taipei, Paraguay, dan Uruguay. Adapun negara-nega-
meliputi wilayah Tasikmalaya bagian Selatan, antara lain: kecamatan ra yang bebas berdasarkan free zone adalah Argentina (Patagonia).
Cibalong, karangnunggal, cipatujah, cikatomas, salopa, bojonggambir Akan tetapi, pada tahun 2006 terjadi outbreak di Botswana, Colom-
dan taraju. Usaha penggemukan sapi juga relevan dengan upaya peles­ bia (Northwest region of Choco), Malaysia (Sabah and Sarawak), Na-
tarian sumberdaya lahan. Kotoran sapi yang diperoleh selama masa mibia, Peru, Filipina (Mindanao, Visayas, Palawan and Masbate), dan
penggemukan cukup besar volumenya, berguna untuk memperbaiki Afrika Selatan. Berdasarkan data tersebut, jika saja pemerintah tetap
tekstur dan kesuburan tanah. membuka kebijakan free region, sepertinya program pengembangan ter-
nak sapi potong akan dibuat tidak kondusif oleh pemerintah sendiri.
Waspadai Penyakit Ternak Menular
Kebijakan zona Indonesia sampai hari ini masih mengacu kepada Peluang Pasar Daging Sapi
kebijakan free region, bukan free zone. Artinya, Indonesia hanya mem- Pasar yang potensial untuk daging sapi adalah kota-kota besar seper­
bolehkan masuknya hewan atau bahan asal hewan dari negara-negara ti Bandung, Jakarta, dan wilayah Botabek. Peluang pasar daging sapi
yang bebas terhadap penyakit yang ada pada daftar A menurut Orga­ bagi para peternak di negeri ini sangat terbuka lebar, yang sekaligus

96 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 97


juga membuka lapangan pekerjaan bagi penduduk. Masalahnya yang
perlu diperhatikan adalah cara-cara berternak tersebut harus dirubah
dari pola-pola tradisional yang tidak produktif kepada cara baru yang
bernuansa agribisnis. Jangan harap bisa maju dan bersaing bila hanya
berkutat mempertahankan cara bertenak tradisional yang cenderung
lambat dan tidak bisa bersaing.
Padahal di zaman yang serba cepat ini dibutuhkan hitung-hitungan
yang cepat dan tepat. Perhitungan yang akan menggiring si peternak
ke arah keuntungan yang lebih besar. Berternak di era global ini, tidak
lagi bisa berleha-leha. Dulu peternak bisa memanen sapinya untuk
dijual hanya pada even-even tertentu saja. Misalkan pada Hari Raya
Idul Qurban, Hari Raya Lebaran, dan sebagainya. Kini petani bisa
menjual sapinya kapan ia mau, pasar akan selalu terbuka seluas-luas­

Pertanian,
nya. Karena itu untuk bersaing secara bisnis, maka diperlukan sua-
tu teknologi yang bisa memanen sapi dalam waktu yang lebih cepat,
sekaligus menghasilkan panen ternak yang lebih produktif. Dengan
demikian, para petani ternak, selain diuntungkan masalah persaingan
waktu yang lebih cepat, juga bisa meraup keuntungn dari hasil pro- bangkit
atau
duksi yang lebih tinggi.

bangkrut

98 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 99


Revitalisasi Pertanian, episode, kebangkitan pertanian – kalau tidak ingin disebut kejayaan
pertanian – di era Soeharto dapatlah disegmentasi ke dalam episode

Kebangkitan atau Kebangkrutan pertama.


Namun ketika swasembada beras telah dicapai dan Soeharto ter-
lena oleh bujuk rayu Habibie untuk melupakan tahapan pelita yang
disusun secara sistematis dan terencana bagus untuk beralih meng-
embangkan Industri Teknologi tinggi sekitar tahun 90-an, maka perha-
ertanian Indonesia di zaman Orde Lama dapat dikatakan belum tian terhadap pertanian mulai mengendur. Hasilnya Indonesia mulai
maju dan berkembang. Jika menggunakan fase-fase pembangun­ mengimpor beras dan berbagai produk pangan lainnya dan pertanian
an pertanian, maka kondisi pertanian ketika itu termasuk ke da- Indonesiapun mulai mengalami kemunduran kalau tidak ingin disebut
lam fase pertanian tradisional bersifat subsisten. Fase ini berproduksi mati suri. Kemunduran pertanian Indonesai juga disadari oleh presiden
untuk memenuhi kebutuhan sendiri dengan teknik budidaya tradisio- RI di era reformasi, mulai Presiden B.J. Habibie, Predisen Abdurach-
nal. Ketika itu kelaparan dan antre beras kerap terjadi di mana-mana, man Wahid, Presiden Megawati Soekarno Putri sampai Presiden So-
sehingga cukup merisaukan pemerintah. Namun karena rezim Orla esilo Bambang Yudhoyono. Ketiga presiden di awal reformasi dengan
pandai membungkus masalah pangan dan kesejahteraan penduduk berbagai program belum mampu membangkitkan kembali pertanian
dengan jargon-jargon revolusi dan nasionalisme, maka rakyatpun ter- Indonesia. Maklum mungkin karena mereka berkuasa terlalu singkat
lena dan lupa terhadap kondisi dirinya yang serba kekurangan akan atau mungkin belum mampu berpikir jauh dan luas, hanya sibuk me-
kebutuhan paling dasar dalam hidupnya, yaitu kekurangan pangan, mikirkan diri sendiri, kelompok dan partainya.
papan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya.
Orde Baru di bawah Jenderal Soeharto sebagai Presiden Republik Program Revitalisasi Pertanian
Indonesia kedua menggantikan Presiden Soekarno menyadari betul Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono juga menyadari benar kon-
kondisi masyarakat Indonesia di zaman Orla. Karenanya tahun 1969- disi pertanian di Indonesia di awal masa jabatanya. Presiden akhirnya
1994 dicanangkan program pembangunan jangka panjang pertama tanggal 11 Juni 2005 mencanangkan program Revitalisasi Pertanian
dalam rentang waktu 25 tahun dengan lima tahapan Pelita, yaitu Pe- Perikanan dan Kehutanan (RPPK). Esensinya adalah ingin membang-
lita I, II, III, IV dan V. Pembangunan Indonesia dengan tahapan Pelita kitkan kembali pertanian di Indonesia yang sedang terpuruk, sehingga
tersebut, esensinya adalah pembangunan ekonomi yang mentransfor- mampu menjadi motor penggerak perekonomian nasional.
masi ekonomi pertanian tradisional pada pelita I menjadi ekonomi Program revitalisasi pertanian ini dapatlah disebut proses menuju
Industri berbasis pertanian pada pelita V. kebangkitan pertanian episode kedua. Jadi disini ada kata menuju,
Memanfaatkan dukungan pinjaman Bank Dunia dan negara-ne- bisa menuju kebangkitan atau kebangkrutan. Jika menuju kebangkitan
gara donor yang tergabung dalam konsorsium Consultative Group on berarti program RPPK berhasil membangkitkan kembali pertanian di
Indonesia (CGI), maka pemerintah Orde Baru berhasil memajukan Indonesia yang sedang terpuruk. Sedangkan jika menuju kebangkru-
pertanian di Indonesia, baik dalam hal adopsi teknologi yang terkenal tan berarti program RPPK gagal membangkitkan kembali pertanian
dengan revolusi hijaunya, peningkatan produksi padi dan komoditi dan pertanian akan tetap terpuruk seperti saat ini. Keberhasilan RPPK
lainnya per hektar secara dramatis maupun peningkatan pengetahuan tergantung pada kesungguhan Presiden SBY dalam memobilisasi
dan keterampilan petani dalam penguasaan teknologi pertanian mo- segenap dana dan daya yang dimiliki pemerintahannya untuk men-
dern. Puncak keberhasilan pembangunan pertanian Indonesia di era sukseskan semua program-program sektoral dan lintas sektoral yang
Presiden Soharto adalah dicapainya swasembada beras tahun 1984, mendukung tercapainya program RPPK.
yaitu prestasi luar biasa dari suatu negara pengimpor beras terbesar Namun implementasi program ini menghadapi banyak kendala
di dunia menjadi pengekspor kecil-kecilan. Jika penggunakan istilah dan hambatan yang perlu dikenali, satu per satu disingkirkan dan diat-

100 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 101


asi, sehingga memuluskan jalan program RPPK meunuju kebangkitan domestik bruto (PDB) untuk penelitian dan pengembangan (R&D)
pertanian episode kedua. Pertama, kendala di tingkat strategis bahwa sebagai stimulator awal. Namun jangan dulu berharap banyak akan
dokumen revitalisasi pertanian tidak diperkuat dengan perangkat pe- terjadi perubahan spektakuler dalam produksi pangan dan pertanian
rundang-undangan yang agak mengikat, baik dalam bentuk peraturan apabila alokasi dana R&D tidak sampai 0,1 persen dari PDB. Pada
pemerintah (permem) maupun peraturan presiden (permen). Bahkan, tahap lanjutan, pemerintah dan para peneliti atau kalangan akademisi
secara hakikat, beberapa substansi dalam dokumen revitalisasi pertani- perlu melakukan kemitraan strategis dengan swasta pertanian dan du-
an tidak dicantumkan secara eksplisit dalam dokumen politik tentang nia usaha. Secara umum untuk mengembangkan sumber pendanaan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2005-2009 yang penelitian dan pengembangan sesuai dengan strategi pembangunan
telah tertuang dalam Perpres Nomor 7 Tahun 2005. Akibatnya tentu pertanian yang dipilihnya.
sangat mudah diduga bahwa kebijakan fungsional dan operasional Ketiga, kendala yang bersifat operasional, yang terlalu banyak un-
yang harus dirumuskan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah tuk disebutkan satu per satu di sini. Contoh yang paling mudah dipa-
menjadi serba tanggung. Apakah menjadi bagian atau penjabaran dari hami adalah sasaran tersedianya lahan pertanian abadi, termasuk 15
perpres ataukah dari PP. tertentu. Tata krama dan hierarki kebijakan juta hektar lahan beririgasi dan 15 juta hektar lahan kering. Saat ini
seperti ini sepintas terlihat tidak substansial. Namun menjadi faktor diperlukan tambahan tujuh juta hektar lagi untuk mencapai sasaran
yang mungkin jauh lebih penting dari penjabaran teori-teori ekonomi tersebut berhubung lahan sawah beririgasi yang tersedia saat ini baru
pembangunan yang menjadi landasan dari dokumen revitalisasi per- sekitar delapan juta hektar, karena selama lima tahun terakhir praktis
tanian. tidak terdapat pembangunan jaringan irigasi baru. Dari jumlah terse-
Kedua, kendala yang bersifat fungsional, yakni strategi revitalisasi but, sekitar 1,6 juta hektar tidak dapat berfungsi maksimal dan memer-
pertanian ini terkesan sektoral bahkan subsektoral pertanian, perika- lukan upaya besar untuk rehabilitasi infrastruktur penting tersebut.
nan, dan kehutanan yang hanya berbasis administrasi pemerintahan. Kemampuan anggaran negara diperkirakan hanya mampu mere-
Apabila tujuan utama revitalisasi pertanian adalah untuk meningkat- habilitasi 700.000 hektar. Target maksimal yang dapat ditetapkan ada-
kan kesejahteraan petani, peningkatan produksi dan produktivitas ko- lah 9 persen per tahun dengan fokus pada daerah lumbung pangan
moditi pertanian, perkebunan, dan perikanan haruslah dilihat sebagai nasional. Solusi yang dapat ditawarkan, pemerintah cq Badan Peren-
instrumen saja. Meski demikian, langkah inisiasi, fasilitasi, dan do- canaan Pembangunan Nasional dan Departemen Pekerjaan Umum
rongan pemerintah untuk meningkatkan penelitian dan pengembangan perlu secara terbuka menyampaikan secara detail kebutuhan operasio-
yang mampu meningkatkan produktivitas pertanian harus dilaksana- nal tersebut agar dapat memperoleh dukungan dari segenap instansi
kan dengan saksama. Sejarah keberhasilan Revolusi Hijau yang mem- dan tentu saja para wakil rakyat di legislatif. Jastifikasi dari kebutuhan
buat swasembada beras di Indonesia tentu tidak dapat dilepaskan dari pembangunan infrastruktur pertanian ini sebagai salah satu stimulasi
kemampuan para ilmuwan menghasilkan teknologi baru intensifikasi, investasi masyarakat dan effective demand di tingkat pedesaan. Secara
yang bersamaan dengan penemuan varietas unggul bahan pangan, tek- konseptual pun para ahli ekonomi pertanian tentu sepakat bahwa
nologi pupuk dan pemupukan, pestisida, dan sebagainya. mustahil berharap revitalisasi pertanian tanpa pembangunan ekonomi
Pada hakikatnya, kebijakan pemerintah memiliki tiga tujuan uta­ma, dan sosial pedesaan. Dinamika ekonomi pedesaan seperti inilah yang
yaitu stabilitasi, efisiensi, dan pemerataan. Sering antara satu tujuan secara gradual akan meningkatkan investasi masyarakat di bidang pro-
dengan tujuan lainnya terjadi trade-off. Misal, apabila tujuan stabilita- duksi pangan, peternakan perkebunan, perikanan, dan sebagainya.
si ingin dicapai, maka sering tujuan mencapai efisiensi harus dikor- Tidak perlu diragukan lagi bahwa peningkatan investasi masyara-
bankan. Demikian pula antara tujuan efisiensi (baca: pertumbuhan) kat inilah yang mampu memberikan dampak ganda bagi peningkatan
terjadi trade-off dengan tujuan pemerataan pendapatan. Solusi yang da- kapasitas produksi domestik. Bahkan mampu menciptakan nilai tam-
pat ditawarkan mengurangi kendala fungsional tersebut adalah berani bah dan pendapatan secara agregat. Di sinilah sektor pertanian da-
mengalokasikan anggaran negara paling tidak satu persen dari produk pat dikatakan kembali vital atau penting karena mampu berkontribusi

102 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 103


pada pengentasan masyarakat dari kemiskinan. juta hektar di antaranya menjadi kewenangan pemerintah kabupaten/
kota, 1,284 juta hektar ditangani pemerintah provinsi, dan selebihnya
Buruknya Jaringan Irigasi 4,93 juta hektar dikelola pemerintah pusat. Dana yang dialokasikan
Kurangnya koordinasi antar departemen menyadi penghambat rata-rata Rp 390 miliar per tahun. Padahal, total kebutuhan minimal
dalam implementasi program revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Rp 500 miliar per tahun. Rusaknya jaringan irigasi tersebut membuat
Kehutanan (RPPK) di tingkat lapangan. Jika Departemen Pekerjaan produksi beras nasional terancam turun. Untuk kawasan di sepanjang
Umum dianggap menjadi bagian strategis dari program RPPK, seha- pantai utara (pantura) Pulau Jawa misalnya, penurunan diperkirakan
rusnya sejak awal telah memiliki dokumen dan merumuskan langkah sekitar 10 persen pada tahun 2005.
kerja selanjutnya. Faktanya tidak seperti itu dan posisi Dept PU masih Pulau Jawa memberikan kontribusi 60-65 persen terhadap total pro-
dianggap hanya pelengkap. Hal ini dibuktikan bahwa dokumen berisi duksi beras nasional. Jika mengacu pada produksi gabah kering giling
program RPPK baru diterima pejabat Departemen Pekerjaan Umum tahun 2005 sebanyak 53,1 juta ton atau 32,93 juta ton beras, kerusakan
pada 29 Juni 2005. Padahal pencanangan program tersebut dilakukan jaringan irigasi berpeluang mengurangi produksi beras nasional men-
Presiden pada 11 Juni 2005. Melihat fakta seperti itu, apakah program jadi 30,79 juta ton. Jumlah tersebut akan terus menurun seiring mem-
RPPK bakal sukses? Memang sulit diberi jawaban pasti. Akan tetapi, buruknya saluran irigasi dan meningkatnya pengalihfungsian lahan
membangun pertanian tanpa didukung saluran irigasi yang memadai pertanian. Lahan yang beralih fungsi menjadi kawasan perumahan
hanya akan mubazir karena mayoritas lahan pertanian adalah tanah dan industri rata-rata 35.000 hektar per tahun. Jika volume produksi
basah yang membutuhkan sistem pengairan yang bagus. beras hanya 30,79 juta ton, berarti tidak akan mampu memenuhi to-
Berdasarkan data dari Departemen Pekerjaan Umum, jaringan iri- tal kebutuhan atau konsumsi nasional di tahun-tahun berikutnya yang
gasi di Indonesia seluas 8,6 juta hektar, meliputi irigasi sawah 6,8 juta cenderung meningkat sesuai pertumbuhan penduduk. Kebutuhan be-
hektar dan irigasi di daerah rawa 1,8 juta hektar. Akan tetapi, kini 30 ras nasional tahun 2005 saja diperkirakan sebanyak 35 juta ton.
persen dari jaringan irigasi tersebut dalam kondisi rusak parah. Aki- Badan Pusat Statistik (BPS) memprediksikan produksi padi tahun
batnya, saluran irigasi mendangkal dan bocor. Alat ukur di pintu air 2005 hanya 53,01 juta ton, atau turun dua persen dibandingkan tahun
jarang berfungsi optimal. Sehingga distribusi air selalu tersendat dan 2004 sebanyak 54,09 juta ton. Produksi padi di Pulau Jawa tahun yang
sering kali tidak efisien. Buruknya kondisi saluran irigasi merupakan sama juga diperkirakan cuma 29,22 juta ton, atau turun 0,41 juta ton
dampak dari pengabaian terhadap pemeliharaan dan perawatan wa- dibandingkan tahun 2004 sebanyak 29,63 juta ton. Lantas apa yang
duk, dam, dan bendungan. Hal tersebut tampak dari pengalokasian harus direvitalisasi, sehingga pertanian dan perikanan dapat menurun-
dana yang dilakukan pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota. kan penduduk miskin menjadi 8,2 persen tahun 2009 dari 16,6 persen
Misal untuk Waduk Djuanda Jatiluhur, dana yang dialokasikan rata- tahun 2004? Jawabannya adalah pembenahan total irigasi. Mengapa?
rata Rp 30 miliar per tahun hanya mencukupi 30 persen dari total Karena irigasi adalah bagian tervital dari infrastruktur dasar sektor
perawatan dan pemeliharaan waduk yang mampu mengairi 240.000 pertanian. Membangun ekonomi tanpa didukung infrastruktur yang
hektar sawah di jalur pantura. Karenanya fungsi saluran primer Wa- andal cuma impian belaka.
duk Jatiluhur tinggal 70 persen, sedangkan saluran tertier tersisa 60 Pengalihfungsian lahan pertanian adalah bagian dari penyim-
persen dan saluran sekunder 50 persen. Kasus seperti ini terjadi mera- pangan dalam pemanfaatan tata ruang. Selama ini tata ruang yang
ta di semua waduk. ada jarang dikendalikan dan dimanfaatkan secara optimal. Akibatnya
Bahkan, sekitar 30 persen dari total kapasitas setiap waduk menga- terjadi kerusakan lingkungan yang semakin parah. Jika hujan, lang­
lami penurunan sebagai akibat dari adanya sendimentasi. Jadi, kalau sung terjadi banjir. Sebaliknya, pada musim kemarau menimbulkan
perawatan dan pemeliharaannya masih terabaikan, kondisinya akan kekeringan yang luar biasa. Mengapa banjir? Karena banyak lokasi
jauh lebih buruk lagi pada tahun-tahun mendatang. Dari 8,6 juta hek- yang di dalam tata ruang ditetapkan menjadi daerah resapan air disu-
tar saluran irigasi, tidak semuanya ditangani pusat. Sebanyak 2,386 lap menjadi kawasan industri atau kompleks perumahan. Kawasan

104 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 105


hutan di pegunungan juga mengalami kerusakan yang makin parah. Masalah lain yang perlu diatasi adalah inkonsistensi kebijakan, di-
Saat ini terjadi krisis air baku yang sangat luar biasa di Jakarta, Tange­ mana satu kebijakan bertentangan dengan kebijakan lainnya. Contoh
rang, dan Serang. Krisis itu meningkat tajam setiap tahun sebab ke- yang paling nyata, baru beberapa bulan RPPK dicanangkan, pemerin-
butuhan air bersih pun bertambah seiring peningkatan jumlah pen- tah sudah mengimpor beras. Kasus lainnya adalah rencana pembukaan
duduk. Ada upaya mensuplai air baku dari Waduk Jatiluhur, tetapi impor ternak dan produk asal ternak dari negara yang terjangkit penya-
volumenya sangat terbatas sebab air baku di Jatiluhur juga digunakan kit tertentu seperti Brasilia. Di samping itu, ada izin impor gula kasar
untuk pertanian serta memenuhi kebutuhan masyarakat di Karawang, hingga 518.000 ton pada saat musim giling tebu. Namun menanggapi
Bekasi, dan sekitarnya. hal itu, Deputi Menko Perekonomian Bidang Pertanian, Kelautan, dan
Krisis air baku selama musim kemarau yang makin parah juga Perikanan Bayu Krisnamukti berdalih, revitalisasi pertanian merupa-
mulai terjadi di Cirebon dan Indramayu. Krisis itu bisa teratasi jika kan sebuah cita-cita yang belum sepenuhnya tercapai. Kondisi tersebut
dibangun Waduk Jatigede yang dapat menampung air sebanyak 650 disebabkan masih ada fokus kebijakan yang belum sepenuhnya sele-
juta meter kubik. Bahkan, lahan pertanian di wilayah pantura Pulau sai. ”Memang ada fokus program yang sudah dilakukan, tetapi pada
Jawa tidak lagi mengalami krisis air pada musim kemarau. Pembangu- saat yang sama masih ada fokus program lain yang belum tuntas atau
nan Waduk Jatigede membutuhkan dana 230 juta dollar AS. Banjir di tingkat kecepatannya tidak sesuai dengan yang kita inginkan, antara
Kalimantan, Jawa, Sumatera, dan daerah lain juga dipicu kerusakan lain, banyak irigasi yang rusak serta rendahnya dukungan pembiayaan
hutan. Untuk itu, diharapkan perbaikan lingkungan harus menjadi nonpemerintah, baik perbankan atau nonperbankan.” Menurut Bayu,
prioritas utama untuk mendukung program RPPK. revitalisasi pertanian merupakan cita-cita yang diungkapkan Presiden
dan Wakil Presiden sejak masa kampanye.
Revitalisasi Sebatas Wacana Cita-cita itu ditetapkan secara resmi dalam Rencana Pembangu-
Setelah lebih dari setahun dicanangkan oleh Presiden Susilo Bam- nan Jangka Menengah yang menjadi dasar hukum program revitali-
bang Yudhoyono, Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan sasi pertanian. ”Jadi, koordinasinya langsung di bawah presiden, dan
(RPPK) tidak berjalan. Masyarakat tidak tergerak untuk terlibat. Ko- setiap departemen harus bertanggung jawab atas programnya.” Bayu
ordinasi tidak berjalan. Kebijakan yang muncul bertentangan dengan secara jujur mengakui beberapa komoditi memang belum tersentuh,
cita-cita RPPK. Beberapa pengamat pembangunan pertanian seperti tetapi ada gerakan. Untuk tanaman pangan sudah mulai dibenahi, se-
Fadhil Hasan, Bustanul Arifin, Iman Sugema, dan Kepala Divisi Pem- perti masalah beras, jagung – melalui pengembangan kawasan – dan
berdayaan Masyarakat Pesisir IPB Arif Satria, di Jakarta mengatakan, gula. Akan tetapi, untuk sapi pedaging dan kedelai belum menyeluruh.
RPPK hanya wacana (Kompas, Kamis (14/9/2008). Masyarakat belum Sementara itu untuk pengembangan ekspor, Indonesia berupaya mem-
tergerak dan menjadi bagian aktif dalam implementasi program terse- perkuat karet dan kelapa sawit. Bayu mengakui bahwa salah satu fo-
but. Mereka mengutip tujuan RPPK, yaitu peningkatan kesejahteraan, kus revitalisasi pertanian yang paling terpukul adalah pengembangan
pengurangan pengangguran, peningkatan daya saing, membangun ke- usaha unggas yang tertekan akibat wabah flu burung. Meski demikian,
tahanan pangan, membangun pedesaan, dan melestarikan lingkungan, menurut Bayu ”revitalisasi ini tidak gagal total, tetapi belum menye­
kenyataannya tidak ada kemajuan yang tercapai. Kurangnya keterliba- luruh.”
tan masyarakat menjadi salah satu sorotan. Semisal, dalam Program Sektor pertanian yang digerakkan oleh mayoritas warga bangsa ini
Bimbingan Massal (Bimas) berhasil meningkatkan produksi padi dan masih saja, atau sengaja dibangun sebagai produsen bahan pangan
tanaman pangan lainnya karena masyarakat ikut bergerak dan terli- murah, tumbal ketahanan pangan nasional, bemper ketenagakerjaan,
bat. Di Korea Selatan, ada Proyek Saemaeul berhasil karena gerakan dan tumbal inflasi. Sektor pertanian, khususnya petani padi, sudah
masyarakat dan kepemimpinan yang kuat. Di Thailand, ada Program sedemikian lama diperas untuk menjaga kehidupan sektor-sektor lain.
Dapur Dunia yang berhasil karena di bawah kepemimpinan raja, rak­ Tetapi, hingga sekarang, tak pernah secuilpun mereka diperhatikan.
yat terlibat langsung. Contohnya Instruksi Presiden No 2/2005 tentang Kebijakan Perbe-

106 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 107


rasan awal Maret 2005. Memang, inpres itu dikonsep sebagai lang- bang Yudhoyono) sulit dilakukan. Setiap daerah dengan potensi dan
kah pengamanan pemerintah terhadap petani saat harga beras (gabah) kondisi berbeda juga memerlukan guideline yang jelas. Dalam konteks
produksi petani jatuh saat panen. Atau istilah kerennya menstabilkan daerah, revitalisasi perlu mengadopsi ketahanan pangan untuk dijadi-
harga gabah petani. Namun kenyataan di lapangan tidak sesederhana kan kewenangan daerah.
konsepnya, karena Inpres itu sangat mencekik petani. Harga gabah Jika ketahanan pangan dalam kerangka besar revitalisasi tidak di-
yang ditetapkan pemerintah sangat merugikan petani. Dengan ke- jadikan urusan wajib daerah, maka revitalisasi akan berakhir seperti
naikan harga BBM sekitar 29 persen, menuntut kenaikan harga ba- proyek-proyek sebelumnya. Selain itu, faktor trade-off juga perlu diper-
rang-barang atau jasa paling minimal 10-20 persen. Namun, inpres itu hitungkan, misalnya antara beras dan gula, kedelai dan jagung. Pada
hanya menaikkan harga gabah 7-8 persen saja. Keadaan itu terjadi sektor perikanan juga perlu ditentukan, mendorong pemberdayaan
terus-menerus dan jika terus berlarut dan ditambah faktor-faktor lain, nelayan kecil atau menggenjot nilai tambah pada produksi nelayan
tentu saja sektor pertanian akan selalu menjadi tumbal ketahanan menengah.
pangan nasional, bemper ketenagakerjaan, sekaligus tumbal inflasi, Pelaksanaan revitalisasi ditentukan oleh faktor-faktor ekonomi dan
pada akhirnya terjadi proses marjinalisasi struktural sektor pertanian. non-ekonomi. Faktor non-ekonomi, antara lain, kemampuan meng-
Pendeknya, petani diminta menanam padi, tetapi dibohongi terus, gerakkan birokrasi pusat dan daerah. Untuk menggerakkan birokrasi
tidak memiliki daya tawar, tidak punya kedaulatan. Harga produk dibutuhkan aturan yang mengikat, pengawasan dan perangkat admi-
pertanian khususnya padi, sengaja ditekan untuk memungkinkan nilai nistrasi lainnya. Bagaimana pemerintah pusat membuat guideline dan
upah minimum regional dapat rendah dan yang diuntungkan adalah standar memajukan pertanian itu sendiri belum ada. Pajak dan retri-
sektor industri. Di sini, beras menjadi komoditi politik. Hal itu akan busi yang bahkan dikenakan pada produk mentah untuk PAD, amat
bertambah rumit jika ditambah fakta, anak-anak sekolah yang tidak menekan pertumbuhan pertanian. Kesadaran bahwa pertanian meru-
terserap ke sektor lain, berapa pun jumlahnya, akan masuk ke sektor pakan sistem pendukung kehidupan, bukan semata-mata komoditi.
pertanian. Apa yang terjadi? Sektor pertanian hanya sebagai bemper Kesadaran ini akan membuat konversi hutan menjadi lahan pertanian
tenaga kerja. Di sisi lain, jumlah lahan pertanian dan tentu saja ke- dan konversi lahan pertanian menjadi kawasan bisnis atau pemukiman
pemilikan lahan terus menyempit tanpa bisa dicegah. Akhirnya yang tidak dilakukan dengan kelewat menggebu-gebu tanpa memperhitung-
terjadi adalah proses pemiskinan di sektor pertanian. Jika begini si- kan daya dukung lingkungan. Setiap daerah punya potensi ekonomi.
tuasinya salah siapa, hingga anak-anak muda pedesaan tidak tertarik Pengembangan wilayah dengan pengembangan komoditi perlu dikelo-
bekerja di sektor pertanian dan sekolah-sekolah pertanian termasuk la dengan kebijakan daerah.
fakultas ilmu-ilmu pertanian, tidak menarik dimasuki oleh anak-anak Faktor ekonomi yang menentukan berjalannya revitalisasi, antara
muda Indonesia. lain, nilai tambah, produktivitas, dan kualitas. Untuk kepentingan itu,
perlu diterapkan prinsip subsidi, proteksi dan promosi. Revitalisasi se-
Kebangkitan atau Kebangkrutan harusnya menjadikan pertanian sebagai basis pembangunan ekonomi.
Pemerintah memang telah menyiapkan konsep Revitalisasi Pertani- Artinya, sektor-sektor ekonomi nonpertanian juga diarahkan untuk
an, Perikanan, dan Kehutanan untuk lima tahun ke depan sejak dica- mendukung pertanian. Misalnya pembiayaan, baik oleh bank maupun
nangkan 2005. Dokumen revitalisasi itu sangat strategis, tetapi belum lembaga nonbank.
jelas bagaimana kebijakan revitalisasi ini dituangkan dalam rencana Program besar yang dicanangkan oleh Presiden Soesilo Bambang
pembangunan jangka menengah. Kemudian diturunkan dalam renca- Yudhoyono 11 Juni 2005 mungkin hanya sebatas wacana dan reto-
na pembangunan tahunan, hingga bisa dialokasikan dalam anggaran rika. Mungkin hanya sebuah cita-cita. Atau mungkin jalan menuju ke-
pendapatan dan belanja. Tanpa diturunkan sampai ke level kebijakan bangkitan pertanian episode kedua atau kebangkrutan (kemandegan).
operasional dan anggaran, implementasi peletakan dasar revitalisasi Kita lihat hasilnya nanti entah berwujud apa yakni “Revitalisasi Perta-
sebagai proses berkelanjutan di masa pemerintahan SBY (Susilo Bam- nian, Perikanan dan Kehutanan”.

108 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 109


Konversi Lahan Laju peningkatan produksi beras nasional yang belakangan ini
mengalami levelling off, tidak hanya disebabkan oleh tiadanya inovasi
dan Produksi Pangan di bidang teknologi produksi secara spektakuler, dihapuskannya insen-
tif peningkatan produksi untuk petani, semakin sempitnya lahan ga-
rapan petani karena terfragmentasi oleh sistem warisan, menurunnya
alokasi anggaran untuk peningkatan produksi, tetapi juga disebabkan
oleh laju konversi lahan sawah beririgasi yang sangat cepat di beberapa
embangunan ekonomi yang menjadi prioritas pembangunan se- daerah di Indonesia.
jak awal pelita pertama tahun 1969 sampai kini untuk menin- Memang diinformasikan oleh Pemerintah bahwa di tahun 2008
gkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, secara langsung Indonesia kembali berswasemba pangan, karena tidak lagi mengim-
dan tidak langsung harus mengorbankan sumberdaya alam terbarui por beras. Namun perlu diingat bahwa kondisi swasembada pangan
(renewable resources) dan sumberdaya alam tak terbarui (unrenewable re- bersifat dinamis yang dipengaruhi oleh fluktuasi produksi beras dalam
sources). Sumber-sumber tambang seperti mineral-mineral, batubara, negeri dan konsumsi beras. Sedangkan produksi beras dalam negeri
bijih timah dan besi, emas, tembaga, dsb, harus dieksploitasi secara dipengaruhi oleh banyak faktor seperti luas tanam, produktivitas padi,
besar-besaran untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan enerji dan kondisi lahan, iklim, bencana alam, dan kegairahan petani untuk
bahan-bahan metal. Hutan harus dibabat untuk memenuhi kebutuhan memproduksi beras.
masyarakat akan kayu, memperluas kebun kelapa sawit, dan memper-
luas lahan pertanian untuk memproduksi pangan. Hal ini tidak dapat Tata Guna Lahan
dihindarkan dan harus dilakukan jika ingin menikmati hidup lebih Berdasarkan data Badan Pertanahan Nasional (BPN) tahun 2001,
sejahtera. teritorial Indonesia termasuk Zone Ekonomi Ekslusif (ZEE) seluas
Namun dalam pembangunan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan 800 juta ha. Dari luasan ini terbesar yaitu 609 juta ha (76%) berupa
masyarakat akan perumahan dan infrastruktur ekonomi sering harus perairan dan sisanya 191 juta ha (24%) berupa daratan. Sementara
mengorbankan lahan-lahan pertanian subur di perkotaan dan perde- menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Iklim (Pus-
saan. Sedangkan peningkatan lahan pertanian melalui pembukaan litbangtanak) tahun 2002, luas daratan Indonesia lebih rendah sedikit
lahan pertanian baru dan pencetakan sawah relatif lambat dibanding- dari itu, yaitu hanya 188,2 juta ha. Dalam usaha budidaya, salah satu
kan dengan laju penyusutan lahan. Hal inipun sudah mulai dirasakan aspek yang harus dijadikan landasan adalah batasan minimal yang ha-
dewasa ini, kebutuhan pangan terus meningkat karena pertambahan rus tetap menjadi areal konservasi untuk menjaga daya dukung lahan
penduduk, tetapi lahan untuk produksi pangan kian menyusut, sehing- dan prinsip keberlanjutan ekosistem pada umumnya. Kaidah kepatu-
ga peningkatan produksi pangan mengalami kendala keterbatasan luas tan penggunaan tanah sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah,
lahan. Inilah memprihatikan kita semua yang peduli terhadap kondisi dari 191 juta ha daratan, 67 juta ha (35%) harus digunakan sebagai ka-
bangsa ini di masa depan. wasan lindung dan sisanya seluas 123 juta ha (65%) dapat digunakan
Tidak lama (sekitar 6 tahun) setelah tercapai swasembada beras (ta- untuk areal budidaya.
hun 1984), Indonesia kembali menjadi negara importir beras. Dalam Sesuai dengan fungsi dan kepatutan penggunaan, maka kawasan
kurun waktu 1990-2001, impor beras Indonesia cenderung mening- lindung mestilah berupa hutan, sedangkan kawasan budidaya dapat
kat setiap tahun, dan telah menempatkan kembali Indonesia menjadi digunakan untuk penggunaan non-hutan, yaitu untuk pertanian dan
negara importir beras terbesar di dunia. Kondisi ini menjadi dilema, bukan pertanian (perumahan, industri, dan lain-lain). Hasil rekapit-
karena di satu pihak pemerintah harus menyediakan devisa relatif ulasi BPN menunjukkan bahwa kawasan lindung yang seharusnya
banyak untuk mengimpor beras, tetapi di pihak lain impor beras disin- berupa hutan tidak seluruhnya berupa hutan. Dari 67 juta ha kawasan
setif terhadap peningkatan produksi beras dalam negeri. lindung, 12 juta ha (18%) telah digunakan berupa bukan hutan teru-

110 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 111


tama di Wilayah Jawa dan Bali. Sebaliknya pada kawasan budidaya, dampak konversi lahan sawah terhadap masalah pangan, tidak hanya
71 juta ha (58%) masih berupa hutan, terutama di pertanian. dirasakan pada tahun yang bersangkutan, tetapi juga dirasakan pada
Berbeda dengan data BPN, Puslitbangtanak tahun 2002 menun- tahun-tahun selanjutnya. Hal ini karena kegiatan konversi lahan tidak
jukkan bahwa berdasarkan kondisi biofisik lahan (fisiografi, bentuk hanya menyebabkan penurunan tingkat produksi pangan, tetapi juga
wilayah, lereng, iklim), lahan yang sesuai untuk pertanian bukan 123,4 penurunan kapasitas produksi pangan, mengingat lahan merupakan
juta ha, tetapi hanya seluas 100,7 juta ha. Hal ini relatif sama dengan faktor produksi utama, sehingga jika tidak ada lahan, maka tidak ada
dokumen Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK), pula proses produksi pangan.
di mana lahan yang dapat dijadikan pertanian adalah 100,8 juta ha. Konversi lahan pertanian menjadi isu sentral karena sebagian be-
Dari seluruh lahan ini, 24,5 juta ha di antaranya sesuai untuk lahan sar terjadi di Jawa dan memanfaatkan lahan pertanian subur dengan
basah (sawah), 25,3 juta ha sesuai untuk lahan kering tanaman se- tingkat produktivitas tinggi dan berpengairan teknis. Konversi lahan
musim, dan 50,9 juta ha sesuai untuk lahan kering tanaman tahunan. pertanian justru banyak terjadi di sentra produksi beras nasional.
Dari 24,5 juta ha lahan yang sesuai untuk lahan basah, seluas 8,5 juta Dalam kurun waktu 18 tahun (1981-1998) terjadi konversi lahan
ha sudah digunakan untuk lahan sawah. Namun karena adanya kon- sawah ke penggunaan bukan pertanian seluas 1.627.514 hektar, seki-
versi atau alih guna lahan sawah, maka luas lahan sawah baku pada tar 1 juta hektar (61,44%) terjadi di Jawa dan 627.514 hektar (38,56%)
tahun 2002 sekitar 7,8 juta ha. Total areal pertanian di Indonesia saat terjadi di luar Jawa. Sedangkan berdasarkan data Badan Pertanahan
ini adalah 36,3 juta ha, meliputi sawah, tegalan, pekarangan, maupun Nasional, laju konversi lahan tahun 1999-2002 rata-rata 110.000 hek-
perkebunan (rakyat dan swasta besar). Jika dihubungkan dengan ke- tar per tahun. mencapai satu juta hektar atau sekitar 55 ribu hektar
butuhan lahan sawah untuk ditanami padi, maka seluas 24,5 juta ha per tahun. Dari total konversi lahan pertanian secara nasional, 68,3
sudah memadai untuk berswasembada karena yang diperlukan lebih persen adalah lahan sawah dan sisanya 31,7 persen adalah lahan ker-
kurang hanya 10 juta ha, apalagi jika teknologi usahatani dapat diper- ing atau tegalan. Dengan demikian konversi lahan yang besar di Jawa
baiki. akan membawa dampak serius terhadap persediaan pangan nasional.
Konversi lahan sawah tersebut terutama terjadi di Jawa yang pemban-
gunannya relatif cepat dibandingkan daerah luar Jawa.
Konversi Lahan Secara umum konversi lahan sawah lebih banyak terjadi pada
Pada tingkat mikro, proses alih fungsi (konversi) lahan pertanian propinsi atau kebupaten yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi
dapat dilakukan oleh petani sendiri atau dilakukan oleh pihak lain. Se- dan penduduk yang relatif tinggi, serta kabupaten-kabupaten yang
cara umum, konversi yang dilakukan oleh pihak lain memiliki dampak menjadi penyangga pusat-pusat pertumbuhan ekonomi. Di Jawa Barat
yang lebih besar terhadap penurunan produksi pangan nasional, karena peringkat pertama adalah kabupaten Bogor, Tanggerang, Bekasi (Bo-
proses konversi biasanya mencakup hamparan lahan yang cukup luas, tabek) dengan pengurangan sawah selama 18 tahun masing-masing
terutama ditujukan untuk pembangunan kawasan perumahan. Proses sebesar 87; 36 dan 21 ribu hektar. Sedangkan peringkat kedua adalah
konversi lahan yang dilakukan oleh pihak lain tersebut biasanya ber- Bandung, Sukabumi, Indramayu dan Ciamis masing-masing 20; 18;
langsung melalui dua tahap, yaitu: (a) pelepasan hak pemilikan lahan 18 dan 13 ribu hektar selama 18 tahun. Sedangkan di Jawa Tengah
petani kepada pihak lain yang kemudian diikuti dengan, (b) peman- adalah Kendal, Semarang, Pekalongan, Cilacap, Wonosobo dan Boyo-
faatan lahan tersebut untuk kegiatan non pertanian. Dampak konversi lali. Di Jawa Timur adalah Sidoarjo, Pasuruan, Mojokerto, Malang
lahan pertanian terhadap masalah pengadaan pangan pada dasarnya dan Banyuwangi dengan total konversi seluas 38.100 hektar (1989-
terjadi pada tahap kedua. Namun tahap kedua tersebut secara umum 1991), sebesar 70,80 persen adalah sawah beririgasi dan hanya 29,20
tidak akan terjadi tanpa melalui tahap pertama, karena sebagian besar persen sawah tadah hujan. Di luar Jawa daerah yang mengalami kon-
lahan pertanian dimiliki oleh petani. versi lahan yang cukup besar adalah Lampung, Jambi, dan Bali/Nusa
Konversi lahan pertanian menimbulkan dampak kumulatif, artinya Tenggara, masing-masing seluas 642 ribu hektar, 415 ribu hektar, dan

112 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 113


148 ribu hektar. Di Kabupaten Badung, Bali, misalnya, tahun 2005 sawah yang berkurang setelah dikoreksi oleh penambahan sawah,
dari 10.121 hektar sawah telah dikonversi 188 hektar dan tahun 2008 paling tinggi terjadi pada Pelita IV yaitu sekitar 57 ribu hektar (40%)
dikonversi lagi 18 hektar. dan yang kedua pada Pelita V sebesar 50 ribu hektar (34%) . Hal ini
Di Bali konversi lahan sawah untuk kepentingan non pertanian dapat dipahami karena sejak awal Pelita IV telah terjadi perubahan
(pariwisata, pemukiman, industri kecil, prasarana bisnis) saat ini su- kebijakan pembangunan yang lebih mengutamakan komoditi ekspor,
dah berada pada titik yang sangat mengkhawatirkan. Konversi lahan industri substitusi impor, pembangunan prasarana transportasi dan pe-
sawah di Bali banyak terjadi di Kotamadya Denpasar, Kabupaten Ba- rumahan sederhana.
dung, Gianyar dan Tabanan (SarBaGiTa). Tahun 1977 luas lahan
sawah di Bali ± 98.000 ha dan tahun 1998 tinggal 87.850 ha. Ini Dampak terhadap Produksi Pangan
berarti dalam kurun waktu ± 20 tahun terjadi penyusutan lahan seluas Dampak makro konversi lahan yang dinilai paling serius adalah
10.150 ha, atau 11,5 persen. Bahkan selama lima tahun terakhir, pe- hilangnya lahan produktif yang pada akhirnya menambah permasala-
nyusutan seluas 727 ha/tahun. Konsekuensinya, keberadaan budaya han swasembada pangan. Konversi lahan sawah ke penggunaan bukan
pertanian (lembaga dan tradisi) sebagai salah satu penarik wisatawan pertanian cenderung mengabaikan aspek tata ruang, ekonomi, ling-
semakin terancam. Sedangkan untuk mempertahankan pertanian di kungan, nilai oportunitas sawah yang sangat tinggi, investasi pengem-
Bali sebagai penyedia bahan pangan dan pelestarian budaya agraris, bangan infrastuktur, dan struktur sosial kelembagaan kelompok tani
maka keberadaan pertanian perlu dipertahankan. sebagai andalan sistem produksi beras nasional. Konversi telah men-
Berdasarkan data Ditjen Pengelolaan Lahan dan Air Departemen gabaikan dan menyimpang dari acuan pembangunan kawasan indus-
Pertanian, sebagian besar konversi lahan sawah untuk perumahan. tri, yang tidak boleh di atas lahan pertanian produktif, apalagi lahan
Konversi sawah di Jawa 58,7 persen untuk perumahan serta 21,8 pers- sawah beririgasi teknis.
en untuk industri, perkantoran, dan pertokoan. Di luar Pulau Jawa Dampak konversi lahan sawah terhadap degradasi sumberdaya air
48,6 persen konversi sawah untuk perkebunan dan sisanya 16,1 persen secara potensial memiliki kontribusi yang tidak kecil. Terdapat keter-
untuk perumahan (Kompas, Rabu 30 April 2008, hal. 17). Karena kaitan kuat antara konversi lahan sawah dengan meningkatnya pence-
tingkat kesuburan lahan di Jawa jauh lebih tinggi dibanding di luar maran lingkungan. Memang konversi lahan sawah diakui memberi
Jawa dan kondisi infrastruktur juga lebih baik, maka dalam jangka sumbangan terhadap peningkatan penyerapan tenaga kerja, tetapi pen-
panjang lahan-lahan sawah produktif di Jawa perlu dipertahankan duduk perdesaan sangat minimal dalam perolehan manfaat ini.  Dam-
sebagai lahan pertanian. paknya bagi kawasan terkonversi adalah peningkatan ketunakismaan
Memang ada usaha-usaha kompensasi melalui pencetakan sawah dan penyempitan rataan pemilikan lahan.  Buruh tani dan petani kecil
baru, tetapi itupun belum sebanding dengan lahan yang terkonversi. setempat adalah golongan yang sangat rentan terhadap dampak nega-
Secara terpaksa, pencetakan sawah baru pada akhirnya harus dilaku- tif konversi lahan.
kan pada lahan-lahan yang kurang subur, seperti lahan gambut. Ta- Dampak mikro konversi lahan adalah bagi petani yang mempunyai
hun 1989/1990, realisasi sawah yang dicetak hanya seluas 4.547 ha. kemampuan ekonomi tinggi dan pemilikan lahan luas, konversi lahan
Realisasi pencetakan sawah selama Pelita IV sampai Maret 1989 han- sawah cenderung berdampak positip di mana pemilikan sawah dan
ya 371.143 ha atau 53 persen dari target 700.000 ha. Bahkan proyek sumber pendapatan akan meningkat setelah konversi.  Mereka melaku-
pencetakan sawah sejuta hektar pada lahan gambut di Kalimantan kan ekspansi pembelian lahan dan mendesak eksistensi petani gurem. 
Tengah yang kental bernuansa KKN telah mengalami kegagalan to- Pola konversi lahan untuk kepentingan industri, sarana dan prasarana,
tal. dan pemukiman cenderung bersifat masal, sehingga peran birokrasi
Apabila angka-angka konversi tersebut dikoreksi dengan penamba- sangat dominan dalam penentuan harga, cara tawar-menawar, dan
han lahan sawah, maka konversi bersih (net konversion) adalah sekitar waktu pembayaran.  Dalam kondisi ini, petani berada dalam posisi
26,9 ribu hektar pertahun. Berdasarkan pelita, tampak bahwa lahan yang lemah dan proses konversi cenderung merugikan petani.

