Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Goiter atau struma atau secara awam dikenal dengan istilah gondok merupakan
pembesaran kelenjar tiroid yang dapat berkaitan dengan gangguan primer pada organ
tiroid ataupun akibat stimulasi hormonal atau faktor lain terhadap tiroid Sekitar 27% dari
keseluruhan pasien struma didunia berada di negara Asia Tenggara termasuk Indonesia
(Armerinayanti, 2016). Struma (goiter) berdasarkan patologis merupakan perbesaran
kelenjar tiroid atau merupakan suatu kelainan radang, hiperplasia atau neoplasma, dimana
secara klinik sulit dibedakan. (Tampatty, 2019).
Berdasarkan data yang dikumpulkan dari registrasi kasus di instalasi Patologi
RSUP Sanglah pada tahun 2014, sekitar 30% karsinoma tiroid berkembang dari goiter.
Hal ini menunjukkan bahwa goiter merupakan faktor predisposisi terjadinya karsinoma
tiroid dan bahkan kemungkinan dapat mempengaruhi perangai biologis karsinoma tiroid
(Armerinayanti, 2016).
Pada penelitian Assagaf, dkk bahwa banyak 25 kasus penderita struma
multinodusa non-toksik sesuai dengan kriteria di Bagian Bedah BLU RSUP
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Juli 2012– Juli 2014. Berdasarkan jenis
kelamin didapatkan bahwa pasien yang menderita struma multinodusa non-
toksik lebih banyak terjadi pada kelompok jenis kelamin perempuan yaitu
sebanyak 84%. Hasil ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Al-saig et aljumlah kasus struma multinodusa non-toksik sebanyak 60 kasus; 8
diantaranya laki-laki dan 52 pasien lainnya perempuan. Hasil ini sesuai dengan
kepustakaan yang menyatakan bahwa prevalensi struma lebih sering
terjadi di kalangan perempuan berhubungan adanya efek dari
estrogen terhadap kelenjar tiroid.
Berdasarkan kelompok umur ditemukan bahwa kasus struma multinodusa non-
toksik paling banyak terjadi pada kelompok umur dewasa akhir yaitu usia 36-45 tahun
sebanyak 36% dari 25 kasus yang diteliti, dan tidak ditemukan pada kelompok
umur remaja awal, anak-anak, dan balita. Pada penelitian Azayati et al.di salah satu
rumah sakit di Jakarta diperoleh data 10 orang pasien yang menunjukkan usia
berkisar antar 25-62 tahun; tidak ditemukan pasien kelompok usia anak-anak
(Armerinayanti, 2016).
Pada kasus struma gencar- gencar nya seorang ahli gizi memberikan edukasi
tentang pentingnya pemberian asuhan nutrisi. Pada pertemuan pertama dengan pasien,
ahli gizi sudah mulai melakukan pengkajian dan di tuskan selama periode perioperatif.
Pengkajian harus holistik, yaitu menyangkut kebutuhan fisiologis, psikologis, spiritual, dan
sosial pasien dan keluarga atau orang penting bagi pasien. Riwayat kesehatan yang
lengkap harus dikaji agar faktor yang menjadi resiko pembedahan dapat di ketahui dan di
cegah atau di kurangi. Tindakan pengkajian yang dapat dilakukan adalah pemberian
pendidikan kesehatan yang perlu di jelaskan adalah berbagai informasi mengenai tindakan
pembedahan, di antaranya jenis pemeriksaan yang dilakukan sebelum bedah, alat-alat
khusus yang diperlukan, pengiriman ke kamar bedah, ruang pemulihan, dan kemungkinan
pengobatan setelah bedah.
Penatalaksanaan medis pada pasien struma adalah pembedahan, yodium radio
aktif dan pemberian anti-tiroid (Nurarif & Kususma, 2015). Operasi tiroid (Tiroidektomi)
merupakan operasi bersih, dan tergolong operasi besar. Beberapa luas kelenjar tiroid
yanga akan diambil tergantung patologinya serta ada tidaknya penyebaran dari
penyakitnya karsinoma (Oktaviani, 2014).
Struma dapat dicegah dengan pemberian senyawa yodium pada anak-anak di
daerah yang kandungan yodiumnya buruk. Hipertropi terjadi karena asupan rerata yodium
kurang dari 40 mg/hari, WHO menganjurkan yodiosasi garam hingga mencapai
konsentrasi satu bagian dalam 100.000 yang sudah cukup untuk pencegahan pembesaran
kelenjar tiroid. Pengealan garam beryodium merupakan satu-satunya cara yang paling
efektif untuk mencegah penyakit ini dalam masyarakat yang rentan. (Clevo & Margareth,
2012)

