I. PENDAHULUAN
Indonesia pada saat ini tengah mengalami perubuhan kehidupan berbangsa dan bernegara
secva fundamental menuJ u ke sistem pemerintahan yang demokratis transparan serta meletakkan
supremasi hukum. Perubahan yang tenguh dialami tersebut memberikan peluang bagi penataan
berbagai segi kehidupan berbangaa dan bernegva, dimana kepentingan rakyat dapat kembali
diletakkan pada posisi senYal. Namun se£ap pertlbahan kehidupan berbangsa dan bernegara
selalu disertai oleh berbagai bentuk ketldfikpfiñtlan. Dengan demiklan pemerintah harus
mengupayakan kelanc aran komunlk asi dengan lensbaga -lem baga tinggi negara, pemerintah
daerah sena inendorong pao isipasi masyarakat luas, agar ketidakpflstian tersebut tldak
mengakibatkan perselisihan paham dan ketegangan yang meJuas, serta berpotensi menimbulkan
pennasalahan baru. Pemerintah juga harus leblh terbuka terhadap derasnya aliran ekspresi
a.spirasi rakyat dan nsainpu menanggapl secara cepat dan efektif.'
Instruksi Presiden Republik Indonesia Nontor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dam Suategi National Pengenibaiigan E-
Guvernrneiit, Lampiran I Angka 1
Undang-Und:ing Republik Ini4oncsi.a Nomor 1'J Tahun 2(ll6 tentang pe-rubahan .‹tas Und:ing-Undmg Nomor 11 Tahun
2005 tentang Inffiri7ia»i dan Tran.saksi F.lekti-rmik
Tulis un Hukum — .$ubbagian Hukum BPK Pcrwak ilun Provinsi Suluwcsi Sclata n
Scanned by TapScanner
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), melalui laporan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester
II Tahun 2017, mengungkap 5.852 permasalahun. 19% dari total permasaluhan menyangkut
Sistem Pengendalian Intern (SPI), 33% menyangkut ketidukpatuhan terhadap ketentuan
peraturan perundang-undungan, dan 480/o menyangkut ketidakhematan, ketidakefisienan, dan
ketidakefektifan. Atas fi30 laporan keuangan Kementerian, Lembaga dan Pemerintah Daerah
O/ /
( K/ L/D ). 7. K L/ D diberikan oplni Wajar Tanpa Pengec ualian (WTP), namun masih terdapat
opini Wajar De ngan Pengecuallan (WDP) diberi kan kepada 2.5% WL/D, dan opini Tldak
Me nyatakan Pendaput (TMP) diberikan kepada 4% K/L/D.
Untuk mengata.st pennasalahan penerapan Slstem Pemerin tahan Berbasls Elektronik pada
penyelenggaraan adinlni.stras' r emerintahait, tantangan pemerintah adalah melakukan integrasi
layanan perencanaan, layanan penganggaran, layanan pengadaan, dan layanan manajemen
kinerja yang berbasis elektronlk, baik lntegra.st internal maupu n integrasl antar
secara nasional. Sedongkan untuk mengatasi perinasaJahon pada pelayanan publik, diperlukan
lntegrasl secara nasional terkait layanan pengaduan publik, layanan perizina n, dan pelayanan
publik lainnya yang menjadi tantangan bersama bagi pemerintah pusat dan pemerintah daerah."