114 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 115


Dampak konversi lahan sawah terhadap produksi Beras di Jawa Apabila diperhatikan mengenai laju perkembangan dampak, dapat
selama kurun waktu 18 tahun (1981-1998) diperkirakan secara kumu- dikatakan bahwa sesuai dengan perjalanan waktu, semakin besar dam-
latif telah menyebabkan hilangnya produksi pangan setara 50,9 juta pak pengurangan produksi akibat konversi lahan sawah, maka dam-
ton gabah atau sekitar 2,82 juta ton gabah per tahun atau setara 1,7 pak pencetakan lahan sawah secara relatif semakin kecil. Hal yang
juta ton beras per tahun. Jumlah kehilangan produksi beras tersebut menyebabkan demikian adalah: (a) Arah konversi lahan sawah yang
hampir sebanding dengan jumlah impor beras pada tahun 1990-2001 terjadi cenderung mengarah kepada jenis lahan sawah yang berkuali-
yang berkisar antara 1,5 juta hingga 2,5 juta ton beras per tahun. Se- tas dan daerah-daerah dengan teknologi usahatani yang cukup tinggi;
mentara produksi kumulatif yang diciptakan akibat pencetakan hanya (b) Sebaliknya, kegiatan pencetakan sawah semakin bergeser pada ka-
10,2 juta ton gabah, sehingga penurunan bersih produksi masih sekitar bupaten-kabupaten dengan produktivitas usahatani padi relatif rendah
40,7 juta ton gabah atau sekitar 2,2 juta ton gabah per tahun atau dan daerah-daerah dengan teknologi usahatani yang semakin rendah.
setara 1,32 juta ton beras per tahun. Artinya, apabila konversi lahan Hal ini menunjukkan pula bahwa ketersediaan lahan yang potensial
sawah dapat ditekan, maka hal itu akan memberikan dampak yang bagi pencetakan sawah semakin terbatas.
cukup besar bagi pengadaan pangan (baca: beras) nasional. Prabowo Fakta empirik ini membuktikan bahwa konversi lahan sawah di
(2008) mengutip data dari Ditjen Pengelolaan Lahan dan Air Dept. Jawa telah memberikan dampak yang sangat nyata bagi penyediaan
Pertanian menginformasikan bahwa menggunakan asumsi kebutuhan pangan (baca: beras) nasional. Oleh karena itu peningkatan kapasitas
beras penduduk sebanyak 139,15 kg/kapita/tahun, maka dengan jum- produksi pangan menjadi kata kunci, baik melalui pencetakan sawah
lah penduduk sebanyak 220 juta jiwa tahun 2007, dibutuhkan beras maupun meningkatan kapasitas irigasi seperti rehabilitasi jaringan iri-
sebanyak 32,96 juta ton dan dibutuhkan lahan seluas 11,6 juta hektar. gasi dan investasi pompa. Implikasi lebih jauh dari konversi lahan
Jika jumlah penduduk meningkat menjadi 425 juta jiwa, maka dibu- sawah yang sangat cepat dan luas yakni ketahanan pangan Indonesia
tuhkan beras sebanyak 59 juta ton dan dibutuhkan lahan seluas 23,4 terancam dan jika ini dibiarkan dalam jangka panjang, maka secara
juta hektar. Kalau diperbandingkan antara 2007 dan 2030, kebutuhan politis dan ekonomis akan membahayakan posisi Indonesia. Dengan
beras selama kurun waktu 13 tahun ke depan harus ditingkatkan se- demikian, upaya pengendalian konversi lahan sawah tersebut menjadi
banyak 26,04 juta ton dan penyediaan lahan untuk memproduksi padi cukup mendesak, mengingat pertumbuhan produksi beras akhir-akhir
harus bertambah seluas 11,8 juta hekatr. Prakiraan ini mengisyaratkan ini mengalami stagnasi akibat terkendala oleh kejenuhan teknologi.
bahwa lahan pertanian pangan harus diperluas dalam upaya menin-
gkatkatkan produksi beras untuk memenuhui jumlah penduduk yang Pengendalian dan Strategi Antisipatif
terus bertambah.  Pengendalian konversi lahan pertanian, khususnya sawah ke peng-
Jika penurunan produksi dirinci per propinsi, sebagian besar pen- gunaan non pertanian dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu
gurangan produksi beras akibat konversi lahan sawah terjadi di Jawa (a) pengendalian melalui kelembagaan dan pengaturan tentang pen-
Timur dengan proporsi sekitar 44,2 persen (22,5 juta ton gabah) dari galihan dan penata-gunaan lahan sawah (regulation), (b) pengendalian
total pengurangan produksi di Jawa. Posisi kedua dan seterusnya di- melalui intrumen ekonomi, seperti melalui mekanisme kompensasi,
tempati oleh Jawa Tengah, Jawa Barat dan Yogyakarta, sekitar 15,9 kebijakan penerapan pajak progresif dan bank tanah. Sedangkan pen-
juta, 10,8 juta dan 1,7 juta ton gabah. Bila dikaji menurut pelita, maka gendalian pemanfaatan lahan untuk kepentingan pengadaan pangan
jumlah kehilangan produksi beras akibat konversi lahan sawah cend- pada dasarnya dapat ditempuh melalui dua pendekatan yaitu: (1)
erung meningkat di seluruh propinsi di Jawa. Gejala demikian menun- mengendalikan pelepasan hak pemilikan lahan petani kepada pihak
jukkan bahwa konversi lahan sawah yang terjadi dimasa mendatang lain, dan atau (2) mengendalikan dampak alih fungsi lahan tanaman
akan memberikan dampak yang lebih besar lagi terhadap pengurangan pangan tersebut terhadap keseimbangan pengadaan pangan.
kapasitas produksi pangan, karena kerugian yang terjadi akibat kon- Pengendalian pelepasan lahan petani kepada pihak lain secara
versi lahan sawah persatuan luas lahan akan lebih tinggi. teoritis dapat dilakukan dengan memberikan insentif yang besar ke-

116 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 117


pada petani agar mereka tidak menjual lahannya. Pendekatan ini akan Khusus untuk kebijakan “lahan abadi”, pemerintah telah mentar-
membutuhkan dana yang sangat besar karena perbandingan land rent getkan 30 juta hektar lahan abadi untuk pertanian, yang tidak boleh
untuk penggunaan pertanian dan non pertanian sekitar 1 : 500 dan 1 beralih fungsi, namun dapat berubah kepemilikan. Lahan ini akan
: 622 untuk kawasan industri dan kawasan perumahan. Pendekatan dibagi menjadi dua, yakni 15 juta hektar merupakan sawah beririgasi,
ini misalnya dilakukan oleh Jepang yang memberikan subsidi harga dan 15 juta hektar merupakan lahan kering. Lahan tersebut tersebar
komoditi pertanian yang sangat tinggi untuk mencegah penyusutan di seluruh Indonesia dengan tujuan untuk menjaga ketersediaan pan-
lahan pertanian. gan nasional. Dari sisi perencanaan tata ruang nasional, “lahan abadi”
Beberapa strategi antisipatif yang perlu dipertimbangkan dalam merupakan hal yang baru, dan belum pernah dimasukkan dalam kebi-
penanggulangan dampak konversi lahan antara lain: (1) Dalam jangka jakan tata ruang manapun, baik di tingkat nasional maupun regional.
pendek perlu peningkatan kapasitas kemampuan lahan yang ada dan Karena itu, mekanisme penetapan lahan abadi ini berpedoman kepa-
daya guna sarana dan prasarana irigasi yang telah dibangun, pening- da penentuan Rancangan Umum Tata Ruang (RUTR) suatu wilayah.
katan efisiensi pemanfaatan dana pembangunan, efektivitas program Setelah disepakati dalam RUTR, maka lahan yang diperuntukkan seb-
dan pelibatan masyarakat tani secara langsung dalam pelaksanaan agai “lahan abadi” tersebut tidak boleh berubah pemanfaatannya. Na-
kegiatan; (2) Percepatan pencetakan sawah baru dalam prospektif mun, jika dicermati secara mendalam, ada persoalan mendasar dibalik
pemanfaatan dan pendayagunaan investasi irigasi melalui pembena- itu yang dapat menggagalkan implementasinya di lapangan. Hal yang
han daerah irigasi yang sedang dibangun; (3) Meningkatkan kemam- mendasar tersebut adalah tidak cukup kuatnya dukungan tata perun-
puan sistem irigasi sesuai dengan tahapan perkembangannya (irigasi dang-undangan, belum terpadunya penataan ruang secara nasional
tahap dini – maju – responsif), sehingga terjadi peningkatan efektivitas maupun wilayah, dan lemahnya peran Deptan secara kelembagaan.
investasi yang telah dibangun; (4) Perluasan irigasi dengan memberi- Memang sebagian pihak berpendapat bahwa semestinya imple-
kan prioritas pada usaha-usaha yang telah dirintis oleh masyarakat mentasi lahan abadi ini harus dituangkan dalam peraturan tersendiri.
petani seperti pengembangan sawah tadah hujan dari pada membuka Satu hal yang pasti, agar lahan abadi menjadi bagian dari RUTR nasi-
daerah baru (bukan pertanian); (5) Pemberdayaan kelembagaan in- onal, maka RUTR yang sudah ada sekarang ini perlu direvisi. Hal ini
formal perdesaan dan aspek penegakan hukum melalui penyaluran tentu saja membutuhkan upaya hukum dan kelembagaan yang serius
aspirasi masyarakat, baik dalam proses pengambilan keputusan mau- dan tidak akan dapat diwujudkan dalam jangka pendek. Kebijakan
pun dalam penyelesaian konflik sebagai akibat dari alih fungsi lahan lahan abadi berpotensi untuk berbenturan dengan berbagai peraturan
pertanian. dan kebijakan agraria yang telah ada seelumya. Salah satunya adalah
dengan Peraturan Presiden No. 36 tahun 2005 tentang Pembebasan
Kebijakan Lahan Abadi Lahan untuk Kepentingan Umum.
Dalam usaha mempertahankan produksi pangan nasional, maka Semangat yang ada pada kedua kebijakan ini cenderung tidak se-
munculah pemikiran tentang kebijakan reservasi lahan pertanian yang jalan. Pada kebijakan “lahan abadi”, sebidang lahan tidak boleh digu-
dicetuskan oleh Menteri Pertanian pada tahun 1997 melalui konsep nakan selain untuk pertanian, sedangkan Perpres 36 tahun 2005 dapat
pengembangan lahan pertanian abadi. Namun pemikiran tersebut merubahnya sepanjang untuk kepentingan umum. Penetapan lahan
belum sempat berkembang lebih lanjut mengingat kompleksitas per- pertanian abadi mempersulit berubahnya fungsi lahan pertanian untuk
masalahan yang harus dihadapi terutama yang menyangkut status pe- peruntukan lain. Padahal presiden sudah membuat peraturan tentang
milikan lahan. Pada sektor kehutanan upaya pencadangan kawasan pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan
reservasi, misalnya hutan lindung, relatif mudah dilakukan karena umum, yang intinya mempermudah pelepasan tanah untuk kepent-
obyek lahan dimiliki oleh pemerintah sedangkan pada sektor perta- ingan umum, yakni bisa pasar, jalan, dan sebagainya. Lokasi yang
nian sebagian besar lahan terutama lahan tanaman pangan dimiliki ditetapkan sebagai lahan pertanian abadi juga harus diputuskan secara
oleh petani. cermat, sehingga tujuan untuk mensejahterakan petani dan menjaga

118 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 119


ketahanan pangan nasional tercapai tanpa berbenturan dengan kepent- dan non pertanian).  Kesemuanya ini dapat diwujudkan dalam bentuk
ingan lain. rumusan Rencana Umum Tata Ruang pemanfaatan/penataan lahan.
Infrastruktur pendukung secara normatif tentunya harus dibangun
Optimalisasi Pemanfaatan Lahan berdasarkan pada perencanaan optimalisasi penataan lahan menurut
Dibandingkan dengan sarana produksi pertanian lainnya, ke- kepentingan intersektoral dan dalam sektor pertanian sendiri.
beradaan lahan tidak tergantikan. Ketersediaan lahan menjadi pilar Pada tataran operasional, optimalisasi penataan lahan akan diten-
paling penting dalam penguatan ketahanan pangan dan penggerak tukan oleh pelaksanaan program konsolidasi lahan pada tingkat mikro
ekonomi masyarakat. Lahan merupakan sarana penting dalam pen- dan makro di lapangan. Secara mikro, konsolidasi lahan di tingkat
ingkatan ketersediaan pangan. Apalagi di tengah ketidakpastian iklim petani diindikasikan oleh adanya pergeseran proporsi rumah tangga
global dan tingginya harga komoditi pangan dunia yang membuat dengan status garapan nukan milik (sakap atau sewa).  Konsolidasi
negara-negara produsen cenderung menyimpan surplus pangannya. mikro ini didorong oleh adanya fragmentasi lahan dan daya tarik ser-
Lahan bersifat langka dan terbatas, sehingga harus dimanfaatkan ta aksesibilitas pada kegiatan di luar sektor pertanian.  Perkembangan
secara optimal. Lahan memiliki peranan penting dan semua aktivitas teknologi di sektor pertanian tidak perlu dikhawatirkan sebagai peng-
ekonomi membutuhkan lahan, walaupun dengan derajat kebutuhan hambat pelaksanaan konsolidasi lahan sejauh dapat diciptakan kesem-
dari segi luas secara relatif berbeda. Dari berbagai jenis lahan yang patan kerja atau program kondusif lainnya seperti industrialisasi dan
menyebar secara spasial dengan kualitas yang beragam perlu dialoka- transmigrasi. Konsolidasi lahan akan berjalan sukses dalam mening-
sikan secara optimal dalam mendukung kegiatan ekonomi nasional katkan produktivitas usahatani dan kesejahteraan masyarakat petani
dengan sasaran memberikan manfaat yang maksimal. Sedangkan opti- dan pengembangan ekonomi wilayah, bila pembangunan pertanian
malisasi pemanfaatan lahan adalah proses pemanfaatan lahan menjadi dan bukan pertanian berhasil baik.
optimal atau terbaik, sehingga secara makro mampu menghasilkan Konsolidasi mikro di tingkat petani (sakap, sewa/gadai, dan pem-
produksi maksimal untuk kepentingan bangsa dan negara, dan secara belian lahan) diawali oleh adanya migrasi sebagian petani karena ad-
mikro mampu menghasilkan pendapatan maksimal kepada pengusah- anya aksesibilitas fisik dan ekonomi terhadap kesempatan kerja di luar
anya. Dalam konteks ini perlu dipertimbangkan dua cakupan pokok, sektor pertanian.  Karena keterbatasan kemampuan pengelolaan, se-
yaitu optimalisasi pemanfaatan lahan secara intersektoral dan sektoral bagian lahan hasil pembelian petani kaya disakapkan atau disewakan
di sektor pertanian sendiri.  Kebutuhan lahan di luar sektor pertanian kepada petani lainnya. Untuk lebih meningkatkan kinerja konsolidasi
(non-land based industries) mempunyai kharakteristik tersendiri dilihat lahan, perlu dirumuskan kelembagaan sistem sakap yang kondusif
dari segi kualitas lahan, lokasi, dan dukungan infrastrukturnya.  Ke- bagi pencapaian sasaran pembangunan pertanian dan peningkatan
butuhan lahan untuk sektor pertanian juga relatif bervariasi antar sub- kesejahteraan petani. Konsolidasi lahan ini juga perlu difasilitasi oleh
sektor (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, dan sistem kelembagaan di mana petani tidak kehilangan haknya atas ta-
perikanan) yang pada dasarnya juga membutuhkan kualifikasi lahan nah, tetapi tetap dapat akses terhadap kegiatan di luar sektor perta-
yang berbeda dari segi kualitas, pewilayahan, dan dukungan infra- nian.
struktur.
Dengan demikian dalam perancangan optimalisasi penataan lah- Optimalisasi Tingkat Usahatani
an, hal yang paling utama dan terpenting (the first and foremost) adalah Optimalisasi pemanfaatan lahan pada tingkat usahatani dapat dica-
pengklasifikasian lahan menurut jenis dan kualitas dikaitkan dengan pai melalui sinergi antar Badan-Badan Litbang yang tersebar di departe-
kepentingan dan penggunaannya menurut sektor dan subsektor secara men-departemen, kantor menteri negara, perguruan tinggi, maupun
rinci dan seksama. Optimalisasi pemanfaatan dengan sasaran maksi- lembaga pemerintah nondepartemen, sehingga mampu meningkatkan
misasi manfaat ekonomi harus didasarkan pada klasifikasi lahan secara produktivitas berbagai macam komoditi seperti padi, jagung, kedelai,
rinci dengan memperhatikan sejumlah aktivitas ekonomi (pertanian sapi, gula minimal 125-150% dalam periode 1-3 tahun ke depan, se-

120 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 121


hingga target swasembada menjadi lebih baik, lebih cepat, dan lebih
murah dicapai. Tantangan yang paling sederhana adalah mampukah
Pemanfaatan Sarana Produksi
kita menghasilkan padi sawah rata rata 9-10 ton per hektar dengan
indeks pertanaman rata-rata nasional 200%, produktivitas padi lahan Tidak Efisien
kering di atas 4 ton per hektar dengan prinsip better, faster, dan cheaper,
atau sapi beranak dua (kembar) seperti di Kalimantan Selatan. Kalau
itu bisa dilakukan, ada ruang gerak lebih luas untuk alokasi penggu-
naan lahan berbagai komoditi dalam rangka mencapai swasembada. fisiensi adalah suatu situasi yang selalu ingin dicapai oleh
Optimalisasi pemanfaatan lahan melalui usaha-usaha intensifi- manajemen perusahaan dalam memproduksi suatu produk (ba-
kasi harus didukung diversifikasi baik input, output maupun sistem rang atau jasa) dan menggunakan beberapa masukan atau fak-
produksi. Model crops livestock system (CLS) yang diperkenalkan oleh tor produksi dalam proses produksinya. Ada lebih dari satu cara untuk
Badan Litbang Pertanian misalnya, produk jeraminya dapat digunak- memproduksi suatu produk tertentu. Misalnya, di Belgia untuk men-
an pakan ternak, kompos, dan jamur. Sementara itu, produksi padinya ghasilkan suatu komoditi pertanian tertentu hanya digunakan lahan
dikembangkan untuk dedak, kulit padinya untuk bahan pupuk. Pen- sempit, yang dikombinasikan dengan penggunaan banyak tenagakerja
ingkatan rantai proses ini akan mendiversifikasi sumber pendapatan dan modal. Di Australia untuk menghasilkan komoditi yang sama,
petani, meningkatkan nilai tambah, menurunkan biaya produksi (pu- dapat digunakan lahan yang luas, tetapi hanya menggunakan sedikit
puk), menyerap tenaga kerja yang sangat besar, sehingga secara simul- tenagakerja dan modal per hektar tanahnya. Di Indonesia kita bisa
tan membuka ruang yang lebih luas dalam peningkatan kesejahteraan membandingkan antara tanah pertanian di Jawa dengan lahan luas di
petani. Kalimantan atau Irian Jaya.
Pilot proyek Crop Livestock System (CLS) Badan Litbang pertanian Dalam menghadapi berbagai alternatif proses produksi tersebut,
sudah ada di beberapa wilayah, pemerintah harus terus menstimulir bagaimana manajer perusahaan pertanian memutuskan proses mana
agar tumbuh industri CLS baru yang bersinergi dengan komoditi lain yang terbaik? Manajer bisa memilih proses yang menggunakan masu-
dan bukan berkompetisi seperti yang terjadi selama ini. Model inte- kan paling sedikit untuk menghasilkan keluaran tertentu, yaitu suatu
grasi ternak-kebun dan integrasi lainnya harus terus didiversifikasi dan proses yang secara teknis paling efisien. Alternatif lainnya, manajer
dikembangkan agar tersedia banyak pilihan dalam rangka swasemba- perusahaan pertanian bisa memilih proses dengan biaya paling rendah
da pangan. Ekstensifikasi lahan pertanian baru merupakan keharusan untuk menghasilkan keluaran tertentu, yaitu suatu proses yang secara
meskipun secara praktik ada batasnya. Sambil meningkatkan kemam- ekonomis paling efisien. Efisiensi teknologi (efisiensi teknis) mengukur
puan memperlambat laju alih fungsi lahan subur dan stabilisasi laju penggunaan masukan dalam ukuran fisik. Sedangkan efisiensi ekono-
pertumbuhan penduduk, pemerintah harus membuka lahan sawah mis mengukur penggunaan masukan dalam ukuran uang.
baru yang didukung irigasi teknis di luar Jawa, lahan penggembalaan, Misalkan, pada tahap perkembangan teknologi tertentu, hanya
lahan hortikultura sebagai bagian dari implementasi revitalisasi perta- dikenal empat cara untuk menghasilkan 100 unit barang per bulan.
nian. Model penanaman secara tumpang sari, misalnya jagung den- Metode B secara teknis tidak efisien karena metode ini menggunakan
gan kedelai, menanam jagung atau kedelai di sela-sela tanaman sawit lebih banyak masukan modal dan tenagakerja dibandingkan dengan
atau karet yang masih muda harus diupayakan. Jadi dalam usaha op- metode A. Di antara ketiga metode lainnya, metode A menggunakan
timaslisasi pemanfaatan lahan tingkat usahatani, segala macam cara modal paling sedikit, tetapi menggunakan tenagakerja paling banyak.
atau metode harus dilakukan, sehingga lahan yang semakin terbatas Metode D menghemat tenagakerja, tetapi menggunakan lebih banyak
pemenfaatannya menjadi optimal, dampaknya pendapatan petani me- modal. Metode C merupakan metode moderat di antara metode-
ningkat, dan produksi pangan baik dalam jenis, kuantitas, dan kualitas metode lainnya. Jika kita memutuskan metode D yang secara teknis
meningkat. paling efisien karena metode itu menggunakan total sumberdaya pa-

122 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 123


ling sedikit, pikirkanlah kembali. Metode A, C dan D juga semuanya lokasikan faktor produksi sedemikian rupa, sehingga produksi yang
secara teknis efisien karena tak satupun dari ketiga metode tersebut tinggi dapat dicapai. Bila pengusaha mendapatkan keuntungan yang
yang menggunakan kedua sumberdaya modal dan tenagakerja mele- besar dalam mengalokasikan faktor produksi karena harga yang tinggi,
bihi metode lainnya. Jika demikian halnya, metode manakah paling maka pengusaha mencapai efisiensi harga (price efficiency). Cara sep-
murah, yaitu yang secara ekonomis paling efisien? Kita belum dapat erti ini dapat ditempuh misalnya dengan membeli faktor produksi
menjawabnya tanpa mengetahui biaya-biaya modal dan tenagakerja. dengan harga relatif murah dan menjual produk dengan harga relatif
Efisiensi ekonomis tergantung pada harga masing-masing masukan. mahal. Selanjutnya, kalau pengusaha mampu meningkatkan produk-
sinya, memperoleh harga faktor produksi relatif murah dan menjual
Efisiensi dalam Proses Produksi produknya relatif mahal, maka pengusaha tersebut mencapai efisiensi
Dalam melakukan proses produksi pertanian, seorang pengusaha teknis dan efisiensi harga secara bersamaan dan situasi demikian sering
pertanian, katakanlah seorang petani atau manajer pertanian akan sela­ disebut dengan istilah efisiensi ekonomis. Dengan kata lain, pengusaha
lu menginginkan terjadinya efisiensi alokasi sumberdaya yang dimi- yang mencapai efisiensi ekonomis, sekaligus dalam waktu bersamaan
liki. Hal ini dapat dicapai melalui dua pendekatan yaitu maksimisasi juga mencapai efisiensi teknis dan efisiensi harga. Dengan pengertian
profit (profit maximize) atau minimisasi biaya (cost minimize). Pendeka- efisiensi seperti ini, maka produktivitas usaha pertanian semakin tinggi
tan maksimisasi profit adalah mengalokasikan sumberdaya pertanian bila petani atau produsen atau pengusaha pertanian mengalokasikan
yang dimiliki sedemikian rupa, sehingga mampu menghasilkan profit faktor produksi secara efisiensi teknis dan efisiensi harga.
maksimum. Sedangkan pendekatan minimisasi biaya yakni mengalo- Studi untuk membandingkan efisiensi relatif telah banyak dilaku-
kasikan sumberdaya dengan biaya serendah-rendahnya agar dicapai kan oleh para peneliti maupun mahasiswa. Di India dilakukan dengan
profit tertentu. Kedua pendekatan tersebut mungkin dapat dikatakan menggunakan kriteria rasio masukan-masukan (input-input ratio) dan
sebagai pendekatan serupa tapi tak sama. Keserupaannya yakni kedu- rasio masukan-keluaran (input-output ratio). Dimana rasio-rasio ini di-
anya ingin mengalokasikan sumberdaya pertanian secara efisien. Ke- kaitkan dengan usahatani sempit dan luas. Upaya tersebut menghasil-
tidaksamaannya terletak pada perilaku pengusaha yang bersangkutan. kan kesimpulan, yang diringkas oleh Yotopoulus, sebagai berikut, per-
Petani atau pengusaha pertanian besar kerap berperilaku maksimisasi tama, produk per hektar lahan berbanding terbalik dengan luas lahan
profit karena mereka memiliki persediaan sumberdaya berlimpah atau usahatani. Artinya produksi per hektar makin tinggi, jika luas lahan
tidak dihadapkan pada keterbatasan pembiayaan. Sedangkan petani usahatani makin sempit, atau sebaliknya.
kecil atau pengusaha kecil kerap berperilkau minimisasi biaya karena Kedua, penggunaan masukan per hektar. Dalam hal ini biaya tena-
dihadapkan dengan keterbatasan sumberdaya pertanian yang dimi- gakerja dan masukan lainnya adalah berbanding terbalik dengan luas
liki. lahan. Makin luas lahan usahatani, makin sedikit penggunaan tenaga-
Dalam mempelajari proses produksi, peranan hubungan input (sa- kerja per satuan luas.
rana atau faktor produksi atau masukan atau korbanan produksi) dan Ketiga, produk per hektar berkaitan langsung dengan masukan te-
output (hasil atau keluaran atau produksi) baik berupa proses produksi naga kerja per hektar. Keempat, penggunaan tenaga kerja adalah ber-
barang maupun jasa menjadi perhatian utama. Peranan input tidak banding terbalik dengan luas usahatani. Kelima, produk per hektar
hanya dapat dilihat dari macamnya dan ketersedianya dalam waktu adalah berkaitan langsung dengan luas usahatani.
yang tepat, tetapi juga dapat ditinjau dari takaran penggunaan yang Selanjutnya Yotopoulus membahas hasil kesimpulan penelitian
paling baik (efisiensinya). Dalam kaitannya dengan konsep efisiensi tersebut dan membandingkannya dengan hasil penelitian yang Dia
ini, dikenal adanya konsep efisiensi teknis (technical efficiency), efisiensi lakukan sendiri. Hasil kesimpulan yang diperoleh ternyata berbeda.
harga (price efficiency atau allocative efficiency), dan efisiensi ekonomis Dia mengatakan, letak perbedaan yang dicapai itu disebabkan karena
(economic efficiency). kriteria indeks efisiensi yang digunakan berbeda. Seperti yang telah
Efisiensi teknis akan tercapai kalau pengusaha mampu menga- didefinisikan sebelumnya, efisiensi produksi adalah produk maksimum

124 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 125


yang diperoleh dari penggunaan masukan tertentu. Definisi semacam bersifat “dual” dalam artian bahwa dari setiap fungsi produksi dapat
ini seringkali menyesatkan yang dapat ditunjukkan dengan argumen- diperoleh fungsi keuntungan dan fungsi biaya tertentu. Demikian pula
tasi bahwa usahatani kecil lebih efisien karena mampu berproduksi dari setiap fungsi keuntungan atau fungsi biaya terdapat suatu fungsi
lebih banyak per satuan luas lahan dari pada usahatani luas. Kesim- produksi. Pemilihan jenis model yang dipakai dalam analisis produksi
pulan itu kontradiktif dengan kesimpulan no. 5, dimana usahatani tergantung pada tujuan analisis dan data yang tersedia.
luas memperoleh produk yang lebih banyak melalui jumlah masukan Model fungsi produksi beranjak dari suatu asumsi bahwa jumlah
tenaga kerja yang lebih banyak. produksi dapat dijelaskan dengan baik oleh faktor-faktor produksi
yang dipergunakan dengan suatu jenis fungsi tertentu. Secara umum
Metode Akuntansi fungsi produksi dapat dituliskan sbb.: Q = Q (X1, X2, X3, ….., Xn),
Analisis ekonomi produksi meliputi penawaran produksi (output), dimana: Q adalah jumlah produksi dan Xi adalah masukan ke-i,
permintaan faktor (input), ekonomi skala usaha, efisiensi (alokatif dan untuk i – 1, 2, 3 … n. Ada beberapa bentuk fungsi produksi yang
teknis), analisis keuntungan dan biaya. Analisis ini dapat dikerjakan dapat dipergunakan dalam penelitian empirik seperti fungsi produksi
dengan metode akuntansi atau ekonometrik. Metode akuntansi meru- linear, kuadratik, Cobb-Douglas, translog, transcendental, constant
pakan analisis deskriptif dengan mempergunakan hasil tabulasi beru- elasticity of substitution (CES), dan leontief. Pemilihan suatu bentuk
pa tabel-tabel silang. Dengan metode akuntansi dapat dihitung total fungsi produksi umum­nya didasari oleh kriteria apriori atau speku-
keuntungan, biaya menurut komponen, pangsa biaya menurut kom- latif disertai pengujian kecocokan model (lack of fit) menggunakan
ponen, total penerimaan, total produksi dan total penggunaan masu- kriteria ekonomi, statistik dan ekonometrik. Apabila fungsi produksi
kan. Perhitungan dapat dilakukan untuk setiap jenis proses produksi telah diketahui, maka berbagai analisis seperti efisiensi alokatif dan
(teknologi). Proses produksi usahatani mungkin berbeda akibat perbe- ekonomi skala usaha dapat ditentukan dengan mudah. Efisiensi alo-
daan jenis lahan, luas lahan, teknologi biologi (bibit), teknologi kimi- katif menunjukkan kesesuaian jumlah penggunaan masukan dengan
awi (pupuk) dan iklim. Dengan cara tabulasi akan dapat diperbanding- jumlah yang membuat keuntungan maksimum. Dengan demikian,
kan keragaan usahatani untuk setiap proses produksi yang berbeda. efisiensi alokatif merupakan petunjuk apakah petani memaksimum-
Metode akuntansi sangat bermanfaat dalam analisis. Namun anali­ kan keuntungan (optimal) atau tidak. Jumlah penggunaan masukan
sis ini tidak dapat menjelaskan interaksi di antara peubah penentu (ex- optimal dapat diturunkan dari syarat-syarat maksimisasi keuntungan.
planatory variable), sehingga ia tidak dapat dipakai untuk menganalisis Parameter-parameter produksi (permintaan terhadap masukan
peranan dari setiap peubah penentu (factor share) dalam proses produk- dan penawaran hasil) dapat juga diturunkan dengan mempergunakan
si. Untuk analisis dekomposisi peranan dari setiap peubah penentu fungsi keuntungan sebagai fungsi dari harga produk dan harga ma-
(masukan), dapat dipergunakan metode ekonometrik (statistik) dengan sukan. Apabila fungsi keuntungan diperoleh, maka fungsi penawaran
model fungsi produksi atau model riset operasi. Kedua model yang produk dan permintaan masukan akan dapat diperoleh dengan mem-
disebutkan terakhir pada hakekatnya adalah suatu teori optimasi yakni pergunakan Hotelling Lemma. Sedangkan jika mempergunakan Shepard
bagaimana mengalokasikan masukan sedemikian rupa agar optimal Lemma, maka dari fungsi biaya akan diperoleh fungsi permintaan ma-
atau efisien (terbaik), sehingga akan mampu memaksimum profit atau sukan.
meminimumkan biaya.
Metode Riset Operasi
Metode Ekonometrik Jika optimasi menggunakan pendekatan model fungsi produksi
Metode ekonometrik merupakan suatu metode yang dipergunakan berasumsi bahwa ketersediaan sumberdaya atau faktor produksi tidak
melacak hubungan antar peubah atau pengaruh suatu peubah terha- terbatas atau berlimpah. Karena hasil analisis implikasinya untuk men-
dap peubah lainnya dari suatu model fungsi produksi, fungsi keun- capai efisiensi harus ditingkatkan atau diturunkan penggunaan fak-
tungan atau fungsi biaya. Ketiga fungsi ini pada hakekatnya adalah tor-faktor produksi tertentu. Ini berarti menuntut masih tersedia stok

126 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 127


faktor produksi yang dapat ditingkatkan penggunaannya agar proses dak dapat diwakili sepenuhnya oleh sebuah model matematis. Pada
produksi mencapai efisiensi. Namun jika faktor produksi jumlahnya kenyataannya, masalah ini dikenal oleh para ilmuwan Inggris yang
terbatas, maka optimasi alokasi faktor produksi dengan pendekatan merintis kegiatan-kegiatan OR yang pertama selama Perang Dunia II.
fungsi produksi sudah tidak layak digunakan. Untuk maksud ini, maka Walaupun pekerjaan mereka terutama berkaitan dengan alokasi opti-
dapat digunakan pendekatan model-model riset operasi (Operation mum dari sumberdaya peperangan yang terbatas, kelompok tersebut
Research, OR), seperti linear programming, non linear programming, mencakup para ahli dari bidang-bidang seperti sosiologi, psikologi dan
dynamic programming, integer programming, gool programming dan ilmu perilaku dalam pengenalan akan pentingnya kontribusi mereka
variasi-variasinya. Sedangkan optimasi menggunakan pendekatan ri- dalam mempertimbangkan faktor-faktor yang tidak berwujud dalam
set operasi atau manajemen sains dalam ilmu manajemen, berusaha proses keputusan.
menetapkan arah tindakan terbaik (optimum) dari sebuah masalah Sebagai sebuah teknik pemechan masalah, OR harus dipandang
keputusan dibawah pembatasan sumberdaya atau faktor produksi. sebagai ilmu dan seni. Aspek ilmu terletak dalam penyediaan teknik-
Istilah riset operasi sering kali diasosiasikan hampir secara eksklu- teknik matematis dan algoritma untuk memecahkan masalah keputu-
sif dengan penggunaan teknik-teknik matematis untuk membuat mo­ san yang tepat. Riset operasi adalah sebuah seni karena keberhasilan
del dan menganalisis masalah keputusan. Walaupun matematika dan dalam semua tahap yang mendahului dan melanjuti pemecahan dari
model matematis merupakan inti dari OR, pemecahan masalah OR sebuah model matematis sebagian besar bergantung pada kreativitas
tidaklah hanya sekedar pengembangan dan pemecahan model-model dan kemampuan pribadi dari mereka yang menganalisis pengambi-
matematis. Secara spesifik, masalah keputusan biasanya mencakup lan keputusan tersebut. Jadi pengumpulan data untuk mengembangan
faktor-faktor penting yang tidak berwujud dan tidak dapat diterjemah- model, penentuan keabsahan model dan penerapan dari pemecahan
kan secara langsung dalam bentuk matematis. Yang paling utama dari yang diperoleh akan bergantung pada kemampuan kelompok OR yang
faktor-faktor ini adalah kehadiran unsur manusia di hampir setiap bersangkutan untuk menetapkan jalur-jalur komunikasi yang baik de­
lingkungan keputusan. ngan sumber informasi serta dengan para individu yang bertanggung
Pada kenyataannya, telah dilaporkan adanya situasi-situasi kepu- jawab atas implementasi pemecahan yang direkomendasikan. Harus
tusan di mana pengaruh perilaku manusia begitu mempengaruhi ditekankan bahwa kelompok OR yang berhasil diharapkan memper-
masalah keputusan, sehingga pemecahan yang diperoleh dari model lihatkan kemampuan yang memadai dalam aspek ilmu dan seni dari
matematis dipandang tidak praktis. OR. Penekanan pada satu aspek dan tidak pada aspek lainnya cende­
Sebuah ilustrasi yang baik dari kasus ini adalah masalah elevator rung merintangi pemanfaatan OR secara efektif dalam praktek.
dari suatu perkantoran. Sebagai tanggapan terhadap keluhan para pen- Ketika mulai pemerintahan Orde Baru tahun 1966, rakyat Indo-
ghuni tentang lambatnya elevator di sebuah bangunan perkantoran nesia dalam kondisi kekurangan pangan karena pertanian ketika itu
yang besar, sebuah solusi yang didasari oleh analisis teori jalur antri­ dapat dikatakan belum maju dan belum berkembang serta masih bersi-
an ditemukan tidak memuaskan. Setelah mempelajari sistem tersebut fat tradisional, sehingga belum mampu memproduksi pangan sesuai
lebih lanjut, ditemukan bahwa keluhan para penghuni tersebut lebih dengan kebutuhan penduduk. Bersamaan dengan itu, di beberapa
disebabkan oleh kebosanan, karena pada kenyataannya waktu tunggu negara seperti Brasilia, India, Filipina, melalui penelitian di Badan-
sangat singkat. Sebuah solusi diajukan dimana sebuah cermin panjang Badan Penelitian dan Pengembangan ditemukan variertas jagung dan
dipasang di tempat masuk elevator. Keluhan menghilang karena para padi yang mampu berproduksi lebih tinggi daripada sebelumnya, yang
pengguna elevator asyik memandang dirinya sendiri dan orang lain dikenal dengan varietas unggul. Penanaman secara besar-besaran va-
sambil menunggu elevator bergerak naik atau turun. rietas unggul jagung dan padi di luar negeri yang dikenal dengan revo­
Ilustrasi elevator ini menggaris bawahi pentingnya memandang lusi hijau (green revolution), akhirnya menerpa juga Indonesia.
aspek matematis dari riset operasi dalam konteks yang lebih luas Pemerintah Orde baru mencanangkan pembangunan lima tahun
dari sebuah proses pengambilan keputusan yang unsur-unsurnya ti- tahap pertama (Pelita I). Pelita I memprioritaskan pada pembangunan

128 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 129


pertanian terutama pertanian padi sawah, revolusi hijau secara melu­
as menyebar di sentra-sentra produsen padi di Indonesia. Penyebaran
Petani Miskin, Bangsa Miskin
itu ditandai oleh penanaman secara meluas varietas unggul introduksi
dari pusat penelitian padi Filipina (International Rice Research Insti-
tute, IRRI) yaitu PB dan IR, yang sebelumnya para petani menanam
varietas lokal dan unggul nasional yaitu Sigadis, Remaja, Jelita, Dewi emiskinan tampaknya sudah menjadi persoalan klasik yang ter-
Tara, Syntha, dan Bengawan. Produktivitas sawah dipacu oleh varie­ us-menerus dihadapi bangsa ini. Semenjak bangsa ini mengu­
tas-varietas padi unggul PB dan IR yang sangat responsif terhadap kuhkan kemerdekaannya hingga berkali-kali terjadinya per-
pupuk kimia seperti Urea, TSP, dan KCL. Tahun 1980/1981 diinfor- gantian kepala negara, persoalan kemiskinan tetap menjadi masalah
masikan penggunaan Urea bervariasi mulai dari 200 kg/ha sampai yang tidak juga terselesaikan. Berbagai peristiwa membuktikan hal ini.
dengan 400 kg/ha. Pada tahun yang sama penggunaan pupuk TSP Munculnya wilayah rawan pangan, beragam peristiwa kelaparan di
bervariasi dari50 kg/ha sampai dengan 175 kg/ha. berbagai daerah, semakin membludaknya para pencari kerja, hingga
Dalam waktu bersamaan, petani juga sangat intensif menggunakan keluhan-keluhan merosotnya daya beli masyarakat dalam menghadapi
berbagai bahan kimia untuk mengendalikan serangan hama dan penya- kenaikan harga barang kebutuhan sehari-hari, tampaknya sudah men-
kit tanaman. Penggunaan sarana produksi yang lebih intensif yang ter- jadi keseharian hidup masyarakat yang menempatkan mereka dalam
masuk dalam paket Bimbingan Masal (Bimas) dan Intensifikasi Masal lilitan jerat-jerat kemiskinan.
(Inmas) memang telah terbukti mampu meningkatkan produksi padi Di dalam membicarakan kemiskinan terdapat berbagai tolok ukur
secara menakjubkan, hingga akhirnya Indonesia mampu berswasem- untuk menentukan “siapa yang termasuk golongan miskin”. Meski-
bada pangan tahun 1984. Kebiasaan petani menggunakan sarana pun para ahli ilmu sosial ekonomi belum sepenuhnya sepakat pada
produksi sangat intensif di dalam usahatani padi sawah berlangsung satu metode pengukuran, tetapi tolok ukur yang benar-benar jelas
sampai kini, sehingga sering petani menggunakannya melebih dosis untuk mengungkap masalah kemiskinan sangat diperlukan. Misalnya
anjuran. Hal ini tidak hanya menyebabkan lahan sawah semakin ter- terdapat perbedaan tolok ukur kemiskinan antara BKKBN dan BPS,
cemar dan keras, juga menyebabkan pemborosan atau tidak efisien, sehingga menghasilkan jumlah penduduk miskin yang berbeda.
sehingga menurunkan pendapatan petani, apalagi harga pupuk terus Selama ini terdapat dua pengertian yang menyangkut kemiskinan,
naik dan subsidi pupuk dicabut oleh pemerintah. yaitu: kemiskinan relatif dan kemiskinan absolut. Kemiskian relatif
Dari beberapa analisis efisiensi penggunaan sarana produksi padi yaitu porsi relatif dari pendapatan total yang dinikmati oleh 40 persen
di beberapa daerah menggunakan model fungsi produksi dengan penduduk dengan pendapatan terendah. Pengukuran kemiskinan rela-
pendekatan ekonometrik ditemukan bahwa penggunaan pupuk, pesti- tif lazim menggunakan tolok ukur Bank Dunia. Kriteria Bank Dunia
sida, dan tenaga kerja sering tidak efisien. Ini mengindikasikan peng- membagi penduduk menjadi tiga kelompok, yaitu 20 persen kelompok
gunaan sarana produksi tersebut berlebih. Agar efisien dan mampu penduduk berpendapatan tinggi, 40 persen penduduk berpendapatan
menghasilkan keuntungan maksimal, maka penggunaannya harus sedang dan 40 persen penduduk berpendapatan rendah. Kelompok
diturunkan atau dikurangi sesuai dengan dosis anjuran. Inilah kon- penduduk atau masyarakat terakhir inilah yang menjadi pusat perha-
disi warisan revolusi hijau, kebiasaan petani menggunakan sarana pri- tian pengukuran kemiskinan relatif. Pertama, jika 40 persen jumlah
oduksi dalam dosis berat. penduduk dengan pendapatan terendah menerima kurang dari 12 per-
Ke depan petani dihadapkan pada lahan semakin sempit, pupuk sen dari pendapatan nasional, maka disebut pembagian pendapatan
kian mhal, dan tenaga kerja semakin langka, maka petani harus meng- nasional mencapai ketimpangan ”menyolok”. Kedua, jika 40 persen
gunakan faktor produksi secara efisien, sehingga keuntungan maksi- jumlah penduduk dengan pendaparan terendah menerima antara 12-
mum. 17 persen dari pendapatan nasional, maka pembagian pendapatan na-
sional mencapai ketimpangan relatif ”sedang”. Ketiga, jika 40 persen

130 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 131


jumlah penduduk dengan pendapatan terendah menerima lebih dari pengetahuan dan komunikasi, ketidakmampuan menegakkan hak-hak
pada 17 persen dari pendapatan nasional, maka pembagian pendapa- asasi manusia dan politik, serta tidak adanya kehormatan, kepercaya-
tan nasional mencapai ketimpangan ”ringan”. an dan harga diri.
Kemiskinan absolut adalah suatu keadaan di mana tingkat pendapa- Dalam bukunya The End of Poverty (2005), Jeffrey Sachs dari
tan absolut dari sekelompok orang tidak mencukupi untuk memenuhi Universitas Harvard peraih Nobel Ekonomi tahun 1997 mengatakan
kebutuhan pokoknya, seperti pangan, sandang, pemukiman, kesehat- bahwa situasi kemiskinan ekstrem itu ditandai oleh tiadanya enam
an dan pendidikan. Dimensi kemiskinan absolut tercermin dari jum- macam modal (capital) yaitu: (1) human capital, (2) business capital,
lah penduduk yang tingkat pendapatan atau konsumsinya berada di (3) infrastructure capital, (4) natural capital, (5) public institutional capital,
bawah “tingkat minimum” yang ditetapkan tersebut. “Kemiskinan ab- (6) knowledge capital. Ini berakibat orang miskin terperangkap dalam
solut” dapat ditentukan berdasarkan jumlah penduduk yang hidup di ”jebakan kemiskinan”. Meskipun orang miskin itu ingin ke luar dari
bawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan internasional yang ditetap- kemiskinannya, ia tidak mampu melakukan hal itu dengan kekuatan-
kan oleh Bank Dunia tidak mengenal batas-batas negara, sehingga ke- nya sendiri. Hal ini diibaratkan dengan orang yang ingin naik tangga.
miskinan absolut bisa terjadi di kota New York, New Delhi, Kalkuta, Bagaimana ia mungkin naik tangga kalau untuk mengangkat kakinya
Kairo, Lagos atau Bogota. ke mata tangga yang pertama saja ia tidak mampu? Lalu, bagaimana
ke luar dari jebakan kemiskinan? Sachs tidak gegabah mengatakan
Standar Pengukuran Kemiskinan bahwa negara-negara sedang berkembang yang penduduknya sebagian
BPS Bali misalnya menggunakan standar pengukuran kemiskinan besar miskin gagal terjun dalam pasar global (gagasan neoliberal).
dalam bentuk garis kemiskinan yang berbeda untuk masing-masing ka- Ia mengusulkan model yang disebutnya clinical economics. Seperti
bupaten di Bali. Penduduk yang memiliki tingkat pengeluaran perkapi- seorang dokter jika membuat diagnosa harus memperhatikan banyak
ta sebulan di bawah garis kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk faktor, Begitu pula diagnosa atas kemiskinan: penyakit, cuaca buruk,
miskin. Dengan kata lain, untuk dapat dikatakan cukup hidup dalam lingkungan yang hancur, isolasi fisik, dan tentu saja tiadanya cukup
satu bulan di Bali, tiap orang memerlukan biaya minimal (garis ke- uang. Sach memberikan sebuah checklist panjang yang terdiri dari tujuh
miskinan) sebesar Rp 141.179 pada tahun 2003. Jadi, bagi mereka hal, maka ”jebakan kemiskinan” tidak diatasi dengan memakai satu
yang berpenghasilan kurang dari (di bawah) Rp 141.179 per kapita per obat saja berupa perdagangan bebas atau deregulasi, bak panadol yang
bulan dikategorikan sebagai penduduk miskin. Kadang standar ini terus dipakai untuk mengobati segala penyakit. Jebakan kemiskinan harus
berubah setiap tahun karena situasi dan kondisi perekonomian yang langsung ditangani dan digarap, yaitu dengan memberikan ”bantuan”
terus berubah secara cepat. BPS Bali menggunakan garis kemiskinan langsung. Ini tidak dapat dikatakan bahwa Sachs ingin menciptakan
tahun 1999 dan 2003, yaitu Rp 85.403 per kapita per bulan dan Rp ketergantungan pada bantuan. Ia setuju bahwa lebih baik memberi
148.741 per kapita per bulan untuk Kabupaten Jembrana. Di Kabu- kail daripada ikan, tetapi ia mengoreksi rumus ini. Bagaimana bisa
paten Badung sebesar Rp 93.788 per kapita per bulan dan Rp 163.580 memancing kalau lapar? Beri dulu ikan supaya bisa berdiri meman-
per kapita per bulan. Kabupaten Karangasem sebesar Rp 85.857 per cing. Mereka harus dibantu - dalam istilah Sachs - untuk ”menjejak-
kapita per bulan dan Rp 124.289 per kapita per bulan. kan kaki” (to jump start). Setelah mereka ke luar dari ”jebakan kemis-
Membicarakan tentang kemiskinan penduduk tampaknya masih kinan” baru mereka sanggup ikut memancing.
menjadi masalah pelik yang harus terus mendapatkan perhatian serta Jika memakai alur pikir Sach, tampaknya kebijakan yang diambil
penanganan secara serius dan transparan. Kemiskinan tidak dapat oleh pemerintah SBY-Kalla mengurangi beban orang miskin akibat
ditakar hanya dengan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan ma- kenaikan harga BBM (disebut juga PKPS-BBM) dalam bentuk subsidi
kan tiga kali sehari. Kemiskinan mempunyai banyak wajah. Ia lebih beras (raskin, dengan kupon via lurah), sekolah gratis (beasiswa), dan
dari sekedar pendapatan yang rendah, tetapi juga merefleksikan kon- fasilitas kesehatan Bantuan Tunai Langsung (BTL) sebesar Rp 100
disi pendidikan dan kesehatan yang buruk, kemerosotan dalam ilmu ribu per kk per bulan kepada keluarga-keluarga miskin memperoleh

