Maternitas 2
Npm : 018.01.3520
NYERI
A. Definisi Nyeri
Nyeri adalah perasaan dan pengalaman sensoris atau emosional yang tidak
menyenangkan, yang berhubungan dengan kerusakan jaringan yang aktual
maupun potensial, nyeri selalu bersifat subjektif. (Tarcy (2005) Dikutip dari
International Association for the Study of Pain (IASP, 1994),
Nyeri adalah sensasi subjektif rasa tidak nyaman yang biasanya berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau potensial. Nyeri dirasakan apabila reseptor nyeri
spesifik teraktivasi (Elizabeth Crowin, 2007).
Nyeri adalah perasaan yang menimbulkaan distres ketika ujung-ujung saraf
tertentu (nosiseptor) di rangsang. (Kamus Keperawatan)
Secara umum, nyeri diartikan sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan
akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari dalam serabut saraf dalam tubuh
ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis, maupun emosional.
B. Klasifikasi Nyeri
Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi dua, yakni nyeri akut dan nyeri kronis
(Long, 1989) :
a. Nyeri Akut
Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang,
yang tidak melebihi 6 bulan dan ditandai adanya peningkatan tegangan otot
(Long, 1989). Fungsi nyeri akut ialah memberi peringatan akan cedera atau
penyakit yang akan datang. Nyeri akut akhirnya menghilang dengan atau tanpa
pengobatan setelah keadaan pulih pada araea yang rusak
( Potter & Perry, 2005).
b. Nyeri Kronis
Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya
berlangsung dalam waktu cukup lama, yaitu lebih dari enam bulan. Yang
termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis,
dan nyeri psikosomatis (Long, 1989).
C. Reseptor Nyeri
Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan.
Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor, yang merupakan ujung-ujung saraf
sangat bebas yang memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki myelin yang tersebar
pada kulit mukosa, khususnya pada visera, persendian, dinding arteri, hati, dan
kandung empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan respons akibat adanya stimulasi
atau rangsangan.
D. Stimulus Nyeri
Seseorang dapat mentoleransi, menahan nyeri (pain tolerance), atau dapat mengenali
jumlah stimulus nyeri sebelum merasakan nyeri (pain threshold).
Ada beberapa jenis stimulus nyeri menurut Alimul (2006), diantaranya adalah :
1. Trauma pada jaringan tubuh, misalnya karena bedah akibat terjadinya
kerusakan jaringan dan iritasi secara langsung pada reseptor
2. Gangguan pada jaringan tubuh, misalnya karena edema akibat terjadinya
penekanan pada reseptor nyeri
3. Tumor, dapat juga menekan pada reseptor nyeri
4. Iskemia pada jaringan, misalnya terjadi blokade pada arteria koronaria yang
menstimulasi reseptor nyeri akibat tertumpuknya asam laktat
5. Spasme otot, dapat menstimulasi mekanik
Trauma pada jaringan tubuh, Gangguan pada jaringan tubuh, Tumor
E. Pengkajian Nyeri
Pengkajian nyeri yang tepat adalah awal dari penanganan nyeri dan merupakan proses
lanjut yang meliputi faktor-faktor multidimensional perumusan manajemen nyeri
terhadap rencana keperawatan. Pengkajian ini sangat penting dalam mengidentufikasi
sindrom nyeri atau penyebab nyeri dan memasukkan pengkajian pada intensitas dan
karakteristik nyeri, pengkajian fisik yang berhubungan dengan pemeriksaan sitem
saraf akan dicurigai adanya gangguan pada sistem saraf. Psikososial dan pengkajian
kebudayaan menggunakan diaknosa yang tepat dalam menentukan penyebab nyeri
(Suza, 2007).\
1. Lokasi
Anatomi diagnosa adalah sebuah ilustrasi yang tepat untuk menentukan lokasi
nyeri, banyak pasien tidak dapat menentukan letak nyeri secara tepat, banyak yang
mengindikasikan letak dengan dengan huruf seperti ABC. Pasien boleh
menggambarkan lokasi nyeri dalam bentuk atau bekas lokasi pada tubuhnya dan
anggota keluarga dapat memberi tanda bilangan atau angka pada bentuk
pengkajianya (Suza, 2007).