B. Tujuan Umum
Memberikan asuhan gizi pada pasien dengan diagnosa medis Hypertiroidsm
Struma Tiroid Total
C. Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian gizi pasien
2. Menetapkan diagnosis gizi dibawah bimbingan CI/Pembimbing
3. Merencanakan intervensi gizi dan mengimplementasikan rencana intervensi
4. Melakukan monitoring evaluasi
D. Manfaat Studi Kasus
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta pengalaman mahasiswa dalam
merencanakan dan melaksanakan manajemen proses asuhan gizi klinik.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran umum pasien
Ny. S, 63 tahun, BB 59 kg, TL 48 cm, LiLA 29,5 cm merupakan ibu rumah tangga yang
sehari harinya mengerjakan pekerjaan rumah. Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan
pembesaran kelenjar tiroid di leher bagian tengah kurang lebih 1 bulan sampai saat ini.
Kondisi pasien saat masuk rumah sakit masih bisa beraktivitas ringan. Hasil pemeriksaan
laboratorium menunjukkan Hb = 12,1 g/dl, Leukosit = 9.820/cmm, Trombosit = 195.000,
PCV = 37,2%. Sedangkan pemeriksaan fisik/klinis menunjukkan TD = 190/80, Suhu =
36,20C, Nadi = 80x/menit, dan RR = 20x/menit. Kebiasaan maka pasien adalah makan 3x
sehari dengan nasi, sayur, tahu, dan tempe. Pasien jarang mengonsumsi lauk hewani
seperti ayam dan ikan. Pasien lebih menyukai makanan seperti bakso dan suka makanan
yang pedas dan asin.

IDENTITAS PASIEN
1. Nama : Ny. S

2. No. RM : 691850

3. Ruangan : Dahlia Bed 8

4. Tanggal MRS : 4 Maret 2021

5. Tanggal Lahir : 16 Maret 1957

6. Usia : 63 tahun

7. Jenis Kelamin : Perempuan


8. Status : Ibu Rumah Tangga
9. Agama : Islam
10. Pendidikan Terakhir :
11. Alamat : TULISKRIYO, SANANKULON, KAB. BLITAR, JAWA
TIMUR
12. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
13. DPJP : dr. MARSUJI, Sp.B
14. Diagnosis Medis : Hyperparathyroidsm, Struma Tiroid Total
15. Jenis Diet : TETP 1800 Kalori

B. Assessment (Pengkajian Pasien)


1. Pengukuran Antropometri (AD)
BB = 59 kg
TL = 48 cm
TB estimasi = 84,88 - (0,24 x umur(th)) + (1,83 x TL (cm))
= 84,88 - (0,24 x 63 th) + ( 1,83 x 48 cm)
= 157 cm
IMT berdasarkan LiLA = 29,5/30,3x100% = 110,4

Status Gizi = Overweight

2. Pemeriksaan Biokimia (BD)


Tanggal : 4 Maret 2021

Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Jenis Hasil
Nilai Normal Keterangan
Pemeriksaan Pemeriksaan
Hemoglobin 12,1 g/dl 12 – 15,3 g/dl Normal