132 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 133


justifikasi. Mungkin yang perlu dipikirkan sampai berapa lama mereka atau sekitar 40 persen dari total penduduk Indonesia masih berkubang
diberi subsidi, sehingga tidak mematikan kreativitas dan kemandirian dalam kemiskinan. Diberikan contoh, mati karena berebut Zakat
mereka. menjelang lebaran 2008 di Surabaya adalah salah salah satu indika-
tor tentang keadaan riil masyarakat Indonesia. Bahkan beberapa Ahli
Jumlah Penduduk Miskin Ekonomi Pertanian memperkirakan, dua per tiga dari jumlah pendu-
Berdasarkan data BPS, tingkat kemiskinan secara nasional pada duk miskin di Indonesia adalah para petani yang tinggal di daerah
akhir Desember 1998 mencapai sekitar 49,5 juta orang (24,23%) atau perdesaan. Penduduk miskin di Indonesia secara relatif terhadap total
meningkat sekitar 27 juta orang dibandingkan tahun 1996. Peningka- penduduk memang terus menurun, tetapi secara absolut masih tetap
tan sebesar 27 juta orang tersebut tidak sepenuhnya mencerminkan banyak.
peningkatan murni akibat krisis. Karena sebagian terjadi akibat peru- Mata pencaharian pokok penduduk perdesaan adalah bertani se-
bahan standar yang digunakan. Peningkatan murni diperkirakan sebe- bagai petani pemilik atau penyakap gurem mengolahan lahan sempit,
sar 15 juta orang (dan 34,5 juta menjadi 49,5 juta) atau persentasenya memelihara ternak sebagai sampingan ataupun selang-seling berburuh
meningkat 6,58 persen, yakni dari 17,65 persen tahun 1996 menjadi untuk menambah pendapatan. Jika data kemiskinan yang dikeluar-
24,23 persen tahun 1998. Selebihnya, sekitar 12 juta terjadi karena pe- kan oleh BPS Maret 2007 dianggap valid dan akurat sebanyak 23,61
rubahan standar. Dengan demikian, jumlah penduduk miskin pada juta penduduk miskin berada di pedesaan, lantas muncul pertanyaan,
akhir Desember 1998 di perkotaan mencapai 17,6 juta orang (21,92%), ”Siapa-siapa penduduk pedesaan yang miskin itu?”. Jawabnya tiada
sedangkan di pedesaan sebesar 31,9 juta orang (25,72%). lain adalah para petani pemilik atau penyakap berlahan sempit, buruh
Pada tahun 2003, angka kemiskinan di Indonesia berkurang men- tani yang bekerja serabutan dan para jompo yang masih tetap harus
jadi 37,34 juta orang atau sekitar 17,42 persen dibandingkan tahun bertani sampai akhir hayat karena kemiskinan yang membelenggu me-
1999. Rinciannya, daerah perkotaan 12,26 juta orang (13,57%) dan reka.
pedesaan 25,07 juta orang (20,23%). Tahun 2004 BPS mencatat ang- Jadi jelas penduduk pedesaan yang miskin itu adalah petani pe-
ka kemiskinan mencapai 36,1 juta dari 217 juta penduduk Indonesia. desaan yang diukur menggunakan tolok ukur BPS. Namun kenyata-
Dari 36,1 juta (lebih kurang delapan juta keluarga), sekitar 11,5, juta annya, petani Indonesia yang didera hidup pas-pas jauh lebih banyak
tinggal di perkotaan dan sisanya sebanyak 24,6 juta jiwa tinggal di dari pada 23,61 juta jiwa. Petani padi, hortikultura, petani tanaman
pedesaan. Maret 2006 BPS mencatat bahwa jumlah penduduk mis- keras atau tahunan yang mengusahakan lahan relatif sempit dan para
kin meningkat menjadi 39,39 juta (17,75%), dari jumlah itu sebanyak peternak tradisional di pedesaan hidup tidak berkecukupan. Mereka
14,49 juta (13,47%) tinggal di perkotaan dan 24,81 juta (21,81%) ting- gali lubang tutup lubang, karena sifat produk pertanian panen sekali,
gal di perdesaan. Maret 2007 BPS kembali mempublikasikan jumlah setelah itu paceklik dan jika tak pandai-pandai mengelola hasil panen
penduduk miskin yakni sebanyak 37,17 juta (16,58%), dan dari jumlah yang minim, maka kelaparan atau istilah sekarang busung lapar akan
itu sebanyak 13,58 juta tinggal di perkotaan dan 23,61 juta tinggal di menyergap mereka. Mereka tak mampu menyekolahkan anak-anaknya
perdesaan. Jika dibandingkan tahun 2006, jumlah penduduk miskin sampai perguruan tinggi, syukur-syukur dengan segenap tenaga bisa
tahun 2007 tercatat menurun. sampai SLTP atau SLTA.
Namun, perlu dipertanyakan akurasi data BPS, bagaimana mung-
kin ketika terjadi kenaikan harga BBM jumlah penduduk miskin me- Petani Miskin, Bangsa Miskin
nurun. Sangat boleh jadi jumlah penduduk miskin akan bertambah Petani Indonesia yang sebagian besar (kalau tak mau disebut semua)
di tengah belum membaiknya perekonomian nasional. Achmad Syafii tergolong miskin, memiliki ciri-ciri umum, yaitu: (i) penguasaan la-
Maarif (dalam Kompas, sabtu 18 Oktober 2008) memperkirakan, jika han garapan kurang dari 1 ha bahkan kurang dari 0,5 ha, sehingga
menggunakan standard pendapatan dua dollar AS per hari per kepala, sering mereka disebut petani gurem. (ii) Lemah pengetahuan dan in-
jumlah penduduk miskin di Indonesia lebih dari pada 100 juta jiwa formasi tentang kemajuan pertanian. (iii) Lemah modal ketika men-

134 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 135


gawali proses produksi di lahan usahataninya. (iv) Lemah teknologi, yang layak. Semisal beras, dengan kebijakan harga dasar dan harga
karena kurangnya informasi dan modal. (v) Lemah atau kurang akses atap yang berlaku seperti saat ini, sampai kapanpun petani padi yang
kredit, karena jauhnya lembaga-lembaga keuangan formal dari tempat gurem tidak akan pernah hidup layak. Tidak utang setiap musim saja
tinggalnya, tiadanya agunan yang dimiliki seperti dipersyaratkan oleh sudah syukur. Walau Presiden Susilo Bambang Yudhoyono 11 Juni
perbankan, dan awamnya terhadap prosedur pengamprahan kredit. 2005 mencanangkan “Revitalisasi Pertanian”, yang maksudnya me-
(vi) Kurangnya perhatian pemerintah terhadap mereka. Apalagi di era lalui kebangkitan kembali pertanian akan mampu mengentaskan ke-
reformasi benar-benar petani dan pertanian Indonesia mengalami stag­ miskinan petani di pedesaan dan dapat menarik minat generasi muda
nasi kalau tidak ingin disebut kemunduran. (vii) Harga-harga produk untuk bertani, tetapi sampai saat ini belum tampak ada tanda-tanda
petani sangat fluktuatif dan tidak pernah beranjak dari sekitar itu-itu gerakan atau program aksi ke arah itu.
saja. Beda dengan produk industri, dalam kurun waktu yang sama Di Jepang penduduk bangga menjadi petani karena sumber peng-
bisa naik sampai sepuluh kali lipat. Sedang produk pertanian paling- hasilan sangat layak dan memiliki lobi politik yang kuat terhadap
paling hanya dua kalinya bahkan tidak jarang malah melorot. pemerintah. Pemerintah Jepang sangat menghargai produk pertanian
Jika begini terus kondisinya siapa mau jadi petani di Indonesia? dalam negeri mereka dengan harga yang tinggi. Insentif ekonomi dan
Menjadi petani di Indonesia berarti menjadi orang miskin. Mengalami non ekonomi memadai, pengenalan teknologi pertanian modern, se-
segala kekurangan dan ketidakcukupan, berarti siap masuk perangkap hingga memancing generasi muda Jepang bekerja di sektor pertanian.
kemiskinan. Oleh karena itu jangan salahkan anak-anak petani dan Sedangkan di Indonesia sangat paradoksal dengan di Jepang.
buruhtani walau pendidikan sampai tingkat SD atau SLTP melakukan
urbanisasi mengadu nasib ke kota-kota di Indonesai sebagai pekerja Strategi Mengentaskan Kemiskinan
di sektor informal. Barangkali ini adalah salah satu cara menyiasati Mengentaskan penduduk miskin yang sebagian besar adalah pen-
hidup agar terhindar dari kemiskinan di pedesaan. duduk pedesaan yang mata pencahariannya sebagai petani gurem atau
Bukankah kondisi hidup pas-pasan di tengah inflasi tinggi yang buruh tani memang sejak lama telah dilakukan oleh pemerintah. Di
menggerogoti daya beli petani dapat dikatakan sebagai suatu situasi era pemerintah Orde Baru ada program delapan jalur pemerataan
dan kondisi miskin yang menimpa petani, sehingga secara lebih jelas dengan maksud memeratakan pembangunan dan hasil-hasil pemban-
dapat disebut “petani miskin”. Bukankah “petani miskin merupakan gunan sampai ke pelosok pedesaan agar menyentuh petani miskin di
bangsa miskin”. Karena sebagian besar komponen bangsa Indonesia pedesaan. Dalam tahun 1990-an ada program Inpres Desa Terting-
(mungkin sekitar 60%) adalah petani miskin tinggal di pedesaan. Seki- gal (IDT). Berikutnya, melalui pendekatan pembangunan keluarga
tar 40 persen penganggur Indonesia adalah petani dan orang desa. sejahtera, pemerintah juga memberikan bantuan modal usaha berupa
Dan sekitar 80 persen tenaga kerja sektor informal ada di pertanian kredit usaha kesejahteraan rakyat (kukesra) kepada para keluarga pra-se-
pedesaan. jahtera dan sejahtera I.
Bangsa Indonesia miskin karena sebagian besar pendukung bang- Mengingat keterbatasan dana, pemerintah menghimbau para pen-
sa ini yaitu petaninya miskin atau kemiskinan yang mendera petani. gusaha menyisihkan sekian persen dari keuntungan bersihnya untuk
Tengoklah bangsa-bangsa maju, kaya dan makmur, misal Amerika, membina kelompok-kelompok penduduk miskin. Namun, semua pro-
Jepang, Korea atau Taiwan. Karena petaninya juga maju dan hidup gram yang telah dilaksanakan oleh pemerintah dan kelompok-kelom-
layak. Jadi jika ingin memajukan dan memakmurkan bangsa Indo- pok swadaya masyarakat belum menampakkan hasil yang memuaskan.
nesia, maka majukanlah petaninya, karena petani adalah kelompok Bahkan dengan adanya kenaikan harga BBM, jumlah orang miskin di
terlemah dibandingkan dengan kelompok lainnya seperti pebisnis, Indonesia bertambah banyak, karena pendapatannya sehari atau sebu-
ABRI, PNS, dsb. Kemiskinan petani Indonesia disebabkan oleh keber- lan semakin tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasarnya yang
pihakan pemerintah yang masih setengah hati. Pemerintah belum bisa paling esensial. Jika demikian di mana kekeliruan pemerintah dalam
mengharga jerih payah petani berupa harga produk-produk pertanian mengentaskan kemiskinan yang mendera sebagian besar petani di In-

136 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 137


donesia? Ketiga, Investasi dalam sumberdaya manusia (human resources)
Pemerintah sering tidak pernah belajar dari kesalahan masa lalu. melalui pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan
Kurang menaruh kepedulian terhadap petani miskin, dan tidak mau dan keterampilan petani, sehingga lebih responsif terhadap kemajuan
belajar dari kesuksesan negara lain yang telah berhasil memakmurkan teknologi pertanian.
petaninya. Jadi untuk mengentaskan kemiskinan petani di Indonesia Jadi, jika ingin memajukan pertanian dan mengentaskan kemiskin­
diperlukan suatu strategi atau paradigma baru, yang kadang dalam an yang membelenggu petani, maka semua tahapan ini harus dii-
implementasinya memerlukan keberanian politik luar biasa karena kuti secara berurut dan peniadaan salah satu tahapan akan memiliki
sering jabatan menjadi taruhannya. konsekuensi terhadap hasil pembangunan. Jika tahapan pertama di-
Suatu strategi atau paradigma baru pengentasan kemiskinan peta­ hindari, walau pembangunan pertanian berhasil, maka kemungkinan
ni dan buruhtani yang telah berhasil diimplementasikan oleh negara- akan terjadi ketimpangan dalam distribusi pendapatan atau sebagian
negara yang sekarang ini termasuk negara industri baru (New Indus- pertumbuhan di sektor pertanian akan dinikmati oleh tuan-tuan tanah
trial Country), seperti Korea Selatan, Jepang, Taiwan, Israel, melalui kaya.
beberapa tahapan, yaitu: Pertama, Reformasi agraria, dapat berupa
pengalihan pemilikan lahan (landreform) ataupun pengalihan pengusa-
haan (sakap, sewa, gadai, pinjam, kerjasama/kemitraan), sehingga
luas lahan garapan petani memenuhi skala usaha. Misal untuk petani
di Jawa 2 ha per kk dan luar Jawa 5 ha per kk. Tahapan pertama dan
utama ini dimaksudkan untuk memeratakan pemilikan atau pengusa-
haan aset-aset produktif yang paling dasar bagi seorang petani.
Kedua, meningkatkan produktivitas lahan pertanian. Hal ini dapat
dilakukan melalui: (a) Perubahan teknologi dan inovasi, yang meli-
puti: (i) Inovasi kimia-biologis (penggunaan bibit atau benih unggul,
penggunaan pupuk buatan/alam, penggunaan pestisida/insektisida
bila diperlukan), (ii) Pengenalan mekanisasi pertanian sebagai peng-
ganti TK manusia. Misalnya, penggunaan traktor untuk mengolah
lahan di sawah. Penggunaan mesin potong rumput sebagai pengganti
sabit. Sistem irigasi tetes atau springkler irigation. Rumah plastik untuk
menyiasati musim, sehingga dapat bertanam sepanjang tahun, dan
lain-lain. (iii) Konservasi lahan pertanian, dimaksudkan agar lahan
pertanian secara berkesinambungan mampu mempertahankan bahkan
meningkatkan produktivitasnya; (b) Kebijakan ekonomi, meliputi: (i)
subsidi sarana produksi (bibit/benih, pupuk, pestisida), (ii) perbaikan
harga produksi pertanian melalui kebijakan harga output pertanian,
(iii) penyediaan kredit berbunga rendah kepada petani lemah modal;
(c) Perbaikan sistem kelembagaan, meliputi: (i) kelembagaan ekonomi
(pendirian dan pembenahan koperasi, perbankan dan pasar bagi ko-
moditi pertanian), (ii) Kelembagaan sosial, yakni pembentukan dan
penyempurnaan kelompok-kelompok tani sebagai media tukar-menu-
kar informasi dan teknologi pertanian bagi para petani kecil.

138 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 139


Tenaga Kerja Pertanian Delapan, masih lemahnya kelembagaan usaha dan kelembagaan pet-
ani. Sembilan, lemahnya peran lembaga penelitian, sehingga temuan
atau inovasi benih/bibit unggul sangat terbatas. Sepuluh, lemahnya
peran lembaga penyuluhan sebagai lembaga transfer teknologi kepada
petani, setelah era otonomi daerah. Sebelas, kurangnya usaha pemer-
alam sejarah perekonomian Indonesia sejak Pelita I hingga intah memberdayakan stakeholder seperti perguruan tinggi dan LSM
pemerintahan Orde Reformasi, pembangunan pertanian dalam pembangunan pertanian. Dua belas, lemahnya dukungan kebi-
seringkali didengung-dengungkan, tetapi dalam kenyataan- jakan makro ekonomi baik fiskal maupun moneter, seperti kemudahan
nya hanya slogan belaka. Kondisi pertanian saat ini dicirikan oleh: kredit bagi petani, pembangunan irigasi maupun pasar, dan lainnya.
(1) Pendapat­an petani masih rendah, baik secara nominal maupun Potensi pertanian yang besar, tetapi sebagian besar petani yang
secara relatif dibandingkan dengan sektor lain. (2) Usaha pertanian termasuk golongan miskin adalah sangat ironis terjadi di Indonesia.
yang ada didominasi oleh usaha skala kecil, modal terbatas, teknologi Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah bukan saja kurang mem-
sederhana, sangat dipengaruhi musim, wilayah pasarnya lokal, um- berdayakan petani, tetapi sektor pertanian secara keseluruhan. Di sisi
umnya berusaha dengan tenagakerja keluarga, sehingga menyebabkan lain adanya peningkatan investasi dalam pertanian yang dilakukan
terjadinya involusi pertanian (pengangguran tersembunyi). Akses ter- oleh investor PMA dan PMDN yang berorientasi pada pasar ekspor
hadap kredit, teknologi dan pasar sangat rendah, dan pasar komoditi umumnya padat modal dan peranannya kecil dalam penyerapan
pertanian sifatnya mono/oligopsoni, sehingga terjadi eksploitasi harga tenaga kerja atau lebih banyak menciptakan buruh tani. Berdasarkan
pada petani. (3) Pendekatan parsial yang bertumpu pada peningkatan latar belakang tersebut ditambah dengan kenyataan justru kuatnya ak-
produktifitas usahatani sering tidak terkait dengan agroindustri. Hal sesibilitas pada investor asing atau swasta besar dibandingkan dengan
ini menunjukkan pondasi dasar agribisnis belum terbentuk dengan ko- petani kecil dalam pemanfaatan sumberdaya pertanian di Indonesia,
koh, sehingga sistem dan usaha agribisnis belum berkembang seperti maka dipandang perlu adanya grand strategy pembangunan pertanian
yang diharapkan. Kenyataan yang terjadi kegiatan agribisnis masih melalui pemberdayaan petani kecil. Melalui konsepsi tersebut, maka
bertumpu pada kegiatan usahatani (on-farm). diharapkan mampu menumbuhkan sektor pertanian, sehingga pada
gilirannya mampu menjadi sumber pertumbuhan baru bagi perekono-
Ciri-ciri Pertanian Indonesia mian Indonesia, khususnya dalam hal pencapaian sasaran: (1) mense-
Ciri-ciri pertanian Indonesia lainnya, yaitu: pertama, pembangu- jahterakan petani, (2) menyediakan pangan, (3) sebagai wahana pem-
nan pertanian yang ada kurang terkait dengan pembangunan pedesaan erataan pembangunan untuk mengatasi kesenjangan pendapatan antar
dan kurang memperhatikan aspek keunggulan komparatif yang dimili­ kelompok masyarakat dan kesenjangan antar wilayah, (4) sumber atau
ki wilayah. Kedua, pembangunan agribisnis yang ada masih belum pasar input bagi pengembangan agroindustri, (5) menghasilkan devisa,
didasarkan kepada kawasan unggulan. Ketiga, kurang mampu bersa- (6) menyediakan lapangan pekerjaan, (7) peningkatan pendapatan na-
ing di pasaran, sehingga membanjirnya impor khususnya komoditi sional, dan (8) mempertahankan kelestarian sumberdaya.
hortikultura. Keempat, terdapat kesenjangan produktivitas dan mutu Pembangunan pertanian di Indonesia tetap dianggap terpenting
cukup besar, sehingga daya saing produk pertanian Indonesia masih dari keseluruhan pembangunan ekonomi. Apalagi semenjak sektor
mempunyai peluang yang sangat besar untuk ditingkatkan. Kelima, pertanian ini menjadi penyelamat perekonomian nasional karena jus-
pangsa pasar ekspor produk pertanian Indonesia masih kecil, semen- tru pertumbuhannya meningkat ketika krisis ekonomi 1997/98. Se-
tara kapasitas dan potensi yang dimilikinya masih relatif besar. mentara sektor lain pertumbuhannya negatif. Beberapa alasan yang
Keenam, kegiatan agroindustri masih belum berkembang. Ketujuh, mendasari pentingnya pertanian di Indonesia, yaitu: (1) Sumber pa­
terjadinya degradasi kualitas sumberdaya pertanian akibat pemanfaatan ngan nabati dan hewani serta bahan baku industri. (2) Sumber devisa
yang tidak mengikuti pola-pola pemanfaatan yang berkelanjutan. dari ekspor produk-produk pertanian. (3) Potensi sumberdayanya yang

140 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 141


besar dan beragam. (4) Kontributor terhadap pendapatan nasional. (5) besar di balik revitalisasi pertanian. Analog dengan pemahaman tadi,
Sumber mata pencaharian dan pendapatan sebagian besar rakyat In- apa pun yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi kekurangan pa-
donesia. (6) Basis pertumbuhan di pedesaan. sok beras akan menuai protes. Apalagi kalau impor hanya instrumen
Orang boleh saja mengatakan alam Indonesia menyediakan keung- tunggal yang tidak mungkin ditawar. Impor cenderung dipersepsikan
gulan komparatif dan kompetitif bagi terselenggaranya kegiatan bu- menafikan antusiasme petani dalam meningkatkan produksi melalui
didaya dan pola produksi pertanian secara berkelanjutan. Dampak inovasi bibit unggul dan teknologi anjuran, sehingga bila pelaksanaan-
positif tergalinya potensi sumberdaya lokal yang bermuara pada nya tidak tepat waktu, pasti menimbulkan demotivasi, perlawanan,
meningkatnya kesejahteraan petani dan komunitas pedesaan secara dan ketidakpercayaan terhadap lembaga-lembaga formal kenegaraan.
menyeluruh. Kita juga patut berbangga hati bahwa kemajuan pendi- Analog dengan beras, munculnya pemberian fasilitas bebas bea masuk
dikan tinggi telah menghasilkan banyak akademisi, praktisi, peneliti, atas gula kristal mentah (raw sugar), yang selama ini digunakan indus-
dan pengamat berkualifikasi magister, doktor, dan profesor di bidang tri gula rafinasi dalam negeri, juga menimbulkan gelombang protes di
pertanian. Namun, semuanya ternyata belum cukup berarti untuk sejumlah sentra produksi tebu. Bagaimanapun, fasilitas pembebasan
membawa pertanian Indonesia mampu menjaga gawang ketahanan bea masuk semacam itu berpotensi menghancurkan harga gula lokal
pangan, menyediakan devisa, menyerap tenaga kerja produktif, dan pada saat panen raya atau musim giling. Pabrikan gula lokal berbahan
mentransformasikan ekonomi pedesaan menuju masyarakat berbasis baku tebu dan petani merasa terancam. Mereka merasa tidak diper-
pengetahuan (knowledge based). lakukan secara proporsional mengingat pemerintah sendiri telah men-
Sebaliknya, yang terjadi justru daya dukung pertanian yang sema- gagendakan swasembada gula terwujud 2009.
kin melemah. Pedesaan tidak lagi menjadi sentra agroindustri yang Sudah seharusnya pemerintah mengkaji ulang sejumlah kebijakan
mampu memberikan ajang hidup bagi komunitasnya, tetapi justru me- yang berpotensi menyengsarakan masyarakat kelas bawah seperti peta­
mentalkan sebagian warga untuk bermigrasi dalam rangka mencari ni. Dalam kondisi masyarakat yang sarat ketimpangan dan dualisme
nafkah yang lebih mapan, baik ke kota-kota besar maupun dengan ekonomi, kebijakan netral saja tidaklah memadai. Artinya, kita masih
menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar negeri, apa pun risiko memerlukan kebijakan publik yang by design berpihak kepada rakyat
yang harus ditanggung. banyak. Setidaknya selama transisi menuju liberalisasi perdagangan
secara menyeluruh, kebijakan semacam itu diperlukan. Negara-nega­
Perangkap Kebijakan ra industri maju yang dikenal penganut mazhab liberal dan doktrin
Untuk sebagian, mengalirnya produk pertanian primer impor me- merkantilisme tidak membiarkan pasar bekerja secara leluasa kalau
mang konsekuensi logis kebijakan ekonomi terbuka, integrasi pasar, ternyata kebebasan yang ditimbulkan menggoncang sendi-sendi ke-
dan globalisasi. Dalam dunia yang tanpa batas, tidak mungkin bagi hidupan ekonomi massa bawah. Keengganan Uni Eropa mereduksi
sebuah negara melarang arus masuk produk negara lain. Di samping dan mencabut subsidi, baik subsidi langsung kepada para petaninya
tidak populer dan berpotensi menimbulkan aksi balasan yang berim- maupun subsidi ekspor terhadap negara-negara bekas koloninya yang
plikasi sangat dahsyat terhadap kehidupan petani. Tindakan larang- tergabung dalam Afro-Carribean Pacific, dapat dijadikan pelajaran.
melarang juga bertentangan dengan semangat liberalisasi perdagang­ Pelajaran bahwa selama arahnya untuk penguatan basis ketahanan
an yang selama ini secara salah kaprah dimitoskan sebagai wahana ekonomi masyarakat, subsidi atau tindakan sejenis lain tidak perlu
peningkatan kesejahteraan manusia sejagat. Benteng-benteng perta­ ditabukan.
hanan berkedok nasionalisme menjadi sangat rapuh. Satu-satunya ja-
lan tinggallah peningkatan daya saing pertanian secara terstruktur dan Tenaga Kerja di Pertanian
berkelanjutan sekaligus berkemampuan mengangkat derajat petani. Krisis moneter yang menerpa Indonesia 1997/1998 yang selanjut-
Namun yang terjadi sekarang justru munculnya beragam perang- nya berkembang menjadi krisis ekonomi, telah menyebabkan pereko-
kap kebijakan yang sering kali kontraproduktif terhadap ekspektasi nomian Indonesia babak belur. Inflasi meningkat mencapai 75 persen

142 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 143


tahun 1998 smenyebabkan pendapatan riil masyarakat menurun dras- orang per bulan, dan merupakan urutan kedua terendah setelah perta-
tic. Pabrik-pabrik yang berbahan baku impor banyak yang tutup se- nian. Angka produktivitas tersebut mengandung arti bahwa kondisi pe-
hingga pengangguran meningkat luar biasa dan jumlah rakyat miskin kerja di sektor pertanian sangat memprihatinkan. Dapat pula dikatakan
bertambah banyak. Realitas yang cukup fenomenal ketika itu adalah bahwa sektor pertanian saat ini dalam kondisi yang sudah jenuh ter-
banyak pekerja di sektor formal yang mengalami pemutusan hubun- hadap kesempatan kerja. Rendahnya produktivitas tenaga kerja perta-
gan kerja beralih profesi menjadi petani di pinggiran perkotaan dan di nian tersebut dapat dipahami, apabila dikaitkan dengan kondisi umur,
daerah perdesaan. Hanya belum ada data yang pasti, apakah mereka tingkat pendidikan, curahan jam kerja, dan luas garapan petani.
yang beralih profesi menjadi petani bersifat sementara sebagai suatu Sebaran tenaga kerja pertanian (di luar perikanan dan kehutanan)
strategi berkelit di kala krisis ekonomi atau permanen menjadi petani berdasarkan kelompok umur memperlihatkan bahwa sebagian besar
intelek. berada pada kisaran umur 25-44 tahun (46%), kelompok umur di atas
Selama kurun waktu 1990-1997, tenaga kerja sektor bukan per- 45 tahun (38%), dan kelompok umur kurang dari 25 tahun (16%).
tanian meningkat lebih dari 16,5 juta orang. Sebaliknya tenaga kerja Mengamati komposisi umur tenaga kerja tersebut dikhawatirkan di
di sektor pertanian, barangkali untuk pertama kali dalam sejarah In- masa depan akan terjadi kekurangan tenaga kerja pertanian. Sektor
donesia, turun lebih dari 6,7 juta orang. Pertambahan tenaga kerja pertanian menunjukkan trend aging agriculture, yaitu suatu kondisi di
bukan pertanian mencolok di sektor perdagangan, jasa, industri dan mana tenagakerja yang berada di pertanian adalah tenaga kerja beru-
konstruksi. Selama kurun waktu itu, tenaga kerja bukan pertanian se- sia lanjut, sampai saat ini didominasi oleh tenaga kerja dengan tingkat
cara keseluruhan tumbuh sekitar 6,0% per tahun. pendidikan SD ke bawah yang jumlahnya mencapai 81 persen dari
Namun pasca krisis ekonomi 1997/1998 tenagakerja di sektor per- tenaga kerja pertanian. Meskipun industri kecil di wilayah pedesaan
tanian justru bertambah karena banyak tenagakerja yang bekerja di mendapat perhatian untuk dikembangkan, tetapi keterbatasan keteram­
sektor-sektor manufaktur dan jasa-jasa terkena PHK beralih ke sektor pilan dan pengetahuan mereka menjadi kendala untuk ikut terlibat se-
pertanian, baik sebagai pekerja kasar maupun pengusaha pertanian. cara positif dalam industri kecil pedesaan.
Karenanya ada ungkapan bahwa selama 1997-2002 lapangan usaha Lapangan usaha pertanian sangat dominan dalam penyerapan
pertanian mempunyai peran yang sangat strategis bagi ketenagaker- tenagakerja. Kegiatan produksi lapangan usaha pertanian sebagian
jaan Indonesia. Secara rata-rata untuk setiap 10 orang pekerja Indo- besar masih mengikuti pola tradisional dengan tingkat produktifitas
nesia, 4-5 diantaranya bekerja atau berusaha di lapangan usaha itu. dan tingkat pendidikan tenaga kerjanya masih sangat rendah. Walau
Implikasi kebijakan dari fakta ini yakni tidak realistis jika lapangan demikian, karena perannya masih sangat dominan dalam menyerap
usaha pertanian diabaikan dalam kerangka perencanaan pembangu- tenagakerja, maka pengembangan lapangan usaha ini masih perlu di-
nan makro. Lebih dari itu, lapangan usaha pertanian terbukti paling prioritaskan. Sektor pertanian kini menjadi harapan dalam mengurangi
lentur dan telah menjadi semacam katup pengaman bagi “kelebihan” jumlah pengangguran. Meskipun laju penciptaan kesempatan kerja di
tenaga kerja di sektor formal bukan pertanian yang mengalami puku- sektor ini tidak setinggi sektor industri. Fakta memperlihatkan bahwa
lan keras dari krisis ekonomi. sektor pertanian pada tahun 2002 mampu menciptakan kesempatan
Bertolak besarnya kontribusi sektor pertanian dalam penciptaan ke- kerja bagi 40,63 juta orang, dan dalam perencanaan ketenagakerjaan
sempatan kerja, ternyata produktivitas tenaga kerja di sektor pertanian Indonesia sektor pertanian diharapkan mampu menyerap tambahan
paling rendah dibandingkan dengan sektor lainnya. Pada tahun 2002 tenagakerja sebanyak 1,4 juta selama perioda 2005-2009 (Rencana
produktivitas sektor pertanian Rp 1,69 juta rupiah per orang per bulan. Tenaga Kerja Nasional 2004-2009), sehingga jumlah tenaga kerja yang
Tahun 2003 turun menjadi Rp 1,68 juta per orang per bulan. Sedang- terserap di sektor ini menjadi 42,4 juta pada tahun 2009.
kan sektor lainnya (pertambangan, listrik, gas, dan air) mencapai angka Perkiraan kesempatan kerja ini tidak akan dapat direalisasikan apa-
Rp 54,94 juta per orang per bulan. Di sektor perdagang­an besar, perda- bila kebijakan, strategi, dan program pengembangan lapangan usaha
gangan eceran, rumah makan dan hotel mencapai Rp 4,21 juta per pertanian tidak berbasis ketenagakerjaan. Kebijakan dan strategi itu

144 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 145


menghendaki dipertahankannya konsep padat karya (labour intensive) memerintah di tahun-tahun yang akan datang. Karenanya, Depdiknas
dengan dukungan berupa kemudahan untuk mengakses modal bagi yang bertanggung jawab mengurus pendidikan, dan Departemen Per-
petani penggarap, serta sejumlah peraturan yang diarahkan pada pen- tanian yang bertanggung jawab mengurus pertanian perlu mengkaji
ingkatan kegiatan produksi dengan tetap memperhatikan kelestarian perubahan citra program pertanian agar menjadi lebih menarik, atau
lingkungan. melalui inovasi dan teknologi di bidang pertanian agar produktivitas
tenagakerja di sektor pertanian meningkat, sehingga citra bekerja di
Kerja Pertanian Kurang Menarik sektor pertanian menjadi bergengsi, menjanjikan masa depan, dan
Namun saat ini bidang pertanian kurang diminati oleh pemuda- mampu mensejahterakan keluarga.
pemuda pedesaan, apalagi pemuda perkotaan. Banyak anak-anak Lapangan usaha pertanian perlu diperkuat karena sebagian besar
muda berpikir bahwa pertanian identik dengan cangkul, caping, se- pekerja Indonesia masih mengandalkan lapangan usaha itu. Namun
lalu bergelut tanah/lumpur dan terkesan kotor, kolot dan kerja keras. perlu dikemukakan suatu catatan bahwa lapangan usaha pertanian ti-
Ditambah kenyataan terjadi penyempitan lahan pertanian, khususnya dak mudah dijangkau oleh kebijakan ketenagakerjaan secara langsung.
Jawa dan Bali yang amat luar biasa. Kondisi ini diikuti oleh ledakan Tetapi, perlu ditempuh melalui sejumlah upaya tidak langsung terma-
jumlah penduduk yang membutuhkan pangan, angkatan kerja yang suk pengaturan tataniaga produk pertanian dan harga input pertanian
membengkak, produktivitas lahan menurun drastis, degradasi lahan, (pupuk, pestisida, dan sebagainya). Selain itu, deregulasi perdagangan
kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada sektor pertanian, produk pertanian yang dilansir sejak tahun 1998 dan dimaksudkan
“konspirasi” WTO, melambungnya harga pupuk dan pestisida, dan untuk menghapuskan distorsi monopoli lokal, restriksi perdagangan
munculnya kompetitor-kompetitor baru yang siap melahap sektor serta hambatan-hambatan perdagangan lainnya, masih sangat relevan
pertanian Indonesia, yaitu China, Thailand, dan lainnya. Semua itu untuk tetap dilanjutkan. Karenanya jika monopoli komoditi pertanian
menambah terpurukan sektor pertanian yang oleh beberapa kalangan tidak dihentikan, maka akan berdampak sangat luas dan serius terha-
dirasakan telah berada pada titik nadir kebangkrutan. dap kesejahteraan petani miskin dan petani serta pedagang berskala
Banyak anak-anak petani di pedesaan, walau tak mampu menerus- kecil, serta akan memberikan dampak yang tidak baik pula bagi mem-
kan sekolah ke jenjang pendidikan lebih tinggi, hanya bermodal ijazah buruknya peluang kerja pada musim panen ataupun musim tanam
SD, SMP atau SMA, mereka mengarus ke kota bekerja di sektor in- bagi buruh tani.
dustri atau jasa-jasa untuk menghindari bekerja di sektor pertanian. Masalah-masalah ketenagakerjaan bersifat multi-dimensi, mempen-
Mereka yang nekat-nekat itu setelah beberapa tahun bekerja di kota garuhi dan dipengaruhi oleh berbagai faktor dengan pola hubungan
akhirnya sebagian besar menjadi orang berhasil dalam pengertian yang kompleks, sehingga penyelesaiannya menuntut arah kebijakan
hidup lebih layak dari pada menjadi seorang petani meneruskan pe- dan pendekatan yang multi-dimensi pula. Masalah ketenagakerjaan
kerjaan orang tua. Jika kondisi ini terus berlangsung, akhirnya mun- yang berskala besar, kompleks, serta masih didominasi oleh tenagak-
cul pertanyaan, siapakah kelak melanjutkan profesi orang tua sebagai erja pertanian dan sektor informal memerlukan kebijakan pasar kerja
petani, menghasilkan beras untuk mensubsidi orang-orang kota yang yang lentur (labour market flexibility). Melalui kebijakan itu, pihak pen-
hidup enak dengan segala fasilitas? Konsekuensinya kini dan di masa gusaha diharapkan dapat mengatasi permasalahan ketenagakerjaan
yang akan datang, Indonesia dengan lahan pertanian yang masih rela- internal melalui penyelesaian tingkat upah, bukan melalui pemutusan
tif luas di luar Jawa dan Bali menjadi importir bahan pangan dan hubungan kerja yang berdampak sangat luas. Kebijakan semacam itu
sekaligus tidak memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang dimil- diharapkan dapat mempersempit tingkat kesenjangan upah antara
iki. Kemudian, apa yang harus dilakukan membangkitkan kembali lapangan usaha formal dan sektor informal, menekan laju kenaikan
sektor pertanian? Bagian mana harus diperbaiki pada sektor ini khu- pengangguran terbuka, serta menurunkan angka kemiskinan.
susnya untuk menjaga ketahanan pangan di tahun-tahun mendatang? Menurut para ahli pembangunan, perpindahan tenaga kerja dari
Ini dilema memang. Pekerjaan rumah berat bagi elit-elit politik yang sektor pertanian ke industri adalah hal yang baik untuk meningkatkan

146 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 147


pertumbuhan ekonomi. Wilayah urban yang industrial dianggapnya melibatkan banyak tenaga manusia. Tenaga manusia akhirnya tidak
sebagai tempat yang produktif. Namun, setelah banyak penduduk ber- mendapat harga layak, sehingga produktivitas juga semakin rendah.
pindah ke kawasan industri, maka prosesnya harus ditunjang dengan Dalam arah kebijakan pembangunan nasional, pembangunan sek-
sarana umum yang baik seperti pendidikan, kesehatan. Memang ini tor pertanian diarahkan untuk meningkatkan pendapatan, daya beli,
memerlukan biaya besar, tapi keuntungan besar akan diperoleh untuk taraf hidup, kapasitas dan kemandirian. Juga diarahkan untuk menin-
jangka panjang. Sebagai contoh masa krisis tahun 1997-1998, banyak gkatkan akses masyarakat pertanian dalam proses pembangunan me-
pengangguran dari sektor industri kembali ke desa untuk bekerja di lalui peningkatan kualitas dan kuantitas produksi serta distribusi dan
sektor pertanian. Namun, berdasarkan hasil penelitian untuk periode keanekaragaman hasil pertanian. Pembangunan pertanian diarahkan
1980-2002, pertumbuhan produksi pertanian malah menurun. Saat se- pada pengembangan sistem pertanian yang berkelanjutan yang berbu-
belum krisis terjadi, pertumbuhan sektor pertanian di Indonesia men- daya industri, maju dan efisien ditingkatkan dengan memanfaatkan
capai 4,61 persen dan setelah krisis turun menjadi 3,53 persen. Hal itu ilmu pengetahuan dan teknologi. Pembangunan pertanian memang su-
disebabkan tenaga kerja sektor pertanian yang jumlahnya mening­kat dah saatnya menganut pendekatan industri bukan lagi agraris. Artinya
tidak produktif atau produktivitas rendah. Kondisi ini berbeda de­ngan menangani pertanian secara industri bukan lagi tergantung sepenuhnya
Thailand mengalami krisis sama dan pengangguran pun meningkat kepada faktor alam. Pengertian industri dalam hal ini bukan semata-
karena gagalnya beberapa perusahaan industri. Namun, bedanya pen- mata mendirikan pabrik, tetapi yang lebih mendasar adalah mentrans-
duduk Thailand tidak menjadi tenagakerja di sektor pertanian karena formasikan budaya (pola pikir, sikap mental dan perilaku) masyarakat
memang sudah menggunakan mesin-mesin, sehingga tidak membu- industri di kalangan para petani.
tuhkan tenaga kerja tambahan. Karena mekanisasi itu, produktivitas Kebudayaan industri tersebut antara lain mempunyai ciri-ciri seba­
pertanian di Thailand terus meningkat. Sebelum krisis, pertumbuhan gai berikut, pertama pengetahuan merupakan landasan utama dalam
produksinya hanya tercatat sebesar 2,85 persen, tetapi setelah itu per- menentukan langkah atau tindakan dalam pengambilan keputusan
tumbuhan produksi pertanian meningkat menjadi 5 persen. (bukan berdasarkan kebiasaan semata). Kedua, perekayasan harus
meng­gantikan ketergantungan pada faktor alam. Ketiga, kemajuan
Industrialisasi Pertanian teknologi merupakan sarana utama dalam pemanfaatan sumber daya.
Penggunaan alat dan mesin pertanian saat ini memang sudah Keempat, efisiensi dan produktivitas sebagai dasar utama dalam alokasi
merupakan suatu kebutuhan. Efisiensi tinggi saat ini harus mulai di- sumber daya agar penggunaan sumber daya tersebut hemat. Kelima,
perkenalkan kepada petani. Hal ini tentu beralasan karena tenaga kerja mekanisme pasar merupakan media utama transaksi barang dan jasa.
yang digunakan saat ini tidak mempunyai kesinambungan (kontinui- Keenam, profesionalisme merupakan karakter yang menonjol.
tas). Seorang buruh tani hanya akan dibutuhkan pada saat pengolahan Untuk memenuhi tuntutan di atas, alternatif inovasi yang sampai
tanah dan panen. Pada proses lain mereka kurang dibutuhkan. Akhir­ sekarang tampaknya relevan walaupun tidak terlalu baru adalah pener-
nya terjadi pengangguran yang tidak kentara (disguised unemployment). apan mekanisasi pertanian (penggunaan alat dan mesin pertanian).
Pembuangan waktu yang lama dan sia-sia ini menyebabkan efisiensi Sudah saatnya dimulai penerapan mekanisasi pertanian dalam sistem
menjadi lebih rendah. Berdasarkan data dalam Involusi Pertanian, pertanian nasional meskipun tetap dilakukan secara selektif. Upaya
pada saat pengolahan tanah, traktorisasi di Indonesia sangat rendah menuju pertanian industri antara lain dapat dikembangkan dengan
dibanding negara lain. Pada hakikatnya Indonesia masih sangat keting­ peningkatan penggunaan alat dan mesin pertanian dalam pengo­lahan
galan pada pengembangan traktor. Pemakaian traktor di Indonesia tanah dan penanganan pasca panen. Salah satu keuntungan yang di-
hanya 0,005 Kw/ha. Amerika Serikat 1,7 Kw/ha, Belanda 3,6 Kw/ha peroleh adalah terjadinya peningkatan efisiensi, produktivitas peman-
dan Jepang 5,6 Kw/ha. Rendahnya pemakaian traktor ini disebabkan faatan sumber daya alam, dan peningkatan produktivitas tenagakerja
oleh rendahnya perkembangan mekanisasi di Indonesia. Akibatnya, pertanian.
untuk menggarap tanah seluas 1 ha diperlukan waktu berhari-hari dan

148 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 149


Daya Saing Jagung jagung Indonesia selama dua dekade terakhir meningkat dengan laju
354 persen dan 239 persen per tahun. Laju peningkatan ekspor jagung
Indonesia sebelum krisis rata-rata hanya 69.840 ton ($ 9,1 juta) per
tahun, dan setelah krisis menjadi 234.572 ton ($ 24,58 juta) per tahun.
Fenomena inilah yang sedikit-banyak dapat menggambarkan prospek
ermintaan komoditi jagung di Indonesia setiap tahun cenderung dan kemampuan daya saing komoditi jagung Indonesia di masa-masa
meningkat dalam jumlah relatif besar. Hal ini disebabkan oleh mendatang.
semakin berkembangnya agribisnis peternakan, diversifikasi Dilihat dari sisi laju peningkatan produksi dalam dua dekade ter­
menu masyarakat, dan agroindustri yang memerlukan bahan baku akhir, ternyata masih mengalami peningkatan cukup tinggi, yaitu
jagung, seperti popcorn, sweetcorn, industri alkohol, dan sebagainya. mencapai 5,36 persen per tahun di NTB dan 5,18 persen per tahun
Namun demikian, tingkat partisipasi konsumsi dan tingkat konsumsi di Indonesia. Namun, karena laju peningkatan kebutuhan/permintaan
rumah tangga cenderung akan menurun, baik secara regional mau- komoditi jagung untuk bahan baku industri lebih tinggi dari pada laju
pun secara nasional. Di masa depan, jagung sebagai komoditi tradable peningkatan produksi, khususnya industri pakan ternak, yaitu 11,98
diperkirakan memiliki prospek cerah sebagai komoditi ekspor yang persen per tahun, maka terjadi kesenjangan antara konsumsi dan
dapat menghasilkan devisa bagi negara. produksi jagung domestik yang cukup tinggi, yaitu sekitar 0,83 juta
ton pada tahun 1996. Meningkat menjadi 6,03 juta ton pada tahun
Impor-Ekspor Jagung 2010. Dalam rangka memenuhi kesenjangan tersebut, Indonesia ma-
Peningkatan permintaan komoditi jagung yang tidak dapat di- sih mengimpor jagung sekitar 364.884 ton setiap tahun dari berbagai
penuhi oleh produksi domestik, memaksa pemerintah setiap tahun pasar jagung dunia.
harus mengimpor jagung, sehingga menempatkan Indonesia pada per- Indonesia sebagai negara agraris yang kaya sumberdaya alam, ti-
ingkat ke lima sebagai negara importir jagung terbesar di Asia. Pada dak sepantasnya menempatkan dirinya sebagai negara importir jagung
tahun 2000, volume impor jagung Indonesia mencapai 591.856 ton terbesar kelima di Asia. Bahkan sepatutnya Indonesia sebagai negara
yang bernilai US $ 71,12 juta (posisi Agustus 2001), yang sebagian eksportir jagung atau minimal dapat memenuhi kebutuhannya. Jika
besar dipasok oleh China 79,07 persen, Argentina 9,55 persen, dan demikian keadaannya, lantas timbul pertanyaan, komoditi jagung in-
Thailand 8,77 persen. donesia: apakah memiliki daya saing? Artinya, jika memproduksi ja­
Laju peningkatan volume dan nilai impor jagung Indonesia selama gung di Indonesia dengan menggunakan sumberdaya domestik, apak-
dua dekade terakhir (1984-1999) masing-masing 290 persen dan 227 ah memiliki daya saing di pasar domestik dan internasional?
persen per tahun. Jika dibandingkan periode sebelum dan setelah kri-
sis ekonomi, tampak adanya polarisasi laju peningkatan volume dan Daya Saing Jagung
nilai impor cukup tajam, masing-masing 339 persen dan 267 persen Jika membicarakan daya saing, ada bermacam-macam daya saing.
per tahun sebelum krisis dan menurun masing-masing 25 persen dan Ada daya saing suatu bangsa (Competitive Advantage of Nations) seperti
31 persen per tahun setelah krisis ekonomi (1998). Untuk mengurangi Model Berlian Michael Porter, ada daya saing perusahaan (Competitive
ketergantungan akan jagung impor, sejak tahun 1998 pemerintah In- Advantage of Firm), ada daya saing suatu komoditi, dan lainnya. Ada
donesia mencanangkan program nasional swasembada jagung. Untuk banyak teori untuk mengestimasi daya saing. Masing-masing teori
itu berbagai upaya terus dilakukan, baik berupa intensifikasi maupun tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya. Sedangkan untuk
ekstensifikasi dengan tujuan akhir peningkatan produksi jagung. mengukur daya saing suatu komoditi, di samping menggunakan per-
Meskipun pada saat-saat tertentu Indonesia mengimpor jagung cu- bandingan harga dan kualitas dengan komoditi kompetitor, juga yang
kup tinggi, tetapi saat-saat lain (musim panen raya) Indonesia juga sering digunakan dan dipandang efisien adalah model PAM (Policy
mengekspor jagung ke beberapa negara Asia. Volume dan nilai ekspor Analysis Matrix) yang dikembangkan oleh Monke dan Pearson sejak ta-

150 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 151


hun 1987 untuk mengestimasi daya saing komoditi padi di Indonesia. Kebijakan Pemerintah
Sahat Barita Simanjuntak tahun 1992 menggunakan model ini untuk Pengembangan jagung dalam rangka mengantisipasi kesepakan
mengestimasi daya saing komoditi kelapa sawit Indonesia, Saptana GATT (General Agreement Tariff and Trade) dan WTO (World Trade Or-
dan Rusastra tahun 2001 untuk mengestimasi daya saing agribisnis ganization) yang beberapa tahun mendatang akan diberlakukan, sebai-
ayam ras pedaging di Jawa Barat. knya diarahkan kepada daerah-daerah potensial sentra produksi jagung
Kelebihan model PAM ini adalah selain diperoleh koefisien DRCR yang memiliki daya saing tinggi dan komparatifnya lebih baik seperti di
(Domestic Resource Cost Ratio) sebagai indikator keunggulan kompara- Provinsi Sulawesi Selatan, Provinsi Sulawesi Barat, provinsi Sulawesi
tif, analisis ini juga dapat menghasilkan beberapa indikator lain yang Tengah, Provinsi Gorontalo dan Provinsi Sulawesi Utara. Dengan be-
berkait dengan variabel daya saing, seperti PCR (Private Cost Ratio) un- gitu, diharapkan swasembada jagung di masa-masa mendatang dapat
tuk menilai keunggulan kompetitif, NPCO (Nominal Protection Coeffi- cepat diwujudkan, sehingga ketergantungan impor ja­gung Indonesia
cient on tradable Output), NPCI (Nominal Protection Coefficient on Tradable dapat dikurangi seminimal mungkin. Juga perlu adanya terobosan
Inputs), EPC (Effective Protection Coefficient), PC (Profitability Coefficient), baru dalam instrumen kebijakan pemerintah untuk menciptakan harga
dan SRP (Subsidy Ratio to Producers). Untuk mendapatkan nilai-nilai dan mekanisme pasar yang kondusif, sehingga mampu memecahkan
koefisien tersebut, setiap unit biaya (input), output, dan keuntungan dualisme struktur ekonomi pertanian, dan lebih berpihak kepada peta­
dikelompokkan ke dalam harga pasar (privat) dan harga sosial. Dari ni produsen. Dengan demikian, diharapkan petani jagung domestik,
selisih perhitungan berdasarkan kedua kelompok harga tersebut di- khususnya di daerah NTB dapat lebih bergairah untuk meningkatkan
peroleh angka transfer untuk menilai dampak penerapan suatu kebi- produksi dan efisiensi usahanya, sehingga kemiskinan petani secara
jakan pemerintah terhadap suatu komoditi dan sekaligus dapat mengu­ berangsur dapat dihilangkan.
kur kegagalan suatu pasar (market failure).
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa daya saing jagung
Indonesia cukup baik sebagaimana diperlihatkan oleh nilai koefisien
DRC (DRCR) yang lebih kecil dari pada satu. DRCR di daerah luar
Jawa 0,52–0,73, dan di daerah Jawa 0,54–0,92. Hal ini mengindikasikan
bahwa penggunaan sumber daya domestik dalam usaha memproduksi
jagung di dalam negeri lebih efisien dibanding dengan melakukan im-
por. Sebab setiap satuan devisa yang dihasilkan dari produksi jagung
di Indonesia hanya memerlukan modal sumber daya domestik sekitar
52–73 persen. Sementara itu, untuk menghasilkan satu satuan devisa
dalam memproduksi jagung di daerah Nusa Tenggara dan Bali, se-
belum masa krisis, diperlukan modal sumber daya domestik sebesar
52-73 persen.
Kajian daya saing jagung paling mutahir menginformasikan bahwa
memproduksi jagung di NTB sangat efisien dan memiliki daya saing
tinggi. Pengembangan usaha jagung di daerah NTB secara finansial
dan ekonomik efisien. Sebab sistem produksi jagung tersebut pada saat
krisis berlangsung mempunyai keunggulan kompetitif dan komparatif
lebih baik daripada sebelum terjadi masa krisis.