2. Intensitas
Skala ini diatur secara visual dengan ekspresi guratan wajah untuk
meunjukkan intensitas nyeri yang dirasakan. Skala penilaian wajah pada
dasarnya digunakan pada anak-anak tetapi juga bias bermanfaat ketika orang
dewasa yang mempinyai kesulitan dalam menggunakan angka-angka dari
skala visual analog (VAS) yang merupakan alat penilaian pengkajian nyeri
secara umum (Suza, 2007)
Wong dan Baker (1988) mengembangkan skala wajah untuk mengkaji nyeri
pada anak-anak. Skala tersebut terdiri dari enam wajah dengan profil kartun
yang menggambarkan wajah dari wajah yang sedang tersenyum “tidak merasa
nyeri” kemidian secara bertahap meningkat menjadi wajah kurang bahagia,
wajah yang sangat sedih sampai wajah yang sangat ketakutan “nyeri yang
sangat” (Potter & Perry, 2005)
Visual analog scale tidak melabel subsidi. VAS merupakan suatu garis lurus,
yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan memiliki alat
pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala ini memberi klien kebebasan
penuh untuk mengidentifikasi keparahan nyeri. VAS dapat merupakan
pengukur keparahan nyeri yang lebih sensitive karena klien dapat
mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian dari pada dipaksa memilih satu
kata atau satu angka (McGuire, 1984).
A. DEFINISI MENSTRUASI
Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai
pelepasan endometrium. (Sarwono, 2007) . Menstruasi atau haid mengacu pada
pengeluaran darah dan sel-sel secara periodik melalui vagina yang berasal dari
dinding rahim wanita. (Maulana, 2008).
Menstruasi adalah situasi pelepasan endometrium dalam bentuk serpihan dan
perdarahan akibat pengeluaran hormone estrogen dan progesterone yang turun dan
berhenti sehingga terjadi vasokontriksi pembuluh darah yang segera diikuti
vasodilatasi. (Manuaba, 2009)
Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dimana darah berasal dari
endometrium yang nekrotik. (Kusmiyati, dkk, 2008). Menstruasi adalah pelepasan
dinding rahim (endometrium) yang disertai dengan perdarahan dan terjadi setiap
bulannya kecuali pada saat kehamilan. Menstruasi yang terjadi setiap bulan secara
terus menerus disebut sebagai siklus menstruasi. Menstruasi biasanya terjadi pada
usia 11 tahun dan berlangsung hingga menopause (sekitar usia 45- 55 tahun).
Normalnya menstruasi berlangsung selama 3-7 hari.
Siklus menstruasi bervariasi pada tiap wanita dan hampir 90% wanita
memiliki siklus 25-35 hari dan hanya 10-15% yang memiliki panjang siklus 28
hari, namun beberapa wanita memiliki siklus yang tidak teratur dan hal ini bisa
menjadi indikasi adanya masalah kesuburan.
B. SIKLUS MENSTRUASI
Siklus menstruasi normal dapat dibagi menjadi 2 segmen yaitu, siklus
ovarium(indug telur) dan siklus uterus (rahim). Siklus indung telur terbagi
menjadi 3 bagian, yaitu siklus folikuler, siklus ovulasi dan siklus luteal, sedangkan
siklus uterus dibagi menjadi 4 fase, yaitu : fase menstruasi, fase post menstruasi
fase intermenstruum dan fase pramenstruum.
Perubahan didalam rahim merupakan respon terhadap perubahan hormonal.
Rahim terdiri atas 3 lapisan yaitu, perimetrium (lapisan terluar rahim),
miometrium (lapisan otot rahim yang terletak dibagian tengah) dan endometrium
(lapisan terdalam rahim). Endometrium adalah lapisan yang berperan di dalam
siklus menstruasi. Siklus menstruasi dapat ditinjau dari uterus maupun ovarium
sebagai berikut :
1. Siklus uterus
Fase proliferasi dini berlangsung antara hari ke 4 sampai hari ke 9. Fase ini
dikenal dari epitel permukaan yang tipis dan adanya regenerasi epitel,
terutama dari mulut kelenjar. Kelenjar ini kebanyakan lurus, pendek dan
sempit. Bentuk kelenjar ini merupakan ciri khas fase proliferasi : sel - sel
kelenjar mengalami mitosis.
Sebagian sediaan masih menunjukkan suasana fase menstruasi dimana terlihat
perubahan - perubahan involusi dari epitel kelenjar yang berbentuk kuboid.
Stroma padat dan sebagian menunjukkan aktivitas mitosis, sel - selnya
berbentuk bintang dan lonjong dengan tonjolan - tonjolan anastomosis.
Nukleus sel stroma relatif besar karena sitoplasma relatif sedikit.
2) Fase proliferasi akhir
Fase ini berlangsung pada hari ke 11 sampai hari 14. Fase ini dapat dikenal
dari permukaan kelenjar yang tidak rata dan dengan banyak mitosis. Inti
epitel kelenjar membentuk pseudostratifikasi. Stroma bertumbuh aktif dan
padat.
