Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM BOTANI DAN FARMAKOGNOSI

PRAKTIKUM IDENTIFIKASI MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN

Hari, Tanggal Praktikum : Jumat, 3 Juli 2020


Kelas : A4A
Nama pratikan : Ni Kadek Arinda Jayanthi
NIM : 19021041
Nama dosen jaga : I Putu Gede Adi Purwahita, S.Farm.,M.Farm.,Apt
Nama asisten jaga :

PRAKTIKUM BOTANI FARMASI DAN FARMAKOGNOSI


PROGRAM STUDI FARMASI KLINIS
UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL
2020
PRAKTIKUM V

IDENTIFIKASI MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN

I. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Mahasiswa mengetahui definisi dan penggolongan minyak lemak, lemak,


dan lilin.
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi minyak lemak, lemak dan lilin yang
sering digunakan dalam bidang farmasi, baik secara fisika maupun kimia.
3. Mahasiswa mampu melakukan uji kelarutan minyak lemak, lemak, dan
lilin dalam pelarut tertentu.

II. DASAR TEORI

Minyak lemak, lemak, dan lilin digolongkan ke dalam senyawa lipid.


Lipid adalah suatu trigliserida (ester gliserol), yang merupakan gabungan dari
gliserol dan 3 asam lemak. Asam lemak yang dimaksud seperti asam oleat,
linoleat, risinoleat dan lain- lain. Minyak lemak lemak berbentuk cair pada suhu
kamar, sedangkan lemak berbentuk padat. Sementara lilin pada umumnya
berwujud padat pada suhu kamar, namun memiliki tingkat kepadatan yang lebih
besar daripada lemak. Lilin juga memiliki sifat rapuh. (Anonim, 2020)

1. Minyak dan Lemak

Lemak dan minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga
kesehatan tubuh manusia. Selain itu lemak dan minyak juga merupakan sumber
energi yang lebih efektif dibanding dengan karbohidrat dan protein. Satu gram
minyak atau lemak dapat menghasilkan 9 kkal/gr, sedangkan karbohidrat dan protein
hanya menghasilkan 4 kkal/gr. Minyak atau lemak, khususnya minyak nabati,
mengandung asam-asam lemak esensial seperti asam linoleat, lenolenat, dan
arakidonat yang dapat mencegah penyempitan pembuluh darah akibat penumpukan
kolestrol. Minyak dan lemak juga berfungsi sebagai sumber dan pelarut bagi
vitamin-vitamin A, D, E, dan K (Riawan, 1990).
Lemak dan minyak terdapat pada hampir semua bahan pangan dengan
kandungan yang berbeda-beda. Tetapi lemak dan minyak sering kali ditambahkan
dengan sengaja ke bahan makanan dengan berbagai tujuan. Dalam pengolahan bahan
pangan, minyak dan lemak berfungsi sebagai media penghantar panas, seperti minyak
goreng, shortening (mentega putih), lemak (gajih), mentega, dan margarin. Di
samping itu, penambahan lemak juga dimaksudkan juga untuk menambah kalori serta
memperbaiki tekstur dan cita rasa bahan pangan., seperti pada kembang gula,
penambahan shortening pada pembuatan kue-kue, dan lain-lain. (Riawan, 1990).

Lemak yang ditambahkan kedalam bahan pangan, atau dijadikan bahan


pangan membutuhkan persyaratan dan sifat-sifat tertentu. Berbagai bahan pangan
seperti daging, ikan, telur, susu, alpukat, kacang tanah, dan beberapa jenis sayuran
mengandung lemak atau minyak yang biasanya termakan bersama bahan tersebut.
Lemak dan minyak tersebut dikenal sebagai lemak tersembunyi (invisibke fat).
Sedangkan lemak dan minyak yang telah diekstraksi dari ternak atau bahan nabati
dan dimurnikan dikenal sebagai lemak minyak biasa atau lemak kasat mata (visible
fat). (Riawan, 1990).