152 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 153


Pertania
dalam
Kerangka
Makro
Tarif Impor dalam Liberalisasi Perdagangan
Sejak diratifikasinya kesepakatan organisasi perdagangan dunia
Perdagangan Internasional (World Trade Organiozation, WTO) pada tanggal 1 Januari 1995 yang
lalu, maka regim protektif dalam perdagangan internasional telah
berakhir. Berbagai kebijakan tarif dan non-tarif yang menghambat
perdagangan internasional di masa yang lalu secara bertahap akan di-
minimumkan/dihapus.
etelah pencapaian swasembada beras pada tahun 1984, pemba­ Meskipun WTO baru akan efektif pada tahun 2020, namun bagi
ngunan nasional semakin mengarah kepada industri manufaktur Indonesia era liberalisasi perdagangan dan investasi sudah harus di-
yang mengandalkan teknologi tinggi dan masukan impor. Sebe- hadapi pada tahun 2003 dalam kawasan Asia Tenggara (Asean Free
lum nilai tukar mata uang mengambang diberlakukan, sektor perta- Trade Area, AFTA) dan kemudian makin meluas ke kawasan Asia
nian diposisikan sebagai penopang ekonomi yang ditandai dengan Pasifik (Asia Pacific Economic Coopeartion, APEC) pada tahun 2010. Se-
kebijakan pangan murah, nilai tukar rupiah tinggi (over valued), tingkat cara teoritis AFTA bertujuan baik, meningkatkan kesejahteraan pet-
suku bunga tinggi, dan pengembangan infrastruktur bias kepada sektor ani (produsen) dan konsumen. Produsen/petani diuntungkan dengan
industri dan wilayah perkotaan. Kebijakan yang distortif ini tentu sa­ efisiensi alokatif (efisiensi yang diperoleh karena dinamika naik-turun-
ngat memperlemah posisi sektor pertanian dan daya beli sebagian be- nya harga) dan karena itu diharapkan AFTA mampu mendorong naik­
sar konsumen potensial di dalam negeri. Ini mengindikasikan bahwa nya produktivitas pertanian dalam jangka panjang. Konsumen diun-
kebijakan pembangunan ekonomi Indonesia pasca swasembada beras tungkan dengan tersedianya produk yang harganya relatif murah. Bila
cenderung bias kearah sektor non-pertanian. AFTA berjalan baik, akan terjadi positive welafare effects, di mana yang
Kondisi tersebut menciptakan struktur perekonomian nasional diuntungkan bukan saja produsen, tetapi juga konsumen.
kurang kokoh, karena tidak berpijak pada kondisi riil dominansi sek- Berlangsungnya liberalisasi perdagangan tidak hanya membawa
tor primer/pertanian dan tenaga kerja perdesaan, sehingga memicu peluang, tapi juga menjadi tantangan baru bagi agribisnis nasional.
krisis ekonomi, marginalisasi sektor pertanian, dan tertinggalnya pen- Dengan diminimumkannya (atau bahkan dihapus) tarif perdagangan,
ingkatan pendapatan sebagian besar masyarakat. Bertitik tolak dari maka pasar produk agribisnis di setiap negara semakin terbuka, se-
krisis ekonomi 1997/1998, maka orientasi pembangunan pertanian ke hingga persaingan antara produsen produk agribisnis kian ketat. Bila
depan perlu didasarkan pada basis penggunaan sumberdaya domestik produk-produk agribisnis Indonesia mampu bersaing, berarti agribis-
dengan keberpihakan pada petani/pekebun, peternak, dan nelayan. nis Indonesia mampu meningkatkan pangsanya di pasar internasio­nal.
Potensi terbesar pembangunan ekonomi nasional adalah sektor Sebaliknya, jika tidak mampu bersaing, bukan hanya pangsanya hilang
pertanian rakyat (termasuk industri skala kecil dan menengah berba- di pasar internasional, tetapi di pasar domestik sendiri juga akan terde-
sis pangan), maka basis pengembangan ekonomi kerakyatan sebai- sak. Jadi, kata kunci menghadapi tantangan besar dalam perdagangan
knya bertumpu pada agribisnis dan agroindustri di perdesaan. Upaya dan pasar global adalah meningkatkan daya saing atau keunggulan
pengembangan ekonomi kerakyatan berbasis pertanian dan ekonomi kompetitif produk-produk agribisnis Indonesia.
skala kecil dan menengah ini perlu didukung dengan kebijakan perda- Namun demikian, beberapa hal yang harus dipenuhi sebagai
gangan dalam dan luar negeri yang melindungi pelaku-pelaku agribis- syarat untuk bersaing bagi produk agribisnis dalam negeri: pertama,
nis, di samping kebijakan lainnya yang terkait dengan pengembangan produk pertanian harus dapat memenuhi standard mutu yang telah
produksi dan produk pertanian. Kebijakan ini tentunya menyangkut ditetapkan dalam perdagangan internasional, sesuai rumusan codex
perangkat hukum yang mampu melindungi ekonomi rakyat dari per- alementarius. Kedua, produk pertanian untuk dijual di super market ha-
saingan tidak sehat atau eksploitasi pihak yang kuat atas yang lemah. rus memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan oleh management
super market yang bersangkutan. Ketiga, pengusaha super market, baik

156 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 157


modal nasional maupun PMA, harus bersedia bermitra dan memberi- jakan harga.
kan bimbingan kepada petani produsen, atas saling ketergantungan Kebijakan harga terhadap komoditi agribisnis umumnya bertujuan:
dan saling mengun­tungkan. Keempat, pengusaha super market harus (i) meningkatkan harga domestik, pendapatan petani dan pemerataan
mengu­tamakan membeli produk agribisnis produksi dalam negeri. Ke- pendapatan; (ii) menstabilkan harga dan mencukupi kebutuhan bahan
lima, petani produsen sebagai pelaku on-farm agribisnis harus memben- baku agroindustri; (iii) meningkatkan swasembada, sehingga mengu-
tuk kelompok usaha dan secara sukarela mengadopsi teknologi maju rangi ketergantungan pada impor; (iv) menghemat devisa dan mem-
serta menerapkan manajemen produksi modern. perbaiki neraca pembayaran; dan (v) menjaga kestabilan politik; (vi)
Keenam, bimbingan dalam perencanaan produksi, perwilayahan memperbaiki alokasi sumberdaya domestik, sehingga dicapai pertum-
komoditi dan perbaikan mutu produk perlu dilakukan lebih intensif buhan ekonomi secara efisien.
oleh pemerintah. Ketujuh, pemerintah perlu memberikan fasilitas
kredit usaha dengan bunga lunak kepada para pelaku agribisnis yang Jenis Tarif Impor
sudah mampu membangunan kelembagaan agribisnis. Tarif impor pada dasarnya dapat dibedakan atas tiga jenis, yaitu:
Dalam usaha mencapai tujuan-tujuan pembangunan, pemerintah (1) Tarif spesifik; (2) Tarif ad valorem; dan (3) Tarif campuran, yaitu
sering melakukan intervensi dalam bentuk kebijakan perdagangan yang dengan menerapkan kedua jenis tarif terdahulu secara bersamaan.
berdampak terhadap produksi, pemasaran dan perdagangan komoditi Tarif spesifik adalah tarif yang dikenakan sebagai beban tetap dari
agribisnis. Meskipun istilah perdagangan (trade) lebih sering diartikan setiap unit barang yang diimpor. Tarif ad valorem adalah tarif yang
sebagi perdagangan antar negara, namun kebijakan perdagangan (trade dikenakan berdasarkan angka persentase tertentu dari harga barang
policy) tidak terlepas dari kebijakan produksi dan pemasaran dalam yang diimpor. Besarnya tarif ad valorem ini harus dibayar oleh impor-
negeri. Berbagai kebijakan mengalami perkembangan dan telah ber- tir dalam mata uang lokal, yang besarnya ditentukan oleh nilai tukar
dampak terhadap keragaman ekonomi berbagai komoditi agribisnis. rupiah.
Tarif ad-valorem untuk impor kedelai dimulai sejak 1974 sebesar
Kebijakan Tarif Impor 30 persen yang dipertahankan sampai tahun 1980. Sejak tahun 1981
Tujuan kebijakan perdagangan internasional komoditi agribisnis sampai tahun 1993, tarif impor kedelai diturunkan menjadi 10 persen
dapat berbeda-beda tergantung pada jenis komoditinya. Kebijakan dan kemudian menjadi 5 persen pada tahun 1994 sampai 1996. Pada
tarif impor atau hambatan-hambatan non-tarif misalnya, bertujuan tahun 1997 tarif tersebut diturunkan lagi menjadi 2.5 persen dan akhir­
untuk melindungi komoditi substitusi impor. Kebijakan pajak ekspor nya tarif impor kedelai ditiadakan mulai tahun 1998 sampai sekarang.
atau kebijakan pembatasan ekspor terhadap barang ekspor bertujuan Sedangkan sebelum bulan Juli 2002, pemerintah menerapkan tarif ad
agar kebutuhan dalam negeri dapat tercukupi atau mencegah kenaik­ valorem sebesar 25 persen untuk gula putih yang diimpor. Selain itu
an harga komoditi tersebut di dalam negeri. Misalnya, kebijakan kepada pabrik makanan olahan diberikan kemudahan impor, dengan
peningkatan pajak CPO beberapa waktu yang lalu oleh pemerintah tarif yang lebih rendah.
bertujuan memenuhi bahan baku industri minyak goreng, sehingga Penerapan tarif impor gula yang rendah dalam kondisi nilai tukar
dapat menstabilkan harga minyak goreng di dalam negeri. Sedang- rupiah yang makin menguat terhadap US$ telah menurunkan harga
kan kebijakan perdagangan dalam negeri biasanya bertujuan untuk gula paritas impor di Indonesia. Apalagi harga gula dunia saat ini
memperlancar atau menghambat pemasaran komoditi antar daerah. masih rendah dengan kecenderungan yang menurun, yaitu dari US$
Untuk komoditi pangan seperti padi, jagung dan kedelai, instrumen 262/ton (white sugar, FOB London) pada bulan Januari 2002 menjadi
kebijakan pemerintah yang menonjol adalah kebijakan harga dasar, US$ 227/ton pada bulan Mei 2002. Dengan pengenaan tarif ad-va-
stabilisasi harga dalam negeri dan perdagangan. Di samping itu, kebi- lorem sebesar 25 persen dan nilai tukar rupiah sebesar Rp. 8.700/US$,
jakan perdagangan juga berkaitan erat dengan kebijakan harga, karena maka harga gula paritas impor pada bulan Mei 2002 diperkirakan
kebijakan perdagangan biasanya memberikan dukungan kepada kebi- sebesar Rp.2.800/kg. Tingkat harga ini hampir setara dengan harga

158 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 159


lelang gula petani pada bulan Juni 2002 yang berkisar antara Rp. 2.800
- Rp. 2.900/kg. Untuk menjaga stabilitas harga gula di pasar domes-
UKM dalam Perekonomian
tik, pemerintah sejak bulan Juli 2002 menerapkan tarif impor spesifik
sebesar Rp. 700/kg untuk gula putih.
Nasional
Tarif impor merupakan suatu instrumen kebijakan yang dapat digu-
nakan oleh pemerintah untuk melindungi petani dari serbuan barang-
barang impor dengan harga yang relatif murah. Dengan pengertian
seperti itu, maka penetapan tarif harus memenuhi dua persyaratan, engalaman selama 30 tahun lebih yang hanya mendorong
yaitu: (1) Memberikan keuntungan kepada petani dalam bentuk man- perkembangan industri dan usaha skala besar tanpa memberi-
agement fee yang proporsional, sehingga dapat merangsang petani un- kan perhatian yang berarti kepada perkembangan usaha kecil
tuk tetap berproduksi, tetapi tidak mendorong petani lainnya untuk dan menengah (UKM), belakangan dengan istilah Usaha Mikro Kecil
beralih ke komoditi yang mendapat insentif tersebut. (2) Pasokan ba- dan Menengah (UMKM), terbukti gagal membangun perekonomian
rang di pasar domestik tetap terjaga, di mana pasar menanggapi pene- nasional yang tangguh dari ancamam krisis ekonomi global. Gembar-
tapan tarif itu sesuai dengan permintaan dan ketersediaan barang di gembor fundamental perekonomian Indonesia kuat, ternyata slogan
pasar domestic. Sehingga semua barang yang ada di pasar akan habis di mulut saja.
terjual (market clearing). Suatu pelajaran berharga dapat dipetik dari krisis ekonomi
1997/1998, yakni sistem konglomerat ternyata tidak dapat diandalkan
Tarif Impor Spesifik menyelamatkan perekonomian. Bahkan sebaliknya merekalah penye-
Penerapan tarif impor spesifik ini tampaknya lebih sesuai untuk bab krisis melalui berbagai fasilitas yang diberikan oleh pemerintah
kondisi Indonesia saat ini. Alasannya, karena pemulihan ekonomi Orde Baru, seperti BLBI, proteksi, tax holidays, export tax, berutang
telah menyebabkan nilai tukar rupiah terus menguat menuju keseim- pada kreditor asing, dan lainnya. Sedangkan usaha kecil dan menen-
bangan nilai tukar yang baru. Selain itu, penerapan tarif ad valorem gah yang berbasiskan ekonomi rakyat terbukti ampuh bertahan dikala
telah menimbulkan banyak kecurangan, utamanya dalam penetapan krisis. Bahkan mampu memberikan kontribusi nyata dalam mengatasi
nilai tukar rupiah terhadap US$. krisis.
Dalam kasus komoditi tebu, penerapan tarif impor spesifik dalam
kondisi harga gula di pasar dunia yang cenderung menurun tidak ba­ UKM dan Tenagakerja
nyak membantu petani tebu. Apabila dalam bulan Juli 2002 digunakan Fenomena ini mengisyaratkan kepada pemerintah reformasi, perlu-
tingkat harga dan nilai tukar yang sama, maka pengenaan tarif spesifik nya memberdayakan usaha kecil dan menengah yang jumlahnya rela-
yang mulai berlaku sejak tanggal 1 Juli 2002 akan meningkatkan harga tif banyak. Sementara ini, usaha besar (konglomerat) yang jumlahnya
gula paritas impor menjadi Rp. 3.000/kg. Tingkat harga ini sedikit hanya 0,2 persen menguasai sekitar 60 persen dari PDB. Sedangkan
lebih tinggi dari BEP rata-rata dengan rendemen 6,0 persen sebesar usaha kecil yang jumlahnya sekitar 99,8 persen hanya menguasai seki-
Rp. 2.950/kg. Dari uraian tersebut terlihat bahwa pemerintah memer- tar 40 persen PDB. Struktur ekonomi berbentuk piramida terbalik ini
lukan kebijakan tambahan untuk melindungi petani tebu di Indonesia. sangat riskan terhadap gejolak perubahan ekonomi global. Begitu ada
Salah satu kebijakan tambahan yang dapat diterapkan adalah pem- badai moneter yang memporak porandakan sekelompok konglomerat
berian subsidi langsung kepada gula petani yang disalurkan melalui tersebut, maka runtuhlah bangunan perekonomian nasional. Karenan-
pabrik-pabrik gula. Dengan subsidi ini, para petani diharapkan ber- ya, diperlukan paradigma baru untuk melakukan perubahan struktur
sedia meningkatkan kualitas pasokan tebu. Sehingga rendemen gula bangunan perekonomian Indonesia menjadi piramida tegak, sehingga
petani secara bertahap dapat ditingkatkan. perekonomian nasional disokong oleh jutaan ekonomi usaha kecil-ke-
cil sampai menengah yang tahan terhadap badai ekonomi global yang

160 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 161


setiap saat akan datang menggoyang. Paradigma baru ini adalah pem- Usaha kecil dan menengah (UKM) di Bali adalah tulang pung-
berdayaan usaha kecil dan menengah berbasiskan ekonomi rakyat. gung perekonomian Bali yang berbasis pariwisata. Sebagai pengha-
Berdasarkan data kantor Menteri Negara Koperasi dan UKM, sil atau penghemat devisa, penyerap jutaan tenagakerja, kontributor
lembaga menurut Inpress No.163 Tahun 2000 bertanggung jawab PDRB dan penyerap bahan baku lokal. UKM di Bali tersebar pada
merumuskan kebijakan pembinaan usaha kecil-menengah, tahun 2000 sektor-sektor ekonomi yaitu, pertanian dan yang terkait dengan per-
sekurangnya ada 39 juta pelaku usaha kecil, 900.000 usaha menen- tanian (agribisnis), industri kecil/kerajinan dan jasa-jasa yang terkait
gah dan hanya sekitar 57.000 perusahaan besar. Dari jumlah tersebut langsung atau tidak langsung dengan pariwisata. UKM di Bali telah
setidaknya 74,4 juta tenagakerja terserap atau sepertiga jumlah pen- mampu menyelamatkan perekonomian Bali ketika krisis melanda pere­
duduk Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah pusat maupun daerah konomian nasional tahun 1997/1998.
(provinsi dan kabupaten) sudah waktunya memberikan perhatian lebih Kedepan UKM diharapkan sebagai motor penggerak perekonomi-
besar kepada jenis usaha kecil-menengah ini. an nasional dan regional, yang didasarkan atas realitas, antara lain: (1)
Cita-cita menjadikan usaha kecil dan menengah sebagai motor UKM merupakan sektor ekonomi yang telah terbukti cukup tangguh
penggerak ekonomi nasional dan regional cukup beralasan dan masuk dan telah menjadi penyangga terakhir dalam menyelamatkan pereko-
akal. Pertama, jumlah usaha kecil dan menengah banyak mencapai nomian Indonesia dari kebangkrutan. Bahkan relatif lentur mengha-
99,8 persen dari total seluruh usaha dalam sektor ekonomi. Kedua, dapi dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan yang belum pulih.
memiliki potensi besar dalam penyerapan tenagakerja, tahun 1999 (2) Jenis usaha ini dapat menampung cukup banyak tenaga kerja. (3)
UKM menyerap 99,4 persen dari seluruh tenagakerja di Indonesia. Menjadi sumber pendapatan pemerintah daerah (PAD) yang cukup
Ketiga, UKM memberikan sumbangan besar terhadap Produk Do- besar. (4) Jenis usaha yang kebanyakan tidak berbadan hukum ini
mestik Bruto (PDB) nasional. Keempat, UKM mampu mendorong memiliki keunggulan karena pengembangan usahanya berbasis pada
laju distribusi pendapatan yang lebih adil. sumberdaya lokal dan sangat sedikit tergantung pada bahan baku im-
por.
UKM Penggerak Perekonomian
Usaha kecil dan menengah bukanlah sektor tanpa harapan, malah Kebijakan Pengembangan
menjadi suatu andalan nasional. Selama krisis ekonomi dalam empat Pengembangan usaha kecil dan menengah atau dikenal juga
tahun terakhir (2000-2004), sektor usaha kecil dan menengah justru dengan istilah low external input sustainable small-medium entrepreneur
bertahan dan dapat menggerakkan perekonomian nasional dan re- (LEISSE), hendaknya mendapat prioritas yang besar dari pemerintah
gional. Ketika usaha besar dan konglomerat masih menata usaha kem- pusat dan daerah. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai kebijakan
bali atau merestrukturisasi usaha yang prosesnya berlarut-larut, UKM antara lain: (1) Membuka akses langsung dan luas bagi mereka ke
justru terus berproduksi, bahkan sebagian mulai melakukan ekspansi. sumber modal, khususnya perbankan. (2) Menyederhanakan prosedur
Beberapa studi mengenai UKM menunjukkan bahwa pada masa pengajuan modal usaha ke bank. (3) Melakukan pembinaan dalam
krisis ekonomi 1997/1998, UKM mempunyai ketahanan relatif lebih upaya konsolidasi manajemen usaha agar lebih kompetitif. (4) Capacity
baik diban­dingkan usaha besar. Hal ini disebabkan UKM tidak ter- building melalui pelatihan dan magang. (5) Penciptaan teknologi tepat
gantung pada bahan baku impor. Pada saat harga bahan baku impor guna secara partisipatif dengan melibatkan mereka sejak perencanaan,
melambung sejalan dengan melemahnya nilai tukar rupiah, UKM desain, uji-coba dan evaluasi hasil.
terus berproduksii dengan harga relatif stabil karena menggunakan Namun bentuk-bentuk usaha mikro dan kecil, seperti pengrajin,
bahan baku lokal. Di samping itu UKM memiliki daya saing tinggi pedagang pasar atau petani selama ini belum terjangkau oleh bank.
karena biaya produksi rendah, harga produk menjadi lebih murah, Alasannya, bank sulit memperoleh jaminan kredit yaitu agunan yang
sehingga terjangkau oleh kalangan pasar terbesar di Indonesia, yaitu memadai sesuai dengan ketentuan bank, di samping terbatasnya
golongan ekonomi lemah. lembaga penjaminan kredit usaha kecil. Alasan lainnya, bank tidak

162 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 163


mungkin memberikan kredit di bawah nilai skala ekonomis bank yang kerja, mengatasi kemiskinan di saat banyak usaha besar (konglome­
bersangkutan. Jika UKM tidak memiliki akses ke bank-bank umum, rat) berguguran. Pengembangan UKM yang progresif dimungkinkan
maka semestinya lembaga keuangan mikro, seperti BPR, Lembaga karena berbagai faktor yaitu: (1) Sebagaian besar UKM mengandalkan
Perkreditan Desa (LPD), Koperasi Simpan Pinjam, Lumbung Desa bahan baku lokal untuk mengembangkan usahanya. (2) Tidak memer-
atau Koperasi Pasar sangat diharapkan perannya. Hal ini dimungkin­ lukan sumberdaya manusia yang terlatih dan terspesialisasi tinggi. (3)
kan karena investasi untuk lembaga keuangan demikian tidak terlalu Pengembangan teknologi yang bersifat spesifik lokasi akan membantu
besar, sehingga bisa menekan biaya operasional. meningkatkan efisiensi dan daya saing (4) Sebagian besar produk mau-
Urusan UKM memang bukan melulu soal modal alias kredit, mes- pun jasa yang dihasilkan tidak memerlukan hi-tech. (5) Fluktuasi ni-
ki diakui banyak pihak, kredit (investasi maupun modal kerja) meru- lai tukar dollar Amerika terhadap rupiah tidak mempengaruhi proses
pakan salah satu faktor utama hambatan pengembangan usahanya. produksi karena berbahan baku local. Bahkan merupakan blessing in-
Banyak usaha dalam kelompok ini yang mengandalkan modal sendiri. disguise terutama UKM yang berorientasi ekspor, seperti halnya UKM-
Namun demi mengembangkan usahanya, tidak sedikit UKM terpaksa UKM di Bali.
masuk lingkaran “tengkulak” yang mengenakan rente jauh melebihi
suku bunga kredit perbankan. Meski demikian, mereka tetap bertahan,
setidaknya tidak gulung tikar. Potret itu tentu sangat berbeda dari ke-
nyataan banyak usaha besar yang telah menikmati suku bunga ringan.
Bahkan tidak jarang pakai cara kongkalikong toh terpuruk juga, karena
operasionalisasi yang tidak efisien.

Momentum Otda
Di era otonomi daerah, masing-masing wilayah didorong untuk
memanfaatkan keunggulan sumberdaya lokal guna meningkatkan
daya saing produk-produk yang dihasilkan oleh wilayah. Baik pada
pasar domestik maupun pasar internasional dengan paradigma think
locally but act globally. Usaha kecil-menengah yang tumbuh subur di
masing-masing wilayah kecuali wilayah Maluku dan Irja hendaknya
memanfaatkan peluang dan momentum dalam era otonomi daerah.
Mereka harus terus mengembangkan sayap usahanya di samping
mendirikan UKM-UKM baru yang berdaya saing tinggi.
Ke depan kelompok UKM yang merupakan sektor ekonomi an-
dalan hendaknya memperhatikan antara lain: (1) memiliki daya sa-
ing tinggi, (2) berkerakyatan, (3) dihela oleh ilmu pengetahuan dan
teknologi untuk meningkatkan efisiensi, (4) terdesentralisasi dan me-
nyebar lebih merata pada masing-masing wilayah, (5) menjadi motor
penggerak roda pembangunan ekonomi, sehingga fondasi ekonomi
Indonesia akan bertumpu pada usaha kecil-menengah tersebut.
Jika semua elit bangsa sepakat bahwa UKM memang merupakan
penyangga keambrukan perekonomian nasional, seharusnya kelom-
pok ini mendapat perhatian serius, digenjot untuk membuka lapangan

164 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 165


Ekonomi dan Umumnya setiap kebijakan pemerintah memiliki sasaran ganda
dalam penggunaan sumberdaya, seperti tercapainya pertumbuhan
Degradasi Lingkungan ekonomi, perluasan kesempatan kerja, distribusi pendapatan nasional
lebih merata, pelestarian lingkungan, dan lainnya. Dalam mencapai
sasaran ganda tersebut, ilmu ekonomi tidak dapat bekerja sendirian
secara sempurna, sebab bobot dari masing-masing sasaran kebijakan
tersebut berkaitan dengan keputusan politik. Disamping itu banyak in-
mumnya ilmu ekonomi diartikan sebagai ilmu yang mempe- formasi berkaitan dengan aspek bukan ekonomi, seperti aspek teknis,
lajari tingkah laku manusia secara individu atau berkelompok aspek sosial, aspek budaya dan aspek pertahanan dan keamanan, se-
dalam memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas dengan hingga memerlukan masukan dari disiplin ilmu lain, seperti ilmu poli-
sumberdaya yang jumlahnya terbatas. Karenanya manusia harus tik, sosiologi, biologi, hukum, teknik, pertanian, geologi, dan lainnya.
melakukan pilihan penggunaan sumberdaya untuk alternatif terbaik Perkembangan jumlah penduduk yang semakin pesat, memaksa
di masa kini atau masa yang akan datang untuk memenuhi kebutu- perekonomian meningkatkan penyediaan barang dan jasa demi mem-
hannya, sehingga dicapai kepuasan maksimum. Ilmu ekonomi juga pertahankan atau meningkatkan kesejahteraan penduduk. Namun
dapat diartikan sebagai ilmu yang mampu memberikan informasi peningkatan produksi barang dan jasa akan menuntut lebih banyak
yang baik dan berguna dalam pengambilan keputusan sehari-hari dan sumberdaya alam yang harus diambil dari persediaannya. Sebagai
yang akan datang, baik secara pribadi maupun kelembagaan seperti akibatnya sumberdaya alam menjadi semakin menipis. Di samping
perusahaan atau pemerintahan. itu pencemaran lingkungan semakin meningkat pula dengan sema-
Dalam hubungannya dengan berbagai isu-isu degradasi sumber- kin lajunya pertumbuhan ekonomi. Jadi pembangunan ekonomi yang
daya alam dan lingkungan, ekonomi sebagai ilmu atau lebih spesifik menghasilkan pertumbuhan ekonomi tinggi bagaikan pisau bermata
sebagai ilmu ekonomi lingkungan diharapkan mampu menganalisis dua. Mata pisau yang satu adalah dampak positif berupa kehidupan
kondisi penggunaan sumberdaya alam dan lingkungan yang ada (posi- manusia semakin sejahtera karena semakin banyak tersedianya barang
tif), kemudian memberikan informasi tentang implikasi yang akan tim- dan jasa dalam perekonomian. Sedangkan mata pisau yang lainnya
bul dari adanya berbagai alternatif kebijakan atau keputusan menge- adalah dampak negatif berupa pencemaran lingkungan dan menipis-
nai penggunaan sumberdaya alam, selanjutnya dihubungkan dengan nya persediaan sumberdaya alam.
penggunaan sumberdaya alam yang semestinya (normatif). Pencemaran lingkungan menimbulkan gangguan kesehatan dan
kurang nyamannya kehidupan. Sedangkan berkurangnya persediaan
Pembangunan dan Sumberdaya sumberdaya alam akan mengurangi kemudahan dalam penyediaan
Ekonomi sebagai suatu aktivitas manusia yang terus-menerus perlu barang dan jasa bagi pemenuhan kebutuhan manusia saat ini dan yang
dibangun dan dikembangkan atau lazim disebut pembangunan ekono- akan datang. Oleh karena itu pembangunan ekonomi haruslah bersifat
mi, mengandung arti proses perubahan menuju kondisi perekonomian pembangunan yang berwawasan lingkungan atau pembangunan yang
yang lebih baik dari sebelumnya. Pembangunan ekonomi menyangkut berkelanjutan dan tidak menguras sumberdaya alam.
pertumbuhan yaitu peningkatan produksi barang dan jasa dalam ke­ Penggunaan sumberdaya alam untuk masa datang secara langsung
giatan ekonomi masyarakat dan perubahan struktural yaitu perubah­ perlu dihubungkan dengan im­bangan antara penduduk dan sumber-
an pada landasan kegiatan ekonomi maupun pada kerangka susunan daya alam. Apabila penduduk membutuhkan terlalu banyak barang
ekonomi masyarakat yang bersangkutan. Sedangkan dalam usaha dan jasa, maka muncullah kebutuhan untuk meningkatkan penggalian
mencapai sasaran pembangunan ekonomi, pemerintah suatu negara sumberdaya alam, baik yang ekstraktif sifatnya maupun sumberdaya
sering menerapkan model atau pola-pola pembangunan ekonomi yang alam seperti lapangan terbuka, tempat rekreasi dan udara yang bersih.
di dalamnya terkandung instrumen kebijakan. Namun dampaknya justru berupa memburuknya kondisi fisik bumi.

166 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 167


Sayangnya masyarakat sangat lamban dalam mene­mukan pemecahan sumberdaya alam itu. Di samping itu sumberdaya alam juga akan
terhadap masalah yang timbul. Beberapa hal yang menjadi alasan dan berkurang apabila terjadi kerusakan alamiah, seperti usang ataupun
lambannya penyesuaian yaitu: pertama, masyarakat lebih mengenal kehancuran lainnya. Barang sumberdaya alam dikombinasikan dengan
adanya pemilikan privat dan mekanisme pasar, sehingga pengertian faktor produksi lain seperti kapital, tenaga kerja, dan teknologi akan
bahwa iingkungan sebagai barang milik bersama dan dipelihara bersa- menghasilkan barang dan jasa guna memenuhi kebutuhan manusia.
ma masih sulit dimengerti. Kedua, kita tidak mengetahui secara pasti Pertumbuhan ekonomi sangat penting dalam arti peningkatan jumlah
apa yang sesungguhnya diinginkan oleh masyarakat kita. Demikian barang dan jasa yang dapat dihasilkan dalam suatu negara guna me-
pula tentang teknologi untuk menghasilkan apa yang diinginkan terse- menuhi kebutuhan penduduk yang selalu meningkat jumlahnya. Jan-
but tidak banyak kita ketahui. Ketiga, karena adanya eksternalitas, gan sampai laju tambahan jumlah penduduk lebih tinggi daripada laju
maka biaya produksi barang dan jasa sering menjadi tidak jelas, di pertumbuhan produksi barang dan jasa.
samping adanya kelambanan dalam mobilitas manusia. Apabila laju pertumbuhan jumlah penduduk lebih tinggi daripada
laju pertumbuhan jumlah barang dan jasa, maka tingkat kesejahteraan
Sumberdaya dan Pertumbuhan Ekonomi atau tingkat hidup dapat dikatakan menurun. Hal ini tidak dikehen-
Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan tersedianya sumber- daki oleh kita semua, khususnya untuk negara-negara yang sedang
daya alam tidak sama dengan hubunqan antara pertumbuhan eko- berkembang. Karena sumberdaya alam diartikan sebagai segala ses-
nomi dan tersedianya barang sumberdaya yang dipakai dalam proses uatu yang ada di bumi maupun di atas bumi yang dihasilkan oleh
produksi. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi akan semakin ba­nyak alam dan bukan oleh manusia, maka produksi barang dan jasa itu
barang sumberdaya yang diperlukan dalam proses produksi. Pada gili- tidak mungkin terjadi tanpa melibatkan sumberdaya alam di dalam
rannya akan mengurangi tersedianya sumberdaya alam yang ada di proses produksi mereka. Dengan semakin meningkatnya jumlah pen-
dalam bumi karena barang sumberdaya itu harus diambil dari tempat duduk, berarti semakin banyak diperlukan barang dan jasa untuk me-
persediaan (stock) sumberdaya alam. Jadi semakin pesat pembangun­ menuhi kebutuhan penduduk tersebut. Peningkatan jumlah barang
an ekonomi dalam usaha mencapai pertumbuhan ekonomi tinggi dan dan jasa dengan sendirinya memerlukan lebih banyak barang sum-
mengurangi kemiskinan, maka semakin banyak barang sumberdaya berdaya sebagai salah satu faktor produksi yang akan diolah bersama
yang diambil dari dalam bumi. Sehingga semakin menurun persediaan faktor-­faktor produksi lain, baik dalam industri pengolahan industri
sumberdaya alam tersebut. Dengan demikian terdapat hubungan posi- pertanian maupun industri jasa, yang sebagai produk sampingannya
tif antara kuantitas barang sumberdaya dan pertumbuhan ekonomi. adalah pencemaran lingkungan. Jadi terdapat hubungan yang positif
Tetapi sebaliknya terdapat hubungan negatif antara pertumbuhan eko- antara pembangunan ekonomi dan pencemaran lingkungan. Semakin
nomi dan tersedianya sumberdaya alam yang ada di dalam bumi. giat pembangunan ekonomi, maka semakin tinggi pula derajat pence-
Pembangunan ekonomi yang pesat dibarengi dengan pembangu- maran lingkungan.
nan industri akan menciptakan pencemaran lingkungan yang semakin
membahayakan kehidupan manusia. Karenanya perlu diingat bahwa Degradasi Lingkungan
pembangunan ekonomi yang sangat cepat, apabila tidak berhati-hati, Pembangunan ekonomi dekade 70-an sering disebut pola Pemba­
pasti pembangunan itu akan menguras sumberdaya alam yang ada di ngunan Konvensional (Convensional Development) yang pernah terbukti
negara yang bersangkutan. Pada gilirannya barang sumberdaya yang meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya di negara-negara
diperlukan bagi pembangunan juga akan terbatas adanya, sehingga hal industri maju. Dapat dipahami jika dunia ketiga termasuk Indonesia
ini akan menghambat pertumbuhan ekonomi lebih lanjut. berupaya meniru pola tersebut. Desakan yang semakin keras peme­
Sumberdaya alam sebagai suatu persediaan (stock) ada pada se- rintahan di negara-negara berkembang untuk melanjutkan pola pem-
tiap saat dan persediaan ini meningkat dengan adanya penemuan bangunan ekonomi konvensional adalah pertambahan penduduk yang
baru, serta berkurang dengan adanya penggunaan atau pengambilan semakin banyak dan keinginan mengatasi kemiskinan. Perkembangan

168 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 169


jumlah penduduk dipengaruhi oleh komponen kependudukan seper­ dibuang ke udara bereaksi secara kimia dengan butir-butir air, sehing-
ti, tingkat kelahiran kasar, tingkat fertilitas total, tingkat kematian ga tercipta asam yang membunuh ikan di permukaan air dan pohon-
kasar dan tingkat kematian bayi perempuan dan laki-laki. Berdasar- pohon.
kan komponen ini Biro Pusat Statistik memperkirakan proyeksi pen- Keanekaragaman hayati (biodiversity) menyempit akibat berkurang-
duduk Indonesia masa depan menunjukkan bahwa jumlah penduduk nya areal hutan di bumi, khususnya hutan hujan tropis yang men-
Indonesia masih terus bertambah, karena tingginya perbedaan antara jadi sarang pembiakan plasma nutfah (genetic resource) yang digunakan
tingkat kelahiran kasar dengan tingkat kematian kasar. Di samping sebagai bahan masukan utama dalam bioteknologi untuk menghasil-
peningkatan jumlah penduduk di Indonesia, juga terdapat penyebaran kan pangan, obat-obatan, kosmetika dan bahan industri. Semua ini
penduduk yang tidak merata. mencerminkan bahwa fungsi tatanan lingkungan (ekosistem) di bumi
Semula pola pembangunan konvensional berhasil meningkatkan ini sudah terganggu akibat limbah proses pembangunan yang konven-
kesejahteraan penduduk terutama di negara-negara industri. Jumlah sional.
penduduk dunia dalam masa 1950-1988 naik lebih dua kali lipat dari Bencana banjir bandang dan tanah longsor di berbagai daerah
2,5 milyar menjadi 5,2 milyar jiwa. Dalam masa yang sama untuk di Indonesia di tahun 2006 merupakan metafor sangat kuat untuk
memenuhi kebutuhan manusia sebanyak ini, produk bruto dunia telah menunjukkan disorientasi ekologi sebagai akibat eksploitasi manusia
naik lebih empat kali lipat. Produk ini ditopang oleh kenaikan kon- terhadap alam. Ekologi sekarang berada dalam sirene tanda bahaya.
sumsi bahan bakar fosil dengan empat kali lipat dan kenaikan produk Kehidupan ekologi terancam mengalami kepunahan karena habitus
barang industri yang berlipat kali. Tingkat kemajuan material manusia lama manusia yang eksploitatif terhadap ekologi.
tidak pernah begitu tinggi seperti halnya sekarang. Tidaklah menghe­ Dampak negatif pola pembangunan konvensional berupa degra-
rankan apabila negara berkembang berusaha mengejar ketertinggalan dasi lingkungan dan pengurasan sumberdaya alam. Sumberdaya alam
dan mempergiat usaha menaikkan kemajuan material meniru negara tersebut seperti kerusakan hutan, lahan dan air, pengurasan sumber-
industri. sumber mineral, minyak dan gas bumi, penipisan lapisan ozon, hujan
Namun sejajar dengan kemajuan ini, dunia dihentakkan oleh dam- asam, polusi air sungai, laut, danau dan udara dapat mengancam ke-
pak negatif yang menyertai proses pembangunan konvensional. Ada beradaan umat manusia di bumi ini. Baik yang hidup sekarang mau-
lubang dalam lapisan ozon, sehingga memungkinkan radiasi ultra pun anak cucu di masa akan datang. Akhirnya pada dekade 90-an
violet lolos ke bumi yang mengakibatkan kanker kulit, melumpuhkan muncul paradigma pembangunan alternatif yaitu pola pembangunan
sistem imunisasi manusia, memperbanyak katarak mata dan meng- berkelanjutan (sustainable development).
hambat pertumbuhan pertanian. Chlorofluorocarbon (CFC) yang
dibuat manusia adalah penyebab utama dari jebolnya lapisan ozon. Pembangunan Berkelanjutan
Sementara itu gas carbondioksida (CO2) yang dihasilkan sebagai Pola pembangunan yang memuat wawasan dan pertimbangan ling-
buangan industri, kendaraaan bermotor dan bahan bakar fosil telah kungan merupakan suatu pola pembangunan dengan substansi dan
membalut bumi ini, sehingga panas matahari tidak bisa keluar dan kualitas yang berbeda dengan pola pembangunan konvensional yang
menjadikan bumi semakin panas. Akibatnya lautan semakin mekar diterapkan selama ini. Suatu pola pembangunan sebagai proses pe-
dan bongkahan es di kutub bumi mulai mencair, sehingga diperkirakan rubahan dalam pengelolaan sumberdaya alam, yang arah, investasi,
akan menaikkan permukaan air laut sebanyak 65 cm dan mengancan orientasi pengembangan teknologi dan institusional berlangsung dalam
tenggelamnya beberapa negara kepulauan seperti Maldives dan Pacific keadaan harmonis, sehingga meningkatkan potensi masa kini dan
Selatan. masa depan untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia. De­
Bumi yang semakin panas juga mempengaruhi cuaca iklim yang ngan demikian pembangunan mengolah sumber alami yang mampu
diramalkan akan berubah, sehingga produksi pertanian, curah hujan memenuhi kebutuhan generasi masa kini tanpa mengurangi kemam-
dan gejala alam lainnya terganggu. Bahan cemar dari industri yang puan sumber alam meningkatkan kesejahteraan generasi masa depan.

170 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 171


Inilah makna dari apa yang disebut pembangunan berkelanjutan. vensional tidak terdapat, secara eksplisit, orientasi perhatian pada na-
Berdasarkan pengertian ini, proses pembangunan berkelanjutan sib generasi masa depan. Keberlanjutan sumber alam untuk generasi
bertumpu pada tiga faktor yakni: kondisi sumberdaya alam, kualitas masa depan tidak digubris. Keempat, pembangunan berkelanjutan
lingkungan dan faktor kependudukan. Sumberdaya alam perlu me- wawasannya berjangka panjang karena perubahan lingkungan ber-
miliki kemampuan agar dapat berfungsi secara berkesimbangunan langsung dalam kurun waktu jangka panjang. Dalam pembangunan
menopang proses pembangunan secara berkelanjutan. Sumberdaya konvensional berlaku penglihatan jangka pendek, maka keputusan
alam yang dapat diperbarui (renewable resources) perlu diolah dalam ba- yang diambil untuk jangka pendek belum sesuai dengan kepentingan
tas kemampuan pemulihannya. Bila batas ini terlampaui, sumberdala pengembangan jangka panjang.
alam ini tak dapat memperbarui dirinya, sehingga tak dapat menopang Kelima, hasil pengelolaan sumberdaya alam dalam pembangunan
proses pembangunan secara berkelanjutan. Khusus untuk sumberdaya berkelanjutan perlu memperhitungkan menciutnya sumberdaya alam
alam yang tak dapat diperbarui (unrenewable resources), pemanfaatan- akibat proses pembangunan. Karena nilai penciutan sumberdaya alam
nya perlu dilakukan secara efisien dan dikembangkan teknologi yang tidak masuk pasar, maka penghitungannya harus dilakukan secara
mampu mensubstitusi bahan substansinya. Sumberdaya alam dan eksplisit oleh pemerintah dan kehadirannya diakui untuk diperhitung-
lingkungan terjalin hubungan timbal balik yang erat. Semakin tinggi kan dalam biaya riil proses pembangunan. Pembangunan konvension-
kualitas lingkungan, semakin tinggi pula kualitas sumberdaya alam al tidak memperhitungkan penciutan sumberdaya alam akibat peng-
yang mampu menopang pembangunan yang berkualitas. Sedangkan gunaan, sehingga dalam Produk Domestik Bruto (PDB) persoalan
faktor kependudukan adalah unsur yang dapat menjadi beban atau eksploitation resources diperhitungkan, tetapi masalah depletion resources
sebaliknya menjadi unsur yang menimbulkan dinamika dalam proses stock yang ditimbulkan tidak masuk PDB.
pembangunan. Karena itu faktor kependudukan perlu diubah dari fak- Keenam, pembangunan berkelanjutan secara sadar turut memper-
tor penambah beban menjadi modal pembangunan. hitungkan komponen lingkungan yang tidak dapat dipasarkan (non-
marketable component), seperti nilai sumberdaya hayati yang utuh di
Perbedaan Prinsip hutan, bebas polusi, bebas kebisingan dan hal-hal lain yang mening-
Mempertimbangkan ketiga faktor tersebut, terdapat perbedaan katkan kualitas lingkungan. Dalam pembangunan konvensional tidak
prinsip antara pola pembangunan konvensional dengan pola pemban- dimasukkan komponen lingkungan yang tidak dapat dipasarkan, se-
gunan berkelanjutan, yaitu: Pertama, pemakaian sumberdaya alam hingga udara, sungai, laut dan komponen media lingkungan secara
pada pembangunan berkalanjutan menjaga keutuhan fungsi eko- gratis dapat dicemari tanpa kenaikan biaya.
sistemnya. Sedangkan sumberdaya alam dalam pembangunan kon- Demikian ciri-ciri pembangunan berkelanjutan yang berbeda de­
vensional dikelola terlepas dari fungsi ekosistemnya. Fungsi keterkai- ngan pembangunan konvensional. Daftar perbedaannya sebenarnya
tan, keanekaragaman, keselarasan dan keberlanjutan dari ekosistem masih panjang. Namun cukup untuk ditanggapi bahwa pola pemba­
diabaikan sepenuhnya. Kedua, dampak pembangunan terhadap ling- ngunan konvensional tidak mampu menanggapi tantangan pemba­
kungan pada pembangunan berkelanjutan diperhitungkan dengan ngunan yang dihadapi lebih-lebih dalam 25 tahun mendatang. Sudah
menerapkan sistem Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AM- tiba saatnya untuk mengkaji ulang kebijakan pembangunan yang ber-
DAL), sehingga dampak negatif dikendalikan dan dampak positif tumpu pada pola pembangunan konvensional dan menggantikannya
dikembangkan. Dalam pembangunan konvensional tidak diterapkan dengan pola pembangunan berkelanjutan.
sistem AMDAL. Uraian sebelumnya telah membawa kepada suatu pengertian me­
Ketiga, pembangunan berkelanjutan juga memperhitungkan ke- nge­nai pembangunan yang berwawasan lingkungan agar pembangun­
pentingan generasi masa depan. Bahkan ingin diusahakan tercapainya an suatu proyek tidak menimbulkan pencernaran. Sesungguhnya ada
transgenerational equity, sehingga kualitas dan kuantitas sumber dijaga dua pola penting dalam melaksanakan pembangunan yang berwa-
keutuhannya untuk generasi masa depan. Dalam pembangunan kon- wasan Iingkungan yakni pola pembangunan yang didasarkan atas

172 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 173


Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dan pola pembangunan yang
didasarkan atas Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
Perencanaan
Dalam RUTR harus ditentukan pola kemampuan tanah, curah hujan
dan letak tanah, agar bila pembangunan dilaksanakan tidak terjadi
Pembangunan Regional
misalnya, erosi, dan lain-lain. Pola tersebut dipengaruhi oleh lingkung­
an alam yang menjadi titik tolak dibentuknya zonasi atau kawasan
lingkungan.
Studi AMDAL harus melakukan kelayakan, baik teknis, lingkung­ alam ilmu ekonomi ada sebuah teori tentang ”keseimbangan
an, maupun sosial-ekonomis untuk menentukan ambang batas pence- stabil” (stable equilibrium), yang mengatakan bahwa jika terda-
maran bila didirikan suatu proyek. Jadi pembangunan berwawasan pat perubahan dari keadaan seimbang, maka akan timbul su-
lingkungan adalah pembangunan yang memperlakukan sumberdaya atu reaksi dalam bentuk perubahan ke arah yang berlawanan dengan
alam dengan melihat hasil positif maupun negatif. Produksi barang perubahan yang pertama, sehingga akhirnya keadaan kembali keseim-
dan jasa merupakan hasil positif (positive externality). Sedangkan lim- bangan semula. Kekuatan yang mengembalikan keseimbangan semula
bah dan sampah merupakan hasil negatif (negative externality). Dengan menurut Adam Smith disebut kekuatan tangan-tangan tersembunyi
demikian justru hasil yang negatif itulah yang harus mendapat perha- (invisible hand). Jika dalam bahasa ekonomi disebut kekuatan pasar.
tian dalam pernbangunan berwawasan lingkungan. Artinya pasar akan bekerja secara otomatis mengembalikan perekono-
mian yang tidak seimbang ke perekonomian seimbang.
Teori ini temyata tidak berlaku dalam sistem sosial, karena dalam
sistem sosial tidak terdapat kekuatan otomatis mengembalikan kea-
daan yang goncang ke arah stabil. Dalam kenyataan dapat dilihat
bahwa jika terjadi suatu perubahan dalam sistem sosial, maka peru-
bahan itu justru menimbulkan perubahan lain yang membawa sistem
tersebut makin jauh dari keadaan semula. Artinya, suatu proses sosial
mempunyai kecenderungan untuk menjadi kumulatif, bahkan dalam
laju yang semakin cepat. Dengan kata lain, teori invisible hand Adam
Smith tidak berlaku dalam kondisi ketidak seimbangan sosial. Sehing-
ga diperlukan intervensi pemerintah dalam berbagai bentuk kebijakan
untuk mengembalikan ketidak seimbangan ke keadaan seimbang.

