a. Usia reproduktif
b. Keadaan nulipara
d. Wanita menyusui
k. Perokok
a. Hamil/diduga hamil
d. Tiga bulan terakhir sedang mengalami / sering menderita PRP atau abortus septik
e. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi cavum
uteri
2) Tenakulum.
3) Sonde uterus.
4) Forsep/korentang.
5) Gunting.
9) Kain kasa/kapas.
11) Copper T-380A IUD yang masih belum rusak dan terbuka.
2) Letakkan kemasan di atas permukaan datar, keras dan bersih, dengan kertas penutup
transparan berada di atas. Buka kertas penutup di bagian ujung yang berlawanan dari tempat AKDR
sampai kira-kira sepanjang setengah jarak dengan leher biru.
3) Angkat kemasan dengan memegang bagian yang sudah dibuka. Kedua bagian kertas penutup
yang sudah terbuka dilipat ke setiap sisinya dan dipegang saat mengangkat, sehingga pendorong
tetap steril. Dengan tangan yang lain, masukkan pendorong ke dalam tabung inserter dan dorong
hati-hati sampai menyentuh ujung batang AKDR.
4) Letakkan kembali kemasan pada tempat datar dengan bagian transparan menghadap ke atas.
5) Pegang dan tahan kedua ujung lengan AKDR dari atas penutup transparan dengan jari telunjuk
dan ibu jari tangan kiri. Tangan kanan mendorong kertas pengukur dari ujung kemasan yang sudah
dibuka sampai ke ujung kemasan yang masih tertutup, sehingga lengan AKDR berada di atas kertas
pengukur. Sambil tetap memegang ujung kedua lengan, dorong inserter dengan tangan kanan
sampai ke pangkal lengan sehingga kedua lengan akan terlipat mendekati tabung inserter.
6) Tahan kedua lengan yang sudah terlipat tersebut dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk
tangan kiri. Tarik tabung inserter melewati kedua ujung lengan, kemudian dorong kembali dan putar
sampai kedua ujung lengan masuk ke dalam tabung inserter dan terasa ada tahanan.
7) Leher biru pada tabung inserter digunakan sebagai tanda kedalaman kavum uteri dan penunjuk
ke arah mana lengan akan membuka saat dikeluarkan dari tabung inserter.
8) Pegang leher biru dari atas penutup transparan dan dorong tabung inserter sampai jarak antara
ujung lengan yang terlipat dengan ujung leher biru bagian depan (dekat batang AKDR) sama
panjangnya dengan kedalaman kavum uteri yang telah diukur dengan sonde. Putar tabung inserter
sampai sumbu panjang leher biru berada pada posisi horizontal sebidang dengan lengan AKDR.
9) AKDR sekarang siap untuk dipasang pada uterus. Buka seluruh penutup transparan secara hati-
hati. Pegang tabung inserter yang sudah berisi AKDR dalam posisi horizontal agar AKDR dan
pendorong tidak jatuh. Jangan melepas AKDR sebelum tabung inserter mencapai fundus. Sebelum
dipasang, tabung inserter jangan sampai tersentuh permukaan yang tidak steril agar tidak
terkontaminasi.
3) Persiapan alat
7) Lakukan pemeriksaan genetalia eksterna (ulkus, pembengkakan kelenjar bartholini dan kelenjar
skene)
8) Lakukan pemeriksaan Inspekulo (pasang spekulum dalam vagina dan perhatikan cairan vagina,
servicitis dan bila ada indikasi, lakukan Pap Smear dan pemeriksaan bakteorologis terhadap
Gonorrhoe)
9) Lakukan pemeriksaan dalam bimanual untuk menentukan besar, bentuk, posisi, konsistensi dan
mobilitas uterus serta untuk menyingkirkan kemungkinan-kemungkinan infeksi atau keganasan dari
organ-organ sekitarnya (nyeri goyang serviks, tumor adneksa)
14) Pasang tenakulum pada bibir serviks atas, lakukan tarikan ringan untuk meluruskan dan
mestabilkan uterus. Ini akan mengurangi perdarahan dan resiko perforasi
15) Masukkan sonde uterus untuk menentukan posisi dan kedalaman cavum uteri
16) Atur letak leher biru pd tabung inserter sesuai dengan kedalaman kavum uteri
17) Masukan tabung inserter dengan hati-hati sampai leher biru menyentuh fundus atau sampai
terasa ada tahanan
19) Dorong tabung inserter secara perlahan-lahan ke dalam kavum uteri sampai leher biru
menyentuh serviks
23) Beri antiseptik (povidon iodine) pada servik, apabila terdapat perdarahan maka pertahankan
selama beberapa menit
25) Buang bahan-bahan habis pakai yang terkontaminasi, lakukan dekontaminasi alat-alat & sarung
tangan
1) Bivalve speculum
2) Forsep/korentang
5) Cairan antiseptic
1) Jelaskan pada klien prosedur yang akan dilakukan dan berikan informed consent
8) Pencabutan normal. Jepit benang di dekat serviks dengan menggunakan klem lurus / lengkung
dan tarik benang pelan-pelan. Untuk mencegah benangnya putus, tarik dengan kekuatan tetap dan
cabut AKDR dengan pelan. Bila benang putus saat ditarik tetapi ujung AKDR masih dapat dilihat
maka jepit ujung AKDR tersebut dan tarik keluar.