Leukosit 9.820 /cmm 4 – 10 rb/cmm Normal

Trombosit 195.000 150 – 450 ribu Normal

PCV 37,2% 40 – 50% Rendah

3. Pemeriksaan Fisik/Klinis (PD)


Tanggal : 4 Maret 2021
a. Pemeriksaan Fisik
- Keadaan Umum = Normal hanya terdapat benjolan di leher
- Kesadaran = CM (composmenitis)

b. Pemeriksaan Klinis

Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Fisik/Klinis

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Keterangan


Tekanan Darah 190/80 120/80 mmHg Tinggi
mmHg (TD
tinggi
disebabkan
karena pasien
tidak bisa
tidur)

Nadi 80x/menit 60-100x/menit Normal


Suhu 36,2℃ 36℃-37℃ Normal
RR 20x/menit 20-30x/menit Normal
Sumber: Buku Status Pasien Tanggal 4 Maret 2021

4. Riwayat Gizi (FH)


- Riwayat Gizi Dahulu
Pasien mempunyai pola makan yang teratur yakni 3x sehari namun pasien
lebih menyukai makanan seperti bakso dan makanan yang pedas. Pasien
sering mengonsumsi nasi dengan sayur dan tahu tempe dan jarang
mengonsumsi ikan dan ayam
- Riwayat Gizi Sekarang
Pasien tidak mempunyai alergi makanan tertentu, nafsu makan pasien
awalnya baik namun ketika setelah operasi, pasien tidak bisa makan
makanan yang bertekstur kasar karena harus mendapat diet MPB bertahap
akan tetapi nafsu makan pasien tetap tidak menurun atau meningkat.
Pasien tidak ada kesulitan mengunyah dan menelan makanan.

Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Riwayat Gizi Dahulu

Status Gizi Energi Protein (gr) Lemak (gr) Karbohidrat


(kalori) (g)
Asupan 1192 56,3 42,9 143,8
Kebutuhan 1883 94 52 259
Presentase 63% 59% 80% 55%
Keterangan Defisit Defisit Defisit Defisit
Tingkat Tingkat Tingkat Tingkat Berat
Berat Berat Ringan
259
Standar (%) asupan menurut Supariasa (2014) adalah sebagai berikut :
Diatas AKG : > 120%
Normal : 90 – 119%
Defisit Tingkat Ringan : 80 – 89%
Defisit Tingkat Sedang : 70 – 79%
Defisit Tingkat Berat : < 70%

5. Riwayat Personal (CH)


- Umur, pekerjaan, tingkat pendidikan, informasi terkait gizi/penyakit
yang diderita, peranan pasien dalam keluarga
Umur pasien adalah 63 tahun, pasien adalah seorang ibu rumah tangga,
pasien belum mendapatkan edukasi terkait kesehatan dan gizi sebelumnya.
- Keadaan sosial ekonomi
Keadaan sosial ekonomi cukup
- Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada riwayat penyakit keluarga
- Riwayat penyakit dahulu
Tidak ada riwayat penyakit dahulu
- Riwayat penyakit sekarang
Struma Tiroid (total)
- Aktivitas fisik, kebiasaan berolahraga, gaya hidup (merokok, peminum
alkohol, dll), obat-obat yang digunakan
Aktivitas fisik Px jarang berolahraga
- Masalah psikologis
Tidak ada masalah psikologis
- Pantangan/alergi makanan
Tidak ada pantangan/alergi makanan tertentu

6. Diagnosis Gizi (NI, NB, NC)


- NB-1.5 kekeliruan pola makan yang berkaitan dengan kurangnya
pengetahuan mengenai gizi ditandai dengan asupan makanan pasien
sebelum masuk rumah sakit tidak seimbang dan pasien suka makanan
yang pedas.
- NI-5.1 peningkatan kebutuhan zat gizi tertentu (TETP) yang berkaitan
dengan peningkatan kebutuhan zat gizi untuk percepatan penyembuhan
luka pasca bedah ditandai dengan asupan energi dan protein kurang dari
kebutuhan yang dianjurkan yaitu tingkat % konsumsi energi 63% dan
protein 59%.
- NC-3.3 berat badan lebih yang berkaitan dengan aktivitas fisik kurang dan
pola makan yang salah ditandai dengan IMT pasien yang gizi lebih.