Lemak hewani mengandung banyak sterol yang disebut kolestrol, sedangkan


lemak nabati mengandung fitosterol dan lebih banyak mengandung asam lemak tak
jenuh sehingga umumnya berbentuk cair. Lemak hewani ada yang berbentuk padat
(lemak) yang biasanya berasal dari lemak hewan darat seperti lemak susu, lemak
babi, lemak sapi. Lemak hewan laut seperti minyak ikan paus, minyak ikan cod,
minyak ikan herring berbentuk cair dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu :
a) Drying oil yang akan yang akan membentuk lapisan keras bila mengering di
udara, misalnya minyak yang dapat digunakan untuk cat dan pernis.
b) Semi drying oil seperti minyak jagung, minyak biji kapas, dan minyak bunga
matahari.
c) Non drying oil, misalnya minyak kelapa dan minyak kacang tanah.
(Riawan, 1990).
Lipid adalah suatu kelompok senyawa yang berhubungan dengan asam- asam
lemak serta memiliki sifat yang tidak larut dalam pelarut nonplar seperti ester,
kloroform dan benzen. Jadi lipid mencakup lemak, minyak lilin, steroid dan senyawa
yang sejenis. Lipid merupakan salah satu komponen makanan yanng terpenting yaitu
sebagai sumber energi menghasilkan 9 kalori pergram lemak, bahan isolasi dan
pelindung dan terdapat pada keliling organ- organ tertentu misalnya jaringan syaraf.
(Riawan, 1990).

Lipid (Yunani, lipos = lemak) adalah segolongan besar senyawa tak larut air
yang terdapat di alam. Lipid cenderung larut dalam pelarut organik seperti eter dan
kloroform. Sifat inilah yang membedakannya dari karbohidrat, protein, asam nukleat,
dan kebanyakkan molekul hayati lainnya (Wibrahma & Matta, 1992 ). Disamping
sebagai bahan isolasi dan pelindung, lipid mengandung vitamin-vitamin yang larut
dalam lemak seperti A, D, E, K, mengandung asam-asam lemak esensial dan
sebagaimana komponen pembentuk membran sel juga sebagai pembentuk hormon
(steroid). (Riawan, 1990).

Pengertian yang kedua mengenai minyak/lemak ialah ester-ester gliserol dari asam
lemak dan suhu yang tinggi.

Bahan lipid yang paling banyak terdapat dalam jasad hidup adalah turunan
gliserol. Lemak dan minyak merupakan triester gliserol yaitu trisilgliserol atau sering
disebut trigliserida. Fosfatida atau fosfolipid adalah campuran ester gliserol yang
satu gugus hidroksil dari gliserolnya diesterkan dengan penggalan asam fosfat ( Pine,
1988 ). Minyak dan lemak merupakan bahan yang penting bagi kita, dan termasuk
bahan organik yang penting bagi tubuh disamping karbohidrat dan protein. Minyak
dan lemak termasuk kelompok zat kimia yang disebut lipid. Lipid adalah senyawa
organik yang berasal dari tumbuhan dan hewan yang mempunyai sifat tidak larut
dalam air, akan tetapi larut dalam pelarut-pelarut non-polar seperti eter dan
kloroform. (Syukri, 1999).

Lemak dan minyak merupakan trigliserida atau triester gliserol. Lemak dan
minyak mempunyai struktur dasar yang sama biasanya dibedakan berdasarkan titik
lelehnya. Titik leleh tersebut tergantung pada panjangnya rantai hidrokarbon dan
adanya ikatan rangkap antara atom karbon asam lemak penyusunnya. Minyak kaya
akan asam lemak tak jenuh sehingga berbentuk cair sedangkan lemak berbentuk
padat pada suhu kamar. Lemak umumnya berasal dari hewan sedangkan minyak
umumnya berasal dari tumbuhan, seperti minyak jagung, minyak zaitun, minyak
wijen dan lain-lain. (Fessenden & Fessenden, 1986).