9) Pencabutan sulit. Bila benang AKDR tidak tampak, periksa pada kanalis servikalis dengan
menggunakan klem lurus atau lengkung. Bila tidak ditemukan, masukkan klem / alat pencabut AKDR
ke dalam kavum uteri untuk menjepit benang / ujung AKDR.
10) Bila sebagian AKDR sudah tertarik keluar tetapi kemudian mengalami kesulitan menarik
seluruhnya dari kanalis servikalis, putar klem pelan-pelan sambil menarik. Bila dari pemeriksaan
bimanual didapatkan sudut antara uterus dengan kanalis servikalis sangat tajam, gunakan tenakulum
untuk menjepit serviks dan lakukan tarikan ke bawah dan ke atas dengan pelan dan hati-hati, sambil
memutar klem.
12) Beri antiseptik (povidon iodine) pada ujung servik, apabila terdapat perdarahan maka
pertahankan selama 3 menit
13) Lepaskan spekulum, bereskan alat, lepas sarung tangan, rendam dalam larutan clorin 5%
a. Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil.
d. Post abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada gejala infeksi.
e. Selama 1 sampai 5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi (Kontrasepsi Darurat).
b. Selama bulan pertama mempergunakan AKDR, Periksa benang AKDR secara rutin terutama
setelah haid
d. Copper T-380A perlu dilepas saat jangka waktu pemasangan habis, tetapi dapat dilakukan lebih
awal apabila diinginkan.
13. Efek Samping Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) dan Penangannya
Efek Samping
Penanganan
Amenorhea
Ø Periksa sedang hamil atau tidak, apabila tidak jangan lepas IUD, lakukan konseling dan selidiki
penyebab amenorhea apabila dikehendaki,
Ø Apabila hamil jelaskan dan sarankan untuk melepas IUD, (jika talinya terlihat & kehamilan kurang
dari 13minggu).
Ø Apabila benang tidak terlihat, atau kehamilan lebih dari 13 minggu, IUD jangan dilepaskan.
Ø Apabila klien sedang hamil dan ingin mempertahankan kehamilannya tanpa melepaskan IUD
jelaskan ada resiko kemungkinan terjadinya kegagalan kehamilan dan infeksi serta perkembangan
kehamilan harus diamati dan diperhatikan.
Kejang
Ø Pastikan dan tegaskan adanya penyakit radang panggul dan penyebab lain dari kejang.
Ø Tanggulangi penyebabnya apabila ditemukan. Bila tidak ditemukan penyebabnya beri analgetik
sedikit meringankan.
Ø Apabila klien mengalami kejang yang berat lepaskan IUD dan bantu klien memilih alat kontrasepsi
lain.
Ø Bila tidak ada kelainan patologis, perdarahan berkelanjutan serta perdarahan hebat lakukan
konseling dan pemantauan.
Ø Beri ibuprofen (800mg, 3x1) untuk mengurangi perdarahan dan berikan tablet besi 1x1 selama 3
bulan.
Ø Apabila klien telah memakai IUD selam lebih dari 3 bulan dan diketahui menderita anemia,
anjurkan untuk melepas IUD dan bantu memilih metode lain.
Ø Periksa talinya di dalam saluran endoservik dan cavum uterii (apabila memungkinkan adanya
peralatan dan tenaga terlatih) setelah masa haid berikutnya,
Ø Apabila tidak ditemukan rujuk ke dokter.
Ø Lepaskan IUD apabila ditemukan bahwa pasien menderita gonorhoe atau infeksi klamidial,
kemudian lakukan pengobatan yang memadai.
Ø Bila terjadi Penyakit Radang Panggul, maka obati dan lepas IUD setelah 48 jam.
CATATAN TAMBAHAN :
Ø Kontra indikasi : kanker gnetalia/pyudra, DM, miom uterus, riwayat kehamilan ektopik
Ø Tangan kanan menjepit AKDR dengan ujung telunjuk & jari tengah, telusuri sampai ke fundus,
tangan kiri memegang fundus, menekan fundus ke bawah
Ø Kejadian ekspulsi lebih tinggi (6-10%), bila ekspulsi, dapat dipasang kembali dengan AKDR baru
Ø Kontra indikasi : ketuban pecah lama, infeksi intrapartum, perdarahan post partum.