4298576
4298576
OLEH :
KELOMPOK IX
FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..........................................................................................
Ошибка! Закладка не определена.
BAB I ....................................................................................................................
Ошибка! Закладка не определена.
PENDAHULUAN ................................................................................................
Ошибка! Закладка не определена.
BAB II ...................................................................................................................
Ошибка! Закладка не определена.
PEMBAHASAN ...................................................................................................
Ошибка! Закладка не определена.
BAB III
............................................................................................................................... О
шибка! Закладка не определена.
PENUTUP
............................................................................................................................... О
шибка! Закладка не определена.
KATA PENGANTAR
ٱلر ۡح َٰم ِن ه
ٱلر ِح ِيم ِب ۡس ِم ه
ٱَّللِ ه
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Tuhan Semesta
Alam karena atas izin dan kehendak-Nya jualah tugas sederhana ini dapat kami
selesaikan tepat pada waktunya. Penulisan dan pembuatan makalah ini bertujuan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Epidemiologi. Adapun yang kami bahas
dalam makalah sederhana ini mengenai “Jenis Investigasi Epidemiologi :
Eksperimental Studi”.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam epidemiologi, teknik desain experimental dasar memiliki banyak
nama. Beberapa istilah yang dipakai mencakup epidemiologi experimental,
analitik, uji terapeutik, studi experimental, uji profilaktik, uji kontrol
terandomisasi dan uji experimental. Istilah yang sering digunakan di bidang
epidemiologi adalah studi experimental. Penulis lebih memilih menggunakan
istilah desain studi experimental, suatu istilah yang sering digunkan dikebanyakan
bidang penelitian. Epidemiologi sebagai salah satu disiplin ilmu kesehatan yang
relatif masih baru bila dibandingkan dengan beberapa disiplin ilmu lain, pada saat
ini telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Epidemiologi terbagi atas
dua kelompok yaitu, kelompok epidemiologi deskriptif dan epidemiologi
experimental. Dalam makalah ini akan dibahas tentang epidemiologi
experimental. Epidemiologi experimental adalah ilmu yang mempelajari
determinan yaitu faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dan distribusi
penyakit atau masalah yang berkaitan dengan kesehatan (Lapau, 2009).
Epidemiologi experimental merupakan fase kedua dari fase pendekatan
epidemiologi karena pada fase ini dicoba untuk menganalisis penyebab penyakit
dengan cara menguji hipotesis untuk menjawab pertanyaan seperti bagaimana
timbulnya dan berlanjutnya penyakit.Unit analisis dari studi epidemiologi adalah
sekelompok masyarakat yang bertempat tinggal sama di suatu daerah batas
negara, propinsi, kabupaten, kotamadya, kecamatan, desa, serta tempat lainnya
dan merupakan ilmu yang mempelajari hubungan antara masalah-masalah
kesehatan dengan distribusi dan frekuensi penyakit yang menimpa masyarakat
yang disebut sebagai epidemiologi experimental. Epidemiologi experimental
sering digunakan atau dipakai pada penelitian kesehatan untuk mengetahui dan
mempelajari hubungan antara faktor risiko dan masalah-masalah kesehatan yang
terjadi di dalam masyarakat (Chandra, 2009).
2. Rumusan Masalah
1) Apa defenisi studi experimental ?
2) Apa saja Jenis studi experimental ?
3) Apa Kelebihan dan kekurangan studi experimental ?
4) Bagaimana Langkah-langkah investigasi studi experimental ?
5) Bagaimanakah contoh nyata dalam kasus epidemiologi?
3. Tujuan Masalah
Mahasiswa Mampu Mengetahui :
1) Defenisi studi experimental
2) Jenis studi experimental
3) Kelebihan dan kekurangan studi experimental
4) Langkah-langkah investigasi studi experimental
5) Contoh nyata dalam kasus epidemiologi
BAB II
PEMBAHASAN
Tujuan dari penelitian eksperimental adalah untuk mengukur efek dari suatu
intervensi terhadap hasil tertentu yang diprediksi sebelumnya.Desain ini
merupakan metode utama untuk menginvestigasi terapi baru.Misal, efek dari obat
X dan obat Y terhadap kesembuhan penyakit Z atau efektivitas suatu program
kesehatan terhadap peningkatan kesehatan masyarakat. Beberapa contoh
penelitian dengan desain eksperimental, seperti mengukur efektivitas penggunaan
antibiotik terhadap perawatan wanita dengan gejala infeksi saluran urin dengan
hasil tes urin negatif / negative urine dipstict testing dan efektivitas program
MEND (Mind, Exercise, Nutrition, Do it) terhadap tingkat obesitas pada anak
(Bonita, 2006). Penelitian eksperimen pada prinsipnya dapat di definisikan
sebagai metode sistematis guna membangun hubungan yang mengandung
fenomena sebab akibat (causal-effect relationship).