Bahan lipid yang paling banyak terdapat dalam jasad hidup adalah turunan
gliserol. Lemak dan minyak merupakan triester gliserol yaitu triasilgliserol (sering
disebut triglesirida). Fosfatida atau fosfolipid adalah campuran ester gliserol yang
satu gugus hidroksil dari gliserolnya diesterkan dengan penggalan asam fosfat.
Minyak dan lemak mempunyai sifat kimia dan fisika tertentu yang berkaitan dengan
strukturnya, sifat fisikanya antara lain : kelarutan, titik lebur dan plastisitas.
Perbedaan sifat fisik lemak dan minyak hanya terletak pada titik leburnya. Minyak
memiliki titik lebur dibawah temperatur normal sehingga pada temperatur normal
merupakan zat cair, sedang lemak mempunyai titik lebur diatas temperatur kamar,
sehingga pada temperatur kamar merupakan zat padat. Titik lebur tersebut
bergantung pada panjangnya rantai hidrokarbon dan adanya ikatan rangkap antara
atom karbon asam lemak penyusunnya. Lemak disusun oleh asam lemak jenuh,
sedangkan minyak disusun oleh asam lemak tidak jenuh. (Respati, 1986).

Sifat-sifat kimia dari minyak dan lemak antara lain: reaksi adisi, reaksi oksidasi dan
hidrolisis.
 Reaksi adisi lemak dan minyak terjadi pada senyawa yang
mengandung ikatan tak jenuh seperti halnya pada alkena dan alkuna
dimana pada minyak dan lemak mengandung asam-asam tak jenuh
seperti palmitoleat, asam oleat, linoleat, dan asam linolenat.
 Asam-asam lemak tak jenuh yang terikat pada molekul trigliserida dari
minyak cair dapat mengadisi hidrogen sehingga ikatannya menjadi
jenuh. Oleh karena itu reaksi adisi hidrogen ini digunakan untuk
memadatkan minyak dalam pengolahan bahan makanan.
 Reaksi adisi dengan iodium dan brom yang digunakan untuk
menentukan derajat ketidakjenuhan (jumlah ikatan rangkap dua) dari
suatu minyak atau lemak. Hal ini dikarenakan karena kelarutan iodium
dan brom dalam alkohol yang berwarna cokelat muda diadisi asam
lemak tak jenuh sehingga warnanya akan hilang.
 Oksidasi minyak dan lemak akan menimbulkan bau dan rasa tidak
enak yang disebut bau tengik.
(Fessenden & Fessenden, 1986).

Hidrolisis basa suatu ester dikenal dengan istilah penyabunan, karena


jenis reaksi ini digunakan dalam pembuatan sabun dari lemak. Reaksi umumnya
adalah:

Reaksi penyabunan tidak bolak – balik, karena pada tahap akhir, ion alkoksida yang
merupakan basa kuat melepaskan proton dari asam dan membentuk ion karboksilat
dan molekul alcohol. (Hart, 1983).

Analisis kualitatif lemak dapat dianalisis dengan menggunakan pereaksi-


pereaksi kimia tertentu ataupun dengan metode kromatografi. Salah satu contoh
dengan menggunakan metode kromatografi gas (GC). Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan Panagan, Yohandini dan Wulandari pada analisis kualitatif
dan kuantitatif asam lemak ikan patin. Analisis komposisi asam lemak ikan patin
dilakukan secara kualitatif dan kuatitatif menggunakan instrument kromatografi gas
(GC). Identifikasi komponen- komponen asam lemak ikan patin yaitu dengan
menyamakan waktu retensi sample dengan waktu retensi asam lemak standar yang
telah diketahui dengan pasti jenis asam lemaknya. (Panagan, et al., 2012)