3) Fase pramenstruasi atau stadium sekresi
Fase ini mulai sesudah ovulasi dan berlangsung dari hari ke 14 sampai ke
28. Pada fase ini endometrium kira - kira tetap tebalnya, tetapi bentuk
kelenjar berubah menjadi panjang, berkeluk keluk dan mengeluarkan getah
yang makin lama makin nyata. Dalam endometrium telah tertimbun
glikogen dan kapur yang kelak diperlukan sebagai makanan untuk telur yang
dibuahi. Fase sekresi dibagi dalam 2 tahap, yaitu :
Fase sekresi dini, pada fase ini endometrium lebih tipis dari fase
sebelumnya karena kehilangan cairan.
Fase sekresi lanjut, pada fase ini kelenjar dalam endometrium
berkembang dan menjadi lebih berkelok-kelok dan sekresi mulai
mengeluarkan getah yang mengandung glikogen dan lemak. Akhir masa
ini, stroma endometrium berubah kearah sel-sel; desidua, terutama yang
ada di seputar pembuluh-pembuluh arterial. Keadaan ini memudahkan
terjadinya nidasi. Disamping itu dalam siklus menstruasi hormone
sangat berpengaruh diantaranya adalah yang dihasilkan gonadotropin
hipofisis yaitu : Luteinizing Hormon (LH) yang dikeluarkan oleh
hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan LH. LH
merupakan glikoprotein yang dihasilkan oleh sel-sel asidofilik (afinitas
terhadap asam), bersama dengan FSH berfungsi mematangkan folikel
dan sel telur, serta merangsang terjadinya ovulasi. Folikel yang
melepaskan ovum selama ovulasi disebut korpus rubrum yang disusun
oleh sel-sel lutein dan disebut korpus luteum. Folikel Stimulating
Hormon (FSH) yang dikeluarkan oleh hipotalamus untuk merangsang
hipofisis mengeluarkan FSH. FSH merupakan glikoprotein yang
dihasilkan oleh sel-sel basofilik (afinitas terhadap basa). Hormon ini
mempengaruhi ovarium sehingga dapat berkembang dan berfungsi pada
saat pubertas. FSH mengembangkan folikel sprimer yang mengandung
oosit primer dan keadaan padat (solid) tersebut menjadi folikel yang
menghasilkan estrogen. Prolaktin Releasing Hormon (PRH) yang
menghambat hipofisis untuk mengeluarkan prolaktin. Berbeda dengan
LH dan FSH, prolaktin terdiri dari satu rantai peptida dengan 198 asam
amino dan sama sekali tidak mengandung karbohidrat. Secara
pilogenetis, prolaktin adalah suatu hormon yang sangat tua serta
memiliki susunan yang sama dengan hormon pertumbuhan (Growth
hormone, Somatogotropic hormone, TSH, Somatotropin). Secara
sinergis dengan estradia, prolaktin mempengaruhi payudara dan laktasi,
serta berperan pada pembentukan dan fungsi korpus luteum.
Berikut ini adalah beberapa tanda dan gejala yang dapat terjadi pada saat masa
menstruasi :
Kram perut
Nyeri payudara
Perubahan suasana hati
Timbul jerawat
Tekanan pada panggul
Sakit punggung
Sakit kepala dan Kelelahan
Kesulitan Berkonsentrasi
BAB II
PEMBAHASAN LO
A. Pengertian
Mola hidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan) yang tumbuh berganda
berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga
menyerupai buah anggur atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur atau mata
ikan. (Mochtar, Rustam, dkk, 1998 : 23)
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus korialis
langka, vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus
yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan
adalah sebagai segugus buah anggur. (Wiknjosastro, Hanifa, dkk, 2002 : 339).
Mola hidatidosa adalah perubahan abnormal dari villi korionik menjadi sejumlah kista
yang menyerupai anggur yang dipenuhi dengan cairan. Embrio mati dan mola tumbuh
dengan cepat, membesarnya uterus dan menghasilkan sejumlah besar human chorionic
gonadotropin (hCG) (Hamilton, C. Mary, 1995 : 104).
Mola Hidatidosa (Hamil Anggur) adalah suatu massa atau pertumbuhan di dalam
rahim yang terjadi pada awal kehamilan.
B. Etiologi
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor penyebabnya
adalah:
1. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat
dikeluarkan.
2. Imunoselektif dari tropoblast.
3. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah.
4. Paritas tinggie
5. Kekurangan protein
6. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas.