7. Rencana Intervensi (ND, E/C, RC)


a. Intervensi Diet
Preskripsi Diet

1. Tujuan Pemberian Diet

- Untuk memenuhi kebutuhan zat gizi makro pasien agar status


gizi normal pasien dapat dipertahankan
- Untuk mempertahankan berat badan agar tetap dalam status
gizi normal
- Diberikan diet tinggi energi tinggi protein untuk mempercepat
luka pasca bedah pasien

2. Prinsip Diet
a. Energi tinggi, Protein tinggi, lemak cukup, dan karbohidrat
3. Syarat Diet
- Energi tinggi yaitu 1862,5 kkal untuk memperbaiki luka pasca
bedah
- Protein tinggi yaitu 118 gram untuk memperbaiki luka pasca
bedah
- Lemak cukup yaitu 20% dari kebutuhan energi untuk
memeprtahankan berat badan agar tidak turun
- Karbohidrat cukup yaitu 254,5 gram
- Bentuk makanan nasi biasa hari pertama masuk rumah sakit,
TD hari ke 2 setelah pasien operasi, bubur hari terahir hingga
pasien pulang keluar rumah sakit.
- Makanan diberikan dengan frekuensi sebanyak 3x makan utama
dan 2x selingan
- Makanan diberikan melalui oral
4. Jenis Diet
a. Diet TETP 1862,5 kkal, Protein 118 gram, Lemak 41,4 gram
dan Karbohidrat 254,5 gram
b. Pre operasi = TETP 1800 kkal (nasi)
c. Pasca operasi = MPB bertahap selama 2 hari (TD dan bubur)

5. Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat Gizi


 Perhitungan BBI
BBI = TB – 100 x 90%
BBI = 160 – 100 x 90%
BBI = 60 x 90%
BBI = 59 kg
 Perhitungan Energi
BEE = 655 + (9,6 x BB) + (1,7 x TB) – (4,7 x U)
BEE = 655 + (9,6 x 59) + (1,7 x 157) – (4,7 x 63)
BEE = 655 + 566,4 + 268,6-296
BEE = 1193,9 kkal
 TEE = BEE x FA x FS
TEE = 1193,9 x 1,3 x1,2
TEE = 1862,5 kkal
 Perhitungan Protein (20%/kkal)

P = 2. X BB

P = 2 x 59
P = 118 gram
 Perhitungan Lemak (20%/kkal)

20% x TEE
L=

L = 20% x 1862,5

L = 372,5 : 9

L = 41,4 gram

 Perhitungan Karbohidrat
KH = 1862,5 – (372,5 +
472)
KH = 1018 : 4
KH = 254,5 gram
6. Rencana Menu

Tabel 4. Pemorsian Sesuai Kebutuhan Pasien

Tanggal Perencanaan Menu


Pemorsian PAGI SIANG SORE
4 Maret 2021 Susu Peptisol 200gr

5 Maret 2021 Nasi tim 200 gr Nasi tim 275 gr Nasi tim 210 gr
Ayam saos Fuyunghay Paru bacem 120 gr
inggris 80 gr sayuran 50 gr Daging bb kuning
Perkedel Tempe bacem 60 60 gr
jagung 60 gr gr Roll tahu 75 gr
Tjap Cjai 70 gr Cha kcg pjg 75 gr Asem-asem
buncis150 gr
Selingan
Selingan
Melon 100 gr
Brownies
Susu Ekstra 200
100gr
gr
6 Maret 2021 Bubur 250 gr Bubur 275 gr
Fuyung Hai Ayam bb sate 70
Telur 50 gr gr
Sambel goreng
Botok jagung 60
basah tempe 50
gr
gr
Bening
Sup sehat 140 gr
blonceng+toge
Selingan Pisang pdk 175 gr
100 gr Bubur Selingan
Agar-agar 100 gr Pisang 100
gr
Susu 100 gr