2. Lilin

Pada tanaman, lilin terdapat pada dinding luar lapisan epidermis, biasanya
pada buah dan daun. Lilin memiliki komposisi yang berbeda dengan minyak
lemak atau lemak. Lilin adalah bentuk ester dari asam lemak dan alkohol. Dalam
reaksi saponifikasi, lilin perlu diperlakukan dengan alkohol agar memberikan
reaksi yang positif. (Anonim, 2020
Lilin (wax) adalah ester asam lemak dengan monohidroksi alcohol yang
mempunyai rantai karbon panjang antara 14 sampai 34 atom karbon. Lilin dapat
diperoleh antara lain dari lebah madu dan dari ikan paus atau lumba-lumba. Lilin
dikeluarkan oleh lebah untuk membentuk sarang tempat penyimpanan madu.
Asam lemak tak jenuh adalah asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap. Jenis
asam lemak ini dapat di identifikasi dengan reaksi adisi, dimana ikatan rangkap akan
terputus sehingga terbentuk asam lemak jenuh. (Salirawati et al,2007)

Contoh bahan-bahan yang tergolong minyak lemak, lemak, dan lilin yang
banyak digunakan di bidang farmasi adalah :
1. Minyak lemak : Oleum sesami, oleum lini, oleum cocos, olive oil, castor
oil, cod liver oil, almond oil.
2. Lemak : Oleum cacao, adeps lanae

3. Lilin : Cera alba, cera flava, cetaceum, carnauba wax

(Anonim, 2020)

III. ALAT DAN BAHAN

3.1 Alat

1. Kertas Saring

2. Pipet Tetes

3. Tabung Reaksi

4. Gelas Ukur

5. Gelas Arloji

6. Lampu spiritus

7. Penangas Es

8. Penangas Air
9. Gelas objek

10. Mortir dan stamper

11. Termometer

3.2 Bahan

1. Minyak Lemak : minyak kelapa sawit, minyak zaitun, minyak lini,


minyak wijen, minyak jagung, dan minyak kayu putih
2. Biji-bijian yang mengandung lemak : biji kemiri dan kacang tanah

3. Petroleum eter

4. Eter

5. Kloroform

6. Etanol 95%

7. Air

8. Sabun

9. Minyak Parafin

IV. CARA KERJA

1. Uji Noda Lemak

Minyak lemak (minyak kelapa, minyak zaitun, minyak lini, minyak


wijen, minyak kelapa jagung, minyak kedelai, minyak kelapa sawit)
diteteskan pada kertas saring, kemudian biarkan mengering. Lakukan
pengamatan noda lemak yang jernih atau transparan!
Untuk bahan nabati, yaitu kacang tanah dan biji kemiri, dilakukan
penyarian biji (±200 mg) dengan eter (1 mL). Sari eter diteteskan pada
kertas saring. Lakukan pengamatan noda lemak yang jernih. Pilihlah biji
yang kering dan sari eter yang jernih.
2. Uji Kelarutan

Ambil satu tetes minyak (minyak kelapa, minyak zaitun, minyak lini,
minyak wijen, minyak kelapa sawit, minyak kedelai, minyak kelapa sawit)
dan tambahkan salah satu pelarut (eter, petroleum eter, kloroform, etanol
95%) bertetes-tetes sampai tepat larut. Dicatat jumlah tetes pelarut yang
digunakan!

3. Penetapan Jarak Beku

Minyak lemak (minyak kelapa, minyak zaitun, minyak lini, minyak


wijen, minyak kelapa sawit, minyak kedelai, minyak kelapa sawit) sebanyak 2
ml didinginkan pelan- pelan dalam penangas es. Amati suhunya mulai terjadi
kekeruhan sampai membeku.

4.Penetapan Jarak Lebur

Lemak padat (oleum cacao, cera alba, setaceum, adeps lanae)


dipanaskan hati-hati (usahakan kenaikan suhu 20C/menit) dalam penangas air.
Dicatat suhu dimana lemak mulai meleleh sampai meleleh sempurna.