XO
X O
Perlakuan terhadap variabel Pengamatan atau pengukuran
independen (Treatment of terhadap variabel dependen
independent variable) (Observation or measurement of
dependent variable)
Dengan X: kelompok yang akan diberi stimulus dalam eksperimen dan
O: kejadian pengukuran atau pengamatan. Bagan tersebut dapat dibaca
sebagai berikut: terdapat suatu kelompok yang diberi perlakuan, dan
selanjutnya diobservasi hasilnya. Contoh: Pengaruh penggunaan Komputer
dan LCD (X) terhadap hasil belajar siswa (O).
b) The one group pretest-posttest design
Perbedaan dengan desain pertama adalah, untuk the one group pretest-
posttest design, terdapat pretest sebelum diberi perlakuan, hasil perlakuan
dapat diketahui dengan lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan
keadaan sebelum diberi perlakuan. Adapun desain eksperimen One Group
Pre Test-Post Test Design sebagai berikut :
a) Mengadakan Pre test
Maksud dari pemberian pre test adalah untuk mengetahui kemampuan
motorik halus sebelum diberikan intervensi.
b) Memberikan Intervensi
Memberikan intervensi peningkatan kemampuan motorik halus dengan
penggunaan keterampilan kolase (menempelkan guntingan sedotan pada
sebuah gambar) yang diberikan pada anak Tunagrahita Ringan.Adapun
pemberian intervensi sebagai berikut :
1) Pelaksanaan intervensi di lakukan empat kali pertemuan selama dua
minggu, dan setiap minggunya keterampilan kolase diterapkan dengan dua
kali pertemuan. Waktu dari setiap pertemuan adalah antara 30 menit untuk
menyelesaikan permainannya. Waktu yang diambil merupakan asumsi dari
kepala sekolah yang ditempati untuk penelitian.
2) Pada setiap pertemuan, keterampilan kolase dengan media dan materi yang
sama diberikan. Keterampilan kolase diasumsikan dapat meningkatkan
kemampuan motorik halus anak tunagrahita ringan. Setiap anak tentu akan
berbeda dalam menjalani kegiatan dari keterampilan kolase, sesuai dengan
apa yang dipilih. Setiap anak dalam setiap pertemuan mendapatkan media
gambar yang berbeda.
c) Mengadakan posttest
Posttest diberikan kepada anak Tunagrahita ringan dengan tujuan untuk
mengetahui perubahan yang dialami oleh subyek penelitian dalam hal
kemampuan motorik halus melalui keterampilan kolase (menempelkan
guntingan sedotan pada sebuah gambar), Posttest dilaksanakan setelah
intervensi diberikan pada subyek
Bentuk bagan desain tersebut adalah sebagai berikut.
O1 X O2
Keterangan :
O1 : Pretest
X : Treatment (perlakuan)
O2 : Posttest
Adapun penjelasannya sebagai berikut:
(1) Memberikan O1, yaitu pretest untuk mengukur skor peningkatan
kemampuan motorik halus anak Tunagrahita ringan sebelum melakukan
keterampilan kolase.
(2) Memberikan treatment keterampilan kolase (menempelkan guntingan
sedotan pada sebuah gambar).
(3) Memberikan O2, yaitu posttest untuk mengukur skor kemampuan motorik
halus anak Tunagrahita ringan sesudah melakukan keterampilan kolase
(menempelkan guntingan sedotan pada sebuah gambar).
(4) Membandingkan O1 dan O2 untuk menentukan seberapa besar perbedaan
yang timbul, sebelum dan sesudah menggunakan keterampilan kolase
untuk mengukur kemampuan motorik halus anak Tunagrahita ringan.
Adapun kelebihan dan kekurangan desain eksperimen (One Group PreTest-Post
Test design) menurut Nazir (2003: 232) yaitu:
Pre test sebelum dikenakan perlakuan, dan adanya post test sesudah
perlakuan dikenakan, maka dapat dibuat perbandingan terhadap variabel
terikat dari kelompok percobaan yang sama. Sedang bias pemilihan
variabel mortalitas (hilang atau mati) dapat dihilangkan dengan menjamin
bahwa kedua test tersebut adalah semua unit percobaan.