b. Intervensi Edukasi/Konseling
1) Tujuan
- Memberikan edukasi/konseling tentang pola makan dan diet
yang berkaitan dengan kesehatan / penyakit yang diderita pasien
yaitu diet TETP
- Memberikan edukasi/konseling kepada pasien dan keluarga
tentang makanan yang bervariasi dan sehat (pembagian porsi
makanan dan bahan makanan penukar).
- Memberikan edukasi/konseling kepada pasien dan keluarga
tentang makanan yang dianjurkan, dihindari, dan dibatasi sesuai
diet yang dijalankan pasien.
- Membimbing pasien dan keluarga dalam merawat diri sesuai
kondisi pasien.
- Memberikan motivasi kepada pasien agar lekas sembuh dan
pulih seperti keadaan semula
2) Sasaran
Pasien dan Keluarga Pasien
3) Metode
Ceramah dan Tanya jawab
4) Alat dan Bahan
Laptop, proyektor, meja, kursi, alat-alat tulis
5) Materi
- Diet TETP 1800 kkal
- Bahan makanan yang dianjurkan
- Bahan makanan yang dibatasi
- Bahan makanan yang tidak dianjurkan
- Contoh menu
6) Waktu
15 menit
7) Tempat
Bed pasien
8) Media
Leaflet TETP

8. Implementasi
Implementasi yang dilakukan adalah pemberian diet Tinggi Energi Tinggi
Protein pra bedah, dan diet Makanan Pasca Bedah bertahap.
9. Monitoring dan Evaluasi
a. Monev antropometri
- AD 1.1.5 (IMT meningkat)
b. Monev biokimia
- Hb
- Leukosit
- Trombosit = NORMAL
- PCV
- MCV, MCH, MCHC
c. Monev fisik/klinis
- PD 1.1.9 (tekanan darah meningkat)
d. Monev tingkat asupan energi dan zat gizi
- FH 1.1.1.1 (asupan energi tidak mencukupi)
- FH 1.2.2.1 (ketidakseimbangan zat gizi/kelompok makanan)
- CH 2.1.3 (hipertiroid)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1) Monitoring dan Evaluasi Antropometri
Antropometri merupakan suatu cara penilaian status gizi berhubungan
dengan ukuran tubuh yang disesuaikan dengan umur dan tingkat gizi
seseorang. Pada umumnya antropometri mengukur dimensi dan
komposisi tubuh seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang
dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Status gizi
dbagi menjadi tiga kategori, yaitu status gizi kurang, gizi normal, dan gizi
lebih (Almatsier,2010).

Tabel 5. Data Hasil Pengukuran Antropometri

Data Selama Pengamatan


Antropometri
3 Maret 2021 4 Maret 2021
LILA 29,5 29,5
Tinggi Lutut 48 48
Status Gizi Normal Normal
Pemantauan status gizi pasien dilakukan saat pasien masuk
rumah sakit dan saat pasien akan keluar rumah sakit, yaitu pada tanggal
3 & 4 Maret 2021 dengan melakukan pengukuran antropometri LILA dan
Tinggi Lutut. Dilihat dari data diatas hasil monitoring dan evaluasi
antropometri tidak mengalami perubahan yang signifikan yaitu Status
Gizi Normal

2) Monitoring dan Evaluasi Biokimia

Tabel 6. Hasil Pemeriksaan Laboratorium (4 Maret 2021)

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Keterangan


Hemoglobin (Hb) 12,1 g/dL 14,4 – 17,5 g/dL Rendah
Leukosit 9.820 mcL 4.000 – 10.000 Normal
mcL
Trombosit 195.000 mcL 150.000 – 450.000 Normal
mcL
PCV 37,2 % 40 – 50 % Rendah
Pemantauan hasil laboratorium dilakukan 1 kali selama
perawatan yaitu pada tanggal 4 Maret 2021 dengan hasil lab
Hemoglobin, Leukosit, Trombosit dan PCV. Tidak ada pemeriksaan
Hasil Laboratorium lanjutan.
3) Monitoring dan Evaluasi Fisik/Klinis