Kesenjangan Kemakmuran
Suatu contoh dari proses kumulatif adalah proses yang biasa dise-
but lingkaran kemiskinan yang tidak berujung pangkal (the vicious circle of
proverty) yang diajarkan oleh Professor Ragnar Nurkse, dan dialami
oleh negara-negara belum berkembang. Negara-negara ini dapat disa-
makan dengan orang miskin. Kemiskinan yang diderita, sehingga ti-
dak cukup makan, badannya menjadi lemah, dia tidak dapat bekerja
dengan giat, menyebabkan pendapatannya rendah dan akhirnya dia
tetap miskin. Jadi dapatlah dikatakan bahwa mereka miskin akan
tetap miskin karena kemiskinannya. Proses kumulatif ini berlaku se-

174 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 175


baliknya. Jika seseorang kaya, cukup makan, badannya sehat, maka daerah yang terbelakang ke daerah yang sudah maju. Biasanya orang-
ia dapat bekerja dengan giat, pendapatannya tinggi, dan karenanya ia orang yang bermigrasi ini adalah mereka yang dalam usia produk-
menjadi lebih kaya. Proses kumulatif ke arah kemiskinan dari negara- tif, sedangkan yang tinggal di daerahnya adalah mereka yang masih
negara yang miskin dan ke arah kemakmuran dan negara-negara yang menjadi beban orang tua atau orang-orang tua, sehingga migrasi ini
sudah maju, pada akhirnya akan menimbulkan kesenjangan yang se- menguntungkan daerah yang didatangi dan merugikan daerah yang
makin lebar antara kelompok negara maju dan kelompok negara be- ditinggalkan. Dengan demikian makin memperbesar perbedaan dalam
lum berkembang. tingkat perkembangan perekonomian­nya.
Makin lama orang-orang di negara-negara yang belum berkem­ Demikian juga halnya dengan modal, karena di daerah yang su-
bang makin menginsyafi adanya kesenjangan kemakmuran yang se- dah maju terdapat banyak kesempatan untuk menanam modal dengan
makin lebar. Mereka juga sadar bahwa hal itu tidak dapat diserahkan mendapat keuntungan yang besar, maka modal yang sudah langka
sepenuhnya kepada kekuatan pasar. Apalagi sesudah Perang Dunia II, di daerah-daerah yang masih terbelakang tertarik ke daerah-­daerah
banyak bangsa yang sebelumnya hidup di bawah penjajahan, kemudi­an yang sudah maju. Dengan perkembangan industri di daerah-­daerah
mencapai kemerdekaan. Dengan kemerdekaan tersebut mereka meng- ini berkembang pula perdagangan, pengangkutan dan fasilitas-­fasilitas
inginkan pula persamaan dalam kesempatan dengan bangsa-bangsa lainnya yang semuanya membantu memperbesar jurang perbedaan
lain. Perbedaan dalam tingkat perkembangan itu tidak hanya berlaku antara kedua golongan daerah tersebut. Contoh nyata saat ini adalah
dalam dunia internasional antara negara yang satu dengan negara China, yang didatangi oleh para investor asing karena daya tarik per-
yang lain, tetapi juga di dalam negara-negara yang belum berkembang tumbuhan ekonomi, dukungan infrastruktur memadai dan kebijakan
itu sendiri antara region yang satu dengan region yang lain. Jika hal investasi yang kondusif. Sehingga menyebabkan perekonomian China
itu diserahkan kepada kekuatan pasar tanpa dikendalikan oleh suatu tumbuh semakin tinggi. Diperkirakan, Cina di tahun-tahun mendatang
kebijakan pemerintah, maka kegiatan produksi, industri, perdagangan, pertumbuhan akan mencapai 8-10 persen per tahun.
perbankan, asuransi, perkapalan dan semua aktivitas ekonomi lainnya
akan menumpuk di beberapa region saja, sedangkan region lainnya Perencanaan Pembangunan
akan tetap terbelakang. Dalam kondisi demikian diperlukan suatu pe- Proses sosial ini, baik yang internasional maupun yang nasional
rencanaan alokasi sumberdaya ekonomi oleh pemerintah pusat atau dapat dihentikan. Kemungkinan yang pertama adalah jika terjadi pe-
daerah dengan menggunakan peralatan ekonomi perencanaan regio- rubahan yang berasal dari luar sistem ekonomi negara atau daerah
nal, yang belakangan ini semakin berkembang dan meluas pengguna- itu, yang dapat membawa kemajuan dalam perekonomiannya. Akan
annya seiring meluasnya pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia. tetapi karena kemungkinan itu tidak tentu datangnya, maka orang ti-
Suatu negara, region atau daerah dapat maju karena suatu ke- dak dapat hanya menunggu saja. Kemungkinan yang kedua adalah
jadian dalam sejarah. Artinya secara kebetulan suatu kegiatan dimulai mengadakan pembangunan. Artinya, pemerintah secara aktif dan se­
di negara atau daerah tersebut dan tidak di daerah lain dan kegiatan nga­ja turun tangan untuk menghentikan proses tersebut. Untuk dapat
itu berhasil. Jika sudah berhasil, maka kegiatan itu merupakan daya mencapai tujuan dengan baik dan cepat, kebijakan pem­bangunan itu
tarik kegiatan-­kegiatan lainnya, sehingga perekonomian pada umum- harus dituangkan dalam suatu rencana nasional atau regional. Sebuah
nya di daerah itu berkembang. Sebaliknya di daerah-daerah lain, di rencana yang menyeluruh dan mencakup segala bidang kehidupan.
mana kebetulan tidak dimulai sesuatu kegiatan apapun, tidak timbul Jadi rencana pembangunan adalah suatu program untuk strategi
keuntungan-keuntungan ekstern (external economies) yang dapat men- pemerintah nasional dalam menjalankan campur tangan pemerintah
arik kegiatan-kegiatan lainnya, sehingga perekonomiannya tidak dapat untuk mempengaruhi permainan kekuatan-kekuatan pasar, supaya ter-
berkembang. Orang-orang di daerah ini banyak yang pindah ke dae- jadi perkembangan dalam proses sosial.
rah-daerah yang sudah lebih maju untuk mencari ilmu atau bersekolah Dalam kaitan ini pemerintah harus mengambil alih banyak fungsi,
atau mencari pekerjaan, sehingga terjadi migrasi secara spontan dari di mana di negara yang sudah berkembang dijalankan oleh sektor

176 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 177


swasta. Jika kemudian dengan kebijakan pembangunannya pemer- kan dan penentuan ini disesuaikan dengan keadaan negara. Secara
intah sudah berhasil menimbulkan kekuatan-kekuatan di dalam ma- umum dapat dikatakan bahwa tujuan setiap perencanaan pembangu-
syarakat yang dapat mendorong perekonomian ke tingkat yang lebih nan adalah meningkatkan pendapatan per kapita dengan cepat. Akan
maju. Maka, kemajuan tersebut akan membuka banyak kesempatan tetapi jika negara mengalami pertumbuhan tenaga kerja (labor force)
bagi sektor swasta untuk berkembang. Dalam tingkat kemajuan ini, yang cepat, maka perencanaan harus diprioritaskan pada penciptaan
tujuan perencanaan hanyalah memperlunak keadaan, memperbesar kesempatan kerja yang cukup untuk menampung pertam­bahan tenaga
fleksibilitas agar perekonomian berjalan secara lancar. kerja tersebut.
Istilah perencanaan pembangunan (ekonomi) sudah sangat umum Dalam konteks waktu, ”rencana” dapat dibagi ke dalam tiga kate-
didengar dalam pembicaraan sehari hari. Namun demikian hampir gori yaitu: (1) rencana jangka panjang atau perspektif (long term plans),
semua buku teks tentang perencanaan memberikan pengertian yang dengan jangka waktu antara 20 dan 30 tahun. Biasanya menunjukkan
berbeda beda. Lebih dari itu, di antara para pakar ekonomi-pun belum arah umum perkembangan perekonomian nasional yang dikehendaki
ada kesepakatan tentang pengertian istilah perencanaan pembangunan dan juga menunjukkan perubahan-perubahan struktural yang penting.
ekonomi tersebut. Tetapi, sebagian besar pakar ekonomi menganggap (2) Rencana jangka menengah (medium term plans), jangka waktu an-
bahwa perencanaan ekonomi mengandung arti pengendalian dan pen- tara 4 sampai 6 tahun, bergantung pada keperluan administratif atau
gaturan suatu perekonomian dengan sengaja oleh pemerintah untuk politis. Tetapi biasanya diambil waktu yang cukup lama untuk me-
mencapai sasaran dan tujuan tertentu di dalam jangka waktu tertentu nyelesaikan proyek-proyek penting. (3) Rencana jangka pendek (short
pula. term plans), periode 2 sampai 3 tahun. Biasanya merupakan rencana
Perencanaan pembangunan ekonomi ditandai dengan adanya usa­ tahunan (annual plans) yang dicerminkan dalam anggaran pemerintah.
ha untuk memenuhi berbagai ciri tertentu serta adanya tujuan yang bersi- Sebaiknya perencanaan mencakup ketiga kategori pokok tersebut, se-
fat pembangunan tertentu. Adapun ciri-ciri dari suatu perencanaan hingga proyek-proyek yang direncanakan secara mendetail dapat di-
pembangunan ekonomi adalah: (1) Usaha yang dicerminkan dalam tempatkan dalam kerangka yang sesuai.
rencana untuk mencapai perkembangan sosial ekonomi yang mantap. Kedudukan dari masing-masing rencana jangka panjang, mene­
Dicerminkan dalam usaha mencapai pertumbuhan ekonomi yang posi- ngah dan pendek berlainan. Ren­cana tahunan mempunyai kekuatan
tif. (2) Usaha yang dicerminkan dalam rencana untuk meningkatkan hukum. Rencana jangka menengah biasanya merupakan komitment
pendapatan per kapita. (3) Usaha untuk mengadakan perubahan struk- pemerintah. Sedangkan rencana jangka panjang atau perspektif hanya
tur ekonomi atau seringkali disebut sebagai usaha diversifikasi eko- menunjukkan cakrawala (horizon) yang luas. Rencana jangka menengah
nomi. (4) Usaha perluasan kesempatan kerja. (5) Usaha pemerataan dan jangka panjang sifatnya tidak boleh kaku, harus fleksibel, sebab
pembangunan. rencana-rencana ini memerlukan perubahan (revisi) secara periodik.
Pada umumnya suatu rencana pembangunan (ekonomi) memuat
tujuan, prinsip dan kebijakan pembangunan negara atau region. Tu- Perubahan dalam Indikator Ekonomi
juan itu antara lain: (a) Meningkatkan pendapatan per kapita secara Rencana jangka panjang biasanya merupakan suatu deretan (series)
cepat. (b) Menciptakan kesempatan kerja seluas-luasnya. (c) Mengu­ dari rencana-rencana jangka menengah, yang mencerminkan transfor-
sahakan pembagian pendapat­an lebih merata. (d) Mengurangi per- masi secara progresif dari perekonomian. Di beberapa negara rencana-
bedaan tingkat perkembangan atau pembangunan dan kemakmuran rencana jangka menengah ini disiapkan tanpa rencana jangka pan-
antara region yang satu dengan yang lain. (e) Mengubah struktur per- jang. Dalam hal ini biasanya rencana jangka menengah itu didasarkan
ekonomian agar tidak berat sebelah. Masing-masing tujuan tersebut pada ide umum tentang arah yang diinginkan untuk pembangunan
adalah penting, tetapi antara tujuan yang satu dengan yang lainnya ekonomi. Hal yang perlu diingat dalam penyusunan rencana jangka
sering terjadi pertentangan (trade-off). Oleh karena itu dalam perenca- panjang (longterm plan atau perspective plan) adalah akan terjadi perubah­
naan pembangunan perlu ditentukan tujuan mana harus diprioritas- an dalam: (1) jumlah sumber-sumber yang tersedia untuk investasi; (2)

178 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 179


sifat pembatasan-pembatasan (constraints); (3) struktur perekonomian. Menurunnya tingkat bunga, maka modal menjadi relatif murah dan
Perubahan struktural dapat bersifat: (a) teknologis, dan (b) behavioral. pengusaha akan memakai teknik produksi intensif modal, artinya
Unsur-unsur yang bersifat teknologis adalah: (1) the capital ouput ratio pengu­saha akan mensubstitut tenaga buruh dengan modal.
(COR) dan (2) the input coefficient dalam produksi. Unsur-­unsur yang Perubahan the marginal propensity to hold money akan merubah be-
bersifat behavioral adalah (1) the marginal propensity to consumption/to sarnya the marginal income velocity of circulation of money. Marginal pro-
save; (2) the marginal propensity to hold money (liquid preference); (3) pe- pensity to hold money ini dipengaruhi oleh: (1) Tingkat bunga sebagai
rubahan dalam selera (taste) dan sikap (attitudes) orang terhadap peker- biaya menahan uang (the cost of holding money). (2) Perubahan persen-
jaan atau leisure dan sebagainya. tase tingkat harga pada umumnya menyebabkan perubahan cost atau
Besarnya COR/ICOR berbeda untuk tiap industri atau sektor, se- benefit menahan uang sebagai altematif barang dan jasa. (3) Peruba-
hingga penggunaan satu COR/ICOR untuk seluruh perekonomian han per capita real income, jika (dengan asumsi bahwa) income elasticity
hanya dapat dipertanggung-jawabkan jika semua industri berkembang of demand terhadap uang (money to hold) adalah lebih besar atau lebih
dengan laju yang sama. Oleh karena dalam kenyataan pertumbu- kecil dari pada satu. (4) Tingkat monetisasi (degree of monetization) per-
han industri atau sektor-sektor tidak sama, maka COR/ICOR rata- ekonomian atau besarnya penduduk kota dibandingkan dengan pen-
rata berubah seiring dengan perubahan komposisi output (GDP). Di duduk seluruhnya, atau besarnya produk sektor industri dibandingkan
samping itu tingkat penggunaan modal (the degree of capital utilization) dengan produk nasional seluruhnya. (5) Tingkat mobilitas perseorang­
dapat berubah karena adanya kemungkinan untuk mendapatkan out- an (degree of individual mobility).
put yang berlainan dari jumlah modal yang sama. Dengan kemajuan Perubahan the marginal propensity to hold money dan perubahan
teknologi satu unit output dapat diproduksi dengan input faktor-faktor penawaran uang (the supply of money) mempenga­ruhi: (1) Tingkat
produksi yang lebih kecil jumlahnya. Jadi output dapat naik karena: harga-harga umum. (2) harga-harga relatif (= perbandingan harga).
(a) kemajuan teknologi, yang menyebabkan kenaikan dalam efisiensi; (3) Tingkat bunga jangka pendek. Perubahan-perubahan struktural ini
(b) pertambahan modal dan tenaga kerja yang tersedia. menyebabkan perubahan-­perubahan: (1) Fungsi produksi (production
Input coefficient dalam produksi dapat berubah karena: (1) perubah­ function). (2) Pasaran barang dan jasa. (3) Pasaran uang (money market).
an dalam harga-harga relatif (relatire prices) input, yang menyebabkan (4) Pasaran faktor produksi. Pasaran-pasaran ini dan fungsi produksi
diadakannya substitusi input. (2) Perubahan dalam teknologi produk- dalam rencana jangka pendek dianggap tertentu (given). Akan tetapi
si, yang menyebabkan bertambahnya atau berkurangnya penggunaan dalam rencana jangka panjang harus diperhitungkan perubahan da-
sesuatu macam input dalam produksi. Kedua penyebab perubahan lam pasaran tersebut.
tersebut berhubungan satu sama lain.
The marginal propensity to save/to consume berubah dengan peruba- Teknik Analisis Regional
han/kenaikan pendapatan dan perubahan dalam distribusi pendapa- Salah satu tujuan kebijakan pembangunan adalah mengurangi per-
tan dan perubahan the marginal propensity to consume/to save ini akan bedaan tingkat perkembangan atau pembangun­an dan kemakmuran
merubah juga besarnya multiplier. Sedangkan perubahan dalam the antara daerah yang satu dengan daerah yang lain. Terdapat trade-off
marginal propensity to save dapat disebab­kan oleh: (1) perubahan penda- antara tujuan pemerataan pembangunan dan tujuan meningkatkan
patan; 2) perubahan tingkat bunga; (3) perubahan kebijakan fiskal; (4) pendapatan nasional atau pendapatan per kapita secara cepat. Jika prio­
perubah­an expectations hubungan antara tingkat pendapatan sekarang ritas diberikan kepada peningkatan pendapatan, maka terlalu banyak
dan di waktu yang akan datang. investasi diperlukan di daerah-daerah yang sudah maju, di mana su-
Perubahan the marginal propensity to save mempengaruhi besarnya dah terdapat banyak prasarana, baik fisik, maupun sosial. Akibatnya,
ICOR. Jika ICOR ditentukan oleh tersedianya modal dipakai dalam daerah-daerah yang relatif sudah maju, makin maju, sedang daerah-
produksi untuk mensubstitut tenaga buruh. Artinya, jika marginal pro- daerah yang masih terbelakang makin sukar untuk berkembang. Hal
pensity to save naik, savings akan naik dan tingkat bunga akan turun. ini sudah terang dirasakan kurang adil dan juga dapat mengganggu

180 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 181


kestabilan politik maupun sosiaI. Oleh karena itu, baik negara yang yak teknik analisis untuk menentukan atau memilih aktivitas ekonomi
sudah maju maupun negara sedang berkembang yang melaksanakan yang akan dikembangkan dalam suatu daerah, untuk memilih atau
pembangunan, baik secara absolut maupun relatif, maka tujuan mengu­ menentukan lokasi atau daerah bagi suatu aktivitas ekonomi atau
rangi perbedaan tingkat kemajuan ini perlu mendapat prioritas. Usaha suatu proyek atau membuat perencanaan pengembangan sektor-sektor
ini dapat mengurangi kecepatan peningkatan pendapatan nasional ekonomi regional. Di antara tehnik-tehnik analisisi tersebut yang ter-
atau pendapatan per kapita dalam jangka pendek. golong populer dan sederhana adalah Location Quotient (LQ), Capital-
Ekonomi Regional adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial Output Ratio/Incremental Capital-Output Ratio, Model Input-Output
order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis Leontief, Social Accounting Matrix (Neraca Sosial Ekonomi), Com-
dari pada sumber-sumber yang langka, serta hubungannya dengan putable General Equilibrium (CGE), Ekonometrika Persamaan Tung-
atau pengaruhnya terhadap lokasi berbagai macam usaha/kegiatan, gal dan Simultan, Policy Analysis Matrix (PAM), dan lain-lain.
baik ekonomis, maupun sosial. Sedangkan ekonomi perencanaan re-
gional adalah pemanfaatan teori-teori ekonomi regional untuk meren-
canakan alokasi sumber-sumber daya ekonomi regional yang terbatas
jumlahnya secara efisien. Kegiatan-kegiatan seperti rumah tangga,
pertokoan, perdagangan besar, pabrik-pabrik, laboratorium penelitian,
sekolah-sekolah, tem­pat ibadah, bank, unit pertanian, dan pertamban-
gan, lokasinya tidak asal saja, melainkan menunjukkan pola dan susu-
nan yang dapat diselidiki dan dapat dimengerti dengan memanfaatkan
teori-teori ekonomi regional.
Kebijakan ekonomi regional adalah penggunaan secara sadar ber-
bagai macam peralatan (instrument atau means) untuk merealisasikan
tujuan-tujuan regional yang ingin dicapai. Mungkin dalam jangka
panjang apa yang menjadi tujuan itu akhirnya juga akan tercapai
tanpa usaha secara sadar, tetapi dilihat dari sudut sosial, politis atau
ekonomis, lebih baik kalau tujuan itu dicapai dalam jangka pendek
atau menengah melalui campur tangan pemerintah.
Banyak peralatan kebijakan ekonomi regional yang disusun ber-
dasarkan teori growthpole. Pembangunan regional didasarkan pada
prinsip-prinsip renovasi dan daya tarik unsur yang aktif, perhitungan
efek multiplier dan hubungan/kaitan yang dapat diharapkan akan
timbul. Dalam hal ini perlu diingat bahaya penterapan model-model
pembangunan yang berlaku umum. Kebijakan pem­bangunan regional
harus disesuaikan dengan struktur dasar masing-­masing daerah. Di
samping itu orang sering terlalu membesar-besarkan pengaruh atau
peranan external economies yang disebabkan adanya growthpole. Kalau
proses polarisasi itu berjalan terlalu lama berdasarkan hubungan teknis
(polarisasi teknis), hal itu dapat menyebabkan kepekaan konjunktur
yang lebih besar pada daerah yang bersangkutan.
Dalam perencanaan pembangunan ekonomi regional terdapat ban-

182 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 183


Revitalisasi Kelembagaan harus diinternalisasikan.
Kelembagaan masyarakat menjadi kerdil karena penyelesaian per-
Pertanian bedaan kepentingan hanya disandarkan kepada individu pemimpin-
nya. Dengan kata lain, individu yang menjadi pemimpin berperan
menggantikan kelembagaan, sehingga kelembagaan yang sesungguh-
nya tidak berperan atau tidak berkembang sama sekali. Kekosongan
kelembagaan kemudian digantikan oleh peranan individu, termasuk
risis ekonomi yang melanda Indonesia 1997/1998, selain perilakunya yang ikut mengisi proses mediasi di dalam sistem. Tatan-
dapat dijelaskan dengan teori ekonomi makro, juga dapat an kelembagaan yang terindividualisasi seperti ini menyebabkan krisis
menggunakan teori ekonomi kelembagaan. Bidang yang dise- keadilan, ketimpangan ekonomi, tiadanya akses ke sumber-sumber
butkan terakhir dipelajari dalam disiplin ilmu ekonomi politik. Eksis- ekonomi dan akhirnya sistem secara keseluruhan menjadi rusak.
tensi kelembagan yang ada dapat memberikan penjelasan terhadap Seperti diuraikan Rachbini (2002), kelembagaan yang ada dapat
mekanisme sistem ekonomi. Dengan menganalisis kelembagaan yang saja tidak berkembang karena terhambat oleh perilaku feodalisme dan
ada, akan dapat didiagnosis penyakit sosial, ekonomi dan politik yang Kolusi, Korupsi dan Nepotisme (KKN), yang menjadi nilai kelem-
muncul di masyarakat. Selanjutnya akan dapat diambil terapi kebi- bagaan dan menempel pada individu. Meskipun pertumbuhan eko-
jakan langsung ke penyebab penyakitnya. nomi berjalan cepat, tetapi krisis kelembagan ini seperti api dalam
Lemahnya kelembagaan yang ada, bahkan tiadanya pembangunan sekam, yang telah meledak pada tahun 1998 yang lalu. Inilah yang
kelembagaan yang memadai, akan berekses terhadap sistem ekonomi sesungguhnya terjadi pada masa Orde Baru, yang mirip kerajaan, di
di suatu masyarakat atau negara. Sebaliknya, kuatnya kelembagaan mana titah presiden menjadi kelembagaan yang menopang sistem ser-
yang mendukung sistem ekonomi, akan berdampak memperkuat ta berperan menyelesaikan berbagai persoalan dalam bidang ekonomi
sistem ekonomi. Dalam konteks ekonomi politik, kelembagaan meru- dan politik. Padahal, dari waktu ke waktu sistem berkembang menjadi
pakan tulang punggung suatu sistem ekonomi. Jadi kelemahan atau semakin kompleks.
kekuatan suatu sistem ekonomi dapat dilihat langsung dari kekuatan Perkembangan sistem kemasyarakatan semakin maju, maka kelem-
dan kelemahan kelembagaan yang mendukungnya. Dalam berbagai bagaan masyarakat tidak bisa lagi dibiarkan kerdil atau dikelola secara
aspek, kelembagaan terkait dengan proses politik atau kebijakan pu­ sederhana. Kelembagaan yang digantungkan pada orang per orang
blik. Dengan demikian teori-teori ekonomi makro, mikro, dan mone­ akan mempunyai daur hidup pendek dan membahayakan sistem se-
ter, kebijakan-kebijakan fiskal, moneter dan investasi tidak mungkin cara keseluruhan. Kesinambungan tatanan kelembagaan seperti ini
dapat diimplementasikan dalam ketiadaan kelembagaan, melainkan sangat rawan dan tidak bisa dijadikan landasan bagi sistem ekonomi
terkait erat dengan keberadaan kelembagaan. politik yang modern. Dari sisi pandang ekonomi kelembagaan, akar
masalah dari krisis yang terjadi dapat dilihat secara jelas. Pertumbuhan
Kelembagaan Sosial ekonomi berlangsung cepat, tetapi tidak didukung oleh kelembagaan
Perbincangan mengenai kelembagaan menjadi penting dalam sis­ yang modern dan kuat, maka menunggu waktu saja untuk tergelincir
tem kemasyarakatan modern. Karena akan muncul beragam kepen­ ke dalam krisis sosial politik yang akut.
tingan yang jauh lebih kompleks dibandingkan sistem kemasyarakatan Kesenjangan ekonomi menambah krisis dan kecemburuan sosial
tradisional. Dalam komunitas yang kecil dan sederhana, pengaturan yang parah. Kelembagaan pengambilan keputusan yang terindividuali­
bermasyarakat dapat disandarkan pada pemimpin dan norma-norma sasi menyebabkan sistem tidak transparan dan penuh penyimpangan.
yang sederhana. Akan tetapi, dalam masyarakat modern, kelem- Oleh karena itu, pembangunan dan pengembangan kelembagaan yang
bagaan yang berdiri di tengah berbagai kepentingan, sekaligus menga- memadai semakin diperlukan sejalan dengan perkembangan masyara-
tur sistem dan mekanisme yang ada, merupakan unsur mutlak yang kat. Tanpa pembangunan kelembagaan yang baik, maka Indonesia

184 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 185


akan terus terjebak dari krisis ke krisis. Persoalan di Amerika Latin dan mulia yakni membantu golongan terbesar masyarakat Indonesia
juga terjebak ke dalam krisis kelembagaan di mana usaha demokrati- terbawah yaitu petani untuk meningkatkan kesejahteraannya. Namun
sasi sistem tidak berhasil, karena bertabrakan dengan kelembagaan dalam prakteknya tidak jarang dijumpai kelembagaan pertanian yang
usang, yang justru dipakai untuk mendukung sistem ekonomi dan ada disalahgunakan oleh segelintir elit masyarakat, elit politik, elit pe-
politiknya. jabat, elit konglomerat atau elit avonturir untuk kepentingan dirinya
Persoalan kelembagaan adalah faktor fundamental dalam kehidu- atau kelompoknya. Misal, kelembagaan koperasi atau KUD atau PUS-
pan sosial, politik dan ekonomi. Kelembagaan di sini diartikan seb- KUD yang semestinya berperan membantu petani di pedesaan, tetapi
agai aturan main (rule of the game) dan bisa juga diartikan lebih luas dalam praktek disalahgunakan untuk memperkaya pengurusnya.
sebagai suatu organisasi. Aturan main sebagai pelengkap mutlak dari Demikian banyaknya koperasi atau KUD yang disalahgunakan oleh
kelembagaan pasar diperlukan dalam kehidupan kolektif. Secara teori- ketuanya, sampai kepanjangan KUD dipelesetkan menjadi Ketua Un-
tis, kelembagaan merupakan urat nadi dari suatu sistem atau tatanan tung Duluan (KUD). Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI)
sosial politik atau ekonomi. Jadi suatu sistem sosial politik atau ekono- atau Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) yang semestinya
mi dengan kelembagaan yang lemah akan menghasilkan sistem yang sebagai wadah petani atau nelayan dalam memperjuangkan aspirasi­
lemah pula, sehingga kesinambungannya menjadi pertanyaan yang nya terhadap pemerintah, tetapi tidak jarang disalahgunakan untuk
krusial. Lebih jauh, sistem yang berjalan tanpa kelembagaan yang lobby-lobby politik oleh elit politik tertentu. Bank Rakyat Indonesia
memadai akan menyebabkan kelambanan dalam mentransformasikan (BRI) yang dari sejarahnya adalah bank yang didirikan untuk menun-
sistem menjadi modern. jang pertanian, tetapi dalam praktek lebih banyak menyalurkan kredit
kepada debitor kakap. Setelah adanya kritik dari pengamat ekonomi
Kelembagaan Pertanian dan pertanian, baru belakangan para manajemen BRI menunjukkan
Ekonomi kelembagaan pertanian diartikan organisasi-organisasi perhatiannya kepada petani dan debitur kecil (UMKM). Contoh lain,
yang berkaitan dengan aktivitas ekonomi pertanian atau ekonomi PT Pertani semula didirikan untuk memperlancar distribusi Benih dan
peta­ni. Banyak terdapat kelembagaan pertanian di Indonesia, baik pupuk produksi PT Pusri Sriwijaya ke petani di seluruh Indonesia,
yang dikembangkan oleh petani, LSM, elit politik, maupun peme- terutama pupuk Urea, TSP, dan sebagainya. Namun seiring dengan
rintah, baik yang bersifat formal maupun nonformal, yang berkaitan perubahan zaman dan deregulasi pada pasar pupuk, baik menyangkut
dengan aktivitas ekonomi pertanian atau ekonomi petani. Hakekat di- para penyalur maupun distribusinya, maka peran PT Pertani semakin
kembangkannya kelembagaan pertanian oleh berbagai pihak dengan surut digantikan langsung PT Pusri yang langsung menyalurkan pu-
berbagai sifat adalah guna mendukung aktivitas petani dalam proses puk sampai ke petani.
produksi pertanian, saluran kebijakan fiskal, mendukung peningkatan Di zaman Orde baru pernah ada kelembagaan Badan Penyangga
pendapatan petani atau mengurangi distorsi pasar. Misalnya karena dan Pembelian Cengkeh (BPPC), khusus didirikan untuk membantu
adanya monopoli atau monopsoni oleh elit konglomerat yang bermo- petani cengkeh dan pabrik rokok mengatasi harga cengkeh yang fluk-
dal kuat. Banyak jenis kelembagaan ekonomi pertanian, antara lain: tuatif. Namun dalam praktek lembaga ini disalahgunakan oleh oknum
kelembagaan pembiayaan pertanian (Perbankan, Koperasi, Pegadaian, tertentu untuk memperkaya diri sendiri melalui peran gandanya, bersi-
BKD/LDKP, Candak Kulak, dan sebagainya.), kelembagaan pemasa- fat monopsoni (pembeli tunggal) terhadap petani cengkeh dan bersi-
ran dan distribusi (PT Pertani, KUD, Bulog, APP.I, dan sebagainya), fat monopoli (penjual tunggal) terhadap pabrik rokok. Peran monop-
kelembagaan ekonomi-politik (HKTI, HNSI, dan lain-lain). Demikian soninya digunakan untuk membeli cengkeh petani semurah-murahnya
pentingnya keberadaan suatu kelembagaan, maka banyak persoalan- dan peran monopolinya digunakan menjual cengkeh ke pabrik rokok
persoalan ekonomi pertanian dapat dijelaskan dengan teori ekonomi semahal-mahalnya. Akibatnya petani cengkeh dan pabrik rokok diru-
kelembagaan. gikan oleh lembaga BPPC ini. Syukur ada reformasi yang mendorong
Secara idiil, pengembangan kelembagaan pertanian bertujuan baik Presiden Soeharto lengser keprabon, akhirnya BPPC bubar atau di-

186 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 187


cabut mandatnya oleh rezim penggantinya. dan Perspektif Pengembangan Model Agropolitan dalam Mendukung
Itulah contoh-contoh kelembagaan pertanian yang semestinya Pengembangan Ekonomi Wilayah Berbasis Agribisnis” serta Rossgan-
mendorong kebangkitan ekonomi pertanian atau membantu mening- da Elizabeth dan Rachmat Hendayana mengenai ”Peran dan Peluang
katkan ekonomi petani. Tetapi kenyataannya tidak berperan apa-apa, SL-PHT Komoditi Lada Mempengaruhi Kognitif Petani Perkebunan
menjerumuskan petani. Ini suatu pelajaran bagi petani, pengamat, Rakyat”.
praktisi, pengusaha, pemerintah atau elit politik, jika ingin memban- Hasil evaluasi menunjukkan bahwa di daerah pedesaan terdapat
gun dan mengembangkan kelembagaan pertanian agar lembaga terse- berbagai bentuk lembaga pembiayaan yang dapat melayani masyara-
but benar-benar berperan aktif dan efektif meningkatkan aktivitas kat, baik yang bersifat formal maupun non formal. Lembaga yang
ekonomi pertanian atau mampu meningkatkan kesejahteraan petani. bersifat formal antara lain Bank BRI, Bukopin, Bank Perkreditan
Jika tidak demikian, maka sia-sialah mengembangkan kelembagaan Rakyat (BPR), Koperasi, Pegadaian. BKD/LDKP, dan sebagainya.
pertanian. Akhirnya kelembagaan semacam ini menunggu waktu saja Namun terjadi kecenderungan bahwa arus dana keluar dari pedesaan
untuk terkubur atau ditinggal kabur oleh petani. lebih besar dari pada kredit yang mengalir ke pedesaan. Sedang lem-
Suatu kelembagaan pertanian akan langgeng dan berkelanjutan, baga pembiayaan non formal antara lain kios saprotan, pedagang hasil
apabila kelembagaan tersebut dipelihara oleh para pemangku kepen­ pertanian, pelepas uang (rentenir), bank keliling, dan sebagainya. Ma-
tingan, misal petani, yang bersedia memelihara, apabila kelembagaan salah perkreditan di pedesaan melibatkan dua kelompok kepen­tingan
tersebut dirasakan manfaatnya, baik secara ekonomi ataupun noneko- yaitu petani atau masyarakat di satu pihak sebagai debitor dan lembaga
nomi. Jika kelembagaan sosial, misalnya subak di Bali, terus langgeng pembiayaan di lain pihak sebagai kreditor. Kedua kelompok tersebut
dan berkelanjutan karena dirasakan manfaatnya oleh petani yang tentu berbeda kepentingan dan tujuan terhadap perkreditan, sehingga
menjadi anggota kelembagaan subak tersebut, terutama dalam dis- dapat menimbulkan konflik pandangan. Konflik pandangan ini terjadi
tribusi air irigasi ke masing-masing petakan sawah petani secara adil antara lembaga perkreditan pemerintah dengan masyarakat petani di
dan merata. Demikian pula kelembagaan ekonomi, misal KUD atau pedesaan. Oleh karena itu di daerah pedesaan muncul berbagai bentuk
koperasi pertanian akan langgeng dan berkelanjutan jika dirasakan kelembagaan pembiayaan non formal yang terbentuk sesuai dengan
manfaatnya oleh petani dalam mendukung aktivitas produksinya atau kebutuhan masyarakat.
mendukung peningkatan kesejahteraanya. Sebaliknya kelembagaan Pada umumnya lembaga-lembaga pembiayaan formal lebih dapat
sosial atau kelembagaan ekonomi akan menunggu bangkrut atau bu- diakses oleh pegawai, pengusaha, pedagang, dan bukan petani. Petani
bar, jika stekeholdernya tidak merasakan manfaatnya. lebih akses pada lembaga pembiayaan non formal seperti pedagang
output, pedagang input, pelepas uang, tetangga/famili/rekanan. Hal
Manfaat Kelembagaan ini disebabkan karena prosedur yang cepat, sesuai dengan kebutuhan
Sangat penting mengetahui peran aktif dan efektivitas suatu kelem- dan sederhana. Selain itu dalam hubungannya dengan lembaga pem-
bagaan pertanian. Untuk itu dapat dilakukan evaluasi terhadap kelem- biayaan non formal tidak ditemukan sanksi kemungkinan hilangnya
bagaan pertanian tersebut, terutama menyangkut pencapaian misi dan satu-satunya aset yang sangat penting bagi mereka, yaitu tanah. Modal
tujuan kelembagaan dan dampaknya terhadap petani atau usahatani utama hanyalah berupa kejujuran dan kepercayaan di antara kedua
petani. Hal seperti ini telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Benny belah pihak. Sebagian besar masyarakat merasakan bahwa meminjam
Rachman dkk. tentang “Ekonomi Kelembagaan Sistem Usahatani ke lembaga pembiayaan formal relatif sulit, karena prosedur yang ru-
Padi di Indonesia”. Endang Lestari Hastuti dan Supadi mengenai mit, mahal dan sebagian besar masyarakat tidak mempunyai agunan
“Aksessibilitas Masyarakat terhadap kelembagaan Pembiayaan perta- berupa sertifikat tanah sebagai jaminan. Padahal untuk meminjam
nian di Pedesaan”. Saptana dkk. tentang ”Analisis Kelembagaan Pen- ke lembaga formal, agunan merupakan salah satu syarat yang tidak
gendalian Hama Terpadu Mendukung Agribisnis Kopi Rakyat Dalam dapat ditawar. Dengan diberlakukannya otonomi daerah kemungki-
Rangka Otonomi Daerah”. Wayan Rusastra dkk. mengenai ”Kinerja nan mendapatkan dana pembiayaan seperti KUT relatif tidak mudah.

188 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 189


Dengan demikian diperlukan suatu lembaga pembiayaan yang dapat Kelembagaan SL-PHT Perkebunan Rakyat dimulai tahun 1998
diakses dengan mudah oleh seluruh masyarakat di pedesaan. Di Thai- yang dikelola Bagian Proyek Integrated Pest Management SEC yang ber-
land ada lembaga pembiayaan Agriculture and Agricultural Cooperation kedudukan di Mojoagung, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Salah
(BAAC), suatu bank khusus pertanian yang dapat diakses dengan mu- satu kegiatan penting dari program ini adalah melakukan pendidikan
dah oleh petani dengan bunga rendah dan tanpa agunan. dan pelatihan pengendalian hama terpadu tanaman perkebunan. Ha-
Revitalisasi pasar adalah salah satu kelembagaan pertanian di Indo- sil evaluasi menunjukkan bahwa kinerja pelaksanaan program PHT
nesia. Karena ketidak sempurnaan pasar, sering pasar terdistorsi kare- pada pengembangan perkebunan kopi rakyat dan lada di pedesaan
na monopoli atau monopsoni, sehingga perlu intervensi pemerintah secara teknis menunjukkan gambaran yang positif. Walaupun di be-
agar pasar berpihak kepada petani. Dalam kaitan dengan usahatani berapa tempat belum terlihat dampaknya secara signifikan, namun
padi di Indonesia, dijumpai beberapa jenis kelembagaan pasar, antara di beberapa desa (di Kabupaten Malang) pelaksanaan program PHT
lain: pasar benih padi, pasar pupuk, pasar kredit, pasar lahan, pasar kopi memberikan dampak positif terhadap kenaikan produktivitas
gabah, dan lain-lain. Di sisi lain, perubahan rejim pasar dari pasar kopi rakyat hingga 36 persen di Malang dan 37 persen di Kediri. Ini
terkendali ke pasar bebas menyebabkan harga komoditi pertanian di bisa terjadi karena yield gap antara kondisi awal pertanian kopi rakyat
pasar domestik semakin terbuka terhadap gejolak pasar. Hal ini secara dan uji coba program PHT relatif besar. Pada kondisi demikian sis-
langsung berpengaruh terhadap kemampuan daya saing sistem usaha tem perkebunan kopi rakyat masih sangat sensitif terhadap sentuhan
tani domestik. teknologi produksi.
Dalam usaha revitalisasi kelembagaan pasar, perkembangan infor- Sistem kelembagaan yang memungkinkan program PHT bisa me-
masi kelembagaan pasar input-output dan status keunggulan kompara- nunjukkan keberhasilan di bidang peningkatan produktivitas kopi pe-
tif dan kompetitif serta faktor yang mempengaruhinya perlu dikaji se- tani telah dibangun cukup bagus. Kekuatan pengembangan program
cara dinamis. Dikaji secara dinamis dalam mengantisipasi pergerakan PHT kopi terlihat pada rapinya keorganisasian dan pengontrolan ja-
nilai tukar dan harga komoditi pertanian di pasar internasional. Dari ringan kelembagaan PHT yang merentang dari tingkat pusat hingga
hasil evaluasi dapat direkomendasikan, yaitu: pertama, Posisi tawar daerah (kabupaten). Selain itu, kelembagaan desiminasi program PHT
petani melalui penguatan infrastruktur pasar (fisik dan kelembagaan) di daerah belum banyak dicampuri oleh otoritas pemerintahan kabu-
perlu ditingkatkan agar dapat memanfaatkan secara efektif kebijakan paten, sehingga pelaksanaannya bisa terfokus pada rencana yang telah
harga. Kedua, peningkatan kinerja industri benih perlu diupayakan dirumuskan di pusat.
melalui: (a) Perbaikan pelaksanaan sertifikasi. (b) Program restrukturi- Kegiatan evaluasi kinerja pelaksanaan program rintisan agropoli-
sasi industri benih melalui peningkatan peran penangkaran swasta. (c) tan, evaluasi kelembagaan lebih ditekankan pada pelaksanaan program
Ketersediaan dana dan fasilitas yang memadai guna menunjang tero- itu sendiri, baik pada proses pelaksanaannya maupun hasil yang dipe-
bosan teknologi benih dalam upaya mengatasi gejala stagnasi inovasi roleh, dibandingkan dengan rencana, sasaran dan target yang ditetap-
teknologi lembaga penelitian. (d) Adanya kejelasan ‘hak patent’ bagi kan (dalam Juklak dan Juknis) serta Pedoman Umum yang disusun di
para breeder dalam menemukan suatu varietas baru. pusat. Dari hasil evaluasi dapat direkomendasikan yaitu: pertama, pe-
Ketiga, guna mendukung mekanisme pasar pupuk bekerja baik mantapan model pengembangan agropolitan perlu difasilitasi dengan
perlu difasilitasi dengan beberapa instrument: (a) Perbaikan sistem kebijakan strategis berikut: (a) Kebijakan perdagangan yang mampu
sertifikasi sehingga petani terhindar dari pemanfaatan pupuk palsu. menjamin stabilitas harga domestik sebagai bagian dari sistem insentif
(b) Peningkatan efisiensi dan daya saing industri pupuk dalam neg- peningkatan produksi dan pendapatan. (b) Mendekatkan pelayanan in-
eri perlu terus diupayakan agar mampu berkompetisi dengan pupuk vestasi dasar pedesaan (pasar input dan pengolahan), sehingga mampu
impor. (c) Monitoring harga dan pasar pupuk secara periodik oleh mendorong peningkatan kesempatan kerja dan pendapatan. (c) Fungsi
pemerintah dalam rangka menjaga stabilitas harga dan ketersediaan perkotaan perlu diarahkan pada penyediaan kesempatan kerja non-
pupuk di lapangan. pertanian, perluasan pasar produksi, dan informasi agribisnis. (d) In-

190 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 191


tervensi kebijakan perlu diarahkan pada akselerasi arus timbal balik
desa-kota (SDM, produksi, komoditi, kapital/modal, dan informasi)
Tranformasi Struktural
yang memberi dampak positif pada pedesaan.
Kedua, kebijakan skim modal kerja dalam bentuk kredit program
dan Kesempatan Kerja
agropolitan (dalam bentuk Bantuan Langsung Masyarakat, BLM)
perlu difasilitasi dengan kelembagaan kelompok tani yang mandiri
dan pengembangan kelembagaan pemasaran bersama. Keberhasilan
pengembangan kelompok dan pemasaran bersama akan lebih meman- alam masyarakat berorientasi pasar, partisipasi dalam proses
tapkan efisiensi pasar input/output, akses pasar potensial, pemupukan produksi dan distribusi dapat mempunyai dua wujud, yaitu
aset kelompok, akses pada perbankan formal, kemandirian dan ke- partisipasi pasif dan partisipasi aktif. Partisipasi pasif berupa
berlanjutan pengembangan agribisnis dan program agropolitan. Pro- keikutsertaan dalam menyumbang modal dalam proses produksi dan
gram pendampingan, pelayanan, dan kebijakan perlu diarahkan untuk distribusi. Sedangkan partisipasi aktif berupa keikutsertaan dalam me-
mengembangkan kemandirian kelompok dan memperkuat eksistensi nyumbang tenagakerja dalam proses produksi dan distribusi atau de­
dan kinerja pemasaran bersama. ngan kata lain ikutserta bekerja secara produktif.
Ketiga, pengembangan program agropolitan telah mampu mening- Melalui bekerja, orang akan memperoleh pendapatan dan mem-
katkan pendapatan petani, tetapi secara absolut pendapatan petani berikan kepadanya dan keluarganya kemampuan untuk mengkonsum-
masih rendah karena keterbatasan penguasaan sumberdaya. Strategi si barang dan jasa hasil pembangunan. Dengan demikian siapapun
peningkatan pendapatan yang dimungkinkan adalah: (a) Mengembang- yang mempunyai pekerjaan produktif dan remuneratif, maka dia telah
kan konsolidasi usaha yang kooperatif. Sehingga dimungkinkan untuk berpartisipasi secara nyata, aktif dan produktif dalam pembangunan.
akses pada kesempatan kerja non-pertanian. (b) Pengembangan diver- Atau dilihat dari segi ekonomi, mempunyai pekerjaan merupakan
sifikasi usaha, khususnya diversifikasi vertikal melalui pengembangan satu-satunya wujud partisipasi dalam pembangunan yang konkrit, ak-
pengolahan hasil. (c) Pemantapan tata ruang pengembangan agribisnis tif dan produktif.
dengan sasaran perolehan nilai tambah dan pertumbuhan bagi kepen- Kuantitas dan kualitas pekerja sangat menentukan pembangunan
tingan kawasan agropolitan. ekonomi. Ini bukan hanya karena tenagakerja merupakan pelaksa-
na pembangunan, tetapi juga karena pekerjaan merupakan sumber
pendapatan utama masyarakat. Pendapatan yang diperoleh akan men-
ciptakan permintaan berbagai macam barang dan jasa. Selanjutnya
akan direspon melalui pasokan oleh pihak-pihak lain, atau dengan kata
lain akan tercipta pasar di dalam negeri. Inilah yang memungkinkan
pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Karenanya, perluasan
kesempatan kerja harus merupakan strategi pokok di dalam proses
pembangunan. Hal ini dilakukan tidak hanya karena pertimbangan
belas kasihan dan keadilan semata, tetapi juga demi pertumbuhan
ekonomi. Karena itu dapat dikatakan bahwa tenagakerja mempunyai
dua fungsi. Pertama, sebagai sumberdaya untuk menjalankan proses
produksi dan distribusi barang dan jasa. Kedua, sebagai sarana untuk
menimbulkan dan mengembangkan pasar. Kedua fungsi ini merupak-
an dua syarat yang sama mutlaknya bagi suksesnya pembangunan.