V. PEMBAHASAN
1. Minyak Ikan (Oleum Iecoris)

Uji noda merupakan indentifikasi umum minyak atsiri yang dilakukan dengan
meneteskan minyak atsiri pada kerta saring. Kertas saring yang tidak
meninggalkan noda (menguap) menandakan bahwa sampel yang didapat benar
minyak atsiri. Sedangkan pada kertas saring terdapat bercak noda menandakan
minyak berasal dari lemak atau adsorben. (Faisal, 2006)
Minyak ikan memiliki kelarutan dimana sukar larut dalam etanol (95%) P ;
mudah larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam eter minyak tanah P.
Minyak ikan memiliki cairan; kuning pucat; bau khas, agak manis, tidak tengik;
rasa khas. (Depkes, RI. 1979)

Hasil pengamatan :
 Uji noda lemak : tidak meninggalkan noda lemak, transparan, bau khas,
warna kuning bening.
 Uji kelarutan :
- Pelarut eter : minyak larut dalam 9 tetes eter
- Pelarut kloroform : minyaklarut dalam 15 tetes kloroform
- Pelarut etanol 95% : minyak tidak larut dalam 15 tetes etanol 95%
2. Minyak Kayu Manis ( Oleum Cinnamomi)

Uji noda merupakan indentifikasi umum minyak atsiri yang dilakukan dengan
meneteskan minyak atsiri pada kerta saring. Kertas saring yang tidak
meninggalkan noda (menguap) menandakan bahwa sampel yang didapat benar
minyak atsiri. Sedangkan pada kertas saring terdapat bercak noda menandakan
minyak berasal dari lemak atau adsorben. (Faisal, 2006)
Minyak kayu manis memiliki kelarutan dalam etanol larutkan 1 ml dalam 8 ml
etanol (70%) P; opalesensi larutan yang dibuat dengan menambahkan 0,5 ml
perak nitrat 0,1 N ke dalam campuran 0,5 ml natrium klorida 0,02 N dan 50 ml
air. Minyak kayu manis memiliki cairan; suling segar berwarna kuning; baud an
rasa khas. Jika disimpan dapat menjadi coklat kemerahan. (Depkes, RI. 1979)
Hasil pengamatan :
 Uji noda lemak : tidak meninggalkan noda lemak, bau khas aromatik,
bening, warna kuning.
 Uji kelarutan :
- Pelarut eter : minyak larut dalam 15 tetes eter
- Pelarut kloroform : minyak larut dalam 17 tetes kloroform
- Pelarut etanol 95% : minyak tidak larut dalam 15 tetes etanol 95%
3. Minyak Kayu Putih (Oleum Cajuputih)

Uji noda merupakan indentifikasi umum minyak atsiri yang dilakukan dengan
meneteskan minyak atsiri pada kerta saring. Kertas saring yang tidak
meninggalkan noda (menguap) menandakan bahwa sampel yang didapat benar
minyak atsiri. Sedangkan pada kertas saring terdapat bercak noda menandakan
minyak berasal dari lemak atau adsorben. (Faisal, 2006)
Minyak kayu putih memiliki kelarutan larut dalam 2 bagian etanol (80%) P,
jika disimpan lama kelarutan berkurang; mudah larut dalam etanol (90%) P.
Minyak kayu putih memiliki bentuk cairan; tidak berwarna, kuning atau hijau;
bau khas, aromatic; rasa pahit. (Depkes, RI. 1979)
Hasil pengamatan :
 Uji noda lemak : bau khas aromatik, transparan, stelah di uji noda warna
minyak atsiri jadi tidak bisa terlihat ada noda lemak atau tidak.
 Uji kelarutan :
- Pelarut eter : minyak larut dalam 10 tetes eter
- Pelarut kloroform : minyak larut dalam 5 tetes kloroform
- Pelarut etanol 95% : minyak tidak larut dalam 20 tetes etanol 95%
4. Minyak Adas (Oleum Foenicuali)