Tabel 7. Hasil Pemeriksaan Monitoring dan Evaluasi Fisik/Klinis

Data Tanggal Monitoring dan Evaluasi Nilai Normal


Fisik/ Fisik/Klinis
Klinis
Tangg 3/03/20 4/03/20 5/03/20 6/03/20
al 21 21 21 21
KU Baik Kurang Cukup Cukup
baik
Tekan 190/80 190/70 140/70 140/80 120/80 mmHg
an mmHg mmHg mmHg mmHg
Darah
Suhu 36,20C 36,20C 360C 360C 360C – 37,5 0C

Nadi 80x/meni 80x/meni 80x/meni 80x/meni 60-100x/menit


t t t t
RR 20x/meni 20x/meni 20x/meni 20x/meni 12 – 24x/menit
t t t t

Berdasarkan tabel 2. Dapat dilihat bahwa :

- Keadaan umum pasien selama 4 hari dimulai dari tanggal 3 Maret


2021 dalam kondisi baik namun tanggal 4 Maret 2021 pasien dalam
kondisi kurang baik karena pasien akan melakukan operasi. Tanggal
5 Maret 2021 dalam kondisi cukup hingga tangal 6 Maret 2021 dalam
kondisi cukup.
- Tekanan darah sejak awal termasuk tinggi hingga hari kedua pra
bedah dan hari ke tiga dan ke empat tekanan darah mengalami
penurunan
- Suhu tubuh pasien mengalami penurunan pada hari terakhir
perawatan.
- Pemeriksaan denyut nadi dalam keadaan baik
- Laju pernapasan pasien selama 4 hari perawatan tergolong normal.
4) Monitoring dan Evaluasi Tingkat Konsumsi Energi dan Zat Gizi
Hasil Recall 24 jam selama intervensi tanggal 3 – 7 Maret 2021
Perkembangan asupan makanan pasien dapat diketahui dari
sisa makanan pasien. Pengamatan asupan makan pasien dilakukan
selama 3 hari sesuai dengan intervensi yang diberikan. Asupan makan
pasien kemudian dianalisis untuk mengetahui perbandingan nilai zat
gizi antara asupan makan pasien dengan kebutuhannya. Selama
intervensi 4 hari, makanan yang diberikan kepada pasien adalah diet
TETP nasi 1800 kkal sebelum operasi, kemudian pasien puasa mulai
malam di hari pasien masuk rumah sakit karena hari selanjutnya akan
menjalani operasi. Setelah operasi pasien diberikan diet Makanan
Pasca Bedah bertahap selama dua kali kemudian diberikan diet TETP
bubur 1800 kkal sampai pasien keluar rumah sakit dengan rute
pemberian oral karena fungsi oral masih baik.
Asupan zat gizi pasien selama dirawat di Rumah Sakit rawat inap
dapat diketahui dengan menggunakan rumus :

Tingkat Konsumsi = Asupan Zat Gizi/Kebutuhan Zat Gizi x 100%

Standar (%) asupan menurut Supariasa (2014) adalah sebagai berikut:

Diatas AKG = > 120%

Normal = 90 – 120%

Defisit Ringan = 80 – 89%

Defisit Sedang = 70 – 79%

Defisit Berat = < 70%

a. Analisis Asupan Energi

Tabel 8. Data Pemantauan Asupan Energi

3-03- 4-03- 5-03- 6-03- 7-03-


2021 2021 2021 2021 2021
Asupan (Kalori) 1192 0 1281 826 1874
Kebutuhan 1862 1862 1862 1862,5 1862,5
,5 ,5 ,5
(Kalori)
Presentase (%) 63 0 68 43 99
Tingkat Defisit Defisit Defisit Defisit Normal
Konsumsi Tingkat Tingkat Tingkat Tingkat
Berat Berat Berat Berat

2000 1883188318831883187843
1800
1600

1400 1281
1192
1200
1000826
800 Asupan (kkal)
600 Kebutuhan (kkal)
400
20
2000
0
Gambar 1. Grafik Asupan Energi