Untuk menindaklanjuti terselenggaranya proses pembangunan ymg sejalan dengan prinsip
tata pemerintahan yang baik (yoor/ $o»'erncince}, pemefintah dan pemerintah daerah
berkewajiban untuk mengembangkan dan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi untuk
meningkalan kemampuan mengelola keuangan daerah, dan menyalurkan informasi keuangan
daerah kepada pelayanan publik. Pemerintah perlu mengoptimasikan pemanfaatan kemajuan
teknologi informasi untuk membanp•un jaringan sistem informasi nianajemen dan proses ke;ja
yang memungkinkan pemerintahan bekerja secara terpadu dengan menyederhanakan akses antar
unit kerja. ‘
SlStOm Informitsl Keuangan Daerah (SIKD) merupakan slstolTl lflformilsl besar yang'
diharapk‹2n dapat menjadl jembiltan ant‹lrit SlSteri informasi keuangan pemerintah pusdt dengan
sistem informasi keuangan yang dimiliki pemerlntah daeFah di seluruh Indonesla. Tata kelola
Teknologi Informasi dan Komunlkasi (TIK) SIKD dapat menjadl illat untuk meng*embangkan,
menggunakan dan memelihara TIK secara efektif. efisien, aman dan memberikan hasil dan
layanan yang optimal k9Qfidd OrgiinisdGi .sesual tujuan organisasl. Dengan adanya kebljakdn tata
kelola diharapkan SIKD dapat dikelola dengan bdlk dan mendapatkan hasil yang
diharapkan .5
Peraturan Presiden Republik Indonesia Noiilor 95 Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik, BAB I
Pendahuluun
* Peraturan Peitierintah Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah. Umum
" Perattir.en Me-ntori Ke-uang.en Re-publik Jniione-sia Nomor 74/'PMK.()7/2016 tentang Pcityclcn garaan Si»tcin
Informasi Keuan;;an Daei dh. RAR I Pendah uluan
Tulis un Hukum — .$ubbagian Hukum BPK Pcrwak ilun Provinsi Suluwcsi Sclatan 2
’7 alam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah bahwa
Pemerintah D’aerah menerapkan sistem pemerintahan
berbasis elektronik dalam Pengelolaan Keuangan Daerah.'
Pengelolaan Keuangan Daerah o‹l«lah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungiawaban, dan
pengawasan Keuangan Daer‹oh. 7
Tulisan hukum ini akan membahas mengenai penerapan sistem pemerintahan berbasis
elektronik dalam pengelolaan keuangan daerah. Seluruh uraian tulisan hukum ini
mendasarkan pada peraturan perundan;;-undangan sebagai berikut:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 tent:tng Perubahan atas Undang-
Undnng Nomor 11 Tahun 200h tentang Informasi dan Transaksi Elektronlk;
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 200.5 tenta ng Informasi
Slstem
Keuangan Daerah;
.?. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2t)I9 tentang Penyelenggaraan
Sistem dan Transaksi Elektronlk;
4. Peraturan Pemerintah Republlk Indonesia Noissor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah;
.5. Peraturan Preslden Republik Indonesia Nomor 9.5 Tahun 2tl I b tentang Sistem Pemerlntah,on
Berbasis Elektronik;
6. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor S Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi
Nasional Pengembangan E-Gt›vertiment;
7. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 74/PMK.07/2016 tentang
Penyelenggaraan Sistem Informasi Keuangan Daerah.
" Per:ituran Peme•rintah Re•piib1ik Indonesia Nomor 1 2 Tahun 21119 tent:Ing Penge•lolaan Keuangan Daer:ih, P:isal 222 Ayat
7
Ihi‹l, BAB 1, Ketentuan Umum, Pasal 1 Angka 2
Scanned by TapScanner
fbid, Pas:il 222 Ayat (3)
Tulis un Hukum — .$ubbagian Hukum BPK Pcrwak ilun Provinsi Suluwcsi Sclata n
Scanned by TapScanner
II. PERMASALAHAN
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam
tulisan hukum ini adalah:
1. Bagaimanakah prosedur penerapan sistem pemerintahan berbasis elektronik dalam
pengelolaan keuangan daerah‘!
2. Apakah kendala yang dih adapi dalam penerapan sistem pemerintahan berbasls
elektronik dalam pengelolaan keuangan daerah‘?