Adapun Kelemahan validasi internal dirasakan kurang, hal ini dikarenakan tidak
ada jaminan yang menyatakan bahwa perbedaan antara O1 dan O2 selalu
disebabkan oleh perlakuan X (keterampilan kolase dengan kemampuan motorik
halus). Desain ini juga menghasilkan error, antara lain:
Efek testing : Error yang disebabkan oleh karena berubahnya mood
seseorang dengan adanya pemberian pretest, sehingga akan mengubah
sikap atau minat dalam bermain serta dapat mempengaruhi pada posttest.
Jadi, perubahan ukuran pada hasil (nilai) bukan saja disebabkan oleh X
tetapi juga dipengaruhi oleh O1.
Pengaruh maturasi : Perubahan yang terjadi atas murid karena gerakan
waktu, seperti lebih dewasa, menjadi lebih berminat dan lain-lain.
Error regresi : Error statistik yang dapat dihindarkan jika kelompok-
kelompok ekstrem dibandingkan dalam pretest dan posttest. Subyek
dengan skor tinggi pada uji awal cenderung akan turun skornya pada uji
akhir, sebaliknya subyek dengan skor rendah pada uji awal akan
cenderung naik pada uji akhir. Skor tinggi atau rendah pada uji awal
(pretest) dapat terjadi karena factor kebetulan saja sehingga jika terjadi
perubahan skor hasil tes pada uji kedua bukan karena perubahan yang
sesungguhnya tetapi adanya efek regresi statistik ini.
c) The static-group comparison
Penelitian jenis ini menggunakan satu group yang dibagi menjadi dua,
yang satu memperoleh stimulus eksperimen (yang diberi perlakuan) dan yang
lain tidak mendapatkan stimulus apapun sebagai alat kontrol. Masalah yang
akan muncul dalam desain ini adalah meyangkut resiko penyeleksian
terhadap subjek yang akan diteliti. Oleh karena itu, grup tersebut harus dipilih
secara acak.
X O1
O2
R O1 X O2
R O3 O4
Dalam desain ini terdapat dua grup yang dipilih secara random
kemudian diberi pretest untuk mengetahui perbedaan keadaan awal antara
group eksperimen dan group kontrol.Hasil pretest yang baik adalah jika
nilai group eksperimen tidak berbeda secara signifikan. Pengaruh
perlakuan adalah (O2 – O1) – (O4 – O3)
b) Posttest-only control group design
Kelompok Eksperimen R X O1
Kelompok Kontrol R O2
R O1 X Y1 O2
R O3 Y1 O4
R O5 X Y2 O6
R O7 Y2 O8
Penelitian eksperimen dengan desain ini cara melakukannya adalah
dengan memilih semua kelompok secara random kemudian diberikan
pretest.. Sesuai paradigma penelitian yang seperti ada di atas, variabel
moderatornya adalah Y1 dan Y2. Sebagai gambaran dari penelitian dengan
desain ini adalah penelitian untuk mengukur pengaruh pelayanan akademik baru
di suatu sekolah terhadap kepuasan siswa. Untuk itu, peneliti kemudian memilih
empat kelompok yang diambil secara random dan diberiken pretest Peneliti
menggunakan jenis kelamin sebagai variabel moderator yaitu laki-laki (Y1) dan
perempuan (Y2).
O1 O2 O3 O4 X O5 O6 O7 O8
O1 X O2
O3 O4
Populasi Sumber
Menolak Berpartisipasi
Setuju Berpartisipasi
Randomisasi
Perlakuan Kontrol
Sakit
Individu Sakit
Sakit
Uji klinis dapat digunakan untuk mencari efisiensi dan efektivitas obat
atau prosedur pengobatan.
Penelitian dengan eksperimen digunakan sebagai penelitian lanjutan
setelah keberhasilan pada percoban hewan sebelum obat atau prosedur
pengobatan digunakan secara luas.
Dengan uji klinis, peneliti dapat mengendalikan intervensi yang diberikan.
Tidak semua masalah dapat dilakukan dengan penelitian uji klinis karena
adanya hambatan dalam faktor etis. Semua penelitian eksperimen yang
dilakukan pada manusia harus mendapatkan persetujuan dari penilai faktor
etis.
Pada penelitian ini sering ditemukan kesulitan dalam menentukan waktu
yang tepat untuk melakukan uji klinis.
Jenis studi eksperimen dalam buku konsep dasar juga membagi menjadi
ekperimen laboratorium, ,eksperimen lapangan dan intervensi komunitas.
a) Eksperimen Laboratorium
Eksperimen labolatorium adalah kajian penelitian dimana varian
dari semua variabel bebas yang variabel bebas yang berpengaruh yang mungkin
ada, namun tidak relevan dengan masalah yang sedang diselidiki. Penelitian
dilakukan di laboratorium dengan unit eksperimen adalah individu dan atau
sediaan.