Uji noda merupakan indentifikasi umum minyak atsiri yang dilakukan dengan
meneteskan minyak atsiri pada kerta saring. Kertas saring yang tidak
meninggalkan noda (menguap) menandakan bahwa sampel yang didapat benar
minyak atsiri. Sedangkan pada kertas saring terdapat bercak noda menandakan
minyak berasal dari lemak atau adsorben. (Faisal, 2006)
Minyak adas memiliki kelarutan larut dalam 1 bagian etanol (95%) P.
Minyak adas memiliki bentuk cairan; tidak berwarna atau kuning pucat; baud an
rasa khas; menyerupai buahnya. (Depkes, RI. 1979)
Hasil pengamatan :
 Uji noda lemak : warna minyak adas bening, bau khas, setelah diuji noda
warna transparan.
 Uji kelarutan :
- Pelarut eter : minyak larut dalam 10 tetes eter
- Pelarut kloroform : minyak larut dalam 5 tetes kloroform
- Pelarut etanol 95% : minyak tidak larut dalam 10 tetes etanol 95%
5. Minyak Wijen (Oleum Sesami)

Uji noda merupakan indentifikasi umum minyak atsiri yang dilakukan dengan
meneteskan minyak atsiri pada kerta saring. Kertas saring yang tidak
meninggalkan noda (menguap) menandakan bahwa sampel yang didapat benar
minyak atsiri. Sedangkan pada kertas saring terdapat bercak noda menandakan
minyak berasal dari lemak atau adsorben. (Faisal, 2006)
Minyak wijen memiliki kelarutan dimana sukar larut dalam etanol 95% P;
mudah larut dalam kloroform P, mudah larut dalam eter P dan dalam minyak
tanah P. Minyak wijen memiliki bentuk cair, berwarna kuning pucat, bau yang
lemah, rasa yang tawar dan titik beku pada suhu 0º. (Depkes, RI.1979)
Hasil pengamatan :
 Uji noda lemak : setelah di uji noda minyak wijen dikertas saring
transparan dan terlihat ada noda lemak, bau khas, warna minyak kuning.
 Uji kelarutan :
- Pelarut eter : minyak larut dalam 10 tetes eter
- Pelarut kloroform : minyak larut dalam 5 tetes kloroform
- Pelarut etanol 95% : minyak tidak larut dalam 10 tetes etanol 95%
6. Minyak Kelapa (Oleum Cocos)

Uji noda merupakan indentifikasi umum minyak atsiri yang dilakukan dengan
meneteskan minyak atsiri pada kerta saring. Kertas saring yang tidak
meninggalkan noda (menguap) menandakan bahwa sampel yang didapat benar
minyak atsiri. Sedangkan pada kertas saring terdapat bercak noda menandakan
minyak berasal dari lemak atau adsorben. (Faisal, 2006)
Minyak kelapa memiliki kelarutan larut dalam 2 bagian etanol (95%)P pada
suhu 60º; sangat mudah larut dalam kloroform P dan dalam eter P.
Minyak kelapa memiliki bentuk cairan; jernih; tidak berwarna atau kuning pucat;
bau khas, tidak tengik. (Depkes, RI. 1979)
Hasil pengamatan :
 Uji noda lemak : minyak kelapa warna bening, tapi setelah diuji menjadi
transparan tidak terlihat noda lemak.
 Uji kelarutan :
- Pelarut eter : minyak larut dalam 25 tetes eter
- Pelarut kloroform : minyak larut dalam 20 tetes kloroform
- Pelarut etanol 95% : minyak tidak larut dalam 10 tetes etanol 95%
7. Minyak Cengkeh (Oleum Caryophyli)