III. PLMBAHASAN
Penyelenggara Sistem Elektronik harus menerapkan tata kelola Sistem Elektronik yang
baik akuntabel. Tata kelola tersebut paling sedikil memenuhi persyaratan:
a. Tersedianya prosedur atau petunjuk dalam penyelenggaraan Sistem Elektronik yang
didokumentasikan dan/atau diumumkan dengan bahasa, informasi, atau simbol yanp•
dimengerti oleh pihak yang terkait dengan penyelenggaraan Sistem Elektronik tersebut;
b. Adanya mekanisme yang berkelanjutan untuk menjaga kebaruan kejelasan prosedur
pedoman pelaksanaan;
c. Adanya kelembagaan dan kelengkapan personel pendukung bagi pengoperasian Sistem
Elektronik sebagaimana mestinya;
d. Adany«tpenerapan manajemen kine§a pada Sistem Elektronik yang dlselenggrypakannya
tcntuk rnemastikan Sistem Elektronik beroperasl sCbaga)rnana mestlnya; dan
e. Adanya rencand menjaga keberlangsungan penyelenggaraan Sistem Elekt¥Onlk yang
dikelolanya. '
Dalam Peraturan PrCSldCn Republlk Indonesia Nomor 95 Tahtin 2008 tentang Sistem
Pemerintahan Berbasis Elektronik mengenai tata kelola SPBE sebagai berlkut:
l. Penguatan kapasitas pengelolaan .sistem koordinasi pelaksanaan SPBE untuk
membangun SPBE yang terpadu di dalam dan antar Inntansi Pusat dan Pemerintah
Daerah.
a. Untuk mewujudkan SPBE yang terpadu, InstaHsl Pusat dan Pemerintah Daerah perlu
melakukan upaya transformasi yang mendasar dan berkelanjutan di dalam
° Peratiir.en Pcmcrinlnh Republik Indonesia Nomor 71 Tahtcn ?0l'J tentang Penyelenggaraan Sistem d.an Tran»nksi
T.le kt rnnik, P»hal 1 é »yat (2)
Tulis un Hukum — .$ubbagian Hukum BPK Pcrwak ilun Provinsi Suluwcsi Sclatan 4
Scanned by TapScanner
pengelolaan dan sistem koordinasi pelaksanaan 5PBE. Keterpaduan 5PBE ditujukan
untuk memanfaatkan sumber daya SPBE secva optimal dan mencegah timbulnya
dupli kasi inisiatif dan anggvan dalam pelaksanaan SPBE.
b. Strategi untuk mencapai penguatan kapasitas pengelolaan dun sistem koordinasi
pelaksanaan untuk membangun SPBE yan;; terpadu di dalam dan antar Instansi Pusat
dan Pemerintah Daerah adalah:
l ) melakukan pembentukan dan penguatan tim koordin asi SPBE di Instan.st Pusat dan
Pemerintah Daerah;
2) membangun Arsitektur SPBE Nasion al dan Arsitektur SPBE Instansi Pusat dan
Arsite ktur SPBE Pemerintah Dae rah ; dan
3) melakukan penyederhanaan prose.s bi snls yang terintegrasi di dalam dan aistar
Instan.st Pusat dan Pemerintah Daerah.
' 0 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 95 Tahun 2008 tentang Sistcni Pemerintahan Berbasis
Elel tronik, BAB III Arah Kebijakan dan Strategi
Tulis un Hukum — .$ubbagian Hukum BPK Pcrwak ilun Provinsi Suluwcsi Sclatan
Scanned by TapScanner
semakin dinamis dan pola hubungan internasional yang semakin kompleks, I ]
i rganisasi pemerintah harus berevolusi menuju organisasi jaringan, dimana setiap unsur
Tulisan Hukum — .$ubbagian Hukum BPK Pcrwak ilun Provi nsi Suluwcsi Sclatan 7
Scanned by TapScanner
e. Pengembangan jarlngan int ra pemerlntah untuk inendukung keandalan dan kerahasiaan
transaksi informasi antar instansi pemerintah dan pemerintah daerah otonom.