Eksperimen labolatorium bertujuan untukmenaksir pengaruh faktor
biologis atau perilakuyang dicurigaimerupakan faktor risiko suatu penyakit.
Misalnya, peneliti berminta mempelajari stresorakut tertentu dalam meningkatkan
kadar katekolamin dalam darah diantara subjek yang sehat.
Kelebihan eksperimen labolatorium, yaitu :
Kemungkinan untuk pelaksanaan kontrol yang relatif sempurna
Dapat menggunakan pembagian acak dan dapat pula memanipulasi
satu atau bebrapa variabel bebas
Tingkat ketelitian (presisi) hasil penelitian yang umumnya tinggi.
Kelemahan eksperimen labolatorium adalah :
Kurangnya kekuatan variabel bebas menyebabkan efek dari
manipulasi eksperimental biasanya lemah
Kesemuan situasi penelitian eksperimen
b) Eksperimen Lapangan
Eksperimen lapangan adalah studi eksperimen yang dilakukan dilapangan
dengan individu yang belum sakit sebagai sampel. Cara melakukan eksperimen
lapangan adalah dengan memilih subjek yang belum sakit, kemudian dibagi dalam
kelompok eksperimen dan kontrol,lalu diikuti perkembangannya apakah sampel
mengalami penyakit yang diteliti atau tidak.
Kelebihan penelitian eksperimen lapangan adalah :
Bersifat realistik dan variabelnya mempunyai efek yang lebih besar
daripada efek variabel dalam penelitian eksperimen labolatorium
Sesuai untuk mengkaji pengaruh,proses dan perubahan sosial seta
psikologis yang kompleks dalam situasi yang mirip kenyataan
kehidupan
Sesuai untuk menguji teori maupun untuk mendapatkan jawab
terhadap pertanyaan-pertanyaan praktis.
Kelemahan penelitian eksperimen lapangan adalah :
Lingkungan yang sulit atau tidak tekontrol
Desain yang kurang ideal
Kurang atau rendahnya presisi atau ketepatan hasil penelitian
Tidak Sakit
X
Individu
Tidak Sakit
Tidak Sakit
c) Intervensi Komunitas
Intervensi komunitas adalah studi eksperimen dengan intervensi
dialokasikan kepada komunitas, bukan kepada individu. Intervensi
komunitas dipilih karena alokasi intervensi tidak mungkin atau tidak
praktis dilakukan pada individu. Misalnya, riset tentang efektivitas
fluoridasi air minum untuk mencegah karies gigi pada masyarakat.
Komunitas
X
Intervensi
Komunitas
Komunitas
Asma Dini
YA TIDAK JUMLAH
YA 80 300 380
TIDAK 20 600 620
JUMLAH 100 900 1000
Tabel 2x2 menunjukkan hasil observasi pada studi cross-sectional terhadap
1000 bayi untuk menentukan hubungan antara pemberian susu formula dini
dengan terjadinya manifestasi asma dini. Pada contoh ini resiko relative
pemberian formula dini pada bayi yang diberi susu formula dini dengan
80 20
prevalensi asma dini pada bayi tanpa susu formula dini = : = 6,53.
380 620
Artinya bayi yang diberikan susu formula dini lebih dari 6 kali kemungkinannya
menderita asma dini daripada yang tidak diberikan susu formula dini.
II. Desain lain yang dapat dipergunakan adalah studi kasus-kontrol, misal
dapat dikumpulkan 50 bayi yang menunjukkan manifestasi asma pada umur
kurang dari 1 tahun, kelompok ini merupakan kelompok kasus (mengalami
efek). Sebagai symbol dicari 50 bayi kurang dari 1 tahun tanpa asma. Pada
kedua kelompok ditelusuri secara retrospektif dengan wawancara yang teliti,
apakah bayi diberi formula pada masa neonatus, untuk mengetahui proporsi
subyek yang diberi formula sebelum beruur 1 bulan pada kelompok kasus dan
kontrol. Data tersebut dianalisis dengan menghitung ratio odds. Bila dari 50 bayi
asma terdapat 37 yang diberikan formula dini, maka odds pada kelompok
37 13
formula = sedangkan odds pada kelompok tanpa formula dini = . Rasio
18 32
37 13 37 ×32
odds pada studi ini adalah ∶ = = 5,06 (IK 95% antara 1,98
18 32 18 ×13
sampai 13,13).
Asma Dini
YA TIDAK JUMLAH
YA 37 18 55
TIDAK 13 32 45
JUMLAH 50 50 100
18
RO = (37 X 32) : ( ) = 5,1.