Berdasarkan tabel 8 dan gambar 1 grafik diatas bahwa


pada tanggal 3 Maret 2021 asupan energi pasien termasuk dalam
kategori Defisit Tingkat Berat (63%) yaitu sebesar 1192 kalori, hal
ini dikarenakan pasien tidak terlalu banyak makan pada malam
hari sebelum masuk rumah sakit, kemudian pada tanggal 4 Maret
2021 pasien termasuk dalam kategori Defisit Tingkat Berat karena
pasien puasa sebelum operasi, pada tanggal 5 Maret 2021 pasien
termasuk dalam kategori Defisit tingkat berat (68%) yaitu sebesar
1281 kalori, hak ini dikarenakan pasien masih tidak nafsu makan
setelah operasi, pada tanggal 6 Maret 2021 pasien termasuk
dalam kategori defisit tingkat berat (43%) yaitu 826 kalori, hal ini
dikarenakan pasien masih tidak nafsu makan akibat pasca
operasi. Selanjutnya untuk intervensi pada tanggal 7 Maret 2021
pasien termasuk dalam kategori normal (99%) yaitu 1874 kalori,
hal ini dikarenakan pasien sudah nafsu makan karena keluar
rumah sakit dan pasien merasa senang berkumpul dengan
keluarga. Dampak apabila energi pasien tidak tercukupi yaitu
pasien lemas untuk ber aktivitas.

b. Analisis Asupan Protein

Tabel 9. Data Pemantauan Asupan Protein

3-03- 4-03- 5-03- 6-03- 7-03-


2021 2021 2021 2021 2021
Asupan (gram) 56,3 0 49,8 32,7 84,9
Kebutuhan 118 118 118 118 118
(gram)
Presentase (%) 59 0 52 34 90

21
Tingkat Defisit Defisit Defisit Defisit Normal
Konsumsi Tingkat Tingkat Tingkat Tingkat
Berat Berat Berat Berat

100 94 94 94 94 94
84,9
90
80
70
56,3
60 49,8
50
40 32,7Asupan (gram)
30Kebutuhan (gram)
20
100
0

Gambar 2. Grafik Asupan Protein

Berdasarkan tabel 9 dan gambar 2 grafik diatas bahwa pada


tanggal 3 Maret 2021 asupan protein pasien termasuk dalam kategori
Defisit Tingkat Berat (59%) yaitu sebesar 56,3 gram, hal ini dikarenakan
pasien tidak terlalu banyak makan pada malam hari sebelum masuk
rumah sakit, kemudian pada tanggal 4 Maret 2021 pasien termasuk dalam
kategori Defisit Tingkat Berat (0%) karena pasien puasa sebelum operasi,
pada tanggal 5 Maret 2021 pasien termasuk dalam kategori Defisit tingkat
berat (52%) yaitu sebesar 49,8 gram, hal ini dikarenakan pasien masih
tidak nafsu makan setelah operasi, pada tanggal 6 Maret 2021 pasien
termasuk dalam kategori defisit tingkat berat (34%)yaitu 32,7 gram, hal ini
dikarenakan pasien masih tidak nafsu makan akibat pasca operasi.
Selanjutnya untuk intervensi pada tanggal
7 Maret 2021 pasien termasuk dalam kategori normal (90%) yaitu 84,9
gram, hal ini dikarenakan pasien sudah nafsu makan karena keluar rumah
sakit dan pasien mengonsumsi bakso daging sapi yang tinggi protein.
dampak apabila kebutuhan protein pasien tidak tercukupi yaitu luka pasca
bedah pasien lama untuk pulih seperti semula.
c. Analisis Asupan Lemak

Tabel 10. Data Pemantauan Asupan Lemak

3-03- 4-03- 5-03- 6-03- 7-03-


2021 2021 2021 2021 2021
Asupan (gram) 42,9 0 40,2 28 88
Kebutuhan 52 52 52 52 52
(gram)
Presentase (%) 82 0 77 53 169
Tingkat Defisit Defisit Defisit Defisit Diatas
Konsumsi Tingkat Tingkat Tingkat Tingkat AKG
Sedang Berat Sedang Berat