192 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 193


Tenagakerja Dalam Proses Produksi sertai dengan perubahan struktur tenaga kerja yang berimbang. Arti-
Dalam proses produksi, tenaga kerja dikombinasikan dengan nya laju pergeseran ekonomi sektoral relatif lebih cepat dibandingkan
faktor-faktor produksi lain seperti modal, lahan, manajemen untuk dengan laju pergeseran tenaga kerja, sehingga titik balik aktivitas eko-
menghasilkan barang dan jasa. Dengan kata lain, jika terjadi proses nomi (economic turning-point) tercapai lebih dahulu dibanding dengan
produksi, maka akan ada penggunaan tenagakerja yang berarti akan titik balik penggunaan tenagakerja (labor turning-point). Hal ini men-
tercipta kesempatan. Sedangkan proses produksi umumnya memerlu- imbulkan masalah yang sering diperdebatkan, yaitu: (1) apakah penu-
kan modal yang diperoleh melalui investasi. Karena itu, ada korelasi runan kontribusi sektor pertanian terhadap PDB sebanding dengan
positif antara investasi dengan produksi barang dan jasa. Peningkatan penurunan kontribusi serapan tenagakerja sektoral, dan (2) industri
produksi barang dan jasa secara agregat dalam konsep nilai tambah mana yang berkembang lebih cepat, agroindustri atau industri ma-
sering diistilahkan pertumbuhan ekonomi. Kajian empirik membuk- nukfaktur. Jika transformasi kurang seimbang, maka dikhawatirkan
tikan bahwa setiap pertumbuhan ekonomi satu persen akan mampu akan terjadi proses pemiskinan dan eksploitasi sumberdaya manusia
menyerap tenaga kerja sebanyak 400 ribu orang, dengan catatan in- pada sektor primer. Tampaknya hal yang disebutkan terakhir ini mulai
vestasi di sektor riil padat karya. terjadi, di mana terjadi proses pemiskinan di daerah-daerah pedesaan
Seseorang yang bekerja akan memperoleh empat macam manfaat, yang merupakan sentra pertanian di Indonesia.
yaitu: (1) Produksi barang dan jasa yang diperoleh pengusaha. (2)
Pendapatan bagi si pekerja. (3) Manfaat sosial psikologis atau status Transformasi Struktural
sosial bagi si pekerja pengusaha, yang tinggi rendahnya tergantung je- Hasil kajian “Perubahan Struktur Ekonomi dan Kesempatan Kerja
nis pekerjaan dan pendapatan yang diperoleh pekerja. (4) Peningkatan serta Kualitas Sumberdaya Manusia di Indonesia” menunjukkan bah-
kemampuan kerja dan produktivitas kerja, yang tergantung pada lama wa pada periode 1995-2001 telah terjadi perubahan struktur ekonomi
dan intensifnya pengalaman kerja yang diperoleh si pekerja. Menyi- (PDB) dari pola J-I-P (Jasa-Industri-Pertanian) ke pola I-J-P. Sementara
mak dari multiguna yang ditimbulkan oleh pekerja, maka pemerintah itu pada periode yang sama tidak terjadi perubahan secara signifikan
harus terus berusaha memperluas lapangan kerja bagi masyarakat- pada struktur kesempatan kerja, yaitu tetap pada pola P-J-I. Fenom-
nya. ena perubahan yang tidak seimbang antara struktur ekonomi dengan
Pada dasarnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi struktur kesempatan kerja diduga sebagai penyebab semakin turun-
pokok yaitu: (1) Pertumbuhan. (2) Penanggulangan kemiskinan. (3) nya produktivitas tenagakerja dan tingkat kesejahteraan masyarakat
Perubahan atau transformasi ekonomi. (4) Keberlanjutan pembangu- di sektor pertanian. Di sektor pertanian sendiri tampaknya distribusi
nan dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Transfor- penyerapan tenaga kerja masih bertumpu pada subsektor tanaman
masi struktural merupakan prasyarat peningkatan dan kesinambungan pangan. Walau telah terjadi perbaikan kualitas sumberdaya manusia,
pertumbuhan serta penanggulangan kemiskinan, sekaligus pendukung tapi masalahnya adalah kemampuan pemerintah dalam menciptakan
bagi keberlanjutan pembangunan itu sendiri. lapangan kerja tidak sejalan dengan laju perbaikan kualitas sumber-
Pembangunan di Indonesia yang dilaksanakan sejak 1969 sampai daya manusia.
kini telah berhasil memacu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, yang Berdasarkan perkiraan pertambahan angkatan kerja yang dibuat
ditandai terjadinya perubahan struktur perekonomian. Proses peruba- oleh Departemen Tenagakerja 2004-2009, tahun 2009 penduduk Indo-
han struktur perekonomian ditandai dengan: (1) merosotnya kontribusi nesia diperkirakan berjumlah 228,9 juta orang. Dari jumlah tersebut,
sektor primer (pertanian), (2) meningkatnya kontribusi sektor sekunder sebanyak 168,9 juta jiwa atau 73,7 persen merupakan penduduk usia
(industri), dan (3) kontribusi sektor tersier (jasa) kurang lebih konstan kerja. Dari jumlah ini, 116,5 juta orang atau 69 persen dari penduduk
terhadap PDB, tetapi kontribusinya akan meningkat sejalan dengan usia kerja dipastikan menyerbu pasar kerja. Kondisi ini sangat “mena-
pertumbuhan ekonomi. kutkan”, karena pertumbuhan ekonomi di tahun-tahun mendatang
Pada kenyataannya pertumbuhan ekonomi di Indonesia tidak di­ diperkirakan tidak lebih dari 6 persen per tahun. Penyebabnya ada

194 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 195


beberapa faktor yaitu, kenaikan harga BBM yang hampir 100 persen Peningkatan Pengangguran
di awal Oktober 2005 (walau pada pertengah Desember 2008 kembali Dalam pemaparan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
turun menjadi Rp 5000 per lt) akan menurunkan aktivitas perekono- dan Institute for Development of Economics and Finance (Indef)
mian. Melandainya ekspor non migas Indonesia karena proteksi oleh menge­nai gambaran ekonomi Indonesia tahun 2006, Kamis 22 De-
beberapa negara maju atas ekspor negara berkembang. Rendahnya sember 2005 di Jakarta, memperkirakan pertambahan penganggur se-
arus investasi langsung luar negeri (Foreign Direct Investmen, FDI) ke banyak 800.000 hingga di atas satu juta orang dibandingkan dengan
Indonesia. Berbagai regulasi dan perilaku birokrasi korup yang kurang angka tahun 2005. Bahkan diperkirakan angka pengangguran terbuka
mendukung tumbuhnya investasi dan pengembangan dunia usaha., jauh di atas prediksi pemerintah yang hanya 9,64 juta orang. LIPI
dan krisis keuangan global di penghujung tahun 2008 yang sudah memperkirakan angka pengangguran 12,151 juta orang. Sedangkan
mulai terasa dampaknya terhadap perekonomian Indonesia berupa Indef memperkirakan 12 juta hingga 12,6 juta orang. Dalam proyeksi
penurunan permintaan berbagai macam produk agribisnis dan produk LIPI, angkatan kerja tahun 2006 mencapai 109,910 juta orang dan ke-
industri seperti garment, tekstik, sepatu, dan lain-lain oleh pasar luar sempatan yang tersedia hanya 97,759 juta orang. Jumlah penganggur
negeri, yang berakibat terhadap penurunan produksi. berasal dari ”stok” sebanyak 11,650 juta dan tambahan 500.000 orang.
Kondisi tersebut diperparah oleh persoalan lain di dalam negeri, Sehingga total penganggur mencapai 12,151 juta orang. Peningkatan
seperti pelaksanaan otonomi daerah yang sering kontra produktif ini sebagai imbas kebijakan pemerintah menaikkan harga bahan bakar
terhadap tumbuhnya investasi, yang berarti tidak mendukung pencip- minyak (BBM) pada Oktober 2005 terhadap puluhan ribu pemutusan
taan lapangan kerja. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi hanya 4 atau hubungan kerja (PHK). Pengangguran akan semakin meningkat dam-
5 persen belum mampu menyerap pertambahan pengangguran. Sta- pak dari krisis keuangan global yang sudah mulai terasa pertengahan
bilitas politik dan keamanan juga memperparah masalah ketenagaker- Desember 2008 dan akan mencapai puncaknya di tahun 2009.
jaan. Koordinasi yang baik antarinstansi pemerintah pusat dan daerah Industri-industri berorientasi ekspor seperti industri tekstil, garmen,
sangat diperlukan agar dalam menyusun kebijakan dan program ope­ sepatu, industri kerajinan, dan lainnya. sudah mulai mem-PHK beri-
rasional diarahkan pada perluasan penciptaan kesempatan kerja. bu-ribu karyawan karena penurunan omset penjualan sehingga harus
Dalam Rencana Tahunan Ketenagakerjaan Nasional (RTKN) menurunkan produksi. Ditambah lagi para TKI yang dipulang­kan oleh
2004-2009 dijelaskan bahwa rata-rata laju pertumbuhan ekonomi In- pemerintah negara tempat mereka bekerja yang juga terkena dampak
donesia per tahun adalah 4,1 persen untuk kurun waktu 2000-2004 krisis keuangan global seperti Malaysia, Taiwan, Korea Selatan. Ma-
dan 6 persen untuk kurun waktu 2005-2009. Dalam kurun waktu salah semakin serius karena penganggur adalah tenaga kerja terdidik.
2005-2009 penyerapan tenaga kerja oleh sektor pertanian diperkirakan Sehingga dapat menimbulkan kerawanan gangguan keamanan.
melambat. Sementara sektor industri dan konstruksi akan mulai pulih. Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah
Cuma pertanyaannya, bagaimana prediksi ekonomi itu berdampak ter- mengemukakan, angka pengangguran di Jateng saat ini mencapai 1,2
hadap dunia kerja. Sebab, dalam kurun waktu 2003-2005 diperkirakan juta dari 15 juta angkatan kerja. Banyaknya penganggur karena tidak
ada 6,1 juta tenaga kerja, yang 5,1 juta orang atau 83,5 persen di an- sesuainya kualifikasi tenagakerja dengan pekerjaan yang ada. Seusai
taranya pekerja bukan di sektor pertanian. Sekitar 3,5 juta orang atau penetapan upah minimum kabupaten/kota (UMK) di Jateng, sembi-
68 persen dari pertambahan tenaga kerja bukan pertanian merupakan lan perusahaan mengajukan penangguhan. Sebagian besar perusahaan
tenaga kerja di sektor industri, perdagangan, dan jasa. Ketiga sektor tekstil dan garmen di eks Karesidenan Surakarta, wilayah pantai utara,
ini pada periode 2005-2009 masih merupakan sektor yang tertinggi dan Semarang. Dari Bali dilaporkan, Gubernur Bali berjanji merevisi
penyerapannya, sekitar 7,6 juta orang atau 67,2 persen pertambahan keputusan upah minimum provinsi (UMP) dan UMK yang mulai ber-
tenaga kerja nonpertanian. laku 2 Januari 2006 sebesar Rp 510.000. Janji itu disampaikan Guber-
nur kepada pengunjuk rasa yang tergabung dalam Solidaritas Buruh
Bali, di Denpasar. Bahkan berlakunya SKB tiga Menteri tahun 2008

196 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 197


yang berisi regulasi ketenagakerjaan dan UMR yang dianggap oleh beberapa pasal dalam UU No 13/2003 yang selama ini dikeluhkan
para tenaga kerja lebih berpihak kepada majikan, telah memicu demo banyak pihak. Kalau ada investor asing yang masuk, dia lihat dulu
di mana-mana dan secara besar-besar­an, sehingga pemerintah akhir- regulasi ketenagakerjaannya, perpajakan, dan bea cukai. Diharapkan
nya harus merevisi kembali SKB tiga Menteri tersebut. perubahan pasal-pasal itu sudah bisa dimasukkan awal tahun 2006.
Setiap tahun diperkirakan pencari kerja baru berkisar dua juta Pendidikan kejuruan dan profesi harus difokuskan pada pemben-
orang, sementara penyerapan tenaga kerja terbatas karena rendahnya tukan kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja dan
pertumbuhan ekonomi. Karena itu, tidak mengherankan jika pengang- dunia usaha. Pelatihan kerja juga harus dikembangkan dengan ber-
gur akan bertambah pada tahun 2006. Dalam proyeksi yang disam- basis kompetensi yang dimantapkan melalui pengembangan karier di
paikan peneliti Indef, masalah pengangguran merupakan hal yang ti- tempat kerja, sehingga tercipta kualitas tenaga kerja yang profesional
dak terpecahkan selama empat tahun terakhir. Kebijakan pemerintah serta produktif. Langkah ini mudah diterapkan jika dijalankan sesuai
masih bertumpu pada upaya stabilisasi makro. Paradigma itu diper- perkembangan demografis, daya tampung pendidikan, dan perkiraan
kirakan tidak akan ditinggalkan, sehingga angka pengangguran akan perkembangan ekonomi di berbagai sektor. Dengan kebijakan ini,
terus bertambah. Paradigma ini diperparah dengan kenyataan bahwa angka pengangguran dapat dikurangi, dalam jumlah maupun predikat
secara fiskal tidak ada ruang untuk manuver. Sepertiga anggaran akan pengangguran. Sebab, dengan perkiraan jumlah angkatan kerja Indo-
dihabiskan untuk membayar utang dan sepertiga dialokasikan untuk nesia bertambah dari 103,4 juta di tahun 2003 menjadi 116,5 juta di
anggaran daerah. Kebijakan fiskal yang berorientasi pada mengatasi tahun 2009, maka jumlah angkatan kerja yang bekerja bertambah dari
masalah pengangguran menjadi tidak mungkin. Dampaknya, masa- 90,1 juta orang tahun 2003 menjadi 96,3 juta tahun 2005 dan men-
lah pengangguran akan semakin parah. LIPI juga mencatat, jumlah jadi 109 juta orang tahun 2009. Dengan jumlah ini diharapkan angka
penduduk miskin pada tahun 2005 bertambah akibat kenaikan harga pengang­guran turun dari 11,4 juta orang di tahun 2003 menjadi 7,5
BBM di atas 100 persen. Kenaikan jumlah penduduk miskin, dengan juta orang di tahun 2009. Sementara, tingkat pengangguran bisa turun
adanya kenaikan harga BBM, sebesar 47,5 juta. Jika pemerintah tidak dari 11 persen tahun 2003 menjadi 5,5 persen tahun 2009.
menaikkan harga BBM, angka kemiskinan hanya 37,9 juta orang.
Direktur Jenderal Bina Penempatan Tenagakerja Dalam Negeri, Tenaga Kerja Migran dan Remitansi
Departemen Tenagakerja dan Transmigrasi (Depnakertrans) Mira Masalah ketenagakerjaan di Indonesia, tidak hanya menyangkut
Maria Handartani mengutip hasil Survei Angkatan Kerja Nasional ekonomi, tetapi juga nonekonomi, sehingga membutuhkan solusi yang
2005 Badan Pusat Statistik saat pembukaan Pameran Bursa Kerja di multidimensi. Artinya, penanggulangan tidak hanya menjadi tanggung
Balaikota Solo, Jumat 23 Desember 2005, mengatakan, selama tahun jawab satu departemen, tetapi harus melibatkan semua institusi peme-
2005 penganggur di Indonesia tercatat 40,4 juta jiwa dari jumlah ang- rintah dan swasta. Memposisikan tenaga kerja Indonesia agar mampu
katan kerja 106 juta orang. Sebanyak 10,8 juta merupakan penganggur memasuki pasar kerja internasional dengan kualitas relatif tinggi akan
terbuka dan sisanya, 29,6 juta, penganggur setengah terbuka. Tingkat menghasilkan remitansi kepada keluarganya dan perekonomian Indo-
pengangguran mencapai 10,21 persen. Menurut Mira, faktor yang nesia, pada akhirnya akan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi
paling berpengaruh terhadap angka pengangguran adalah kurangnya Indonesia.
kompetensi angkatan kerja karena 55 persen angkatan kerja hanya lu- Dalam kaitannya remintansi tenagakerja migran dengan kelamba-
lusan SD dan sisanya lulusan SMP, SMA, D1, D3, dan S1. tan pertumbuhan ekonomi negara-negara sedang berkembang terma-
Dijelaskan, pertumbuhan lapangan kerja akan sangat bergantung suk Indonesia, Bank Dunia memilih topik remitansi pekerja migran
pada aktivitas ekonomi. Karena iklim ketenagakerjaan masih jadi per- sebagai the bank Issue of the Year. Dalam pengantar GEP 2006, Pre-
soalan, pihaknya berencana mengkaji ulang sektor ketenagakerjaan, siden Bank Dunia, mantan Dubes AS di Indonesia, Paul Wolfowitz,
terutama Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketena- mengajak dunia lebih memerhatikan kecenderungan migrasi pekerja
gakerjaan. Mira menyatakan, pihaknya berencana meninjau kembali internasional dengan remitansinya. Kenyataannya pekerja migran

198 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 199


membantu negara miskin mengatasi kemiskinan karena remitansi an akan terjadi pada sektor perdagangan, jasa, dan industri. Penuru-
yang dikirim umumnya untuk kesehatan, pendidikan, pangan, peru- nan angka pengangguran akan dapat dicapai jika asumsi dasar bisa
mahan, dan modal kerja mikro sehingga membuka peluang kerja di dilaksanakan. Seperti pertumbuhan tenaga kerja rata-rata per tahun
negaranya. bisa ditekan 2 persen pada periode 2000-2005 menjadi 1,7 persen pada
Untuk Indonesia lebih dari 80 persen TKI adalah wanita (TKW). tahun 2005-2009. Selain itu, pertumbuhan angkatan kerja bisa dite-
Bank Dunia memperkirakan, remitansi pekerja migran yang dikirim kan dari 2,4 persen pada periode tahun 2000-2005 menjadi 1,9 persen
ke negara asal pekerja tahun 2004 sebesar 175 miliar dollar AS. Dipe- pada periode tahun 2005-2009. Upaya lain termasuk transformasi sek-
rkirakan menjadi 250 miliar dollar AS bila remitansi tak tercatat dipe- tor informal ke formal dapat dipercepat. Baik di perkotaan maupun
rhitungkan. Bank Dunia memperkirakan tahun 2025 jumlah remitansi pedesaan, khususnya di sektor pertanian, perdagangan, jasa, dan in-
mencapai 772 miliar dollar AS. Potensi remitansi pekerja migran In- dustri. Jika semua ini hanya di atas kertas, maka kondisi menakutkan
donesia diharapkan mendapat perhatian Tim Ekonomi Presiden SBY itu bakal jadi nyata.
karena memiliki potensi ekonomi bila dikelola secara benar. Namun,
hak-hak lainnya dari pekerja migran harus pula memperoleh perhati-
an, seperti HAM, hak perempuan karena kebanyakan TKI Indonesia
adalah TKW. Hak pelindungan terhadap ketidakadilan si majikan di
negara tempat mereka bekerja, dan lain-lain.
Dalam upaya meningkatkan kualitas tenaga kerja Indonesia dan
siap berkompetisi di pasar kerja internasional. Maka pemberdayaan
lembaga pendidikan dan pelatihan ketenagakerjaan sangat perlu di-
lakukan. Namun untuk maksud ini diperlukan dukungan pendanaan
secara bertahap yang diperkirakan mencapai proporsi 20 persen dari
APBN. Tujuannya agar lembaga itu mampu mengacu pada Standar
Kompetensi Nasional (SKN). Pemberdayaan lembaga pendidikan
dan pelatihan di antaranya meliputi penyesuaian dan pengembangan
perangkat lunak, sumber daya manusia (SDM) serta manajemen-
nya. Sangat mendesak dilakukan usaha peningkatan kualitas tenaga
kerja yang produktif melalui jalur pendidikan, pelatihan, maupun
pengembangan karier di tempat kerja. Ketiga jalur tersebut harus di-
kembangkan secara terpadu dalam satu kesatuan sistem pengembangan
SDM Indonesia. Upaya lain mengarahkan kebijakan pendidikan pada
pembentukan pondasi serta kemampuan dasar SDM yang berkualitas,
terutama pendidikan bersifat umum dan akademis.
Penurunan jumlah dan tingkat pengangguran secara signifikan akan
terjadi di perkotaan bagi pengangguran muda usia, berpendidikan me-
nengah ke atas, dan juga bagi kelompok perempuan. Selain penurunan
pengangguran, juga akan terjadi penurunan jumlah setengah pengang-
guran yang signifikan. Terutama di sektor pertanian di pedesaan serta
pada kelompok umur muda dan berpendidikan rendah.
Khusus di sektor non pertanian, penurunan setengah penganggur­

200 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 201


Pangan Organik, bidang pertanian dan pangan organik.
Para konsumen pangan organik selalu merasa was-was dan ragu-
Potensi dan Peluang Ekspor ragu tentang kebenaran label pada produk pangan di supermarket.
Apakah produk yang berlabel organik itu benar-benar organik atau-
kah organik-organikan. Siapakah sebetulnya yang bertanggung jawab
dalam memastikan kepada konsumen bahwa produk-produk tersebut
benar organik? Konsumen berhak menuntut perlindungan tersebut.
ejarah peradaban bangsa-bangsa di dunia menunjukkan bahwa Namun konsumen masih sulit menentukan apakah produk-produk
berbagai upaya yang dilakukan berbagai bangsa untuk memper- yang sekarang beredar di beberapa supermarket itu benar-benar or-
tahankan dan meningkatkan kesehatan pada awalnya berbasis ganik. Mungkin, salah satu cara yang bisa dilakukan oleh konsumen
pada sumberdaya alam yang ada di sekitar. Demikian halnya dengan adalah mempertanyakan keberadaan lahan pertaniannya. Pihak pen-
nenek moyang kita, telah mempunyai pengalaman panjang dan turun jual, dalam hal ini supermarket bisa menyelidiki sumber dari sayuran
temurun dalam menyeleksi berbagai sumberdaya hayati di sekitarnya, tersebut apakah benar-benar organik. Dengan cara itu, pihak super-
yang mereka yakini bermanfaat meningkatkan kesehatan dan terapi market bisa meyakinkan konsumennya bahwa sayuran tersebut benar-
penyakit. benar organik.
Belakangan ini di mana-mana masyarakat kembali menggand­rungi
pola hidup para nenek moyang dulu. Gerakan Gaya Hidup Sehat Pertanian Organik: suatu Rekonstruksi Pertanian Modern
sedang melanda dunia, yang bertemakan “Back to Nature”. Gerakan Pertanian organik yang kelihatannya sekadar menanam tanpa pu-
tersebut dapat dianggap sebagai reaksi dari aksi berupa pola hidup puk kimia dan pestisida itu ternyata menjelma menjadi gerakan penya-
modern yang dianggap kurang sehat, sehingga menimbulkan berbagai daran. Bukan sekedar penyadaran bahwa kita terancam produk kimia,
macam penyakit. Gerakan kembali ke alam, artinya masyarakat men- tetapi juga penyadaran agar lepas dari hegemoni korporasi pemerintah
ginginkan sesuatu makanan yang benar-benar serba alami, terbebas dan perusahaan transnasional, seperti perusahaan pupuk, pestida dan
dari zat kimia berupa pestisida, hormon, dan pupuk kimia. Pangan perusahaan benih hibrida transnasional. Pertanian organik tidak hanya
organik yang dihasilkan oleh pertanian organik dianggap memenuhi dijadikan cara untuk menentukan masa depan pertanian, tetapi juga
persyaratan tersebut. Indonesia yang notabenenya sebagai negara menjadi bahasa advokasi organisasi non pemerintah (Ornop) terha-
agraris kaya sumberdaya alam, memiliki potensi besar mengembang- dap petani. Jika meminjam teori Postmodernisme dari filosuf Derrida,
kan pertanian organik, dan jika potensi ini digali, tidak hanya mampu pertanian organik adalah suatu rekonstruksi dari pertanian modern.
memenuhi permintaan pasar domestik, tetapi juga mampu memenuhi Pertanian organik berusaha merekonstuksi pertanian modern, di
permintaan pasar ekspor. samping menimbulkan dampak positif, juga menimbulkan dampak
Permintaan dunia akan pangan organik melonjak tajam, dan de- negatif bagi alam dan lingkungan serta kehidupan manusia di bumi.
mam pangan organik melanda dunia. Bukan saja di bidang pangan, Dampak negatif inilah yang ingin dikurangi bahkan kalau mungkin
tetapi juga meluas ke bidang bukan pangan. Di berbagai pasar swalay- ditiadakah oleh para pelopor pertanian organik, sehingga memberikan
an banyak dipajang dan dijual pangan organik. Sebagian besar masih manfaat yang lebih baik dan besar kepada kehidupan manusia dan
terbatas pada produk buah-buahan dan sayuran. Harganya bisa 3-4 lingkungan.
kali lebih mahal dibandingkan produk pangan non-organik. Diperki- Ornop beranggapan pemerintah dan perguruan tinggi berada di
rakan, pertumbuhan pasar pangan organik di Indonesia tidak akan balik konspirasi politik dagang Revolusi Hijau. Dikatakan, pemerin-
cepat bila tidak segera dikembangkan suatu sistem sertifikasi produk tah dan perguruan tinggi terlibat menjadi agen penjual pupuk kimia
dan pedoman pola sertifikasi pertanian organik. Pemerintah Indone- dan pestisida, tetapi tetap saja petani tidak sejahtera. Namun Ornop
sia relatif sangat lamban dalam merespons tantangan masyarakat di kurang menyadari bahwa Revolusi Hijau di zaman Orba memang di-

202 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 203


perlukan. Bisa dibayangkan kalau tidak dilakukan, Teori Malthus akan sehingga meminimalkan pencemaran tanah, udara, dan air di kawasan
berlaku, kelaparan akan terjadi karena produksi pangan tak mampu tanah tersebut.
mengimbangi laju pertambahan penduduk. IPB pernah diprotes dan Peternakan organik juga dimulai dengan pemberian ternak pakan
dianggap mendorong Revolusi Hijau, sehingga menimbulkan dampak bebas dari hormon pertumbuhan. Ternak tidak disuntik dengan anti-
negatif seperti saat ini. Para peneliti teruslah meneliti, pemerintah ter- biotik dan hormon tambahan lain. Jika sapi penghasil susu diternakan
uslah malaksanakan program-program yang diyakini menghasilkan di padang rumput organik, maka susu dan daging yang dihasilkan
manfaat bagi petani dan masyarakat. Para Ornop teruslah mencermati juga dikategorikan sebagai produk organik.
dan mengkritisi program-progrram pemerintah. Itulah diskursus yang Banyak petani organik percaya bahwa pertanian organik yang
akan melahirkan sebuah sintesis baru yang membawa kemaslahatan sukses dimulai dari tanahnya. Karena tanah yang sehat menghasil-
bagi petani dan masyarakat pada umumnya. kan tanaman yang sehat, dan pada gilirannya menghasilkan ternak
yang sehat begitu pula manusia yang mengkonsumsinya akan men-
Pertanian Organik Penghasil Pangan Organik jadi sehat. Pertanian organik mengusung penerapan rotasi penana-
Dari berbagai pendapatan para ahli, pertanian organik diartikan man dan tanaman penutup, serta menjaga keseimbangan hubungan
suatu metode produksi pertanian dan peternakan yang tidak meng- antara mangsa dengan predator. Residu organik serta nutrisi yang di-
gunakan bahan yang tidak diperbolehkan oleh Organic Standards, yaitu hasilkan dari pertanian disirkulasi kembali ke dalam tanah. Tanaman
pestisida tertentu, pupuk kimia, rekayasa genetik (Genetically Modified penutup dan kotoran kandang yang sudah dikomposkan digunakan
Organisms/GMO), antibiotik, dan hormon pertumbuhan. Prinsip uta- untuk mempertahankan kandungan organik dan kesuburan tanah.
ma produksi organik menurut Canada’s Organic Standards 2006, antara Metode pengendalian hama dan penyakit tanaman secara pencega-
lain: pertama, menjaga lingkungan hidup, meminimalkan perusakan han dijalankan, termasuk rotasi penanaman, genetik tanaman yang
tanah dan erosi, mengurangi polusi, mengoptimalkan produktifitas diperbaiki dan ditingkatkan kemampuannya, serta varietas yang lebih
biologis dan meningkatkan faktor kesehatan. Kedua, memelihara ke- tahan terhadap penyakit. Pengelolaan hama-penyakit tanaman secara
suburan tanah untuk jangka panjang dengan mengoptimalkan kon- alami dan sistem konservasi tanah adalah hal-hal yang harus dilaku-
disi aktivitas biologis pada tanah. Ketiga, memelihara keberagaman kan pada pertanian organik. Produksi pangan organik melarang peng-
biologis di dalam sistemnya. Keempat,daur ulang bahan-bahan dan gunaan bahan cair yang pekat atau pupuk mineral majemuk sintetis,
sumberdaya semaksimal mungkin dalam suatu usaha. Kelima, mem- pestisida majemuk sintetis, zat pengatur tumbuh/hormon, radiasi ion,
berikan kepedulian peningkatan kesehatan dan memenuhi kebutuhan dan hal-hal yang berkaitan dengan rekayasa genetik.
mendasar dari ternak. Keenam, menekankan proses produksi yang Pemberian sertifikat organik melarang penggunaan bahan-bahan
hati-hati agar dicapai integritas organik pada setiap tahapannya. Ketu- tersebut serta praktek-praktek yang berkaitan untuk waktu selama
juh, berpegang pada sumber daya yang dapat diperbaharui di dalam minimal 3 tahun. Pertanian organik menimbulkan banyak tantangan.
sistem pertanian yang diorganisasi secara lokal. Beberapa hasil pertanian malah lebih menantang dibandingkan lain-
Bapak teori organik, Dr.Henry Chang menyatakan bahwa “pa­ nya. Namun demikian, hampir seluruh komoditi pertanian dapat di-
ngan organik” berarti seluruh produk pertanian yang bebas dari pu- lakukan dengan cara organik.
puk kimia, bahan kimia atau bahan tambahan sejak permulaan, yaitu
seluruhnya alami, atau dengan kata lain pangan yang dihasilkan oleh Gaya Hidup Sehat dengan Pangan Organik
pertanian dan peternakan organik. Beberapa contoh cara-cara bertani Memasuki abad ke-21 banyak keluhan masyarakat tentang berbagai
organik adalah membajak tanah secara tradisional. Menggunakan penyakit seperti stroke, penyempitan pembuluh darah, pengapuran,
pupuk alami atau tanah yang memang subur. Memasukkan cacing dan lain-lain, yang disebabkan pola makan. Ancaman penyakit seperti
ke dalam tanah untuk menggemburkan tanah melalui kegiatan peng- kanker, lever, ataupun sakit ginjal ditengarai dampak dari makanan
galian lubang yang alami. Hal ini menyebabkan tanah dioksidasikan, tidak sehat. Budaya petani yang menggunakan pestisida kimia dengan

204 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 205


frekuensi dan dosis berlebih akan menghasilkan pangan yang mera- Kesadaran untuk hidup sehat di masyarakat, terutama di kota-kota
cuni tubuh konsumen, dan logam-logam berat yang terkandung dalam besar memang semakin meningkat. Peningkatan status ekonomi serta
pestisida akan masuk ke dalam aliran darah. Bahkan makan sayur kemudahan akses informasi dan pengetahuan mengenai gaya hidup
yang dulu selalu dianggap menyehatkan, kini juga harus diwaspadai sehat membuat masyarakat, khususnya kalangan menengah ke atas
karena sayuran disemprot pestisida kimia. Apalagi merebaknya kasus lebih memerhatikan kesehatan. Kini banyak orang mulai mengkon-
makanan mengandung formalin dan zat tambahan berbahan kimia, sumsi pangan organik untuk mencegah ataupun mengurangi semua
seperti pemanis, pewarna, pengawet dan penambah rasa, membuat penyakit tadi. Pada saat ini satu dari empat orang Amerika mengkon-
sebagian masyarakat memilih bahan pangan organik. sumsi produk organik. Di negara itu, laju pertumbuhan produk orga­
Rini Damayanti, dokter umum lulusan Universitas Pajajaran yang nik sangat luar biasa, yakni lebih dari 20 persen setiap tahunnya dalam
mendalami bidang nutrisi di SEAMEO Universitas Indonesia dan sepuluh tahun terakhir ini. Hal tersebut membuat pertanian organik
melanjutkan studi Natural Healing di Westbrook University, New Mex- tumbuh sangat cepat dalam mengisi sektor ekonomi.
ico, Amerika Serikat, mengatakan bahwa pestisida sintetis menimbul- Ada beberapa alasan mengapa harus mengkonsumsi Pangan Or-
kan dampak negatif langsung terhadap sistem neurotransmitter, sistem ganik, antara lain: (1) Terbebas dari pupuk dan pestisida kimia. (2)
endokrin/hormonal, meningkatnya zat karsinogen (pencetus kanker), Menyelamatkan generasi penerus. (3) Memperpanjang umur/usia ma-
dan tertekannya sistem imunitas atau kekebalan tubuh. Dikatakan, nusia. (4) Mencegah dari berbagai penyakit. (5) Mencegah cholesterol
tubuh manusia pada dasarnya tersusun dari ikatan garam organik. dalam tubuh. (6) Menyehatkan jasmani dan rohani. (7) Melindungi
Bahan kimia sintetis atau anorganik berupa logam berat dari polu- kualitas air, udara dan tanah. (8) Mencegah erosi tanah dan sistem
si, makanan, rokok, pestisida, dan pupuk dengan kandungan unsur ekologi tanah. (9) Produk organik lebih tahan lama dan rasa pangan
nitrogen, kalium dan fosfor berlebihan yang masuk tubuh akan sulit lebih enak. (10) Melindungi dan mendukung pertanian ramah ling-
dicerna dan diserap oleh sistern metabolisme tubuh. Dalam kondisi kungan. (11) Turut membantu pencegahan pemanasan global. (12)
ini sistem imun tubuh akan bekerja keras dengan mendetoksiknya. Ditanam dari lahan pegunungan yang sejuk, jernih dan alami dengan
Kemampuan detoksik setiap individu berbeda-beda, terutama pada sistem perairan yang sehat.
anak-anak dengan gangguan konsentrasi seperti autistik, sangat ren- Seorang ahli pangan asal China Dr. Henry Chang yang beremi-
dah. Akibatnya, zat-zat kimia anorganik terakumulasi, yang akhirnya grasi ke Amerika Serikat, telah menangkap peluang gaya hidup sehat
melemahkan fungsi organ tubuh. Dengan demikian tubuh menjadi masyarakat masa kini dengan mendirikan sebuah perusahaan organik
tidak peka, sistem alami tubuh yang mestinya memberi sinyal saat tu- internasional yang bernama Melilea (dalam bahasa mandarin artinya
buh terganggu, menjadi tumpul. Akibatnya, tiba-tiba tubuh ambruk berubah menjadi cantik) yang pabriknya berada di California, Ameri-
dengan kondisi yang parah. ka Serikat, memproduksi berbagai merek produk organik, yang dipa­
Di tengah hiruk-pikuk permasalahan makanan yang terkontami- sarkan ke seluruh dunia termasuk Indonesia dengan sistem jejaringan
nasi zat-zat berbahaya yang terkandung dalam berbagai jenis makan- dan berkantor pusat di Malaysia. Dr. Henry Chang yakin bahwa umur
an, salah satu dari sekian usaha untuk kembali hidup sehat adalah manusia dapat mencapai 100 tahun jika sejak lahir mengkonsumsi
mengkonsumsi pangan organik. Secara umum pangan organik adalah pangan organik. Akan tetapi sebagian besar manusia tidak dapat be-
makanan yang mempunyai standar kesehatan yang direkomendasi- rumur panjang karena makanan mereka tercemar bahan kimia. Hal
kan. Masyarakat Indonesia telah mengenal makanan organik sebelum ini mempengaruhi fungsi-fungsi sistem kekebalan mereka, sehingga
masa swasembada pangan berlangsung, namun masyarakat cenderung menga­kibatkan tekanan darah tinggi, kanker darah (leukimia) serta
mengenal dengan nama makanan alami. Pangan organik adalah ba- penyakit-penyakit masa kini lainnya. Pada dasarnya banyak negara
han pangan alami bermutu tinggi dengan kandungan vitamin, serat, di dunia telah setuju untuk menuju ke arah mencipta sebuah “bumi
mine­ral dan zat-zat lain yang berguna bagi tubuh, sehingga lebih sehat, organik”. Jika makanan organik menjadi popular di seluruh dunia,
aman dikonsumsi, serta tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. sehingga dapat mengubah kebiasaan makan dan minum kita, maka

206 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 207


tujuan ideal “hidup sehat”, panjang umur memang bukan hanya im- Kebiasaan internasional yang berlaku, Departemen Pertanian
pian. adalah competent authority dalam bidang produk pangan dan pertanian
organik, yang memberikan registrasi terhadap lembaga sertifikasi dan
Banyak Produk Organik Belum Disertifikasi sistem audit, sistem yang harus bersih dari korupsi, kolusi dan nepo-
Sertifikasi menjadi bahasan hangat pada pertengahan tahun 2003 tisme (KKN). Mungkin, sebagai pedoman dalam merancang Standar
hingga kini. Indonesia belum ada lembaga sertifikasi produk organ- Nasional Indonesia (SNI) di bidang produk pangan dan pertanian
ik, padahal pelaku, jenis komoditas, lokasi dan perdagangan pangan organik, Indonesia dapat menggunakan paling sedikit tiga referensi,
organik telah berkembang. Kekuatan sertifikasi adalah terjaminnya yaitu FAO/WHO Codex Alimentarius Commision (CAC), GL 29-
suatu produk karena telah memenuhi seluruh kaidah yang disyarat- 1999 dan Pedoman International Federation of Organic Agriculture
kan. Keuntungan yang didapatkan ada pada pihak produsen dan kon- yang dikeluarkan Indian Standard Committee.
sumen. Produsen memiliki posisi tawar yang lebih baik pada barang Meskipun disusun berdasarkan standar internasional, standar pa­
yang diproduksinya, sedangkan konsumen memiliki kepastian/jami- ngan organik Indonesia harus disesuaikan dengan kondisi lokal, kare-
nan terhadap barang/produk yang dikonsumsi. Karenanya, sertifikasi na jenis industri tersebut relatif masih sangat baru dan akan meng-
masih menjadi pekerjaan rumah yang belum terselesaikan, sehingga hadapi banyak hambatan dan kekurangan, sehingga perlu dilakukan
pernyataan mengenai produk organik harus disampaikan langsung pengecualian terhadap penggunaan beberapa bahan yang alami dan
oleh pelaku pertanian organik pada konsumennya. Pada kegiatan pro- non-organik yang dapat digunakan, tetapi harus dilakukan secara baik
mosi, pameran, negosiasi dan penjualan, pelaku pertanian organik ha- dengan rambu-rambu yang ketat. Contohnya, persyaratan bibit yang
rus terus-menerus menginformasikan bahwa produk yang dihasilkan dapat digunakan, karena ada peraturan yang mengharuskan bahwa
adalah produk organik. Dalam hal ini produsen yang harus berbicara bibit tidak boleh mengalami treatment. Barangkali untuk persyaratan
dan bukan produknya yang berbicara. tersebut perlu ada sedikit keleluasaan untuk dapat menggunakan treated
Hingga saat ini hampir sebagian besar produk pangan organik be- seed. Bahkan di Jepang peraturan yang mengharuskan menggunakan
lum disertifikasi. Beberapa perusahaan dan perorangan telah mengaju- organic seed baru diterapkan sekitar tahun 2005.
kan untuk disertifikasi, tetapi tidak diberi karena sejumlah syarat tidak
dipenuhi pemohon. Sementara itu, verifikasi lembaga yang memberi Indonesia ‘Go Organik 2010’
sertifikasi juga terhambat oleh perubahan lembaga otoritas kompeten Pertanian organik saat ini telah berkembang secara luas, baik dari
di Departemen Pertanian. Verifikasi diperlukan agar masyarakat per- sisi budidaya, sarana produksi, jenis produk, pemasaran, pengetahuan
caya terhadap kredibilitas lembaga penjamin pangan organik tersebut. konsumen dan organisasi/lembaga masyarakat yang menaruh minat
Direktur Lembaga Penjamin Pertanian Organik Indonesia Pra- pada pertanian organik. Perkembangan ini memang tidak terorganisir
woto (2007) di Bogor, seusai seminar mengenai sertifikasi pangan or- dan berkesan berjalan sendiri-sendiri. Namun demikian bila dicermati
ganik mengatakan, sebanyak 16 perusahaan telah mengajukan untuk ada kesamaan tujuan yang ingin dicapai oleh para pelaku pertanian
mendapat sertifikat produk pertanian organik. Akan tetapi, hingga organik yaitu menyediakan produk yang sehat, aman dan ramah ling-
sekarang enam dari 16 perusahaan yang mengajukan permohonan kungan.
belum mendapat sertifikat pertanian organik karena tidak memenuhi Memajukan pertanian organik diperlukan perencanaan dan im-
syarat. Prawoto mengatakan, salah satu syarat yang tidak dipenuhi plementasi yang baik secara bersamaan dan secara bersama antara
adalah soal dokumen mengenai usaha pertanian organik, antara lain pemerintah dan pelaku usaha. Sinergisme aktivitas dan pelaku usaha
mengenai peta lahan, data jenis tanaman, dan asal benih yang dita- dapat mempercepat pencapaian tujuan dari “Go Organik 2010” yaitu
nam. Umumnya mereka yang mengajukan permohonan sertifikasi ‘Indonesia sebagai salah satu produsen pangan organik utama dunia’.
tidak siap dengan dokumentasi ini. Padahal diperbolehkan data-data Kebijakan pemerintah ditujukan untuk menumbuhkan, memfasilitasi,
yang ada meski hanya satu musim tanam. mengarahkan dan mengatur perkembangan pertanian organik. De-

208 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 209


partemen Pertanian telah mencanangkan pertanian organik dengan pemahaman dan pelaksanaan pertanian organik oleh para pelaku
slogan ‘Go Organik 2010’. tetap terjadi perbedaan. Beberapa contoh perbedaan pemahaman
Pertanian organik dirancang pengembangannya dalam enam adalah: “seorang petani menyatakan bahwa produknya organik hanya
tahapan mulai dari tahun 2001 hingga tahun 2010, yaitu: (1) Tahun karena telah memakai pupuk organik”. Petani lainnya menyatakan,
2001 difokuskan pada kegiatan sosialisasi. (2) Tahun 2002 difokuskan produknya organik karena telah memakai pupuk serta pestisida or-
pada kegiatan sosialisasi dan pembentukan regulasi. (3) Tahun 2003 ganik dan hanya memakai sedikit pupuk/pestisida kimia”.
difokuskan pada pembentukan regulasi dan bantuan teknis. (4) Tahun
2004 difokuskan pada kegiatan bantuan teknis dan sertifikasi. (5) Ta- Pemasaran Produk Organik
hun 2005 difokuskan pada sertifikasi dan promosi pasar. (6) Tahun Menjaga kuantitas, kualitas dan kontinuitas merupakan aspek san-
2006 - 2010 terbentuk kondisi industrialisasi dan perdagangan. Taha- gat penting dalam pemasaran produk organik. Manajemen pemasaran
pan ini disusun dengan mempertimbangkan akan terciptanya kondisi produk organik menggabungkan antara ketersediaan produk dengan
yang kondusif dan konsistensi Departemen Pertanian dalam men- memberikan pelayanan kepada konsumen atau pelanggan. Konsep
jalankan programnya. Kondusif dan konsisten merupakan salah satu pemasaran organik meliputi lima hal yaitu bertahap, kebersamaan,
tolok ukur untuk menilai perjalanan dari program yang dikeluarkan pelayanan, keterbukaan, dan kepercayaan. Pemasaran produk organik
oleh pemerintah. sangat bersinggungan langsung dengan lingkungan saat ini, sehingga
Pada awal perkembangan pertanian organik, belum banyak data dalam pemasaran produk organik perlu strategi harga, pemilihan seg-
dan informasi ilmiah yang dapat disampaikan kepada masyarakat men pasar, sistem pelayanan, penyebaran gagasan organik bukan seke-
mengenai permasalahan yang berkembang. Namun inilah momentum dar promosi, dan membangun kepercayaan dan kebenaran. Penentuan
yang sangat baik bagi perkembangan pertanian organik selanjutnya. harga merupakan aspek penting dalam mengelola pasar. Penentuan
Minimnya data dan informasi tentang pertanian organik mendorong harga sangat berpengaruh terhadap konsumen dan produsen.
segenap elemen pembangunan pertanian untuk mendalami, meneliti Dalam pemasaran produk organik sebaiknya tidak menganut hu-
dan mencari lebih jauh tentang segala hal yang terkait dengan perta- kum penawaran-permintaan agar harga relatif stabil dan menguntung-
nian organik. kan kedua pihak. Konsumen diuntungkan karena memudahkan per-
Animo yang besar dari masyarakat mengenai pertanian organik encanaan belanja. Produsen juga diuntungkan karena memudahkan
tentunya harus diimbangi dengan regulasi atau pengaturan yang jelas perencanaan biaya produksi. Harga ditentukan oleh besarnya biaya
dari pemerintah. Hal ini penting karena di masyarakat pada periode produksi ditambah biaya operasional pasar seperti packing, pengang-
tahun 2002 telah muncul banyak pendapat dan pemahaman yang ber- kutan, penyimpan, seleksi, biaya antar, resiko kerusakan ditambah
beda mengenai pertanian organik. Departemen Pertanian pada tahun keuntungan produsen dan pedagang.
2002, membuat aturan dasar bagi pelaksanaan pertanian organik di Penentuan segmen pasar ada empat pilihan, yaitu konsumen, agen,
Indonesia yang disahkan dalam bentuk SNI Sistim Pangan Organ- toko (healthy shop), dan supermarket. Memelihara konsumen perlu
ik. Terbitnya SNI tersebut, pada satu sisi disambut dengan gembira dibangun pasar sendiri dengan membentuk jaringan yang kuat dan
karena dapat dijadikan acuan bagi pelaku pertanian organik. Pada sisi luas. Pengembangan dibentuk dengan memberikan pendidikan bagi
lain menimbulkan pertanyaan “apakah aturan tersebut dapat dilak- konsumen mengenai pertanian organik, pangan organik dan gaya
sanakan?” hidup sehat masa kini, sehingga konsumen memiliki bekal informasi
Pertanyaan tersebut menjadi wajar bila kita melihat isi dari SNI tentang pola hidup sehat dan kesadaran lingkungan. Agen merupakan
yang mengatur sangat ketat aspek budidaya hingga pemasaran. Pelaku kelompok dari konsumen yang terhimpun, sehingga memudahkan
pertanian organik yang baru memulai aktivitasnya merasa belum mam- penyaluran produk organik dalam jumlah besar. Toko (healthy shop)
pu untuk mengikuti dan mentaati keseluruhan aturan yang termuat merupakan tempat khusus untuk menyediakan produk pertanian or-
dalam SNI tersebut. Setelah munculnya SNI Sistim Pangan Organik ganik yang sehat. Supermarket merupakan alternatif tempat menjual

210 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 211


produk organik dan dari pihak pengelola supermarket diharapkan jelas pada tahun 2009 yang memacetkan ekspor produk-produk tekstil,
mengerti benar mengenai produk organik. Hukum dagang organik sepatu dan barang-barang manufaktur, dan produk-produk agribisnis
”melayani dan mencintai pelayanan, maka uang akan datang send- perkebunan, maka substitusi ekspor Indonesia harus dialihkan ke pan-
iri”. Pelayanan yang sungguh-sungguh dapat menguntungkan semua gan organik dan sekaligus menggali potensi besar pangan organik yang
pihak. Pelayanan yang menguntungkan orang lain akan memberikan dimiliki Indonesia. Pendapatan ekspor bahan pangan organik yang
motivasi pada konsumen tentang hidup menghargai orang lain supaya dihasilkan dari lahan 17 juta hektar tersebut diperkirakan mencapai
mereka pun melakukan hal yang sama. US$ 100 milyar per tahun. Secara umum, pendapatan rata-rata yang
Mengkonsumsi produk organik bukan tren, tetapi gaya hidup, akan diperoleh dari budidaya pertanian organik adalah sekitar US$
karena spiritualitas organik terletak pada bagaimana orang menghar- 6.000 per hektar (Prawoto, 2008). Secara makro, tentunya ini dapat
gai kehidupan dan hidupnya berguna bagi sesama. Gagasan organik menggerakkan roda perekonomian yang kini melambat akibat krisis
yaitu perkembangan mutu hidup selalu disebarluaskan agar timbul keuangan global yang menerpa Indonesia.
kesadaran hidup sehat, sederhana, dan tidak boros. Sebaliknya kalau Ketua Umum Masyarakat Pertanian Organik Indonesia (Mapo-
hanya sekedar promosi kadang sering menyesatkan dan bersifat sesaat. rina), Zaenal Sudjais yang mantan direksi PT. Pupuk Kaltim men-
Kepercayaan tidak datang mendadak. Membangun kepercayaan dan gatakan, Indonesia memiliki potensi besar mengembangkan pertanian
kebenaran memerlukan proses untuk mendapatkannya. Setiap orang organik karena tersedia lahan sangat luas dan terletak di daerah tropis.
mempunyai peranan untuk membangun kepercayaan, karena keper- Zaenal menggunakan data yang sedikit berbeda dengan Prawoto. Di-
cayaan timbul setelah adanya bukti. Untuk mendukung kepercayaan katakan bahwa Indonesia memiliki 20 persen lahan pertanian tropik
dari pelanggan dengan cara mengajak dan mengunjungi kebun orga­ dengan plasma nuftah yang sangat beragam serta ketersediaan bahan
nik dan menjelaskan proses produksi organik. organik yang melimpah, tetapi yang dimanfaatkan untuk pertanian or-
Kepercayaan yang dibangun dengan melihat kenyataan secara lang- ganik baru sekitar 40 ribu hektar atau 0,09 persen dari sekitar 44 juta
sung akan efektif karena kebenaran telah mereka temui sendiri. Selain hektar lahan tersedia. Jika potensi ini dikembangkan, dan merebut 10
itu untuk membangun pemasaran organik diperlukan faktor yang lain persen dari omset pasar global sebesar US$100 miliar per tahun, maka
yaitu membentuk asosiasi produsen (petani) organik, perkumpulan Indonesia berpeluang menambah devisa US$10 miliar per tahun dari
pelanggan, pemerhati lingkungan, dan pengusaha. ekspor produk organik. Ditambahkan bahwa konsumsi produk per-
tanian organik secara nasional dan global juga mengalami peningka-
Potensi dan Peluang Ekspor tan antara 20-25 persen setiap tahun, sehingga ke depan pangsa pasar
Indonesia sebagai negara agraris, memiliki potensi besar mengem- produk organik semakin terbuka luas.
bangkan pertanian organik. Indonesia memiliki 17 juta hektar lahan Permintaan konsumen terhadap produk organik terus meningkat.
kosong. Indonesia juga memiliki pertanian tradisional yang luas dan Itu disebabkan produk organik rasanya lebih enak, lebih sehat, dan
dikelola tanpa menggunakan bahan sintetis. Itu menjadi salah satu baik bagi lingkungan. Pada tahun 1998 pernah dilakukan survei di Er-
modal penting dalam mengembangkan pertanian organik. Produk opa dan hasilnya menunjukkan bahwa 94 persen responden membeli
buah-buahan seperti durian, manggis, salak, duku dan rambutan den- produk organik karena mereka sangat peduli akan kesehatan pribadi
gan mudah digolongkan ke dalam buah-buah organik. Demikian juga serta anggota keluarganya. Pangsa pasar dunia produk organik dalam
kopi lokal dan berbagai hasil pekarangan. Namun potensi yang begitu 10 tahun mendatang akan mencapai sekitar US$ 100 milyar.
besar ini belum digali secara optimal, yang berarti potensi devisa yang Di Amerika Serikat, pada tahun 1997, dilaporkan pangsa pasar
besar belum dapat diraih. produk organik sekitar US$ 3,5 milyar per tahun dan dalam tahun
Pertanian dan pangan organik dapat menjadi potensi besar bagi 2000 telah meningkat sekitar dua kali lipat. Produk organik yang bere-
pemulihan ekonomi Indonesia yang telah terperosok selama hampir dar di seluruh Jepang diperkirakan hanya meliputi sekitar 2-3 persen
5 tahun terakhir. Apalagi dampak krisis keuangan global baru tampak dari seluruh jumlah produksi sayuran. Di kota metropolitan Tokyo