13
III. Desain lain kohort prospektif dapat pula digunakan. Misalnya diamati 1000
bayi baru lahir. Sebagian (300 bayi) secara alamiah diberikan susu formula
sebelum usia 1 bulan, sisanya (700 bayi) tidak. Kedua kelompok tersebut
diamati 1 tahun, dan ditentukan apakah terdapat manifestasi asma sebelum
usia 1 tahun.
Asma Dini
YA TIDAK JUMLAH
YA 100 200 300
TIDAK 50 650 700
JUMLAH 150 850 1000
Tabel 2x2 menunjukkan hasil observasi pada studi kohort. Resiko relative (RR)
dihitung dengan membandingkan insiden efek (asma dini) pada kelompok
dengan faktor resiko (formula dini) dengan insiden efek pada kelompok tanpa
100 50
faktor resiko. RR = : = 4,7.
300 700
Bila dari 300 bayi yang diberi formula dini 100 menderita asma
(insiden=100/300), dan dari 700 yang tidak diberi formula 50 menderita asma
(insiden 50/700), dapat dihitung relatif (RR) pemberian formula yakni (100/300
: 50/700 = 4,67 (IK 95% 3,42 sampai 6,37).
Asma Dini
YA TIDAK JUMLAH
YA 40 10 50
TIDAK 6 44 50
JUMLAH 46 54 100
Tabel 2x2 menunjukkan hasil uji klinis yag mencari hubungan antara
pemberian formula dini dengan terjadinya asma dini. Dalam desain ini
dilakukan uji hipotesis dengan x2 untuk 2 kelompok independen; x2 = 4,245; df
= 1; p = 0,039.
Nilai rasio prevalens pada studi cross-sectional, rasio oods pada penelitian
kasus kontrol, maupun resiko relatif pada studi kohort menunjukkan beberapa kali
resiko terjadinya efek pada kelompok dengan faktor resiko disbanding pada
kelompok kontrol. Misalnya, rasio oods sebesar 5,06 berarti bahwa bayi yang
diberi formula dini mempunyai resiko untuk terjadinya asma dini sekitar lima kali
lebih besar ketimbang yang tidak diberi formula dini. Rasio odds sebesar 5,01 ini
mempunyai interval kepercayaannya; bila interval kepercayaan 95% antara 1,98
sampai 13,13 berarti pada populasi yang diwakilkan oleh sampel, resiko
pemberian formula dinipada neonatusuntuk kejadian asma dini 95% terletak
antara 2 sampai 13. Apabila rasio odds < 1 maka faktor yang diteliti justru
merupakan faktor protektif. Baik faktor resiko maupun faktor protektif, bila
interval kepercayaannya mencakup angka 1 berarti dapat dikatakan sampel bukan
merupakan faktor resiko / protektif yang sebenarnya,; apabila pada data yang
sama dilakukan uji hipotesis maka akandiperoleh nilai p > 0,05 – artinya hasil
yang diperoleh tersebut cukup besar kemungkinannya semata-mata disebabkan
oleh faktor peluang.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Eksperimen merupakan suatu penelitian yang menjawab pertanyaan “jika
kita melakukan sesuatu pada kondisi yang dikontrol secara ketat maka apakah
yang akan terjadi?”. Untuk mengetahui apakah ada perubahan atau tidak pada
suatu keadaan yang di kontrol secara ketat maka kita memerlukan perlakuan
(treatment) pada kondisi tersebut dan hal inilah yang dilakukan pada penelitian
eksperimen. Sehingga penelitian eksperimen dapat dikatakan sebagai metode
penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap
yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2011).Tujuan dari
penelitian eksperimental adalah untuk mengukur efek dari suatu intervensi
terhadap hasil tertentu yang diprediksi sebelumnya.
Menurut Sugiyono (2011) terdapat beberapa bentuk desain eksperimen,
yaitupre-experimental design, true experimental design, dan quasy experimental
design. Menurut Kunthi dalam bukuya Konsep dasar Epidemiologi menjelaskan
bahwa studi experimental dibagi menjadi dua yaitu Acak (Randomized Controlled
Trial atau RCT) dan Uji Klinik dan adapun Jenis studi eksperimen yaitu
ekperimen laboratorium, ,eksperimen lapangan dan intervensi komunitas
2. Saran
Dengan adanya makalah ini semoga dapat menjadi pedoman dalam
memberikan pelayanan kesehatan. Serta dengan adanya makalah ini dapat di
gunakan sebagai bahan referensi untuk pembuatan dan menyempurnakan
pembuatan makalah sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Budiarto.,Eko.Pengantar Epidemiologi.2002. Jakarta; EGC