4. Meningkatkan peran serta dunia usaha dan mengembangkan industri telekomunikasi dan
teknologi informasi.
Pengembangan pelayanan publik tidak perlu sepenuhnya ditangani oleh pemerintah.
Partisipasi dunia usaha dapat mempercepat pencapaian tujuan strategis e-gov'ernment.
Beber‹t il kemtcingklnan partisipasi dunia usaha sebit ill berlkut perlu dioptiinalkan :
a. Dalam mengembangkan kompuieri.sa.si, sistem manajemen, proses kerja, serta
pengembangan situs dan pembakuan standar, pemerintah harus mendayagunakan
keahlian dan spesialisasi yang telah berkembang di sektor swasta.
b. Walaupu n pelayanan da.sar bagi masyarakat luas harus dipenuhi oleh pemerlntah,
namun partisipasi dunia usaha untuk meningkatkan nilai informasi dan jasa
kepemerintahan bagi keperluan-keperluan tenentu hams dimungkinkan.
c. Peran dunia usaha untuk mengembangkan J aringan komunikasi dan informasi di
seluruh wilayah neg,ora iaserupakan fak tor yang penting. Demiklan pula partisipasi
usaha kecil menengah untuk menyediakan akses serta menlngkatkan k ualitas dan
lingkup layanan warung internet perlu dldorong untuk memperluas jangkauan
pelayanan publik. Sensua lnstansi terkait harus memberikan dukungan dan insentit‘,
serta meninjau kembali dan memperbaiki berbagai peraturan dan ketentuan pemerintah
yang menghambat partisipasi dunia usnha dalam memperluas jofinp=an dan
akses komunikasi dan informasi. Di samping itu,
perkembangan c-government membentuk pasv yang cukup besar bagi
perkembangan industri teknologi informasi dan telekomunikasi. Dengan demikian
pemerintah hams memanfaatkan perkembangan e-$ov'ernment untuk
menumbuhkan indusai dalam negeri di bidang ini. 7lleh karena
perkembangan indusñi di bidang ini sangat dipengamhi oleh tarikan pasar dan
dorongan kemajuan teknologi, maka dukungan bagi industri tersebut hams mencakup
penyediaan akses pasar pemerintah seluas-luasnya, dukungan penelitian dan
pengembangan, serta penyedlaan insentif untuk mengata.Sl berbagai bentuk kesenjangan
dan tlnJkat ri.siko yang bcrkelebihan yang menghambat investasi dunia usaha dl bldang
lni dalam mengembangkan kemampuan tekHOlO§l.
Tulisan Hukum — .$ubbagian Hukum BPK Pcrwak ilun Provi nsi Suluwcsi Sclatan 0
sesuai dengan kebutuhan, serta pelaksanaannya dilakukan secara bertahap dan
berkelanjutan. Hal tersebut dilakukan melalui jalur pendidikan formal dan nonformN,
mitupun pengembangun standar kompetensi yang dibutuhkan dalam pengembangan dan
implementasi e-government. Upaya pengembangan SDM yang perlu dilakukan untuk
mendukung e-government adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan kesadaran dan pemaham«n tentang pentingnya informasi serta
pondayagunaan teknologi lnformasl ditR komunikasi (e-literac y), billk di kalanJitR
Tulisan Hukum — .$ubbagian Hukum BPK Pcrwak ilun Provi nsi Suluwcsi Sclatan 9
6. Melaksanakan pengembangan secara sistematik melalui tahapan-tahapan yang realistik
dan terukur.