10 8
0 8
90
80
70 52 5 52 5 5
60 42, 2 40, 2 2
50 9 2 Asupan (gram)
2
40 8 Kebutuhan
30 (gram)
20
100
0

Gambar 3. Grafik Asupan Lemak

Berdasarkan tabel 10 dan gambar 3 grafik diatas bahwa pada


tanggal 3 Maret 2021 asupan lemak pasien termasuk dalam kategori
Defisit Tingkat sedang (82%) yaitu sebesar 42,9 gram, hal ini
dikarenakan pasien tidak terlalu banyak makan pada malam hari
sebelum masuk rumah sakit, kemudian pada tanggal 4 Maret 2021
pasien termasuk dalam kategori Defisit Tingkat Berat (0%) karena
pasien puasa sebelum operasi, pada tanggal 5 Maret 2021 pasien
termasuk dalam kategori Defisit tingkat berat (77%) yaitu sebesar 40,2
gram, hal ini dikarenakan pasien masih tidak nafsu makan setelah
operasi, pada tanggal 6 Maret 2021 pasien termasuk dalam kategori
defisit tingkat berat (52%)yaitu 28 gram, hal ini dikarenakan pasien
masih tidak nafsu makan akibat pasca operasi. Selanjutnya untuk
intervensi pada tanggal 7 Maret 2021 pasien termasuk dalam kategori
normal (169%) yaitu 88 gram, hal ini dikarenakan pasien sudah nafsu
makan karena keluar rumah sakit. Dampak apabila kebutuhan lemak
pasien tidak tercukupi yaitu tidak ada cadangan energi di tubuh pasien
dan menyebabkan lemas.

d. Analisis Asupan Karbohidrat

Tabel 11. Data Pemantauan Asupan Karbohidrat

23-02- 24-02- 25-02- 26-02- 27-02-


2020 2020 2020 2020 2020
Asupan (gram) 143,8 0 178 109 176,2
Kebutuhan 254,5 254 254 254,5 254,5
,5 ,5
(gram)
Presentase (%) 55 0 68 42 67
Tingkat Defisit Defisit Defisit Defisit Diatas
Konsumsi Tingkat Tingkat Tingkat Tingkat AKG
Berat Berat Sedang Berat

300
259 259 259 259 259
250

200 178 176,2


143,8
150
109
Asupan (gram)
100
Kebutuhan (gram)
50
0
0
Gambar 4. Grafik Asupan Karbohidrat

Berdasarkan tabel 11 dan gambar 4 grafik diatas bahwa pada


tanggal 3 Maret 2021 asupan karbohidrat pasien termasuk dalam
kategori Defisit Tingkat berat (55%) yaitu sebesar 143,8 gram, hal ini
dikarenakan pasien tidak terlalu banyak makan pada malam hari
sebelum masuk rumah sakit, kemudian pada tanggal 4 Maret 2021
pasien termasuk dalam kategori Defisit Tingkat Berat (0%) karena
pasien puasa sebelum operasi, pada tanggal 5 Maret 2021 pasien
termasuk dalam kategori Defisit tingkat berat (68%) yaitu sebesar 178
gram, hal ini dikarenakan pasien masih tidak nafsu makan setelah
operasi, pada tanggal 6 Maret 2021 pasien termasuk dalam kategori
defisit tingkat berat (42%)yaitu 109 gram, hal ini dikarenakan pasien
masih tidak nafsu makan akibat pasca operasi. Selanjutnya untuk
intervensi pada tanggal 7 Maret 2021 pasien termasuk dalam kategori
defisit tingkat berat(67%) yaitu 88 gram, hal ini dikarenakan pasien
kurang dalma mengonsumsi nasi dan lebih suka mengonsumsi bakso.
Dampak apabila kebutuhan karbohidrat pasien tidak tercukupi yaitu
pasien akan merasa lemas dan tidak nafsu makan.

Anda mungkin juga menyukai