Uji noda merupakan indentifikasi umum minyak atsiri yang dilakukan dengan
meneteskan minyak atsiri pada kerta saring. Kertas saring yang tidak
meninggalkan noda (menguap) menandakan bahwa sampel yang didapat benar
minyak atsiri. Sedangkan pada kertas saring terdapat bercak noda menandakan
minyak berasal dari lemak atau adsorben. (Faisal, 2006)
Minyak cengkeh memiliki kelarutan yang larut dalam 2 bagian volume etanol
(70%) p; dapat bercampur dengan etanol (90%) P dan eter P.
Minyak cengkeh memiliki bentuk cairan suling segar tidak berwarna atau kuning
pucat; membias cahaya dengan kuat, baud an rasa seperti cengkeh. Jika disimpan
atau kena cahaya menjadi gelap.
Hasil pengamatan :
 Uji noda lemak : bau khas aromatik, transparan, meninggalkan noda bekas
 Uji kelarutan :
- Pelarut eter : minyak larut dalam 5 tetes eter
- Pelarut kloroform : minyak larut dalam 5 tetes kloroform
- Pelarut etanol 95% : minyak tidak larut dalam 16 tetes etanol 95%

8. Minyak Permen (Oleum Menthae Piperitae)

Uji noda merupakan indentifikasi umum minyak atsiri yang dilakukan dengan
meneteskan minyak atsiri pada kerta saring. Kertas saring yang tidak
meninggalkan noda (menguap) menandakan bahwa sampel yang didapat benar
minyak atsiri. Sedangkan pada kertas saring terdapat bercak noda menandakan
minyak berasal dari lemak atau adsorben. (Faisal, 2006)
Minyak permen memiliki kelarutan dalam etanol larut dalam 4 bagian volume
etanol (70%) P opalesensi yang terjadi tidak lebih kuat dari opalesensi larutan
yang dibuat dengan menambahkan 0,5 ml perat nitrat 0,1 N pada campuran 0,5
ml natrium klorida 0,02 N dan 50 ml air
Minyak permen memiliki bentuk cairan, tidak berwarna, kuning pucat atau
kuning kehijauan, bau aromatik, rasa pedas dan hangat, kemudian dingin.
(Depkes, RI. 1979)
Hasil pengamatan :
 Uji noda lemak : bau khas aromatik, transparan, tidak meninggalkan noda
bekas
 Uji kelarutan :
- Pelarut eter : minyak larut dalam 5 tetes eter
- Pelarut kloroform : minyak larut dalam 5 tetes kloroform
- Pelarut etanol 95% : minyak tidak larut dalam 5 tetes etanol 95%
9. Minyak Adas Manis (Oleum Anisi)

Uji noda merupakan indentifikasi umum minyak atsiri yang dilakukan dengan
meneteskan minyak atsiri pada kerta saring. Kertas saring yang tidak
meninggalkan noda (menguap) menandakan bahwa sampel yang didapat benar
minyak atsiri. Sedangkan pada kertas saring terdapat bercak noda menandakan
minyak berasal dari lemak atau adsorben. (Faisal, 2006)
Minyak Adas Manis memiliki kelarutan dalam etanol larut dalam 3 bagian
volume etanol (95%)P; larutan menunjukkan opalesensi tidak lebih kuat dari
opalesensi yang terjadi jika 0,5 ml perak nitrat 0,1 N ditambahkan pada campuran
0,5 ml natrium klorida 0,02 N dan 50 ml air.
Miyak adas manis memiliki bentuk cairan; tidak berwarna artau warna kuning
pucat; bau menyerupai buahnya rasa manis dan aromatik, menghablur jika
didinginkan. (Depkes, RI.1979)
Hasil pengamatan :
 Uji noda lemak : bau khas aromatik, transparan, tidak meninggalkan noda
bekas
 Uji kelarutan :
- Pelarut eter : minyak larut dalam 10 tetes eter
- Pelarut kloroform : minyak larut dalam 5 tetes kloroform
- Pelarut etanol 95% : minyak tidak larut dalam 5 tetes etanol 95%