Setiap perubahan berpotensi menimbulkan ketidakpastian, oleh karena itu
pengembangan e-government perlu direncanakan dan dilaksanakan secara sistematik
melalui tahapan yang realistik dan dan sasaran yang terukur, sehingga dapat dipahami
dan dl lJlJti oleh semua pihak. Be rdasarkan sit\It tran.saksi intonnasi dan pelayanan
publik yang disediakan oleh pemerintah melal ui jann gan infonna si, pengembangan p-
¿t›vernment d«pat dilaksanakan melal ui 4 (empat) tlngkatan .sebagal berlkut:
• Tingkat 1 - Persiapan yang meliputi:
- Pembuatan situs informasi disetiap lembaga;
- Penyiapan SDM;
- Penyiapan .sarana akses yang rnudah misalnya menyediakan sarana Multifiurpc›sc•
C‹›mmunity Center, ’Narnet, SME-Cc•nter, dll;
- Sosialisasi situs informasi baik untuk internal maupun untuk publik.
• Tingkat 2 - Perna tangan yang meliputi:
- Pembuatan situs informasi publik interaktif;
- Pembuatan antar muka keterhubungan dengan lembaga lain;
• Tlng'kat 3 Pemantapan yang meliputi:
Pembuatan situs transaksi pelayanan publik;
- PemblJittan interoperdbllltas it llkilbl maupun data dengan lembag*a lain.
e Tingk at 4 Pemanfaatan yang meliputi:
- Pembuatan aplikasi untuk pelayanan yang bersifat G‹›vernmeat t‹: Government (G2G),
G‹›vernment fo Bu:inc:: (G2B) dan Government t‹» Ctcvt‹»mer (G2C) yang terintegrasi.
Situs pemerintah pusat dan daerah harus secara benahap ditingkatkan menuju ke
tingkat 4. Perlu dipertimbnngkan bahwa semakin linggi tingkatan situs tersebut, diperlukan
dukungan sistem manajemen, proses kerja, dan transaksi infoimasi antar instan.si yang
semakin kompleks pula. Upaya untuk menaikkan Cngkatan situs tanpa dukungan yang
memadai, mengalami kegagalan yang tidak hanya menimbulkan pemborosan namun
juga menghilangkan kepercayaan masyarakat.
Untuk menghindari hal tersebut, perlu dibakukan sejumlah pengaturan sebagai berikut:
a. Standar kualitas dan kelayakan situs pemerintah bagi setiap tingkatan perkembangan di
atas.
b. Peraturan tentang kelembagaan dan kewendngan yang berkaitan denpan
pemanfaatan dan transaksl informa.vi yang dimiliki pemerintah. Pengaturan ini harus
mencakup batasan tentang hak masyarakat atas informasi, kerahasiaan dan keamanan
informasl
Tulis un Hukum — .$ubbagian Hukum BPK Pcrwak ilun Provinsi Suluwcsi Sclatan 10
pemerintah (information securitv), zerta perlindungan informasi yang berkaitan dengan
masyarakat Qrirncy).
c. Persyaratan sistem manajemen dan proses kerja, sena .SDM yang diperlukan agar
situs pemerintah dapat berfungsi secara optimal dan mampu berkembang ke tingkat
yang lebih tinp•gi. '
SIKD adalah suatu sistem yang mendokumentasikan, mengadministrasikan, serta
mengolah data pengelolaan keuangan daer:th dan data terkait lainnya menjadi informasi
yang disajikan kepada masyarakat dan sebagal bahan pengamblliln keputusan dalam
rangka perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan pertanggun.t’awaban pemerintah
1
t)i2CI il$2.
lnformasi KDUan itR Daerah adalah begula lnformasi yang berkaitan dengan keuangan
daerah yang• diperlukan dalam rangka penyelenggaraan Sistem Informasi Keuangan
Daerah.' InformdGl Keuangan Daerah yang dlsampaikan harus memenuhl prin.$lQ- £lflSI
akurat, relevan, dan dapat dipertanggungjawdbkan.1‘
Penyelenggaraan SIKD lneirpunyal fungsi:
a. penyusunan standar Informasi Keuangan Daerah;
b. penyajian Informasi Keuangan Daerah kepada masyarakat;
c. penyiapan rumusan kebijakan teknis penyajlan InFormilSl;
d. penyiapan rumusan kebijakan teknis di bidang teknologi pengembangan SIKD;
e. pembangunan, pengembangan d.an pemeliharaan SIKD;
f. pembakuan SlKD yang melipUtl pro.sedur, pengkodean, peralatan, aplikasi dan
pertukaran informasi; dan
g. pengkoordinasian jaringan komunikasi data danpertukaran infomasi antv instansi
Pemerintah.’"