(Mochtar, Rustam ,1998 : 23)
Mola hidatifosa berasal dari plasenta dan/atau jaringan janin sehingga hanya mungkin
terjadi pada awal kehamilan. Massa biasanya terdiri dari bahan-bahan plasenta yang tumbuh
tak terkendali. Sering tidak ditemukan janin sama sekali. Penyebab terjadinya mola belum
sepenuhnya dimengerti. Penyebab yang paling mungkin adalah kelainan pada sel telur, rahim
dan/atau kekurangan gizi.
Resiko yang lebih tinggi ditemukan pada wanita yang berusia di bawah 20 tahun atau diatas
40 tahun.
Faktor resiko terjadinya mola adalah:
Status sosial-ekonomi yang rendah
Diet rendah protein, asam folat dan karotin.
C. Patofisiologi
Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi :
Teori neoplasma dari Park : Sel-sel trofoblast adalah abnormal dan memiliki fungsi
yang abnormal dimana terjadi reabsorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi
sehigga timbul gelembung.
Studi dari Hertig : Studi dari Hertig lebih menegaskan lagi bahwa mola
hidatidosa semata-mata akibat akumulasi cairan yang menyertai degenerasi awal atau
tiak adanya embrio komplit pada minggu ke tiga dan ke lima. Adanya sirkulasi
maternal yang terus menerus dan tidak adanya fetus menyebabkan trofoblast
berproliferasi dan melakukan fungsinya selama pembentukan cairan. (Silvia, Wilson,
2000 : 467)
Jonjot-jonjot korion tumbuh berganda dan mengandung cairan merupakan kista-kista
kecil seperti anggur. Biasanya di dalamnya tidak berisi embrio. Secara histo patologic
kadang-kadang ditemukan jaringan mola pada plasenta dengan bayi normal. Bisa juga terjadi
kehamilan ganda mola adalah: satu janin tumbuh dan yang satu menjadi mola hidatidosa.
Gelembung mola besarnya bervariasi, mulai dari yang kecil sampai berdiameter lebih dari 1
cm.
Mola parsialis adalah bila dijumpai janin dan gelembung - gelembung mola. Secara
mikroskopik terlihat trias :
Proliferasi dari trofoblas
Degenerasi hidropik dari stroma villi dan kesembaban
Terlambat atau hilangnya pembuluh darah dan stroma
D. Manifestasi Klinis
1. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala kehamilan dini didapatkan pada mola hidatidosa. Kecurigaaan
biasanya terjadi pada minggu ke 14 - 16 dimana ukuran rahim lebih besar dari kehamilan
biasa, pembesaran rahim yang terkadang diikuti perdarahan, dan bercak berwarna merah
darah beserta keluarnya materi seperti anggur pada pakaian dalam.
Tanda dan gejala serta komplikasi mola :
Mual dan muntah yang parah yang menyebabkan 10% pasien masuk RS.
Pembesaran rahim yang tidak sesuai dengan usia kehamilan (lebih besar).
Gejala – gejala hipertitoidisme seperti intoleransi panas, gugup, penurunan BB yang
tidak dapat dijelaskan, tangan gemetar dan berkeringat, kulit lembab.
Gejala – gejala pre-eklampsi seperti pembengkakan pada kaki dan tungkai,
peningkatan tekanan darah, proteinuria (terdapat protein pada air seni).
Amenore dan tanda-tanda kehamilan
Perdarahan pervaginam berulang. Darah cenderung berwarna coklat. Pada keadaan
lanjut kadang keluar gelembung mola.
Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengarnya DJJ sekalipun
uterus sudah membesar setinggi pusat atau lebih.
(Mansjoer, Arif, dkk, 2001 : 266)
2. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah :
a. Serum ß-hCG untuk memastikan kehamilan dan pemeriksaan ß-hCG serial
b. Ultrasonografi (USG). Melalui pemeriksaan USG kita dapat melihat adakah janin di
dalan kantung gestasi (kantung kehamilan) dan kita dapat mendeteksi gerakan
maupun detak jantung janin. Apabila semuanya tidak kita temukan di dalam
pemeriksaan USG maka kemungkinan kehamilan ini bukanlah kehamilan yang
normal.
c. Foto rontgen : pada mola ada gambaram emboli udara
E. Penatalaksanaan Medis
Penanganan yang biasa dilakukan pada mola hidatidosa adalah :
MOLA HIDATIDOSA
ovum yang sudah atropi, sosial ekonomi yang rendah (kekurangan gizi) infeksi virus,
parietas yang tinggi, imunoselektif dari trofoblas
psikologis
Ansietas
Nyeri Akut
ANALISA DATA
N: 76 x/menit,
S:36 OC
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b. Agen cedera fisiologis , d.d keluhan nyeri, tampak meringis , gelisah ,
pola napas berubah,berfokus pada nyeri.
2.
INTERVENSI KEPERAWTAN