VI. KESIMPULAN
Minyak lemak, lemak, dan lilin digolongkan ke dalam senyawa lipid.
Lipid berasal dari kata Yunani yang berarti lemak, secara bahasa lipid
merupakan lemak, sedangkan kalau dilihat dari strukturnya. Lipida
merupakan senyawa organik yang tidak larut dalam air tapi dapat
diekstraksi dengan pelarut non polar seperti chloroform, eter, benzena,
alkohol, aseton, dan karbondisulfid. Lipid juga merupakan kelompok
senyawa beraneka ragam. Lemak dikenal merupakan salah satu dari
senyawa lipid.
Fungsi utama lemak: sebagai penyekat, bantalan dan cadangan energi.
Fungsi penyekat tampak jelas pada membrane sel. Seluruh sel makhluk
hidup dibungkus oleh membran yang antara lain terdiri dari molekul-
molekul lemak yang tersusun sedemikian rupa sehingga isi sel terpisah dari
dunia luar. Fungsi penyekat tampak jelas pula pada sel-sel syaraf.
Minyak lemak dan lemak memiliki sifat larut dalam eter, kloroform, PE;
tidak larut dalam alkohol kecuali minyak jarak (oleum ricini) yang larut
dalam 3-5 bagian alkohol 90%; tidak larut air, susah menguap di udara,
meninggalkan noda lemak yang permanen pada kertas, dan berminyak bila
dirasakan.
Minyak lemak dan lemak menghasilkan gliserol bila disabunkan (reaksi
saponifikasi). Minyak atau Lemak merupakan komponen bahan makanan
yang penting. Istilah minyak atau lemak sebenarnya tergantung apakah
pada suhu kamar bahan tersebut dalam keadaan cair atau padat. Bila pada
suhu kamar dalam keadaan cair, maka disebut minyak, sebaliknya bila
dalam keadaan padat disebut lemak.

Perbedaan yang nyata antara minyak lemak dengan lemak adalah bahwa
minyak lemak berbentuk cair pada suhu kamar, sedangkan lemak
berbentuk padat. Lilin memiliki kepadatan yang lebih besar daripada lemak
dan bersifat rapuh, hal ini antara lain karena lilin merupakan hidrokarbon
rantai panjang. Identifikasi minyak lemak, lemak, dan lilin. Metabolisme
Lemak: Asam lemak bersenyawa kembali dengan gliserol membentuk
lemak, dan selanjutnya diangkut oleh pembuluh getah bening usus atau
pembuluh kil menuju ke pembuluh getah bening kiri pembuluh dada terus
ke pembuluh balik bawah selangka.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2020.Modul Pratikum Botani Dan Farmasi. Universitas Bali Internasional,


Denpasar.
Depkes, RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Faisal, R. 2006. Jurnal Permata Indonesia. Pengaruh Jenis Adsorben Dalam Proses
Etieurasi Minyak Atsiri Daun Kemangi. POLTEKES PERMATA
INDONESIA.
Fessenden, R. J & Fessenden, J. S. 1986. Kimia Organik 2. Erlangga. Jakarta.
Hart, H. 1983. Kimia Organik, Suatu Kuliah Singkat. Erlangga. Jakarta.
Panagan, A. T., H. Yohandini & M. Wulandari. 2012. Analisis Kualitatif dan
Kuantitatif Asam Lemak Tak Jenuh Omega-3, Omega-6 dan Karakterisasi
Minyak Ikan Pati (Pangasius pangasius). Jurnal Penelitian Sains. 15 (3) :
102-106.
Pine, S. H. 1988. Kimia Organik 2. ITB. Bandung
Riawan. 1990. Kimia Organik. Bina Rupa Aksara. Jakarta.
Respati. 1986. Pengantar Kimia Organik. Aksara Baru. Yogyakarta.
Syukri. 1999. Kimia Dasar 3. ITB Press. Bandung.
Salirawati et al.2007.belajar kimia menarik. Jakarta: Grasind
Wilbraham, A. & M.C. 1992. Pengantar Kimia Organik dan Hayati. ITB Press.
Bandung.

Anda mungkin juga menyukai