Penyelenggaraan SIKD meliputi:
a. penyajian informasi anggaran, pelaksanaan anggaran, dan pelaporan keuanp•an daerah
yang dihasilkan oleh Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan F. aerah.
b. penyajian Informasi Keuangan Daerah melalui situs resmi Pemerintah Daerah.
c. penyediaan Informasi Keuangan Daerah dalam rangka mendukung SIKD secara
nasional. ’*
1
' 1nsSuk.si Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahsin 2&S tentang Strategi Nasional Pengembangan E-
Government iingka 12 sainpiii de-ngan angka l X
' 2Peraturan Pemerintah Reprlblik Indone,sia Nomor 56 Tahun 200ii tentang Si,stem Inforuiasi Keuangan Daerah, Pasal 1
angka 15
°3fbid Pasal 1 aisgka 15
l4
ffiid, Pns‹al 3
sIhid. Pasal 10 ayat (2)
6
‘ / /2i‹/, PaxaI 1 1
Tulis un Hukum — .$ubbagian Hukum BPK Pcrwak ilun Provinsi Suluwcsi Sclatan 11
2. KENDALA YANG DIHADAPI DALAM PENERAPAN SISTEM PEMERINTAHAN
BERBASIS ELEKTROMK DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
a. Perinasa lahan pertama adalah belum adan ya Tatu Kelo la SPBE yang terpadu secara
nasional. Hal ini ditunjukkan dengan hasil kajian Dewan TIK Nasional tahun 201 b
terkait belanja TIK yang tidak efisien secara nasional. Total belanja TtK pemerintah untuk
perangkat lunak (aplikasi) dan perangkat keras tahun 2014 2016 mencapai lebih dari
Bp.12.700.000 .000.000,- (dua belas triliun tujuh ratus miliar Rupiah). Bata-rata belanja
TIK pemerintah sebesar lebih dari Rp.4.230.000.000.000,- (empat triliun dua ratus tiga
puluh Rupiah) per tahun dengan tren yang terus nieningkat setiap tahunnya.
Ditemukan bahwa 65% d‹»ri belanja perangkat lunak (aplik‹nsi) termasuk lisensi perangkat
lunak dig unakan untuk membangun aplikasi yang sejeni.s antar instansi pemerintah.
Sementzra itu, berdasarkan survei infrastruktur pusat data (data center) yang dilakukan
oleh Kementerian Komunikasi dan Infomatika Tahun 2018 terdapat 2700 pusat data di
630 instansi pusat dan pemerintah daerah yang berarti rata-rata terdapat 4 pusat data pada
setiap instansi pemerintah. Secara nasional utilisasi pusat data dan perangkat keras hanya
mencapai rata-rata 30% dari kapasitasnya. Fakta ini mengindikasikan bahwa
ktirangnya koordinasi antar instansi pemerintah di dalam pengembangan SPBE
sehingga terjadi duplikasi anggaran belanja TIK dan kapasitas yang melebihi kebutuhan.