212 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 213


saja, konsumsi sayuran per tahun ternyata sangat besar yaitu 1,8 juta
ton sayuran. Sekitar satu persen dari jumlah tersebut berupa sayuran Etika Bisnis dalam
organik. Tahun 1998, pangsa pasar produk organik di Inggris menca-
pai £ 260 juta dan tahun 2000 sudah meningkat mencapai £ 400 juta. Pengembangan Iptek
Sekitar 75 persen dari seluruh buah-buahan dan sayuran organik di
Inggris adalah produk impor.
Kenaikan permintaan pangan organik mencapai 20-30 persen per
tahun, bahkan untuk beberapa negara dapat mencapai 50 persen per da dua berita yang mempertanyakan apakah etika dan bisnis
tahun (Parwoto, 2008). Ini menunjukkan bahwa pangan organik me- berasal dari dua dunia berlainan. Pertama, melubernya lum-
miliki pangsa pasar sendiri yang potensial dalam pengembangan eko- pur dan gas panas di Kabupaten Sidoarjo yang disebabkan
nomi secara makro maupun mikro. Melihat peluang yang sangat besar eksploitasi gas PT Lapindo Brantas. Kedua, obat antinyamuk HIT
ini, berarti prospek permintaan pangan organik Indonesia sangat kuat, yang diketahui memakai bahan pestisida berbahaya yang dilarang
karenanya Indonesia sebaiknya mempersiapkan diri untuk meraih pel- penggunaannya sejak tahun 2004. Dalam kasus Lapindo, bencana
uang pasar tersebut. memaksa penduduk harus ke rumah sakit. Perusahaan pun terkesan
Melalui Sekretariat ASEAN dan Komisi Ekonomi dan Sosial Per- lebih mengutamakan penyelamatan aset-asetnya daripada mengatasi
serikatan Bangsa-Bangsa untuk Kawasan Asia Pasifik (UNESCAP), soal lingkungan dan sosial yang ditimbulkan.
negara-negara di wilayah itu bisa bertukar pengalaman dengan Uni Pada kasus HIT, meski perusahaan pembuat sudah meminta maaf
Eropa, AS, dan Jepang dalam pembangunan pertanian organik. China dan berjanji akan menarik produknya, ada kesan permintaan maaf
melalui China Green Food Association (CGFA) mulai memperda- itu klise. Penarikan produk yang kandungannya bisa menyebabkan
gangkan produk pertanian organik ke beberapa negara sejak beberapa kanker itu terkesan tidak sungguh-sungguh dilakukan. Produk berba-
tahun lalu. Tahun 2007 terdapat 22 perusahaan di China yang melaku- haya itu masih beredar di pasaran. Atas kasus-kasus itu, kedua peru-
kan ekspor produk organik. Strategi yang dilakukan CGFA adalah me- sahaan terkesan melarikan diri dari tanggung jawab. Sebelumnya, kita
ningkatkan pangan yang bebas polusi, mempercepat pengembangan semua dikejutkan dengan pemakaian formalin pada pembuatan tahu
pangan organik di tingkat lokal, memberi perhatian pada pelatihan dan pengawetan ikan laut serta pembuatan terasi dengan bahan yang
dan pemasaran produk organik, meningkatkan kemampuan manaje- sudah berbelatung.
men pangan organik, serta menjamin kualitas pangan organik itu. Dari kasus-kasus yang disebutkan sebelumnya, bagaimana perusa-
Hingga saat ini CGFA telah memberi status pangan organik terhadap haan bersedia melakukan apa saja demi laba. Wajar bila ada kesim-
200 produk seperti beras, buah-buahan, dan sayuran. pulan, dalam bisnis, satu-satunya etika yang diperlukan hanya sikap
baik dan sopan kepada pemegang saham. Harus diakui, kepentingan
utama bisnis adalah menghasilkan keuntungan maksimal bagi sharehol-
ders. Fokus itu membuat perusahaan yang berpikiran pendek dengan
segala cara berupaya melakukan hal-hal yang bisa meningkatkan ke-
untungan. Kompetisi semakin ketat dan konsumen yang kian rewel
sering menjadi faktor pemicu perusahaan mengabaikan etika dalam
berbisnis.
Namun, belakangan beberapa akademisi dan praktisi bisnis me-
lihat adanya hubungan sinergis antara etika dan laba. Menurut me-
reka, justru di era kompetisi yang ketat ini, reputasi baik merupakan
sebuah competitive advantage yang sulit ditiru. Salah satu kasus yang

214 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 215


sering dijadikan acuan adalah bagaimana Johnson & Johnson (J&J) lingkungan dan peningkatan environmental compliance bisa menaik-
menangani kasus keracunan Tylenol tahun 1982. Pada kasus itu, tujuh kan EPS (earning per share) perusahaan, mendongkrak profitability, dan
orang dinyatakan mati secara misterius setelah mengonsumsi Tylenol menjamin kemudahan dalam mendapatkan kontrak atau persetujuan
di Chicago. Setelah diselidiki, ternyata Tylenol itu mengandung racun investasi. Di tahun 1999, jurnal Business and Society Review menu-
sianida. Meski penyelidikan masih dilakukan guna mengetahui pihak lis bahwa 300 perusahaan besar yang terbukti melakukan komitmen
yang bertanggung jawab, J&J segera menarik 31 juta botol Tylenol di dengan publik yang berlandaskan pada kode etik akan meningkatkan
pasaran dan mengumumkan agar konsumen berhenti mengonsumsi market value added sampai dua-tiga kali daripada perusahaan lain yang
produk itu hingga pengumuman lebih lanjut. J&J bekerja sama dengan tidak melakukan hal serupa.
polisi, FBI, dan FDA (BPOM-nya Amerika Serikat) menyelidiki kasus Bukti lain, seperti riset yang dilakukan oleh DePaul University di
itu. Hasilnya membuktikan, keracunan itu disebabkan oleh pihak lain tahun 1997. DePaul University menemukan bahwa perusahaan yang
yang memasukkan sianida ke botol-botol Tylenol. Biaya yang dikelu- merumuskan komitmen korporat mereka dalam menjalankan prinsip-
arkan J&J dalam kasus itu lebih dari 100 juta dollar AS. prinsip etika memiliki kinerja finansial (berdasar penjualan tahunan/
Namun, karena kesigapan dan tanggung jawab yang mereka tun- revenue) yang lebih bagus dari perusahaan lain yang tidak melakukan
jukkan, perusahaan itu berhasil membangun reputasi bagus yang ma- hal serupa (Iman, 2006).
sih dipercaya hingga kini. Begitu kasus itu diselesaikan, Tylenol dilem-
par kembali ke pasaran dengan penutup lebih aman dan produk itu Praktik Bisnis Masih Abaikan Etika
segera kembali menjadi pemimpin pasar (market leader). Rukmana (2004) menilai praktik bisnis yang dijalankan selama
Secara jangka panjang, filosofi J&J yang meletakkan keselamatan ini masih cenderung mengabaikan etika, rasa keadilan dan kerapkali
konsumen di atas kepentingan perusahaan berbuah keuntungan lebih diwarnai praktik-praktik tidak terpuji atau moral hazard. Untuk men-
besar kepada perusahaan. Doug Lennick dan Fred Kiel, 2005 (dalam gantisipasi kondisi tersebut, diperlukan pemahaman dan implementasi
Itpin, 2006) penulis buku Moral Intelligence, berargumen, perusahaan- etika bisnis bagi para pelaku bisnis. Terutama etika bisnis yang sesuai
perusahaan yang memiliki pemimpin yang menerapkan standar etika dengan prinsip ekonomi syariah. Diakui, pemahaman para pelaku
dan moral yang tinggi terbukti lebih sukses dalam jangka panjang. Hal usaha terhadap ekonomi syariah selama ini masih cenderung pada sisi
sama juga dikemukakan miliuner Jon M Huntsman, 2005 (dalam It- ”emosional” saja. Terkadang mengenyampingkan konteks bisnis itu
pin, 2006) dalam buku Winners Never Cheat. Dikatakan, kunci utama sendiri. Padahal segmen pasar dari ekonomi syariah cukup luas, baik
kesuksesan adalah reputasinya sebagai pengusaha yang memegang itu untuk usaha perbankan maupun asuransi syariah. Dicontohkan,
teguh integritas dan kepercayaan pihak lain. Berkaca pada beberapa segmen pasar konvensional, meski tidak ”mengenal” sistem syariah,
contoh kasus itu, sudah saatnya kita merenungkan kembali cara pan- namun potensinya cukup tinggi. Mengenai implementasi etika bisnis
dang lama yang melihat etika dan bisnis sebagai dua hal berbeda. Me- tersebut, Rukmana mengakui beberapa pelaku usaha memang sudah
mang beretika dalam bisnis tidak akan memberi keuntungan segera. ada yang mampu menerapkan etika bisnis tersebut. Namun, karena
Karena itu, para pengusaha dan praktisi bisnis harus belajar untuk pemahaman dari masing-masing pelaku usaha mengenai etika bisnis
berpikir jangka panjang. Peran masyarakat, terutama melalui pemer- berbeda-beda selama ini, maka implementasinyapun berbeda pula.
intah, badan-badan pengawasan, LSM, media, dan konsumen yang Keberadaan etika dan moral pada diri seseorang atau sekelom-
kritis amat dibutuhkan untuk membantu meningkatkan etika bisnis pok orang sangat tergantung pada kualitas sistem kemasyarakatan
berbagai perusahaan di Indonesia. yang melingkupinya. Walaupun seseorang atau sekelompok orang
Sebuah studi selama dua tahun yang dilakukan The Performance dapat mencoba mengendalikan kualitas etika dan moral mereka, te-
Group, sebuah konsorsium yang terdiri dari Volvo, Unilever, Mon- tapi sebagai sebuah variabel yang sangat rentan terhadap pengaruh
santo, Imperial Chemical Industries, Deutsche Bank, Electrolux, dan kualitas sistem kemasyarakatan, kualitas etika dan moral seseorang
Gerling, menemukan bahwa pengembangan produk yang ramah atau sekelompok orang sewaktu-waktu dapat berubah. Baswir (2004)

216 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 217


berpendapat bahwa pembicaraan mengenai etika dan moral bisnis memiliki etika bisnis pasti manajer dan segenap karyawan memiliki
sesungguhnya tidak terlalu relevan bagi Indonesia. Jangankan masa- moral yang baik.
lah etika dan moral, masalah tertib hukum-pun masih belum banyak Uno (2004) membedakan pengertian etika dengan etiket. Etiket
mendapat perhatian. (sopan santun) berasal dari bahasa Prancis etiquette yang berarti tata
Sebaliknya, justru sangat lumrah di negeri ini untuk menyimpulkan cara pergaulan yang baik antara sesama menusia. Sementara itu etika,
bahwa berbisnis sama artinya dengan menyiasati hukum. Akibatnya, berasal dari bahasa Latin, berarti falsafah moral dan merupakan cara
para pebisnis di Indonesia tidak dapat lagi membedakan antara batas hidup yang benar dilihat dari sudut budaya, susila, dan agama.
wilayah etika dan moral dengan wilayah hukum. Wilayah etika dan Jika kata etika dikaitkan dengan kata bisnis akan menjadi Etika
moral adalah sebuah wilayah pertanggungjawaban pribadi. Sedangkan Binis (business ethics). Steade et al (1984: 701) dalam bukunya ”Busi-
wilayah hukum adalah wilayah benar dan salah yang harus dipertang- ness, Its Natura and Environment An Introduction” memberi batasan
gungjawabkan di depan pengadilan. Tetapi memang itulah kesalahan yakni, ”business ethics is ethical standards that concern both the ends
kedua dalam memahami masalah etika dan moral di Indonesia. Pen- and means of business decision making”.
campuradukan antara wilayah etika dan moral dengan wilayah hu- Definisi etika bisnis menurut Business & Society - Ethics and
kum seringkali menyebabkan kebanyakan orang Indonesia tidak bisa Stakeholder Management (Caroll & Buchholtz, ?: dalam Iman, 2006):
membedakan antara perbuatan yang semata-mata tidak sejalan dengan “Ethics is the discipline that deals with what is good and bad and with moral
kaidah-kaidah etik dan moral, dengan perbuatan yang masuk kategori duty and obligation. Ethics can also be regarded as a set of moral principles or
perbuatan melanggar hukum. Sebagai misal, sama sekali tidak dapat values. Morality is a doctrine or system of moral conduct. Moral conduct refers
dibenarkan bila masalah korupsi masih didekati dari sudut etika dan to that which relates to principles of right and wrong in behavior. Business eth-
moral. Karena masalah korupsi sudah jelas dasar hukumnya, maka ics, therefore, is concerned with good and bad or right and wrong behavior that
masalah itu haruslah didekati secara hukum. Demikian halnya dengan takes place within a business context. Concepts of right and wrong are increas-
masalah penggelapan pajak, pencemaran lingkungan, dan pelangga- ingly being interpreted today to include the more difficult and subtle questions
ran hak asasi manusia. of fairness, justice, and equity”.
Sim (2003) dalam bukunya Ethics and Corporate Social Respon-
Epistemologi Etika Bisnis sibility - Why Giants Fall, menyebutkan: “Ethics is a philosophical term
Jika menilik dari etika bisnis, dalam pengembangan iptek, ada em- derived from the Greek word “ethos,” meaning character or custom. This defini-
pat kata kunci, yaitu: etika, bisnis, dan (pengembangan) iptek, yang tion is germane to effective leadership in organizations in that it connotes an
satu kata dengan kata lainnya harus dikaitkan, sehingga dapat mem- organization code conveying moral integrity and consistent values in service to
beri makna terhadap tema. Oleh karena itu sebelum mengkaitkan satu the public”.
kata dengan kata lainnya, sebaiknya kita semua memahami arti dan Jadi, ada beberapa kata kunci di sini, yaitu:
makna masing-masing kata itu, sehingga akan diperoleh persepsi yang • Ethics: Is the discipline that deals with what is good and bad and with
sama terhadap tema. moral duty and obligation, can also be regarded as a set of moral prin-
Menurut Kamus Inggris Indonesia Oleh Echols and Shadily (1992: ciples or values.
219), Moral = moral, akhlak, susila (su=baik, sila=dasar, susila=dasar- • Ethical behavior: Is that which isaccepted as morally “good” and “right”
dasar kebaikan); Moralitas = kesusilaan; Sedangkan Etik (Ethics) = as opposed to “bad” or “wrong” in a particular setting.
etika, tata susila. Sedangkan secara etika (ethical) diartikan pantas, lay- • Morality: A system or doctrine of moral conduct which refers to prin-
ak, beradab, susila. Jadi kata moral dan etika penggunaannya sering ciples of right and wrong in behavior.
dipertukarkan dan disinonimkan, yang sebenarnya memiliki makna
dan arti berbeda. Moral dilandasi oleh etika, sehingga orang yang Etika bisnis sendiri terbagi dalam:
bermoral pasti dilandasi oleh etika. Demikian pula perusahaan yang • Normative ethics: Concerned with supplying and justifying a coherent

218 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 219


moral system of thinking and judging. Normative ethics seeks to uncover, pengertian ini etika diartikan sebagai aturan-aturan yang tidak dapat
develop, and justify basic moral principles that are intended to guide be- dilanggar dari perilaku yang diterima masyarakat sebagai ”baik (good)
havior, actions, and decisions (DeGeorge, 2002) atau buruk (bad)”. Catatan tanda kutip pada kata-kata baik dan buruk,
• Descriptive ethics: Is concerned with describing, characterizing, and yang berarti menekankan bahwa penentuan baik dan buruk adalah
studying the morality of a people, a culture, or a society. It also compares suatu masalah selalu berubah. Akhirnya, keputusan bahwa manajer
and contrasts different moral codes, systems, practices, beliefs, and values membuat tentang pertanyaan yang bekaitan dengan etika adalah kepu-
(Bunchholtz and Rosenthal, 1998). tusan secara individual, yang menimbulkan konskuensi. Keputusan ini
Memang diakui oleh Steade et al. (1984: 584) bahwa menunjuk se­ merefleksikan banyak faktor, termasuk moral dan nilai-nilai individu
suatu secara tepat yang merupakan perilaku bisnis secara etik bukan- dan masyarakat.
lah suatu tugas gampang. Dalam hal ini, beberapa penduduk menya- Secara sederhana etika bisnis dapat diartikan sebagai suatu aturan
makan perilaku secara etik (ethical behavior) dengan perilaku legal (legal main yang tidak mengikat karena bukan hukum. Tetapi harus diingat
behavior) – yaitu, jika suatu tindakan adalah legal (syah), mereka harus dalam praktek bisnis sehari-hari etika bisnis dapat menjadi batasan
dapat diterima. Kebanyakan penduduk, termasuk manajer, mengakui bagi aktivitas bisnis yang dijalankan. Etika bisnis sangat penting meng-
bahwa batas-batas legal pada bisnis harus dipatuhi. Namun, mereka ingat dunia usaha tidak lepas dari elemen-elemen lainnya. Keberadaan
melihat batas-batas legal ini sebagai suatu titik pemberangkatan untuk usaha pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhan masyara-
perilaku bisnis dan tindakan manajerial. kat. Bisnis tidak hanya mempunyai hubungan dengan orang-orang
Secara nyata, perilaku bisnis beretika merefleksikan hukum di­ maupun badan hukum sebagai pemasok, pembeli, penyalur, pemakai
tambah tindakan etika masyarakat, moral (kesusilaan), dan nilia-nilai dan lain-lain (Dalimunthe, 2004).
seperti digambarkan pada Gambar 3. Pada gilirannya formulasi hu- Etika dan moral (moralitas) sering digunakan secara bergantian
kum mengikuti suatu tindak-tanduk etika masyarakat dan hasilnya dan dipertukarkan karena memiliki arti yang mirip. Ini mungkin kare-
secara perlahan muncul dua, yaitu adanya suatu hubungan ”give-and na kata Greek ethos dari mana ”ethics” berasal dan kata latin mores
take” antara apa yang ”legal” dan apa yang ”cara etik”. dari mana ”morals” diturunkan keduanya artinya kebiasaan (habit)
atau custom (adat). Namun moral (morals) berbeda dari etika (ethics).
BEHAVIOR Di dalam moralitas terkandung suatu elemen-elemen normatif yang
GOVERNED BY tidak dapat dielakkan/dihindari (inevitable normative elements). Dengan
SOCIAL
SOCIETAL:
ACCEPTABLE
• VALUES
demikian, moral berhubungan dengan pembicaraan tidak hanya apa

= +
OR LEGAL yang dikerjakan, tetapi juga apa masyarakat seharusnya dikerjakan
• MORALS
“ETHICAL” BEHAVIOR
BUSINESS
• ETHICS dan dipercaya. Elemen-elemen normatif ini, atau ”keharusan (ought-
(WHICH ARE RESUMED ness)”, konflik dengan aspek-aspek perubahan etika bisnis.
BEHAVIOR
ALSO
TO BE LEGAL) Nilai-nilai (values) adalah standar kultural dari perilaku yang
diputuskan sebagai petunjuk bagi pelaku bisnis dalam mencapai dan
Gambar Elemen-Elemen Perilaku Bisnis Beretika
[Sumber: Steade et al., 1984: 584)] mengejar tujuan. Dengan demikian, pelaku bisnis menggunakan ni-
lai-nilai dalam pembuatan keputusan secara etik apakah mereka me-
Etika adalah suatu cabang dari filosofi yang berkaitan dengan nyadarinya atau tidak. Semakin lama, manajer bisnis ditantang me-
”kebaikan (rightness)” atau moralitas (kesusilaan) dari kelakuan ma- ningkatkan sensitivitas mereka terhadap permasalahan etika. Mereka
nusia. Kata etik juga berhubungan dengan objek kelakuan manusia di menekankan pada evaluasi secara kritis prioritas nilai-nilai mereka
wilayah-wilayah tertentu, seperti etika kedokteran, etika bisnis, etika untuk melihat bagaimana ini pantas dengan realitas dan harapan or-
profesional (advokat, akuntan) dan lain-lain. Di sini ditekankan pada ganisasi dan masyarakat.
etika sebagai objek perilaku manusia dalam bidang bisnis. Dalam

220 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 221


Etika Bisnis: Suatu Kerangka Global kriminal-pun ditempuh demi pencapaian suatu tujuan. Kalau sudah
Masalah etika dalam bisnis dapat diklasifikasikan ke dalam lima demikian, pengusaha yang menjadi penggerak motor perekonomian
kategori yaitu: Suap (Bribery), Paksaan (Coercion), Penipuan (Deception), akan berubah menjadi binatang ekonomi. Terjadinya perbuatan terce-
Pencurian (Theft), Diskriminasi tidak jelas (Unfair discrimination)(lihat la dalam dunia bisnis tampaknya tidak menampakkan kecenderungan.
Nofielman, ?), yang masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut: Sebaliknya makin hari semakin meningkat. Tindakan markup, ingkar
Pertama, Suap (Bribery), adalah tindakan berupa menawarkan, janji, tidak mengindahkan kepentingan masyarakat, tidak memperha-
memberi, menerima, atau meminta sesuatu yang berharga dengan tikan sumber daya alam maupun tindakan kolusi dan suap merupakan
tujuan mempengaruhi tindakan seorang pejabat dalam melaksanakan contoh pengabaian para pengusaha terhadap etika bisnis.
kewajiban publik. Suap dimaksudkan untuk memanipulasi seseorang Sebagai bagian dari masyarakat, tentu bisnis tunduk pada norma-
dengan membeli pengaruh. ‘Pembelian’ itu dapat dilakukan baik den- norma yang ada pada masyarakat. Tata hubungan bisnis dan masyara-
gan membayarkan sejumlah uang atau barang, maupun ‘pembayaran kat yang tidak bisa dipisahkan itu membawa serta etika-etika tertentu
kembali’ setelah transaksi terlaksana. Suap kadangkala tidak mudah dalam kegiatan bisnisnya, baik etika itu antara sesama pelaku bisnis
dikenali. Pemberian cash atau penggunaan callgirls dapat dengan mu- maupun etika bisnis terhadap masyarakat dalam hubungan langsung
dah dimasukkan sebagai cara suap, tetapi pemberian hadiah (gift) ti- maupun tidak langsung.
dak selalu dapat disebut sebagai suap. Tergantung dari maksud dan Dengan memetakan pola hubungan dalam bisnis seperti itu dapat
respons yang diharapkan oleh pemberi hadiah. dilihat bahwa prinsip-prinsip etika bisnis terwujud dalam satu pola hu-
Kedua, paksaan (Coercion), adalah tekanan, batasan, dorongan bungan yang bersifat interaktif. Hubungan ini tidak hanya dalam satu
dengan paksa atau dengan menggunakan jabatan atau ancaman. Coer- negara, tetapi meliputi berbagai negara yang terintegrasi dalam hu-
cion dapat berupa ancaman untuk mempersulit kenaikan jabatan, pe- bungan perdagangan dunia yang nuansanya kini telah berubah. Peru-
mecatan, atau penolakan industri terhadap seorang individu. bahan nuansa perkembangan dunia itu menuntut segera dibenahinya
Ketiga, penipuan (Deception), adalah tindakan memperdaya, me- etika bisnis. Pasalnya, kondisi hukum yang melingkupi dunia usaha
nyesatkan yang disengaja dengan mengucapkan atau melakukan ke- terlalu jauh tertinggal dari pertumbuhan serta perkembangan dibidang
bohongan. ekonomi.
Keempat, pencurian (Theft), adalah merupakan tindakan men- Jalinan hubungan usaha dengan pihak-pihak lain yang terkait be-
gambil sesuatu yang bukan hak kita atau mengambil properti orang gitu kompleks. Akibatnya, ketika dunia usaha melaju pesat, ada pihak-
lain tanpa persetujuan pemiliknya. Properti tersebut dapat berupa pihak yang tertinggal dan dirugikan, karena piranti hukum dan atur­
property fisik atau konseptual. an main dunia usaha belum mendapatkan perhatian yang seimbang.
Kelima, diskriminasi tidak jelas (Unfair discrimination), adalah Salah satu contoh yang selanjutnya menjadi masalah bagi pemerintah
perlakuan tidak adil atau penolakan terhadap orang-orang tertentu dan dunia usaha adalah masih adanya pelanggaran terhadap upah bu-
yang disebabkan oleh ras, jenis kelamin, kewarganegaraan, atau ruh. Hal lni menyebabkan beberapa produk nasional terkena batasan
agama. Suatu kegagalan untuk memperlakukan semua orang dengan di pasar internasional. Contoh lain adalah produk-produk hasil hutan
setara tanpa adanya perbedaan yang beralasan antara mereka yang yang mendapat protes keras karena pengusaha Indonesia dinilai tidak
‘disukai’ dan tidak. memperhatikan kelangsungan sumber alam yang sangat berharga.
Perilaku etik penting diperlukan untuk mencapai sukses jangka
Pentingnya Etika dalam Dunia Bisnis panjang dalam sebuah bisnis. Pentingnya etika bisnis tersebut berlaku
Perubahan perdagangan dunia menuntut segera dibenahinya eti- untuk kedua perspektif. Baik lingkup makro maupun mikro.
ka bisnis agar tatanan ekonomi dunia semakin membaik. Langkah Pertama, perspektif bisnis makro, yaitu, pertumbuhan suatu
apa yang harus ditempuh? Di dalam bisnis tidak jarang berlaku kon- negara tergantung pada market system yang berperan lebih efektif dan
sep tujuan menghalalkan segala cara. Bahkan tindakan yang berbau efisien daripada command system dalam mengalokasikan barang dan

222 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 223


jasa. Beberapa kondisi yang diperlukan market system untuk dapat efek- dan pikirannya terhadap benefit. Benefit terdiri dari pendapatan, peker-
tif, yaitu: (a) Hak memiliki dan mengelola properti swasta; (b) Kebe- jaan, kesejahteraan, pendidikan dan waktu luang. Beban terdiri dari
basan memilih dalam perdagangan barang dan jasa; dan (c) keterse- tugas kerja, pajak dan kewajiban social. (2) Keadilan retributif, yaitu
diaan informasi yang akurat berkaitan dengan barang dan jasa. Jika keadilan yang terkait dengan retribution (ganti rugi) dan hukuman atas
salah satu subsistem dalam market system melakukan perilaku yang kesalahan tindakan. Seseorang bertanggungjawab atas konsekuensi
tidak etis, maka hal ini akan mempengaruhi keseimbangan sistem dan negatif atas tindakan yang dilakukan kecuali tindakan tersebut dilaku-
menghambat pertumbuhan sistem secara makro. kan atas paksaan pihak lain. (3) Keadilan kompensatoris, yaitu keadi-
Pengaruh dari perilaku tidak etik pada perspektif bisnis makro yaitu, lan yang terkait dengan kompensasi bagi pihak yang dirugikan. Kom-
(a) Penyogokan atau suap. Hal ini akan mengakibatkan berkurangnya pensasi yang diterima dapat berupa perlakuan medis, pelayanan dan
kebebasan memilih dengan cara mempengaruhi pengambil keputusan. barang penebus kerugian. Masalah terjadi apabila kompensasi tidak
(b) Coercive act. Mengurangi kompetisi yang efektif antara pelaku bis- dapat menebus kerugian, misalnya kehilangan nyawa manusia.
nis dengan ancaman atau memaksa untuk tidak berhubungan dengan Apabila moral merupakan suatu pendorong orang untuk melakukan
pihak lain dalam bisnis. (c) Deceptive information. (d) Pecurian dan peng- kebaikan, maka etika bertindak sebagai rambu-rambu (sign) yang me-
gelapan. (e) Unfair discrimination. rupakan kesepakatan secara rela dari semua anggota suatu kelompok.
Kedua, perspektif bisnis mikro. Dalam lingkup ini perilaku etik Dunia bisnis yang bermoral akan mampu mengembangkan etika (pa-
identik dengan kepercayaan atau trust. Dalam lingkup mikro terdapat tokan/rambu-rambu) yang menjamin kegiatan bisnis yang seimbang,
rantai relasi di mana supplier, perusahaan, konsumen, karyawan sal- selaras, dan serasi. Etika sebagai rambu-rambu dalam suatu kelompok
ing berhubungan kegiatan bisnis yang akan berpengaruh pada lingkup masyarakat akan dapat membimbing dan mengingatkan anggotanya
makro. Tiap mata rantai penting dampaknya untuk selalu menjaga kepada suatu tindakan yang terpuji (good conduct) yang harus selalu
etika, sehingga kepercayaan yang mendasari hubungan bisnis dapat dipatuhi dan dilaksanakan.
terjaga dengan baik. Etika di dalam bisnis sudah tentu harus disepakati oleh orang-
Standar moral merupakan tolok ukur etika bisnis. Dimensi etik orang yang berada dalam kelompok bisnis serta kelompok yang terkait
merupakan dasar kajian dalam pengambilan keputusan. Etika bis- lainnya. Tentu dalam hal ini, untuk mewujudkan etika dalam berbisnis
nis cenderung berfokus pada etika terapan daripada etika normatif. perlu pembicaraan yang transparan antara semua pihak, baik pengu-
Dua prinsip yang dapat digunakan sebagai acuan dimensi etik dalam saha, pemerintah, masyarakat maupun bangsa lain agar jangan hanya
pengambilan keputusan, yaitu: (1) Prinsip konsekuensi (Principle of satu pihak saja yang menjalankan etika sementara pihak lain berpijak
Consequentialist) adalah konsep etika yang berfokus pada konsekuensi kepada apa yang mereka inginkan. Artinya kalau ada pihak terkait
pengambilan keputusan. Artinya keputusan dinilai etik atau tidak ber- yang tidak mengetahui dan menyetujui adanya moral dan etika, je-
dasarkan konsekuensi (dampak) keputusan tersebut. (2) Prinsip tidak las apa yang disepakati oleh kalangan bisnis tadi tidak akan pernah
konsekuensi (Principle of Nonconsequentialist) adalah terdiri dari rang- bisa diwujudkan. Jadi, jelas untuk menghasilkan suatu etika di dalam
kaian peraturan yang digunakan sebagai petunjuk/panduan pengam- berbisnis yang menjamin adanya kepedulian antara satu pihak dan pi-
bilan keputusan etik dan berdasarkan alasan bukan akibat, antara lain: hak lain tidak perlu pembicaraan yang bersifat global yang mengarah
(a) Prinsip Hak, yaitu menjamin hak asasi manusia yang berhubungan kepada suatu aturan yang tidak merugikan siapapun dalam pereko-
dengan kewajiban untuk tidak saling melanggar hak orang lain; (b) nomian.
Prinsip Keadilan, yaitu keadilan yang biasanya terkait dengan isu hak, Dalam menciptakan etika bisnis, Dalimunthe (2004) menganjurkan
kejujuran, dan kesamaan. untuk memperhatikan beberapa hal sebagai berikut: pertama, Pengen­
Prinsip keadilan dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu: (1) Keadilan dalian Diri, artinya pelaku-pelaku bisnis harus mampu mengendali-
distributif, yaitu keadilan yang sifatnya menyeimbangkan alokasi bene- kan diri mereka masing-masing untuk tidak memperoleh apapun dari
fit dan beban antar anggota kelompok sesuai dengan kontribusi tenaga siapapun dan dalam bentuk apapun. Di samping itu, pelaku bisnis

224 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 225


sendiri tidak mendapatkan keuntungan dengan jalan main curang mungkin tanpa mempertimbangkan lingkungan dan keadaan dimasa
atau memakan pihak lain dengan menggunakan keuntungan tersebut. datang, walaupun saat sekarang merupakan kesempatan untuk mem-
Walau keuntungan yang diperoleh merupakan hak bagi pelaku bisnis., peroleh keuntungan besar.
tetapi penggunaannya juga harus memperhatikan kondisi masyarakat Keenam, menghindari Sifat 5K (katabelece, kongkalikong, ko-
sekitarnya. Inilah etika bisnis yang ”etik”. neksi, kolusi dan komisi). Jika pelaku bisnis sudah mampu meng-
Kedua, pengembangan tanggung jawab sosial. Pelaku bisnis disini hindari sikap seperti ini, kita yakin tidak akan terjadi lagi apa yang
dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat. Bukan hanya da- dinamakan dengan korupsi, manipulasi dan segala bentuk permainan
lam bentuk ”uang” dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan curang dalam dunia bisnis ataupun berbagai kasus yang mencemarkan
lebih kompleks lagi. Artinya sebagai contoh kesempatan yang dimiliki nama bangsa dan negara.
oleh pelaku bisnis untuk menjual pada tingkat harga yang tinggi se- Ketujuh, mampu menyatakan yang benar itu benar. Artinya, kalau
waktu terjadinya excess demand harus menjadi perhatian dan kepedu- pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit (sebagai
lian bagi pelaku bisnis dengan tidak memanfaatkan kesempatan ini contoh) karena persyaratan tidak bisa dipenuhi, jangan menggunakan
untuk meraup keuntungan yang berlipat ganda. Jadi, dalam keadaan ”katabelece” dari ”koneksi” serta melakukan ”kongkalikong” dengan
excess demand pelaku bisnis harus mampu mengembangkan dan me- data yang salah. Juga jangan memaksa diri untuk mengadakan “kolu-
manifestasikan sikap tanggung jawab terhadap masyarakat sekitarnya. si” serta memberikan ”komisi” kepada pihak yang terkait.
Tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Resposibility, CSR) Kedelapan, menumbuhkan sikap saling percaya antar golongan
bisa dalam bentuk kepedulian terhadap masyarakait di sekitarnya, pengusaha. Untuk menciptakan kondisi bisnis yang ”kondusif ” ha-
terutama dalam hal pendidikan, kesehatan, pemberian latihan ke- rus ada sikap saling percaya (trust) antara golongan pengusaha kuat
terampilan, dan lainnya. dengan golongan pengusaha lemah, sehingga pengusaha lemah mam-
Ketiga, mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terom- pu berkembang bersama dengan pengusaha lainnya yang sudah be-
bang-ambing oleh pesatnya perkembangan informasi dan teknologi. sar dan mapan. Selama ini kepercayaan itu hanya ada antara pihak
Bukan berarti etika bisnis anti perkembangan informasi dan teknologi, golongan kuat, saat sekarang sudah waktunya memberikan kesempa-
tetapi informasi dan teknologi itu harus dimanfaatkan untuk menin- tan kepada pihak menengah untuk berkembang dan berkiprah dalam
gkatkan kepedulian bagi golongan yang lemah dan tidak kehilan- dunia bisnis.
gan budaya yang dimiliki akibat adanya tranformasi informasi dan Kesembilan, konsekuen dan konsisten dengan aturan main ber-
teknologi. sama. Semua konsep etika bisnis yang telah ditentukan tidak akan
Keempat, menciptakan persaingan yang sehat. Persaingan dalam dapat terlaksana apabila setiap orang tidak mau konsekuen dan kon-
dunia bisnis perlu untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas, tetapi sisten dengan etika tersebut. Mengapa? Seandainya semua etika bis-
persaingan tersebut tidak mematikan yang lemah. Sebaliknya harus nis telah disepakati, sementara ada ”oknum”, baik pengusaha sendiri
terdapat jalinan yang erat antara pelaku bisnis besar dan golongan maupun pihak yang lain mencoba untuk melakukan ”kecurangan”
menengah ke bawah, sehingga dengan perkembangannya perusahaan demi kepentingan pribadi, jelas semua konsep etika bisnis itu akan
besar mampu memberikan spread effect terhadap perkembangan seki- ”gugur” satu demi satu.
tarnya. Untuk itu dalam menciptakan persaingan perlu ada kekuatan- Kesepuluh, menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memi-
kekuatan yang seimbang dalam dunia bisnis tersebut. liki terhadap apa yang telah disepakati. Jika etika ini telah dimiliki
Kelima, menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan”. oleh semua pihak, jelas semua memberikan suatu ketentraman dan
Du­nia bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada kenyamanan dalam berbisnis.
saat sekarang, tetapi perlu memikirkan bagaimana dengan keadaan Kesebalas, perlunya sebagian etika bisnis dituangkan dalam sua-
di masa datang. Berdasarkan ini jelas pelaku bisnis dituntut tidak tu hukum positif yang menjadi peraturan perundang-undangan (Un-
meng-”ekspoitasi” lingkungan dan keadaan saat sekarang semaksimal dang-Undang Persaingan Usaha: Indonesia sudah punya, bahkan me-

226 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 227


miliki Komisi Pengawas Persaingan Usaha ). Hal ini untuk menjamin ring booming industri energi, Enron memosisikan dirinya sebagai energy
kepastian hukum dari etika bisnis tersebut, seperti ”proteksi” terhadap merchants, membeli natural gas dengan harga murah, kemudian dikon-
pengusaha lemah. Kebutuhan tenaga dunia bisnis yang bermoral dan versi dalam energi listrik, lalu dijual dengan mengambil profit yang
beretika saat sekarang ini sudah dirasakan dan sangat diharapkan se- lumayan dari markup sale of power atau biasa disebut “spark spread”.
mua pihak. Apalagi dengan semakin pesatnya perkembangan globali- Sebagai sebuah entitas bisnis, Enron pada awalnya adalah anggota
sasi dimuka bumi ini. Dengan adanya moral dan etika dalam dunia pasar yang baik. Mengikuti peraturan yang ada di pasar dengan seb-
bisnis serta kesadaran semua pihak untuk melaksanakannya, kita ya- agaimana mestinya. Pada akhirnya, Enron meninggalkan prestasi dan
kin jurang itu akan dapat diatasi. reputasi baik tersebut. Sebagai perusahaan Amerika terbesar ke dela-
Ahli pemberdayaan kepribadian Uno (2004) menjelaskan bahwa pan, Enron kemudian tersungkur kolaps pada tahun 2001. Tepat satu
mempraktikkan bisnis dengan etiket berarti mempraktikkan tata cara tahun setelah California energy crisis. Seleksi alam akhirnya berlaku. Pe-
bisnis yang sopan dan santun, sehingga kehidupan bisnis menyenang- rusahaan yang bagus akan mendapat reward, sementara yang buruk
kan karena saling menghormati. Etiket berbisnis diterapkan pada si- akan mendapat punishment. Termasuk juga pihak-pihak yang mendu-
kap kehidupan berkantor, sikap menghadapi rekan-rekan bisnis, dan kung tercapainya hal tersebut — dalam hal ini Arthur Andersen.
sikap di mana kita tergabung dalam organisasi. Itu berupa senyum ­ Bisa saja kita menipu seseorang, tetapi tak akan mungkin sela-
sebagai apresiasi yang tulus dan terima kasih ­ tidak menyalahgunakan manya menipu, kan? Apa enaknya hidup penuh tipu-tipu yang tidak
kedudukan, kekayaan, tidak lekas tersinggung, kontrol diri, toleran, akan pernah menentramkan batin. Kasus Enron membuktikan bahwa
dan tidak memotong pembicaraan orang lain. Dengan kata lain, eti- pelaku bisnis yang curang akan menunggu waktu saja masuk jurang.
ket bisnis itu memelihara suasana yang menyenangkan, menimbulkan Sedangkan yang jujur tidak akan pernah hancur dan menunggu waktu
rasa saling menghargai, meningkatkan efisiensi kerja, dan meningkat- saja untuk mujur. Hal ini dijustifikasi oleh hukum besi yang tidak bisa
kan citra pribadi dan perusahaan. dielakkan oleh siapapun karena menyangkut nasib manusia, terma-
Sedangkan berbisnis dengan etika bisnis adalah menerapkan atu- suk pelaku-pelaku bisnis kotor atau tidak beretika yang penuh tipu-
ran-aturan umum mengenai etika pada perilaku bisnis. Etika bisnis tipu yaitu, ”Hukum Sebab-Akibat”, ”Aksi-Reaksi”, dan ”Menabur-
menyangkut moral, kontak sosial, hak-hak dan kewajiban, prinsip- Menuai” adalah kebenaran sepanjang zaman, prinsip universal yang
prinsip dan aturan-aturan. Jika aturan secara umum mengenai etika telah ada sejak awal sejarah. Dalam Agama Hindu rangkuman ketiga
mengatakan bahwa berlaku tidak jujur adalah tidak bermoral dan ber­ hukum besi ini tidak lain adalah ”Karma Pahala”, di mana Karma
etika, maka setiap insan bisnis yang tidak berlaku jujur dengan pe- = Sebab, Aksi, Menabur, dan Pahala = Akibat, Reaksi, Menuai. Ar-
gawainya, pelanggan, kreditur, pemegang usaha maupun pesaing dan tinya, apapun yang diperbuat oleh seseorang, kelak itulah yang Dia
masyarakat, maka ia dikatakan tidak etis dan tidak bermoral. Intinya petik. Jika seseorang berbuat jahat terhadap orang lain, maka hasil
adalah bagaimana kita mengontrol diri kita sendiri untuk dapat men- kejahatan yang akan mereka nikmati. Sebaliknya jika perbuatan baik
jalani bisnis dengan baik dengan cara peka dan toleransi. mereka taburkan maka hasil perbuatan baik yang akan mereka tuai
atau hasilkan.
Tiga Prinsip Universal
Kasus yang paling gampang adalah Enron, sebuah perusahaan Etika Bisnis dalam Pengembangan Iptek: Suatu Sistem Proses
enerji yang sangat bagus. Sebagai salah satu perusahaan yang menik- Jika istilah etika, bisnis dan (pengembangan) Iptek dirangkai men-
mati booming industri energi di tahun 1990an, Enron sukses menyuplai jadi suatu ungkapan ”Etika Bisnis dalam Pengembangan iptek”. Ditin-
energi ke pangsa pasar yang begitu besar dan memiliki jaringan yang jau dari ilmu kesisteman akan menjadi sebuah sistem proses, yang
luar biasa luas. Enron bahkan berhasil mensinergikan jalur transmisi terdiri dari input, proses, output, dan outcome atau dampak. Nah
energinya untuk jalur teknologi informasi. Kalau dilihat dari siklus etika pengembangan iptek dalam skala komersial (bisnis) terletak pada
bisnisnya, Enron memiliki profitabilitas yang cukup menggiurkan. Sei­ outcome (dampak) dari iptek tersebut. Jika pengembangan iptek me-

228 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 229


Bidang Iptek Nuklir
nimbulkan dampak positif dikatakan bahwa iptek tersebut dilandasi
• SDM (Ahli bom atom Proses Bom Atom • Sumber energi listrik murah
oleh etika. Sebaliknya jika pengembangan iptek menimbulkan dam- dan TK) Pembuatan (dampak positif)
pak negatif dikatakan bahwa iptek tersebut tidak dilandasi oleh etika • Lahan dan bangunan Bom Atom • Mempercepat pemusnahan
(gambar 4). Jadi pengembangan iptek beretika atau tak beretika ter- • Manajemen (Einstein) umat manusia (dampak
• Bahan-bahan Radioaktif negatif)
gantung cara pandang sekompok masyarakat, yang umumnya antara • Keputusan politik
kelompok masyarakat saintist di satu pihak dan kelompok masyarakat Bidang Iptek Kedokteran
agamawan dan etikawan di lain pihak. • SDM (Dokter Ahli dibi- Proses Bayi Tabung • Menguntungkan Pasutri
dangnya dan TK) Cloning Ma- yang pembuahan sel telur
SDA • Laboratorium nusia sulit di dalam rahim (dam-
• Manajemen pak positif)
PENGEM- • Bahan-bahan sperma • Penyelamat pasutri tak su-
SDM
BANGAN IPTEK dan sel telur bur memperoleh keturunan
YANG
PRODUKSI IPTEK MEMBAWA • Keputusan bisnis dan langsung (dampak positif)
MANAJEMEN
(Etika Bisnis) IPTEK BERETIKA KEMASLA- pasangan suami-istri • Melanggar kodrat sebagai
BERETIKA BISNIS HATAN (pasutri) pasutri normal (anggapan
BISNIS SKALA UMAT
KOMERSIAL MANUSIA kaum agama dan etikawan)
R & D IPTEK
(Prototipe,
Proses, skala Etika Bisnis dalam Pengembangan Iptek: Perdebatan Belum Berujung
lab)

Overlap Area Ketika hasil cloning domba Dolly diumumkan pada tahun 1997,
para etikawan dan agamawan khususnya, serta ilmuwan umumnya
INPUT PROSES OUTPUT OUTCOME khawatir bahwa cloning yang dilakukan pada hewan akan ditingkat-
INPUT PROSES OUTPUT OUTCOME kan pada manusia. Meski ketika muncul terjadi silang pendapat an-
Gambar Proses Pengembangan Iptek yang Beretika Bisnis tara yang pro dan kontra, tetapi proyek cloning terus berlanjut. Tahun
2002, cloning memasuki tahap paling genting ketika Severino Antinori
Gambar 4. Proses Pengembangan Iptek yang Beretika Bisnis
Contoh: dan kawan-kawan dari Italia mengumumkan telah berhasil mencoba­
Input Proses Output Outcome nya kepada manusia. Apa yang dikawatirkan sebelumnya benar-benar
Bidang Iptek Hewan terjadi. Awal April 2002 hasil cloning manusia diumumkan “seorang
• Domba Proses Domba • Menguntungkan peternak wanita sedang mengandung bayi hasil cloning dengan usia kandungan
•Contoh:
SDM (peneliti + pekerja Cloning HE- Dolly tanpa perlu memelihara
• Manajemen WAN pejantan (dampak positif) dua bulan”. Masalahnya kemudian: ”yang bisa dilakukan tapi tak
INPUT PROSES OUTPUT OUTCOME
• R&D pendahuluan • Anak domba rentan penya- patut dilakukan” versus ”yang bisa dilakukan harus terus dilakukan”.
• Keputusan keilmuan kit (dampak negatif)
Bidang Iptek Hewan Sampai di mana keseimbangannya?.
Bidang Iptek Tanaman
• SDM (peneliti +TK) Proses Jagung dan • Menigkatkan produksi
Hasil cloning dikritik dan dikecam sebab berbagai uji coba pada
• Domba Proses Domba • Menguntungkan
• Lahan
• SDM (peneliti + Hybridisasi
Cloning HEWAN
Kapas
Dolly
jagung dan kapas
peternak tanpa (dampak
perlu
binatang menunjukkan banyak janin gugur sebelum lahir. Kalaupun
• Manajemen
pekerja Hibrida positif)
memelihara pejantan berhasil dilahirkan, hasil cloning itu umumnya rentan dan membawa
• Bahan tanaman
• Manajemen • Memusnahkan serangga
(dampak positif)
• Keputusan bisnis bermanfaat bagirentan
tanaman cacat lahir. Bila kelemahan-kelemahan itu dikenakan pada cloning ma-
• R&D pendahuluan • Anak domba
• Keputusan dan mencemari lingkungan
penyakit (dampak nusia, bukankah tindakan cloning akan mempermainkan harkat kema-
keilmuan (dampak negatif)
negatif) nusiaan? Kalau Dolly sekarang dikabarkan sakit-sakitan dan rentan
penyakit, bukankah cloning manusia yang kelak lahir bakal rentan
Bidang Iptek Tanaman penyakit dan sakit-sakitan pula? Bagaimana bisa dipertanggungjawa­
b­kan secara etik-agamis campur tangan manusia yang kelewat besar
• SDM (peneliti Proses Jagung dan Kapas • Menigkatkan produksi
+TK) jagung dan kapas
dalam karya cipta Tuhan?
Hybridisasi Hibrida
• Lahan (dampak positif)
• Manajemen • Memusnahkan
230 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 231
Kenyataannya perkembangan iptek sangat pesat. Sementara bio- Katolik setelah berusia 500 tahun adalah contoh klasik betapa agama
etika yang didasarkan atas penghargaan pada nilai-nilai iman berjalan selalu ketinggalan dibandingkan dengan iptek (Greg Soetomo, Sains
lamban, gamang, tergagap-gagap mengantisipasi loncatan-loncatan dan Religiusitas dalam Basis, Desember 1993: dalam Sularto, 2002).
hasil kerja iptek. Masyarakat ilmu pun semakin optimistis merasa Fenomena perkembangan pesat iptek ini merambah kehidupan ma-
mampu melawan pertimbangan iman. Kalau agamawan mengatakan nusia, berpengaruh pada dimensi batin manusia. Sebagian orang takut
semua usaha iptek termasuk cloning diarahkan pada kemaslahatan ma- menghadapi masa depannya, yang lain menganggap perkembangan
nusia, para ilmuwan pun bisa menunjukkan keuntungan yang sama. iptek sebagai bagian dari kekuasaan iptek yang makin tak terkendali.
Dengan membanggakan diri bahwa setiap langkah penelitian diper- Ajakan kembali ke alam, back to nature, atau caveat Jack Ellul tentang
tanggungjawabkan, para ilmuwan mau menunjukkan cara kerja iptek bahaya teknologi yang melihat kemajuan teknologi sebagai kemero-
bisa dipertanggungjawabkan. sotan moral sudah tidak memadai. Iman dalam hal ini agama perlu
Menurut Suria Sumantri (1985), etika (filsafat moral) adalah salah setiap saat mereduksi ajaran-ajaran moralnya.
satu cabang filsafat yang menata tentang kebenaran. Dicontohkan Dunia sains dan teknologi adalah dunia eksperimen dengan segala
etika dibidang ilmiah, proses menemukan kebenaran secara ilmiah rumusan matematis yang termasuk perlu mempertanggungjawabkan
mempunyai implikasi etik bagi seorang ilmuwan. Karakteristik proses setiap langkah yang dilakukan. Sains memang tak berurusan dengan
tersebut merupakan kategori moral yang melandassi sikap etik seorang iman, tetapi menjadi soal ketika hasil rekayasa genetika itu berurusan,
ilmuwan. Kegiatan intelektual yang mengedepankan kebenaran seba­ misalnya, dengan kisah penciptaan. Kitab suci akhirnya tak lagi satu-
gai tujuan akhirnya mau tidak mau akan mempengaruhi pandangan satunya sumber untuk menjelaskan fenomena penciptaan. Sumber lain
moral. Kebenaran berfungsi bukan saja dalam jalan pikirannya, tetapi yang sering dijadikan referensi adalah teori Pierre de Chardin dengan
juga dalam seluruh jalan hidupnya. Dalam usaha masyarakat untuk ungkapan terkenal creatio ex nihilo, penciptaan dari yang tiada. Rasio-
menegakkan kebenaran inilah, seorang ilmuwan terpanggil oleh ke- nalitas yang digambarkan oleh Karen Armstrong dalam History of God
wajiban sosialnya. Bukan hanya sebagai penganalis materi kebenaran memperjelas bagaimana penciptaan harus diterangkan. Albert Einstein
tersebut, tetapi juga sebagai prototipe moral yang baik. yakin teori relativitasnya tak akan mempengaruhi konsep ketuhanan.
Di bidang etika, tanggung jawab sosial ilmuwan bukan lagi mem- Relativitas adalah murni persoalan ilmu dan tak ada kaitan dengan
beri informasi, tetapi memberi contoh. Dia harus tampil di depan agama (Karen Armstrong, History of God, Ballantine Books, NY, 1993).
bagaimana caranya bersifat objektif, terbuka, menerima kritik, meneri- Namun, ketika orang Kristen dikecewakan ilmuwan semacam Stephen
ma pendapat orang lain, kukuh dalam pendirian yang dianggap benar, Hawking yang tak memberi ruang pada Tuhan dalam kosmologinya,
dan kalau perlu berani mengakui kesalahan. Semua sifat ini, beserta si- mereka mungkin berpikir Tuhan secara antropomorfik yang digam-
fat-sifat lainnya yang tak disebutkan di sini, merupakan implikasi etik barkan seperti manusia membuat sesuatu, tetapi disempurnakan lewat
dari proses penemuan kebenaran secara ilmiah. Di tengah situasi di creatio ex nihilo Pierre de Chardin (Cited by Sularto, 2002).
mana segenap nilai mengalami kegoncangan, seorang ilmuwan harus Kloning domba Dolly disebut sebagai hasil terobosan pengemban-
tampil ke depan. Pengetahuan yang dimilikinya merupakan kekua- gan iptek terpenting sepanjang tahun 1997, tetapi menurut Dr Kees
tan yang akan memberikan keberanian untuk menghadapi tantangan. Bertens etikawan dari Unika Atma Jaya Jakarta, terobosan ilmu be-
Demikian juga dalam masyarakat yang sedang membangun, dia harus lum tentu terpenting sebab menyisakan kontroversi dalam kaitan etika
bersikap sebagai seorang pendidik dengan memberikan suri teladan. (Pengklonan: Terobosan Ilmiah dan Tantangan Etik dalam Perspektif
Perkembangan iptek amat progresif dengan hasil-hasil mengejut- Etika, Kanisius, Yogyakarta 2001: dalam Sularto, 2002). Cloning tidak
kan. Para ilmuwan tak lagi menghargai iman. Sementara menempat- dilakukan hanya pada sel embrio, tapi juga pada sel dewasa. Cloning
kan sosok manusia lebih utuh, para agamawan dan etikawan hanya bi- sel dewasa pada mamalia ternyata bisa dilakukan dengan cara men-
cara soal akhirat dan pesan-pesan moral. Itu sebabnya terjadi benturan ciptakan duplikat. Rupanya tidak ada hambatan untuk menerapkan
antara sains dan agama. Kasus Galileo yang baru direhabilitasi Gereja teknik yang sama pada manusia. Persoalannya, apakah yang secara

