Anda di halaman 1dari 6

(JUDUL)

Anggi Veronika 01409200019


Ema Fiana Manik 01409200020
Ernita Giawa 01409200025
Gilbet Lamondang 01409200014
Viaulina Sihombing 01409200016
Welna Marissa Sahetapy 01409200027
Widya Sari Lumbantoruan 01409200030

FIP BAHASA INDONESIA

UNIVERSITAS PELITA HARAPAN

2021
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Manusia diciptakan Tuhan dengan karakter, ciri fisik, jenis kelamin, dan garis keturunan atau
kehidupan yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut bukan suatu hal yang berfungsi menjadikan
manusia beranggapan bahwa suatu ras, gender dan etnis lebih tinggi derajatnya dibanding yang
lainnya. Bahkan, di Indonesia sendiri terdapat kurang lebih 656 suku bangsa dengan bahasa lokal
300 macam [CITATION Ind20 \l 1033 ]. Hal ini membuktikan bahwa Indonesia kaya dengan
kebudayaan yang seharusnya ditanami rasa saling menghargai. Lambat laun, rasa saling
menghargai mulai pudar. Banyak kasus di negara berideologi Pancasila yang mengarah kepada
sikap tidak menghargai yang biasa disebut rasisme.

Rasisme merupakan konsep yang cair dan tampil dalam bentuk yang berbeda-beda sepanjang
waktu. Mulanya hanya prasangka antar etnis, dan antar gender, lama kelamaan berkembang
menjadi sebuah prasangka sosial, agama, bahkan budaya. Konsep rasisme biasanya adalah
perbedaan dan kekuasaan. Rasisme berasal dari suatu sikap mental yang memandang “mereka”
berbeda dengan “kita” secara permanen dan tak terjembatani.

Maka dari itu, tujuan dari penulisan paper ini adalah agar kita lebih memahami tentang apa
itu rasisme, fenomena bahkan tindakan rasime yang pernah dirasakan yang terjadi dilingkungan
sekitar terkait rasisme dalam berbagai bidang. Melalui fenomena ini kita bisa mengambil
langkah efektif dalam menanggapi tentang beragam diskriminasi yang terjadi.
BAB II

ISI

Dalam kehidupan sehari-hari, rasisme biasanya muncul dalam bentuk yang lebih halus
dan kompleks. Misalnya di lingkungan pekerjaan rasis terhadap warna kulit, berdasarkan
kesaksian salah satu korban mengatakan bahwa ia pernah dikucikan dan dianggap berbeda oleh
rekan kerjanya yang lain karna berkulit gelap. Bahkan mereka membuat pernyataan secara lisan
bahwa tidak menyukai warna kulit yang berbeda dari mereka, hal ini membuat korban
mengalami banyak kesulitan saat bekerja hingga memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya.
Tentu saja ini bertentangan dengan sila kedua dalam Pancasila, dengan bersikap tidak adil pada
semua orang dan membeda-bedakan seseorang karna perbedaan yang dimilikinya.

Adapun rasisme yang berkaitan dengan agama. Seperti kisah seorang korban yang
menjelaskan bahwa keluarganya penganut Kristen mengalami rasis dari para tetangga yang
berbeda agama, menurut mereka keluarga korban tidak sesuai dengan salah satu ajaran yaitu
mengkonsumsi hewan haram. Mereka beranggapan bahwa apapun yang disentuh oleh keluarga
korban menjadi tidak baik lagi karna hal tersebut. Bahkan korban sendiri mengalami kekerasan
secara verbal dari teman-temannya yang tidak seagama dengan dia, sehingga pihak sekolah harus
turun tangan menyelesaikannya. Padahal dalam sila pertama, kita tahu bahwa setiap orang
memiliki kebebasan untuk memeluk agama masing-masing

Perbedaan etnis juga menjadi salah satu penyebab rasisme yang masih sering terjadi di
Indonesia. Hal ini terjadi di beberapa kampus yang mayoritasnya adalah chinese. Menurut
pernyataan salah satu korban dari kaum minoritas di sana, beberapa diantara mereka dilarang
untuk menjalin hubungan karena perbedaan etnis. Hal ini dikarenakan orangtua mereka yang
menentang hubungan anaknya dengan seseorang yang bukan chinese. Pembatasan atau
pemilihan dalam berinteraksi ini menunjukkan adanya diskriminasi dalam kehidupan
bermasyarakat yang berujung rasisme.

Nelson Mandela adalah tokoh revolusioner yang sangat menentang rasisme. Ia


mengatakan bahwa setiap perbedaan yang dimiliki manusia merupakan anugerah dari Tuhan dan
bukan berarti tanda untuk memberikan status khusus kepada siapapun. Oleh karena itu, tidak ada
alasan untuk seseorang melakukan tindakan rasisme kepada sesamanya. Sebagai warga
Indonesia, kita menyadari bahwa rasisme sangat bertentangan dengan Pancasila. Oleh karena itu,
kita harus bisa saling memahami dan menghormati setiap ras, suku, etnis dan agama. Peranan
orang tua juga dibutuhkan dalam mengajarkan nilai pancasila, mengawasi, dan menjadi teladan
bagi setiap anak untuk mengurangi tindakan rasisme ini.
Lampiran
Bibliography
Indo Maritim.Id. (2020, Oktober 17). Dipetik Maret 01, 2021, dari Keberagaman Adat Kebudayaan di
Indonesia: https://indomaritim.id/keberagaman-adat-kebudayaan-di-indonesia/

https://docplayer.info/65100934-Perjuangan-nelson-mandela-melawan-rasisme-di-afrika-selatan-
oleh-rahmayati-1-ida-suryani-3.html

Anda mungkin juga menyukai