b. Permasa1ah:tn SPBE adalah jangkauan infrastruktur ke seluruh wilayah dan ke semua
lapisan masyarakat yang belum optimal. InfrasYuktur khususnya jaringan
telekomuisik Hsl merupakan fondasl konektiv itas ontara penyelenggara SPBE dengan
pengguna. Tingkat efektivitas SPBE sangat bergantung pada tingkat akseslbilitas
pengguna terhadap Layanan S PBE melalui jaringan telekoinunlkafil. Ber dasarka n data
hasil pembangunan infrastruktur TIK dari Kementerian Perencanaan Pembangunan
N9slonal/Bappen,as, 45t) kabupaten/kota (b7%) telah terhubung jarlngan tulang
punggung serat optik nasional, sedangkan 64 kabupaten/kota (1.? %) di wilayah te
ngah dan timur Indonesia belum terhubung. Ditargetkan pada akhir tahun 2(119 semua
kabupaten kota di Indonesia akan terhubung jaringan tulnng punggung tersebut. Dalam hal
pemhangunan jarlngan pita lebar, teknologi .8G teloh menjangkau 457 kabupatenAota
(59%), sedangkan jaringan pita lebar dengan teknologi 4G telah menjangkau 412
kabupaten/kota (80%). Masih terdapat 57 kabupaten/kota (11%) yang belum terhubung
dengan jaringan pita lebar.
Tulis un Hukum — .$ubbagian Hukum BPK Pcrwak ilun Provinsi Suluwcsi Sclatan 12
Tabel 1. Hasil Penilaian SPBE oleh PBB Tahun 2012 — 2018 untuk Indonesia
Tulisan Hukum — .$ubbagian Hukum BPK Pcrwak ilun Provi nsi Suluwcsi Sclatan 1$
kerja tidak diimbangi dengan ketersediaan SDM TIK itu sendiri. Hal ini menyebabkan
tingginya tingkat gaji SDM TIK pada pasar tenaga kerja. Hal ini juga menjadi tantangan
bagi pemerintah mengingat rendahnya gaji dan tunjangan pegawai ASN di bidang TIK,
seNnppa pemerintah perlu meningkatkan daya tawar dalam memperoleh SDM TIK
yang berkualitas. ’ 7
IV. PENU"fUP
Agar pelaksanaan kebijak an pengembangan e-g‹›vernmeat dapat dilaksanakan secara
sistematlk dan terpadu, penyusunan kebijakan, peraturan dan perundang-undangan,
standardisasi, dan panduan yang diperlukan harus konsisten dan saling mendu kung. Oleh
karena ltu peruinusannya perlu mengacu pada kerangka yang utuh, serta diarahkan untuk
memenuhi kebutuhan pembentukan pelayanan publlk dan penguatan jarlngan pengelolaan
dan pengolahan lnformasl yang aisdal dan terpercaya.
’ 7 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 95 Tahun 2018 tentang Sistem Pemerint:than Berbasis Elektronik. BAB I
Peiidahuluan
Tulis un Hukum — .$ubbagian Hukum BPK Pcrwak ilun Provinsi Suluwcsi Sclatan 14
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Perundang-Undangan:
Undang-Undang Republik Indonesia 1'iomor 19 Tahun 2016 tenlang Perubahan atas Undang-Undang
1'tomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik;
Peraturan Pemerintuh Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan
Daerah;
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan 5istem dan
Transaksi Elektronik;
Peraturan Pemerintuh Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengeloluun Keuangan
Daerah;
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 95 Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis
Elektronik;
Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tuhun 2003 tentang Keb*J akan dan Strategi Nasional
Pengembangan E-G‹»'ernment ;
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 74/PMK .(17/2tl1 fi te ntang
Penyelenggaraan Slstem Informasi Keuangan Daerah.
Penulis:
Tim Unit Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum BPK Perwakilan Provinsi Sulawesi Selatan.
Disclaimer:
Seluruh lntormasi yang dlsediakan dalam Tullsan Hukum adal ah bersifat umum dan disediakan
untuk tujuan pemberian intGJWlfi?l hukum semata dan bukan me rupakan pend apat instansi.
Tulis un Hukum — .$ubbagian Hukum BPK Pcrwak ilun Provinsi Suluwcsi Sclata n