232 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 233


teknis bisa dilakukan sudah patut dilakukan? 1999: Cited by Sularto, 2002).
Bertens membandingkan keadaan ini dengan laboratorium Skot- APAKAH alam dan iman, iptek dan agama, rekayasa genetik dan
landia yang menghasilkan domba Dolly. Ian Wilmut bersama timnya bioetika, harus menjadi tesis-antitesis atau pernyataan dan bantahan?
melakukan 277 percobaan untuk menciptakan embrio domba, tetapi Masing-masing memiliki prinsip dan pembenaran sendiri. Cloning ma-
hanya 29 embrio domba yang dapat hidup lebih dari enam hari. Se- nusia, misalnya, konon menjadi penyelamat bagi pasangan-pasangan
mua mati sebelum lahir, kecuali domba Dolly. Ketika proyek itu di- tak subur memperoleh keturunan langsung atau menguntungkan pa-
terapkan pada manusia, yang hasilnya diumumkan kepada khalayak sangan suami-istri (pasutri) yang pembuahan sel telur oleh sperma
umum, prinsip etik tertinggi bahwa manusia tidak bisa dijadikan mai- sulit di dalam rahim. Sementara itu para etikawan dan agamawan
nan bukan lagi sekedar persoalan agama secara institusional. Tetapi memegang teguh prinsip bahwa dalam iptek, tidak semua yang bisa
kemanusiaan pada umumnya. Penghargaan terhadap martabat manu- dilakukan patut dilakukan.
sia dikurangi. Tesis-antitesis ini menuntut moderasi: diperlukan satu sintesa, se-
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merumuskan, seperti halnya hingga bersama-sama mengarah pada tujuan kehidupan, yakni dihar-
dalam etika agama, cloning manusia harus ditolak terutama karena gainya martabat dan integritas kemanusiaan. Tujuan itu dikembang-
bertentangan dengan martabat dan integritas manusia. WHO mem- kan baik oleh rekayasa genetika maupun kelestarian prinsip-prinsip
pertegas campur tangan manusia dalam penciptaan terlalu besar. Pen- kemanusiaan yang abadi. Konkretnya, kalau salah satu peraturan
ciptaan manusia adalah hak dan kedaulatan Tuhan. Manusia tidak agama, katakan Gereja Katolik, memberi penegasan menolak bayi
boleh-meskipun bisa secara ilmu-dipermainkan. Kehormatan manusia tabung, maka pada akhirnya pilihan dikembalikan pada hati nurani
dari dirinya sendiri tidak bisa diganggu-gugat. Integritasnya sebagai tiap orang. Bahkan soal eutanasia, yakni kematian secara baik-baik,
manusia harus dihormati. Artinya, kalau cloning domba Dolly telah yang masih kontroversial, tetapi di Belanda baru saja diizinkan secara
terbukti menghadapi kerentanan yang tinggi, proyek cloning manusia undang-undang namun dilarang Gereja Katolik, halnya kelak bisa saja
semakin jelas tidak etik diteruskan. ”Nilai-nilai agama tak ada hu- berkembang ke arah: dikembalikan pada pilihan hati nurani dan dili-
bungan dengan nilai-nilai ilmu,” kata Dr Minda Peranginangin, seo- hat kasus per kasus.
rang teolog Kristen yang dengan tegar mengatakan, ”Kegiatan ilmu Bagaimana dengan cloning manusia? Paus Johanes Paulus II, pe-
harus dikontrol dan harus dikendalikan bioetika.” mimpin Gereja Katolik Roma, konsekuen dengan pendapatnya ketika
Penegasan Peranginangin analog dengan ”imperatif teknologi” isu cloning domba meledak tahun 1997. ”Itu merupakan eksperimen
menurut istilah Bertens: yang bisa dilakukan harus terus dilakukan. berbahaya”, apalagi terhadap manusia. Yang akan terjadi adalah eks-
Yang terjadi pada cloning manusia menjadi jelas ”imperatif teknolo- perimen cloning manusia jalan terus, kritik dan kecaman atas dasar
gi”. Bahkan ada yang mengatakan, penemuan cloning manusia analog prinsip-prinsip etika jalan terus. Masing-masing dengan argumenta-
dengan penemuan bom atom yang menghancurkan jutaan manusia sinya: demi kemaslahatan umat manusia. Etika agama ”yang bisa
pada tahun 1945. Memakai istilah keinsinyuran genetika atau rekaya- dilakukan belum tentu patut dilakukan” berhadapan dengan imperatif
sa genetika, budayawan dan rohaniman (almarhum) YB Mangunwi- teknologi ”yang bisa dilakukan harus dilakukan”.
jaya mengingatkan perlunya kontrol terhadap proses alami agar tidak Tantangan terhadap terobosan-terobosan semacam cloning manusia
menimbulkan kerusakan lingkungan. Jika temuan-temuan itu tidak menjadi pelecut, bukan hanya tantangan bagi dunia iptek seumum-
dikontrol dikhawatirkan akan menjadi monster-monster yang meng- nya, tapi juga etika keagamaan. Franz Magnis-Suseno SJ berpendapat,
ganggu lingkungan. Eric Houwink-rekan Mangunwijaya, seorang bio- dalam bukunya Etika Dasar, kaum agamawan pun memerlukan etika
teknolog-tentang proyek cloning manusia tidak melihat kepentingan dalam arti, memakai akal budi dan daya pikirnya untuk memecahkan
obyektif dan kegunaan medisnya (Bioteknologi Modern: Membawa masalah bagaimana harus hidup kalau ia mau menjadi baik. Orang
Kita Menuju Biosocietas? dalam Mengenang YB Mangunwijaya. beragama pun diharapkan menggunakan anugerah Sang Pencipta.
Pergulatan Intelektual dalam Era Kegelisahan, Kanisius, Yogyakarta Jangan sampai akal budi dikesampingkan dari agama. Itu sebabnya

234 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 235


justru kaum agamawan yang diharapkan betul-betul memakai rasio kan pada dogmatis telah berhasil dilakukan oleh Kiai Ahmad Dahlan
dan metode-metode etika. melalui ajaran Muhammadiyah (lihat Mulkan, 2005). Itu tercermin
Perdebatan etika dalam pengembangan Iptek adalah perdebatan melalui ungkapan yang sangat bagus yakni ”akal suci ialah berpikir
belum berujung antara kelompok saintis dan agamawan. Seperti dike- sesuai dengan fakta, cermat, dan kritis meletakkan relativitas kebena-
mukakan oleh Hatta (1960), ada perbedaan kesadaran antara ilmu ran iptek, mencari kebenaran yang lebih bermanfaat bagi hidup semua
(Iptek) yang dihasilkan oleh saintis dan etika yang berkaitan dengan orang. Hati suci dan welas asih ialah kesediaan menahan nafsu, ber-
agama yang dianut oleh agamawan, tetapi bukan pertentangan. Ilmu sedia berkorban, tidak malas memperjuangkan kebaikan dan kebena-
(Iptek) mengenai soal pengetahuan dan teknologi, sedang agama me- ran, menjadikan keluhuran dunia sebagai jalan mencapai keluhuran
nyangkut kepercayaan. akhirat.”
Pengetahuan dan kepercayaan adalah dua macam sikap yang ber- Realisasi tujuan tersebut dilakukan dengan mengembangkan seko-
lainan dari kesadaran manusia. Pelita Ilmu dan teknologi (Iptek) ter- lah modern, kepanduan, panti asuhan, rumah sakit, dan pemberday-
letak di OTAK, pelita agama terletak di HATI. Karena itu ilmu dan aan kaum tertindas dalam sistem manajemen dan organisasi modern.
agama dapat berjalan seiring dengan tiada mengganggu daerah ma­ Berbagai praktik ritus Islam difungsikan sebagai dasar teologi realisasi
sing-masing. Kedua-duanya dapat menjadi suluh bagi manusia dalam tujuan tersebut. Dari kehidupan kaum Nasrani dan temuan iptek, Kiai
menempuh jalan hidup. Itulah sebabnya, maka banyak ahli-ahli ilmu belajar tentang pengembangan kehidupan sosial. Dari tokoh pembaru
yang terbilang, terkenal pula sebagai orang-orang saleh dan percaya ia peroleh ide rasionalisasi ajaran Islam. Sementara dari fakta-fakta
benar-benar kepada Tuhan. Misalnya Issak Newton, seorang ahli ilmu sosiologis dan sejarah manusia diperolehnya inspirasi kerja pragmatis
alam yang kesohor namanya sepanjang masa. dan humanis.
Berkenaan dengan ilmu (Iptek) dan agama, Hatta (1960) mengajak Bersamaan itu Kiai terus mengembangkan praktik ritus Islam
kita semua memperhatikan dan memahami apa yang ditulis oleh Al- hingga benar-benar bisa memecahkan problem kebaikan hidup semua
bert Einstein (Out of My Later Years) tentang hubungan agama dan orang secara pragmatis dan praktis. Hal ini hanya mungkin dicapai
ilmu. Walaupun pahamnya terhadap agama berlainan dengan paham melalui aksi pendidikan, sehingga penguasaan iptek ia pandang bukan
penganut-penganut agama yang terbanyak. Einstein berkata: hidayah Tuhan, tapi perolehan belajar. Semua orang harus memiliki
“Sungguhpun daerah agama dan daerah ilmu terang terpisah, ter- etos belajar menjadi murid sekaligus guru. Seluruh kegiatan hidup ma-
dapat antara keduanya hubungan timbal-balik dan perlu-memerlukan. nusia harus berfungsi sebagai aktivitas belajar. Aktivitas belajar kepada
Benar agama yang menentukan tujuan hidup kita – sekalipun begitu semua orang atau sebagai guru penyebar ilmu kepada siapa saja dalam
ia pada umumnya belajar dari ilmu untuk mengetahui alat-alat mana kesempatan apa saja.
yang bagus dipergunakan untuk mencapai maksud yang dituju. Seba- Bagi Dahlan kebenaran dan kebaikan tidak semata-mata diperoleh
liknya ilmu hanya dapat dilahirkan oleh mereka yang jiwanya penuh dari tafsir deduktif Al Quran, tapi dari induksi (iptek) pengalaman
berisi tujuan untuk mencapai kebenaran dan pengertian. Sumber dari empiris beragam pemeluk agama. Ia memandang capaian keluhuran
pada perasaan ini terdapat dalam daerah agama. Di dalamnya ter- duniawi adalah jalan pencapaian keluhuran kehidupan sesudah mati
masuk kepercayaan tentang kemungkinan bahwa hukum-hukum yang di akhirat. Pandangan Dahlan ini berbeda dari model etika Protestan
berlaku untuk dunia lahir (dunia nyata) adalah rasional, artinya dapat yang meletakkan keluhuran duniawi sebagai bukti keluhuran dalam
diketahui dengan akal kita. Aku sebenar-benarnya tak dapat menerima kehidupan sesudah kematian atau ukhrowi tersebut.
adanya ilmu yang tak punya kepercayaan teguh seperti itu. Kedudu- Gagasan dan aksi sosial Ahmad Dahlan didasari pandangan ten-
kan itu dapat digambarkan sperti berikut: ilmu dengan tiada agama tang kesesuaian natural tafsir Al Quran, pengalaman kemanusiaan
lumpuh, agama dengan tiada ilmu buta.” universal, dan temuan iptek. Bagi Kiai, ukuran kebenaran tafsir Al
Memadukan dan mengharmonikan antara pandangan Iptek yang Quran dan temuan iptek ialah sejumlah bukti kemanfaatannya bagi
berlandaskan rasionalitas dengan pandangan agama yang berlandas- penyelesaian problem universal kemanusiaan. Gagasan dan praktik

236 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 237


kemanusiaan Dahlan tersebut mungkin dapat disebut sebagai terapan nusiaan dan campur tangan manusia yang kelewat besar dalam karya
dari pragmatisme-humanistik. Namun, tidak mudah menyatakan ber- cipta Tuhan (hanya bicara pada tataran dunia akhirat dan pesan-pesan
bagai pembaruan Kiai melalui berbagai praksis sosial itu dilakukan moral).
berdasarkan semangat Protestanisme • Sebuah contoh, silang pandangan standar etika pengembangan
Iptek cloning untuk tujuan bisnis? ”yang bisa dilakukan harus terus di-
Penutup lakukan” versus ”yang bisa dilakukan tapi tak patut dilakukan”. Sam-
Pertama, etika adalah suatu cabang dari filosofi yang berkaitan pai di mana keseimbangannya? Relatif, tergantung siapa memandang
dengan ”kebaikan (rightness)” atau moralitas (kesusilaan) dari perilaku dan dari sisi pandang mana?
manusia. Dalam pengertian ini etika diartikan sebagai aturan-aturan • Tesis-antitesis ini menuntut modernisasi: diperlukan satu sintesis,
yang tidak dapat dilanggar dari perilaku yang diterima masyarakat se- sehingga bersama-sama mengarah pada tujuan kehidupan, yakni di-
bagai ”baik (good) atau buruk (bad)”. Sedangkan Penentuan baik dan hargainya martabat dan integritas kemanusiaan. Semisal, kalau salah
buruk adalah suatu masalah selalu berubah. satu peraturan agama memberi penegasan menolak bayi tabung (clo-
Kedua, etika bisnis adalah standar-standar nilai yang menjadi pe- ning manusia), maka pada akhirnya pilihan dikembalikan pada hati
doman atau acuan manajer dan segenap karyawan dalam pengambi- nurani tiap orang dan dilihat kasus per kasus.
lan keputusan dan mengoperasian bisnis yang etik. Keenam, kaum agamawan dan etikawan perlu menerapkan etika
Ketiga, paradigma etika dan bisnis adalah dunia yang berbeda su- dalam arti, memakai akal budi dan daya pikirnya untuk memecahkan
dah saatnya dirubah menjadi paradigma etika terkait dengan bisnis masalah bagaimana harus hidup kalau ia mau menjadi baik. Orang
atau mensinergikan antara etika dengan laba. Justru di era kompetisi beragama pun diharapkan menggunakan anugerah Sang Pencipta.
yang ketat ini, reputasi perusahaan yang baik yang dilandasi oleh etika Jangan sampai akal budi dikesampingkan dari agama. Itu sebabnya
bisnis merupakan sebuah competitive advantage yang sulit ditiru. Oleh justru kaum agamawan yang diharapkan betul-betul memakai rasio
karena itu, perilaku etik penting diperlukan untuk mencapai sukses dan metode-metode etika.
jangka panjang dalam sebuah bisnis.
Keempat, perkembangan iptek sangat pesat. Sementara per-
kembangan etika di bidang Iptek biologi (bioetika) yang didasarkan
atas penghargaan pada nilai-nilai iman berjalan lamban, gamang dan
tergagap-gagap mengantisipasi loncatan-loncatan hasil kerja iptek. Ka-
sus Galileo yang baru direhabilitasi Gereja Katolik setelah berusia 500
tahun adalah contoh klasik betapa agama selalu ketinggalan diban-
dingkan dengan iptek.
Kelima, etik dan tak etik dalam pengembangan Iptek, esensinya terle-
tak pada persilangan persepsi antara Saintist dan Etikawan+Agamawan,
Alam dan iman, Iptek dan agama, dan Rekayasa genetik dan bioetika.
Apakah harus menjadi tesis-antitesis.
• Golongan saintis yakin dan dengan tegar terus melanjutkan eks-
perimentasi bahwa riset dan pengembangan Iptek akan membawa ke-
maslahan atau keuntungan umat manusia, hanya menunggu waktu
saja (bicara pada tataran dunia nyata).
• Golongan etikawan dan agamawan menganggap pengembangan
Iptek yang tidak terkontrol oleh etika mempermainkan harkat kema-

238 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 239


Daftar Bacaan Dalimunthe, Rita F. 2004. Etika Bisnis. Dalam Website Google: Etika Bisnis dan
Pengembangan Iptek.
Davis, H.J. and R.A. Golberg. 1957. A Concept of Agribusiness. Harvard Gradu-
ate School of Business Administration’. Boston, Massachusets.
Abdulah, Taufik (Editor). 1986. Agama, Etos Kerja dan Perkembangan Ekonomi. DeGeorge, R. 2002. Business Ethics. Upper Saddle River, N.J.: Prentice-Hall, 5
Penerbit LP3 ES, Jakarta. th Ed.
Adriani, Dessy. 2006. Keragaan Pasar Kerja Pertanian-Non Pertanian dan Migra- Departemen Pertanian dan Departemen Perindustrian. 1989. ‘Pengembangan
si Desa-Kota: Telaah Periode Krisis Ekonomi. Jurnal SOCA Vol. 6 No. 1 Agroindustri di Pedesaan. Buku I dan II.
Edisi Februari 2006. Penerbit Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Deptan. 1994. Bahan Ekspose Badan Agribisnis, Departemen Pertanian, Jakar-
Pertanian Universitas Udayana Denpasar Bali. Pp. 1-4. ta.
Antara, Made. 2000. Dampak Pengeluaran Pemerintah, Wisatawan dan Investasi Djulin, Adimesra dan Husni Malian. 2005. Struktur dan Integrasi Pasar Ekspor
Swasta Terhadap Kinerja Perekonomian Bali: Pendekatan Sosial Account- Lada Hitam dan Lada Putih di Daerah Produksi Utama. Jurnal SOCA
ing Matrix. Jurnal Ekonomi dan Keuangan Indonesia Volume XLVIII No. Vol. 5 No. 1 Edisi Februari 2005. Penerbit Jurusan Sosial Ekonomi Perta-
3 Tahun 2000, Hal 253-273. nian Fakultas Pertanian Universitas Udayana Denpasar, Bali. Pp. 16-20.
Antara, Made. 2001. Sistem Pengembangan Agribisnis Hortikultura Berkelanju- Downey, W. David and Steven P. Erickson. 1992. Manajemen Agri-bisnis (ter-
tan dan Berdaya Saing Tinggi di Kawasan Timur Indonesia. Jurnal SOCA jemahan). Penerbit Erlangga.
Vol. 1 No. 2 Edisi Juli 2001. Penerbit Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Echols, John M and Shadily, Hasan. 1992. Kamus Inggris Indonesia. Penerbit PT
Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Denpasar, Bali. Pp. 1-17. Gramedia, Jakarta.
Antara, Made. 2003. Nasib UKM Bali. Artikel dalam Harian Bali Post, Kamis Economica. 1984. Agribisnis: Masa Depan Perekonomian Indonesia. Diterbitkan
Pon, 26 Juni 2003. Hal 7. Penerbit Bali Post Group, Denpasar Bali. oleh Badan Otonomi “Economicas” FEUI. No. 13, Vol. VI 1984.
Antara, Made. 2005. Bahan Ajar Ekonomi Regional. Jurusan Sosial Ekonomi Elizabeth, Roosgandha. 2005. Keragaman Komoditi Lada Indonesia (Studi Ka-
Pertanian, Fakultas Pertanian Unud. sus di Kabupaten Bangka. Jurnal SOCA Vol. 5 No. 1 Edisi Februari 2005.
Antara, Made. 2005. Pola Pengembangan Agribisnis. Bahan Ajar Mata Kuliah Penerbit Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universi-
Manajemen Agribisnis. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Universitas tas Udayana Denpasar, Bali. Pp. 1-9.
Udayana. Elizabeth, Roosgandha. 2006. Restrukturisasi Ketenagakerjaan dalam Proses
Antara, Made. 2007. Kebutuhan Investasi Sektor Basis dan Non Basis dalam Modernisasi Berdampak Perubahan Sosial pada Masyarakat Petani. Jur-
Perekonomian Regional Bali. Jurnal SOCA Vol. 7 No. 2 Edisi Juli 2007. nal SOCA Vol. 6 No. 1 Edisi Februari 2006. Penerbit Jurusan Sosial Eko-
Penerbit Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universi- nomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Udayana Denpasar Bali.
tas Udayana, Denpasar Bali. Pp. 121-133. Pp. 13-20.
Arsyad, Lincoln. 1999. ’Ekonomi Pembangunan’. Edisi keempat, BPFE Yogya- Elizabeth, Roosgandha. 2007. Revitalisasi Ketenagakerjaan dan Kesempatan
karta. Kerja Terkait Strategi Kebijakan Pembangunan Pertanian dan Pedesaan.
Azis, Iwan Jaya. 1994. Ilmu Ekonomi Regional dan beberapa Aplikasinya di In- Jurnal SOCA Vol. 7 No. 3 Edisi November 2007. Penerbit Jurusan Sosial
donesia. Lembaga penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Denpasar
Ariani, Mewa. 2006. Perlunya Ketahanan Pangan Daerah untuk Mendukung Ter- Bali. Pp. 222-234.
capainya Program Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. Jur- Fatima, Imaculata. 2007. Strategi Pemasaran Kopi Bubuk Flores Nusa Tenggara
nal SOCA Edisi Khusus Desember 2006. Diterbitkan Oleh Jurusan Sosial Timur Trading Co. Ltd. (NTC) di Ruteng Kabupaten Manggarai, Provinsi
Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Denpasar Nusa Tenggara Timur. Jurnal SOCA Vol. 7 No. 1 Edisi Februari. Penerbit
Bali. Pp. 17-22. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Uda­
Baswir, Revrisond. 2004. Etika Bisnis. Dalam Kompas Senin, 08 Maret 2004. yana, Denpasar Bali. Pp. 1-11.
Penerbit PT Gramedia, Jakarta. Hatta, Mohammad. 1960. Pengantar ke Djalan Ilmu dan Pengetahuan. PT.
Buchholtz, R.A and S. B. Rosenthal. 1998. Business Ethics. Upper Saddle River, Pembangunan Djakarta. 31 Hal.
N.J.: Prentice Hall. Hendranata, Anton. 2007. Prediksi Tabel Input-Output Indonesia Secara Dina-
Dahl, C. and Hammond, W. 1977. Market and Price Analysis. McGraw-Hill mis Tahun 2000-2010 dengan Menggunakan Miotrina. Jurnal SOCA
Book Companny. Vol. 7 No. 2 Edisi Juli 2007. Penerbit Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian,

240 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 241


Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Denpasar Bali. Pp. 105-112. Kotler, Philip; Hermawan Kertajaya, Hool Den Huan, dan Sandra Liu. 2003.
Hoover, Edgar M. 1975. An Introduction to Regional Economics. Alfred A. Rethinking Marketing: Sustainable Market-ing Enterprise in Asia. PT
Knopf, New York, Second Edition. Gramedia, Jakarta.
Indraningsih, Kurnia Suci; Ashari, dan Friyatno, Supena. 2008. Strategi Peng- Krippendorf, J. 1991. Toward New Tourism Policies. In Managing Tourism, Ed-
embangan Model Kelembagaan Kemitraan Agribisnis Hortikultura di ited by Edlik, Butterworth-Heinemann, London. Pp. 307-317.
Bali. Jurnal SOCA Vol. 8 No. 2 Edisi Juli 2008. Diterbitkan Oleh Jurusan Malian, Husni dan Saptana. 2003. Dampak Peningkatan Tarif Impor Gula Terha-
Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Den- dap Pendapatan Petani Tebu. Jurnal SOCA Vol. 3 No. 2, Edisi Juli 2003.
pasar Bali. Pp. 111-118. Penerbit Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universi-
Irawan, Bambang. 2003. Agribisnis Hortikultura: Peluang dan Tantangan dalam tas Udayana, Denpasar Bali. Pp. 107-124.
Era Perdagangan Bebas. Jurnal SOCA Vol. 3 No. 2, Edisi Juli 2003. Pener- Mayrowani, Henny. 2006. Kinerja Agribisnis Sapi Potong Rakyat di Provinsi Jawa
bit Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Timur: Dampak Krisis Moneter dan Implementasi Kebijakan Otonomi
Udayana, Denpasar Bali. Pp. 146-160. Daerah. Jurnal SOCA Vol. 6 No. 3 Edisi November 2006. Penerbit Juru-
It Pin. 2006. Etika dan Bisnis. Dalam Kompas, Jumat 30 Juni 2006. san Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Udayana,
Friyatno, Supena dan Irawan, Bambang. 2002. Dampak Konversi Lahan Sawah Denpasar Bali. Pp. 223-232.
Terhadap Produksi Beras dan Kebijakan Pengendaliannya. Dalam Jurnal Mubyarto. 1983. Politik Pertanian dan Pembanguan Pedesaan. Penerbit Sinar
SOCA Vol. 2 No. 2, Edisi Juli 2002. Diterbitkan Oleh Jurusan Sosial Eko- Harapan, Jakarta. Cetakan Pertama, 300 hal.
nomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Denpasar Bali. Mulkhan, Abdul Munir. 2005. Etika Welas Asih dan Reformasi Sosial Budaya
Pp. 79-95. Kiai Ahmad Dahlan. Kompas 1 Oktober 2005. Penerbit PT Gramedia,
Friyatno, Supena; Samin, Bunasor; dan Syaf ’at, Nizwar. 2006. ”Dampak Pertum- Jakarta.
buhan Ekonomi Nasional Terhadap Pembentukan Gas Rumah Kaca dan Muslim, Chairul. 2006. Peranan Kelopok Peternak Sapi Potong dengan Pendeka-
Penurunan Kapasitas Sektor Ekonomi di Indonesia: Pendekatan Analisis tan Sistem Integrasi Padi Ternak (SIPT) di Nusa Tenggara Barat, Jawa
Input-Output. Jurnal SOCA Vol. 6 No. 2 Juli 2006. Penerbit Jurusan So- Timur dan Jawa Barat. Jurnal SOCA Vol. 6 No. 3 Edisi November 2006.
sial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Den- Penerbit Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universi-
pasar Bali. Pp. 105-115. tas Udayana, Denpasar Bali. Pp. 233-239.
Kadariah. 1981. Ekonomi Perencanaan. Lembaga Penerbit fakultas Ekonomi Muslim, Chairul dan Nurasa, Tjetjep. 2006. Kebijakan Pengembangan Ternak
Universitas Indonesia, Jakarta. sapi Potong di Wilayah Sentra Produksi Berbasis Tanaman Pangan (SIPT)
Kariyasa, Ketut dan Oka Adnyana, Made. 2006. Society Willingness to Pay di Indonesia. Jurnal SOCA Vol. 6 No. 3 Edisi November 2006. Penerbit
(WTP) to Environmentally Sound Agricultural Development Program. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Uday-
Dalam Jurnal SOCA Vol. 6 No. 2 Edisi Juli 2006. Penerbit Jurusan Sosial ana, Denpasar Bali. Pp. 217-222.
Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Denpasar Nofie, Iman. 2006. Etika Bisnis dan Bisnis Beretika. Dalam Website Google: Eti-
Bali. Pp. 142-151. ka Bisnis dan Pengembangan Iptek.
Kariyasa, Ketut. 2006. Perubahan Struktur Ekonomi dan Kesempatan Kerja serta Nurasa, Tjetjep dan Supriatna, Ade. 2005. Analisis Kelayakan Finansial Lada Hi-
Kualitas Sumberdaya Manusia di Indonesia. Dalam Jurnal SOCA Vol. 1 tam (Studi Kasus di Provinsi Lampung. Jurnal SOCA Vol. 5 No. 1 Edisi
No. 1 Edisi Februari 2006. Penerbit Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Februari 2005. Penerbit Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Per-
Fakultas Pertanian Universitas Udayana Denpasar Bali. Pp. 5-12. tanian Universitas Udayana Denpasar, Bali. Pp. 10-15.
Kohls, Rachard L. and Joseph N. 1972. Marketing of Agricultural Products. Mac- Nur Suhaeti, Rita dan Basuno, Edi. 2006. Integrasi Gender dalam Penguatan
millan Publishing Co, Inc. New York. Fifth Edition. Ekonomi. Jurnal SOCA Vol. 6 No. 1 Edisi Februari 2006. Penerbit Ju-
Kotler, Philip and Armstrong, G. 1990. Marketing An Introduction. Third Edi- rusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Udayana
tion. Prentice Hall. Denpasar Bali. Pp. 29-37.
Kotler, Philip. 1995. Manajemen Pemasaran (Terjemahan) Edisi Delapan Pener- Oka Adnyana, Made. 2006. Revitalisasi Pertanian Menuju Ketahanan Terlanjut-
bit Salemba Empat Jakarta. kan dalam Era Perdagangan Bebas. Jurnal SOCA Edisi Khusus Desember
Kotler, Philip. 1996. Manajemen Pemasaran. Analisis, Perencanaan, Implementa- 2006. Diterbitkan Oleh Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Per-
si, dan Pengendalian. Edisi Bahasa Indonesia. Terjemahan Jaka Wasana. tanian Universitas Udayana, Denpasar Bali. Pp. 1-16.
Penerbit Erlangga, Jakarta. Oka Adnyana, Made. Potensi Pengembangan Usaha Kecil Menengah Dalam Era

242 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 243


Otonomi Daerah. Jurnal SOCA Vol. 3 No. 1, Edisi Februari 2003. Pener- jakan Pemerintah Terhadap Agribisnis Jagung di Nusa Tenggara Barat
bit Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Pasca Krisis Ekonomi. Jurnal SOCA Vol. 2 No. 1, Edisi Februari 2002.
Udayana, Denpasar Bali. Pp. 1-16. Diterbitkan Oleh Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian
Oka Adnyama, Made and Adisetyanto. 2006. An Economic Evaluation of Multi- Universitas Udayana, Denpasar Bali. Pp. 16-30.
functional Roles of Agriculture Development in Indonesia: Case Study At Saragih, Bungaran. 1998. Agribisnis Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi
Citarum Watershed, West Java. Jurnal SOCA Vol. 6 No. 2 edisi Juli 2006. Berbasis Pertanian’. Editor Tungkot Sipayung, Jef R. Saragih dan Frans
Penerbit Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universi- B.M. Dabukke. Yayasan Mulia Persada Indonesia dan PT. Surveyor Indo-
tas Udayana, Denpasar Bali. Pp. 116-126. nesia bekerjasama dengan Pusat Studi Pembangunan IPB.
Prabowo, Hermans E. 2008. Penyusutan Lahan Isu Utama Ketahanan Pangan. Saragih, Bungaran. 2001. Pembangunan Sistem Agribisnis di Indonesia dan Per-
dalam Kompas, Sabtu 4 Oktober 2008. Penerbit PT. Gramedia, Jakarta. anan Public Relation. Jurnal SOCA Vol. 1 No. 2 Edisi Juli 2001. Penerbit
Prawoto, Agung. 2007. Produk Pangan Organik, Potensi Indonesia belum Opti- Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Uday-
mal. Dalam Website: google “Produk Organik”. ana, Denpasar, Bali. Pp. 18-23.
Rachbini, Didik J. 2002. Ekonomi Politik, Paradigma dan Teori Pilihan Publik. Saragih, Bungaran. 2001. Prospek Agribisnis 2001 dan Evaluasi Pembangunan
Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta. 2005 hal.. Pertanian 2000. Jurnal SOCA Vol. 1 No. 1 Edisi Februari 2001. Diterbit-
Rachman, Benny; Supriyati dan Friyatno, Supena. 2005. Ekonomi Kelembagaan kan Oleh Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universi-
Sistem Usahatani Padi di Indonesia. Jurnal SOCA Vol. 5 No. 2 Edisi Juli tas Udayana, Denpasar Bali. Pp. 147-148.
2005. Penerbit Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Uni- Saptana dan Rusastra, I Wayan. 2001. Dampak Krisis Moneter dan Kebijakan
versitas Udayana Denpasar, Bali. Pp. 123-128. Pemerintah Terhadap Daya Saing Agribisnis Ayam Ras Pedaging di Jawa
Rangkuti, Freddy. 2001. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Ce- Barat. Jurnal SOCA Vol. 1 No. 1 Edisi Februari 2001. Diterbitkan Oleh
takan ke-8.Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Uday-
Richardson, Harry W. 2001. Dasar-Dasar Ilmu Ekonomi Regional. Edisi Revisi, ana, Denpasar Bali. Pp. 94-12.
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Saptana. 2008. Keunggulan Komparatif-Kompetitif dan Strategi Kemitraan. Ju-
Rukmana. 2004. Etika Bisnis dalam Prinsip Ekonomi Syariah. Makalah Disaji- rnal SOCA Vol. 8 No. 2 Edisi Juli 2008. Diterbitkan Oleh Jurusan Sosial
kan pada Seminar “Etika Bisnis dalam Pandangan Islam” yang Diseleng- Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Denpasar
garakan oleh Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia Cabang Bandung, sabtu Bali. Pp. 140-152.
6 Maret 2004. Saptana, Ashari dan Bambang Sayaka. 2008. Struktur Penguasaan dan Kelem-
Rusastra, I W. dan G.S. Budhi. 1997. Konversi Lahan Pertanian dan Strategi An- bagaan Lahan di Lahan Sub Optimal dan Implikasinya Bagi Peningkatan
tisipatif dalam Penanggulangannya. Jurnal Penelitian dan Pengembang­ Produksi Padi. Jurnal SOCA Vol. 8 No. 3 Edisi November 2008. Penerbit
an Pertaanian. Volume XVI, Nomor 4 : 107–113. Badan Penelitian dan Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Udaya-
Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Bogor. na Denpasar, Bali. Pp.230-242.
Rusatra, I.W., G.S. Budhi, S. Bahri, K.M. Noekman, M.S.M. Tambunan, Suna- Saptana, Tri Panaji, Tarigan, Herlina, dan Setianto, Adi. 2005. Analisis Kelemba-
rsih dan T. Sudaryanto. 1997. Perubahan Struktur Ekonomi Pedesaan: gaan Pengendalian Hama Terpadu Mendukung Agribisnis Kopi Rakyat
Analisis Sensus Pertanian 1983 dan 1993. Laporan Hasil Penelitian. Pusat Dalam Rangka Otonomi Daerah. Jurnal SOCA Vol. 5 No. 2 Edisi Juli
Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Badan Penelitian dan Pengemban- 2005. Penerbit Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Uni-
gan Pertanian Departemen Pertanian. Bogor.Pusat Penelitian Sosial Eko- versitas Udayana Denpasar, Bali. Pp. 137-147.
nomi Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departe- Siagian, Victor. 2004. Efisiensi Unit-Unit Kegiatan Ekonomi Industri Gula yang
men Pertanian. Bogor. Menggunakan Proses Karbonatasi di Indonesia. Jurnal SOCA Vol. 4 No.
Rusastra, Wayan; Hendiarto; Noekman, Khairina M.; Supriatna, Ade, Sejati, Wa- 3 Edisi November 2004. Penerbit Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fa-
hyuning K., dan Hidayat. 2005. Kinerja dan Perspektif Pengembangan kultas Pertanian Universitas Udayana Denpasar, Bali. Pp. 233-239.
Model Agropolitan dalam Mendukung Pengembangan Ekonomi Wilayah Sims, R. 2003. Ethics and Corporate Social Responsibility - Why Giants Fall. C.T.
Berbasis Agribisnis. Jurnal SOCA Vol. 5 No. 2 Edisi Juli 2005. Penerbit Greenwood Press.
Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Udaya- Sinaga, M. Bonar dan Rum Alim, Moch. 2007. Keterkaitan Sektor Ekonomi dan
na Denpasar, Bali. Pp. 148-157. Distribusi Pendapatan di Jawa: Pendekatan Social Accounting Matrix. Ju-
Sadikin, Ikin. 2000. Analisis Daya Saing Komoditi Jagung dan Dampak Kebi- rnal SOCA Vol. 7 No. 2 Edisi Juli 2007. Penerbit Jurusan Sosial Ekonomi

244 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 245


Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Denpasar Bali. Pp. Sumaryanto dan I W. Rusastra. 2000. Struktur Penguasaan Tanah dan Hubun-
113-120. gannya dengan Kesejahteraan Petani. Prospektif Pembangunan Pertanian
Sinuraya, Julia Forcina dan Saptana. 2007. Migrasi Tenagakerja Pedesaan dan dan Pedesaan di Era Otonomi Daerah. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi
Pola Pemanfaatannya. Jurnal SOCA Vol. 7 No. 3 Edisi November 2007. Pertanian, Bogor.
Penerbit Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universi- Supriatna, Ade. 2008. Aksesibilitas Petani Kecil pada Sumber Kredit Pertanian
tas Udayana, Denpasar Bali. Pp. 235-244. di Tingkat Desa: Studi Kasus Petani Padi di Nusa Tenggara Barat. Jurnal
Siregar, Hermanto dan Sudwika, Tatan. 2007. Faktor-faktor yang Mempengaruhi SOCA Vol. 8 No. 2 Edisi Juli 2008. Diterbitkan Oleh Jurusan Sosial Eko-
Kinerja Pasar Tenagakerja dan Implikasi Kebijakannya Terhadap Sektor nomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Denpasar Bali.
Pertanian di Kabupaten Bogor. Jurnal SOCA Vol. 7 No. 3 Edisi Novem- Pp. 134-139.
ber 2007. Penerbit Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Suria Sumantri, Yuyun. 2005. Pengantar Filsafat Ilmu. Penerbit PT Sinar Hara-
Universitas Udayana, Denpasar Bali. Pp. 213-221. pan, Jakarta.
Siregar, Masdjidin. 2003. Tinjauan Kebijakan Perdagangan Komoditi Kedele. Ju- Susilowati, Sri Hery dan Sinaga, M. Bonar. 2007. Dampak Kebijakan Ekonomi
rnal SOCA Vol. 3 No. 2, Edisi Juli 2003. Penerbit Jurusan Sosial Ekonomi di Sektor Agroindustri Terhadap Distribusi Pendapatan Sektoral, Tenaga­
Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Denpasar Bali. Pp. kerja dan Rumahtangga di Indonesia: Analisis Neraca Sosial Ekonomi.
138-145. Jurnal SOCA Vol. 7 No. 2 Edisi Juli 2007. Penerbit Jurusan Sosial Eko-
Siregar, Masdjidin dan Rusastra, I Wayan. 2003. Kebijakan Tarif Impor Paha nomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Denpasar Bali.
Ayam dalam Melindungi Industri Perunggasan Nasional. Jurnal SOCA Pp. 134-142.
Vol. 3 No. 2, Edisi Juli 2003. Penerbit Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Swastika, Dewa K.S. and Rachmat Hendayana. The Performance Of Corn
Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Denpasar Bali. Pp. 125-137. Production System in West Nusa Tenggara. Jurnal SOCA Vol. 2 No. 1,
Sitepu, Rasidin K. dan Sinaga, M. Bonar. 2007. Dampak Investasi Sumberdaya Edisi Februari 2002. Diterbitkan oleh Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian,
Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan di Indone- Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Denpasar Bali. Pp. 1-8.
sia: Pendekatan Model Computable General Equilibrium. Jurnal SOCA Syafa’at, N., H.P. Saliem dan Saktyanu, K.D. 1995. Faktor-Faktor yang Mempen-
Vol. 7 No. 2 Edisi Juli 2007. Penerbit Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, garuhi Konversi Sawah di Tingkat Petani. Prosiding Pengembangan Hasil
Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Denpasar Bali. Pp. 153-157. Penelitian “Profil Kelembagaan Pemanfaatan Sumberdaya Pertanian, dan
Sriati; Junaidi, Julian; dan Gusnita, Lisa Asri. 2008. Pola Kemitraan antara Pe- Prospek Pengembangan Agribisnis di Indonesia. Buku 1: 42 – 56. Pusat
tani Tebu Rakyat dengan PTPN VII Unit Usaha Bungamayang Dalam Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Penelitian dan Pengemban-
Usahatani Tebu: Kasus di Desa Karang Rejo Kecamatan Sungai Selatan, gan Pertanian, Departemen Pertanian. Bogor.
Lampung Utara. Jurnal SOCA Vol. 8 No. 2 Edisi Juli 2008. Diterbitkan Syam, Amiruddin. 2004. Efisiensi Produksi Komoditi Lada di Provinsi Bangka-
Oleh Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Belitung. Jurnal SOCA Vol. 4 No. 3 Edisi November 2004. Penerbit Juru-
Udayana, Denpasar Bali. Pp. 119-126. san Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Udayana
Steade, Richard D.; Lowry James R., and Gloss, Raymond E. 1984. Business, Its Denpasar, Bali. Pp. 240-251.
Nature and Environment An Introduction. South-Western Publishing Co, Tambunan, Mangara. 2001. Perkiraan Dampak Krisis Keuangan Terhadap Eko-
Cincinnati-Palo Alto, California.729 p. nomi, Khususnya Sektor Pertanian dan Agribisnis di Indonesia. Jurnal
Sudana, Wayan, Sudiono, Sunar, dan Sujatno. 2002. Perilaku Perberasan di Jawa SOCA Vol. 1 No. 1 Edisi Februari 2001. Diterbitkan Oleh Jurusan Sosial
Timur. Jurnal SOCA Vol. 2 No. 2 Edisi Juli 2002. Diterbitkan Oleh Juru- Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Denpasar
san Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Uda­yana, Bali. Pp. 75-88.
Denpasar Bali. Pp. 96-106. Todaro, Michael P. 1983. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga (Terjemahan).
Sudita, Made dan Antara, Made. 2006. Nilai Sosial Ekonomi Air di Kawasan Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.
Pura Tirta Empul Desa Manukaya, Kabupaten Gianyar, Bali: Suatu Pen- Todaro, Michaerl P. 1986. Perencanaan Pembangunan, Model dan Metode.
dekatan Ekonomi Lingkungan. Jurnal SOCA Vol. 6 No. 2 edisi Juli 2006. Penerbit Intermedia, Jakarta.
Penerbit Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universi- Umar, Husein. 1999. Riset Strategi Perusahaan. PT Gramedia Pustaka Utama.:
tas Udayana, Denpasar Bali. Pp. 156-165. Jakarta.
Sularto, St. 2002. Pengembangan Iptek Tidak Bisa Liar. Dalam Kompas, Minggu Umar, Husein. 2001. Evaluasi Kinerja Perusahaan. PT Gramedia Pustaka Uta-
21 April 2002. Penerbit Pt Gramedia, Jakarta. ma: Jakarta.

246 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 247


Umar, Husein. 2002. Strategic Management in Action. PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Tentang Penulis
Uno, Mien R. 2004. Jangan Bernapas dalam Lumpur. Dalam Website Google:
Etika Bisnis dan Pengembangan Iptek.
Wdyarini, Indah dan Subagyo, Sardju. 2007. Penggunaan Upah Bayangan untuk
Memperkirakan Penawaran Tenagakerja Usahatani: Kasus pada Usaha­
tani Ubikayu di Kabupaten Banyumas. Jurnal SOCA Vol. 7 No. 3 Edisi
November 2007. Penerbit Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas
Pertanian Universitas Udayana, Denpasar Bali. Pp. 245-248.
Wiradharma, I Gusti Bagus Made dan Antara, Made. 2006. Pelestarian Hutan
Mangrove di Teluk Benoa Bali: Tinjauan dari Aspek Ekonomi Ling-
kungan. Jurnal SOCA Vol. 6 No. 2 edisi Juli 2006. Penerbit Jurusan Sosial
Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Denpasar
Bali. Pp. 134-141.
Zakaria, Amar K. dan Swastika, Dewa K.S. 2005. Keragaman Usahatani Peta­
ni Miskin pada Lahan Kering dan Sawah Tadah Hujan di Kabupaten Dr. Ir. Made Antara, MS, kelahiran
Temanggung. Jurnal SOCA Vol. 5 No. 3 Edisi edisi November 2005. Singaraja, 25 Desember 1954, kini
Penerbit Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universi-
mengajar di jurusan Sosial Ekonomi
tas Udayana Denpasar, Bali. Pp. 243-247.
Zakaria, Amar K. 2005. Penanggulangan Kemiskinan pada Petani Berlahan Pertanian Fakultas Pertanian Universi-
Sempit di Agroekosistem Lahan Kering Dataran Tinggi Berbasis sayuran. tas Udayana. Jabatannya kini sebagai Lektor Kepala. Pendidikannya
Jurnal SOCA Vol. 5 No. 3 Edisi edisi November 2005. Penerbit Jurusan diawali di SD Bengkel-Buleleng-Bali (1961-1966), SMPN 1 Denpasar
Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Udayana Den- (1966-1969) dan SMAN 2 Denpasar (1970-1972). Jenjang pendidikan
pasar, Bali. Pp. 248-252. tinggi ditempuhnya di Fakultas Pertanian Unud (1974-1980). Berlanjut
pendidikan pasca sarjana di Universitas Gajah Mada untuk S-2 (1982-
1984) dan di IPB untuk S-3 (1994-1999) bidang Ekonomi Pertanian/
Agribisnis.
Selama menjadi dosen di Fakultas Pertanian Unud, ia telah mener-
bitkan buku untuk kepentingan internal kampus sekurang-kurangnya
26 judul, selain tulisan tersebar di sejumlah majalah ilmiah. Ia juga
rajin sebagai pembicara dan menulis makalah di pelbagai seminar. Di
sela kegiatannya sebagai dosen, ia tekun melakukan penelitian.
Kini ia menetap di Denpasar, bisa dihubungi di alamat e-mail
antara_dps@yahoo.com

248 Pertanian, Bangkit atau Bangkrut? Made Antara 249

Anda mungkin juga menyukai